Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
6, Juni 2024
ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI SCHOOL BULLYING DALAM DRAMA KOREA THE GLORY (더글로리)
Nadzar Abdussalam1, Risa Triarisanti2, Jayanti Megasari3
Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung, Indonesia1,2,3
Email: [email protected]1, [email protected]2, [email protected]3
Abstrak
Penelitian ini mengulas
tindak tutur ilokusi yang merujuk pada tindakan school bullying yang
sering terjadi khususnya di Korea Selatan. Tindak tutur ilokusi ini diambil
dari percakapan dalam drama Korea “The Glory”. Drama ini mengisahkan tentang Moon Dong-eun yang
mengalami trauma masa lalu akibat bullying di sekolah dan cerita
berlanjut dengan rencananya untuk balas dendam. Di sisi lain, karakter Park
Yeonjin juga terlibat dalam konflik dengan Moon Dong-eun yang memunculkan
berbagai jenis tindak tutur ilokusi. Metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan tindak tutur ilokusi
pada kajian pragmatik. Hasil penelitian menunjukkan dominasi tindak tutur
ilokusi direktif dalam drama Korea "The Glory". Pada hasil
analisis yang sudah dilakukan terdapat pula tindak tutur ilokusi representatif,
ekspresif, dan komisif yang digunakan dalam konteks school bullying.
Dalam kesimpulan, komunikasi antara pelaku dan korban bullying ditandai dengan
upaya kontrol, ekspresi emosional, dan penegasan kebenaran atau keadaan.
Penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang dinamika
komunikasi dalam situasi bullying di sekolah dan relevansinya dalam
konteks sosial yang lebih luas.
Kata kunci: Drama Korea “The
Glory”, School Bullying, Tindak Tutur Ilokusi,
Abstract
This research reviews illocutionary acts
referring to school bullying actions that frequently occur, particularly in
South Korea. The illocutionary acts are taken from conversations in the Korean
drama "The Glory." This drama tells the story of Moon Dong-eun, who
experiences past trauma due to school bullying, and the story continues with
her plan for revenge. On the other hand, the character Park Yeon-jin is also involved
in conflict with Moon Dong-eun, which brings about various types of
illocutionary acts. The research method used is descriptive qualitative with an
illocutionary act approach in pragmatic studies. The results of the study show
the dominance of directive illocutionary acts in the Korean drama "The
Glory." The analysis results also reveal the use of representative,
expressive, and commissive illocutionary acts in the context of school
bullying. In conclusion, communication between the perpetrator and the victim
of bullying is marked by efforts at control, emotional expression, and
affirmation of truth or state. This research provides a deeper understanding of
the dynamics of communication in school bullying situations and its relevance
in a broader social context.
Keywords: Illocutionary Speech Acts, Korean Drama
"The Glory", School Bullying
Pendahuluan
Perundungan atau yang biasa disebut dengan
istilah bullying merupakan fenomena sosial yang sering terjadi di
lingkungan sekolah. Fenomena ini mendapatkan perhatian serius dari berbagai
negara, termasuk di Indonesia dan Korea Selatan. Menurut CNN Indonesia, data
dari Kemendikbudristek menunjukkan bahwa 24,4 % siswa berpotensi mengalami
perundungan di sekolah . Begitupun menurut Federasi Serikat Guru Indonesia
(FSGI), antara Januari hingga Agustus 2023, tercatat 16 kasus perundungan di
sekolah, dengan mayoritas terjadi di tingkat SD dan SMP di Indonesia
Kasus serupa juga sering terjadi di Korea
Selatan. Data dari Kementerian Pendidikan, Sains, dan Teknologi Korea Selatan
menunjukkan bahwa satu dari sepuluh siswa mengalami kekerasan dari teman
sekelasnya
Perundungan didefinisikan oleh Coloroso
Masalah perundungan di sekolah atau school bullying telah banyak
divisualisasikan melalui drama Korea. Salah satu contoh drama yang
memperlihatkan fenomena ini adalah “The Glory (더글로리)” yang disutradarai oleh
Ahn Gil Ho dan mulai ditayangkan pada akhir tahun 2022 di layanan streaming Netflix.
Drama tersebut menceritakan Moon Dong-eun (Song Hye-kyo), seorang perempuan
yang harus mengatasi trauma masa lalu yang pahit akibat perundungan di sekolah.
Dong-eun mengalami kekerasan dan intimidasi dari teman-temannya sehingga
terpaksa berhenti sekolah. Dia merencanakan balas dendam kepada para pelaku dan
orang-orang yang tidak membelanya. Ketika dewasa, Dong-eun bekerja sebagai guru
SD dan menunggu kesempatan untuk melaksanakan rencananya saat anak pelaku masuk
SD.
School bullying dalam drama Korea "The Glory" dapat
dianalisis menggunakan teori tindak tutur, terutama tindak tutur ilokusi.
Menurut Searle
Penelitian tindak tutur ilokusi, telah
banyak dilakukan salah satunya adalah penelitian dari Lisa Widyaningsih (2021)
dengan hasil analisis terhadap dialog film "Ada Cinta di SMA"
karya sutradara Patrick Effendy mengungkapkan keberadaan 15 data tindak tutur
ilokusi yang beragam. Dari data tersebut, dapat dibagi menjadi beberapa
kategori, yaitu tindak tutur representatif, direktif, komisif, ekspresif, dan
deklaratif. Kemudian, penelitian terkait selanjutnya adalah penelitian dari
Silvia Putri (2020) dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, terungkap bahwa terdapat beragam tindak tutur
ilokusi dalam film "Ada Apa Dengan Cinta 2". Tuturan penutur dalam
film tersebut mencakup tindak tutur ilokusi asertif, direktif, ekspresif,
komisif, serta deklarasi, yang diungkapkan melalui berbagai cara pengungkapan.
Penelitian terkait selanjutnya yang terakhir adalah dari Patricia Karundeng
(2021) dengan hasil penelitian terhadap film "Maleficent"
karya Linda Woolverton, ditemukan bahwa terdapat lima jenis tindak tutur
ilokusi yang diucapkan oleh karakter dalam film tersebut. Jenis-jenis tersebut
mencakup asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklarasi.
Persamaan penelitian ini dengan sebelumnya
dapat terlihat dari teori
yang sama yaitu tindak tutur ilokusi menurut Searle. Ketiga penelitian tersebut
memiliki kesamaan objek yaitu meneliti terhadap film. Perbedaan yang terdapat
pada ketiga penelitian terdahulu terlihat dari objeknya, yakni pada penelitian
ini penulis menggunakan drama Korea sebagai objek. Penelitian
ini mengulas tindak tutur ilokusi yang merujuk pada tindakan school bullying
yang sering terjadi khususnya di Korea Selatan.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini
akan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Menurut Saryono (2010) dalam
Nasution
Hasil dan Pembahasan
Bagian ini akan
menguraikan hasil dan pembahasan dari analisis terhadap tindak tutur ilokusi
yang terdapat dalam drama Korea "The Glory," khususnya dalam
konteks school bullying. Analisis ini mencakup berbagai jenis tindak
tutur ilokusi yang ditemukan, yakni representatif, direktif, ekspresif, dan
komisif, dengan fokus pada bagaimana setiap jenis tindak tutur berperan dalam
interaksi antar karakter dalam situasi bullying.
A. Hasil
No |
Tindak Tutur Ilokusi |
Jumlah |
1 |
Representatif |
9 Tuturan |
2 |
Direktif |
27
Tuturan |
3 |
Ekspresif |
15 Tuturan |
4 |
Komisif |
10
Tuturan |
5 |
Deklarasi |
0 Tuturan |
|
Jumlah
Keseluruhan |
61
Tuturan |
Pada tabel no 1
menunjukkan bahwa jenis tindak tutur ilokusi direktif adalah yang paling sering
muncul dalam drama Korea "The Glory" dalam konteks school bullying. Hal tersebut dapat
dilihat pada tabel dengan jumlah data direktif sebanyak 27 tuturan dari total
61 tuturan. Tindak tutur direktif ini mencakup perintah, permintaan, saran,
atau nasihat, yang bertujuan untuk mengarahkan atau mengatur tindakan mitra
tutur.
B. Pembahasan
1. Ilokusi Representatif
Representatif
(Asertif), yakni tindak tutur yang mengikat penuturnya pada kebenaran atas apa
yang dikatakannya
Fungsi yang ditemukan dalam tuturan yang
dituturkan oleh pelaku bullying dalam jenis tindak tutur ilokusi
representatif adalah menyatakan atau melaporkan kebenaran kepada korban school
bullying.
Data No : 7 (Episode : 1; Menit : 11:46 – 12:10)
Konteks Park Yeonjin mengungkapkan fakta atau keadaan yang dia
yakini benar mengenai situasi yang dialami Moon Dong-Eun. Bahwa walaupun Moon
Dong-Eun melaporkan Park Yeonjin dan teman-temannya ke polisi tidak aka ada
hal yang berubah. Tuturan
박연진 : 난 이래도
아무 일이 없고 넌 그래도 아무 일이 없으니까 지금도 봐, 니가 경찰서 가서 그 지랄까지 떨었는데 넌 또 여기 와 있고 뭐가 달라졌니? 아무도 널 보호하지 않는다는 소리야, 동은아. 경찰도, 학교도 니 부모조차도 그걸 다섯 글자로
하면 뭐다? ‘사회적 약자’ (Karena aku tak akan dihukum,
dan tak ada yang berubah bagimu. Lihat dirimu sekarang. Lapor polisi,
tetapi di sini lagi. Ada yang berubah? Intinya, tak ada yang melindungimu,
Dong-Eun. Polisi, sekolah, maupun orang tuamu. Orang begitu disebut apa?
‘Orang Lemah’) |
Tuturan di atas
termasuk dalam tindak tutur ilokusi representatif yang memiliki fungsi berupa
menyatakan. Tuturan tersebut disampaikan oleh Park Yeonjin (Pt[1])
kepada Moon Dong-Eun (Mt[2]).
Maksud yang ingin disampaikan oleh penutur yakni Park Yeonjin dalam tuturan
tersebut adalah penutur mengungkapkan fakta atau keadaan yang dia yakini benar
mengenai situasi mitra tuturnya yaitu Moon Dong-Eun . "난 이래도 아무 일이 없고 넌 그래도 아무 일이 없으니까 지금도
봐, 니가 경찰서 가서 그 지랄까지 떨었는데 넌 또
여기 와 있고 뭐가 달라졌니?" ‘Karena aku tak akan dihukum, dan
tak ada yang berubah bagimu. Lihat dirimu sekarang. Lapor polisi, tetapi di sini
lagi. Ada yang berubah?’ kalimat ini menunjukkan pernyataan tentang situasi yang dianggap
penutur sebagai fakta, yaitu bahwa meskipun mitra tutur telah mengambil
tindakan drastis yaitu dengan melaporkan tindakan pembullyan kepada
pihak polisi, hasilnya tetap sama tidak ada perubahan yang terjadi pada penutur
maupun mitra tutur. Kalimat tersebut juga menggarisbawahi ketidakberdayaan
mitra tutur. Kemudian kalimat ini "아무도 널 보호하지 않는다는 소리야, 동은아.
경찰도, 학교도 니 부모조차도 그걸 다섯 글자로 하면 뭐다? ‘사회적 약자" ‘Intinya, tak ada yang
melindungimu, Dong-Eun. Polisi, sekolah, maupun orang tuamu. Orang begitu
disebut apa? ‘Orang Lemah’’ menunjukkan bahwa penutur menyatakan kenyataan yang
dia lihat bahwa tidak ada pihak yang melindungi mitra tutur, termasuk polisi,
sekolah, atau orang tuanya. Penutur juga menyatakan fakta menurut pandangannya
tentang status sosial mitra tutur, dengan menegaskan bahwa semua pihak tidak
memberikan perlindungan, sehingga menyimpulkan bahwa mitra tutur adalah orang
yang lemah.
Tindak
tutur ilokusi representatif berfungsi untuk menyatakan sesuatu yang diyakini
benar oleh penuturnya. Dalam tuturan yang disampaikan oleh Park Yeonjin kepada
Moon Dong-Eun, terdapat beberapa ciri khas yang menandakan ilokusi
representatif. Pertama, pernyataan fakta
terlihat dalam kalimat "난 이래도 아무 일이 없고 넌 그래도 아무 일이 없으니까 지금도 봐, 니가 경찰서 가서 그 지랄까지 떨었는데 넌 또 여기 와 있고 뭐가 달라졌니?" ‘Karena aku tak akan dihukum, dan tak ada yang berubah bagimu. Lihat
dirimu sekarang. Lapor polisi, tetapi di sini lagi. Ada yang berubah?’, yang
menunjukkan bahwa laporan Dong-Eun tidak menghasilkan perubahan apapun. Kedua, deskripsi tentang mitra tutur tampak dalam
kalimat "아무도 널 보호하지 않는다는 소리야, 동은아. 경찰도, 학교도 니 부모조차도 그걸 다섯 글자로 하면 뭐다? ‘사회적 약자" ‘Intinya, tak ada yang
melindungimu, Dong-Eun. Polisi, sekolah, maupun orang tuamu. Orang begitu
disebut apa? ‘Orang Lemah’’, di mana Yeonjin menyatakan bahwa Dong-Eun tidak
dilindungi oleh siapa pun dan menyimpulkan bahwa Dong-Eun adalah orang yang
lemah. Ketiga, penggunaan bahasa yang tegas mencerminkan keyakinan kuat penutur
mengenai situasi mitra tutur. Dengan ciri-ciri tersebut, tuturan Park Yeonjin
termasuk tindak tutur ilokusi representatif, di mana penutur menyatakan fakta
atau keyakinannya serta mempengaruhi persepsi mitra tutur tentang situasi yang
ada.
Sedangkan fungsi yang ditemukan dalam
tuturan yang dituturkan oleh korban school bullying dalam jenis tindak
tutur ilokusi representatif adalah melaporkan.
Data No : 24 (Episode: 1; Menit :
23:52 – 24:07)
Konteks Moon Dong-Eun mengajukan surat pengunduran diri kepada
wali kelasnya, Bapak Kim, serta menjelaskan alasan di balik keputusannya
untuk berhenti dari sekolah. Tuturan
김선생님 : 너 이거 뭐야?
자퇴 사유 이거 뭐냐고? (Pak Guru Kim: Apa ini? Alasan keluar sekolah ini apa maksudnya?) 문동은: 학교 푹력이요.
가해자는 박연진, 이사라, 전재준,
최혜정, 손명오. 그리고 선생님은 방관하셨고요. (Moon Dong-Eun : Ini karena kekerasan di sekolah. Pelakunya adalah Park Yeonjin, Lee Sera, Jeon Jaejun, Choi Hyejeong, Son Myeongo, dan pak guru hanya menonton saja.) |
Tuturan di atas
termasuk dalam tindak tutur ilokusi representatif yang memiliki fungsi berupa
laporan. Tuturan tersebut disampaikan oleh Dong-Eun (Pt) kepada Bapak Guru Kim
(Mt). Maksud yang ingin disampaikan oleh penutur yakni Dong-Eun dalam tuturan
tersebut adalah menjelaskan alasan pengunduran dirinya dari sekolah, yaitu
karena dia mengalami kekerasan, serta melaporkan siapa saja yang terlibat dalam
kekerasan tersebut. “학교 푹력이요.” ‘‘Ini karena kekerasan di sekolah.’ frasa ini menunjukkan informasi mengenai
jenis kejadian yang dilaporkan, kemudian kalimat ini “가해자는 박연진,
이사라, 전재준, 최혜정, 손명오” ‘Pelakunya adalah Park
Yeonjin, Lee Sera, Jeon Jaejun, Choi Hyejeong, Son Myeongo.’ menyebutkan secara spesifik siapa saja
yang terlibat sebagai pelaku, menunjukkan laporan mengenai pelaku kekerasan.
Lalu, Dong-Eun memberikan informasi tambahan tentang tindakan guru, yang
memperkuat konteks laporan bahwa kejadian tersebut diketahui tetapi diabaikan
oleh otoritas dengan kalimat “그리고 선생님은 방관하셨고요” ‘dan pak guru hanya menonton saja.’.
Tindak
tutur ilokusi representatif memiliki fungsi untuk melaporkan suatu keadaan atau
peristiwa yang diyakini benar oleh penuturnya. Dalam tuturan yang disampaikan
oleh Dong-Eun kepada Bapak Guru Kim, terdapat beberapa ciri khas yang
menandakan ilokusi representatif dengan fungsi laporan. Pertama, penutur
memberikan informasi mengenai jenis kejadian yang dilaporkan melalui frasa “학교 푹력이요” ‘ini kekerasan di sekolah’, yang menunjukkan bahwa kekerasan di
sekolah adalah alasan pengunduran dirinya. Kedua, Dong-Eun menyebutkan secara
spesifik pelaku kekerasan dengan kalimat “가해자는 박연진, 이사라, 전재준, 최혜정, 손명오” ‘Pelakunya adalah Park
Yeonjin, Lee Sara, Jeon Jaejun, Choi Hyejeong, dan Son Myeongoh’. Penyebutan
nama-nama ini memberikan laporan yang jelas mengenai siapa saja yang terlibat
sebagai pelaku kekerasan. Ketiga, Dong-Eun memberikan informasi tambahan
tentang tindakan guru dengan frasa “그리고
선생님은 방관하셨고요” ‘dan pak guru hanya menontonnya’, yang
memperkuat konteks laporan bahwa kejadian tersebut diketahui tetapi diabaikan
oleh otoritas. Dengan memperhatikan ciri-ciri tersebut, tuturan yang
disampaikan oleh Dong-Eun termasuk dalam tindak tutur ilokusi representatif, di
mana penutur melaporkan fakta atau kejadian yang dialaminya serta menyebutkan
pihak-pihak yang terlibat dalam peristiwa tersebut.
2. Ilokusi Direktif
Direktif
(impositif), yakni tindak tutur yang dilakukan oleh penuturnya dengan maksud
agar mitra tutur melakukan tindakan yang dituturkan
Tindak
tutur ilokusi direktif yang memiliki fungsi menyuruh banyak ditemukan dalam
tuturan yang dituturkan
oleh pelaku school
bullying dalam merundung korbannya.
Data No : 41 & 42 (Episode: 14;
Menit : 10:13 – 10:28)
Konteks Ketika Park Yeonjin dan
rekan-rekannya sedang berjalan-jalan, mereka tak sengaja bertemu dengan Yoon
Sohee yang memakai baju yang sama dengan yang dipakai oleh Park Yeonjin. Park
Yeonjin merasa tidak senang mengenai hal tersebut. Tuturan 박연진: 야, 야! 벗어 (Park
Yeonjin: Hei. Kau! Buka!) 윤소희: 어? (Yoon Sohee: Apa?) 박연진 : 너도 니네 엄마처럼 귀먹었어? 벗으라고, 말대답만 처하지 말고! (Park Yeonjin : Apakah kau juga tuli seperti ibumu? Buka baju, dan berhenti membantah!) |
Tuturan di atas
termasuk dalam tindak tutur ilokusi direktif yang memiliki fungsi berupa
menyuruh. Tuturan tersebut disampaikan oleh Park Yeonjin(Pt) kepada Yoon Sohee
(Mt). Maksud yang ingin disampaikan oleh penutur yakni Park Yeonjin dalam
tuturan tersebut adalah menyuruh mitra tutur melepaskan bajunya dengan alasan
penutur merasa tidak suka dengan pakaian yang mitra tutur kenakan karena
terlihat sama. Tindak tutur ilokusi direktif adalah jenis tindak tutur yang
bertujuan untuk membuat mitra tutur melakukan tindakan tertentu. Dalam tuturan
yang disampaikan oleh Park Yeonjin kepada Yoon Sohee, terdapat beberapa ciri
khas yang menunjukkan ilokusi direktif dengan fungsi menyuruh. Pertama,
panggilan "야, 야!" (‘Hei, kau!’) merupakan panggilan yang kuat
untuk menarik perhatian Yoon Sohee secara langsung, menunjukkan bahwa penutur
ingin mengarahkan perhatian mitra tutur dengan cepat. Kedua, kata "벗어" (Beoseo) ‘Buka!’adalah perintah langsung
untuk melepaskan atau membuka sesuatu, dalam hal ini pakaian yang dikenakan
oleh Yoon Sohee. Kata "벗어" (Beos-eo) merupakan
kata perintah dalam bahasa Korea yang berasal dari kata dasar "벗다" (Beot-da) yang berarti "melepas" atau
"membuka." Dalam bentuk perintah informal, kata dasar ini dikonjugasi
menjadi "벗어" (Beos-eo) dengan menambahkan akhiran "-어" (Eo) yang khas untuk membentuk imperatif dalam
percakapan sehari-hari. Penggunaan bentuk ini menunjukkan bahwa penutur ingin
menginstruksikan seseorang untuk melakukan suatu tindakan secara langsung dan
segera. Ketiga, kalimat "너도 니네 엄마처럼 귀먹었어? 벗으라고, 말대답만 처하지 말고!" ‘Apakah kau
juga tuli seperti ibumu? Buka baju, dan berhenti membantah!’ memperkuat
otoritas dan ketidaksenangan yang dirasakan oleh Park Yeonjin, sekaligus
menekankan bahwa perintah tersebut harus segera dilakukan tanpa bantahan.
Dengan memperhatikan ciri-ciri tersebut, tuturan yang disampaikan oleh Park
Yeonjin termasuk dalam tindak tutur ilokusi direktif, di mana penutur menyuruh
mitra tutur untuk melakukan suatu tindakan secara tegas dan segera.
Sedangkan
fungsi yang ditemukan dalam tuturan yang dituturkan oleh korban school
bullying dalam jenis tindak tutur ilokusi direktif adalah meminta dan
memelas.
Data
No : 17 (Episode: 1; Menit: 17:50 – 17:52)
Konteks Park Yeonjin merundung Moon Dong-Eun dengan mengambil
celengannya. Tuturan
문동은 : 부탁이야,
제발 돌려줘, 연진아 (Moon Dong-Eun: Kumohon, kembalikan itu, Yeonjin) |
Tuturan di atas
termasuk dalam tindak tutur ilokusi direktif yang memiliki fungsi berupa
meminta dan memelas. Tuturan tersebut disampaikan oleh Moon Dong-Eun (Pt)
kepada Park Yeonjin (Mt). Maksud yang ingin disampaikan oleh penutur yakni Moon
Dong-Eun dalam tuturan tersebut adalah meminta dan memelas kepada mitra tutur
untuk mengembalikan celengan yang diambil oleh mitra tutur. Kata ini “부탁이야” (Butagiya) menunjukkan bahwa penutur sedang memohon
atau meminta sesuatu kepada mitra tuturnya dengan cara yang sopan dan memohon. “제발 돌려줘” Ekspresi "제발" (Jebal) berarti "tolong"
atau "mohon", menambahkan elemen memelas kepada permintaan tersebut. "돌려줘" (Dollyeojwo) berarti "kembalikan", menegaskan permintaan untuk
mengembalikan sesuatu yang telah diambil. Dalam bahasa
Korea, kata "부탁이야" (Butagiya) dan "제발" (Jebal) memiliki
fungsi penting dalam menyampaikan permintaan dengan berbagai nuansa kesopanan
dan urgensi. Kata "부탁이야" (Butagiya)
berasal dari "부탁" (Butak) yang berarti
"permintaan" atau "permohonan", ditambah akhiran "이야" (Iya) yang memberikan kesan informal
dan akrab. Secara umum, "부탁이야" (Butagiya) digunakan untuk
membuat permintaan yang sopan dan tulus, sering kali dalam konteks percakapan
antara teman atau orang yang memiliki hubungan dekat. Penggunaan "부탁이야" (Butagiya) menyiratkan
bahwa penutur benar-benar membutuhkan atau menginginkan sesuatu dan berharap
pendengar akan mengabulkannya, menambahkan sentuhan personal yang membuat
permintaan tersebut terdengar lebih mendesak dan penting.
Sementara itu, kata "제발" (Jebal) berarti
"tolong" atau "mohon" dan sering digunakan untuk menekankan
keputusasaan atau urgensi dalam sebuah permintaan. "제발" (Jebal) mengandung
elemen emosi yang kuat, menunjukkan bahwa penutur sangat menginginkan atau
membutuhkan sesuatu dalam situasi yang mendesak atau penuh emosi. Penggunaan "제발"
(Jebal) menekankan
bahwa permintaan tersebut sangat penting, dan penutur sangat berharap
permintaannya akan dipenuhi. Dalam konteks ini, "제발"
(Jebal) dapat
mengungkapkan rasa putus asa atau frustrasi, membuat permintaan tersebut
terdengar lebih mendesak dan penting.
Secara keseluruhan, kedua kata ini berfungsi untuk
memperkuat permintaan dalam bahasa Korea, dengan "부탁이야"
(Butagiya) memberikan
nuansa kesopanan dan personal, sedangkan "제발" (Jebal) menambahkan urgensi dan keputusasaan. Kombinasi
kedua kata ini dalam sebuah permintaan dapat menunjukkan betapa pentingnya
permintaan tersebut bagi penutur, serta harapannya yang besar agar
permintaannya dikabulkan.
Analisis
terhadap tuturan Moon Dong-Eun kepada Park Yeonjin dalam konteks ketika Park
Yeonjin merundung Moon Dong-Eun dengan mengambil celengannya mengungkap ciri
khas ilokusi direktif, dimana penutur bermaksud agar mitra tutur melakukan
tindakan yang dituturkan. Tuturan Moon Dong-Eun, "부탁이야, 제발
돌려줘, 연진아" ‘Kumohon, kembalikan itu,
Yeonjin’, mengekspresikan permohonan, dengan tambahan urgensi dan keputusasaan
melalui penggunaan "제발" (Jebal). Dalam bahasa Korea, kedua frasa
tersebut memiliki peran penting dalam menyampaikan permintaan dengan berbagai
nuansa kesopanan, urgensi, dan keputusasaan. Dengan demikian, tuturan Moon
Dong-Eun mencerminkan jenis ilokusi direktif di mana penutur secara sopan
memohon dan memelas kepada mitra tutur untuk melakukan tindakan tertentu, sesuai
dengan maksud yang ingin disampaikan oleh penutur.
3. Ilokusi Ekspresif
Ekpresif
(Evaluatif), yakni tindak tutur yang dilakukan dengan maksud untuk menilai
(mengevaluasi) tentang hal-hal yang disebutkan dalam tuturan
Tindak
tutur ilokusi ekspresif yang
memiliki fungsi marah, menyalahkan, dan kesal banyak ditemukan dalam tuturan yang diujarkan oleh
pelaku bullying.
Data No : 1
(Episode: 1; Menit: 10:20 – 10:40)
Konteks Park Yeonjin merasa marah terhadap tindakan
yang dilakukan oleh Moon Dong-Eun karena Moon Dong-Eun melaporkan tindakan kekerasan
yang dilakukan oleh Park Yeonjin dan teman-temannya ke kantor polisi. Tuturan
박연진: 그동안 괴롭혀서 미안 사과하려고 화 풀 거지? 그롷다고 뭐 경찰서까지 가고 그러냐? 쫄리게. 그래서 말인데 동은아 이제부터 니가 고데기 열 채크 좀 해줄래? (Park Yeonjin : Maaf aku merundungmu selama ini, aku mau minta maaf. Kau tak marah bukan? Lalu kenapa harus ke kantor polisi? Menakutkan. Omong-omong Dong-Eun mulai kini bisa periksa apakah alat catoknya cukup panas?) |
Tuturan di atas
termasuk dalam tindak tutur ilokusi ekspresif yang memiliki fungsi berupa
kemarahan. Tuturan tersebut disampaikan oleh Park Yeonjin (Pt) kepada Moon
Dong-Eun (Mt). Maksud yang ingin disampaikan oleh penutur yakni Park Yeonjin
dalam tuturan tersebut adalah mengekspresikan kemarahannya terhadap mitra tutur
karena melaporkan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh Park Yeonjin dan
teman-temannya ke kantor polisi. Dalam tuturan tersebut, ciri khas ilokusi ekspresif
tercermin dalam ekspresi Park Yeonjin yang jelas mengekspresikan kemarahannya
terhadap tindakan Moon Dong-Eun. Kalimat seperti "그롷다고 뭐 경찰서까지 가고 그러냐? 쫄리게." ‘Lalu kenapa
harus ke kantor polisi? Menakutkan.’ menunjukkan ketidaksetujuan dan
kebingungan Park Yeonjin atas keputusan Moon Dong-Eun untuk melaporkan masalah
tersebut. Ekspresi kemarahan ini diperkuat dengan kalimat "그래서 말인데 동은아 이제부터 니가 고데기 열
채크 좀 해줄래?" ‘Omong-omong,
mulai sekarang, apakah kamu bisa memeriksa apakah alat catoknya cukup panas?’,
yang menunjukkan adanya hukuman atau konsekuensi atas tindakan Moon Dong-Eun
yaitu memeriksa suhu catokan menggunakan kulitnya langsung. Dengan memberikan
instruksi yang keras kepada Moon Dong-Eun, Park Yeonjin secara jelas
menunjukkan ekspresi kemarahannya terhadap tindakan tersebut, mengilustrasikan
ciri khas ilokusi ekspresif dalam tuturan tersebut.
Tindakan ilokusi ekspresif dalam konteks
ini adalah ekspresi kemarahan. Hal ini terlihat dari sikap psikologis penutur,
yaitu Park Yeonjin, yang mengungkapkan perasaannya secara eksplisit terhadap
tindakan yang dilakukan oleh Moon Dong-Eun. Dalam tuturannya, Park Yeonjin
mengevaluasi tindakan tersebut dengan ekspresi kemarahan, menunjukkan
ketidaksetujuan dan kebingungannya terhadap langkah yang diambil oleh Moon
Dong-Eun untuk melaporkan kejadian tersebut ke kantor polisi. Ciri khas dari
ilokusi ekspresif ini adalah penilaian atau evaluasi yang dilakukan oleh
penutur terhadap suatu keadaan atau benda, dalam hal ini, tindakan yang
dilakukan oleh mitra tutur, yaitu Moon Dong-Eun. Park Yeonjin mengekspresikan
sikap psikologisnya yang berupa kemarahan melalui tuturannya, dengan
menunjukkan ketidaksetujuan dan kebingungannya terhadap tindakan yang diambil
oleh Moon Dong-Eun. Dengan demikian, tuturan tersebut mengandung ciri khas
ilokusi ekspresif karena Park Yeonjin menyatakan sikap psikologisnya yang
berupa kemarahan terhadap tindakan yang dilakukan oleh mitra tuturnya, Moon
Dong-Eun, dengan maksud mengekspresikan perasaannya tentang tindakan tersebut.
Sedangkan fungsi yang ditemukan dalam tuturan yang dituturkan oleh
korban school bullying dalam jenis tindak tutur ilokusi ekspresif adalah
meminta maaf
Data No : 48 (Episode : 14; Menit : 15:14 – 15:17)
Konteks Yoon Sohee meminta maaf atas kejadian beberapa waktu yang
lalu di mana ia memakai pakaian yang terlihat sama dengan yang dipakai oleh
Park Yeonjin. Tuturan 윤소희 : 미안해,
찐자 미안해, 연진아. 그 옷은 다 버렸어,
정말이야 (Yoon Sohee: Aku minta maaf, sungguh aku minta maaf Yeon-jin. Aku membuang bajunya. Sungguh.) |
Tuturan di atas
termasuk dalam tindak tutur ilokusi ekspresif yang memiliki fungsi berupa
meminta maaf. Tuturan tersebut disampaikan oleh Yoon Sohee (Pt) kepada Park
Yeonjin (Mt). Maksud yang ingin disampaikan oleh penutur yakni Yoon Sohee dalam
tuturan tersebut adalah mengekspresikan permintaan maaf terhadap mitra tutur
karena telah memakai pakaian yang terlihat sama dengan mitra tutur. Kata ini “미안해” (Mianhae) ‘Maaf’ merupakan bentuk yang umum digunakan
dalam bahasa Korea untuk menyampaikan permintaan maaf. Ini adalah cara yang
langsung untuk menyatakan penyesalan atas tindakan atau kesalahan yang
dilakukan dan bagian dari evaluasi diri karena telah melakukan kesalahan. “찐자 미안해” (Jinjja mianhae) ‘Sungguh aku
minta maaf’ Penambahan kata "찐자" (Jinjja) ‘Sungguh’ di depan kata "미안해" (Mianhae) ‘Maaf’ menunjukkan
intensitas atau kekuatan dari permintaan maaf tersebut. Ini menegaskan bahwa
penutur benar-benar menyesal atas tindakannya.
“그 옷은 다 버렸어, 정말이야” ‘Aku membuang bajunya. Sungguh’ Dalam konteks permintaan maaf, kalimat ini menunjukkan
tindakan Yoon Sohee untuk menghilangkan atau menyingkirkan sesuatu yang menjadi
sumber masalah atau konflik. Dalam hal ini, dia mencoba untuk memperbaiki
situasi dengan mengakui bahwa dia telah membuang pakaian yang mungkin menjadi
penyebab masalah.
Dalam konteks tuturan yang diberikan, Yoon Sohee dengan tegas
menyampaikan permintaan maaf kepada Park Yeonjin atas kejadian di mana dia
memakai pakaian yang terlihat sama dengan yang dipakai oleh Park Yeonjin.
Melalui ungkapan "미안해"
(Mianhae) 'Maaf' dan "찐자
미안해" (Jinjja mianhae) 'Sungguh aku minta maaf',
Yoon Sohee mengungkapkan penilaian dirinya terhadap tindakannya,
mengekspresikan perasaan penyesalan dan kesal. Permintaan maaf ini bukan hanya
sekadar ungkapan formalitas, tetapi juga merupakan ekspresi dari sikap
psikologis Yoon Sohee yang secara tulus mengakui kesalahannya. Selain itu,
dengan menyatakan bahwa dia telah membuang pakaian tersebut, Yoon Sohee juga
menunjukkan niatnya untuk memperbaiki situasi dan menyingkirkan sumber konflik.
Dengan demikian, tuturan ini mencerminkan ciri khas ilokusi ekspresif, di mana
penutur secara jelas mengevaluasi tindakannya dan mengekspresikan perasaan
penyesalan serta niat baik untuk memperbaiki hubungan dengan mitra tuturnya.
4. Ilokusi
Komisif
Komisif,
yakni tindak tutur mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturan atau ujaran
Tindak
tutur ilokusi komisif yang memiliki fungsi mengancam banyak ditemukan dalam tuturan yang diujarkan oleh pelaku bullying.
Data No : 18, 19, 20 (Episode: 1; Menit : 17:57 – 18:41)
Konteks Park Yeonjin merundung Moon Dong-Eun dengan mengambil
celengan miliknya, Park Yeonjin berjanji akan mengembalikan uangnya asalkan
Moon Dong-Eun mau menari disaat Park Yeonjin dan teman-temannya meminum
alkohol. Jika tidak mau melakukannya, Moon Dong-Eun akan mendapatkan ancaman.
Tuturan 박연진 : 그래.
그럼 줄게. 대신 우리 술 마실 동안 춤춰봐. 그럼 이 돈은 안 건들게,
어때? (Park
Yeonjin: Baik. Kukembalikan. Namun, kau menari saat kami minum. Uangnya tak
akan kusentuh. Bagaimana?) 문동은 : 뭐? (Moon Dong-Eun: Apa?) 박연진 : 춤추라고.
음주 가무에 음주만 있고 가무가 없잖아. 왜? 싫어? 정 싫으면 다른 선택지도 있기는 있어. 너네 집에 이런 것도 있더라. 넌 지금 되게 엉망진창이야. 근데 자존심을
세우잖아 그럼 더 되게 되게 되게 엉망진창이 된다.
그러니까 춤추라고 수치스럽게 (Park Yeonjin: Kubilang menari. Nyanyi dan menari cocok dengan minum. Kenapa? Kau tak mau? Jika tak mau, ada pilihan lain. Kutemukan ini di rumahmu. Kau berantakan sekarang. Jika coba bersikap sombong, maka kau benar-benar akan sangat berantakan. Jadi, Menarilah dengan terhina.) |
Tuturan di atas
termasuk dalam tindak tutur ilokusi komisif yang memiliki fungsi berupa janji
dan ancaman. Tuturan tersebut
disampaikan oleh Park Yeonjin (Pt) kepada Moon Dong-Eun (Mt). Maksud yang ingin
disampaikan oleh penutur yakni Park Yeonjin dalam tuturan tersebut adalah
berjanji mengembalikan celengan milik
mitra tutur dan tidak akan menyentuh uangnya dengan syarat yaitu mitra tutur
harus menari saat Penutur dan teman-temannya meminum alkohol. Penutur juga
memberikan ancaman jika mitra tutur tidak mau menuruti perkataan yang
dituturkan oleh penutur. “그래. 그럼 줄게” ‘Baik.
Kukembalikan.’ kalimat ini menegaskan janji
dari penutur untuk memberikan sesuatu, menunjukkan niat yang kuat untuk
memenuhi kewajiban yang dijanjikan. “대신 우리 술
마실 동안 춤춰봐” ‘Namun, kau menari saat kami minum’ kalimat ini adalah sebuah syarat agar
janji itu terlaksana. “그럼 이 돈은 안 건들게, 어때?” ‘Uangnya tak akan kusentuh. Bagaimana?’ penawaran tambahan atau syarat yang
ditambahkan oleh penutur sebagai bagian dari janjinya, menunjukkan keseriusan
dan komitmen untuk memenuhi janji yang telah dibuat. “정 싫으면 다른 선택지도 있기는 있어” ‘Jika tak mau, ada pilihan lain’ ungkapan yang menyiratkan ancaman,
dengan memberi tahu mitra tutur bahwa jika dia tidak mau menurut, maka ada
konsekuensi atau alternatif yang mungkin kurang diinginkan. Dalam adegan saat
tuturan ini diucapkan "너네 집에 이런 것도 있더라." ‘Kutemukan ini di rumahmu’, penutur
menendang sebuah alat setrika dan menunjukkan bahwa penutur mengetahui
keberadaan suatu benda yang dapat digunakan sebagai alat ancaman atau sumber
potensi bahaya jika mitra tutur tidak mematuhi permintaannya, yaitu sebuah alat
setrika. Jika tidak mau menuruti permintaan penutur, mitra tutur akan diberi
hukuman berupa kulitnya disetrika. “근데 자존심을 세우잖아 그럼 더 되게 되게 되게 엉망진창이 된다.” ‘Jika
coba bersikap sombong, maka kau benar-benar akan sangat berantakan’ kalimat yang menujukkan
ancaman dan menjelaskan konsekuensi yang akan dialami oleh mitra tutur jika dia
memilih untuk mempertahankan harga dirinya dan tidak menuruti permintaan
penutur.
Ciri khas tindak tutur ilokusi komisif dalam data yang
diberikan dapat dilihat dari beberapa elemen utama. Pertama, terdapat janji
eksplisit dari penutur, yaitu Park Yeonjin, yang berjanji akan mengembalikan
celengan milik Moon Dong-Eun. Hal ini terlihat dalam tuturan "그래. 그럼 줄게."
‘Baik. Kukembalikan.’. Janji ini menunjukkan komitmen yang jelas dari penutur
untuk memenuhi suatu tindakan di masa depan. Kedua, tuturan komisif tersebut
disertai dengan syarat yang harus dipenuhi oleh mitra tutur, yaitu Moon
Dong-Eun. Syarat ini dinyatakan dengan jelas oleh penutur dalam kalimat "대신 우리 술 마실 동안
춤춰봐." ‘Namun, kau menari saat kami minum.’, yang menegaskan
bahwa pengembalian uang hanya akan dilakukan jika mitra tutur memenuhi syarat
tersebut. Ketiga, terdapat penawaran tambahan yang memperkuat komitmen penutur,
seperti dalam kalimat "그럼 이 돈은 안 건들게, 어때?"
‘Uangnya tak akan kusentuh. Bagaimana?’. Penawaran ini menambah kejelasan bahwa
penutur serius dengan janjinya, namun tetap mengharuskan pemenuhan syarat
tertentu. Keempat, ancaman yang menyertai tuturan komisif tersebut menunjukkan
adanya konsekuensi jika syarat tidak dipenuhi. Ancaman ini tersirat dalam
pernyataan "정 싫으면 다른 선택지도 있기는 있어."
‘Jika tak mau, ada pilihan lain.’, yang mengindikasikan bahwa ada akibat
negatif jika mitra tutur tidak mematuhi syarat yang diberikan. Ancaman ini diperkuat
dengan aksi fisik penutur yang menendang alat setrika dan menyebut bahwa ia
mengetahui benda tersebut ada di rumah Moon Dong-Eun, sebagaimana dinyatakan
dalam "너네 집에 이런 것도 있더라." ‘Kutemukan ini di rumahmu’. Ini menambah
tekanan psikologis bagi mitra tutur untuk mematuhi syarat yang diajukan.
Ancaman tersebut memberikan gambaran bahwa jika syarat tidak dipenuhi, penutur
memiliki potensi untuk melakukan tindakan yang dapat merugikan atau menyakiti
mitra tutur. Kesimpulannya, ciri khas tindak tutur ilokusi komisif dalam data
ini meliputi beberapa elemen penting: janji eksplisit, syarat yang harus
dipenuhi, penawaran tambahan yang memperkuat janji, dan ancaman yang
menunjukkan konsekuensi negatif jika syarat tidak dipatuhi. Kombinasi dari
elemen-elemen ini memperjelas komitmen penutur untuk melakukan tindakan
tertentu di masa depan dan memberikan tekanan kepada mitra tutur untuk mematuhi
permintaan yang diajukan.
Konteks Moon Dong-Eun datang tiba-tiba menemui Park Yeonjin dan
teman-temannya, lalu menanyakan apa impian yang dimiliki oleh Park Yeonjin
dengan tujuan untuk membalaskan dendam di masa depan. Sebagai tanggapan, Park
Yeonjin bertanya balik tentang impian yang dimiliki oleh Moon Dong-Eun. Tuturan 박연진: 그래서 넌 꿈이 뭔데? (Park Yeonjin: Jadi, apa impianmu?) 문동은:
너. 오늘부터 내 꿈은 너야.
우리 꼭 또 보자, 박연진.
(Moon Dong
Eun: Kamu. Mulai hari ini, impianku
adalah kamu. Mari kita bertemu lagi, Park Yeonjin.) |
Sedangkan
fungsi yang ditemukan dalam tuturan yang dituturkan oleh korban school
bullying dalam jenis tindak tutur komisf adalah pernyataan dan bersumpah.
Data
No : 28 (Episode : 1; Menit: 34:28 – 34:45)
Tuturan di atas
termasuk dalam tindak tutur ilokusi komisif yang memiliki fungsi berupa
pernyataan dan bersumpah. Tuturan
tersebut disampaikan oleh Moon Dong-Eun (Pt) kepada Park Yeonjin(Mt). Maksud
yang ingin disampaikan oleh penutur yakni Moon Dong-Eun dalam tuturan tersebut
adalah memberikan pernyataan bahwa mulai saat ini impian yg dimiliki oleh
penutur adalah segala sesuatu tentang mitra tutur dengan maksud untuk
membalaskan dendam di masa depan atas perbuatan school bullying yang
dilakukan oleh mitra tutur dan teman-temannya dan bersumpah akan bertemu dengan
mitra tutur di masa yang akan datang. “오늘부터 내 꿈은 너야” ‘Mulai hari ini, impianku adalah kamu’ kalimat ini adalah pernyataan yang menunjukkan
komitmen atau keputusan penutur untuk menjadikan mitra tutur sebagai tujuan
atau fokus utama dalam hidupnya. Kalimat tersebut juga adalah pernyataan yang
kuat tentang niat atau tekad penutur. Kemudian “우리 꼭
또 보자, 박연진” ‘Mari kita bertemu lagi, Park Yeonjin’
kalimat tersebut adalah sebuah sumpah untuk bertemu lagi
di masa depan. Penutur menyatakan sumpah bahwa penutur akan bertemu lagi dengan
mitra tutur, menunjukkan niat yang kuat untuk membalaskan dendam.
Ciri khas tindak tutur ilokusi komisif dalam data yang
diberikan dapat dilihat dari beberapa elemen utama. Pertama, terdapat
pernyataan komitmen dari penutur, yaitu Moon Dong-Eun, yang menyatakan bahwa
mulai hari ini impiannya adalah Park Yeonjin. Hal ini terlihat dalam tuturan "너. 오늘부터 내 꿈은 너야."
‘Kamu. Mulai hari ini, impianku adalah kamu’. Pernyataan ini menunjukkan tekad
yang kuat dari penutur untuk menjadikan mitra tutur sebagai tujuan atau fokus
utama dalam hidupnya. Kedua, tuturan komisif ini juga mengandung elemen sumpah
yang menunjukkan niat kuat penutur untuk bertemu kembali dengan mitra tutur di
masa depan. Ini dinyatakan dengan jelas dalam kalimat "우리 꼭 또 보자, 박연진."
‘Mari kita bertemu lagi, Park Yeonjin’. Sumpah ini menggarisbawahi komitmen
penutur untuk memastikan bahwa pertemuan kembali akan terjadi, yang dalam
konteks ini mengindikasikan rencana penutur untuk membalaskan dendam. Kombinasi
dari pernyataan dan sumpah ini mencerminkan komitmen yang mendalam dari penutur
untuk melaksanakan apa yang telah disebutkan dalam tuturan, yang merupakan ciri
khas utama dari tindak tutur ilokusi komisif. Penutur tidak hanya menunjukkan
niatnya secara eksplisit tetapi juga menegaskan keseriusan dan tekadnya untuk
mencapai tujuan tersebut, ciri khas tersebut sesuai dengan teori yang terdapat
dalam Hermaji (2021) dan Wahyuni et al. (2022).
Kesimpulan
Penelitian ini
menunjukkan bahwa jenis tindak tutur ilokusi yang dominan dalam drama Korea "The
Glory" dalam konteks school bullying adalah tindak tutur
ilokusi direktif, diikuti oleh tindak tutur ilokusi ekspresif, komisif, dan
representatif. Tindak tutur ilokusi direktif, yang mencakup perintah,
permintaan, dan larangan, muncul sebagai yang paling sering, diikuti oleh
ilokusi ekspresif yang mengekspresikan evaluasi emosional seperti kemarahan,
dan ilokusi komisif yang melibatkan ancaman, janji, atau sumpah untuk melakukan
tindakan tertentu. Sedangkan tindak tutur ilokusi representatif, yang yang
menunjukkan penuturan berdasarkan kebenaran, juga muncul dalam interaksi antara
pelaku dan korban bullying. Meskipun, dalam proporsi yang sedikit lebih
rendah dibandingkan dengan jenis tuturan lainnya. Dalam konteks tindak tutur ilokusi
representatif, penelitian menunjukkan bahwa pelaku bullying menggunakan
jenis tuturan ini untuk menyatakan atau melaporkan kebenaran kepada korban school
bullying. Sementara itu, korban bullying menggunakan tuturan representatif
untuk melaporkan suatu keadaan atau peristiwa yang dialaminya. Tindak tutur
ilokusi direktif, yang banyak digunakan oleh pelaku bullying,
menunjukkan upaya mereka dalam mengarahkan atau mengontrol tindakan korban. Di
sisi lain, korban bullying menggunakan ilokusi direktif untuk memohon
atau memelas kepada pelaku bullying. Dalam hal ilokusi ekspresif,
penelitian menunjukkan bahwa pelaku bullying sering menggunakan jenis
tuturan ini untuk mengekspresikan kemarahan dan ketidakpuasan terhadap tindakan
korban, sementara korban menggunakan ilokusi ekspresif untuk meminta maaf atas
kejadian yang terjadi. Dalam
konteks tindak tutur ilokusi komisif, penelitian menunjukkan bahwa pelaku bullying
sering menggunakan jenis tuturan ini untuk membuat ancaman atau janji mengenai
tindakan yang akan mereka lakukan terhadap korban. Ancaman ini dapat mencakup
tindakan kekerasan fisik atau pengucilan sosial. Di sisi lain, korban bullying
menggunakan tindak tutur komisif untuk bersumpah akan membalaskan dendamnya
atau untuk menyatakan tekad mereka untuk melawan perlakuan tersebut dan
mengambil langkah-langkah tersebut di masa depan. Kesimpulannya, analisis
tindak tutur ilokusi dalam konteks school bullying di dalam drama Korea
"The Glory" menunjukkan bahwa komunikasi antara pelaku dan
korban bullying ditandai dengan upaya kontrol, ekspresi emosional, dan
penegasan kebenaran atau keadaan. Penelitian ini memberikan pemahaman yang
lebih dalam tentang dinamika komunikasi dalam situasi bullying di
sekolah dan relevansinya dalam konteks sosial yang lebih luas.
BIBLIOGRAFI
Al Fathoni, M.
S., & Setiawati, D. (2020). Studi Kasus Perilaku Bullying Relasional di
Madrasah Aliyah Negeri 2 Gresik. Jurnal BK Unesa, 11(03),
397–406.
Alkatiri, D.,
Purwaka, A., & Cuedeyeni, P. (2021). Tindak Tutur Direktif Dalam Novel
Ayah Karya Andrea Hirata: Directive Speech Acts In Novel Ayah By Andrea
Hirata. Tunas: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 7(1), 1–8.
https://doi.org/10.33084/tunas.v7i1.2683
Armitha, D. O.
(2022, October 28). Isu Bullying di Korea Selatan Masih Marak, Ini Fakta
dan Penyebabnya yang Bikin “Miris.” Beautynesia. https://www.beautynesia.id/life/isu-bullying-di-korea-selatan-masih-marak-ini-fakta-dan-penyebabnya-yang-bikin-miris/b-264310
Astika, I. M.,
Murtiningrum, D. A., & Tantri, A. A. S. (2021). Analisis Tindak Tutur
Ekspresif dalam Acara Mata Najwa “Perlawanan Mahasiswa.” Jurnal Pendidikan
Bahasa Dan Sastra Indonesia UNDIKSHA, 11(1), 55–66.
CNN Indonesia.
(2023, October 20). Mengapa Bullying Tetap “Abadi” di Lingkungan Sekolah?.
CNN Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20230920120652-284-1001375/mengapa-bullying-tetap-abadi-di-lingkungan-sekolah
Hermaji, B.
(2021). Teori Pragmatik (Edisi Revisi) (P. Sudarmo, Ed.). Magnum
Pustaka Utama.
Kuntari, D. R.
(2022, May 31). 3 Faktor Penyebab Kasus Bullying di Sekolah Korea Selatan
Tinggi, Diduga Terjadi Pada Kasus Kim Ga Ram Sumber Artikel berjudul
"3 Faktor Penyebab Kasus Bullying di Sekolah Korea Selatan Tinggi, Diduga
Terjadi Pada Kasus Kim Ga Ram. Kabar Wonosobo. https://kabarwonosobo.pikiran-rakyat.com/internasional/pr-1564604892/3-faktor-penyebab-kasus-bullying-di-sekolah-korea-selatan-tinggi-diduga-terjadi-pada-kasus-kim-ga-ram?page=all
Kusumaningsih, I.
A. (2016). Tindak Tutur Ilokusi dalam Film Hors De Prix Karya Pierre
Salvadori [Skripsi]. Universitas Negeri Yogyakarta.
Lutfiana, M. A.,
& Sari, F. K. (2021). Tindak Tutur Representatif dan Direktif dalam Lirik
Lagu Didi Kempot. DIWANGKARA: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra Dan
Budaya Jawa, 1(1).
Meirisa, M.,
Rasyid, Y., & Murtadho, F. (2017). Tindak Tutur Ilokusi Dalam Interaksi
Pembelajaran Bahasa Indonesia (Kajian Etnografi Komunikasi di SMA Ehipassiko
School BSD). Bahtera: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra, 16(2).
https://doi.org/10.21009/BAHTERA.162.01
Muhamad, N.
(2023, August 7). Kasus Perundungan Sekolah Paling Banyak Terjadi di SD dan
SMP hingga Agustus 2023. Databoks.
Nasution, A. F.
(2023). Metode Penelitian Kualitatif (M. Albina, Ed.). CV. Harfa
Creative.
Nurjanah, S.
(2015). Tindak Tutur Ilokusi pada Status dan Comment Facebook Mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Semester VIII Tahun Akademik 2014/2015
[Skripsi]. Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Situmeang, S.
(2022). Tindak Tutur Deklarasi Pada Pedagang Di Pasar Pinangsori Sebuah Tinjauan
Pragmatik. Jurnal Basasasindo, 2(1), 30–40.
Wahyuni, A.,
Syahriandi, S., & Maulidawati, M. (2022). Tindak Tutur Komisif Pada
Pedagang Di Pasar Umum Krueng Geukuh Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara
(Kajian Pragmatik). KANDE Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa Dan Sastra
Indonesia, 2(2), 231–239.
Wiyani, N. A.
(2020). Save Our Children from School Bullying. Ar-Ruz Media.
Copyright holder: Nadzar Abdussalam, Risa Triarisanti, Jayanti Megasari (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |