Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 6, Juni 2024

 

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI SCHOOL  BULLYING DALAM DRAMA KOREA  THE GLORY (더글로리)

 

Nadzar Abdussalam1, Risa Triarisanti2, Jayanti Megasari3

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia1,2,3

Email: [email protected]1, [email protected]2, [email protected]3

 

Abstrak

Penelitian ini mengulas tindak tutur ilokusi yang merujuk pada tindakan school bullying yang sering terjadi khususnya di Korea Selatan. Tindak tutur ilokusi ini diambil dari percakapan dalam drama Korea “The Glory”. Drama ini mengisahkan tentang Moon Dong-eun yang mengalami trauma masa lalu akibat bullying di sekolah dan cerita berlanjut dengan rencananya untuk balas dendam. Di sisi lain, karakter Park Yeonjin juga terlibat dalam konflik dengan Moon Dong-eun yang memunculkan berbagai jenis tindak tutur ilokusi. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan tindak tutur ilokusi pada kajian pragmatik. Hasil penelitian menunjukkan dominasi tindak tutur ilokusi direktif dalam drama Korea "The Glory". Pada hasil analisis yang sudah dilakukan terdapat pula tindak tutur ilokusi representatif, ekspresif, dan komisif yang digunakan dalam konteks school bullying. Dalam kesimpulan, komunikasi antara pelaku dan korban bullying ditandai dengan upaya kontrol, ekspresi emosional, dan penegasan kebenaran atau keadaan. Penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang dinamika komunikasi dalam situasi bullying di sekolah dan relevansinya dalam konteks sosial yang lebih luas.

Kata kunci: Drama Korea “The Glory”, School Bullying, Tindak Tutur Ilokusi,

 

Abstract

This research reviews illocutionary acts referring to school bullying actions that frequently occur, particularly in South Korea. The illocutionary acts are taken from conversations in the Korean drama "The Glory." This drama tells the story of Moon Dong-eun, who experiences past trauma due to school bullying, and the story continues with her plan for revenge. On the other hand, the character Park Yeon-jin is also involved in conflict with Moon Dong-eun, which brings about various types of illocutionary acts. The research method used is descriptive qualitative with an illocutionary act approach in pragmatic studies. The results of the study show the dominance of directive illocutionary acts in the Korean drama "The Glory." The analysis results also reveal the use of representative, expressive, and commissive illocutionary acts in the context of school bullying. In conclusion, communication between the perpetrator and the victim of bullying is marked by efforts at control, emotional expression, and affirmation of truth or state. This research provides a deeper understanding of the dynamics of communication in school bullying situations and its relevance in a broader social context.

Keywords:  Illocutionary Speech Acts, Korean Drama "The Glory",  School Bullying

 

Pendahuluan

Perundungan atau yang biasa disebut dengan istilah bullying merupakan fenomena sosial yang sering terjadi di lingkungan sekolah. Fenomena ini mendapatkan perhatian serius dari berbagai negara, termasuk di Indonesia dan Korea Selatan. Menurut CNN Indonesia, data dari Kemendikbudristek menunjukkan bahwa 24,4 % siswa berpotensi mengalami perundungan di sekolah . Begitupun menurut Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), antara Januari hingga Agustus 2023, tercatat 16 kasus perundungan di sekolah, dengan mayoritas terjadi di tingkat SD dan SMP di Indonesia (Muhamad, 2023).

Kasus serupa juga sering terjadi di Korea Selatan. Data dari Kementerian Pendidikan, Sains, dan Teknologi Korea Selatan menunjukkan bahwa satu dari sepuluh siswa mengalami kekerasan dari teman sekelasnya (Kuntari, 2022). Laporan lain mencatat 41,7% siswa mengalami kekerasan verbal, 14,5% menjadi korban bully oleh sekelompok siswa, 12,4% mengalami kekerasan fisik, dan 9,8% menjadi korban cyberbullying. Jumlah kasus perundungan meningkat dari 37 ribu pada tahun 2017 menjadi 60 ribu pada tahun 2019 (Armitha, 2022).

Perundungan didefinisikan oleh Coloroso (dalam Al Fathoni & Setiawati, 2020) sebagai tindakan intimidasi untuk menunjukkan dominasi terhadap individu atau kelompok yang lebih lemah. Bullying bisa muncul di berbagai tempat di mana ada interaksi antarmanusia, seperti yang sering terjadi di sekolah, yang dikenal dengan istilah school bullying. School bullying merujuk pada tindakan agresif dan negatif yang dilakukan oleh satu individu atau sekelompok siswa secara berulang, dimana mereka mengeksploitasi ketidakseimbangan kekuatan dengan maksud untuk menyakiti targetnya, baik secara mental maupun fisik di lingkungan sekolah (Wiyani, 2020). Novan Ardy W (2012) mengidentifikasi lima pihak yang terlibat dalam school bullying: bully, asisten bully, reinforcer, defender, dan outsider. Di luar negeri, school bullying sering disebut sebagai peer victimization karena insiden tersebut bisa terjadi di antara teman sebaya. Di Jepang, fenomena school bullying dikenal dengan istilah ijime. Hal ini melibatkan gangguan berupa ejekan dan penindasan yang sering kali menyebabkan korban melakukan tindakan bunuh diri. Psikolog anak Aninda mengatakan bahwa perundungan di lingkungan sekolah masih terus berlangsung. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya atau bahkan ketiadaan aturan yang jelas bagi para pelaku perundungan (CNN Indonesia, 2023).

Masalah perundungan di sekolah atau school bullying telah banyak divisualisasikan melalui drama Korea. Salah satu contoh drama yang memperlihatkan fenomena ini adalah “The Glory (더글로리) yang disutradarai oleh Ahn Gil Ho dan mulai ditayangkan pada akhir tahun 2022 di layanan streaming Netflix. Drama tersebut menceritakan Moon Dong-eun (Song Hye-kyo), seorang perempuan yang harus mengatasi trauma masa lalu yang pahit akibat perundungan di sekolah. Dong-eun mengalami kekerasan dan intimidasi dari teman-temannya sehingga terpaksa berhenti sekolah. Dia merencanakan balas dendam kepada para pelaku dan orang-orang yang tidak membelanya. Ketika dewasa, Dong-eun bekerja sebagai guru SD dan menunggu kesempatan untuk melaksanakan rencananya saat anak pelaku masuk SD.

School bullying dalam drama Korea "The Glory" dapat dianalisis menggunakan teori tindak tutur, terutama tindak tutur ilokusi. Menurut Searle (dalam Nurjanah, 2015), tindak ilokusi adalah jenis tindak tutur yang tidak hanya digunakan untuk memberikan informasi, tetapi juga untuk melakukan suatu tindakan selama situasi tuturannya dipertimbangkan dengan cermat. Tindak tutur ini juga dikenal sebagai "The Act of Doing Something". Konteks tuturan sangat penting untuk mengenali jenis tindak tutur ini (Kusumaningsih, 2016). Austin (dalam Meirisa et al., 2017) berpendapat bahwa tindak tutur ilokusi adalah fokus utama teori tindak tutur karena kalimat atau pernyataan tidak dapat dipisahkan dari konteksnya. Tujuan penutur adalah menghasilkan kalimat yang berkontribusi pada interaksi dalam situasi komunikasi. Pendapat Austin didukung oleh Yule yang menyatakan bahwa ilokusi tercermin dalam penekanan komunikatif suatu tuturan. Searle (dalam Hermaji, 2021) membedakan tindak tutur ilokusi menjadi lima: a) Representatif atau Asertif, mengikat penutur pada kebenaran ucapan, seperti menyatakan, melaporkan, menunjukkan (Lutfiana & Sari, 2021); b) Direktif atau Impositif, mengharapkan mitra tutur melakukan tindakan, seperti menyuruh, meminta, melarang (Alkatiri et al., 2021); c) Ekspresif atau Evaluatif, mengungkapkan perasaan atau emosi, seperti memuji, mengkritik, meminta maaf (Astika et al., 2021); d) Komisif, mengikat penutur terhadap tindakan di masa depan, seperti berjanji, bersumpah, menawarkan (Wahyuni et al., 2022); dan e) Deklarasi, menciptakan keadaan baru melalui tuturan, seperti memutuskan, membatalkan, mengizinkan (Situmeang, 2022).

Penelitian tindak tutur ilokusi, telah banyak dilakukan salah satunya adalah penelitian dari Lisa Widyaningsih (2021) dengan hasil analisis terhadap dialog film "Ada Cinta di SMA" karya sutradara Patrick Effendy mengungkapkan keberadaan 15 data tindak tutur ilokusi yang beragam. Dari data tersebut, dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu tindak tutur representatif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. Kemudian, penelitian terkait selanjutnya adalah penelitian dari Silvia Putri (2020) dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, terungkap bahwa terdapat beragam tindak tutur ilokusi dalam film "Ada Apa Dengan Cinta 2". Tuturan penutur dalam film tersebut mencakup tindak tutur ilokusi asertif, direktif, ekspresif, komisif, serta deklarasi, yang diungkapkan melalui berbagai cara pengungkapan. Penelitian terkait selanjutnya yang terakhir adalah dari Patricia Karundeng (2021) dengan hasil penelitian terhadap film "Maleficent" karya Linda Woolverton, ditemukan bahwa terdapat lima jenis tindak tutur ilokusi yang diucapkan oleh karakter dalam film tersebut. Jenis-jenis tersebut mencakup asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklarasi.

Persamaan penelitian ini dengan sebelumnya dapat terlihat dari teori yang sama yaitu tindak tutur ilokusi menurut Searle. Ketiga penelitian tersebut memiliki kesamaan objek yaitu meneliti terhadap film. Perbedaan yang terdapat pada ketiga penelitian terdahulu terlihat dari objeknya, yakni pada penelitian ini penulis menggunakan drama Korea sebagai objek. Penelitian ini mengulas tindak tutur ilokusi yang merujuk pada tindakan school bullying yang sering terjadi khususnya di Korea Selatan.

 

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Menurut Saryono (2010) dalam Nasution (2023), penelitian  deskriptif kualitatif bertujuan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur, atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif. Dibandingkan dengan penelitian kuantitatif, penelitian ini berangkat dari data, menggunakan teori sebagai dasar penjelasan, dan melakukan analisis yang sesuai dengan data yang dihubungkan dengan teori. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif karena informasi yang dikumpulkan terdiri dari kata-kata dan tidak fokus pada data berbentuk angka atau statistik. Data berupa tuturan yang mengandung unsur ilokusi saat terjadinya  school bullying yang diperoleh dari drama korea  The Glory (더글로리). Tahap pertama penelitian adalah mengidentifikasi tuturan yang telah didapatkan berdasarkan jenis menurut teori tindak tutur ilokusi Searle (dalam Hermaji, 2021). Tahap kedua adalah mengaidentifikasi fungsi tuturan yang telah didapatkan. Langkah-langka dalam menganalis data adalah 1) mengumpulkan data, 2) mereduksi data, 3)penyajian data, dan 4) menarik kesimpulan.

 

Hasil dan Pembahasan

Bagian ini akan menguraikan hasil dan pembahasan dari analisis terhadap tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam drama Korea "The Glory," khususnya dalam konteks school bullying. Analisis ini mencakup berbagai jenis tindak tutur ilokusi yang ditemukan, yakni representatif, direktif, ekspresif, dan komisif, dengan fokus pada bagaimana setiap jenis tindak tutur berperan dalam interaksi antar karakter dalam situasi bullying.

A.   Hasil

No

Tindak Tutur Ilokusi

Jumlah

1

Representatif

9 Tuturan

2

Direktif

27 Tuturan

3

Ekspresif

15 Tuturan

4

Komisif

10 Tuturan

5

Deklarasi

0 Tuturan

 

Jumlah Keseluruhan

61 Tuturan

Pada tabel no 1 menunjukkan bahwa jenis tindak tutur ilokusi direktif adalah yang paling sering muncul dalam drama Korea "The Glory" dalam konteks  school bullying. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dengan jumlah data direktif sebanyak 27 tuturan dari total 61 tuturan. Tindak tutur direktif ini mencakup perintah, permintaan, saran, atau nasihat, yang bertujuan untuk mengarahkan atau mengatur tindakan mitra tutur.

B.    Pembahasan

1.     Ilokusi Representatif

Representatif (Asertif), yakni tindak tutur yang mengikat penuturnya pada kebenaran atas apa yang dikatakannya (Hermaji, 2021). Seperti menyatakan, melaporkan, menunjukkan (Lutfiana & Sari, 2021). Tindak tutur ilokusi dalam jenis representatif yang ditemukan pada penelitian ini berjumlah 9 tuturan, diantaranya memiliki fungsi memberitahukan, menyatakan, melaporkan, menunjukkan.

Fungsi yang ditemukan dalam tuturan yang dituturkan oleh pelaku bullying dalam jenis tindak tutur ilokusi representatif adalah menyatakan atau melaporkan kebenaran kepada korban school bullying.

              Data No : 7 (Episode : 1; Menit : 11:46 – 12:10)

Konteks    

Park Yeonjin mengungkapkan fakta atau keadaan yang dia yakini benar mengenai situasi yang dialami Moon Dong-Eun. Bahwa walaupun Moon Dong-Eun melaporkan Park Yeonjin dan teman-temannya ke polisi tidak aka ada hal yang berubah.

 

 

Tuturan      

박연진 : 난 이래도 아무 일이 없고 넌 그래도 아무 일이 없으니까 지금도 봐, 니가 경찰서 가서 그 지랄까지 떨었는데 넌 또 여기 와 있고 뭐가 달라졌니?  아무도 널 보호하지 않는다는 소리야, 동은아. 경찰도, 학교도 니 부모조차도 그걸 다섯 글자로 하면 뭐다? ‘사회적 약자’

(Karena aku tak akan dihukum,  dan tak ada yang berubah bagimu. Lihat dirimu sekarang. Lapor polisi, tetapi di sini lagi. Ada yang berubah? Intinya, tak ada yang melindungimu, Dong-Eun. Polisi, sekolah, maupun orang tuamu. Orang begitu disebut apa? ‘Orang Lemah’)

 

Tuturan di atas termasuk dalam tindak tutur ilokusi representatif yang memiliki fungsi berupa menyatakan. Tuturan tersebut disampaikan oleh Park Yeonjin (Pt[1]) kepada Moon Dong-Eun (Mt[2]). Maksud yang ingin disampaikan oleh penutur yakni Park Yeonjin dalam tuturan tersebut adalah penutur mengungkapkan fakta atau keadaan yang dia yakini benar mengenai situasi mitra tuturnya yaitu Moon Dong-Eun . "난 이래도 아무 일이 없고 넌 그래도 아무 일이 없으니까 지금도 봐, 니가 경찰서 가서 그 지랄까지 떨었는데 넌 또 여기 와 있고 뭐가 달라졌니?"  Karena aku tak akan dihukum,  dan tak ada yang berubah bagimu. Lihat dirimu sekarang. Lapor polisi, tetapi di sini lagi. Ada yang berubah?’ kalimat ini menunjukkan pernyataan tentang situasi yang dianggap penutur sebagai fakta, yaitu bahwa meskipun mitra tutur telah mengambil tindakan drastis yaitu dengan melaporkan tindakan pembullyan kepada pihak polisi, hasilnya tetap sama tidak ada perubahan yang terjadi pada penutur maupun mitra tutur. Kalimat tersebut juga menggarisbawahi ketidakberdayaan mitra tutur.  Kemudian kalimat ini "아무도 널 보호하지 않는다는 소리야, 동은아. 경찰도, 학교도 니 부모조차도 그걸 다섯 글자로 하면 뭐다? ‘사회적 약자" Intinya, tak ada yang melindungimu, Dong-Eun. Polisi, sekolah, maupun orang tuamu. Orang begitu disebut apa? ‘Orang Lemah’’ menunjukkan bahwa penutur menyatakan kenyataan yang dia lihat bahwa tidak ada pihak yang melindungi mitra tutur, termasuk polisi, sekolah, atau orang tuanya. Penutur juga menyatakan fakta menurut pandangannya tentang status sosial mitra tutur, dengan menegaskan bahwa semua pihak tidak memberikan perlindungan, sehingga menyimpulkan bahwa mitra tutur adalah orang yang lemah.

Tindak tutur ilokusi representatif berfungsi untuk menyatakan sesuatu yang diyakini benar oleh penuturnya. Dalam tuturan yang disampaikan oleh Park Yeonjin kepada Moon Dong-Eun, terdapat beberapa ciri khas yang menandakan ilokusi representatif. Pertama, pernyataan fakta terlihat dalam kalimat " 이래도 아무 일이 없고  그래도 아무 일이 없으니까 지금도 , 니가 경찰서 가서  지랄까지 떨었는데   여기  있고 뭐가 달라졌니?" ‘Karena aku tak akan dihukum, dan tak ada yang berubah bagimu. Lihat dirimu sekarang. Lapor polisi, tetapi di sini lagi. Ada yang berubah?’, yang menunjukkan bahwa laporan Dong-Eun tidak menghasilkan perubahan apapun. Kedua, deskripsi tentang mitra tutur tampak dalam kalimat "아무도  보호하지 않는다는 소리야, 동은아. 경찰도, 학교도  부모조차도 그걸 다섯 글자로 하면 뭐다? 사회적 약자" ‘Intinya, tak ada yang melindungimu, Dong-Eun. Polisi, sekolah, maupun orang tuamu. Orang begitu disebut apa? ‘Orang Lemah’’, di mana Yeonjin menyatakan bahwa Dong-Eun tidak dilindungi oleh siapa pun dan menyimpulkan bahwa Dong-Eun adalah orang yang lemah. Ketiga, penggunaan bahasa yang tegas mencerminkan keyakinan kuat penutur mengenai situasi mitra tutur. Dengan ciri-ciri tersebut, tuturan Park Yeonjin termasuk tindak tutur ilokusi representatif, di mana penutur menyatakan fakta atau keyakinannya serta mempengaruhi persepsi mitra tutur tentang situasi yang ada.

 

Sedangkan fungsi yang ditemukan dalam tuturan yang dituturkan oleh korban school bullying dalam jenis tindak tutur ilokusi representatif adalah melaporkan.

            Data No : 24 (Episode: 1; Menit : 23:52 – 24:07)

Konteks    

Moon Dong-Eun mengajukan surat pengunduran diri kepada wali kelasnya, Bapak Kim, serta menjelaskan alasan di balik keputusannya untuk berhenti dari sekolah.

 

Tuturan      

김선생님 : 너 이거 뭐야? 자퇴 사유 이거 뭐냐고?

(Pak Guru Kim: Apa ini? Alasan keluar sekolah ini apa maksudnya?)

문동은: 학교 푹력이요. 가해자는 박연진, 이사라, 전재준, 최혜정, 손명오. 그리고 선생님은 방관하셨고요.

(Moon Dong-Eun : Ini karena kekerasan di sekolah. Pelakunya adalah Park Yeonjin, Lee Sera, Jeon Jaejun, Choi Hyejeong, Son Myeongo, dan pak guru hanya menonton saja.)

Tuturan di atas termasuk dalam tindak tutur ilokusi representatif yang memiliki fungsi berupa laporan. Tuturan tersebut disampaikan oleh Dong-Eun (Pt) kepada Bapak Guru Kim (Mt). Maksud yang ingin disampaikan oleh penutur yakni Dong-Eun dalam tuturan tersebut adalah menjelaskan alasan pengunduran dirinya dari sekolah, yaitu karena dia mengalami kekerasan, serta melaporkan siapa saja yang terlibat dalam kekerasan tersebut. 학교 푹력이요.”Ini karena kekerasan di sekolah.’ frasa ini menunjukkan informasi mengenai jenis kejadian yang dilaporkan, kemudian kalimat ini 가해자는 박연진, 이사라, 전재준, 최혜정, 손명오 Pelakunya adalah Park Yeonjin, Lee Sera, Jeon Jaejun, Choi Hyejeong, Son Myeongo.’ menyebutkan secara spesifik siapa saja yang terlibat sebagai pelaku, menunjukkan laporan mengenai pelaku kekerasan. Lalu, Dong-Eun memberikan informasi tambahan tentang tindakan guru, yang memperkuat konteks laporan bahwa kejadian tersebut diketahui tetapi diabaikan oleh otoritas dengan kalimat 그리고 선생님은 방관하셨고요 dan pak guru hanya menonton saja.’.

Tindak tutur ilokusi representatif memiliki fungsi untuk melaporkan suatu keadaan atau peristiwa yang diyakini benar oleh penuturnya. Dalam tuturan yang disampaikan oleh Dong-Eun kepada Bapak Guru Kim, terdapat beberapa ciri khas yang menandakan ilokusi representatif dengan fungsi laporan. Pertama, penutur memberikan informasi mengenai jenis kejadian yang dilaporkan melalui frasa 학교 푹력이요 ‘ini kekerasan di sekolah’, yang menunjukkan bahwa kekerasan di sekolah adalah alasan pengunduran dirinya. Kedua, Dong-Eun menyebutkan secara spesifik pelaku kekerasan dengan kalimat “가해자는 박연진, 이사라, 전재준, 최혜정, 손명오” ‘Pelakunya adalah Park Yeonjin, Lee Sara, Jeon Jaejun, Choi Hyejeong, dan Son Myeongoh’. Penyebutan nama-nama ini memberikan laporan yang jelas mengenai siapa saja yang terlibat sebagai pelaku kekerasan. Ketiga, Dong-Eun memberikan informasi tambahan tentang tindakan guru dengan frasa “그리고 선생님은 방관하셨고요” ‘dan pak guru hanya menontonnya’, yang memperkuat konteks laporan bahwa kejadian tersebut diketahui tetapi diabaikan oleh otoritas. Dengan memperhatikan ciri-ciri tersebut, tuturan yang disampaikan oleh Dong-Eun termasuk dalam tindak tutur ilokusi representatif, di mana penutur melaporkan fakta atau kejadian yang dialaminya serta menyebutkan pihak-pihak yang terlibat dalam peristiwa tersebut.

 

2.     Ilokusi Direktif

Direktif (impositif), yakni tindak tutur yang dilakukan oleh penuturnya dengan maksud agar mitra tutur melakukan tindakan yang dituturkan (Hermaji, 2021). Seperti menyuruh, meminta, melarang (Alkatiri et al., 2021). Tindak tutur ilokusi dalam jenis representatif yang ditemukan pada penelitian ini berjumlah 27 tuturan, diantarannya memiliki fungsi meminta, menyuruh, memelas, melarang.

Tindak tutur ilokusi direktif yang memiliki fungsi menyuruh banyak ditemukan dalam tuturan yang dituturkan oleh pelaku school bullying dalam merundung korbannya.

            Data No : 41 & 42 (Episode: 14; Menit : 10:13 – 10:28)

Konteks    

Ketika Park Yeonjin dan rekan-rekannya sedang berjalan-jalan, mereka tak sengaja bertemu dengan Yoon Sohee yang memakai baju yang sama dengan yang dipakai oleh Park Yeonjin. Park Yeonjin merasa tidak senang mengenai hal tersebut.

 

Tuturan      

박연진: , ! 벗어

(Park Yeonjin: Hei. Kau! Buka!)

윤소희: ?

(Yoon Sohee: Apa?)

박연진 : 너도 니네 엄마처럼 귀먹었어? 벗으라고, 말대답만 처하지 말고!

(Park Yeonjin : Apakah kau juga tuli seperti ibumu? Buka baju, dan berhenti membantah!)

Tuturan di atas termasuk dalam tindak tutur ilokusi direktif yang memiliki fungsi berupa menyuruh. Tuturan tersebut disampaikan oleh Park Yeonjin(Pt) kepada Yoon Sohee (Mt). Maksud yang ingin disampaikan oleh penutur yakni Park Yeonjin dalam tuturan tersebut adalah menyuruh mitra tutur melepaskan bajunya dengan alasan penutur merasa tidak suka dengan pakaian yang mitra tutur kenakan karena terlihat sama. Tindak tutur ilokusi direktif adalah jenis tindak tutur yang bertujuan untuk membuat mitra tutur melakukan tindakan tertentu. Dalam tuturan yang disampaikan oleh Park Yeonjin kepada Yoon Sohee, terdapat beberapa ciri khas yang menunjukkan ilokusi direktif dengan fungsi menyuruh. Pertama, panggilan ", !" (‘Hei, kau!’) merupakan panggilan yang kuat untuk menarik perhatian Yoon Sohee secara langsung, menunjukkan bahwa penutur ingin mengarahkan perhatian mitra tutur dengan cepat. Kedua, kata "벗어" (Beoseo) ‘Buka!’adalah perintah langsung untuk melepaskan atau membuka sesuatu, dalam hal ini pakaian yang dikenakan oleh Yoon Sohee. Kata "벗어" (Beos-eo) merupakan kata perintah dalam bahasa Korea yang berasal dari kata dasar "벗다" (Beot-da) yang berarti "melepas" atau "membuka." Dalam bentuk perintah informal, kata dasar ini dikonjugasi menjadi "벗어" (Beos-eo) dengan menambahkan akhiran "-" (Eo) yang khas untuk membentuk imperatif dalam percakapan sehari-hari. Penggunaan bentuk ini menunjukkan bahwa penutur ingin menginstruksikan seseorang untuk melakukan suatu tindakan secara langsung dan segera. Ketiga, kalimat "너도 니네 엄마처럼 귀먹었어? 벗으라고, 말대답만 처하지 말고!" ‘Apakah kau juga tuli seperti ibumu? Buka baju, dan berhenti membantah!’ memperkuat otoritas dan ketidaksenangan yang dirasakan oleh Park Yeonjin, sekaligus menekankan bahwa perintah tersebut harus segera dilakukan tanpa bantahan. Dengan memperhatikan ciri-ciri tersebut, tuturan yang disampaikan oleh Park Yeonjin termasuk dalam tindak tutur ilokusi direktif, di mana penutur menyuruh mitra tutur untuk melakukan suatu tindakan secara tegas dan segera.

Sedangkan fungsi yang ditemukan dalam tuturan yang dituturkan oleh korban school bullying dalam jenis tindak tutur ilokusi direktif adalah meminta dan memelas.

Data No : 17 (Episode: 1; Menit: 17:50 – 17:52)

Konteks    

Park Yeonjin merundung Moon Dong-Eun dengan mengambil celengannya.

 

Tuturan      

문동은 : 부탁이야, 제발 돌려줘, 연진아

(Moon Dong-Eun: Kumohon, kembalikan itu, Yeonjin)

Tuturan di atas termasuk dalam tindak tutur ilokusi direktif yang memiliki fungsi berupa meminta dan memelas. Tuturan tersebut disampaikan oleh Moon Dong-Eun (Pt) kepada Park Yeonjin (Mt). Maksud yang ingin disampaikan oleh penutur yakni Moon Dong-Eun dalam tuturan tersebut adalah meminta dan memelas kepada mitra tutur untuk mengembalikan celengan yang diambil oleh mitra tutur. Kata ini 부탁이야 (Butagiya) menunjukkan bahwa penutur sedang memohon atau meminta sesuatu kepada mitra tuturnya dengan cara yang sopan dan memohon. 제발 돌려줘 Ekspresi "제발"  (Jebal) berarti "tolong" atau "mohon", menambahkan elemen memelas kepada permintaan tersebut. "돌려줘" (Dollyeojwo) berarti "kembalikan", menegaskan permintaan untuk mengembalikan sesuatu yang telah diambil. Dalam bahasa Korea, kata "부탁이야" (Butagiya) dan "제발" (Jebal) memiliki fungsi penting dalam menyampaikan permintaan dengan berbagai nuansa kesopanan dan urgensi. Kata "부탁이야" (Butagiya) berasal dari "부탁" (Butak) yang berarti "permintaan" atau "permohonan", ditambah akhiran "이야"  (Iya) yang memberikan kesan informal dan akrab. Secara umum, "부탁이야" (Butagiya) digunakan untuk membuat permintaan yang sopan dan tulus, sering kali dalam konteks percakapan antara teman atau orang yang memiliki hubungan dekat. Penggunaan "부탁이야" (Butagiya) menyiratkan bahwa penutur benar-benar membutuhkan atau menginginkan sesuatu dan berharap pendengar akan mengabulkannya, menambahkan sentuhan personal yang membuat permintaan tersebut terdengar lebih mendesak dan penting.

Sementara itu, kata "제발" (Jebal) berarti "tolong" atau "mohon" dan sering digunakan untuk menekankan keputusasaan atau urgensi dalam sebuah permintaan. "제발" (Jebal) mengandung elemen emosi yang kuat, menunjukkan bahwa penutur sangat menginginkan atau membutuhkan sesuatu dalam situasi yang mendesak atau penuh emosi. Penggunaan "제발" (Jebal) menekankan bahwa permintaan tersebut sangat penting, dan penutur sangat berharap permintaannya akan dipenuhi. Dalam konteks ini, "제발" (Jebal) dapat mengungkapkan rasa putus asa atau frustrasi, membuat permintaan tersebut terdengar lebih mendesak dan penting.

Secara keseluruhan, kedua kata ini berfungsi untuk memperkuat permintaan dalam bahasa Korea, dengan "부탁이야" (Butagiya) memberikan nuansa kesopanan dan personal, sedangkan "제발" (Jebal)  menambahkan urgensi dan keputusasaan. Kombinasi kedua kata ini dalam sebuah permintaan dapat menunjukkan betapa pentingnya permintaan tersebut bagi penutur, serta harapannya yang besar agar permintaannya dikabulkan.

Analisis terhadap tuturan Moon Dong-Eun kepada Park Yeonjin dalam konteks ketika Park Yeonjin merundung Moon Dong-Eun dengan mengambil celengannya mengungkap ciri khas ilokusi direktif, dimana penutur bermaksud agar mitra tutur melakukan tindakan yang dituturkan. Tuturan Moon Dong-Eun, "부탁이야, 제발 돌려줘, 연진아" ‘Kumohon, kembalikan itu, Yeonjin’, mengekspresikan permohonan, dengan tambahan urgensi dan keputusasaan melalui penggunaan "제발" (Jebal). Dalam bahasa Korea, kedua frasa tersebut memiliki peran penting dalam menyampaikan permintaan dengan berbagai nuansa kesopanan, urgensi, dan keputusasaan. Dengan demikian, tuturan Moon Dong-Eun mencerminkan jenis ilokusi direktif di mana penutur secara sopan memohon dan memelas kepada mitra tutur untuk melakukan tindakan tertentu, sesuai dengan maksud yang ingin disampaikan oleh penutur.

 

3.     Ilokusi Ekspresif

Ekpresif (Evaluatif), yakni tindak tutur yang dilakukan dengan maksud untuk menilai (mengevaluasi) tentang hal-hal yang disebutkan dalam tuturan (Hermaji, 2021). Tuturan ini berfungsi menyerukan atau menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan atau benda (Hermaji, 2021). seperti memuji, mengkritik, meminta maaf (Astika et al., 2021). Tindak tutur ilokusi dalam jenis ekspresif yang ditemukan pada penelitian ini berjumlah 15 tuturan, diantaranya memiliki fungsi seperti meminta maaf, berterima kasih, menyalahkan, marah, memuji, mengkritik, dan mengasihani.

Tindak tutur ilokusi ekspresif yang memiliki fungsi marah, menyalahkan, dan kesal banyak ditemukan dalam tuturan yang diujarkan oleh pelaku bullying.

            Data No : 1 (Episode: 1; Menit: 10:20 – 10:40)

Konteks    

Park Yeonjin merasa marah terhadap tindakan yang dilakukan oleh Moon Dong-Eun karena Moon Dong-Eun melaporkan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh Park Yeonjin dan teman-temannya ke kantor polisi.

 

Tuturan      

박연진: 그동안 괴롭혀서 미안 사과하려고 화 풀 거지? 그롷다고 뭐 경찰서까지 가고 그러냐? 쫄리게. 그래서 말인데 동은아 이제부터 니가 고데기 열 채크 좀 해줄래?

(Park Yeonjin : Maaf aku merundungmu selama ini, aku mau minta maaf. Kau tak marah bukan? Lalu kenapa harus ke kantor polisi? Menakutkan.  Omong-omong Dong-Eun mulai kini bisa periksa apakah alat catoknya cukup panas?)

 

           

Tuturan di atas termasuk dalam tindak tutur ilokusi ekspresif yang memiliki fungsi berupa kemarahan. Tuturan tersebut disampaikan oleh Park Yeonjin (Pt) kepada Moon Dong-Eun (Mt). Maksud yang ingin disampaikan oleh penutur yakni Park Yeonjin dalam tuturan tersebut adalah mengekspresikan kemarahannya terhadap mitra tutur karena melaporkan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh Park Yeonjin dan teman-temannya ke kantor polisi. Dalam tuturan tersebut, ciri khas ilokusi ekspresif tercermin dalam ekspresi Park Yeonjin yang jelas mengekspresikan kemarahannya terhadap tindakan Moon Dong-Eun. Kalimat seperti "그롷다고 뭐 경찰서까지 가고 그러냐? 쫄리게." ‘Lalu kenapa harus ke kantor polisi? Menakutkan.’ menunjukkan ketidaksetujuan dan kebingungan Park Yeonjin atas keputusan Moon Dong-Eun untuk melaporkan masalah tersebut. Ekspresi kemarahan ini diperkuat dengan kalimat "그래서 말인데 동은아 이제부터 니가 고데기 열 채크 좀 해줄래?" ‘Omong-omong, mulai sekarang, apakah kamu bisa memeriksa apakah alat catoknya cukup panas?’, yang menunjukkan adanya hukuman atau konsekuensi atas tindakan Moon Dong-Eun yaitu memeriksa suhu catokan menggunakan kulitnya langsung. Dengan memberikan instruksi yang keras kepada Moon Dong-Eun, Park Yeonjin secara jelas menunjukkan ekspresi kemarahannya terhadap tindakan tersebut, mengilustrasikan ciri khas ilokusi ekspresif dalam tuturan tersebut.

Tindakan ilokusi ekspresif dalam konteks ini adalah ekspresi kemarahan. Hal ini terlihat dari sikap psikologis penutur, yaitu Park Yeonjin, yang mengungkapkan perasaannya secara eksplisit terhadap tindakan yang dilakukan oleh Moon Dong-Eun. Dalam tuturannya, Park Yeonjin mengevaluasi tindakan tersebut dengan ekspresi kemarahan, menunjukkan ketidaksetujuan dan kebingungannya terhadap langkah yang diambil oleh Moon Dong-Eun untuk melaporkan kejadian tersebut ke kantor polisi. Ciri khas dari ilokusi ekspresif ini adalah penilaian atau evaluasi yang dilakukan oleh penutur terhadap suatu keadaan atau benda, dalam hal ini, tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur, yaitu Moon Dong-Eun. Park Yeonjin mengekspresikan sikap psikologisnya yang berupa kemarahan melalui tuturannya, dengan menunjukkan ketidaksetujuan dan kebingungannya terhadap tindakan yang diambil oleh Moon Dong-Eun. Dengan demikian, tuturan tersebut mengandung ciri khas ilokusi ekspresif karena Park Yeonjin menyatakan sikap psikologisnya yang berupa kemarahan terhadap tindakan yang dilakukan oleh mitra tuturnya, Moon Dong-Eun, dengan maksud mengekspresikan perasaannya tentang tindakan tersebut.

Sedangkan fungsi yang ditemukan dalam tuturan yang dituturkan oleh korban school bullying dalam jenis tindak tutur ilokusi ekspresif adalah meminta maaf

Data No : 48 (Episode : 14; Menit : 15:14 – 15:17)

Konteks  

Yoon Sohee meminta maaf atas kejadian beberapa waktu yang lalu di mana ia memakai pakaian yang terlihat sama dengan yang dipakai oleh Park Yeonjin.

 

Tuturan

소희 : 미안해, 찐자 미안해, 연진아. 그 옷은 다 버렸어, 정말이야 

(Yoon Sohee: Aku minta maaf, sungguh aku minta maaf Yeon-jin. Aku membuang bajunya. Sungguh.)

 

Tuturan di atas termasuk dalam tindak tutur ilokusi ekspresif yang memiliki fungsi berupa meminta maaf. Tuturan tersebut disampaikan oleh Yoon Sohee (Pt) kepada Park Yeonjin (Mt). Maksud yang ingin disampaikan oleh penutur yakni Yoon Sohee dalam tuturan tersebut adalah mengekspresikan permintaan maaf terhadap mitra tutur karena telah memakai pakaian yang terlihat sama dengan mitra tutur. Kata ini 미안해 (Mianhae) ‘Maaf’ merupakan bentuk yang umum digunakan dalam bahasa Korea untuk menyampaikan permintaan maaf. Ini adalah cara yang langsung untuk menyatakan penyesalan atas tindakan atau kesalahan yang dilakukan dan bagian dari evaluasi diri karena telah melakukan kesalahan. 찐자 미안해(Jinjja mianhae) Sungguh aku minta maaf’ Penambahan kata "찐자" (Jinjja) ‘Sungguh’ di depan kata "미안해" (Mianhae) ‘Maaf’ menunjukkan intensitas atau kekuatan dari permintaan maaf tersebut. Ini menegaskan bahwa penutur benar-benar menyesal atas tindakannya.  그 옷은 다 버렸어, 정말이야 Aku membuang bajunya. Sungguh’ Dalam konteks permintaan maaf, kalimat ini menunjukkan tindakan Yoon Sohee untuk menghilangkan atau menyingkirkan sesuatu yang menjadi sumber masalah atau konflik. Dalam hal ini, dia mencoba untuk memperbaiki situasi dengan mengakui bahwa dia telah membuang pakaian yang mungkin menjadi penyebab masalah.

Dalam konteks tuturan yang diberikan, Yoon Sohee dengan tegas menyampaikan permintaan maaf kepada Park Yeonjin atas kejadian di mana dia memakai pakaian yang terlihat sama dengan yang dipakai oleh Park Yeonjin. Melalui ungkapan "미안해" (Mianhae) 'Maaf' dan "찐자 미안해" (Jinjja mianhae) 'Sungguh aku minta maaf', Yoon Sohee mengungkapkan penilaian dirinya terhadap tindakannya, mengekspresikan perasaan penyesalan dan kesal. Permintaan maaf ini bukan hanya sekadar ungkapan formalitas, tetapi juga merupakan ekspresi dari sikap psikologis Yoon Sohee yang secara tulus mengakui kesalahannya. Selain itu, dengan menyatakan bahwa dia telah membuang pakaian tersebut, Yoon Sohee juga menunjukkan niatnya untuk memperbaiki situasi dan menyingkirkan sumber konflik. Dengan demikian, tuturan ini mencerminkan ciri khas ilokusi ekspresif, di mana penutur secara jelas mengevaluasi tindakannya dan mengekspresikan perasaan penyesalan serta niat baik untuk memperbaiki hubungan dengan mitra tuturnya.

 

4.     Ilokusi Komisif

Komisif, yakni tindak tutur mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturan atau ujaran (Hermaji, 2021). Seperti berjanji, bersumpah, menawarkan (Wahyuni et al., 2022). Tindak tutur ilokusi dalam jenis ekspresif yang ditemukan pada penelitian ini berjumlah 10 tuturan, diantaranya memiliki fungsi seperti berjanji, mengancam, pernyataan, bersumpah.

Tindak tutur ilokusi komisif yang memiliki fungsi mengancam banyak ditemukan dalam tuturan yang diujarkan oleh pelaku bullying.

            Data No : 18, 19, 20 (Episode: 1; Menit : 17:57 – 18:41)

Konteks  

Park Yeonjin merundung Moon Dong-Eun dengan mengambil celengan miliknya, Park Yeonjin berjanji akan mengembalikan uangnya asalkan Moon Dong-Eun mau menari disaat Park Yeonjin dan teman-temannya meminum alkohol. Jika tidak mau melakukannya, Moon Dong-Eun akan mendapatkan ancaman.

 

Tuturan

박연진 : 그래. 그럼 줄게. 대신 우리 술 마실 동안 춤춰봐. 그럼 이 돈은 안 건들게, 어때?

(Park Yeonjin: Baik. Kukembalikan. Namun, kau menari saat kami minum. Uangnya tak akan kusentuh. Bagaimana?)

문동은 : ?

(Moon Dong-Eun: Apa?)

박연진 : 춤추라고. 음주 가무에 음주만 있고 가무가 없잖아. ? 싫어? 정 싫으면 다른 선택지도 있기는 있어. 너네 집에 이런 것도 있더라. 넌 지금 되게 엉망진창이야. 근데 자존심을 세우잖아 그럼 더 되게 되게 되게 엉망진창이 된다. 그러니까 춤추라고 수치스럽게

(Park Yeonjin: Kubilang menari. Nyanyi dan menari cocok dengan minum. Kenapa? Kau tak mau? Jika tak mau, ada pilihan lain. Kutemukan ini di rumahmu. Kau berantakan sekarang. Jika coba bersikap sombong, maka kau benar-benar akan sangat berantakan. Jadi, Menarilah dengan terhina.) 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tuturan di atas termasuk dalam tindak tutur ilokusi komisif yang memiliki fungsi berupa janji dan ancaman. Tuturan tersebut disampaikan oleh Park Yeonjin (Pt) kepada Moon Dong-Eun (Mt). Maksud yang ingin disampaikan oleh penutur yakni Park Yeonjin dalam tuturan tersebut adalah berjanji mengembalikan celengan  milik mitra tutur dan tidak akan menyentuh uangnya dengan syarat yaitu mitra tutur harus menari saat Penutur dan teman-temannya meminum alkohol. Penutur juga memberikan ancaman jika mitra tutur tidak mau menuruti perkataan yang dituturkan oleh penutur. 그래. 그럼 줄게 Baik. Kukembalikan.’ kalimat ini menegaskan janji dari penutur untuk memberikan sesuatu, menunjukkan niat yang kuat untuk memenuhi kewajiban yang dijanjikan. 대신 우리 술 마실 동안 춤춰봐 Namun, kau menari saat kami minum’ kalimat ini adalah sebuah syarat agar janji itu terlaksana. 그럼 이 돈은 안 건들게, 어때?” Uangnya tak akan kusentuh. Bagaimana?’ penawaran tambahan atau syarat yang ditambahkan oleh penutur sebagai bagian dari janjinya, menunjukkan keseriusan dan komitmen untuk memenuhi janji yang telah dibuat. “정 싫으면 다른 선택지도 있기는 있어Jika tak mau, ada pilihan lain’ ungkapan yang menyiratkan ancaman, dengan memberi tahu mitra tutur bahwa jika dia tidak mau menurut, maka ada konsekuensi atau alternatif yang mungkin kurang diinginkan. Dalam adegan saat tuturan ini diucapkan "너네 집에 이런 것도 있더라." ‘Kutemukan ini di rumahmu’, penutur menendang sebuah alat setrika dan menunjukkan bahwa penutur mengetahui keberadaan suatu benda yang dapat digunakan sebagai alat ancaman atau sumber potensi bahaya jika mitra tutur tidak mematuhi permintaannya, yaitu sebuah alat setrika. Jika tidak mau menuruti permintaan penutur, mitra tutur akan diberi hukuman berupa kulitnya disetrika.  근데 자존심을 세우잖아 그럼 더 되게 되게 되게 엉망진창이 된다.” Jika coba bersikap sombong, maka kau benar-benar akan sangat berantakan’ kalimat yang menujukkan ancaman dan menjelaskan konsekuensi yang akan dialami oleh mitra tutur jika dia memilih untuk mempertahankan harga dirinya dan tidak menuruti permintaan penutur.

Ciri khas tindak tutur ilokusi komisif dalam data yang diberikan dapat dilihat dari beberapa elemen utama. Pertama, terdapat janji eksplisit dari penutur, yaitu Park Yeonjin, yang berjanji akan mengembalikan celengan milik Moon Dong-Eun. Hal ini terlihat dalam tuturan "그래. 그럼 줄게." ‘Baik. Kukembalikan.’. Janji ini menunjukkan komitmen yang jelas dari penutur untuk memenuhi suatu tindakan di masa depan. Kedua, tuturan komisif tersebut disertai dengan syarat yang harus dipenuhi oleh mitra tutur, yaitu Moon Dong-Eun. Syarat ini dinyatakan dengan jelas oleh penutur dalam kalimat "대신 우리 술 마실 동안 춤춰봐." ‘Namun, kau menari saat kami minum.’, yang menegaskan bahwa pengembalian uang hanya akan dilakukan jika mitra tutur memenuhi syarat tersebut. Ketiga, terdapat penawaran tambahan yang memperkuat komitmen penutur, seperti dalam kalimat "그럼 이 돈은 안 건들게, 어때?" ‘Uangnya tak akan kusentuh. Bagaimana?’. Penawaran ini menambah kejelasan bahwa penutur serius dengan janjinya, namun tetap mengharuskan pemenuhan syarat tertentu. Keempat, ancaman yang menyertai tuturan komisif tersebut menunjukkan adanya konsekuensi jika syarat tidak dipenuhi. Ancaman ini tersirat dalam pernyataan "정 싫으면 다른 선택지도 있기는 있어." ‘Jika tak mau, ada pilihan lain.’, yang mengindikasikan bahwa ada akibat negatif jika mitra tutur tidak mematuhi syarat yang diberikan. Ancaman ini diperkuat dengan aksi fisik penutur yang menendang alat setrika dan menyebut bahwa ia mengetahui benda tersebut ada di rumah Moon Dong-Eun, sebagaimana dinyatakan dalam "너네 집에 이런 것도 있더라." ‘Kutemukan ini di rumahmu’. Ini menambah tekanan psikologis bagi mitra tutur untuk mematuhi syarat yang diajukan. Ancaman tersebut memberikan gambaran bahwa jika syarat tidak dipenuhi, penutur memiliki potensi untuk melakukan tindakan yang dapat merugikan atau menyakiti mitra tutur. Kesimpulannya, ciri khas tindak tutur ilokusi komisif dalam data ini meliputi beberapa elemen penting: janji eksplisit, syarat yang harus dipenuhi, penawaran tambahan yang memperkuat janji, dan ancaman yang menunjukkan konsekuensi negatif jika syarat tidak dipatuhi. Kombinasi dari elemen-elemen ini memperjelas komitmen penutur untuk melakukan tindakan tertentu di masa depan dan memberikan tekanan kepada mitra tutur untuk mematuhi permintaan yang diajukan.

Konteks  

Moon Dong-Eun datang tiba-tiba menemui Park Yeonjin dan teman-temannya, lalu menanyakan apa impian yang dimiliki oleh Park Yeonjin dengan tujuan untuk membalaskan dendam di masa depan. Sebagai tanggapan, Park Yeonjin bertanya balik tentang impian yang dimiliki oleh Moon Dong-Eun.

 

Tuturan

박연진: 그래서 넌 꿈이 뭔데?

(Park Yeonjin: Jadi, apa impianmu?)

문동은: . 오늘부터 내 꿈은 너야. 우리 꼭 또 보자, 박연진.

(Moon Dong Eun:  Kamu. Mulai hari ini, impianku adalah kamu. Mari kita bertemu lagi, Park Yeonjin.)

 

Sedangkan fungsi yang ditemukan dalam tuturan yang dituturkan oleh korban school bullying dalam jenis tindak tutur komisf adalah pernyataan dan bersumpah.

           

            Data No : 28 (Episode : 1; Menit: 34:28 – 34:45)

 

Tuturan di atas termasuk dalam tindak tutur ilokusi komisif yang memiliki fungsi berupa pernyataan dan bersumpah. Tuturan tersebut disampaikan oleh Moon Dong-Eun (Pt) kepada Park Yeonjin(Mt). Maksud yang ingin disampaikan oleh penutur yakni Moon Dong-Eun dalam tuturan tersebut adalah memberikan pernyataan bahwa mulai saat ini impian yg dimiliki oleh penutur adalah segala sesuatu tentang mitra tutur dengan maksud untuk membalaskan dendam di masa depan atas perbuatan school bullying yang dilakukan oleh mitra tutur dan teman-temannya dan bersumpah akan bertemu dengan mitra tutur di masa yang akan datang. 오늘부터 내 꿈은 너야 Mulai hari ini, impianku adalah kamu’ kalimat ini adalah pernyataan yang menunjukkan komitmen atau keputusan penutur untuk menjadikan mitra tutur sebagai tujuan atau fokus utama dalam hidupnya. Kalimat tersebut juga adalah pernyataan yang kuat tentang niat atau tekad penutur. Kemudian 우리 꼭 또 보자, 박연진 Mari kita bertemu lagi, Park Yeonjin’ kalimat tersebut adalah sebuah sumpah untuk bertemu lagi di masa depan. Penutur menyatakan sumpah bahwa penutur akan bertemu lagi dengan mitra tutur, menunjukkan niat yang kuat untuk membalaskan dendam.

Ciri khas tindak tutur ilokusi komisif dalam data yang diberikan dapat dilihat dari beberapa elemen utama. Pertama, terdapat pernyataan komitmen dari penutur, yaitu Moon Dong-Eun, yang menyatakan bahwa mulai hari ini impiannya adalah Park Yeonjin. Hal ini terlihat dalam tuturan ". 오늘부터 내 꿈은 너야." ‘Kamu. Mulai hari ini, impianku adalah kamu’. Pernyataan ini menunjukkan tekad yang kuat dari penutur untuk menjadikan mitra tutur sebagai tujuan atau fokus utama dalam hidupnya. Kedua, tuturan komisif ini juga mengandung elemen sumpah yang menunjukkan niat kuat penutur untuk bertemu kembali dengan mitra tutur di masa depan. Ini dinyatakan dengan jelas dalam kalimat "우리 꼭 또 보자, 박연진." ‘Mari kita bertemu lagi, Park Yeonjin’. Sumpah ini menggarisbawahi komitmen penutur untuk memastikan bahwa pertemuan kembali akan terjadi, yang dalam konteks ini mengindikasikan rencana penutur untuk membalaskan dendam. Kombinasi dari pernyataan dan sumpah ini mencerminkan komitmen yang mendalam dari penutur untuk melaksanakan apa yang telah disebutkan dalam tuturan, yang merupakan ciri khas utama dari tindak tutur ilokusi komisif. Penutur tidak hanya menunjukkan niatnya secara eksplisit tetapi juga menegaskan keseriusan dan tekadnya untuk mencapai tujuan tersebut, ciri khas tersebut sesuai dengan teori yang terdapat dalam Hermaji (2021) dan Wahyuni et al. (2022).

 

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa jenis tindak tutur ilokusi yang dominan dalam drama Korea "The Glory" dalam konteks school bullying adalah tindak tutur ilokusi direktif, diikuti oleh tindak tutur ilokusi ekspresif, komisif, dan representatif. Tindak tutur ilokusi direktif, yang mencakup perintah, permintaan, dan larangan, muncul sebagai yang paling sering, diikuti oleh ilokusi ekspresif yang mengekspresikan evaluasi emosional seperti kemarahan, dan ilokusi komisif yang melibatkan ancaman, janji, atau sumpah untuk melakukan tindakan tertentu. Sedangkan tindak tutur ilokusi representatif, yang yang menunjukkan penuturan berdasarkan kebenaran, juga muncul dalam interaksi antara pelaku dan korban bullying. Meskipun, dalam proporsi yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan jenis tuturan lainnya. Dalam konteks tindak tutur ilokusi representatif, penelitian menunjukkan bahwa pelaku bullying menggunakan jenis tuturan ini untuk menyatakan atau melaporkan kebenaran kepada korban school bullying. Sementara itu, korban bullying menggunakan tuturan representatif untuk melaporkan suatu keadaan atau peristiwa yang dialaminya. Tindak tutur ilokusi direktif, yang banyak digunakan oleh pelaku bullying, menunjukkan upaya mereka dalam mengarahkan atau mengontrol tindakan korban. Di sisi lain, korban bullying menggunakan ilokusi direktif untuk memohon atau memelas kepada pelaku bullying. Dalam hal ilokusi ekspresif, penelitian menunjukkan bahwa pelaku bullying sering menggunakan jenis tuturan ini untuk mengekspresikan kemarahan dan ketidakpuasan terhadap tindakan korban, sementara korban menggunakan ilokusi ekspresif untuk meminta maaf atas kejadian yang terjadi. Dalam konteks tindak tutur ilokusi komisif, penelitian menunjukkan bahwa pelaku bullying sering menggunakan jenis tuturan ini untuk membuat ancaman atau janji mengenai tindakan yang akan mereka lakukan terhadap korban. Ancaman ini dapat mencakup tindakan kekerasan fisik atau pengucilan sosial. Di sisi lain, korban bullying menggunakan tindak tutur komisif untuk bersumpah akan membalaskan dendamnya atau untuk menyatakan tekad mereka untuk melawan perlakuan tersebut dan mengambil langkah-langkah tersebut di masa depan. Kesimpulannya, analisis tindak tutur ilokusi dalam konteks school bullying di dalam drama Korea "The Glory" menunjukkan bahwa komunikasi antara pelaku dan korban bullying ditandai dengan upaya kontrol, ekspresi emosional, dan penegasan kebenaran atau keadaan. Penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang dinamika komunikasi dalam situasi bullying di sekolah dan relevansinya dalam konteks sosial yang lebih luas.

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Al Fathoni, M. S., & Setiawati, D. (2020). Studi Kasus Perilaku Bullying Relasional di Madrasah Aliyah Negeri 2 Gresik. Jurnal BK Unesa, 11(03), 397–406.

Alkatiri, D., Purwaka, A., & Cuedeyeni, P. (2021). Tindak Tutur Direktif Dalam Novel Ayah Karya Andrea Hirata: Directive Speech Acts In Novel Ayah By Andrea Hirata. Tunas: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 7(1), 1–8. https://doi.org/10.33084/tunas.v7i1.2683

Armitha, D. O. (2022, October 28). Isu Bullying di Korea Selatan Masih Marak, Ini Fakta dan Penyebabnya yang Bikin “Miris.” Beautynesia. https://www.beautynesia.id/life/isu-bullying-di-korea-selatan-masih-marak-ini-fakta-dan-penyebabnya-yang-bikin-miris/b-264310

Astika, I. M., Murtiningrum, D. A., & Tantri, A. A. S. (2021). Analisis Tindak Tutur Ekspresif dalam Acara Mata Najwa “Perlawanan Mahasiswa.” Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia UNDIKSHA, 11(1), 55–66.

CNN Indonesia. (2023, October 20). Mengapa Bullying Tetap “Abadi” di Lingkungan Sekolah?. CNN Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20230920120652-284-1001375/mengapa-bullying-tetap-abadi-di-lingkungan-sekolah

Hermaji, B. (2021). Teori Pragmatik (Edisi Revisi) (P. Sudarmo, Ed.). Magnum Pustaka Utama.

Kuntari, D. R. (2022, May 31). 3 Faktor Penyebab Kasus Bullying di Sekolah Korea Selatan Tinggi, Diduga Terjadi Pada Kasus Kim Ga Ram  Sumber Artikel berjudul "3 Faktor Penyebab Kasus Bullying di Sekolah Korea Selatan Tinggi, Diduga Terjadi Pada Kasus Kim Ga Ram. Kabar Wonosobo. https://kabarwonosobo.pikiran-rakyat.com/internasional/pr-1564604892/3-faktor-penyebab-kasus-bullying-di-sekolah-korea-selatan-tinggi-diduga-terjadi-pada-kasus-kim-ga-ram?page=all

Kusumaningsih, I. A. (2016). Tindak Tutur Ilokusi dalam Film Hors De Prix Karya Pierre Salvadori [Skripsi]. Universitas Negeri Yogyakarta.

Lutfiana, M. A., & Sari, F. K. (2021). Tindak Tutur Representatif dan Direktif dalam Lirik Lagu Didi Kempot. DIWANGKARA:  Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra Dan Budaya Jawa, 1(1).

Meirisa, M., Rasyid, Y., & Murtadho, F. (2017). Tindak Tutur Ilokusi Dalam Interaksi Pembelajaran Bahasa Indonesia (Kajian Etnografi Komunikasi di SMA Ehipassiko School BSD). Bahtera: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra, 16(2). https://doi.org/10.21009/BAHTERA.162.01

Muhamad, N. (2023, August 7). Kasus Perundungan Sekolah Paling Banyak Terjadi di SD dan SMP hingga Agustus 2023. Databoks.

Nasution, A. F. (2023). Metode Penelitian Kualitatif (M. Albina, Ed.). CV. Harfa Creative.

Nurjanah, S. (2015). Tindak Tutur Ilokusi pada Status dan Comment Facebook Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Semester VIII Tahun Akademik 2014/2015 [Skripsi]. Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Situmeang, S. (2022). Tindak Tutur Deklarasi Pada Pedagang Di Pasar Pinangsori Sebuah Tinjauan Pragmatik. Jurnal Basasasindo, 2(1), 30–40.

Wahyuni, A., Syahriandi, S., & Maulidawati, M. (2022). Tindak Tutur Komisif Pada Pedagang Di Pasar Umum Krueng Geukuh Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara (Kajian Pragmatik). KANDE Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 2(2), 231–239.

Wiyani, N. A. (2020). Save Our Children from School Bullying. Ar-Ruz Media.

 

 

Copyright holder:

Nadzar Abdussalam, Risa Triarisanti, Jayanti Megasari (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under:

 



[1] Penutur

[2] Mitra Tutur