Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
8, Agustus 2024
PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI, DAN
SISTEM REWARD AND PUNISHMENT TERHADAP MOTIVASI KERJA PEGAWAI PADA BADAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN SUMBA BARAT
Raymond L. K. Dena1,
Laurensius P. Sayrani2, Aminudin Zuhairi3
Universitas Terbuka, Indonesia1,2,3
Email: [email protected]1
Bappeda Kabupaten Sumba Barat telah berupaya
menerapkan gaya kepemimpinan yang berorientasi tugas, juga menerapkan faktor
penting budaya organisasi yakni kearifan lokal dan kebijakan penguasa serta
penerapan reward and punishment. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
pengaruh kepemimpinan, budaya organisasi dan system reward and punishment
secara bersama – sama terhadap motivasi kerja pegawai Bappeda kabupaten Sumba
Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada Bappeda kabupaten Sumba Barat dengan
populasi 38 responden. Sampel yang
digunakan sebanyak 38 responden. Teknik penarikan sampel menggunakan sampel
jenuh. Variabel independen pada penelitian ini adalah kepemimpinan, budaya
organisasi, dan sistem reward and punishment, sedangkan variabel dependen
adalah motivasi kerja pegawai. Pengukuran variabel dilakukan dengan menggunakan
skala ordinal. Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi linier
berganda. Perangkat lunak yang digunakan untuk analisis regresi linier berganda
adalah SPSS versi 19. Dari kepemimpinan (X1), budaya organisasi (X2) dan reward
and punishment (X3) terhadap motivasi kerja pegawai (Y), maka dibuatkan
persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y= 17.447 + 0.161X1 +
0.189X2 + 0.361X3. Hasil analisis menunjukkan bahwa F hitung 14.164 > 2.880
F tabel, maka secara simultan keputusan yang diambil adalah hipotesis Ha
diterima artinya variabel kepemimpinan, budaya organisasi dan reward and
punishment berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja karyawan.
Sedangkan pengujian Koefisien determinan berganda menunjukkan 55.6% variasi
motivasi kerja karyawan dapat dipengaruhi dari variabel Independen yakni
Kepemimpinan, budaya organisasi dan reward and punishmen, sedangkan sisanya
44.4% dipengaruhi oleh faktor lain.
Kata Kunci:
Kepemimpinan, Budaya Organisasi, Reward and Phunisment, Motivasi Kerja
Abstract
The West Sumba Regency Bappeda has attempted to implement a task-oriented
leadership style, as well as implementing important organizational culture
factors, namely local wisdom and authority policies as well as the application
of rewards and phantoms. The aim of this research is to analyze the influence
of leadership, organizational culture and the Reward and Punishment system
together on the work motivation of West Sumba Regency Bappeda employees. This
research was carried out at the Bappeda of West Sumba Regency with a population
of 38 respondents. The sample used was 38 respondents. The sampling technique
uses saturated samples. The independent variables in this research are
leadership, organizational culture, and reward and punishment system, while the
dependent variable is employee work motivation. Variable measurements are
carried out using an ordinal scale. Data analysis was carried out using
multiple linear regression. The software used for multiple linear regression
analysis is SPSS version 19. From leadership (X1), Organizational Culture (X2)
and Reward and Punishment (X3) to Employee Work Motivation (Y), a multiple
linear regression equation is created as follows: Y = 17.447 + 0.161X1 +
0.189X2 + 0.361X3. The results of the analysis show that Fcount is 14,164 >
2,880 Ftable, so simultaneously the decision taken is that the Ha hypothesis is
accepted, meaning that the variables of leadership, organizational culture and
Reward and Punishment have a positive and significant effect on Employee Work Motivation.
Meanwhile, testing the Multiple Determinant Coefficient shows that 55.6% of the
variation in employee work motivation can be influenced by independent
variables, namely Leadership, Organizational Culture and Reward and Punishment,
while the remaining 44.4% is influenced by other factors.
Keywords: Leadership, Organizational Culture, Reward and Punishment, Work Motivation
Pendahuluan
Pelaksanaan otonomi daerah yang secara aturan dijelaskan dalam Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menuntut adanya perubahan yang
berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan mulai dari aras pusat sampai aras
lokal atau daerah. Perubahan yang dimaksud disini berkaitan dengan upaya mengatasi
seluruh kegagalan pemerintah (government
failure) dan mewujudkan suatu tata
kepemerintahan yang baik (Good Governance). Semangat otonomi daerah dalam kenyataannya telah
membawa perubahan yang cukup signifikan pada tataran sistem penyelenggaraan
pemerintahan. Perubahan pada tataran sistem ini perlu dibarengi dengan
perubahan sikap dan perilaku dari pelaksana sistem itu sendiri yaitu budaya
organisasi. Hal ini karena organisasi merupakan wadah dimana seluruh komponen
yang membentuk bangunan sistem itu berinteraksi untuk mewujudkan apa yang
diinginkan bersama (Andri et al., 2020; Ehtesham et al.,
2011).
Berbicara tentang organisasi akan mengarahkan pemahaman kita tentang
problematika manajemen dan kepemimpinan (Njugi & Agusioma, 2014). Organisasi, manajemen, dan kepemimpinan merupakan tiga hal yang bisa
dibedakan namun tidak dapat dipisahkan karena memiliki keterkaitan yang sangat
erat (Pradnyani, 2020). Manajemen merupakan inti organisasi sedangkan kepemimpinan merupakan inti
sekaligus pengendali manajemen untuk mewujudkan tujuan organisasi secara
efektif dan efisien (Awan, 2020). Perubahan kultur atau budaya
organisasi memerlukan sosok pemimpin yang memiliki visi dan misi yang jelas,
mampu membangun core values dan cor beliefs di lingkungan organisasi
yang dipimpinnya sehingga eksistensinya didukung oleh pengikut-pengikutnya.
Kondisi ini hanya akan tercipta apabila seorang pemimpin dapat mempraktekkan
teknik kepemimpinan secara efektif, menciptakan budaya organisasi yang kondusif
serta menerapkan reward and punishment
system yang sesuai sehingga para
pengikut termotivasi untuk melakukan apa yang diinginkan oleh sang pemimpin (Do Rêgo et al., 2017; Jurman, 2014).
BAPPEDA memiliki peranan dan
fungsi yang sangat penting dan strategis karena bertanggung jawab langsung dalam
mendisain program dan kegiatan pembangunan untuk mempercepat pengentasan
kemiskinan di daerah. Untuk maksud ini BAPPEDA mempunyai tugas pokok dan fungsi
merancang program dan kegiatan pembangunan daerah melalui mekanisme perencanaan
partisipatif di berbagai tingkatan pemerintahan. Namun tidak dapat dipungkiri
bahwa implementasi tugas pokok dan fungsi ke-Bappeda-an selama ini belum
berjalan secara maksimal. Faktor yang paling dominan memengaruhi kondisi ini
adalah faktor internal organisasi khususnya
yang berkaitan dengan kepemimpinan, budaya organisasi dan Reward and punishment (Mahyuddin & Azhari, 2021; Muraina, 2014).
Tujuan dalam penelitian ini adalah; (1) untuk
Menganalisis pengaruh kepemimpinan terhadap
motivasi kerja pegawai Bappeda kabupaten Sumba Barat, (2) untuk Menganalisis pengaruh Budaya Organisasi terhadap motivasi kerja pegawai Bappeda
kabupaten Sumba Barat, (3) untuk Menganalisis pengaruh sistem Reward and
punishment terhadap motivasi kerja pegawai Bappeda kabupaten Sumba Barat, dan (4)
untuk Menganalisis pengaruh kepemimpinan, budaya organisasi dan system Reward and Punishment secara
bersama – sama terhadap motivasi kerja pegawai
Bappeda kabupaten Sumba Barat.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain kausalitas untuk meneliti hubungan
sebab-akibat antara variabel-variabel yang ada. Desain ini bertujuan untuk
membuktikan pengaruh dan interdependensi antara variabel yang diteliti, dengan
variabel independen berupa Kepemimpinan, Budaya Organisasi, dan Reward and
Punishment, serta variabel dependen berupa Motivasi Kerja Pegawai pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sumba Barat. Populasi
penelitian ini adalah seluruh 38 karyawan Bappeda, dan teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah sampling jenuh, yaitu menggunakan seluruh populasi
sebagai responden. Pengumpulan data dilakukan melalui angket atau daftar
pertanyaan yang tercantum dalam lampiran.
Analisis data menggunakan metode statistik, dimulai dengan uji instrumen
untuk memastikan validitas dan reliabilitasnya. Validitas diuji menggunakan
teknik Korelasi Product Moment untuk setiap item terhadap skor total faktor,
dengan analisis dilakukan menggunakan SPSS 19. Item dianggap valid jika
koefisien korelasi positif dan melebihi nilai tabel. Reliabilitas diuji
menggunakan Korelasi Alpha Cronbach untuk menentukan konsistensi alat ukur. Uji
hipotesis dilakukan untuk menganalisis pengaruh variabel independen—Kepemimpinan
(X1), Budaya Organisasi (X2), dan Reward and Punishment (X3)—terhadap variabel
dependen, yaitu Motivasi Kerja (Y). Kriteria pengambilan keputusan didasarkan
pada nilai korelasi untuk uji validitas dan reliabilitas.
Hasil dan Pembahasan
Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk quisioner yang berisi 71 item pertanyaan dengan jumlah item
untuk masing – masing variabel yaitu
variabel (X1) Kepemimpinan,item pertanyaannya berjumlah 28
pertanyaan,variabel (X2) Budaya Organisasi, item pertanyaan
berjumlah 15 perntanyaan, (X3) variable Reward and Punishmen item pertanyaan sebanyak 16 pertanyaan
dan variabel (Y) Motivasi Kerja
Karyawan, item pertanyaan berjumlah 12 pertanyaan. Sebelum intrumen penelitian
tersebut di gunakan terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan realibilitas
instrument dengan menggunakan program SPSS for wimdows 21, maka dapat diperoleh
hasil sebagaimana dijelaskan berikut ini:
Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan
data dari responden untuk variabel kepemimpinan sebanyak 28 pertanyaan. Untuk
mengetahui validitas instrument tersebut maka dapat dilihat dalam tabel berikut
ini:
Tabel 1. Validitas
Butir – Butir Pernyataan Variabel Kepemimpinan
Item Pertanyaan |
r tabel |
Corrected
Item-Total Correlation (rhitung) |
Validitas |
p1 |
0.329 |
0.368 |
Valid |
p2 |
0.329 |
0.359 |
Valid |
p3 |
0.329 |
0.377 |
Valid |
p4 |
0.329 |
0.448 |
Valid |
p5 |
0.329 |
0.791 |
Valid |
p6 |
0.329 |
0.647 |
Valid |
p7 |
0.329 |
0.552 |
Valid |
p8 |
0.329 |
0.637 |
Valid |
p9 |
0.329 |
0.661 |
Valid |
p10 |
0.329 |
0.785 |
Valid |
p11 |
0.329 |
0.790 |
Valid |
p12 |
0.329 |
0.789 |
Valid |
P13 |
0.329 |
0.695 |
Valid |
P14 |
0.329 |
0.667 |
Valid |
P15 |
0.329 |
0.721 |
Valid |
P16 |
0.329 |
0.653 |
Valid |
p17 |
0.329 |
0.739 |
Valid |
p18 |
0.329 |
0.580 |
Valid |
p19 |
0.329 |
0.689 |
Valid |
P20 |
0.329 |
0.547 |
Valid |
P21 |
0.329 |
0.506 |
Valid |
P22 |
0.329 |
0.672 |
Valid |
P23 |
0.329 |
0.669 |
Valid |
P24 |
0.329 |
0.504 |
Valid |
P25 |
0.329 |
0.675 |
Valid |
P26 |
0.329 |
0.714 |
Valid |
P27 |
0.329 |
0.570 |
Valid |
P28 |
0.329 |
0.402 |
Valid |
Sumber: Data primer olahan penulis 2022
Berdasarkan data dalam tabel 1 di atas
menunjukkan bahwa nilai Corrected
Item-Total Correlation (rhitung) lebih besar dari rtabel0.05
0.329 sehingga dapat dikatakan bahwa dua pupuh
delapan (28) butir pertanyaan dari Kepemimpinan terhadap motivasi kerja
karyawan adalah valid.
Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan
data dari responden untuk variabel Budaya Organisasi sebanyak 15 pertanyaan.
Untuk mengetahui validitas instrument tersebut maka dapat dilihat dalam tabel
berikut ini:
Tabel 2. Validitas
Butir – Butir Pernyataan Variabel Budaya Organisasi
Item Pertanyaan |
r tabel |
Corrected Item-Total
Correlation (rhitung) |
Validitas |
p1 |
0.329 |
0.368 |
Valid |
p2 |
0.329 |
0.359 |
Valid |
p3 |
0.329 |
0.377 |
Valid |
p4 |
0.329 |
0.448 |
Valid |
p5 |
0.329 |
0.791 |
Valid |
p6 |
0.329 |
0.647 |
Valid |
p7 |
0.329 |
0.552 |
Valid |
p8 |
0.329 |
0.637 |
Valid |
p9 |
0.329 |
0.661 |
Valid |
p10 |
0.329 |
0.785 |
Valid |
p11 |
0.329 |
0.790 |
Valid |
p12 |
0.329 |
0.789 |
Valid |
P13 |
0.329 |
0.695 |
Valid |
P14 |
0.329 |
0.667 |
Valid |
P15 |
0.329 |
0.721 |
Valid |
Sumber: Data primer
olahan penulis 2022
Berdasarkan data dalam tabel 2 di atas
menunjukkan bahwa nilai Corrected
Item-Total Correlation (rhitung) lebih besar dari rtabel0.05
0.329 sehingga
dapat dikatakan bahwa lima belas (15)
butir pertanyaan dari Budaya Organisasi
terhadap motivasi kerja
karyawan adalah valid.
Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan
data dari responden untuk variabel reward
and punsihment sebanyak 16 pertanyaan. Untuk mengetahui validitas
instrument tersebut maka dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 3. Validitas
Butir – Butir Pernyataan Variabel Reward
and Punishment
Item Pertanyaan |
r tabel |
Corrected
Item-Total Correlation (rhitung) |
Validitas |
p1 |
0.329 |
0.606 |
Valid |
p2 |
0.329 |
0.744 |
Valid |
p3 |
0.329 |
0.798 |
Valid |
p4 |
0.329 |
0.577 |
Valid |
p5 |
0.329 |
0.385 |
Valid |
p6 |
0.329 |
0.698 |
Valid |
p7 |
0.329 |
0.590 |
Valid |
p8 |
0.329 |
0.501 |
Valid |
p9 |
0.329 |
0.611 |
Valid |
p10 |
0.329 |
0.378 |
Valid |
p11 |
0.329 |
0.488 |
Valid |
p12 |
0.329 |
0.204 |
Valid |
P13 |
0.329 |
0.712 |
Valid |
P14 |
0.329 |
0.739 |
Valid |
P15 |
0.329 |
0.761 |
Valid |
P16 |
0.329 |
0.599 |
Valid |
Sumber : Data primer olahan penulis 2022
Berdasarkan data dalam tabel 3 di atas
menunjukkan bahwa nilai Corrected
Item-Total Correlation (rhitung) lebih besar dari rtabel0.05
0.329 sehingga dapat dikatakan
bahwa enam belas (16) butir pertanyaan dari Reward
and Punishment terhadap motivasi kerja karyawan adalah valid.
Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan
data dari responden untuk variabel Motivasi Kerja Karyawan sebanyak 12
pertanyaan. Untuk mengetahui validitas instrument tersebut maka dapat dilihat
dalam tabel berikut ini:
Tabel 4. Validitas Butir – Butir Pertanyaan Variabel
Motivasi Kerja
Item Pertanyaan |
r tabel |
Corrected
Item-Total Correlation (rhitung) |
Validitas |
p1 |
0.329 |
0.472 |
Valid |
p2 |
0.329 |
0.470 |
Valid |
p3 |
0.329 |
0.589 |
Valid |
p4 |
0.329 |
0.449 |
Valid |
p5 |
0.329 |
0.619 |
Valid |
p6 |
0.329 |
0.502 |
Valid |
p7 |
0.329 |
0.369 |
Valid |
p8 |
0.329 |
0.494 |
Valid |
p9 |
0.329 |
0.451 |
Valid |
p10 |
0.329 |
0.294 |
Valid |
p11 |
0.329 |
0.517 |
Valid |
p12 |
0.329 |
0.416 |
Valid |
Sumber: Data primer olahan penulis 2022
Berdasarkan data dalam tabel 4 di atas
menunjukkan bahwa nilai Corrected
Item-Total Correlation (rhitung) lebih besar dari rtabel0.05
0.329 sehingga dapat dikatakan bahwa dua belas (12)
butir pertanyaan dari Motivasi Kerja Karyawan terhadap motivasi kerja karyawan
adalah valid.
Reliabilitas
menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk
menguji ketepatan di antara butir-butir pertanyaan dalam instrumen penelitian.
Menurut Wahyono (2004) bahwa reliabilitas berhubungan dengan kepercayaan
terhadap alat test. Reliabilitas
adalah ukuran untuk menunjukkan kestabilan dalam mengukur. Kestabilan berarti
kuisioner tersebut selalu konsisten jika digunakan untuk mengukur konsep maupun
konstruk dari satu keadaan ke keadaan yang lainnya. Pengujian realibilitas
dilakukan dengan perhitungan koefesien menggunakan corbach’s alpha. Perhitungan realibilitas dapat dilihat dalam tabel
berikut ini:
Tabel 5. Uji
Reliabilitas Instrumen |
||||
Variabel |
corbach’s alpha (rhiutunga) |
> / < |
r tabel |
Keterangan |
Kepemimpinan |
0.942 |
> |
0.329 |
Reliabel |
Budaya Organisasi |
0.945 |
> |
0.329 |
Reliabel |
Reward and
Punishmen |
0.907 |
> |
0.329 |
Reliabel |
Motivasi Kerja
Karyawan |
0.810 |
> |
0.329 |
Reliabel |
Sumber: Data Primer Olahan Penulis Tahun 2022 |
Berdasarkan hasil uji reliabilitas instrumen
untuk variabel kepemimpinan, variabel Budaya Organisasi, variabel Reward and Punishmen dan variabel
Motivasi Kerja Karyawan sebagaimana dalam tabel di atas menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan dalam pengambilan
data dapat dipercaya atau reliabel. Oleh karena instrument pengambilan data
berdasarkan hasil pengujian sebagaimana dijelaskan sebelumnya menunjukkan bahwa
kesemuaan instrument adalah valid dan reliabel, maka data yang
dikumpulkan adalah valid dan relibel sehingga dapat dianalisis
lebih lanjut untuk mengetahui hubungan dan pengaruh kepemimpinan, variabel
Budaya Organisasi, variable Reward and
Punishmen dan variabel Motivasi Kerja Karyawan.
a) Uji pengaruh Kepemimpinan terhadap Motivasi
Kerja Karyawan
Untuk mengetahui
bagaimana pengaruh Kepemimpinan terhadap Motivasi Kerja Karyawan, maka didahului
dengan uji korelasi atau uji hubungan antara kepemimpinan dengan Motivasi Kerja Karyawan. Pengujian hubungan atau korelasi antara
kepeimpinan dengan Motivasi Kerja Karyawan dapat dilihat dalam model summary berikut ini:
Tabel
6. Model Summary |
||||
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
.524a |
.274 |
.254 |
5.68503 |
a. Predictors:
(Constant), Kepemimpinan |
Perhitungan dalam Model Summary menerangkan
bahwa angka R sebesar 0,524 menunjukkan bahwa
hubungan antara kepemimpinan dengan Motivasi Kerja Karyawan adalah positif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa positifnya hubungan atau korelasi antara variabel bebas dalam hal ini
kepemimpinan dengan variabel
terikat yakni motivasi kerja karyawan
memberi keyakinan bahwa tanpa
adanya kepemimpinan maka motivasi kerja
karyawan tidak akan terjadi.
Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh antara
kepemimpinan terhadap motivasi kerja karyawan maka dapat dilihat dalam coeffecien berikut ini:
Tabel 7.
Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
14.299 |
7.949 |
|
1.799 |
.080 |
Kepemimpinan |
.254 |
.069 |
.524 |
3.689 |
.001 |
|
a. Dependent Variable: Motivasi Kerja Pegawai |
Untuk menguji hipotesis, maka berdasarkan
kaidah pengambilan keputusan yang ditentukan sebelumnya dapat ditentukan
bahwa nilai thitung sebagaimana
dalam tabel di atas adalah sebesar 3.689, sedangkan nilai ttabel ditentukan
dengan taraf nyata ά = 0,05,df jumlah
sampel – 2 atau 38–2 = 36,
pengujian dilakukan dua
sisi atau dua
pihak maka didapat ttabel 0.05 sebesar
1.688. Dengan demikian maka thitung
0.05 3.689 > ttabel 1.688., maka
sesuai analisis coefisients,
secara parsial keputusan yang
diambil adalah hipotesis
H1 diterima artinya
Kepemimpinan berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap
Motivasi Kerja Karyawan
Keputusan lain yang perlu diambil
berdasarkan data tabel
di atas adalah bahwa pada kolom sig
(significance) untuk
Motivasi Kerja Karyawan, menunjukkan nilai sebesar 0,001 atau probabilitas nya berada
dibawah 0,05 sehingga H1 diterima. Dengan demikian coefisien regresi significan atau variabel kepemimpinan benar – benar berpengaruh secara significan terhadap
Motivasi Kerja Karyawan.
Penggunaan indikator dalam mengukur pengaruh
kepemimpinan (X1) terhadap Motivasi Kerja Karyawan (Y) dalam penelitian ini sebanyak dua puluh delapan (28) Indikator
antara lain; membantu bawahan atau karyawan tertentu, menggantikan rekan kerja
yang tidak masuk, meluangkan waku membantu orang lain, membantu bawahan yang
pekerjaannya overload, cerdas, bertanggung jawab, jujur, kehadiran, kepatuhan
terhadap aturan, tepat waktu, dapat dipercaya, inisiatif, konsisten dan tegas,
toleransi tanpa mengeluh,tidak membesar-besarkan masalah, tidak mengumpat atas
aktivitas yang dijalankan, pertemuan terhadap organisasi, Perhatian terhadap
pertemuan-pertemuan penting, membantu mengkonstruk kebersamaan secara
depertemental, mengikuti perubahan dalam organisasi, mengikuti perkembangan
dalam organisasi, adil, kemampuan analisis, kemampuan mendengar, kemampuan
dalam tim, membantu koordinasi pekerjaan teman yang sibuk, memberikan toleransi
dalam bekerja, kemampuan berkomunikasi.
Indikator penelitian yang digunakan peneliti
dalam penelitian ini sebagaimana dijelaskan di atas dapat penulis bandingkan
dengan penggunaan indicator yang digunakan oleh peneliti Tapoona (2014) dengan empat (4)
indicator kepemimpinan yakni Telling,
Selling, Participating dan
Delegating, Tueno (2016) dengan lima (5) indicator yakni fungsi instruksi,
fungsi konsultasi, fungsi partisipasi, fungsi delegasi dan fungsi pengendalian;
Mukrodi & Wahyudi tahun 2018 dengan
delapan (8) indicator yakni Figurhead,
leader, liaison,
disseminator, juru bicara, entrepreneur, disturbance handler dan pengatur.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas
tentang indikator yang digunakan oleh peneliti terdahulu yakni Tapoona (2014) dengan 4 indikator, Tueno (2016) dengan 5 indikator dan Mukrodi
& Wahyudi dengan 8 Indikator semuanya tidak ada yang sama dengan indicator
yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini sebanyak 28 indikator. Hal
ini menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan ini berbeda dengan penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya dan ini menunjukkan adanya novelty atau kebaruan
dalam penelitian.
b) Uji pengaruh
Budaya Organisasi terhadap
Motivasi Kerja Karyawan
Untuk mengetahui
bagaimana pengaruh Budaya Organisasi terhadap Motivasi Kerja Karyawan, maka didahului
dengan uji korelasi atau uji hubungan antara
Budaya Organisasi dengan Motivasi Kerja Karyawan. Pengujian hubungan atau korelasi antara Budaya
Organisasi dengan Motivasi Kerja Karyawan
dapat dilihat dalam model summary berikut ini
Tabel 8. Model
Summary |
||||
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
.349a |
.122 |
.097 |
6.25473 |
a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi |
Perhitungan dalam Model Summary menerangkan bahwa angka R sebesar
0,524 menunjukkan bahwa hubungan antara Budaya Organisasi dengan Motivasi Kerja
Karyawan adalah positif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa positifnya hubungan
atau korelasi antara variabel
bebas dalam hal
ini Budaya Organisasi dengan variabel terikat yakni motivasi kerja karyawan
memberi keyakinan bahwa tanpa
adanya Budaya Organisasi maka motivasi kerja
karyawan tidak akan tercapai.
Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh
antara Budaya Organisasi terhadap motivasi kerja karyawan maka dapat
dilihat dalam coeffecien berikut ini.
Tabel 9. Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
27.881 |
7.036 |
|
3.963 |
.000 |
Budaya
Organisasi |
.256 |
.115 |
.349 |
4.232 |
.032 |
|
a. Dependent Variable: Motivasi Kerja Pegawai |
Untuk menguji hipotesis, maka berdasarkan
kaidah pengambilan kepetusan yang ditentukan sebelumnya dapat ditentukan
bahwa nilai thitung
sebagaimana dalam tabel di atas adalah sebesar
4.232, sedangkan nilai ttabel ditentukan
dengan taraf nyata ά = 0,05,df
jumlah sampel – 2 atau 38 – 2 =
36, pengujian dilakukan dua
sisi atau dua
fihak maka didapat ttabel
0.05 sebesar 1.688. Dengan
demikian maka thitung0.05 4.232 > ttabel 1.688., maka
sesuai analisis coefisients,
secara parsial keputusan
yang diambil adalah
hipotesis H2 diterima
artinya Budaya Organisasi
berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap Motivasi Kerja Karyawan.
Keputusan
lain yang perlu
diambil berdasarkan
data tabel di atas adalah bahwa
pada kolom sig (significance) untuk
Budaya Organisasi, menunjukkan
nilai sebesar 0,032 atau probabilitasnya berada
dibawah 0,05 sehingga H2 diterima.
Dengan demikian coefisien regresi
significan atau
dengan kata lain
variabel Budaya Organisasi benar
– benar berpengaruh secara
significan terhadap
Motivasi Kerja Karyawan.
Penggunaan indikator dalam mengukur pengaruh
Budaya Organisasi (X2) terhadap Motivasi Kerja Karyawan (Y) dalam penelitian ini sebanyak lima belas (15) Indikator antara
lain ; kisi kisi , keyakinan, kntegritas, krofesionalisme, kinergi, kelayanan,
kesempurnaan, keteladanan pribadi, tanggungjawab tugas, komitmen, rasa rukun,
kebebasan bekerja, orientasi individu, orientasi pada hasil, orientasi pada
tim.
Indikator penelitian yang digunakan peneliti
dalam penelitian ini sebagaimana dijelaskan di atas dapat penulis bandingkan
dengan penggunaan indikator yang digunakan oleh peneliti Tapoona (2014) dengan enam (6)
indicator Budaya Organisasi yakni nilai
organisasi, dukungan manajemen, sistim imbalan, toleransi dalam berbagai
kesalahan sebagai peluang untuk belajar, orientasi pada rincian pekerjaan, orienatasi pada tim Mentang (2021) dengan tujuh (7) indicator yakni inovasi
dan keberanian mengambil resiko,
perhatian pada hal-hal yang rinci,
orientasi hasil, orientasi orang,
orientasi pada tim, Keagresifan, Stabilitas; Mukrodi dan Wahyudi (2018) dengan sepuluh (10)
indicator yakni kebebasan berpendapat, kebebasan perasaan, kebebasan
inovatif dalam bekerja, berorientasi pada keterbukaan, berorientasi saling menghargai antara satu
dengan yang lainnya, saling membantu, mendukung
berbagai pengetahuan dan pengalaman.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas
tentang indikator yang digunakan oleh
peneliti terdahulu yakni Tapoona (2014) dengan 4
indikator dimana satu (1) indicator sama dengan indicator yang
digunakan peneliti yakni indicator orientasi pada tim, Mentang (2021) dengan tuju (7) indicator dimana tiga (3) indikatornya sama yakni
indicator orientasi hasil,
orientasi orang, orientasi pada
tim, Mukrodi dan Wahyudi (2018) dengan 10 Indikator
dimana satu (1) indikatornya sama yakni indikator kebebasan inovatif dalam bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa
penelitian yang dilakukan ini berbeda
dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan ini menunjukkan adanya novelty atau kebaruan
dalam penelitian.
c) Uji
pengaruh Reward and Punishmen
terhadap Motivasi Kerja Karyawan
Untuk mengetahui
bagaimana pengaruh Reward and Punishment
terhadap Motivasi Kerja Karyawan, maka didahului dengan uji korelasi atau uji hubungan antara Reward
and Punishment dengan Motivasi Kerja Karyawan. Pengujian hubungan atau korelasi antara Reward
and Punishment dengan Motivasi Kerja Karyawan dapat dilihat dalam model summary
berikut ini:
Tabel 10. Model
Summary |
||||
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
.728a |
.530 |
.517 |
4.57589 |
a. Predictors: (Constant), Reward and Punishmen |
Perhitungan dalam Model Summary menerangkan
bahwa angka R sebesar
0,524 menunjukkan bahwa
hubungan antara Reward and
Punishment dengan Motivasi Kerja Karyawan adalah positif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa positifnya hubungan
atau korelasi antara
variabel bebas dalam
hal ini Reward and Punishment dengan
variabel terikat yakni motivasi kerja
karyawan memberi keyakinan bahwa
tanpa adanya Reward
and Punishment maka motivasi kerja karyawan tidak
akan tercapai.
Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh antara Reward and Punishment terhadap motivasi kerja karyawan maka dapat
dilihat dalam coeffecien berikut ini:
Tabel 11. Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
T |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
22.103 |
3.428 |
|
6.447 |
.000 |
Reward and Punishmen |
.406 |
.064 |
.728 |
6.369 |
.000 |
|
a. Dependent Variable: Motivasi Kerja Pegawai |
Untuk menguji hipotesis, maka berdasarkan
kaidah pengambilan keputusan yang ditentukan
sebelumnya dapat ditentukan
bahwa nilai thitung
sebagaimana dalam tabel di atas adalah sebesar
6.369, sedangkan nilai
ttabel ditentukan dengan
taraf nyata ά = 0,05,df jumlah sampel
– 2 atau 38 – 2 = 36, pengujian
dilakukan dua sisi
atau dua pihak maka didapat ttabel 0.05 sebesar
1.688. Dengan demikian maka thitung0.05 6.369
> ttabel 1.688., maka sesuai analisis
coefisients, secara parsial
keputusan yang diambil
adalah hipotesis H3
diterima artinya Reward
and Punishmen berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap
Motivasi Kerja Karyawan.
Keputusan
lain yang perlu
diambil berdasarkan data
tabel di atas adalah bahwa
pada kolom sig (significance) untuk Reward and Punishmen menunjukkan nilai
sebesar 0,000 atau probabilitasnya berada dibawah 0,05 sehingga H3
diterima.Dengan demikian coefisien regresi
significan atau
dengan kata lain
variabel Reward and Punishmen benar
berpengaruh secara significan terhadap
Motivasi Kerja Karyawan.
Penggunaan indikator dalam mengukur pengaruh Reward dan Punishment (X3)
terhadap Motivasi Kerja Karyawan (Y) dalam penelitian ini sebanyak enambelas (16) Indikator antara
lain; Kenaikan gaji pokok, bonus, tunjangan, fasilitas kerja,
kesejahteraan rohani, penugasan untuk studi lanjut, penugasan untuk mengikuti
program pelatihan, penugasan untuk
magang atau studi banding,Promosijabatan,tanggungjawab, tatatertib, paksaan,
disiplin, teguran, peringatan, ukuman.
Indikator penelitian yang digunakan peneliti
dalam penelitian ini sebagaimana dijelaskan di atas dapat penulis bandingkan
dengan penggunaan indicator yang digunakan oleh peneliti Mentang (2021) dengan lima (5) indicator yakni gaji dan upah, 2.Tunjangan
karyawan seperti dana pensiun, perawatan di rumah sakit dan liburan, Bonus/insentif,
penghargaan interpersonal atau penghargaan antar pribadi, seperti status
dan pengakuan, promosi, hukuman ringan, sedang dan berat.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas
tentang indicator yang digunakan oleh
peneliti terdahulu yakni Mentang (2021) dengan lima (5) indikator dimana tiga (3) indikatornya sama yakni
indicator gaji dan upah, Tunjangan karyawan seperti dana pensiun,
perawatan di rumah sakit dan liburan, bonus/insentif.
Penggunaan indikator dalam mengukur variable
Motivasi Kerja Karyawan (Y) dalam penelitian ini sebanyak dua belas (12)
Indikator antara lain ; terpenuhinya
kebutuhan sandang dan pangan, adanya tempat berlindung, adanya waktu
istirahat, adanya kesempatan berekreasi, adanya jaminan jiwa waktu kerja,
adanya jamianan pengembangan karier, adanya
jaminan keamanan dalam melaksanakan hak dan kewajiban, adanya jaminan
bahwa, pendapatnya dihargai orang lain, adanya jaminan dihormati dan dihargai
orang lain, adanya jamianan bekerjasama
adanya jamianan pengharagan, Adanya
jamianan untuk mengembangkan karier.
Indikator penelitian yang digunakan peneliti
dalam penelitian ini sebagaimana dijelaskan di atas dapat penulis bandingkan
dengan penggunaan indicator yang digunakan oleh peneliti Tapoona (2014) dengan tiga (3) indicator, Tueno (2016) lima (5) indicator, Mentang (2021) dengan delapan (8) indicator.
Indikator motivasi dari penelitian terdahulu yang sama dengan indicator
motivasi yang dilakukan dalam penelitian sekarang sebanyak empat (4) Indikator
antara lain terpenuhinya kebutuhan sandang dan pangan, adanya jaminan keamanan dalam
melaksanakan hak dan kewajiban, adanya jamianan bekerjasama, adanya jamianan
untuk mengembangkan karier. Ini artinya indicator motivasi yang digunakan
oleh peneliti dalam penelitian sekarang adalah 8 indikator dari 12 indikator
yang digunakan. Dengan demikian delapan (8) indicator motivasi yang digunakan
peneliti dalam penelitian ini dinilai orisinal atau beda sehingga menunjukkan
adanya novelty atau kebaruan dalam penelitian.
Untuk mengetahui pengaruh Kepemimpinan,
Budaya Organisasi dan Reward and Punishment terhadap motivasi
kerja karyawan maka dapat dilihat dalam ANOVA berikut ini
Tabel 12. ANOVAb |
||||||
Model |
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
|
1 |
Regression |
890.616 |
3 |
296.872 |
14.164 |
.000a |
Residual |
712.647 |
34 |
20.960 |
|
|
|
Total |
1603.263 |
37 |
|
|
|
|
a.
Predictors: (Constant), Reward and Punishmen,
Budaya Organisasi, Kepemimpinan b.
Dependent Variable: Motivasi Kerja Pegawai |
Berdasarkan kaidah pengujian hipotesis maka
selanjutnya penulis melakukan analisis dan mengambil keputusan apakah variabel
kepemimpinan, budaya organisasi dan Reward and Punishment secara bersama-sama berpengaruh
secara simultan terhadap
Motivasi Kerja Karyawan atau tidak.
Hasil pengujian dan analisis
nilai F sebagaimana
dalam tabel ANOVA menunjukkan nilai kepemimpinan, budaya
organisasi dan Reward and Punishment sebesar 14.164. Dengan membandingkan Fhitung dengan F tabel ά 0,05
dengan derajat bebas (df)
pembilang 3 dan derajat bebas
penyebut 37 didapat Ftabel
2.880 . Dengan demikian maka
Fhitung 14.164 > 2.880 Ftabel, maka
sesuai analisis coefisients,
secara simultan keputusan yang
diambil adalah hipotesis
Ha diterima artinya variabel kepemimpinan, budaya organisasi dan Reward
and Punishment berpengaruh positif dan signifikan terhadap Motivasi Kerja
Karyawan.
Digunakan untuk mengukur ketepatan dari model
analisis yang dibuat. Nilai koefisien determinan berganda digunakan untuk
mengukur besarnya sumbangan
dari variabel bebas
yang diteliti terhadap
variabel terikat. Bila R2 Mendekati angka satu maka
dapat dikatakan bahwa
sumbangan dari variabel
bebas (X1,2,3)
terhadap variabel terikat (Y) semakin
besar. Hal ini mengandung
pengertian bahwa model yang digunakan
semakin kuat untuk
menerangkan variasi variabel
terikat.
Tabel 13. Model
Summary |
||||
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
.745a |
.556 |
.516 |
0.3823 |
a. Predictors:
(Constant), Reward and Punishmen, Budaya Organisasi, Kepemimpinan |
Angka koefisien determinan R square
(R2) sebesar 0,556 adalah
pengkodratan dari koefisien
korelasi yakni 0,754.
Ini mengandung pengertian bahwa 55.6% variasi Motivasi Kerja Karyawan dapat
dijelaskan dari variabel
independen yakni Kepemimpinan, Budaya Organisasi dan Reward and Punishmen, sedangkan sisanya
44.4% (100% - 55.6%) dipengaruhi
oleh faktor lain seperti kompensasi, gaya kepemimpinan,
komitmen karyawan, kompetensi.
Selanjutnya dalam tabel model summarry menunjukkan standar error of estimate atau tingkat penyimpangan yang
diprediksi adalah 0,03823,
ini mengandung pengertian
bahwa model regresi
sangat tepat dalam memprediksi
variabel dependen atau
variabel Motivasi Kerja
Karyawan karena berada
di bawah standard error term 0,05
Berdasarkan
hasil pengujian hipotesis tentang dugaan pengaruh kepemimpinan terhadap
motivasi kerja karyawan, maka didapatkan hasil pengujian bahwa kepemimpinan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap motivasi kerja karyawan. Ini artinya bahwa
semakin baik peran kepemimpinan dijalankan oleh seorang pimpinan atau atasan,
maka akan mendorong karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai rencana baik
dari sisi kualitas maupun kuantitas. Hasil penelitian ini mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Mukrodi dan Wahyudi (2018)bahwa kepemimpinan dan budaya organisasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Motivasi kerja pada kantor-kantor kementrian agama se Propinsi Banten. Hasil penelitian yang
juga mendukung penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Tapoona tahun 2014 bahwa kepemimpinan, budaya
organisasi dan motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Motivasi
Kerja Karyawan.
Hasil
penelitian ini didukung oleh teori yang disampaikan oleh Robbin dalam Tapoona (2014) bahwa peranan kepemimpinan
yang efektif adalah dengan meningkatkan disiplin tinggi dan kepatuhan dalam
bekerja, serta kepatuhan terhadap ketentuan lainnya, dimana pemimpin dan
bawahan diikat secara bersama-sama mematuhi aturan, agar tercapai tujuan
organisasi.
Berdasarkan
hasil penelitian sebagaimana dijelaskan di atas bahwa hasil penelitian
mendukung penelitian yang dilakukan sebelumnya dan diperkuat dengan teori,
maka dapat dimaknai bahwa pimpinan dan
karyawan pada Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten
Sumba Barat mempunyai hubungan kerja yang baik dan efektif sehingga mendorong
dan memotivasi karyawan untuk menyelesaikan tugas sesuai rencana. Hal ini diperkuat dengan total rata – rata
jawaban responden tentang peran kepemimpinan yang mencapai skor 4.096
dengan kategori baik. Peran yang paling menonjol dalam variabel kepemimpinan
adalah peran yang ditampilkan dalam butir pertanyaan (P14,P15
dan P25) yakni pemimpin selalu bersikat toleran baik terhadap sesama
pimpinan maupun terhadap karyawan, pimpinan yang bersikap tidak membesar –
besarkan masalah yang dihadapi baik terhadap individu maupun organisasi dan
pimpinan yang selalu mengedepankan kerja sama dalam tim.
Peran kepemimpinan yang disenangi karyawan dengan rata-rata skor jawaban responden mencapai 4.096 yang dinilai baik dan efektif ini sesuai dengan kondisi karasteristik responden
yang memiliki tingkat pendidikan bervariasi
yakni 23.68% berpendidikan SMU, 63.16% perpendidikan Strata-1 (S1) dan
sebanyak 13.16% perbendidikan Strata-2
(S2). Kondisi sistim birokrasi yang efektif dengan tingkat pendidikan mayoritas
diatas strata-1 ini juga yang dinilai membentuk peran dan gaya kepemimpinan
yang disenangi karyawan dan sesama pimpinan lainnya. Gaya kepemimpinan yang
tepat akan membentuk relasi kerja antara pimpinan dan bawahan dengan baik sehingga karyawan merasa selalu didukung oleh
pimpinan dalam segala kegiatan, karena
kondisi lingkungan kerja yang baik akan meningkatkan kenyamanan karyawan dalam
bekerja dalam mencapai tujuan
Selanjutnya dijelaskan pengaruh pengujian karasteristik responden
terhadap Kepemimpinan, dimana hasil pengujian dapat dilihat dalam tabel berikut
ini:
Tabel 14. Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized
Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
114.201 |
2.315 |
|
49.336 |
.000 |
|
Berdasarkan Usia |
.620 |
.952 |
.153 |
1.851 |
.020 |
Masa Kerja |
.480 |
.755 |
.129 |
2.635 |
.030 |
|
Tingkat Pendidikan |
.396 |
.697 |
.121 |
2.567 |
.044 |
|
a. Dependent Variable: Kepemimpinan |
Hasil
pengujian karasteristik responden sebagaimana dalam tabel Coefficients di atas jika dibandingkan dengan nilai t
table sebesar 1,687 maka dapat diketahui
dengan jelas bahwa karasteristik berdasrkan usia berpengaruh
signifikan terhadap kepemimpinan dimana ttabel 1,687 > thitung
1,851, selanjutnya karasteristik berdasarkan masa kerja berpengaruh
postitif dan signifikan terhadap kepemimpinan dimana ttabel 1,687
> thitung 2,635, selanjutnya karasteristik berdasarkan pendidikan
berpengaruh postitif dan signifikan terhadap kepemimpinan dimana ttabel 1,687
> thitung 2,567.
Berdasarkan hasil pengujian pengaruh karasteristik responden terhadap
variabel Kepemimpinan (X1) menunjukkan bahwa usia, masa kerja dan
tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kepemimpinan, maka penempatan karyawan
dan pemberian tugas pekerjaan harus menjadikan usia karyawan, masa kerja
karyawan dan tingkat pendidikan karyawan menjadi pertimbangan atau minimal
menjadi dasar penentuan.
Berdasarkan
hasil pengujian hipotesis tentang dugaan pengaruh Budaya Organisasi terhadap
motivasi kerja karyawan, maka didapatkan hasil pengujian bahwa Budaya
Organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja karyawan.
Ini artinya bahwa semakin baik Budaya Organisasi dijalankan oleh seorang
pimpinan atau atasan, maka akan mendorong karyawan untuk menyelesaikan
pekerjaan sesuai rencana baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mukrodi dan Wahyudi (2018) bahwa kepemimpinan dan budaya organisasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Motivasi kerja pada kantor-kantor kementrian agama se propinsi banten. Hasil penelitian yang
juga mendukung penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Tapoona (2014) bahwa kepemimpinan, budaya organisasi dan motivasi berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Motivasi Kerja Karyawan.
Hasil
penelitian ini disukung oleh teori yang disampaikan oleh Moeljono dalam Lina (2014) menjelaskan bahwa budaya
organisasi merupakan sistem nilai yang diyakini semua anggota organisasi dan
diterapkan serta dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem
perekat, dan dapat dijadikan acuan berperilaku dalam organisasi untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan
hasil penelitian sebagaimana dijelaskan di atas bahwa hasil penelitian
mendukung penelitian yang dilakukan
sebelumnya dan diperkuat dengan teori, maka
dapat dimaknai bahwa pimpinan dan karyawan pada Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten
Sumba Barat mempunyai budaya kerja yang
baik dalam organisasi yakni memlihara dan menjaga nilai – nilai etika dalam berinteraksi antara
sesama maupun dengan pimpinan menjalankan tugas, sehingga mendorong dan
memotivasi karyawan untuk menyelesaikan tugas dengan baik sesuai rencana. Hal ini diperkuat dengan total rata – rata
jawaban responden tentang peran budaya organisasi yang mencapai skor 4.053 dengan kategori baik. Nilai budaya yang
paling menonjol dalam variabel Budaya Organisasi adalah nilai budaya yang
ditampilkan dalam butir pertanyaan (P1 dan P10) yakni selalu
berkerja berdasarkan visi misi organisasi yang ditentukan sebagai orientasi
bekerjaan dalam mencapai tujuan organisasi dan komitmen yang tinggi untuk mewujudkan
tugas dan perannya sebagai seorang pemimpin untuk mencapai tujuan yang sejalan
dengan nilai-nilai organisasi.
Penerapan nilai budaya yang disenangi karyawan dengan rata-rata skor jawaban responden mencapai 4.053 yang dinilai baik dan efektif. Hal ini sesuai
dengan kondisi karasteristik responden yang memiliki usia kerja diatas 41 tahun
mencapai 47.37% sehingga dinilai usia responden seperti ini telah memiliki
banyak pengalaman kerja, memiliki loyalitas
serta memiliki komitmen yang tinggi terhadap institusi tempat dia
bekerja. Kondisi seperti ini dinilai sangat menguntungkan organisasi karena
biasanya pekerja yang sudah senior memiliki pengalaman, penilaian, etika kerja
yang kuat serta komitmen terhadap kualitas (Luthans, 2011), sehingga dapat memberikan contoh dan tauladan bagi
karyawan baru tentang nilai – nilai pengabdian yang diharapkan oleh
institusi kepada karyawan yang usianya
masih muda. Selanjutnya dijelaskan
pengaruh pengujian karasteristik
responden terhadap Budaya Organisasi, dimana hasil pengujian dapat dilihat
dalam tabel berikut ini:
Tabel 15. Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
40.568 |
1.104 |
|
36.732 |
.000 |
|
Berdasarkan Usia |
.070 |
.454 |
.037 |
3.153 |
.019 |
Masa Kerja |
.057 |
.360 |
.033 |
2.157 |
021 |
|
Tingkat
Pendidikan |
.204 |
.333 |
.134 |
1.693 |
.014 |
|
a. Dependent Variable: Budaya
Organisasi |
Hasil
pengujian karasteristik responden sebagaimana dalam tabel Coefficients di atas jika dibandingkan dengan nilai ttable
sebesar 1,687 maka dapat diketahui
dengan jelas bahwa karasteristik berdasrkan usia berpengaruh
signifikan terhadap Budaya Organisasi dimana ttabel 1,687
> thitung 3,153, selanjutnya karasteristik berdasarkan masa kerja
berpengaruh postitif dan signifikan terhadap Budaya Organisasi dimana ttabel
1,687 > thitung 2,157, selanjutnya karasteristik
berdasarkan pendidikan berpengaruh postitif dan signifikan terhadap Budaya
Organisasi dimana ttabel 1,687 > thitung 1,693.
Berdasarkan hasil pengujian pengaruh karasteristik responden terhadap
variabel Budaya Organisasi (X2) menunjukkan bahwa usia, masa kerja dan tingkat pendidikan
berpengaruh terhadap Budaya Organisasi, maka penempatan karyawan dan pemberian tugas pekerjaan harus
menjadikan usia karyawan, masa kerja karyawan dan tingkat pendidikan karyawan
menjadi pertimbangan atau minimal menjadi dasar penentuan karena budaya
organisasi akan membentuk lingkungan kerja yang sehat dan lingkungan kerja yang
sehat akan mendorong manajemen yang baik
Berdasarkan
hasil pengujian hipotesis tentang dugaan pengaruh Reward and Punishmen terhadap motivasi kerja karyawan, maka
didapatkan hasil pengujian bahwa Reward
and Punishmen berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja
karyawan. Ini artinya bahwa semakin banyak penghargaan yang diberikan kepada
karyawan yang berprestasi dan semakin berat sanksi yang dijatuhkan oleh seorang
pimpinan atau atasan kepada bawahan yang lalaidalam menjalanan tugasnya,maka
akan mendorong karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai rencana baik dari
sisi kualitas maupun kuantitas. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Mentang (2021) bahwa Reward and Punishment
berpengaruh positif dan signifikan
Terhadap Motivasi Karyawan serta implikasinya terhadap kinerja
karyawan.
Hasil
penelitian ini didukung oleh teori yang disampaikan oleh Lako dalam Lina (2014) menyatakan bahwa rewards dapat
memberikan manfaat pengendalian, yaitu bersifat informational dan motivational. Informational artinya pemberian rewards
dimaksudkan untuk menarik perhatian para karyawan dan mengingatkan mereka
tentang pentingnya hasil-hasil yang diperoleh dari bidang-bidang usaha mereka
lakukan seperti costs, quality, customer service, asset management, dan future
growth. Juga disukung oleh teori
punishmen yang disampaikan oleh Fahmi (2014) bahwa punishment merupakan sangsi yang diterima
oleh pegawai karena ketidak mampuannya dalam mengerjakan pekerjaan sesuai
dengan yang diperintahkan. Punishmen diberikan karyawan tidak memberikan
respon atau tidak menampilkan tingkah laku yang diharapkan.
Berdasarkan
hasil penelitian sebagaimana dijelaskan di atas bahwa hasil penelitian
mendukung penelitian yang dilakukan
sebelumnya dan diperkuat dengan teori, maka
dapat dimaknai bahwa pimpinan pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Sumba Barat telah menerapkan
penghargaan dan sanksi terhadap karyawan baik penghargaan bagi yang berprestasi maupun sanksi yang yang
lalai, sehingga mendorong dan memotivasi
karyawan untuk menyelesaikan tugas dengan baik sesuai rencana.
Hal ini diperkuat dengan total rata – rata jawaban responden tentang Reward
and Punishment yang
mencapai skor 3.278 dengan kategori cukup baik. Nilai Reward
and Punishment yang paling
menonjol adalah nilai yang ditampilkan dalam butir pertanyaan (P11)
yakni pimpinan selalu menyampaikan aturan–aturan
ketertiban dalam keteraturan terhadap tata
tertib kantoryang meliputi kewajiban, keharusan dan larangan dalam menjalankan tupoksi penerapan Reward and Punishment dengan rata-rata skor jawaban responden hanya mencapai
3.278 yang dinilai cukup efektif menunjukkan masih ada hal yang kurang atau
belum sepenuhnya dijalankan oleh pimpinan baik itu terhadap penerapan
penghargaan terhadap karyawan yang berprestasi maupun sanksi yang dijatuhkan
kepada kayawan yang lalai dalam menjalankan tugasnya.
Selanjutnya dijelaskan pengaruh pengujian karasteristik responden
terhadap Budaya Organisasi, dimana hasil pengujian dapat dilihat dalam tabel
berikut ini:
Tabel 16. Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
38.319 |
1.477 |
|
25.942 |
.000 |
|
Berdasarkan Usia |
.491 |
.608 |
.190 |
2.808 |
.025 |
Masa Kerja |
.443 |
.482 |
.188 |
3.919 |
.015 |
|
Tingkat Pendidikan |
.212 |
.445 |
.103 |
3.477 |
.036 |
|
a. Dependent Variable: Sistem R&P |
Hasil
pengujian karasteristik responden sebagaimana dalam tabel Coefficients di atas jika dibandingkan dengan nilai t table
sebesar 1,687 maka dapat diketahui
dengan jelas bahwa karasteristik berdasrkan usia berpengaruh
signifikan terhadap Reward and
Punishment dimana ttabel 1,687 > thitung 2,808,
selanjutnya karasteristik berdasarkan masa kerja berpengaruh postitif dan signifikan
terhadap Reward and Punishment
dimana ttabel 1,687 > thitung 3,919, selanjutnya
karasteristik berdasarkan pendidikan berpengaruh postitif dan signifikan
terhadap Reward and Punishment
dimana ttabel 1,687 > thitung 3,477.
Berdasarkan hasil pengujian pengaruh karasteristik responden terhadap
variabel Budaya Organisasi (X3) menunjukkan bahwa usia, masa kerja dan tingkat pendidikan
berpengaruh terhadap Budaya Organisasi, maka penempatan karyawan dan pemberian tugas pekerjaan harus
menjadikan usia karyawan, masa kerja karyawan dan tingkat pendidikan karyawan
menjadi pertimbangan atau minimal menjadi dasar penentuan karena budaya
organisasi akan membentuk lingkungan kerja yang sehat dan lingkungan kerja yang
sehat akan mendorong manajemen yang baik
Berdasarkan
hasil pengujian hipotesis tentang dugaan pengaruh Kepemimpinan, Budaya
Organisasi, Reward and Punishment
secara bersama – sama berpengaruh
positif dan significan terhadap Motivasi Kerja Pegawai pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sumba Barat, maka didapatkan hasil pengujian bahwa Kepemimpinan,
Budaya Organisasi dan Reward and
Punishment secara bersama – sama berpengaruh positif dan significan
terhadap Motivasi Kerja Pegawai. Ini artinya bahwa pimpinan badan perencanaan
Pembangunan daerah telah menerapkan dan menjalankan kepemimpinan yang sesuai
dengan harapan dan keinginan bawahan, menerapkan nilai – nilai budaya yang
member rasa nyaman kepada bawahan dan
memberikan penghargaan bagi bawahan yang berprestasi serta sanksi bagi
yang lalai sehingga suasana birokrasi semacam inilah yang mendorong karyawan
untuk selalu menyelesaikan pekerjaan sesuai rencana baik kualitas maupun
kuantitas.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan
sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut; (1) Karasteristik
berdasrkan usia berpengaruh signifikan terhadap kepemimpinan dimana ttabel
1,687 > thitung 1,851, selanjutnya karasteristik
berdasarkan masa kerja berpengaruh postitif dan signifikan terhadap
kepemimpinan dimana ttabel 1,687 > thitung 2,635,
selanjutnya karasteristik berdasarkan pendidikan berpengaruh postitif dan
signifikan terhadap kepemimpinan dimana ttabel 1,687 > thitung
2,567, (2) karakteristik berdasrkan usia berpengaruh
signifikan terhadap Budaya Organisasi dimana ttabel 1,687
> thitung 3,153, selanjutnya karasteristik berdasarkan masa kerja
berpengaruh postitif dan signifikan terhadap Budaya Organisasi dimana ttabel
1,687 > thitung 2,157, selanjutnya karasteristik
berdasarkan pendidikan berpengaruh postitif dan signifikan terhadap Budaya
Organisasi dimana ttabel 1,687 > thitung 1,693, dan
(3) Karasteristik berdasarkan usia
berpengaruh signifikan terhadap Reward
and Punishment dimana
ttabel 1,687 > thitung 2,808, selanjutnya
karasteristik berdasarkan masa kerja berpengaruh postitif dan signifikan
terhadap Reward and Punishment
dimana ttabel 1,687 > thitung 3,919, selanjutnya
karasteristik berdasarkan pendidikan berpengaruh postitif dan signifikan
terhadap Reward and Punishment
dimana ttabel 1,687 > thitung 3,477.
BIBLIOGRAFI
Andri, S., Troena, E. A., Idrus, I., & Djumahir, D.
(2020). Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi, Motivasi, Program Diklat
Terhadap Kinerja, dan Kepuasan Kerja Karyawan. Jurnal Aplikasi Manajemen,
9(4), 1346–1356.
Awan, T. T. D. (2020). Pengaruh kepemimpinan
transaksional terhadap motivasi kerja karyawan pada kantor PT. Wijaya Sukses
Sejahtera di Kabupaten Berau. Jurnal Administrasi Bisnis Fisipol Unmul, 8(3),
216–223.
Do Rêgo, E. B., Supartha, W. G., & Yasa, N. N. K.
(2017). Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Motivasi dan Kinerja Karyawan pada
Direktorat Jendral Administrasi dan Keuangan, Kementerian Estatal Timor Leste. E-Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana, 6(11), 3731–3764.
Ehtesham, U. M., Muhammad, T. M., & Muhammad, S. A.
(2011). Relationship between organizational culture and performance management
practices: a case of university in Pakistan. Journal of Competitiveness,
4(3), 78–86.
Fahmi, I. (2014). Manajemen Kepemimpinan Teori &
Aplikasi (D. Handi, Ed.). Alfabeta.
Jurman, J. (2014). Budaya Organisasi Dalam Meningkatkan
Kinerja Guru Pada Sma Negeri 1 Simeulue Timur. Jurnal Ilmiah Didaktika, 14(2).
Lina, D. (2014). Analisis pengaruh kepemimpinan dan
budaya organisasi terhadap kinerja pegawai dengan sistem reward sebagai
variabel moderating. Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis, 14(1).
Luthans, F. (2011). Organızatıonal Behavıor: An
Evidence-Based Approach. McGraw-Hill/Irwin.
Mahyuddin, M., & Azhari, A. (2021). Pengaruh
Kepemimpinan, Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Personil
Kepolisian Pada Kantor Polsek Se-Kabupaten Pidie Jaya. IndOmera, 2(4),
17–27.
Mentang, S. X. (2021). Pengaruh Reward Dan Punishment
Terhadap Motivasi Karyawan Serta Implikasinya Terhadap Kinerja. Juima:
Jurnal Ilmu Manajemen, 11(1).
Mukrodi, & Wahyudi. (2018). Pengaruh Kepemimpinan
Dan Budaya Organisasi Terhadap Motivasi Kerja Serta Implikasinya Pada Komitmen
Pegawai Di Kantor-Kantor Kementrian Agama Se Propinsi Banten. Jurnal Ekonomi
Efektif, 1(1), 272–282.
Muraina, M. B. (2014). Principals’ managerial skills
and administrative effectiveness in secondary schools in Oyo State, Nigeria. Global
Journal of Management and Business Research, 14(3), 52–56.
Njugi, A. W., & Agusioma, N. L. (2014). Effect of
Organization Culture on Employee Performance in Non-Governmental Organizations.
International Journal of Scientific and Research Publications, 4(11),
1–17.
Pradnyani, G. A. A. I. (2020). Pengaruh Reward Dan
Punishment Terhadap Motivasi Kerja Karyawan Pada CV Ayudya Tabanan Bali.
Universitas Pendidikan Ganesha.
Tapoona, H. N. (2014). Pengaruh Kepemimpinan, Budaya
Organisasi, dan Motivasi terhadap Kepuasan Kerja dan Dampaknya terhadap Kinerja
Organisasi di Unika Atma Jaya. Tugas Akhir Program Magister (TAPM) Program
Prscasarjana Universitas Terbuka.
Tueno, N. S. (2016). Pengaruh kepemimpinan terhadap
motivasi kerja pegawai pada Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Gorontalo. Publik,
3(2), 68–76.
Copyright holder: Raymond
L. K. Dena, Laurensius P. Sayrani, Aminudin Zuhairi (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |