Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN:
2548-1398
Vol. 9, No. 10, Oktober 2024
Akhmad Ali Sodikin1 , , Jamaludin
Iskak2
Universitas Tarumanagara, Jakarta, Indonesia1,2
Email: akhmadalisodikin@gmail.com 1
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
implikasi kompetensi audit, red flags, serta skpetisme profesional terhadap
deteksi kecurangan. Red flags (tanda bahaya) pada penelitian ini menggunakan persepsi pada kategori
Pressure, Opportunity, Rationalization. Populasi dalam penelitian
ini adalah auditor KAP di Jakarta Selatan dengan
menggunakan metode convenience sampling. Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan
yaitu data primer dengan cara pengumpulan data yaitu teknik kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan variabel bebas persepsi pada kategori Pressure,
Opportunity, Rationalization,
dan juga variabel moderasi yakni Skeptisisme Profesional. Sedangkan variabel terikat yakni deteksi kecurangan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bebas
Pressure, Opportunity dan Skeptisisme berperan dalam mendeteksi kecurangan. Sedangkan
kompetensi audit dan Rationalization tidak berperan dalam mendeteksi kecurangan dalam perusahaan. Hasil lain dari penelitian ini adalah skeptisisme profesional dapat memperkuat atau memperlemah kompetensi audit, redflag pada kategori
Pressure dan Rationalization terhadap deteksi kecurangan. Namun tidak dapat memperkuat atau memperlemah persepsi pada
kategori Opportunity, terhadap
deteksi kecurangan perusahaan.
Kata Kunci: Kompetensi Audit, Red flags, Pressure, Opportunity, Rationalization,
Skeptisisme Profesional, Deteksi Kecurangan, Fraud, Auditor
This research was conducted to determine the implications of audit
competency, red flags, and
professional skepticism on fraud detection. Red flags (danger signs) in this research use perceptions in the categories
Pressure, Opportunity, Rationalization. The population in this study were KAP auditors in South Jakarta
using the convenience sampling method. In this research, the
data source used is primary data using the data collection method, namely the questionnaire technique. The data
analysis technique used is quantitative descriptive analysis. This research uses independent variables
of perception in the
categories Pressure, Opportunity, Rationalization, and also a moderating variable, namely Professional
Skepticism. Meanwhile, the dependent variable is fraud detection. This research shows that the independent variables
Pressure, Opportunity and Skepticism play a role in detecting
fraud. Meanwhile, audit competency and Rationalization do not play a role in detecting
fraud in the company. Another
result of this research is that professional
skepticism can strengthen or weaken audit competence, red flags in the Pressure and Rationalization categories for
fraud detection. However, it cannot
strengthen or weaken perceptions in the Opportunity category regarding company fraud detection.
Keywords: Audit Competency, Red flags,
Pressure, Opportunity, Rationalization, Professional
Skepticism, Fraud Detection, Fraud, Auditor
Pendahuluan
Bagi perusahaan, pertumbuhan ekonomi Indonesia
memiliki dampak yang berbeda. Untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan dan bertahan, bisnis harus mengeksplorasi
semua potensinya
Selain
di negara lain, kecurangan akuntansi juga terjadi di Indonesia, seperti yang
ditunjukkan oleh likuidasi
sektor perbankan, keterlibatan manajemen dalam kejahatan
kerah putih, manipulasi pajak, dan korupsi di daerah
pemilihan dan dewan perwakilan rakyat. Pada tahun 2013, Corruption Perception Index menempatkan Indonesia pada
posisi 114 dari 177 negara, dan pada
posisi 7 dari 10 negara di kawasan ASEAN (Transparancy International 2013).
Untuk mendeteksi kecurangan, akuntan, auditor, dan profesi akuntansi
harus proaktif. Ini karena kecurangan dianggap sebagai masalah yang
paling serius dan menantang dalam lingkungan
bisnis saat ini
Menurut
survei yang dilakukan oleh Association of Certified Fraud Examiner (ACFE)
(2016), korupsi adalah jenis
kejahatan yang paling umum di Indonesia. Sebanyak 67% dari 154 orang yang
mengikuti survai fraud Indonesia memilih korupsi. Hal ini berbeda dengan
temuan Report to The Nationss (2016)
oleh ACFE, yang menyatakan bahwa penyalahgunaan aset adalah jenis fraud terbanyak. Dalam survai fraud
Indonesia, 71 orang, atau 31 persen dari peserta, memilih penyalahgunaan aset. Laporan keuangan
adalah jenis fraud terbanyak ketiga, yang dipilih oleh empat orang, atau 2%
dari responden, yang berbeda karena pengetahuan dan pengalaman yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh jumlah publikasi tentang korupsi yang cukup besar (acfe- indonesia.or.id/, 2017).
Gambar 1. Fraud
Terbanyak di Indonesia
Sumber: https://acfe-indonesia.or.id/
Perusahaan
dengan sistem kontrol internal yang tidak efektif akan berdampak pada tata
kelola perusahaan yang buruk sehingga
penipuan dan manipulasi dapat terjadi dengan mudah
Merujuk
pada kasus manipulasi pelaporan keuangan,
Penelitian
ini bersifat kuantitatif.
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan alat kuesioner sebagai sumber data primer dan Skala likert digunakan
dalam penyusunan kuesioner
penelitian ini. Data primer diperoleh
dengan menggunakan pernyataan yang telah terstruktur dengan tujuan untuk
mengumpulkan informasi dari responden
dalam penelitian. Bentuk pertanyaan yang diajukan berupa alternatif pilihan pendapat yang menggunakan skala
likert 5 poin yakni sangat tidak setuju (1), kurang setuju (2), cukup
setuju (3), setuju (4), dan sangat setuju (5). Jenis dan sumber data penelitian ini
merupakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data
Pengujian
hipotesis penelitian dilakukan dengan pendekatan Structural Equation Model
(SEM) berbasis Partial Least Square (PLS). Menurut
Hasil dan Pembahasan
Penelitian
ini menggunakan objek pada KAP di Jakarta Selatan yang berjumlah 86 KAP dengan
634 auditor yang terdaftar pada
direktori IAPI. Penerapan sampel yang digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan metode purposive
sampling yang dilakukan berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditetapkan peneliti.
Tabel berikut merupakan
rincian kriteria pemilihan
sampel yang telah ditetapkan.
Tabel 1. Penentuan Sampel
Keterangan Perusahaan |
Jumlah |
Jumlah Kuisioner yang disebarkan |
634 |
Jumlah Kuisioner yang tidak Kembali |
(338) |
Jumlah Kuisioner yang Kembali |
296 |
Jumlah Kuisioner yang tidak dapat diolah |
110 |
Jumlah Kuisioner yang dapat Diolah |
168 |
Sumber : Data
Diolah Oleh Peneliti
Pengumpulan data dilakukan dengan mendatangi responden
untuk penyebaran kuisioner
dengan jumlah sampel sebanyak 86 KAP dengan 634 auditor.
Namun hasil pengumpulan data hanya diterima 168 kuisioner dari 86 KAP.
Untuk
mengukur kompetensi audit (Variabel X1) penulis membuat pertanyaan berjumlah 3
butir dan berikut jawaban dari responden tersebut.
Tabel 2. Frekuensi Jawaban Per Indikator Kompetensi Audit
Item Pernyataan |
Bobot/Skor |
||||
SS |
S |
CS |
KS |
STS |
|
1 |
70 |
77 |
13 |
0 |
0 |
2 |
40 |
118 |
2 |
0 |
0 |
3 |
66 |
90 |
4 |
0 |
0 |
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa total
jawaban terbanyak dari seluruh pernyataan yaitu berpendapat setuju sebanyak 77 orang,
118 orang dan 90 orang dari total sampel. Pendapat setuju terbanyak yakni pada
pertanyaan butir 2 yakni 118 orang.
Skeptisisme
Untuk mengukur persepsi pada kategori skeptisisme, penulis membuat pertanyaan dengan jumlah 6 butir yang telah diisi oleh para responden. Dan berikut jawaban para responden yang dirangkum dalam tabel berikut.
Tabel 3. Frekuensi Jawaban Per Indikator
Skeptisisme
Item Pernyataan |
Bobot/Skor |
||||
SS |
S |
CS |
KS |
STS |
|
1 |
0 |
155 |
5 |
0 |
0 |
2 |
105 |
50 |
5 |
0 |
0 |
3 |
99 |
61 |
0 |
0 |
0 |
4 |
115 |
45 |
0 |
0 |
0 |
5 |
115 |
40 |
5 |
0 |
0 |
6 |
105 |
55 |
0 |
0 |
0 |
Dari tabel tersebut disimpulkan bahwa total jawaban terbanyak dari seluruh pernyataan 1 sampai 6 yaitu berpendapat sangat setuju kecuali poin 1 dengan setuju sebanyak 155 orang. Untuk jawaban sangat setuju mulai dari poin 2-6 masing – masing sebanyak 105 orang, 99 orang, 115 orang, 115 orang, 105 orang dari 160 orang total sampel. Dan pendapat sangat setuju terbanyak yakni diperoleh dari pernyataan poin 13 yakni sebanyak 110 sedangkan jawaban setuju terbanyak dari pernyataan poin 1 yakni 155 orang.
Untuk mengukur persepsi pada kategori deteksi kecurangan (Variabel Y), penulis membuat indikator yang berjumlah 7 butir yang telah diisi oleh para responden dan berikut tabelnya.
Item Pernyataan |
Bobot/Skor |
||||
SS |
S |
CS |
KS |
STS |
|
1 |
114 |
46 |
0 |
0 |
0 |
2 |
105 |
50 |
5 |
0 |
0 |
3 |
99 |
61 |
0 |
0 |
0 |
4 |
115 |
45 |
0 |
0 |
0 |
5 |
0 |
0 |
0 |
150 |
10 |
6 |
0 |
0 |
0 |
150 |
10 |
7 |
0 |
150 |
0 |
10 |
0 |
Tabel 4. Frekuensi Jawaban Per Indikator
Deteksi Kecurangan
Dari
tabel 4 tersebut disimpulkan bahwa total jawaban terbanyak dari seluruh pernyataan 1 hingga 7 yaitu berpendapat sangat setuju kecuali
poin 5 hingga 7 dengan
hasil tebanyak untuk poin 5 hingga
6 yakni kurang setuju masing-masing sebanyak 150 orang dan poin 7
dengan hasil tebanyak dengan jawabab setuju sebanyak 150 orang. Untuk jawaban sangat setuju mulai dari poin
1 hingga 4 masing-masing sebanyak 114
orang, 105 orang, 99 orang, dan 115 orang dari 160 orang total sampel.
Tabel 5. Struktural (Inner Model)
Keterangan |
R Square |
R Square Adjusted |
Deteksi Kecurangan |
0,941 |
0,938 |
Sumber : Data primer yang diolah, 2020
Berdasarkan pengolahan data dengan PLS, dihasilkan nilai R square sebesar 0,941 yang dapat diinterpretasian bahwa variabel deteksi kecurangan dapat dijelaskan oleh variabel Kompetensi Audit, Pressure, Opportunity, Razionalitation, Skeptisisme Profesional sebesar 94,1 % sedangkan 5,9 % dijelaskan oleh variabel lain yang diluar penelitian.
Hubungan |
Original Sample (O) |
T-Statistic |
Keterangan |
Kompetensi Audit -> Deteksi
Kecurangan |
-0.167 |
1.396 |
Tidak
Signifikan |
Pressure -> Deteksi Kecurangan |
0.209 |
4.052 |
Signifikan |
Opportunity -> Deteksi Kecurangan |
-0.268 |
2.771 |
Signifikan |
Rationalization -> Deteksi Kecurangan |
0.054 |
0.381 |
Tidak
Signifikan |
Skeptisisme -> Deteksi Kecurangan |
1.057 |
17.775 |
Signifikan |
Deteksi Kecurangan -> Skeptisisme
memoderasi Kompetensi Audit |
-0.313 |
2.337 |
Signifikan |
Skeptisisme memoderasi Pressure ->
Deteksi Kecurangan |
-0.227 |
4.773 |
Quasi
Moderasi |
Skeptisisme memoderasi Opportunity ->
Deteksi Kecurangan |
0.162 |
1.564 |
Quasi
Moderasi |
Skeptisisme memoderasi Rationalization
-> Deteksi Kecurangan |
0.376 |
2.129 |
Full
Moderasi |
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Pada
tabel diatas dapat
diketahui bahwa
1) Variabel
Kompetensi Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap deteksi Kecurangan dengan nilai koefesien
parameter sebesar 0,167 dan signifikan pada 5% (t
hitung (1,396) < t tabel (1,960)).
2)
Variabel Pressure berpengaruh signifikan terhadap Deteksi
Kecurangan dengan nilai
koefesien parameter sebesar 0,209 dan signifikan pada 5% (t hitung
(4,052) > t tabel (1,960)).
3)
Variabel Opportunity berpengaruh signifikan terhadap
Deteksi Kecurangan dengan nilai
koefesien parameter sebesar 0,268 dan signifikan pada 5% (t hitung
(2,771) > t tabel (1,960)).
4)
Variabel Rationalization tidak berpengaruh signifikan terhadap Deteksi Kecurangan dengan nilai koefesien
parameter sebesar 0,054 dan signifikan pada 5% (t
hitung (0,381) < t tabel (1,960)).
5)
Variabel Skeptisisme Profesional berpengaruh signifikan terhadap
Deteksi Kecurangan dengan
nilai koefesien parameter sebesar 1,057 dan signifikan pada 5% (t hitung (17,775) > t tabel
(1,960)).
6)
Variabel Skeptisisme Profesional dapat memoderasi Kompetensi Audit terhadap Deteksi
Kecurangan dengan nilai koefesien parameter sebesar 0,313 dan signifikan
pada 5% (t hitung (2,337) > t
tabel (1,960)).
7)
Variabel Skeptisisme
Profesional dapat memoderasi Pressure
terhadap Deteksi Kecurangan dengan nilai koefesien
parameter sebesar 0,227 dan signifikan pada 5% (t
hitung (4,773) > t tabel (1,960)).
8)
Variabel Skeptisisme Profesional tidak dapat memoderasi Opportunity terhadap
Deteksi Kecurangan dengan nilai koefesien parameter sebesar 0,162 dan signifikan
pada 5% (t hitung (1,564) < t tabel (1,960)).
9)
Variabel Skeptisisme Profesional dapat memoderasi
Razionalitation terhadap Deteksi Kecurangan dengan nilai koefesien
parameter sebesar 0,376 dan signifikan pada 5% (t hitung (2,129) > t tabel (1,960)).
Pembahasan
Dari
hasil penelitian diperoleh nilai
t-hitung X1 = 1,396 dan t-tabel 1,960. Oleh
karena t-hitung < t-tabel, maka Kompetensi audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap deteksi kecurangan.
Artinya Kompetensi audit tidak efektif dalam
mendeteksi kecurangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dan penelitian dengan
hasil bahwa Kompetensi audit tidak berpengaruh signifikan terhadap deteksi
kecurangan. Di sisi lain penelitian ini membuktikan bahwa Atribusi kurang efektif dalam mendeteksi laporan
keuangan. Selain itu hasil ini kurang mendukung pendapat
Dari hasil penelitian diperoleh nilai
t-hitung X2 = 4,052 dan t-tabel 1,960. Oleh karena t-hitung > t-tabel, maka Pressure secara signifikan berpengaruh terhadap deteksi kecurangan. Artinya persepsi pada kategori Pressure
efektif dalam mendeteksi kecurangan. Hasil penelitian
ini sejalan dengan hasil penelitian Rahim dkk
(2019) dengan hasil bahwa Pressure berpengaruh positif signifikan terhadap Deteksi Kecurangan. Di sisi lain
penelitian ini membuktikan bahwa teori Segitiga dan Atribusi berlaku dalam mendeteksi laporan keuangan. Selain itu hasil ini mendukung
pendapat Di
Dari hasil penelitian diperoleh nilai
t-hitung X3 = 2,771 dan t-tabel 1,960. Oleh
karena t-hitung > t-tabel, maka Opportunity secara signifikan berpengaruh terhadap deteksi kecurangan. Artinya
persepsi pada kategori Opportunity efektif dalam
mendeteksi kecurangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Dari hasil penelitian diperoleh nilai
t-hitung X4 = 0,381 dan t-tabel 1,960. Oleh
karena t-hitung < t-tabel, maka razionalitation tidak berpengaruh secara signifikan terhadap deteksi kecurangan. Artinya persepsi pada kategori razionalitation tidak efektif dalam
mendeteksi kecurangan. Hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan hasil penelitian manapun. Dengan kata lain Razionalitation di KAP Jakarta Selatan kurang efektif dalam
deteksi laporan keuangan. Di sisi lain hasil ini tidak mendukung pendapat DiNapoli (2010)
bahwa Razionalization dinilai
sebagai unsur yang dapat mempengaruhi tindakan kecurangan
seseorang.
Dari
hasil penelitian diperoleh nilai t-hitung X4 = 17,775
dan t-tabel 1,960. Oleh
karena t-hitung > t-tabel, maka skeptisisme professional berpengaruh signifikan
terhadap deteksi kecurangan. Artinya skeptisisme profesional efektif dalam mendeteksi kecurangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan 12 dari seluruh 12
hasil penelitian terdahulu
yang dijadikan referensi
dan menggunakan skeptisisme sebagai variable eksogen.
Dengan kata lain skeptisisme profesional pada Auditor
KAP Jakarta Selatan
sangat efektif dalam
deteksi kecurangan laporan keuangan.
Dari hasil penelitian diperoleh nilai
t-hitung X5 = 2,337 dan t-tabel 1,960. Oleh
karena t-hitung < t-tabel, maka skeptisisme dapat memoderasi Kompetensi Audit terhadap Deteksi
Kecurangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rahim dkk (2019) dengan hasil
bahwa Skeptisisme Profesional dapat memoderasi
Kompetensi Audit terhadap Deteksi Kecurangan. Selain itu penelitian ini membuktikan bahwa teori disonansi kognitif berlaku dalam mendeteksi laporan
keuangan. Hal ini sesuai pendapat
Dari
hasil penelitian diperoleh
nilai t-hitung X6 = 4,773 dan t-tabel
1,960. Oleh karena t-hitung
> t-tabel, maka skeptisisme dapat memoderasi Pressure
terhadap Deteksi Kecurangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Rahim dkk (2019) dengan
hasil bahwa Skeptisisme Profesional dapat memoderasi Kompetensi Audit terhadap
Deteksi Kecurangan. Selain itu penelitian ini membuktikan bahwa
teori disonansi kognitif berlaku dalam mendeteksi laporan keuangan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Dari hasil penelitian diperoleh nilai
t-hitung X7 = 1,564 dan t-tabel 1,960. Oleh karena t-hitung < t-tabel, maka skeptisisme tidak dapat memoderasi Opportunity terhadap Deteksi
Kecurangan. Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan hasil penelitian Rahim
dkk (2019) dengan hasil bahwa Skeptisisme Profesional dapat memoderasi Kompetensi Audit terhadap Deteksi Kecurangan.
Selain itu penelitian ini membuktikan
bahwa teori disonansi kognitif tidak berlaku dalam mendeteksi laporan keuangan. Hal ini tidak sejalan dengan
teori yang dikemukakan dalam SPKN (2007) bahwa skeptisisme profesional, yaitu sikap
yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi
secara kritis terhadap
bukti pemeriksaan yang diperoleh dari unsur Opportunity auditor pada saat pemeriksaan kecurangan berlangsung.
Dari hasil penelitian diperoleh nilai
t-hitung X8 = 2,129 dan t-tabel 1,960. Oleh karena t-hitung < t-tabel, maka skeptisisme dapat memoderasi Rationalization terhadap Deteksi Kecurangan. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Rahim dkk
(2019) dengan hasil bahwa Skeptisisme Profesional dapat memoderasi Kompetensi Audit terhadap Deteksi
Kecurangan. Selain itu penelitian ini membuktikan
bahwa teori disonansi kognitif berlaku dalam mendeteksi laporan keuangan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan sesuai dengan
perumusan masalah sebagai berikut:
(1) Kompetensi Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap Deteksi Kecurangan, sehingga Kompetensi audit tidak efektif
dalam mendeteksi kecurangan. (2) Redflags pada kategori Pressure
berpengaruh signifikan terhadap
deteksi kecurangan, sehingga persepsi pada kategori Pressure efektif dalam mendeteksi
kecurangan. (3) Redflags pada kategori Opportunity berpengaruh signifikan
terhadap deteksi kecurangan, sehingga persepsi pada kategori Opportunity efektif dalam mendeteksi kecurangan. (4) Redflags pada
kategori Razionalization tidak berpengaruh signifikan terhadap deteksi kecurangan, sehingga persepsi pada kategori Razionalization tidak efektif dalam mendeteksi kecurangan. (5) Skeptisisme Profesional berpengaruh signifikan terhadap Deteksi
Kecurangan, sehingga Kompetensi audit efektif dalam mendeteksi kecurangan. (6) Skeptisisme profesional dapat memoderasi Kompetensi
audit terhadap deteksi
kecurangan perusahaan. (7) Skeptisisme
profesional dapat memoderasi persepsi pada kategori
Pressure terhadap deteksi
kecurangan perusahaan. (8)
Skeptisisme profesional tidak dapat memoderasi persepsi pada kategori
Opportunity terhadap deteksi
kecurangan perusahaan. (9)
Skeptisisme profesional dapat memoderasi pengaruh
persepsi pada kategori Razionalization terhadap
deteksi kecurangan perusahaan.
Dinapoli, T. P.
(2008). State of New York office of the state comptroller.
Ghozali, I., &
Latan, H. (2012). Partial least square: Konsep, teknik dan aplikasi SmartPLS
2.0 M3. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 115–126.
Henschke, N.,
Maher, C. G., & Refshauge, K. M. (2008). A systematic review identifies
five “red flags” to screen for vertebral fracture in patients with low back
pain. Journal of Clinical Epidemiology, 61(2), 110–118.
Hussin, S., &
Iskandar, T. M. (2013). Exploratory factor analysis on Hurtt’s professional
skepticism scale: A Malaysian perspective. Asian Journal of Accounting and
Governance, 4(1), 11–19.
Kurniasih, Y.
(2018). Pengaruh Orientasi Etika, Pengalaman dan Kompetensi Auditor Internal
terhadap Skeptisisme Profesional Serta Dampaknya terhadap Kualitas Hasil Audit
(Survey pada Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI). Eqien-Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis, 5(2), 73–89.
Okpatrioka, O.
(2023). Research and development (R&D) penelitian yang inovatif dalam
pendidikan. Dharma Acariya Nusantara: Jurnal Pendidikan, Bahasa Dan Budaya,
1(1), 86–100.
Ratnawati, T.,
Salean, D., & Maqsudi, A. (2016). Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan
Perusahaan. Jurnal Ekonomi & Bisnis, 1(1), 121–132.
Rezaee, Z. (2005).
Causes, consequences, and deterence of financial statement fraud. Critical
Perspectives on Accounting, 16(3), 277–298.
Rustiarini, N. W.,
& Novitasari, N. L. G. (2014). Persepsi auditor atas tingkat efektivitas
red flags untuk mendeteksi kecurangan. Jurnal Akuntansi Multiparadigma,
5(3), 345–354.
Santoso, S.
(2014). Statistik Multivariat Edisi Revisi. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo. Doi.
Shapiro, B., &
Matson, D. (2008). Strategies of resistance to internal control regulation. Accounting,
Organizations and Society, 33(2–3), 199–228.
Suartana, I. W.
(2009). Pengalaman Audit, Red Flags, dan Urutan Bukti. MAKSI, 9.
Sugiyono, P. D.
(2010). Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, penerbit
Alfabeta. Jakarta.
Suryanto, R.,
Indriyani, Y., & Sofyani, H. (2017). Determinan kemampuan auditor dalam
mendeteksi kecurangan. Muhammadiyah University Yogyakarta.
Wahyudi, D. P.,
Nur, E., & Saidi, J. (2014). Faktor yang mempengaruhi pemberian opini
audit dalam laporan keuangan melalui pertimbangan materialitas dan skeptisme
profesional auditor. Igarss 2014, 1, 1–5.
Copyright holder: Akhmad Ali Sodikin , , Jamaludin Iskak (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |