Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 9, September
2024
PENINGKATAN PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN
PASIEN DENGAN DIGITALISASI DI RUMAH SAKIT PEMERINTAH DI JAKARTA
Revita Anisa Pertiwi1*, Amal Chalik Sjaaf2,, Helen Andriani3,
Puput Oktamianti4
Universitas Indonesia,
Depok, Indonesia1,2,3,4
Email: [email protected]*
Abstrak
Terkait keselamatan pasien, rumah sakit sangat rentan karena merupakan
organisasi yang rumit dengan sumber daya
terbatas di berbagai bidang seperti teknologi, layanan, pemasaran, sistem mutu, dan bahaya. Berikut ini adalah
beberapa jenis kejadian yang mungkin terjadi di rumah sakit yang dapat dihindari: Sentinel, Potential Injury Conditions (KPC),
Near Injury Events (KNC), Non-Injury Events (KTC), Adverse Events (KTD), dan
divisi Farmasi memiliki potensi
kecelakaan tertinggi. Satu rumah sakit di Jakarta telah melihat peningkatan
laporan masalah keselamatan pasien, dan penelitian ini bertujuan untuk meneliti penyebabnya. Penelitian ini dilakukan antara Januari dan Maret 2024 dan
menggunakan metodologi deskriptif kualitatif, mengumpulkan data melalui wawancara dan meninjau dokumen sekunder yang berkaitan dengan insiden keselamatan pasien. Informan terdiri dari kepala bidang penunjang medis, Ketua Keselamatan
Pasien Rumah Sakit, kepala instalasi farmasi, dan staf farmasi. Hasil penelitian menunjukan
terjadi peningkatan laporan insiden keselamatan pasien sebesar 660% setelah di lakukan perubahan sistem saat 2023. Setelah di lakukan penyuluhan kepada seluruh tenaga kesehatan di tahun 2024 terdapat peningkatan laporan ada 101% di bandingkan tahun 2023. Penyuluhan kepada semua tenaga kesehatan
yang bekerja di rumah sakit menyebabkan peningkatan angka pelaporan insiden yang menandakan mutu kesalamatan pasien di rumah sakit tersebut
berjalan baik dan pasien mendapatkan pelayanan prima.
Kata Kunci: Pelaporan, Insiden Keselamatan Pasien,
Farmasi
Abstract
Hospitals as health service institutions
are organizations that have great complexity due to limited technology,
services, marketing, quality systems and risks, so they can pose big risks
related to patient safety. The types of incidents that may occur in hospitals
include Potential Injury Conditions (KPC), Near Injury Events (KNC), Non-Injury
Events (KTC), Unexpected Events (KTD) and Sentinel, where these events can be
prevented, and the greatest potential for incidents to occur is in the Pharmacy
section. The research aims to analyze the increase in reporting of patient
safety incidents at one of the hospitals in Jakarta. Method: The research was
conducted from January to March 2024 using a descriptive method with a
qualitative approach through interviews and secondary document review of
patient safety incident data. Informants consisted of the head of medical
support, the Head of Hospital Patient Safety, the head of the pharmaceutical
installation, and pharmacy staff. There was an increase in patient safety
incident reports by 660% after system changes were made in 2023. After
providing education to all health workers in 2024, there was an increase in
reports by 101% compared to 2023. Education to all workers health workers who
work in hospitals have caused an increase in the number of incident reports,
which indicates that the quality of patient safety at the hospital is running
well and patients are receiving excellent service.
Keywords: Reporting, Patient Safety Incidents, Pharmacy
Pendahuluan
Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan merupakan organisasi yang memiliki kompleksitas yang besar karena terbatasnya
teknologi (Fadilla, 2021), pelayanan, pemasaran,
sistem mutu dan risiko, sehingga dapat menimbulkan risiko besar terkait
keamanan pasien. Insiden Keselamatan pasien masih menjadi
masalah utama dirumah sakit dimana
berbagai macam pelayanan memiliki resiko yang mengancam keselamatan
dan keamanan pasien.
Karena hanya kejadian yang ditemukan secara kebetulan yang
dicatat, petugas kesehatan sering kali tidak menyadari masalah keselamatan
pasien yang mungkin terjadi. Menurut (Hwang et al., 2013), evaluasi program dan layanan
kesehatan berbasis keselamatan di masa mendatang, serta perbaikan sistem
layanan dan pencegahan insiden keselamatan pasien yang berulang, semuanya
didukung oleh data yang valid dan akurat dari laporan insiden keselamatan
pasien. Inti dari kualitas layanan adalah pelaporan kejadian keselamatan
pasien; hal ini memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih tepat dan
memberikan umpan balik yang berharga untuk meningkatkan proses pelaporan.
Insiden yang berkaitan dengan keselamatan pasien, atau disingkat IKP,
didefinisikan sebagai setiap kejadian atau keadaan yang tidak diantisipasi yang
menyebabkan atau dapat menyebabkan cedera yang dapat dihindari pada pasien
(KEMENKES, 2017). Kondisi Cedera Potensial (KPC), Kejadian Hampir Cedera (KNC),
Kejadian Tidak Cedera (KTC), dan Kejadian Tidak Terduga (KTD) adalah empat
jenis insiden yang mungkin terjadi di institusi layanan kesehatan. Kondisi yang
mungkin menimbulkan bahaya tetapi belum terjadi disebut Kondisi Potensial
Cedera (KPC). Hal-hal yang telah terjadi tetapi pasien belum merasakan
dampaknya disebut Kejadian Hampir Cedera Utama (KNC). Istilah "Insiden
Non-Cedera" (NSI) menggambarkan situasi di mana pasien terlibat tetapi
tidak mengalami bahaya. Menurut KEMENKES (2017), kejadian yang menimbulkan
bahaya pada pasien dikenal sebagai Kejadian Tak Terduga (KTD).
Meskipun tidak dapat dihindari bahwa semua penyedia
layanan, termasuk perawat yang bertugas sepanjang waktu, akan melakukan
kesalahan dari waktu ke waktu, belajar dari kesalahan tersebut sangat penting
untuk meningkatkan kualitas layanan, manajemen layanan,
dan keselamatan pasien (Hamed & Konstantinidis,
2022). Langkah awal yang paling penting dalam meningkatkan keselamatan pasien
adalah melaporkan insiden keselamatan pasien (PSI), yang dapat digunakan
sebagai desain program yang berpusat pada masalah keselamatan pasien (Mjadu & Jarvis, 2018). Pelaporan insiden merupakan salah satu metode untuk
mengawasi kesalahan, yang dapat membantu mencegahnya terjadi lagi dan
memberikan wawasan tentang cara
memperbaikinya (Dhamanti et al., 2021)
Melalui pemantauan berkelanjutan, kualitas dalam
keselamatan membantu mendeteksi jumlah risiko dan kejadian yang tidak
diinginkan, sehingga memungkinkan penghindaran atau mitigasinya. Memberikan
perawatan kesehatan berkualitas tinggi kepada individu dan masyarakat merupakan
prioritas utama setiap orang. Menurut IOM, salah satu aspek kualitas layanan adalah keselamatan pasien (Istiqomah & Adhariani,
2017). Pelaporan insiden merupakan langkah pertama dalam membangun budaya
keselamatan yang mengutamakan kesejahteraan pasien. Di Dunia, khususnya di
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, sejumlah besar orang
mengalami cedera atau meninggal akibat perawatan kesehatan yang berbahaya
setiap tahun. Di negara-negara berpenghasilan tinggi, sekitar satu dari sepuluh
pasien akan mengalami insiden yang tidak diinginkan saat berada di rumah sakit.
Sekitar 2,6 juta orang meninggal setiap tahun akibat hal ini. Biaya sosial yang
terkait dengan hilangnya pasien ini dapat berkisar antara satu hingga dua
triliun dolar per tahun, menurut perkiraan baru. Jumlah insiden keselamatan
pasien yang tercatat di Inggris antara Agustus 2021 dan Juli 2022 adalah
2.410.311 (NHS Inggris, 2022). Informasi ini diperoleh dari Sistem Pelaporan dan
Pembelajaran Nasional (NRLS).
Sementara itu, terdapat
151.225 insiden keselamatan pasien pada tahun 2021, menurut statistik dari
Kementerian Kesehatan Malaysia (MoH Malaysia, 2021). Data dari laporan Daud
(2020) tentang insiden keselamatan pasien (PSI) di Indonesia mengungkapkan 7.465
insiden pada tahun 2019, dengan 171 kematian, 80 cedera berat, 372 cedera
sedang, 1.183 cedera ringan, dan 5.659 tidak ada cedera.�
Di seluruh dunia,
terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, sejumlah besar
orang menderita cedera atau meninggal akibat perawatan kesehatan yang berbahaya
setiap tahun. Di negara-negara berpenghasilan tinggi, sekitar satu dari sepuluh
pasien akan mengalami insiden yang tidak diinginkan saat berada di rumah sakit.
Sekitar 2,6 juta orang meninggal setiap tahun akibat
hal ini. Biaya sosial yang terkait dengan hilangnya pasien ini mungkin berkisar
antara satu hingga dua triliun dolar setiap tahun, menurut perkiraan baru.
Jumlah insiden keselamatan pasien yang tercatat di Inggris antara Agustus 2021
dan Juli 2022 adalah 2.410.311 (NHS Inggris, 2022). Informasi ini diperoleh
dari Sistem Pelaporan dan Pembelajaran Nasional (NRLS). Sementara itu, ada
151.225 insiden keselamatan pasien pada tahun 2021, menurut statistik dari
Kementerian Kesehatan Malaysia (MoH Malaysia, 2021). Data dari laporan Daud
(2020) tentang insiden keselamatan pasien (PSI) di Indonesia mengungkapkan
7.465 insiden pada tahun 2019, dengan 171 kematian, 80 cedera berat, 372 cedera
sedang, 1.183 cedera ringan, dan 5.659 tidak ada cedera.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), rumah sakit harus memperhatikan keselamatan pasien. Institute of
Medicine (IOM) menguatkan hal ini pada tahun 2020 ketika mengatakan bahwa
98.000 orang Amerika meninggal dunia secara tidak dapat dihindari akibat
kesalahan medis (Buharia, 2018). 52 kejadian tersebut ditemukan di 11 rumah
sakit di 5 negara, menurut berbagai temuan studi dari fasilitas yang disetujui
Joint Commission International (JCI). Amerika Serikat memiliki 12% dari
kejadian tersebut, diikuti oleh Kanada dengan 10%, Australia dengan 25%, India
dengan 23%, dan Hong Kong dengan 31% dari keseluruhan kasus (Daud et al., 2020). Ada 7.465 kejadian yang dilaporkan yang melibatkan
keselamatan pasien di Indonesia pada tahun 2019, termasuk 171 kematian, 80
cedera berat, 372 cedera sedang, 1.183 cedera ringan, dan 5.659 tidak ada
cedera. Ada 2.877 rumah sakit di Indonesia yang telah disertifikasi; namun,
dari 7.465 laporan, 12% melibatkan keselamatan pasien. Menurut
Davis (2001) dalam Hermawan, (2019), 38% dari kejadian
tersebut merupakan kejadian nyaris celaka, 31% bukan celaka, dan 31% merupakan
kejadian tak terduga.
Sementara itu, di Indonesia, komite mutu seluruh fasilitas
kesehatan wajib melaporkan kejadian secara eksternal kepada Komite Nasional
Keselamatan Pasien (KNKP) setiap bulan. Dari 4.918 laporan pada tahun 2022,
1.676 merupakan kejadian nyaris celaka, 1.525 merupakan kejadian tanpa cedera,
dan 1.717 merupakan kejadian tak terduga, yang mencakup 34% dari total (KNKPRS,
2022). Pada tahun 2021, terdapat total 22.213 fasilitas kesehatan di Indonesia,
menurut data yang diberikan oleh (Statistik, 2022). Hal ini menunjukkan bahwa hanya 0,22 persen insiden di
Indonesia yang benar-benar dilaporkan. Prevalensi budaya yang mempermalukan dan
menyalahkan orang lain dapat berdampak negatif pada frekuensi pelaporan kejadian keselamatan pasien (Naome et al., 2020).
Penelitian lain menemukan bahwa pelaporan kejadian
keselamatan pasien berkorelasi negatif dengan kepuasan
kerja dan kinerja (Alzahrani et al., 2018). Peningkatan pelaporan insiden dapat dicapai melalui aspek
kepemimpinan yang penting untuk melakukan dan melatih personel, serta untuk
mendorong pembicaraan mengenai budaya keselamatan pasien dalam
praktik mereka sendiri (Verbakel et al., 2015). Peningkatan budaya lapor setiap terjadinya insiden dapat
meningkatkan budaya keselamatan pasien terbentuk di sebuah pelayanan kesehatan,
menyebabkan pasien merasa aman dan meningkatkan kepuasaan pasien karena
dilayani dengan hati-hati, sedangkan dari insiden yang ada kita bisa belajar
dan tidak mengulangi hal yang sama.
Kesalahan pengobatan, rasio
pasien-perawat yang tinggi,
beban kerja yang berat, kelelahan, kekhawatiran akan
masalah hukum, ketakutan menyebarkan berita bohong, dan rasa malu merupakan
beberapa kendala lain yang diidentifikasi dalam penelitian ini (Zarea et al., 2018). Kesalahan pemberian obat, komunikasi dokter-pasien yang
tidak efektif, dan mekanisme pelaporan yang tidak memadai merupakan beberapa
kendala yang diidentifikasi dalam penelitian
lain (Ayorinde & Alabi, 2019). Satu rumah sakit
di Jakarta telah melihat peningkatan laporan masalah keselamatan pasien, dan penelitian ini bertujuan untuk
meneliti penyebabnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan
antara Januari dan Maret 2024 di instalasi
farmasi rumah sakit pemerintah kelas D di Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk investigasi deskriptifnya (Assyakurrohim et al., 2023). Informasi dikumpulkan
dengan melihat ke belakang. Pengumpulan
data dari instalasi farmasi rumah sakit
telah dilakukan sebagai bagian dari studi pendahuluan
. Kepala
divisi penunjang medis, kepala keselamatan pasien rumah sakit, kepala instalasi
farmasi, dan personel farmasi diwawancarai untuk kumpulan data primer dalam
studi pendahuluan. Data sekunder berupa daftar lengkap semua kejadian yang
melibatkan keselamatan pasien di instalasi farmasi dari Januari hingga Desember
2019 hingga Desember 2023. Semua kejadian di rumah sakit dijadikan sebagai
populasi studi. Kejadian keselamatan yang melibatkan pasien yang terjadi selama
atau sebagai akibat dari Instalasi Farmasi menjadi sampel untuk penelitian ini.
Sentinel, KPCS, KNC, KTC, dan KTD merupakan kejadian yang diteliti.
Pelaporan insiden keselamatan
pasien menjadi isu penting untuk
memahami penyebab insiden yang akan menjadi dasar bagi
peningkatan keselamatan pasien. Semua jenis
insiden di rumah sakit mulai dari
Kejadian Potensial Cedera (KPC), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), dan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) harus dilaporkan secara tertulis oleh individu yang pertama kali tiba di lokasi atau yang mengalami kejadian langsung dalam waktu ≤48 jam (Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia, 2017). Pelaporan dilakukan secara internal ke Sub Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit dan pelaporan secara eksternal juga dilakukan oleh Direktur Rumah
Sakit ke Komite Nasional Keselamatan Pasien. Hasil dari pelaporan insiden keselamatan pasien akan dijadikan
pembelajaran untuk menentukan intervensi yang mencegah berulangnya insiden serupa.�
Kementerian Kesehatan telah menetapkan target bahwa seluruh rumah sakit
di Indonesia harus melaporkan
insiden keselamatan pasien secara lengkap
dan berkala saat 2024. Namun, data terakhir di tahun 2022 menunjukkan bahwa capaian persentase
rumah sakit di Indonesia
yang melaporkan insiden keselamatan pasien baru mencapai 49% atau 1.536 dari total 3.120 rumah sakit. Capaian
tersebut masih berada di bawah target yang telah ditentukan Kementerian
Kesehatan saat 2022 yaitu 60%. (Gambar 1).�
Gambar 1. Persentase
Rumah Sakit di Indonesia yang Melaporkan Insiden Keselamatan Pasien Tahun
2020-2022
(Kementerian Kesehatan RI, 2022)
Sedangkan pada Rumah Sakit Tipe D Jakarta pada periode tahun 2019-2022 Hasil rekapan jumlah pelaporan insiden� keselamatan pasien� selama tahun 2019 � 2022� ada 30 kasus, yaitu saat
2019 ada 6 kasus, 2020 ada 8 kasus, 2021 ada 1 kasus, 2022 ada 5 kasus, dan pada 2023 ada 30 kasus. Sedangkan
kasus yang berhubngan dengan farmasi saat 2019 ada 4 kasus, saat 2020 ada 3 kasus, saat
2021 dan 2022 tidak ada laporan sedangkan saat 2023 ada 8
kasus.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan data wawancara dan laporan KPRS, sistem
pelaporan insiden apotek Rumah Sakit Tipe D Jakarta dirancang
untuk digunakan jika terjadi insiden, bisa di laporkan dari unit famasi atau dari unit lain tetapi berhubungan dengan farmasi. Perubahan sistem pelaporan saat 2023 dari awalnya manual berubah ke digital, dari yang hanya menunggu kasus, berbuah menjadi tiap minggu
ada tidak adanya kasus di laporkan.
Gambar 2. Laporan Kasus yang
Melaporkan Insiden Keselamatan Pasien Tahun 2019-2024 Tw
1
Peningkatan
terjadi karena di adakannya pelaporan insiden tiap minggu yang di laporkan pada
direktur dan manajemen. Melakukan inovasi dari yang awal hanya menunggu laporan
jika ada insiden tim KPRS melakukan jemput bola setiap minggu walau nihil
kejadian tetap di laporkan dan semua pelaporan yang awalnya kertas berubah jadi
digitalisasi, dan melakukan sosialisai jenis-jenis insiden yang mungkin terjadi
di unit masing- masing baru sebatas penanggun jawab unit pada awal tahun 2023.
Tabel 1. Hasil Insiden Keselamatan Pasien Berdasarkan Jenis Insiden tahun
2019-2023
Tahun |
KPCS |
KNC |
KTC |
KTD |
Sentinel |
Total |
|
|
2019 |
0 |
4 |
0 |
2 |
0 |
6 |
|
|
2020 |
6 |
2 |
0 |
0 |
0 |
8 |
|
|
2021 |
0 |
1 |
0 |
0 |
0 |
1 |
|
|
2022 |
2 |
0 |
0 |
3 |
0 |
5 |
|
|
2023 |
4 |
15 |
1 |
10 |
0 |
30 |
|
|
2024 tw 1 |
32 |
28 |
1 |
2 |
0 |
63 |
|
|
Total |
44 |
50 |
2 |
17 |
0 |
113 |
|
|
Dari data yang didapat gambaran bahwasanya angka� insiden keselamatan pasien yang terjadi di Rumah Sakit Tipe D Jakarta yaitu KTD 15 Kejadian, KNC 22 Kejadian, KTC 1, Kejadian KPCS 12 Kejadian masih dalam Bands biru dan hijau maka dilakukan investigasi sederhana. Saat 2023 merupakan laporan tertinggi terdapat 30 kasus, dan saat 2021 dilaporkan hanya 1 kasus. Kasus terbanyak pada insiden keselamatan pasien 2019-2023 adalah pasien jatuh dan salah melakukan identifikasi pasien. Sedangkan saat 2024 kasus terbanyak di bagian faramsi yaitu KPCS, hal ini terjadi karena pada awal Januari 2024 di lakukan sosialisasi ulang kepada seluruh tenaga kesehatan dan penunjang medis tentang insiden apa saja yang mungkin terjadi di unit masing-masing, dan tetap melaporkan jika insiden nihil terjadi. Setiap kejadian langsung di tindak lanjuti agar tidak terjadi kesalahan� yang sama (Tabel 1) .
Tabel 2. Insiden yang terjadi di farmasi
atau terkait dengan di untit farmasi periode 2019-2023�
Tahun |
KPCS |
KNC |
KTC |
KTD |
Sentinel |
Total |
|
Proporsi
dari total kasus |
|
2019 |
0 |
3 |
0 |
1 |
0 |
4 |
|
4/6 |
|
2020 |
1 |
2 |
0 |
0 |
0 |
3 |
|
3/8 |
|
2021 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
|
0/1 |
|
2022 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
|
0/5 |
|
2023 |
2 |
6 |
0 |
0 |
0 |
8 |
|
������ 8/30 |
|
2024 tw 1 |
24 |
9 |
0 |
0 |
0 |
33 |
|
����� 33/63 |
|
Total |
27 |
20 |
0 |
1 |
0 |
48 |
|
48/113 |
|
Sedangkan kasus yang berhubngan dengan farmasi saat 2019 ada 4 kasus terdiri dari 3 KNC, dan 1 KTD. saat 2020 ada 3 kasus, saat 2021 dan 2022 tidak ada laporan sedangkan saat 2023 ada 8 kasus, setelah di lakukan penyuluhan kepada seluruh tenaga kesehatan baik medis maupun penunjang medis, terjadi peningkatan pelaporan, terutama pada kasus KPCS di bagian farmasi atau kasus dari unit lain yang berhubungan dengan bagian farmasi (Tabel 2).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil wawancara,
pada awal 2019-2022 laporan insiden kesalamatan pasien masih menunggu dari tiap
unit yang melaporkan kejadian, di tambah pada 2020-2022 disibukkan dengan
Pandemi COVID-19, menyebabkan perhatian terhadap insiden teralihkan, melihat
kasus di lapangan sebenarnya ada tetapi tidak di laporkan maka di buatlah� dengan perubahan pelaporan dari awalnya hanya
menunggu insiden dilaporkan, dengan menggunakan kertas, dirubah menjadi
digitalisasi dan melaporkan ada tidak adanya insiden ke tim KPRS tiap
minggunya, mulai terjadi peningkatan pelaporana hingga 660% saat 2023, lalu di
lakukan kembali penyuluhan kepada seluruh tenaga kesehatan dan penunjang medis,
pada awal tahun 2024 di triwulan pertama saja sudah terjadi peningkatan 101%.�
Peningkatan pelaporan insiden di rumah sakit
menandakan bahwa angka kesadaran keselamatan pasien tinggi, Oleh karena itu,
diharapkan pasien akan mendapatkan perawatan berkualitas tinggi, baik pasien
rawat inap maupun rawat jalan, dan rumah sakit akan memberikan layanan yang luar
biasa, karena tingkat keselamatan pasien
berjalan dengan baik. Rekomendasi bagi fasilitas kesehatan untuk meningkatkan keselamatan pasien dengan memperhatikan
pentingnya peran setiap pekerja bahwa jika mutu
keselamatan pasien di jalankan dengan baik maka pasien
akan mendapatkan pelayanan prima, dan kelalaian atau insiden terhadap
pasien bisa di cegah, dan mencegah penuntutan yang akan merugikan rumah sakit dan tenaga medis jika terjadi
kelalaian dalam melaksanakan tugas.
BIBLIOGRAFI
Alzahrani, N., Jones, R., & Abdel-Latif, M. E.
(2018). Attitudes of doctors and nurses toward patient safety within emergency
departments of two Saudi Arabian hospitals. BMC Health Services Research,
18, 1�7.
Assyakurrohim, D., Ikhram, D., Sirodj, R. A., &
Afgani, M. W. (2023). Metode studi kasus dalam penelitian kualitatif. Jurnal
Pendidikan Sains Dan Komputer, 3(01), 1�9.
Ayorinde, M. O., & Alabi, P. I. (2019). Perception
and contributing factors to medication administration errors among nurses in
Nigeria. International Journal of Africa Nursing Sciences, 11,
100153.
Daud, N. N., Ab Hamid, S. H., Saadoon, M., Sahran, F.,
& Anuar, N. B. (2020). Applications of link prediction in social networks:
A review. Journal of Network and Computer Applications, 166,
102716.
Dhamanti, I., Leggat, S., Barraclough, S., &
Rachman, T. (2021). Factors contributing to under-reporting of patient safety
incidents in Indonesia: leaders� perspectives. F1000Research, 10.
Fadilla, N. M. (2021). Sistem informasi manajemen
rumah sakit dalam meningkatkan efisiensi: mini literature review. JATISI
(Jurnal Teknik Informatika Dan Sistem Informasi), 8(1), 357�374.
Hamed, M. M. M., & Konstantinidis, S. (2022).
Barriers to incident reporting among nurses: a qualitative systematic review. Western
Journal of Nursing Research, 44(5), 506�523.
Hermawan, E. (2019). Pengaruh Kompetensi,
Pendelegasian Wewenang dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja. Maneggio: Jurnal
Ilmiah Magister Manajemen, 2(2), 148�159.
Hwang, L.-S., Kim, H., Park, K., & Park, R. S.
(2013). Corporate governance and payout policy: Evidence from Korean business
groups. Pacific-Basin Finance Journal, 24, 179�198.
Istiqomah, A., & Adhariani, D. (2017). Pengaruh
manajemen laba terhadap stock return dengan kualitas audit dan efektivitas
komite audit sebagai variabel moderasi. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 19(1),
1�12.
Mjadu, T. M., & Jarvis, M. A. (2018). Patients�
safety in adult ICUs: Registered nurses� attitudes to critical incident
reporting. International Journal of Africa Nursing Sciences, 9,
81�86.
Naome, T., James, M., Christine, A., & Mugisha, T.
I. (2020). Practice, perceived barriers and motivating factors to
medical-incident reporting: a cross-section survey of health care providers at
Mbarara regional referral hospital, southwestern Uganda. BMC Health Services
Research, 20, 1�9.
Statistik, B. P. (2022). Profil kemiskinan di
indonesia september 2018. Berita Resmi Statistik, 1(05), 1�8.
Verbakel, N. J., Langelaan, M., Verheij, T. J. M.,
Wagner, C., & Zwart, D. L. M. (2015). Effects of patient safety culture
interventions on incident reporting in general practice: a cluster randomised
trial. British Journal of General Practice, 65(634), e319�e329.
Zarea, K., Mohammadi, A., Beiranvand, S., Hassani, F.,
& Baraz, S. (2018). Iranian nurses� medication errors: A survey of the
types, the causes, and the related factors. International Journal of Africa
Nursing Sciences, 8, 112�116.
Copyright
holder: Revita Anisa Pertiwi, Amal Chalik
Sjaaf, Helen Andriani,
Puput Oktamianti (2024) |
First
publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is
licensed under: |