Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
10, Oktober 2024
STRATEGI
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN USAHA KERAMBA JARING APUNG IKAN AIR TAWAR DI KECAMATAN
LOA KULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
M Rizky Irma
Perdana1, Heru Susilo2, Andi Nikhlani3, Jailani4, Andi Noor
Asikin5, Juliani6
Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia1,2,3,4,5,6
Email:
[email protected]1, [email protected]2, [email protected]3, [email protected]4, [email protected]5, [email protected]6
Usaha pembudidayaan ikan
di kolam dan Keramba Jaring Apung jaring apung di Kecamatan Loa Kulu didominasi
oleh budidaya ikan nila dan ikan mas, dan banyak dilakukan di sepanjang Sungai
Mahakam yang mengalir melewati Kota Tenggarong dan Kota Samarinda. Tujuan
penelitian untuk mengkaji strategi kebijakan
pengembangan usaha keramba jaring apung ikan air tawar di Kecamatan Loa Kulu
Kabupaten Kutai Kartanegara. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT yang
didasarkan pada penelitian terhadap lingkungan internal dan eksternal, dengan
menyusun matriks IFAS (Faktor Strategi Internal) dann Matriks Faktor Strategi
Eksternal (EFAS). Metode penentuan responden digunakan purposive sampling yakni
dengan cana mengambil sampel didasarkan kriteria tertentu. Hasil penelitian
menunjukkan strategi kebijakan
pengembangan usaha Keramba
Jaring Apung di Kecamatan Loa Kulu sebesar Rp.900.150.000,- nilai dampak
ekonomi tidak langsung sebesar Rp.367.440.000,- Hasil analisis menunjukkan bahwa pengembangan usaha budidaya ikan di
Kecamatan Loa Kulu berada dalam kuadran agresif, yang berarti pengambil
kebijakan berada pada posisi yang kuat untuk memanfaatkan kekuatan internal dan
peluang eksternal, serta mampu mengatasi kelemahan dan ancaman yang ada.
Strategi pengembangan yang diusulkan mencakup ekspansi, inovasi teknologi,
peningkatan keterampilan, dan pemasaran yang efektif.
Kata
kunci: Dampak Ekonomi, Kebijakan, Keramba Jaring
Apung
Abstract
Fish
farming efforts in ponds and floating net cages in Loa Kulu District are dominated
by tilapia and carp cultivation, and are widely carried out along the Mahakam
River which flows through Tenggarong City and Samarinda City. The purpose of
this study was to examine the strategy and policy for developing freshwater
fish floating net cage businesses in Loa Kulu District, Kutai Kartanegara
Regency. This study uses a SWOT analysis based on research on the internal and
external environment, by compiling an IFAS (Internal Strategy Factor) matrix
and an External Strategy Factor Matrix (EFAS). The method for determining
respondents used purposive sampling, namely by taking samples based on certain
criteria. The results of the study indicate that the policy strategy for
developing Floating Net Cage business in Loa Kulu District is Rp.900,150,000, -
with an indirect economic impact value of Rp.367,440,000, - The results of the
analysis indicate that the development of fish farming business in Loa Kulu
District is in the aggressive quadrant, which means that policy makers are in a
strong position to utilize internal strengths and external opportunities, and
are able to overcome existing weaknesses and threats. The proposed development
strategy includes expansion, technological innovation, skill improvement, and
effective marketing.
Keywords:
Economic Impact, Policy, Floating Net Cages
Pendahuluan
Salah satu kecamatan di
kabupaten Kutai adalah Kecamatan Loa Kulu, yang luas wilayahnya 1.045,7 km2,
dengan topografi berbukit dan bergunung, serta ketinggiannya 2.150 mdpl
Pembudidayaan
benih ikan di Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, didominasi oleh
usaha pembudidayaan benih ikan nila dan ikan mas
Hasil
studi Mudzakir dan Wibowo
Selain
itu, studi yang dilakukan oleh Hermawan et al. (2015) menemukan bahwa
pengembangan budidaya perikanan air tawar di daerah pedesaan dapat meningkatkan
ketersediaan protein hewani bagi masyarakat sekitar, sekaligus menciptakan
peluang usaha baru yang memberikan dampak ekonomi berganda (multiplier effect).
Secara keseluruhan, hasil dari berbagai penelitian ini menunjukkan bahwa sektor
budidaya perikanan berpotensi besar untuk menjadi motor penggerak ekonomi
lokal, terutama di daerah pedesaan dan wilayah terpencil.
Sehingga,
walaupun belum ada informasi spesifik tentang kebijakan pengembangan, usaha
budidaya ikan air tawar di Kecamatan Loa Kulu memiliki potensi untuk memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi lokal melalui mekanisme
perputaran uang dan efek pengganda. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah
setempat untuk memperhatikan sektor ini dalam merumuskan kebijakan pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan
Metode
Penelitian
Pelaksanaan
penelitian berlokasi di Kec. Loa Kulu Kab. Kutai Kartanegara dengan mengambil 6 responden kunci.
Lama pelaksanaannya selama 5 bulan, dimulai dari tahap pembuatan proposal tesis
sampai dengan penyusunan tesis. Untuk menentukan responden maka digunakan
metode Purposive sampling, yakni cara mengambil sampel didasarkan
kriteria tertentu. Responden pembudidaya Keramba Jaring Apung ikan air tawar
dalam penelitian ini diambil di dua desa di Kecamatan Loa Kulu yakni desa
Jembayan dan Loa kulu kota, karena kedua desa yang dipilih sebagai sampel
merupakan mayoritas nelayan, dan juga petani pembudidaya ikan air tawar.
Analisis SWOT adalah proses evaluasi yang didasarkan pada penilaian terhadap
lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi suatu usaha. Sebelum
melakukan analisis SWOT, langkah pertama adalah menyusun Matriks Faktor
Strategi Internal (IFAS) dan Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS). IFAS
dilakukan guna mengenali kekuatan dan kelemahan internal suatu organisasi atau
bisnis, EFAS bertujuan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman dari
lingkungan di luar organisasi atau usaha tersebut. Ini mencakup faktor-faktor
eksternal seperti tren pasar, perubahan regulasi, dan persaingan industri dengan rumus matrik IFAS yaitu, (X= Kekuatan –
Kelemahan) dan rumus matrik EFAS adalah (Y= Peluang – Ancaman). Sedangkan rumus
SWOT di table berikut:
Tabel
1. Matriks SWOT
Internal |
Strengths
(S) Tentukan 5-10 Faktor kekuatan perusahaan |
Weakness
(W) Tentukan 5-10 Faktor kelemahan perusahaan |
Eksternal |
||
Opportunity
(O) Tentukan 5- 10 Faktor peluang perusahaan |
Strategi
S-O Memanfaatkan
kekuatan untuk menarik keuntungan dari peluang yang ada |
Strategi
W-O Meminimalisir
kelemahan dengan cara memanfaatkan peluang yang ada |
Treats
(T) Tentukan 5-10 Faktor ancaman perusahaan |
Strategi
S-T Memanfaatkan
kekuatan untuk mengatasi dampak dari ancaman yang dihadapi |
Strategi
W-T Menciptakan
strategi untuk mengurangi kelemahan dan mengatasi ancaman |
Setelah melakukan analisis SWOT, langkah berikutnya
adalah menggunakan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). QSPM adalah
metode pengambilan keputusan strategis yang dilakukan dengan menilai Skor
Kemenarikan (Attractiveness Score/AS) untuk setiap faktor strategis, baik
faktor internal maupun eksternal. Skor kemenarikan total (Total Attractiveness
Score/TAS) diperoleh dengan mengalikan bobot faktor dengan tingkat kemenarikan
Hasil dan
Pembahasan
Gambaran
Umum Lokasi
Penelitian
Kecamatan Loa kulu memiliki luas wilayah sekitar
1.045,7 km2. Wilayah ini berbatasan langsung dengan kecamatan Tenggarong, yang
merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Kutai Kartanegara, di bagian utara.
Selain itu, kecamatan ini juga berbatasan dengan beberapa kecamatan lainnya
serta kabupaten/kota lain, seperti Kota Samarinda di sebelah timur dan
Kabupaten Penajam Paser Utara di sebelah barat. Saat ini, terdapat 15 desa di
kecamatan ini, termasuk desa-desa baru yang terbentuk melalui proses pemekaran.
Desa-desa
di Kecamatan Loa Kulu memiliki potensi besar dalam perikanan air tawar, baik
dari hasil tangkapan di Sungai Mahakam dan anak sungainya, maupun dari budidaya
ikan di kolam. Potensi ini memberikan dampak positif bagi ekonomi lokal dan
kesejahteraan masyarakat. Dengan pengelolaan yang baik dan dukungan teknologi
serta pengetahuan lokal, perikanan air tawar di Loa Kulu bisa terus berkembang
dan berkontribusi signifikan terhadap pembangunan ekonomi daerah
Analisis
Penerimaan Usaha Keramba di Kecamatan Loa Kulu
Rata-rata jumlah biaya investasi yang
dikeluarkan pada usaha budidaya keramba yaitu sebesar Rp. 121.938.380,- per
tahun. Biaya investasi yang paling banyak dikeluarkan yaitu keramba sebesar Rp.
94.632.000,- dengan persentase 77,6%, sedangkan yang paling sedikit yaitu
serokan sebesar Rp. 211.980,- dengan persentase 0,2%
Biaya rata-rata yang dikeluarkan selama
satu tahun yaitu sebesar Rp.
119.928.960,- dimana biaya yang dikeluarkan terbanyak terdapat pada pembelian
pakan ikan sebesar Rp. 86.680.000,- dengan pesentase 72,3%. Kemudian biaya
terbesar selanjutnya adalah pembelian benih ikan mas sebesar Rp. 22.456.000,-
per tahun dengan tingkat persentase 18,7%
Perbaikan dan pengecekan keramba termaksud
pada biaya pemeliharaan pada budidaya ikan dalam keramba. Perbaikan keramba
termasuk pada biaya yang dikeluarkan paling besar yaitu Rp. 22.130.000,- per tahun dengan persentase sebesar
100%.
Rata-rata total penerimaan yang diterima
pembudidaya di Kecamatan Loa Kulu selama per tahun yaitu sebesar Rp. 446.652.000, Nilai rata-rata total pendapatan
pembudidaya keramba sebesar Rp. 294.357.791,-
atau sebesar Rp. 24.529.816,- per bulan.
Nilai
Dampak Usaha Budidaya Keramba di Kecamatan Loa Kulu
Dampak
Ekonomi Langsung
Dampak
ekonomi langsung budidaya keramba didapatkan dari pendapatan unit usaha
pendukung dalam proses jual beli barang dan jasa di sekitar kawasan budidaya
keramba.
Pendapatan
tertinggi dari unit usaha pendukung budidaya berasal dari usaha warung makan
sebesar Rp.344.350.000,- dengan persentase 38.2%. Sementara itu proporsi
terendah berada pada unit usaha warung BBM sebesar 11,7% dengan nilai
Rp.105.300.000,-. Dampak ekonomi langsung usaha budidaya keramba di Kecamatan
Loa Kulu sebesar Rp.900.150.000,-.
Dampak Ekonomi
Tidak Langsung
Dampak ekonomi tidak langsung usaha
budidaya keramba dapat dihitung dari proporsi pengeluaran pelaku unit usaha
pendukung yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja ditambah dengan biaya
pengeluaran unit usaha pendukung. Pendapatan tenaga kerja pada unit usaha
budidaya keramba bervariatif antara
Rp.1.000.000 - 1.950.000,- per bulan per orang. Pendapatan pegawai masih berada
di bawah UMR, karena tenaga kerja memiliki hari dan jam kerja yang tetap,
sehingga upah yang diberikan akan disesuaikan dengan hari dan jam kerja.
Dampak ekonomi tidak langsung terbesar
berada pada unit usaha toko perikanan sebesar Rp.133.200.000,- dengan
persentase 36,2%, sedangkan yang terendah pada usaha warung BBM sebesar
Rp.56.400.000,- dengan pesentase 15,3%. Secara keseluruhan nilai dampak ekonomi
tidak langsung sebesar Rp.367.440.000,-.
Profil
Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Ikan di Kecamatan Loa Kulu
Diperoleh hasil analisis yang menunjukkan pada
pengambil kebijakan dalam melakukan pengembangan usaha budidaya ikan di
Kecamatan Loa Kulu berada dikuadran agresif, dimana pengambil kebijakan berada dalam posisi yang baik untuk
menggunakan kekuatan internal dalam memanfaatkan peluang yang tersedia,
mengatasi kelemahan internal dan untuk mengatasi berbagai ancaman eksternal.
Matriks SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity, Threatment)
Berdasarkan hasil analisis SWOT, diperoleh delapan alternatif
strategi
yang dapat digunakan dalam pengembangan usaha budidaya ikan di
Kecamatan Loa Kulu.
Strategi
kekuatan-peluang (S-O)
Strategi S-O menjadi strategi yang menggunakan faktor kekuatan
untuk
memanfaatkan peluang dalam pengembangan usaha budidaya ikan di
Kecamatan Loa Kulu. Strategi tersebut menghasilkan
dua alternatif strategi meliputi:
1)
Penguatan status kawasan budidaya dan
peraturan dalam usaha budidaya ikan
2)
Mengoptimalkan dan memperkuat sektor
budidaya dalam penyediaan lapangan pekerjaan dan penyediaan sumber protein
hewani
Strategi
kelemahan-peluang (W-O)
Strategi
W-O adalah strategi yang mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang
ada dalam pengembangan usaha budidaya ikan di Kecamatan Loa Kulu. Strategi
tersebut menghasilkan dua alternatif strategi meliputi:
1)
Peningkatan kegiatan pendidikan dan
pelatihan untuk menambah skill sumberdaya manusia
2)
Pengembangan teknologi digital dalam
memperkuat sistem pemasaran
Strategi
kekuatan-ancaman (S-T)
Strategi
S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman yang
ada dalam pengembangan usaha budidaya ikan di Kecamatan Loa Kulu. Kombinasi ini
menghasilkan alternatif strategi meliputi 2 alternatif:
1)
Pengembangan alternatif bahan baku pakan
lokal
2)
Pengembangan kualitas indukan lokal
Strategi
kelemahan-ancaman (W-T)
Strategi
W-T merupakan strategi yang bersifat defensive
bertujuan untuk meminimalisasi kelemahan yang dimiliki serta menghindari
ancaman dalam pengembangan usaha budidaya ikan di Kecamatan Loa Kulu.
Alternatif strategi ini meliputi:
1)
Mengoptimalkan balai benih ikan untuk
menunjang sarana dan prasarana pembenihan
2)
Penguatan kelembagaan perikanan
budidaya
Matriks
perencanaan strategis kuantitatif
Tabel 2. Matriks perencanaan
strategis kuantitatif
No |
Kode |
Alternatif
Strategi |
Nilai TAS |
Prioritas |
1 |
S-O1 |
Penguatan status kawasan budidaya
dan peraturan dalam usaha budidaya ikan |
7,54 |
1 |
2 |
S-T1 |
Pengembangan alternatif bahan
baku pakan lokal |
7,39 |
2 |
3 |
W-T1 |
Mengoptimalkan balai benih ikan
utk menunjang sarana dan prasarana pembenihan |
7,38 |
3 |
4 |
W-T2 |
Penguatan Kelembagaan perikanan
budidaya |
7,29 |
4 |
5 |
S-O2 |
Mengoptimalkan dan memperkuat
sektor budidaya dalam penyediaan lapangan pekerjaan dan penyediaan sumber
protein hewani |
7,28 |
5 |
6 |
S-T2 |
Pengembangan Kualitas Indukan
ikan lokal |
7,19 |
6 |
7 |
W-O1 |
Peningkatan kegiatan pendidikan
dan pelatihan utk menambah skill sumberdaya manusia |
6,87 |
7 |
8 |
W-O2 |
Pengembangan Teknologi digital
dalam memperkuat sistem pemasaran |
6,64 |
8 |
Usaha budidaya ikan
di Kecamatan Loa Kulu berada dalam kuadran agresif, yang menunjukkan bahwa para
pengambil kebijakan berada dalam posisi yang kuat untuk memanfaatkan kekuatan
internal serta peluang eksternal yang tersedia
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi
kebijakan pengembangan usaha Keramba Jaring Apung di Kecamatan Loa Kulu
menghasilkan nilai sebesar Rp. 900.150.000,-, dengan dampak ekonomi tidak
langsung sebesar Rp. 367.440.000,-. Berdasarkan analisis, pengembangan usaha
budidaya ikan di wilayah ini berada dalam kuadran agresif, yang menunjukkan
bahwa para pengambil kebijakan memiliki posisi yang kuat untuk memanfaatkan
kekuatan internal serta peluang eksternal yang ada. Mereka juga mampu
menghadapi berbagai kelemahan dan ancaman. Beberapa strategi pengembangan yang
diusulkan meliputi perluasan usaha, penerapan inovasi teknologi, peningkatan
keterampilan petani ikan, dan penerapan strategi pemasaran yang lebih efektif
untuk meningkatkan daya saing usaha budidaya ikan di Loa Kulu.
Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan
diatas, penulis memberikan saran atau masukan - masukan sebagai berikut. Dalam
pengembangan usaha budidaya keramba ikan di loa kulu sebaiknya dilakukan
beberapa alternatif strategi seperti penguatan status kawasan budidaya dan
peraturan dalam usaha budidaya ikan. Pengembangan alternatif bahan baku pangan
lokal, mengoptimalkan balai benih ikan untuk menunjang sarana dan prasarana
pembenihan, penguatan kelembagaan perikanan budidaya, mengoptimalkan dan
memperkuat sektor budidaya dalam penyediaan lapangan pekerjaan dan penyediaan
sumber protein hewani, pengembangan kualitas induk ikan lokal, peningkatan
kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk menambah skill sumberdaya manusia,
pengembangan teknologi digital dalam memperkuat sistem pemasaran.
BIBLIOGRAFI
Abukasim, S. R. M., Retraubun, A. S. W., & Bawole, D.
(2021). Kelayakan Usaha Budidaya Keramba Jaring Apung di Teluk Ambon Dalam. PAPALELE
(Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi Perikanan Dan Kelautan), 5(1),
59–68.
Alwi, Z., & Arief, H. (2021). Analisis Usaha Budidaya
Pembesaran Ikan Lele (Clarias sp) dalam Keramba di Kelurahan Tebing Tinggi
Okura Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Jurnal
Perikanan Unram, 2(1).
Bachrein, S. (2010). Pendekatan desa membangun di Jawa
Barat: strategi dan kebijakan pembangunan perdesaan. Analisis Kebijakan
Pertanian, 8(2), 133–149.
Basir, A. P., Saimima, A., Djaya, E. S., & Hamdja, S.
(2022). Analisis Usaha Budidaya Ikan Dengan Sistem Keramba Jaring Apung (Kja)
Di Perairan Pantai Pasir Panjang Desa Nusantara Kecamatan Banda Kabupaten
Maluku Tengah. MUNGGAI: Jurnal Ilmu Perikanan Dan Masyarakat Pesisir, 8(01),
51–60.
Gandhy, A. (2017). Analisis Peningkatkan Pendapatan Petani
Keramba Jaring Apung dengan Diversifikasi Spesies Ikan Budidaya di Waduk
Cirata. Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan, 18(1), 25–33.
Hasyim, S., Herdiana, H., & Mappanganro, N. (2022).
Prospek Usaha Ikan Nila Menggunakan Keramba Apung di Desa Sigerongan Kecamatan
Lingsar Kabupaten Lombok Barat. Jurnal Ekonomi Utama, 1(3),
140–146.
Khaira, N., Satriyo, P., & Abdullah, S. (2022).
Strategi Pengembangan Unit Pengelola Irigasi di D.I Krueng Aceh Menggunakan
Analisis SOAR dan Matrik QSPM. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, 7(3).
https://doi.org/10.17969/jimfp.v7i3.20838
Kristianto, L. K. (2022). Analisis Daya Dukung Hijauan
Pakan Ternak Kerbau di Kecamatan Muara Muntai, Kabupaten Kutai Kartanegara,
Kalimantan Timur. Prosiding Seminar Nasional Tahun 2022, 1(1).
Liana, L., Bahri, S., & Tibrani, T. (2014). Analisis
Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Lemak dalam Keramba di Desa Tanjung Belit
Airtiris Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar. Dinamika Pertanian, 29(1),
87–96.
Mudzakir, A. K., & Wibowo, B. A. (2011). Dampak
pengembangan perikanan budidaya terhadap penurunan kemiskinan, peningkatan
pendapatan dan penyerapan tenaga kerja di Jawa Tengah. Prosiding Seminar
Nasional Riset Dan Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan, 22
September 2011.
To`Biri, N. D., Helminuddin, & Oktawati, N. O. (2022).
Persepsi Penyuluh Perikanan Terhadap Kinerja Kelompok Pembudidaya Ikan Di
Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal Pembangunan
Perikanan Dan Agribisnis, 8(2).
https://doi.org/10.30872/jppa.v8i2.69
Putri, T. D., & Priyadi, D. P. (2014). Dampak usaha
perikanan budidaya terhadap kondisi lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat
pada lahan pasang surut Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan. Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia, 2(1).
Statistika, B. P. (2020). Kabupaten Kutai Kartanegara dalam
Angka. In Badan Statistika Pusat.
Sulistiyowati, A. T. (2017). Arahan Pengembangan Kawasan
Pantai Pangempang di Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. Skripsi.
Suyono, N. A., Rifki, & Kaukab, M. E. (2022). Pengaruh
Harga Jual, Luas Lahan dan Biaya Produksi Terhadap Pendapatan Usaha Budidaya
Ikan Konsumsi Air Tawar. JEPEmas: Jurnal Pengabdian Masyarakat Volume 1
Nomer 2, Oktober 2022, 1.
Wahyudi, R. (2018). Arti Penting Hutan bagi Perekonomian
di Kutai Kartanegara dan Upaya Pelestariannya.
Copyright
holder: M Rizky Irma Perdana, Heru Susilo, Andi Nikhlani, Jailani, Andi Noor Asikin, Juliani (2024) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article
is licensed under: |