Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 10, Oktober 2024

 

STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN USAHA KERAMBA JARING APUNG IKAN AIR TAWAR DI KECAMATAN LOA KULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

 

M Rizky Irma Perdana1, Heru Susilo2, Andi Nikhlani3, Jailani4, Andi Noor Asikin5,  Juliani6

Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia1,2,3,4,5,6

Email: [email protected]1, [email protected]2, [email protected]3, [email protected]4, [email protected]5, [email protected]6

 

Abstrak

Usaha pembudidayaan ikan di kolam dan Keramba Jaring Apung jaring apung di Kecamatan Loa Kulu didominasi oleh budidaya ikan nila dan ikan mas, dan banyak dilakukan di sepanjang Sungai Mahakam yang mengalir melewati Kota Tenggarong dan Kota Samarinda. Tujuan penelitian untuk mengkaji strategi kebijakan pengembangan usaha keramba jaring apung ikan air tawar di Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT yang didasarkan pada penelitian terhadap lingkungan internal dan eksternal, dengan menyusun matriks IFAS (Faktor Strategi Internal) dann Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS). Metode penentuan responden digunakan purposive sampling yakni dengan cana mengambil sampel didasarkan kriteria tertentu. Hasil penelitian menunjukkan strategi kebijakan pengembangan usaha Keramba Jaring Apung di Kecamatan Loa Kulu sebesar Rp.900.150.000,- nilai dampak ekonomi tidak langsung sebesar Rp.367.440.000,- Hasil analisis menunjukkan bahwa pengembangan usaha budidaya ikan di Kecamatan Loa Kulu berada dalam kuadran agresif, yang berarti pengambil kebijakan berada pada posisi yang kuat untuk memanfaatkan kekuatan internal dan peluang eksternal, serta mampu mengatasi kelemahan dan ancaman yang ada. Strategi pengembangan yang diusulkan mencakup ekspansi, inovasi teknologi, peningkatan keterampilan, dan pemasaran yang efektif.

Kata kunci: Dampak Ekonomi, Kebijakan, Keramba Jaring Apung

 

Abstract

Fish farming efforts in ponds and floating net cages in Loa Kulu District are dominated by tilapia and carp cultivation, and are widely carried out along the Mahakam River which flows through Tenggarong City and Samarinda City. The purpose of this study was to examine the strategy and policy for developing freshwater fish floating net cage businesses in Loa Kulu District, Kutai Kartanegara Regency. This study uses a SWOT analysis based on research on the internal and external environment, by compiling an IFAS (Internal Strategy Factor) matrix and an External Strategy Factor Matrix (EFAS). The method for determining respondents used purposive sampling, namely by taking samples based on certain criteria. The results of the study indicate that the policy strategy for developing Floating Net Cage business in Loa Kulu District is Rp.900,150,000, - with an indirect economic impact value of Rp.367,440,000, - The results of the analysis indicate that the development of fish farming business in Loa Kulu District is in the aggressive quadrant, which means that policy makers are in a strong position to utilize internal strengths and external opportunities, and are able to overcome existing weaknesses and threats. The proposed development strategy includes expansion, technological innovation, skill improvement, and effective marketing.

Keywords: Economic Impact, Policy, Floating Net Cages

 

Pendahuluan


Salah satu kecamatan di kabupaten Kutai adalah Kecamatan Loa Kulu, yang luas wilayahnya 1.045,7 km2, dengan topografi berbukit dan bergunung, serta ketinggiannya 2.150 mdpl (Statistika, 2020). Usaha pembudidayaan ikan di kolam dan Keramba Jaring Apung jaring apung di Kecamatan Loa Kulu didominasi oleh budidaya ikan nila dan ikan mas, dan banyak dilakukan di sepanjang Sungai Mahakam yang mengalir melewati Kota Tenggarong dan Kota Samarinda. Karakteristik iklim di Kecamatan Loa Kulu relatif stabil sepanjang tahun, tanpa perbedaan mencolok antara musim kemarau dan musim hujan, sehingga menguntungkan untuk budidaya ikan air tawar.

Pembudidayaan benih ikan di Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, didominasi oleh usaha pembudidayaan benih ikan nila dan ikan mas (Kristianto, 2022; Wahyudi, 2018). Aktivitas ini paling banyak dilakukan di sepanjang Sungai Mahakam, yang mengalir melalui Kota Tenggarong dan Kota Samarinda. Sektor perikanan di Kecamatan Loa Kulu terutama terdiri dari perikanan budidaya, yang melibatkan kolam dan keramba. Kecamatan ini merupakan salah satu dari tujuh kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur yang terpilih sebagai kawasan minapolitan berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 32/MEN/2010. Keputusan tersebut kemudian diperkuat oleh Keputusan Bupati Kutai Kartanegara Nomor 234/SK-BUP/HK/2011, yang menetapkan Kecamatan Loa Kulu sebagai lokasi pengembangan kawasan minapolitan dan pusat pertumbuhan (To`Biri et al., 2022).

Hasil studi Mudzakir dan Wibowo (2011) menunjukan pengembangan budidaya perikanan memiliki dampak positif yang signifikan terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, seperti: menurunkan tingkat kemiskinan, menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas pemanfaatan lahan, menciptakan aktivitas ekonomi bagi penyedia barang dan jasa terkait, seperti pakan ikan, peralatan budidaya, dan transportasi. Hasil ini diperkuat oleh penelitian Suyono et al. (2022), yang menemukan bahwa budidaya ikan air tawar memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi lokal melalui peningkatan konsumsi rumah tangga dan perputaran uang di masyarakat. Lebih lanjut, penelitian oleh Putri dan Triyadi (2014) juga menyoroti bahwa budidaya ikan mampu menciptakan rantai nilai ekonomi baru bagi penyedia barang dan jasa terkait, seperti pakan ikan, transportasi, dan peralatan budidaya.

Selain itu, studi yang dilakukan oleh Hermawan et al. (2015) menemukan bahwa pengembangan budidaya perikanan air tawar di daerah pedesaan dapat meningkatkan ketersediaan protein hewani bagi masyarakat sekitar, sekaligus menciptakan peluang usaha baru yang memberikan dampak ekonomi berganda (multiplier effect). Secara keseluruhan, hasil dari berbagai penelitian ini menunjukkan bahwa sektor budidaya perikanan berpotensi besar untuk menjadi motor penggerak ekonomi lokal, terutama di daerah pedesaan dan wilayah terpencil.

Sehingga, walaupun belum ada informasi spesifik tentang kebijakan pengembangan, usaha budidaya ikan air tawar di Kecamatan Loa Kulu memiliki potensi untuk memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi lokal melalui mekanisme perputaran uang dan efek pengganda. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah setempat untuk memperhatikan sektor ini dalam merumuskan kebijakan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (Bachrein, 2010). Berdasarkan penjelasan tersebut, sehingga diambillah penelitian dengan judul “Analisis kebijakan pengembangan dan dampak ekonomi usaha Keramba Jaring Apung ikan air tawar di Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara”. Tujuan penelitian untuk mengkaji strategi kebijakan pengembangan usaha keramba jaring apung ikan air tawar di Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara

 

Metode Penelitian

Pelaksanaan penelitian berlokasi di Kec. Loa Kulu Kab. Kutai Kartanegara dengan mengambil 6 responden kunci. Lama pelaksanaannya selama 5 bulan, dimulai dari tahap pembuatan proposal tesis sampai dengan penyusunan tesis. Untuk menentukan responden maka digunakan metode Purposive sampling, yakni cara mengambil sampel didasarkan kriteria tertentu. Responden pembudidaya Keramba Jaring Apung ikan air tawar dalam penelitian ini diambil di dua desa di Kecamatan Loa Kulu yakni desa Jembayan dan Loa kulu kota, karena kedua desa yang dipilih sebagai sampel merupakan mayoritas nelayan, dan juga petani pembudidaya ikan air tawar. Analisis SWOT adalah proses evaluasi yang didasarkan pada penilaian terhadap lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi suatu usaha. Sebelum melakukan analisis SWOT, langkah pertama adalah menyusun Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS). IFAS dilakukan guna mengenali kekuatan dan kelemahan internal suatu organisasi atau bisnis, EFAS bertujuan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman dari lingkungan di luar organisasi atau usaha tersebut. Ini mencakup faktor-faktor eksternal seperti tren pasar, perubahan regulasi, dan persaingan industri dengan rumus matrik IFAS yaitu, (X= Kekuatan – Kelemahan) dan rumus matrik EFAS adalah (Y= Peluang – Ancaman). Sedangkan rumus SWOT di table berikut:

 

Tabel 1. Matriks SWOT

Internal

Strengths (S) Tentukan 5-10 Faktor kekuatan perusahaan

Weakness (W) Tentukan 5-10 Faktor kelemahan perusahaan

Eksternal

Opportunity (O) Tentukan 5- 10 Faktor peluang perusahaan

Strategi S-O

Memanfaatkan kekuatan untuk menarik keuntungan dari peluang yang ada

Strategi W-O

Meminimalisir kelemahan dengan cara memanfaatkan peluang yang ada

Treats (T) Tentukan 5-10 Faktor ancaman perusahaan

Strategi S-T

Memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi dampak dari ancaman yang dihadapi

Strategi W-T

Menciptakan strategi untuk mengurangi kelemahan dan mengatasi ancaman

 

Setelah melakukan analisis SWOT, langkah berikutnya adalah menggunakan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). QSPM adalah metode pengambilan keputusan strategis yang dilakukan dengan menilai Skor Kemenarikan (Attractiveness Score/AS) untuk setiap faktor strategis, baik faktor internal maupun eksternal. Skor kemenarikan total (Total Attractiveness Score/TAS) diperoleh dengan mengalikan bobot faktor dengan tingkat kemenarikan (Khaira et al., 2022).

Hasil dan Pembahasan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Loa kulu memiliki luas wilayah sekitar 1.045,7 km2. Wilayah ini berbatasan langsung dengan kecamatan Tenggarong, yang merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Kutai Kartanegara, di bagian utara. Selain itu, kecamatan ini juga berbatasan dengan beberapa kecamatan lainnya serta kabupaten/kota lain, seperti Kota Samarinda di sebelah timur dan Kabupaten Penajam Paser Utara di sebelah barat. Saat ini, terdapat 15 desa di kecamatan ini, termasuk desa-desa baru yang terbentuk melalui proses pemekaran.

Desa-desa di Kecamatan Loa Kulu memiliki potensi besar dalam perikanan air tawar, baik dari hasil tangkapan di Sungai Mahakam dan anak sungainya, maupun dari budidaya ikan di kolam. Potensi ini memberikan dampak positif bagi ekonomi lokal dan kesejahteraan masyarakat. Dengan pengelolaan yang baik dan dukungan teknologi serta pengetahuan lokal, perikanan air tawar di Loa Kulu bisa terus berkembang dan berkontribusi signifikan terhadap pembangunan ekonomi daerah (Statistika, 2020).

 

Analisis Penerimaan Usaha Keramba di Kecamatan Loa Kulu

Rata-rata jumlah biaya investasi yang dikeluarkan pada usaha budidaya keramba yaitu sebesar Rp. 121.938.380,- per tahun. Biaya investasi yang paling banyak dikeluarkan yaitu keramba sebesar Rp. 94.632.000,- dengan persentase 77,6%, sedangkan yang paling sedikit yaitu serokan sebesar Rp. 211.980,- dengan persentase 0,2% (Abukasim et al., 2021; Hasyim et al., 2022; Liana et al., 2014).

Biaya rata-rata yang dikeluarkan selama satu tahun yaitu sebesar Rp. 119.928.960,- dimana biaya yang dikeluarkan terbanyak terdapat pada pembelian pakan ikan sebesar Rp. 86.680.000,- dengan pesentase 72,3%. Kemudian biaya terbesar selanjutnya adalah pembelian benih ikan mas sebesar Rp. 22.456.000,- per tahun dengan tingkat persentase 18,7% (Alwi & Arief, 2021; Basir et al., 2022; Gandhy, 2017).

Perbaikan dan pengecekan keramba termaksud pada biaya pemeliharaan pada budidaya ikan dalam keramba. Perbaikan keramba termasuk pada biaya yang dikeluarkan paling besar yaitu Rp. 22.130.000,- per tahun dengan persentase sebesar 100%.

Rata-rata total penerimaan yang diterima pembudidaya di Kecamatan Loa Kulu selama per tahun yaitu sebesar Rp. 446.652.000, Nilai rata-rata total pendapatan pembudidaya keramba sebesar Rp. 294.357.791,-  atau sebesar Rp. 24.529.816,- per bulan.

 

Nilai Dampak Usaha Budidaya Keramba di Kecamatan Loa Kulu

Dampak Ekonomi Langsung

Dampak ekonomi langsung budidaya keramba didapatkan dari pendapatan unit usaha pendukung dalam proses jual beli barang dan jasa di sekitar kawasan budidaya keramba.

Pendapatan tertinggi dari unit usaha pendukung budidaya berasal dari usaha warung makan sebesar Rp.344.350.000,- dengan persentase 38.2%. Sementara itu proporsi terendah berada pada unit usaha warung BBM sebesar 11,7% dengan nilai Rp.105.300.000,-. Dampak ekonomi langsung usaha budidaya keramba di Kecamatan Loa Kulu sebesar Rp.900.150.000,-.

 

 

Dampak Ekonomi Tidak Langsung

Dampak ekonomi tidak langsung usaha budidaya keramba dapat dihitung dari proporsi pengeluaran pelaku unit usaha pendukung yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja ditambah dengan biaya pengeluaran unit usaha pendukung. Pendapatan tenaga kerja pada unit usaha budidaya keramba  bervariatif antara Rp.1.000.000 - 1.950.000,- per bulan per orang. Pendapatan pegawai masih berada di bawah UMR, karena tenaga kerja memiliki hari dan jam kerja yang tetap, sehingga upah yang diberikan akan disesuaikan dengan hari dan jam kerja.

Dampak ekonomi tidak langsung terbesar berada pada unit usaha toko perikanan sebesar Rp.133.200.000,- dengan persentase 36,2%, sedangkan yang terendah pada usaha warung BBM sebesar Rp.56.400.000,- dengan pesentase 15,3%. Secara keseluruhan nilai dampak ekonomi tidak langsung sebesar Rp.367.440.000,-.

 

Profil Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Ikan di Kecamatan Loa Kulu

Diperoleh hasil analisis yang menunjukkan pada pengambil kebijakan dalam melakukan pengembangan usaha budidaya ikan di Kecamatan Loa Kulu berada dikuadran agresif, dimana pengambil kebijakan berada dalam posisi yang baik untuk menggunakan kekuatan internal dalam memanfaatkan peluang yang tersedia, mengatasi kelemahan internal dan untuk mengatasi berbagai ancaman eksternal.

 

Matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threatment)

Berdasarkan hasil analisis SWOT, diperoleh delapan alternatif strategi
yang dapat digunakan dalam
pengembangan usaha budidaya ikan di Kecamatan Loa Kulu.

 

Strategi kekuatan-peluang (S-O)

Strategi S-O menjadi strategi yang menggunakan faktor kekuatan untuk
memanfaatkan peluang dalam
pengembangan usaha budidaya ikan di Kecamatan Loa Kulu. Strategi tersebut menghasilkan dua alternatif strategi meliputi:

1)      Penguatan status kawasan budidaya dan peraturan dalam usaha budidaya ikan

2)      Mengoptimalkan dan memperkuat sektor budidaya dalam penyediaan lapangan pekerjaan dan penyediaan sumber protein hewani

 

Strategi kelemahan-peluang (W-O)

Strategi W-O adalah strategi yang mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada dalam pengembangan usaha budidaya ikan di Kecamatan Loa Kulu. Strategi tersebut menghasilkan dua alternatif strategi meliputi:

1)      Peningkatan kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk menambah skill sumberdaya manusia

2)      Pengembangan teknologi digital dalam memperkuat sistem pemasaran

 

Strategi kekuatan-ancaman (S-T)

Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman yang ada dalam pengembangan usaha budidaya ikan di Kecamatan Loa Kulu. Kombinasi ini menghasilkan alternatif strategi meliputi 2 alternatif:

1)      Pengembangan alternatif bahan baku pakan lokal

2)      Pengembangan kualitas indukan lokal

 

Strategi kelemahan-ancaman (W-T)

Strategi W-T merupakan strategi yang bersifat defensive bertujuan untuk meminimalisasi kelemahan yang dimiliki serta menghindari ancaman dalam pengembangan usaha budidaya ikan di Kecamatan Loa Kulu. Alternatif strategi ini meliputi:

1)      Mengoptimalkan balai benih ikan untuk menunjang sarana dan prasarana pembenihan

2)      Penguatan kelembagaan perikanan budidaya 

 

Matriks perencanaan strategis kuantitatif

 

Tabel 2. Matriks perencanaan strategis kuantitatif

No

Kode

Alternatif Strategi

Nilai TAS

Prioritas

1

S-O1

Penguatan status kawasan budidaya dan peraturan dalam usaha budidaya ikan

7,54

1

2

S-T1

Pengembangan alternatif bahan baku pakan lokal

7,39

2

3

W-T1

Mengoptimalkan balai benih ikan utk menunjang sarana dan prasarana pembenihan

7,38

3

4

W-T2

Penguatan Kelembagaan perikanan budidaya

7,29

4

5

S-O2

Mengoptimalkan dan memperkuat sektor budidaya dalam penyediaan lapangan pekerjaan dan penyediaan sumber protein hewani

7,28

5

6

S-T2

Pengembangan Kualitas Indukan ikan lokal

7,19

6

7

W-O1

Peningkatan kegiatan pendidikan dan pelatihan utk menambah skill sumberdaya manusia

6,87

7

8

W-O2

Pengembangan Teknologi digital dalam memperkuat sistem pemasaran

6,64

8

 

Usaha budidaya ikan di Kecamatan Loa Kulu berada dalam kuadran agresif, yang menunjukkan bahwa para pengambil kebijakan berada dalam posisi yang kuat untuk memanfaatkan kekuatan internal serta peluang eksternal yang tersedia (Sulistiyowati, 2017). Sehingga dengan posisi ini, mereka mampu mengatasi kelemahan yang ada dan menghadapi ancaman yang mungkin muncul. Strategi pengembangan yang diusulkan meliputi beberapa langkah penting, di antaranya adalah ekspansi usaha untuk meningkatkan kapasitas produksi, inovasi teknologi dalam proses budidaya untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, peningkatan keterampilan sumber daya manusia melalui pelatihan dan pendidikan, serta penerapan strategi pemasaran yang efektif guna memperluas pasar dan meningkatkan daya saing produk ikan budidaya di Loa Kulu.

 

 

 

 

Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi kebijakan pengembangan usaha Keramba Jaring Apung di Kecamatan Loa Kulu menghasilkan nilai sebesar Rp. 900.150.000,-, dengan dampak ekonomi tidak langsung sebesar Rp. 367.440.000,-. Berdasarkan analisis, pengembangan usaha budidaya ikan di wilayah ini berada dalam kuadran agresif, yang menunjukkan bahwa para pengambil kebijakan memiliki posisi yang kuat untuk memanfaatkan kekuatan internal serta peluang eksternal yang ada. Mereka juga mampu menghadapi berbagai kelemahan dan ancaman. Beberapa strategi pengembangan yang diusulkan meliputi perluasan usaha, penerapan inovasi teknologi, peningkatan keterampilan petani ikan, dan penerapan strategi pemasaran yang lebih efektif untuk meningkatkan daya saing usaha budidaya ikan di Loa Kulu.

Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan diatas, penulis memberikan saran atau masukan - masukan sebagai berikut. Dalam pengembangan usaha budidaya keramba ikan di loa kulu sebaiknya dilakukan beberapa alternatif strategi seperti penguatan status kawasan budidaya dan peraturan dalam usaha budidaya ikan. Pengembangan alternatif bahan baku pangan lokal, mengoptimalkan balai benih ikan untuk menunjang sarana dan prasarana pembenihan, penguatan kelembagaan perikanan budidaya, mengoptimalkan dan memperkuat sektor budidaya dalam penyediaan lapangan pekerjaan dan penyediaan sumber protein hewani, pengembangan kualitas induk ikan lokal, peningkatan kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk menambah skill sumberdaya manusia, pengembangan teknologi digital dalam memperkuat sistem pemasaran.

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Abukasim, S. R. M., Retraubun, A. S. W., & Bawole, D. (2021). Kelayakan Usaha Budidaya Keramba Jaring Apung di Teluk Ambon Dalam. PAPALELE (Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi Perikanan Dan Kelautan), 5(1), 59–68.

Alwi, Z., & Arief, H. (2021). Analisis Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Lele (Clarias sp) dalam Keramba di Kelurahan Tebing Tinggi Okura Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Jurnal Perikanan Unram, 2(1).

Bachrein, S. (2010). Pendekatan desa membangun di Jawa Barat: strategi dan kebijakan pembangunan perdesaan. Analisis Kebijakan Pertanian, 8(2), 133–149.

Basir, A. P., Saimima, A., Djaya, E. S., & Hamdja, S. (2022). Analisis Usaha Budidaya Ikan Dengan Sistem Keramba Jaring Apung (Kja) Di Perairan Pantai Pasir Panjang Desa Nusantara Kecamatan Banda Kabupaten Maluku Tengah. MUNGGAI: Jurnal Ilmu Perikanan Dan Masyarakat Pesisir, 8(01), 51–60.

Gandhy, A. (2017). Analisis Peningkatkan Pendapatan Petani Keramba Jaring Apung dengan Diversifikasi Spesies Ikan Budidaya di Waduk Cirata. Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan, 18(1), 25–33.

Hasyim, S., Herdiana, H., & Mappanganro, N. (2022). Prospek Usaha Ikan Nila Menggunakan Keramba Apung di Desa Sigerongan Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat. Jurnal Ekonomi Utama, 1(3), 140–146.

Khaira, N., Satriyo, P., & Abdullah, S. (2022). Strategi Pengembangan Unit Pengelola Irigasi di D.I Krueng Aceh Menggunakan Analisis SOAR dan Matrik QSPM. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, 7(3). https://doi.org/10.17969/jimfp.v7i3.20838

Kristianto, L. K. (2022). Analisis Daya Dukung Hijauan Pakan Ternak Kerbau di Kecamatan Muara Muntai, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Prosiding Seminar Nasional Tahun 2022, 1(1).

Liana, L., Bahri, S., & Tibrani, T. (2014). Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Lemak dalam Keramba di Desa Tanjung Belit Airtiris Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar. Dinamika Pertanian, 29(1), 87–96.

Mudzakir, A. K., & Wibowo, B. A. (2011). Dampak pengembangan perikanan budidaya terhadap penurunan kemiskinan, peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja di Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional Riset Dan Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan, 22 September 2011.

To`Biri, N. D., Helminuddin, & Oktawati, N. O. (2022). Persepsi Penyuluh Perikanan Terhadap Kinerja Kelompok Pembudidaya Ikan Di Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal Pembangunan Perikanan Dan Agribisnis, 8(2). https://doi.org/10.30872/jppa.v8i2.69

Putri, T. D., & Priyadi, D. P. (2014). Dampak usaha perikanan budidaya terhadap kondisi lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat pada lahan pasang surut Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 2(1).

Statistika, B. P. (2020). Kabupaten Kutai Kartanegara dalam Angka. In Badan Statistika Pusat.

Sulistiyowati, A. T. (2017). Arahan Pengembangan Kawasan Pantai Pangempang di Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. Skripsi.

Suyono, N. A., Rifki, & Kaukab, M. E. (2022). Pengaruh Harga Jual, Luas Lahan dan Biaya Produksi Terhadap Pendapatan Usaha Budidaya Ikan Konsumsi Air Tawar. JEPEmas: Jurnal Pengabdian Masyarakat Volume 1 Nomer 2, Oktober 2022, 1.

Wahyudi, R. (2018). Arti Penting Hutan bagi Perekonomian di Kutai Kartanegara dan Upaya Pelestariannya.

 

 

Copyright holder:

M Rizky Irma Perdana, Heru Susilo, Andi Nikhlani, Jailani, Andi Noor Asikin,  Juliani (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: