Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 8, Agustus 2024

 

MANAJEMEN PROGRAM SEDEKAH SERIBU SEHARI UNTUK MEMBENTUK KARAKTER ANAK USIA DINI

 

Yayu Bondan Pujiniarti1, Fauzi2

UIN Prof. KH. Saifuddin Zuhri Purwokerto, Purwokerto, Indonesia1,2

Email: [email protected]1, [email protected]2

 

Abstrak

Pendidikan karakter merupakan pondasi awal bagi anak usia dini dapat dilakukan melalu berbagai kegiatan salah satunya program sedekah seribu sehari. Penelitian fenomenologi dengan pendekatan kualitatif ini ditunjukan untuk mendeskripsikan kegiatan manajemen dalam program sedekah seribu sehari untuk membentuk karakter anak usia dini di RA Diponegoro Gandasuli. Partisipan dalam penelitian ini yaitu kepala RA Diponegoro Gandasuli, guru dan orang tua. Data dari penelitian ini menggunakan Teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan baik untuk wawancara maupun observasi adalah catatan lapangan. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis menggunakan Teknik analisis data model Miles and Huberman yang terdiri dari tahap reduksi data, display data dan verifikasi. Pada reduksi data dilakukan pemilihan data yang relevan dengan tujuan penelitian. Pada display data dilakukan penyajian data dan pada verifikasi dilakukan analisis penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa manajemen program sedekah seribu sehari untuk membentuk karakter anak usia dini di RA Diponegoro Gandasuli dilakuakan dengan mengaktualisasikan empat fungsi manajemen, yaitu fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Program sedekah seribu di RA Diponegoro Gandasuli telah mampu membentuk karakter anak yang memiliki kepedulian social serta kemampuan berkomunikasi yang penuh kesopanan dan kesantunan dengan sesama.

Kata Kunci: anak, karakter, manajemen, program, sedekah

 

Abstract

Character education is an early foundation for early childhood can be done through various activities one of them is a thousand-day program. The phenomenological research with this qualitative approach is shown to describe management activities in a thousand-day program to shape the character of early childhood in RA Diponegoro Gandasuli. The participants in this study are the head of RA Diponegoro Gandasuli, teachers and parents. The data from this study uses interviews, observations and documentation techniques. The instruments used for both interviews and observations are field records. The data that has been collected is then analyzed using the Miles and Huberman model data analysis technique which consists of the stage of data reduction, data display and verification. At the reduction of data is done data selection relevant to the purpose of research. On the data display is performed data presentation and on the verification is done analysis drawing conclusions. The results of this study showed that the management of a thousand-day program to shape the character of early childhood in RA Diponegoro Gandasuli was carried out by updating the four management functions, namely the function of planning, organization, implementation, and supervision. The one-thousand-year program at RA Diponegoro Gandasuli has been able to shape the character of children who have social concerns as well as the ability to communicate with one another in politeness and courtesy.

Keywords: child, character, management, program, sedekah

Pendahuluan

Program "Sedekah Seribu Hari" adalah inisiatif yang bertujuan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan dalam memenuhi kebutuhan pokok mereka. Dengan adanya program ini, diharapkan dapat memberikan bantuan yang signifikan bagi mereka yang kurang mampu. Melalui kerjasama antara berbagai pihak, program ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat yang membutuhkan, memberi mereka kesejahteraan dan kesetabilan hidup yang lebih baik (Ardiansyah, 2023).

Diharapkan juga bahwa program ini akan mendorong lebih banyak orang untuk membantu sesama. Diharapkan program ini dapat berlanjut dan memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat yang membutuhkan dengan bekerja sama antara berbagai pihak. Semoga dengan adanya program sedekah ini, orang-orang yang kurang mampu dapat merasakan bahwa orang lain mendukung mereka dan peduli pada mereka (Arafat et al., 2023).

Diharapkan bahwa dukungan ini akan menumbuhkan semangat dan harapan bagi mereka untuk tetap hidup dan berjuang menghadapi tantangan dalam kehidupan. Program sedekah ini juga diharapkan dapat membantu mengurangi kesenjangan sosial dan menciptakan lingkungan yang lebih adil dan harmonis bagi semua (Fajrina et al., 2020). Dengan cara ini, diharapkan masyarakat dapat mencapai kesejahteraan bersama dengan saling mendukung dan memperkuat ikatan kebersamaan. Selain itu, program sedekah ini dapat memberikan kesempatan bagi masyarakat yang lebih mampu untuk berbagi kekayaan dengan orang-orang yang kurang beruntung. Dengan adanya rasa kepedulian dan empati yang terus-menerus, diharapkan dapat menumbuhkan sikap gotong royong dan rasa empati di antara masyarakat (Ranam et al., 2021). Diharapkan bahwa kerja sama dan kebersamaan dapat secara bertahap mengakhiri kemiskinan dan ketidakadilan sosial. Ini akan memungkinkan setiap anggota masyarakat menikmati keadilan dan kesejahteraan yang sama. Sebagai contoh, program sedekah yang dijalankan oleh komunitas lokal di desa X berhasil mengumpulkan donasi dari warga yang lebih mampu untuk membantu keluarga yang kurang mampu. Program ini menciptakan hubungan solidaritas yang kuat di antara warga desa X, yang membantu meningkatkan kesejahteraan bersama dan menciptakan lingkungan yang lebih adil dan damai.

Dengan adanya kerjasama dan kepedulian antarwarga, diharapkan kesenjangan sosial dapat tereduksi dan setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Semangat gotong royong dan rasa kebersamaan yang terus ditanamkan oleh komunitas lokal tersebut menjadi contoh bagi masyarakat lain untuk turut berperan dalam membangun keadilan sosial di lingkungan sekitar (Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA Jakarta & Digdoyo, 2018).

Pentingnya Pembentukan Karakter Pada Anak Usia Dini adalah sebuah hal yang tidak bisa diabaikan. Pendidikan karakter yang diterapkan sejak usia dini akan membentuk dasar-dasar moral dan etika yang kuat pada anak-anak, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab, peduli, dan berempati terhadap sesama (Ananda, 2017). Melalui pendidikan karakter, diharapkan anak-anak dapat mengembangkan kemampuan untuk mengatasi berbagai tantangan dan konflik yang mungkin dihadapi di masa depan, sehingga mereka dapat menjadi agen perubahan yang positif dalam masyarakat dan lingkungan sekitar (Wijaya, 2020). Oleh karena itu, penting bagi orangtua dan pendidik untuk memberikan contoh yang baik dan mendukung perkembangan karakter anak-anak sejak dini. Dengan memperkuat nilai-nilai positif seperti integritas, kejujuran, dan rasa tanggung jawab, generasi muda akan menjadi pilar yang kokoh dalam pembangunan bangsa ke depan. Dengan demikian, Pembentukan Karakter Pada Anak Usia Dini tidak hanya menjadi tugas individu, tetapi juga tanggung jawab bersama untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua.

Raudlatul Athfal merupakan Lembaga PAUD yang bisa dijadikan sebagai media untuk membentuk karakter atau kepribadian anak sejak dini (Sufiani et al., 2022). Salah satu RA yang sedang membentuk karakter anak yaitu RA Diponegoro Gandasuli yang telah mengadakan kegiatan program sedekah seribu sehari untuk memupuk dan mengembangakan kepedulian social anak sejak dini.

Kepala RA mengungkapkan bahwa program tersebut anak-anak bukan hanya bisa memiliki karakter peduli, tetapi juga memiliki karakter-karakter lainnya. Namun menurutnya tidaklah mudah untuk bisa melaksanakan program tersebut karena ada banyak stakeholders di dalamnya. Sebagai kepal RA ia dituntut untuk bisa menjadi manajer yang baik dalam program sedekah sehari seribu agar tujuan program dapat tercapai. Hal itulah yang kemudian menjadikan penulis termitivasi untuk melakukan penelitian ini. Dengan demikian penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan kegiatan manajemen dalam program sedekah seribu sehari untuk membentuk karakter anak usia dini di RA Diponegoro Gandasuli.

Ada beberapa penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian penulis. Pertama, penelitian I Made Hartawan yang berjudulPengembangan karakter Anak Usia Dini melalui Pembelajaran Inovatif”. Penelitianya bertujuan untuk mengetahui tingkat kebutuhan pengembangan karakter anak usia dini melalui pembelajaran inovatif di TK. Penelitianya dengan penelitian penulis sama-sama mengkaji tentang pembentukan karakter pada anak usia dini. Perbedaanya adalah penelitianya mendiskripsikan bagaimana pembelajaran inovatif dapat mengembangkan karakter anak usia dini, sedangkan penelitian penulis mendiskripsikan pembantukan karakter pada anak usia dini melalui program sedekah seribu sehari (Hartawan, 2022).Kedua, penelitian Abdul Munir dan Syukurman yang berjudul Dampak Nilai-Nilai Islam Pada Perkembangan Moral Dan Perilaku Pro-Sosial Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi Di STKIP Bima”. Penelitianya ditujukan untuk mengetahui tentang bagaimana menekankan pentingnya nilai-nilai Islam dalam proses pembelajaran dan pengembangan moral mahasiswa. Penelitianya dengan penelitian penulis sama sama mengkaji tentang Pendidikan karakter. Sedangkan perbedaanya adalah adalah jika penelitianya mengkaji tentang pembentukan karakter yang dilakukan dengan mengajarkan nilai-nilai islam. Sementara itu penelitian penulis mengkaji tentang pembentukan karakter melalui nilai islam yang lebih spesifik yaitu program sedekah seribu sehari (Munir & Syukurman, 2023).

 Ketiga Penelitian Siti Fatimah, Rosihin Mansur dan Adi Sudrajat yang berjudulImplementasi Kegiatan Infaq dan Sedekah dalam Membentuk Karakter Peduli Sosial Santri Pondok Pesantren Al-Barokah Tlogomas Lowokwaru Malang”. Penelitianya ditujukan untuk menganalisis salah satu karakter yaitu sikap peduli social. Persamaan penelitianya dengan penelitian penulis adalah sama-sama mengkaji tentang pembentukan karakter. Perbedaanya adalah jika penelitianya focus pada kajian pembentukan karakter peduli social. Sedangkan penelitian penulis focus pada kajian pembentukan karakter secara umum (Wiyani & Setiani, 2022).

            Berdasarkan deskripsi di atas maka sisi novelty atau kebaruan dari penelitian ini adalah mendiskripsikan bagaimana pembentukan karakter pada anak usia dini dilakukan melalui program sedekah seribu sehari dari sisi manajerial, yang meliputi sisi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaanm dan pengawasan.

 

Metode Penelitian

            Karena penulis tidak melakukan rekayasa terhadap subjek penelitian, pendekatan penelitian kualitatif yang bersifat natural digunakan. Penulis juga memilih untuk menggunakan pendekatan kualitatif karena, menurut Moriarty, pendekatan ini sangat cocok untuk mengkaji bidang ilmu sosial dan humaniora (seperti pendidikan). (Moriarty, 2001).

            Jenis penelitian yang dipilih oleh penulis adalah fenomenologi, karena mereka ingin menyelidiki apa yang dilakukan subjek penelitian.  (Moleong, 2007). Selain itu, data kontekstual dapat diperoleh dengan menggunakan jenis penelitian fenomenologi di bidang pendidikan, yang memungkinkan proses analisis data secara faktual dan komprehensif.

            Penelitian dilakukan di RA Diponegoro Gandasuli desa Gandasuli, kecamatan Bobotsari, kabupaten Purbalinga, propinsi Jawa Tengah. Program sedekah seribu sehari sudal dilakukan di RA diponegoro Gandasuli sejak awal tahun pembelajaran 2021/2022.

            Subjek dalam penelitian ini antara lain kepala RA, guru, wali murid, dan masyarakat sekitar RA. Berdasarkan subjek tersebut, mak data dalm penelitian ini dikumpulkan dengan Teknik wawancara, observasi dan dokumentasi.

            Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara bebas, dimana penulis melakukan kegiatan wawancara dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan konteks RA secara spontan (tanpa menggunakn pedoman atau panduan wawancara). Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data terkait dengan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan pada program sedekah seribu sehari.

            Penulis melakukan observasi partisipan, yang berarti mereka terlibat atau berpartisipasi dalam kegiatan yang diamati. Ini memungkinkan penulis untuk melakukan kegiatan observasi sekaligus melakukan kegiatan wawancara, dengan memberikan pertanyaan wawancara yang mengacu pada informasi yang mereka temui selama kegiatan observasi. Semua kegiatan observasi dan wawancara didokumentasikan dalam catatan lapangan, juga dikenal sebagai catatan lapangan. Catatan lapangan ini cocok digunakan sebagai alat penelitian untuk penelitian yang melibatkan kedua teknik wawancara bebas dan observasi partisipan. Penulis menggunakan observasi partisipan untuk mengumpulkan data tentang keberhasilan program seribu sehari.

            Namun, sumber data yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari dokumen yang berkaitan dengan subjek penelitian, seperti foto dan laporan tentang kegiatan yang dilakukan oleh program sedekah seribu sehari (sugiyono, 2012).

            Ini adalah empat fungsi manajemen: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Instrument penelitian menunjukkan langkah-langkah ini yang digunakan sebagai indicator.

            Merumuskan tujuan, membuat strategi, menetapkan kebutuhan, dan membuat jadwal adalah indikator untuk alat perencanaan. (Hitt & Meyers, 2018). Indicator untuk alat pengorganisasian, seperti komunikasi dan koordinasi (Wiyani & Setiani, 2022). Menggerakkan stakeholder, melibatkan mereka secara aktif, membimbing mereka, dan memotivasi mereka adalah indikator untuk instrument pelaksanaan.(Maduretno & Fajri, 2019). Namun, metrik pengawasan termasuk: pengawasan dan evaluasi (Nasser et al., 2021).

Teknik triangulasi sumber data digunakan untuk memverifikasi validitas data setelah dikumpulkan. Metode ini menggunakan data yang berasal dari minimal dua pihak. Setelah itu, data dianalisis menggunakan teknik analisis data model Miles dan Huberman, yang terdiri dari tiga tahap: reduksi data, display data, dan verifikasi. Pada tahap reduksi data, data dipilih untuk digunakan untuk menjawab rumusan masalah penelitian, dan pada tahap display data, data disajikan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Pada tahap verifikasi, data disajikan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. (Wiyani & Setiani, 2022).

 

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa ada empat kegiatan manajemen yang dilakukan dalam implementasi program sedekah sehari seribu untuk membentuk karakter anak usia dini di RA Diponegoro Gandasuli.

Pertama, merencanakan program sedekah seribu sehari untuk membentuk karakter anak usia dini di RA Diponegoro Gandasuli. Perencanaan dalam manajemen adalah kegiatan merencanakan apa yang akan terjadi di masa depan. Perencanaan juga dapat berarti memperkirakan apa yang harus dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. (Alexander, 2016).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, untuk membentuk karakter anak usia dini di RA Diponegoro Gandasuli, kegiatan perencanaan program sedekah sehari seribu meliputi: (1) menentukan tujuan program sedekah sehari seribu, (2) membuat strategi pelaksanaan program sedekah sehari seribu, (3) menentukan kebutuhan untuk pelaksanaan program sedekah sehari seribu, dan (4) membuat jadwal kegiatan.

Para wali murid di RA Diponegoro Gandasuli menginginkan anak-anak mereka menjadi orang yang berkarakter atau berakhlak mulia, menurut Ketua Komite RA. Hal ini berkaitan dengan tujuan program sedekah seribu sehari. Untuk memenuhi keinginan dan harapan tersebut, kepala RA Diponegoro Gandasuli mendirikan program Sedekah Seribu Hari. Tujuan program ini adalah untuk membuat orang menjadi peduli, sopan, dan komunikatif.

Dari perspektif perkembangan anak usia dini, karakter yang peduli, sopan, dan komunikatif ini sangat penting untuk mengoptimalkan perkembangan agama dan moralnya, serta perkembangan sosial-emosional dan bahasanya. Jadi, sesuai dengan Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) yang ditetapkan dalam Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 tentang standar nasional PAUD, program Seribu Hari Sedekah juga berkontribusi pada optimalisasi tumbuh-kembang anak. (Kamelia, 2019). Selain itu, ada kemungkinan bahwa program Seribu Hari Sedekah dapat membantu menjalankan Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014, dan keberhasilan program tersebut dapat berdampak pada peningkatan kualitas layanan PAUD yang diberikan.

Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa kepala RA Diponegoro Gandasuli dan guru bekerja sama untuk membuat strategi pelaksanaan program sedekah seribu sehari. Ini dibuat melalui kegiatan Focus Group Discussian (FGD). Hasil FGD menunjukkan bahwa strategi terdiri dari langkah-langkah berikut: (1) menyiapkan program sedekah seribu sehari; (2) melaksanakan program sedekah seribu sehari secara efektif; dan (3) menjalankan program sedekah seribu sehari secara efektif dan efisien; (4) Pelaksanaan program sedekah seribu sehari hasilnya disampaikan kepada wali murid.

Karena kepala RA Diponegoro Gandasuli lebih banyak memimpin dengan gaya kepemimpinan demokratis, fokus kelompok (FGD) dapat digunakan untuk merumuskan strategi pelaksanaan program sedekah seribu sehari dengan melibatkan para guru. Kepala RA Diponegoro Gandasuli sering menggunakan FGD sebagai media untuk membahas berbagai hal atau masalah yang terkait dengan penyelenggaraan layanan PAUD. Dari sisi manajemen, FGD juga dapat meningkatkan kreativitas dan inovasi. (Colucci, 2007). Setiap anggota organisasi, khususnya guru PAUD, memiliki ide yang sangat berharga. Ide-ide ini berasal dari kreativitas guru PAUD, yang memungkinkan mereka untuk menghasilkan berbagai inovasi dalam pengaturan layanan PAUD.

Dalam hal penentuan kebutuhan untuk pelaksanaan program sedekah seribu sehari, dapat diketahui bahwa kebutuhan-kebutuhan tersebut antara lain: (1) uang untuk bersedekah yang akan dibelanjakan untuk membeli makanan, sembako (sembilan bahan pokok), dan barang lain yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sekitar; (2) kamera untuk menyimpan rekaman pelaksanaan program dan (3) catatan buku untuk mencatat hasil.

Para guru dan wali murid setuju bahwa program sedekah seribu sehari dibayarkan setiap hari dan pembagian hasil setiap bulan sekali pada hari Jumat jam 08.00 hingga 10.00. Kepala RA Diponegoro Gandasuli membantu guru dan wali murid mencapai kesepakatan tentang jadwal pelaksanaan program sedekah seribu sehari. Dia mengatakan bahwa kesepakatan dibuat agar wali murid bukan hanya tahu tentang program, tetapi juga dapat berpartisipasi dan berkontribusi dalam program.

Kesepakatan yang dibuat secara formal atau nonformal memiliki sifat pengikat bagi setiap pihak yang terlibat dalam proses manajemen. Dalam hubungan ini, mereka dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu, kesepakatan juga dapat menghasilkan persetujuan, sehingga konflik dapat dihindari saat melakukan suatu kegiatan. (Ishiyama & Batta, 2011). Kesepakatan dan kesepahaman juga bisa menjadikan setiap stakeholders dalam program sedekah seribu sehari memiliki visi yang sama. Kesamaan visi tersebut bisa mengarahkan setiap stakeholders untuk mampu melakukan kerjasama dalam pelaksanaan program sedekah seribu sehari. Kemampuan untuk saling bekerjasama dapat menghasilkan tim kerja dan kerja tim yang dapat mendukung keberhasilan dalam mencapai tujuan program sedekah seribu sehari.

Pengorganisasian adalah kegiatan kedua dalam mengelola program sedekah seribu sehari untuk membentuk karakter anak usia dini di RA Diponegoro Gandasuli. Dalam manajemen, pengorganisasian adalah proses berkomunikasi dan koordinasi antar stakeholder untuk memastikan bahwa program kegiatan dilaksanakan dengan baik (Cooren et al., 2011).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepala RA Diponegoro Gandasuli membantu koordinasi dan komunikasi dalam program sedekah seribu sehari untuk membentuk karakter anak usia dini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi dan koordinasi dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pertemuan formal dan nonformal dilakukan secara langsung. Pertemuan formal berbentuk rapat dan pembinaan. Rapat biasanya diikuti oleh kepala RA, guru, dan komite sekolah, sementara pembinaan hanya diikuti oleh kepala RA dan guru.

Untuk menetapkan kebijakan untuk program Sedekah Seribu Hari, lebih banyak pertemuan diadakan. Misalnya, berbicara tentang hal-hal yang akan diberikan dan tempat yang akan dikunjungi. Namun, lebih banyak diskusi dilakukan tentang berbagai teknis yang diperlukan untuk menjalankan program sedekah seribu sehari, mulai dari aspek rencana dan tindakan hingga aspek evaluasi. Sementara itu, komunikasi dan koordinasi secara tidak langsung dilakukan melalui jejaring sosial seperti grup What's Up. Tujuannya adalah untuk mensosialisasikan prosedur dan hasil program Sedekah Seribu Harian.

Kepala RA Diponegoro Gandasuli mengakui bahwa keberhasilan program sedekah seribu sehari dipengaruhi oleh komunikasi dan koordinasi yang efektif antara pihak-pihak yang berpartisipasi. Oleh karena itu, berkat kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), koordinasi dan komunikasi bukan hanya dilakukan secara langsung tetapi juga secara tidak langsung.

Pada era masyarakat 5.0, peralatan TIK menjadi media utama untuk berkomunikasi satu sama lain dan memberikan visi bisnis. (Roblek et al., 2020). Ini menunjukkan bahwa RA Diponegoro Gandasuli telah memilih metode terbaik untuk berkomunikasi dan bekerja sama. Karena semua guru dan wali murid menggunakan media sosial, kepala RA Diponegoro Gandasuli dapat dengan mudah melakukan upaya komunikasi dan koordinasi melalui media sosial. Untuk membantu, dibuatlah grup What's Up untuk berkomunikasi dan berkolaborasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan program sedekah seribu sehari.

Dari perspektif manajemen, kegiatan komunikasi dan koordinasi yang difasilitasi oleh kepala RA Diponegoro Gandasuli dapat menghasilkan kesamaan arah dalam pelaksanaan program sedekah seribu sehari. Ketika guru dan wali murid memiliki kesamaan arah, kepala RA Diponegoro Gandasuli akan lebih mudah untuk mendorong guru dan wali murid untuk mendukung bahkan untuk berpartisipasi aktif dalam program.

Dalam manajemen kualitas total (TQM), kesamaan arah ini juga dapat menghasilkan hubungan dan kerjasama yang baik antara guru dan wali murid selama program sedekah seribu sehari. (Taskov & Mitreva, 2015). Sangat penting bagi stakeholder untuk memiliki hubungan yang harmonis. Dapat dikatakan bahwa keberhasilan dalam komunikasi dan koordinasi dihasilkan dari hubungan yang harmonis antar stakeholder.

Untuk membentuk karakter anak usia dini di RA Diponegoro Gandasuli, pelaksanaan adalah kegiatan ketiga dalam manajemen program sedekah seribu sehari. Dalam manajemen, pelaksanaan adalah tindakan yang dilakukan oleh manajer atau pimpinan untuk mendorong anggota organisasi untuk mencapai berbagai rencana yang telah ditetapkan. (Gaol, 2021). Untuk mencapai tujuan tertentu, upaya menerjemahkan sejumlah rencana ke dalam berbagai aktivitas juga dikenal sebagai pelaksanaan (Satria et al., 2019).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa program sedekah seribu sehari untuk membentuk karakter anak di RA Diponegoro Gandasuli dilaksanakan melalui kegiatan berikut: (1) kepala RA Diponegoro Gandasuli mendorong guru untuk mengumpulkan dana dari wali murid; (2) kepala RA Diponegoro Gandasuli menyelidiki lokasi kegiatan sedekah seribu sehari sesuai dengan lokasi yang telah diputuskan dalam pertemuan antara guru dan wali murid; dan (3) kepala RA Diponegoro Gandasuli memberikan instruksi kepada guru dalam pelaksanaan program sedekah seribu sehari; (4) kepala RA Diponegoro Gandasuli menjadi pendamping dalam pelaksanaan program sedekah seribu sehari.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa guru melakukan penggalangan dana atas perintah RA Diponegoro Gandasuli. Dana kemudian digunakan untuk membeli makanan, sembako, dan barang lain yang diperlukan oleh masyarakat. Kepala RA Diponegoro Gandasuli melibatkan wali murid dalam pengeluaran dana tersebut. Komite sekolah kemudian diberitahu tentang hasil belanja. Upaya tersebut dilakukan untuk meningkatkan prinsip tanggung jawab dan tanggung jawab dalam pengelolaan anggaran pendidikan.

Dengan mengimplementasikan prinsip tanggung jawab dan tanggung jawab, pengelola RA Diponegoro Gandasuli dapat membuat wali murid percaya kepada mereka. Selain itu, implementasi prinsip ini dapat menghasilkan penyelenggaraan layanan PAUD yang demokratis. Secara tidak langsung, pengelola mengajarkan wali murid tentang pentingnya keterbukaan dan demokratisasi dalam setiap kegiatan. (Weiner, 2003).

Ketika kepala PAUD mampu menerapkan gaya kepemimpinan demokratis dalam penyelenggaraan layanan PAUD di suatu lembaga PAUD, keterbukaan dan demokratisasi dalam penyelenggaraan layanan PAUD dapat muncul dan berkembang. Gaya kepemimpinan demokratis akan memungkinkan kepala PAUD untuk bersikap responsif terhadap keinginan dan kebutuhan anak-anak dan memungkinkan mereka untuk membangun, menyampaikan, mengembangkan, dan menerapkan ide-ide mereka. Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh RA Diponegoro Gandasuli, hasilnya menunjukkan bahwa tujuan dari survei adalah untuk memastikan bahwa masyarakat yang akan dikunjungi oleh siswa benar-benar masyarakat yang berhak mendapatkan bantuan dari siswa. Ini dilakukan untuk memastikan bahwa donasi diberikan dengan tepat sasaran..

Sementara itu, instruksi yang diberikan oleh kepala RA Diponegoro Gandasuli kepada guru untuk mendorong anak-anak untuk berpartisipasi dalam program sedekah seribu sehari pada dasarnya bertujuan untuk memberi guru kewenangan untuk melakukan kegiatan tersebut sendiri, yang berarti bahwa guru memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai pelaksana program.

Selanjutnya, guru membimbing anak-anaknya untuk mengikuti program Sedekah Seribu Hari sesuai dengan kewenangannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak sangat tertarik untuk mengikuti program tersebut. Anak-anak sangat senang melakukan aktivitas belajar di lingkungan terbuka (outdoor) karena mereka melakukannya di lingkungan tertutup (indoor) setiap hari. Jadi, sedekah seribu sehari membantu mereka secara mental.

Antusiasme anak-anak untuk berpartisipasi dalam program sedekah seribu sehari secara langsung telah memudahkan guru untuk mengajarkan nilai-nilai karakter seperti peduli, komunikatif, dan santun kepada anak-anak. Nilai peduli ditunjukkan oleh anak-anak ketika mereka dengan penuh semangat memberikan sedekah kepada orang-orang di sekitar mereka. Saat mereka bersedekah, mereka begitu ramah sehingga masyarakat juga menyambut mereka dengan baik. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa yang menerima sedekah bukan hanya warga sekitar RA Diponegoro Gandasuli, tetapi juga tukang ojeg dan pedagang keliling yang sering mangkal di sekitarnya.

Siswa yang secara spontan membantu orang lain membersihkan halaman rumah mereka menunjukkan perkembangan nilai karakter kepedulian sosial. Anak-anak mengambil sampah di jalan-jalan desa dan membuangnya di tempat sampah milik masyarakat.

Anak-anak juga terlihat berbicara dengan orang-orang di sekitar mereka sebelum dan setelah mereka memberi. Sebuah diskusi telah menunjukkan bahwa anak-anak menerapkan prinsip-prinsip karakter komunikatif.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa mereka sering menyapa warga sekitar di sepanjang perjalanan. Mereka dengan antusias mengucapkan salam dan memberikan senyuman, dan warga membalasnya dengan salam. Hal itu telah menunjukkan bahwa anak-anak memiliki kemampuan untuk menerapkan prinsip nilai kesopanan.

Proses pembimbingan dan pendampingan guru kepada anak-anak sebelum, ketika, dan setelah kegiatan menyebabkan aktualisasi nilai karakter tersebut.

Dalam pembimbingan ini, guru menjelaskan pentingnya sedekah dan adabnya menurut Islam. Dengan memahami adab bersedekah, anak-anak akan belajar menjadi peduli, komunikatif, dan sopan terhadap sesama. Dalam pendidikan karakter, proses pembimbingan ini dikenal dengan istilah pengetahuan yang baik atau pengetahuan moral. Langkah pertama dalam membangun karakter anak adalah kesadaran moral ini. (Park & Peterson, 2006).

Pada dasarnya, pengetahuan moral (moral knowing) mengajarkan peserta didik tentang kebaikan. Mereka akan belajar tentang baik dan buruk, serta benar dan salah. Dengan pengetahuan ini, guru dapat mendorong peserta didik untuk menerapkan pengetahuan tersebut dalam tindakan moral (moral action).

Setelah itu, guru mendorong anak-anak untuk bersedekah dan menunjukkan kepada mereka cara bersedekah secara langsung di lingkungan mereka. Anak-anak sekarang dapat berderma berkat upaya pendampingan. Dalam pendidikan karakter, ini disebut bertindak baik. Pada dasarnya, tindakan adalah hasil dari pengetahuan, yang dapat mewujudkan tindakan melalui perantara cinta kepada yang baik (loving the good) (Agung, 2018). Loving the good membuat anak ingin melakukan hal-hal baik. Ini dapat dianggap sebagai motivasi internal yang ada pada mereka.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa meskipun kepala RA Diponegoro Gandasuli telah memberikan mandat kepada guru untuk melakukan kegiatan sedekah seribu sehari, kepala RA Diponegoro Gandasuli juga ikut mendampingi guru dan anak-anak selama pelaksanaan program tersebut. Ini dilakukan agar kepala RA Diponegoro Gandasuli dapat membantu guru yang mengalami kesulitan dalam memimpin dan mendampingi anak-anak mereka.

Pengawasan adalah kegiatan keempat dalam manajemen program Sedekah seribu sehari untuk membentuk karakter anak usia dini di RA Diponegoro Gandasuli. Manajemen melakukan pengawasan untuk memastikan bahwa pelaksanaan program berjalan sesuai dengan rencana dan untuk mengontrol pelaksanaannya. Selain itu, pengawasan dapat dilakukan untuk menemukan masalah dalam pelaksanaan program dan menyelesaikannya (Mocanu, 2014). Masalah pada dasarnya adalah ketidaksesuaian antara idealitas dan realitas; dalam manajemen, itu adalah ketidaksesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepala RA Diponegoro Gandasuli menggunakan pengawasan sebagai metode pengawasan. Kepala RA Diponegoro Gandasuli terlibat langsung dalam pelaksanaan program melalui teknik monitoring. Karena keterlibatannya, dia sekarang dapat mengawasi dan mengontrol program sedekah seribu sehari. Kepala RA Diponegoro Gandasuli memiliki kemampuan untuk bertindak sebagai pemimpin yang mendorong para guru untuk berpartisipasi dalam proses tersebut, yang menjadikannya mungkin untuk dicapai dengan sukses. Kepemimpinan partisipatif adalah istilah yang sering digunakan dalam manajemen (Benoliel & Barth, 2017). Ketika praktik kepemimpinan partisipatif diterapkan, tradisi tim kerja dapat muncul dan berkembang selama pelaksanaan program. Ini dapat membantu mengurangi konflik dan risiko selama program berlangsung (Lam et al., 2015).

Tidak peduli apakah diakui atau tidak, konflik dan risiko selalu ada di setiap pelaksanaan program. Kepala PAUD sebagai pemimpin dan manajer dituntut untuk mengurangi konflik dan risiko melalui kepemimpinan yang partisipatif. Ini dapat dicapai dengan menanggapi program Sedekah Seribu Hari.

Teknik pengawasan ini juga digunakan oleh kepala RA Diponegoro Gandasuli untuk memastikan bahwa program sedekah seribu sehari dijalankan sesuai dengan strategi yang telah dibuat melalui kegiatan perencanaan.

Sementara itu, hasil dari pengawasan kepala RA Diponegoro Gandasuli menunjukkan bahwa program sedekah seribu sehari dapat dilaksanakan dengan sukses tanpa hambatan yang signifikan. Keberhasilan ini dipengaruhi oleh kerja tim yang kuat antara kepala RA Diponegoro Gandasuli dan guru serta dukungan yang kuat dari wali murid untuk mensukseskan program.

Mulai semester genap, anak-anak yang mengikuti program sedekah seribu sehari dibagi menjadi beberapa tim dengan satu guru yang membimbing dan mendampingi setiap tim. Beberapa anak sulit diatur atau dikondisikan saat mereka berjalan di lingkungan sekitar RA Diponegoro Gandasuli untuk bertemu dengan orang-orang yang akan diberi sedekah.

 

Kesimpulan

Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan adalah empat fungsi manajemen yang dapat digunakan secara sinergis untuk menjalankan program sedekah seribu sehari untuk membentuk karakter anak usia dini di RA Diponegoro Gandasuli. Jika program ini dijalankan dengan baik, ini akan menghasilkan keberhasilan program. Merumuskan tujuan dan strategi pelaksanaan program Sedekah Seribu sehari adalah langkah utama yang dilakukan untuk membentuk karakter anak usia dini. Salah satu tugas utama dalam mengelola program Sedekah Seribu sehari untuk Membentuk Karakter Anak Usia Dini adalah berkomunikasi dan berkolaborasi dengan semua pihak yang terlibat. Tugas utama lainnya adalah mendorong guru dan anak untuk mengikuti program dengan memberikan instruksi dan dukungan. Namun kegiatan utama dalam pengawasan program sedekah seribu sehari untuk membentuk karakter anak usia dini adalah melakukan pemantauan untuk memantau bagaimana program dijalankan. Di RA Diponegoro Gandasuli, program ini telah menghasilkan anak-anak yang memiliki kepedulian sosial dan mampu berkomunikasi dengan sopan dan kesantunan dengan orang lain.

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Agung, L. (2018). Character Education Integration In Social Studies Learning. Historia: Jurnal Pendidik Dan Peneliti Sejarah, 12(2), 392. https://doi.org/10.17509/historia.v12i2.12111

Alexander, E. R. (2016). There is no planning—only planning practices: Notes for spatial planning theories. Planning Theory, 15(1), 91–103. https://doi.org/10.1177/1473095215594617

Ananda, R. (2017). Implementasi Nilai-nilai Moral dan Agama pada Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1), 19. https://doi.org/10.31004/obsesi.v1i1.28

Arafat, S., Rawe, A. S., Abdullah, A. N., Boleng, B., & Mbahbo, F. (2023). PKM TPA Ar-Rahman 001 Senyum Bahagia Dengan Berbagi Bingkisan Ramadhan Untuk Anak Yatim Dan Dhuafa Di Kota Ende Flores NTT. SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 7(1), 1. https://doi.org/10.31764/jpmb.v7i1.12265

Ardiansyah, A. E. S. (2023). Masjid Al-Ikhlas Kelurahan Bareng Kota Malang Sebagai Pusat Peradaban dan Kemakmuran Perspektif Konstruksi Sosial. ASKETIK, 7(1), 63–88. https://doi.org/10.30762/asketik.v7i1.1037

Benoliel, P., & Barth, A. (2017). The implications of the school’s cultural attributes in the relationships between participative leadership and teacher job satisfaction and burnout. Journal of Educational Administration, 55(6), 640–656. https://doi.org/10.1108/JEA-10-2016-0116

Colucci, E. (2007). “Focus Groups Can Be Fun”: The Use of Activity-Oriented Questions in Focus Group Discussions. Qualitative Health Research, 17(10), 1422–1433. https://doi.org/10.1177/1049732307308129

Cooren, F., Kuhn, T., Cornelissen, J. P., & Clark, T. (2011). Communication, Organizing and Organization: An Overview and Introduction to the Special Issue. Organization Studies, 32(9), 1149–1170. https://doi.org/10.1177/0170840611410836

Fajrina, A. N., Putra, F. R., & Sisillia, A. S. (2020). Optimalisasi Pengelolaan Zakat: Implementasi dan Implikasinya dalam Perekonomian. Journal of Islamic Economics and Finance Studies, 1(1), 100. https://doi.org/10.47700/jiefes.v1i1.1918

Gaol, P. L. (2021). Implementation of Performance Management in Artificial Intelligence System to Improve Indonesian Human Resources Competencies. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 717(1), 012010. https://doi.org/10.1088/1755-1315/717/1/012010

Hartawan, I. M. (2022). Pengembangan Karakter Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Inovatif. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha, 10(1), 93–98. https://doi.org/10.23887/paud.v10i1.45773

Hitt, D. H., & Meyers, C. V. (2018). Beyond turnaround: A synthesis of relevant frameworks for leaders of sustained improvement in previously low-performing schools. School Leadership & Management, 38(1), 4–31. https://doi.org/10.1080/13632434.2017.1374943

Ishiyama, J., & Batta, A. (2011). Rebel Organizations and Conflict Management in Post-Conflict Societies 1990–2009. Civil Wars, 13(4), 437–457. https://doi.org/10.1080/13698249.2011.629873

Kamelia, N. (2019). Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini (Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak ) STPPA Tercapai Di RA Harapan Bangsa Maguwoharjo Condong Catur Yogyakarta. Kindergarten: Journal of Islamic Early Childhood Education, 2(2), 112. https://doi.org/10.24014/kjiece.v2i2.9064

Lam, C. K., Huang, X., & Chan, S. C. H. (2015). The Threshold Effect of Participative Leadership and the Role of Leader Information Sharing. Academy of Management Journal, 58(3), 836–855. https://doi.org/10.5465/amj.2013.0427

Maduretno, T. W., & Fajri, L. (2019). The effect of optimization learning resource based on Planning, Organizing, Actuating, Controlling (POAC) on contextual learning to students’ conceptual understanding of motion and force material. Journal of Physics: Conference Series, 1171, 012012. https://doi.org/10.1088/1742-6596/1171/1/012012

Mocanu, M. (2014). Towards A Definition Of Controlling. Studies And Scientific Researches. Economics Edition, 20. https://doi.org/10.29358/sceco.v0i20.295

Moleong, L. (2007). Metodologi penelitian kualitatif edisi revisi. Remaja Rosdakarya. http://library.stik-ptik.ac.id/detail?id=7251&lokasi=lokal

Moriarty, P. (2001). Nanostructured materials. Reports on Progress in Physics, 64(3), 297–381. https://doi.org/10.1088/0034-4885/64/3/201

Munir, A., & Syukurman, S. (2023). Dampak Nilai-Nilai Islam Pada Perkembangan Moral Dan Perilaku Pro Sosial Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP Bima. Edu Sociata ( Jurnal Pendidikan Sosiologi), 6(1), 93–99. https://doi.org/10.33627/es.v6i1.1127

Nasser, A. A., Arifudin, O., Barlian, U. C., & Sauri, S. (2021). Sistem Penerimaan Siswa Baru Berbasis Web Dalam Meningkatkan Mutu Siswa Di Era Pandemi. Biormatika : Jurnal Ilmiah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 7(1), 100–109. https://doi.org/10.35569/biormatika.v7i1.965

Ranam, S., Muslim, I. F., & Priyono, P. (2021). Implementasi Pendidikan Karakter Di Pesantren Modern El-Alamia Dengan Memberikan Keteladanan Dan Pembiasaan. Research and Development Journal of Education, 7(1), 90. https://doi.org/10.30998/rdje.v7i1.8192

Retnaningtyas, W., & Zulkarnaen, Z. (2023). Strategi Guru dalam Pembentukan Karakter Sosial Anak Usia Dini di Lingkungan Sekolah. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 7(1), 374–383. https://doi.org/10.31004/obsesi.v7i1.3826

Roblek, V., Meško, M., Bach, M. P., Thorpe, O., & Šprajc, P. (2020). The Interaction between Internet, Sustainable Development, and Emergence of Society 5.0. Data, 5(3), 80. https://doi.org/10.3390/data5030080

Satria, H., Heldi, Endrizal, & Prayitno, B. (2019). Build management strategies & maintenance Silokek Village potential based on local wisdom. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 314(1), 012046. https://doi.org/10.1088/1755-1315/314/1/012046

sofyan, H. (2015). Perkembangan anak usia dini dan cara praktispeningkatanya. cv. infomedika.

Sufiani, S., Try Andreas Putra, A., & Raehang, R. (2022). Internalisasi Nilai Pendidikan Agama Islam dalam Pembelajaran di Raudhatul Athfal. Murhum : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2), 62–75. https://doi.org/10.37985/murhum.v3i2.129

sugiyono. (2012). Metode penelitian kualitatif, kuantitati dan R&D. cv. Alfabeta.

Taskov, N., & Mitreva, E. (2015). The Motivation and the Efficient Communication Both are the Essential Pillar within the Building of the TQM (Total Quality Management) System within the Macedonian Higher Education Institutions. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 180, 227–234. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.02.109

Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA Jakarta, & Digdoyo, E. (2018). Kajian Isu Toleransi Beragama, Budaya, Dan Tanggung Jawab Sosial Media. Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan, 3(1), 42–59. https://doi.org/10.24269/jpk.v3.n1.2018.pp42-59

Weiner, E. J. (2003). Secretary Paulo Freire and the Democratization of Power: Toward a theory of transformative leadership. Educational Philosophy and Theory, 35(1), 89–106. https://doi.org/10.1111/1469-5812.00007

Wijaya, S. (2020). Konsep Toleransi Perspektif Para Pakar Dan Mufasir. Hikami : Jurnal Ilmu Alquran Dan Tafsir, 1(2), 19–28. https://doi.org/10.59622/jiat.v1i2.14

Wiyani, N. A., & Setiani, R. E. (2022). Manajemen Program Sedekah seribu sehari untuk Membentuk Karakter Anak Usia Dini. PAUD Lectura: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(02), 24–36. https://doi.org/10.31849/paud-lectura.v5i02.9603

 

 

Copyright holder:

Yayu Bondan Pujiniarti, Fauzi (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: