Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 9, September 2024

 

ANALISIS PENGARUH FAKTOR MOTIVASI TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN KE DESTINASI EKOWISATA PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

 

Jonathan Harlim1, Roozana Maria Ritonga2

Universitas Bunda Mulia, Tangerang, Indonesia1,2

Email: [email protected]1, [email protected]2

 

Abstrak

Motivasi dikatakan sebagai keadaan dalam setiap diri individu yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, sedangkan keputusan berkunjung adalah proses pemecahan masalah yang ditujukan pada suatu sasaran. Jumlah kunjungan wisatawan Pulau Pari meningkat setiap tahunnya, akan tetapi hal itu menimbulkan kontradiksi dipicu pada ulasan yang mengatakan hal buruk tentang Pulau Pari. Penelitian ini dilakukan untuk menelaah pengaruh faktor motivasi terhadap keputusan berkunjung wisatawan ke destinasi ekowisata Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Data primer yang diperoleh pada penelitian ini diambil melalui penyebaran kuesioner menggunakan google form kepada 100 responden dengan syarat responden minimal satu kali pernah berkunjung ke Pulau Pari dalam periode 5 tahun terakhir. Data yang diperoleh dari kuesioner kemudian diolah menggunakan software SPSS Statistic 27 for Windows maka, didapatkan hasil uji T sub-variabel faktor ekstrinsik dan intrinsik motivasi terhadap keputusan berkunjung masing-masing diperoleh 4,892 dan 5,204 lebih besar (>) dari 1,661. Selain itu, hasil uji F juga diperoleh 48,509 > 3,94. Berdasarkan hasil dari uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa variabel faktor motivasi memberikan pengaruh sebesar 50% dan sisanya lagi dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak ada dalam indikator penelitian ini. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan faktor ekstrinsik dan intrinsik motivasi berpengaruh secara parsial terhadap keputusan berkunjung wisatawan ke destinasi ekowisata Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Selain itu, dapat diketahui juga faktor motivasi berpengaruh secara simultan terhadap keputusan berkunjung wisatawan.

Kata kunci: Motivasi, Faktor Ekstrinsik dan Intrinsik, Keputusan Berkunjung, Wisatawan

 

Abstract

Motivation is considered a condition within each individual that encourages them to do something. The decision to visit a place is a problem-solving process aimed at a specific target. The number of tourist visits to Pari Island increases every year, but this has created contradictions triggered by negative reviews about Pari Island. This research aims to examine the influence of motivational factors on tourists' decisions to visit the ecotourism destination Pari Island, located in the Seribu Islands. The research method used is a quantitative approach with a purposive sampling technique. Primary data for this research were obtained by distributing questionnaires via Google Forms to 100 respondents, with the condition that each respondent had visited Pari Island at least once in the last five years. The data obtained from the questionnaires were then processed using SPSS Statistics 27 for Windows software. The T-test results for the sub-variables of extrinsic and intrinsic motivation factors regarding the decision to visit were 4.892 and 5.204, respectively, both greater (>) than 1.661. Additionally, the F-test result was 48.509, greater (>) than 3.94. The results of the coefficient of determination test showed that the motivational factor variable had an influence of 50%, with the remaining 50% influenced by other factors not included in this study. Based on these results, it can be concluded that extrinsic and intrinsic motivational factors partially influence tourists' decisions to visit the ecotourism destination Pari Island, Seribu Islands. Furthermore, it can be seen that motivational factors simultaneously influence tourists' visiting decisions.

Keywords: Motivation, Extrinsic and Intrinsic Factors, Visiting Decisions, Tourists

 

Pendahuluan

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, berwisata adalah hal kedua selain memenuhi kebutuhan lain seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Undang-Undang Pariwisata tahun 2009 bertujuan agar pariwisata memenuhi kebutuhan intelektual, spiritual, dan fisik semua wisatawan melalui hiburan dan perjalanan, serta meningkatkan pendapatan pemerintah dengan menyediakan kesejahteraan sosial. Menurut Suhartapa dan Sulistyo (2021), pariwisata merupakan sektor ekonomi yang bernilai tinggi dan perlu dikembangkan perannya karena memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan negara. Kegiatan pariwisata juga meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat negara tersebut (Tan & Ardiansyah, 2023; Risma et al., 2016).

Perkembangan pariwisata yang pesat memerlukan perhatian lebih dari semua sektor terkait. Pariwisata tidak hanya memberikan kontribusi yang baik terhadap pertumbuhan ekonomi tetapi juga memberikan hal negatif terhadap perekonomian, masyarakat, dan lingkungan (Bangun, 2021; Wibowo et al., 2017). Menurut buku “Pengantar Pemasaran Pariwisata” karya Suryadana dan Octavia (2015) dari United Nations World Tourism Organization (UNWTO), pariwisata adalah kegiatan perjalanan yang meninggalkan tempat asal untuk bertamasya dalam waktu satu tahun, melakukan perjalanan bisnis, dan tujuan lainnya.

Destinasi wisata memiliki potensi besar, tidak hanya menawarkan pengalaman wisata yang unik namun juga, menjadi destinasi kelas dunia yang mengedepankan konservasi dan kelestarian lingkungan. Dengan meningkatnya persaingan dalam industri pariwisata, ekowisata muncul sebagai alternatif pariwisata untuk meningkatkan kehidupan perekonomian daerah pedesaan dengan menyediakan lapangan kerja dan mendorong pengembangan keterampilan kewirausahaan. Bagi Yoeti dalam Arida (2021), menyebutkan ekowisata meliputi kegiatan melihat, mengamati, dan mempelajari flora atau fauna, sosial budaya etnis lokal, dan kegiatan kerjasama wisatawan dengan masyarakat lokal untuk menjaga lingkungan pariwisata ramah.

Industri pariwisata yang terus berkembang menyebabkan pesatnya pertumbuhan industri pariwisata. Salah satu hal yang perlu diteliti untuk mendorong berkembangnya industri pariwisata adalah kajian tentang motivasi pengunjung. Motivasi dapat disebut sebagai dasar yang menjadi alasan adanya perbuatan yang dilakukan seseorang (Suhartapa & Sulistyo, 2021). Menurut Widiati dan Utami (2023), motivasi adalah kekuatan seseorang yang berasal dari dalam dirinya berlandaskan motivasi untuk melakukan tindakan meskipun, motivasi tersebut tidak terlihat secara langsung namun, dapat dirasakan melalui tindakan individu. Menurut Wiryokusumo et al. (2021) citra merek suatu objek wisata bisa mendorong wisatawan untuk melaksanakan keputusan berkunjung.

Seperti yang diketahui, Indonesia disebut sebagai negara maritim dengan luas wilayah 8,23 juta km2, dimana 6,32 juta km2 diantaranya merupakan lautan. Badan Intelijen Geospasial (BIG) menyebutkan ada 17.024 pulau di Indonesia. Pulau Pari yang terletak di Kepulauan Seribu Selatan dengan luas mencapai +94.57 hektare dikategorikan sebagai pulau sangat kecil. Keindahan pantai berpasir, perairan jernih, dan biota laut yang menakjubkan membuat pulau ini menjadi tempat populer bagi wisatawan untuk snorkeling dan bersepeda keliling pulau. Kata “pari” berasal dari nama salah satu spesies ikan pari karena, pulau ini dulunya dikelilingi oleh banyak ikan pari.

Pulau Pari terletak di Kepulauan Seribu Selatan dengan luas mencapai +94.57 hektare dikategorikan sebagai pulau sangat kecil. Keindahan pantai berpasir, perairan jernih, dan biota laut yang menakjubkan membuat pulau ini menjadi tempat populer bagi wisatawan untuk snorkeling dan bersepeda keliling pulau. Kata “pari” berasal dari nama salah satu spesies ikan pari karena pulau ini dulunya dikelilingi oleh banyak ikan pari.

Terkait strategi pengelolaan, Pulau Pari masih sepenuhnya dikelola oleh masyarakat dengan cara yang belum sempurna (Neksidin, et al., 2021). Menurut Alie, et al., (2023) strategi pariwisata berbasis komunitas merupakan strategi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Pulau Pari dan mendorong komunitas muda untuk berpartisipasi dalam pariwisata. Namun, diperlukan perlakuan khusus dalam pengembangannya agar hal tersebut dapat terwujud. Kombinasi faktor ekstrinsik dan intrinsik dapat memotivasi wisatawan untuk berkunjung ke Pulau Pari.

Berdasarkan hasil wawancara dalam jurnal bertajuk “Pengembangan Kawasan Wisata Pulau Pari Menggunakan Ekowisata” dijelaskan bahwa di pulau tersebut terdapat sedikit warung makan dan restoran yang buka pada malam hari. Selain itu, pengunjung juga merasa air bersih yang tersedia belum cukup jernih dan jumlah aktivitas yang masih relatif sedikit sehingga masih bisa ditambahkan lagi kegiatan yang bisa dilakukan di Pulau Pari (Benjamin & Bela, 2020). Berdasarkan ulasan pada online travel agent (traveloka) pada Desember 2023 menjelaskan keluhan wisatawan mengenai akomodasi yang tersedia di Pulau Pari tidak memadai untuk dihuni oleh tiga belas orang dalam satu rumah penginapan, kemudian pendingin ruangan (Air Conditioner) yang tidak berfungsi dengan baik, serta kondisi fasilitas (sepeda) yang sudah tidak layak pakai. Berdasarkan ulasan pada salah satu online travel agent (booking.com) mayoritas memberikan penilaian yang buruk bagi akomodasi yang disediakan oleh Pulau Pari.

Meski begitu, Sudin Parekraf (Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) Kepulauan Seribu mencatat sebanyak 295.221 wisatawan berkunjung ke Kepulauan Seribu pada Januari hingga Agustus 2023. Jakarta, Kompas (2024) juga memaparkan dengan jelas bahwa Pulau Pari masih menjadi pulau penduduk yang masih diminati oleh pengunjung.

Penelitian tentang motivasi wisatawan terhadap keputusan berkunjung ke destinasi wisata sudah diteliti oleh beberapa peneliti, contohnya penelitian yang dilakukan oleh Sherly Meiliana dan Yudhiet Fajar Dewantara pada tahun 2020 menunjukkan bahawa faktor motivasi dan layanan berpengaruh secara signifikan dan berpengaruh secara simultan terhadap keputusan berkunjung di Museum Sumpah Pemuda (Meilina & Dewantara, 2020). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Imam Ardiansyah dan Hari Iskandar menunjukkan bahwa faktor pendorong motivasi berpengaruh positif terhadap keputusan berkunjung wisatawan (Ardiansyah & Iskandar, 2023). Walaupun penelitian tentang motivasi wisatawan terhadap keputusan berkunjung ke beberapa destinasi wisata sudah dilakukan, namun penelitian tentang motivasi terhadap keputusan berkunjung wisatawan ke destinasi ekowisata Pulau Pari Kepulauan Seribu belum pernah dilakukan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor intrinsik motivasi yang memengaruhi wisatawan dalam membuat keputusan berkunjung wisatawan ke destinasi ekowisata Pulau Pari, Kepulauan Seribu, mengetahui faktor ekstrinsik motivasi yang memengaruhi wisatawan dalam membuat keputusan berkunjung wisatawan ke destinasi ekowisata Pulau Pari, Kepulauan Seribu dan mengetahui faktor intrinsik dan ekstrinsik motivasi yang memengaruhi wisatawan dalam membuat keputusan berkunjung ke destinasi ekowisata Pulau Pari, Kepulauan Seribu.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Pari yang terletak di Kepulauan Seribu Selatan. Pendekatan pengkajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kausal. Dalam penelitian ini pendekatan penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi sejauh mana pengaruh variabel X (variabel independen) yang terdiri atas dimensi faktor motivasi dari luar (X1) dan faktor motivasi dari dalam (X2) terhadap variabel Y yaitu keputusan berkunjung (variabel dependen). Pada penelitian ini, sampel yang digunakan adalah wisatawan yang pernah atau beberapa kali mengunjungi destinasi ekowisata Pulau Pari minimal satu kali dalam periode tahun 2019-2024. Teknik sampling yang digunakan yaitu purposive sampling. Menurut Sugiyono (2019), Purposive sampling adalah suatu metode identifikasi sampel dengan mempertimbangkan kriteria yang telah ditentukan.

Penelitian ini juga menggunakan alat bantu skala Likert. Menurut Sugiyono (2019), skala likert ialah alat pengukur yang dipakai untuk mengukur persepsi, sikap, dan pendapat seseorang atau kelompok tentang suatu fenomena sosial. Pilihan jawaban pada jenis skala ini hanay terdiri dari lima pilihan, sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dalam pembuatan kuesioner peneliti akan menggunakan skala likert sebagai berikut menurut (Sugiyono, 2019):

Sangat setuju               = skor 5

Setuju                          = skor 4

Netral                          = skor 3

Tidak setuju                = skor 2

Sangat tidak setuju      = skor 1

Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistic dengan bantuan Software Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 27. Dimana pada penelitian ini akan menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik (uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji multikolinearitas), uji regresi linear berganda, uji hipotesis (uji T, uji F), dan uji koefisien determinasi. Dimana variabel yang akan diteliti dan diukur pada penelitian ini adalah variabel X1 yaitu faktor motivasi dari luar, X2 faktor motivasi dari dalam dan Y keputusan berkunjung.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung yang datang berkunjung ke destinasi ekowisata Pulau Pari dalam kurun waktu sepanjang tahun 2023. Dimana untuk menentukan berapa besar jumlah sampel sebagai wakil populasi, penulis menggunakan pedoman Rumus Slovin. Dalam menentukan jumlah sampel yang akan dipilih, penulis menggunakan tingkat kesalahan sebesar 10%. Maka didapatlah sampel dengan menggunakan rumus Slovin sebanyak 100 orang, maka kuesioner akan disebar sebanyak 100 responden sebagai perwakilan dari jumlah populasi.

Hasil dan Pembahasan

Dari penyebaran kuesioner profil responden dapat dirincikan menjadi berbagai karakteristik yang berbeda-beda yaitu jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, dan penghasilan. Berikut adalah data yang disajikan:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1. Grafik Jenis Kelamin Responden

 

Menurut hasil pada Gambar 1 diatas, dapat diketahui jenis kelamin dalam responden penelitian ini sebanyak 33 perempuan dan 67 laki-laki. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa mayoritas dari pengunjung Pulau Pari berjenis kelamin laki-laki. Dalam hal ini mendominasi kunjungan ke Pulau Pari karena diperlukan ketangguhan dan keberanian untuk berada diatas kapal melewati gelombang dan cuaca yang tidak menentu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2. Grafik Usia Responden

Berdasarkan pada Gambar 2 diatas menunjukkan bahwa pada usia <15-19 tahun terdapat satu responden, pada usia 20-24 tahun diperoleh empat puluh empat responden, pada usia 25-29 tahun terdapat tiga puluh sembilan responden, pada usia 30-34 tahun diperoleh dua belas responden, dan pada usia 34->38 tahun terdapat empat responden. Dalam hal ini, usia 20-24 tahun mendominasi karena pada usia tersebut memang membutuhkan waktu untuk pergi berlibur, bersantai, beristirahat dari pekerjaannya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 3. Grafik Jenis Pekerjaan Responden

 

Berdasarkan pada Gambar 3 diatas menunjukkan bahwa responden wisatawan Pulau Pari mayoritas adalah karyawan swasta sebanyak 52 orang, disusul oleh pegawai negeri sebanyak 31 orang. Dalam hal ini, karyawan swasta dan pegawai negeri mendominasi karena pada umumnya mereka mengisi waktu libur/cuti untuk berwisata.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4. Grafik Penghasilan Responden

 

Berdasarkan Gambar 4 diatas menunjukkan bahwa responden wisatawan Pulau Pari dominan berpenghasilan kisaran Rp 1.500.000 – Rp 5.000.000 dengan jumlah 38 orang dan disusul dengan penghasilan Rp 5.000.000 – Rp 10.000.000, hal ini dikarenakan dari jenis pekerjaan responden memang pendapatan yang mereka hasilkan berkisaran seperti yang tertera.

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang disebar dengan formulir google (google form) kepada 100 responden, dari keseluruhan data karakteristrik responden yang telah dikumpulkan dapat disimpulkan bahwa pengujung yang berkunjung ke Pulau Pari umumnya memiliki karakteristik dengan jenis kelamin laki-laki dengan usia sekitar 20-24 Tahun. Jenis pekerjaan terbanyak yang berkunjung ke Pulau Pari adalah karyawan swasta yang kemudian disusul pegawai negeri dengan penghasilan kisaran Rp 1.500.000 – Rp 10.000.000.

Pada penelitian ini, peneliti melaksanakan pre-test untuk uji instrumen kepada 30 responden untuk memperoleh data apakah pernyataan tersebar secara benar dan variabel bersifat reliabel. Setelah melakukan pre-test, hasil yang didapat adalah valid dan bersifat reliabel. Berdasarkan hasil uji validitas, jumlah signifikansi 5% dengan tiga puluh responden maka R tabel yang dipakai adalah 0,361. R hitung > R tabel, maka dinyatakan valid/kuat dan dapat dilanjutkan dengan melakukan uji validitas pada 100 responden. Sedangkan menurut hasil uji reliabilitas dengan Cronbach alpha nilai yang dihasilkan >0,60 maka dinyatakan reliabel dan dapat dilanjutkan untuk melakukan uji reliabilitas pada 100 responden.

Menurut hasil uji validitas, data yang diperoleh menyatakan bahwa nilai Rhitung > dari Rtabel, dan bisa dikatakan bahwa setiap pernyataan pada penelitian ini dapat dikatakan kuat karena Rhitung > 0,1654. Sedangkan hasil dari uji reliabilitas dengan Cronbach alpha menghasilkan nilai pada X1 bernilai 0,971, X2 sebesar 0,950, dan pada Y sejumlah 0,933 dengan total sebanyak 35 pernyataan. Adapun angka tersebut lebih besar (>) dari 0,60 maka keseluruhan dari pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bersifat terpercaya.

Untuk menjabarkan hasil yang diberikan terhadap pernyataan variabel penelitian, maka peneliti melakukan pemerincian jawaban yang berasal dari responden terkait pernyataan secara terpisah. Pernyataan dalam kuesioner dibagi menjadi tiga variabel yaitu, faktor ekstrinsik motivasi (X1), faktor intrinsik motivasi (X2), dan keputusan berkunjung (Y). Sebagai referensi, peneliti menggunakan metode rata-rata (mean) jawaban dari responden yang ada pada tabel.

Berdasarkan hasil mean variabel X1 dan X2 atau faktor ekstrinsik dan intrinsik motivasi, dihasilkan bahwa mean tertinggi didapat dalam pernyataan “T3”, yakni “saya lebih suka berwisata ditemani teman/keluarga daripada solo travel” dengan hasil nilai mean 4,38. Sementara mean terendah diperoleh dalam pernyataan “C1” yakni, “saya mengunjungi destinasi wisata untuk melihat budaya dan tradisi yang baru/berbeda” dengan hasil nilai mean 3,24. Apabila dilihat dari indikatornya, variabel X1 dengan indikator togertherness dan X2 dengan indikator attraction/facilities memiliki rata-rata sangat tertinggi.

Berdasarkan hasil mean variabel Y atau keputusan berkunjung, dihasilkan bahwa mean tertinggi didapat dalam pernyataan “B4” yakni, “Saya sangat ingin berkunjung ke suatu destinasi wisata ini, jadi tidak lagi memikirkan biaya yang akan dikeluarkan” dengan hasil nilai mean 3,49. Sementara mean terendah diperoleh dalam pernyataan “W3” yakni, “Ditengah kesibukan aktivitas sehari-hari, saya bisa menyempatkan diri untuk berwisata dengan hasil nilai mean 2,89. Apabila dilihat dari indikatornya, variabel Y dengan indikator cost memiliki rata-rata tertinggi.

Uji asumsi klasik merupakan persyaratan atau kualifikasi statistik yang wajib dilakukan pada analisis regresi linear berganda. Pada penelitian saat ini uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji heterokedastisitas, dan uji multikolinearitas.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 5. Uji Normalitas P-Plot

 

Pada Gambar 5 diatas, hasil uji memaparkan bahwa sebaran data (titik biru) berada di sekitar garis lurus yang terbentuk dari kiri bawah menuju kanan atas. Oleh karena itu, kualifikasi pada penelitian ini terpenuhi yakni distribusi normalitas. Uji KS adalah salah satu bagian dari asumsi klasik yang bertujuan untuk mengetahui apakah nilai sisa (residual) berdistribusi normal atau tidak. Dasar pengambilan keputusan adalah berdasarkan:

a)              Jika nilai probabilitas >0,05 maka, dinyatakan normal.

b)             Jika nilai probabilitas <0,05 maka, dinyatakan tidak normal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 6. One Sample Kolmogorov Smirnov

 

Berdasarkan Gambar 6 diatas, dapat dilihat bahwa nilai sisa asymp Sig.(2-tailed) adalah 0,098 atau lebih besar dari 0,05 maka, dapat diketahui bahwa data dalam penelitian ini memiliki distribusi normal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 7. Hasil Uji Heterokedastisitas (Glejser)

 

Pada Gambar 7 diatas, dapat dijelaskan bahwa:

1)  Signifikansi Faktor Ekstrinsik 0,227 > 0,05 sehingga, bisa diartikan tidak terjadi gejala heterokedastisitas. Sebagaimana, ketentuannya apabila nilai signifikansi > 0,05 maka, dapat diartikan tidak ada gejela terjadinya heterokedastisitas.

2)  Siginifikansi Faktor Intrinsik Motivasi 0,215 > 0,05 sehingga, bisa diartikan tidak terjadi gejala heterokedastisitas. Sebagaimana, ketentuannya apabila nilai signifikansi > 0,05 maka, dapat diartikan tidak ada gejala terjadinya heterokedastisitas.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 8. Hasil Uji Heterokedastisitas (Scatterplot)

 

Pada Gambar 8 diatas, dapat dilihat bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas karena:

1)  Titik data memencar di atas dan bawah angka 0.

2)  Titik tidak membentuk suatu pola yang jelas.

3)  Titik data tidak terfokus hanya pada satu angka saja.        

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 9. Hasil Uji Multikolinearitas

 

Bersumber pada Gambar 9 diatas, dapat dijelaskan bahwa:

1)  Faktor Ekstrinsik memperoleh tolerance 0,775 > 0,10 yang berarti tidak terjadinya multikolinearitas sedangkan, VIF sebesar 1,291 < 10,00 maka, dapat diartikan tidak terjadinya multikolinearitas.

2)  Faktor Intrinsik memiliki tolerance 0,775 > 0,10 yang berarti tidak terjadinya multikolinearitas sedangkan, VIF sebesar 1,291 < 10,00 maka, dapat diartikan tidak terjadinya multikolinearitas.

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 10. Hasil Uji Regresi Linear Berganda

 

Berdasarkan pada Gambar 10 diatas, persamaan regresi berganda dapat dirumuskan sebagai berikut:

 

Y = (-8,680) + 0,386X1 + 0,340X2

Y = Keputusan Berkunjung

X1 = Faktor Ekstrinsik Motivasi

X2 = Faktor Intrinsik Motivasi

 

Persamaan regresi berganda dijelaskan sebagai berikut:

1)  Apabila X1 dan X2 bernilai nol (0) dan nilai konstanta negatif 8,680 berarti tidak ada peningkatan faktor ekstrinsik dan intrinsik maka, tidak ada juga peningkatan keputusan berkunjung.

2)  Nilai koefisien regresi untuk faktor ekstrinsik motivasi 0,386 yang berarti jika terjadi penambahan pada faktor ekstrinsik motivasi dengan variabel X lain secara konstan maka keputusan berkunjung wisatawan juga akan naik sebesar 0,386.

3)  Nilai koefisien regresi untuk faktor intrinsik motivasi adalah sebesar 0,340 yang berarti jika terjadi penambahan pada faktor intrinsik motivasi dengan variabel X lain secara konstan maka keputusan berkunjung wisatawan akan naik sebesar 0,340.

Uji T dilangsungkan untuk melihat seberapa dekat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Uji T dilakukan dengan cara membandingkan probabilitas signifikansi dengan nilai α yang digunakan. Dalam penelitian ini, nilai α yang digunakan adalah 10% dimana, Ttabel untuk 100 responden dengan nilai signifikansi 10% sebesar 1,661.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 11. Hasil Uji T

 

Bersumber pada penyajian hasil olah data pada Gambar 11 di atas, dapat diketahui hasil uji T:

1)  Variabel Faktor Ekstrinsik Motivasi didapatkan nilai Thitung sebesar 4,892 > 1,661 maka disimpulkan bahwa H1 diterima H01 ditolak, yang berarti faktor ekstrinsik motivasi secara parsial berpengaruh terhadap keputusan berkunjung ke destinasi ekowisata Pulau Pari Kepulauan Seribu.

2)  Variabel Faktor Intrinsik Motivasi didapatkan nilai Thitung sebesar 5,204 > 1,661 maka disimpulkan bahwa H2 diterima dan H02 ditolak, yang berarti faktor intrinsik motivasi secara parsial berpengaruh terhadap keputusan berkunjung ke destinasi ekowisata Pulau Pari Kepulauan Seribu.

Uji F dilangsungkan untuk melihat apakah terdapat pengaruh variabel bebas (faktor ekstrinsik dan intrinsik motivasi) terhadap variabel terikat (keputusan berkunjung) secara bersamaan atau simultan. Nilai probabilitas signifikansi yang dipilih (nilai α) dibandingkan untuk melakukan uji F. Secara umum, nilai α yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10% dimana Ftabel untuk 100 responden dengan nilai signifikansi 10% adalah 3,94.

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 12. Hasil Uji F

 

Berdasarkan hasil olah data seperti pada Gambar 12 diatas, hasil pengujian hipotesis secara bersamaan atau simultan didapatkan nilai Fhitung sebesar 48,509 dengan taraf signifikansi sebesar <0,001. Maka dapat disimpulkan bahwa Fhitung > Ftabel yakni, 48,509 > 3,94 sehingga, H3 diterima dan H03 ditolak. Hasil hipotesis menyatakan bahwa faktor ekstrinsik motivasi dan faktor intrinsik motivasi berpengaruh secara simultan terhadap keputusan berkunjung ke destinasi ekowisata Pulau Pari Kepulauan Seribu.

Koefisien determinasi dipakai sebagai alat ukur seberapa jauh kemampuan bentuk penelitian dalam mendeskripsikan variasi yang ada pada variabel dependen (Y). Nilai koefisien determinasi berkisar antara nol dan satu. Nilai koefisien yang besar memberikan arti bahwa kapabilitas variabel-variabel independen (X) dalam menjelaskan variasi variabel dependen (Y) tidak terbatas. Nilai yang mendekati satu memiliki arti bahwa variabel-variabel independen (X) mendeskripsikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memperkirakan variasi variabel dependen (Y).

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 13. Hasil Uji Koefisien Determinasi

 

Berdasarkan hasil olah data seperti pada Gambar 13 diatas, diketahui bahwa R adalah sebesar 0,707 atau dalam persentase hubungan antara variabel faktor motivasi (X) terhadap keputusan berkunjung (Y) sebesar 70,7% dan hasil koefisien determinasi atau R2 adalah sebesar 0,500 atau dalam persentase adalah sebesar 50%. Dari hasil data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 50% dari variabel keputusan berkunjung yang dipengaruhi oleh variabel faktor motivasi sedangkan, 50% lagi dipengaruhi oleh beberapa faktor atau variabel independen lain selain variabel yang diteliti dalam penelitian ini.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis pengaruh faktor motivasi terhadap keputusan berkunjung wisatawan ke destinasi ekowisata Pulau Pari Kepulauan Seribu maka dapat disimpulkan bahwa sub variabel faktor intrinsik motivasi merupakan sub variabel yang paling berpengaruh signifikan terhadap variabel keputusan berkunjung, dilihat dari hasil olah data dengan nilai Thitung sebesar 5,204. Sub variabel faktor ekstrinsik motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap variabel keputusan berkunjung dengan nilai Thitung sebesar 4,892. Selain itu, variabel faktor motivasi juga secara bersamaan/simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan berkunjung, dilihat dari hasil olah data dengan nilai Fhitung sebesar 48,509 berarti H3 diterima karena adanya pengaruh faktor ekstrinsik dan intrinsik motivasi secara simultan terhadap keputusan berkunjung destinasi ekowisata Pulau Pari Kepulauan Seribu. Selanjutnya, ditemukan keterkaitan faktor motivasi terhadap keputusan berkunjung destinasi ekowisata Pulau Pari Kepulauan Seribu bahwa dalam dimensi variabel faktor motivasi yang sebesar 0,500 atau 50% berpengaruh terhadap variabel keputusan berkunjung sedangkan, terdapat sisa sebesar 50% lagi yang merupakan beberapa faktor atau variabel independen lain diluar variabel yang diteliti.

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Alie, M., Adhitya Pratama, C., & Andhika, M. R. (2023). Strategi Community Based Tourism Melalui Pengembangan Wisata Alam dan Budaya Pulau Pari. Jurnal Nuansa Akademik: Jurnal Pembangunan Masyarakat, 8(1), 63–74.

Ardiansyah, I., & Iskandar, H. (2023). Pengaruh Motivasi Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Di Taman Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk Jakarta. Edu Turisma: An International Journal of Tourism and Education, 7(2), 1-12.

Arida, I. N. S. (2021). Ekowisata : pengembangan, partisipasi lokal, dan tantangan ekowisata.

Bangun, M. V. (2021). Memahami Dan Mengelola Dampak Pariwisata. Jurnal Kepariwisataan, 20(1), 75–85. https://doi.org/10.52352/jpar.v20i1.439

Benjamin, B., & Bela, P. A. (2020). Penataan Kawasan Wisata Pulau Pari Dengan Konsep Ecotourism. Jurnal Stupa, 2(1), 1137. https://doi.org/10.24912/stupa.v2i1.7277

Meiliana, S., & Dewantara, Y. F. (2020). Pengaruh Motivasi Dan Layanan Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Ke Museum Sumpah Pemuda. Journal FAME: Journal Food and Beverage, Product and Services, Accomodation Industry, Entertainment Services, 3(2). https://doi.org/10.30813/fame.v3i2.2486

Neksidin, F. A., & Krisanti, M. (2021). Keberlanjutan Pengelolaan Wisata Bahari di Pulau Pari, Kabupaten Kepulauan Seribu. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 26(2), 284–291. https://doi.org/10.18343/jipi.26.2.284

Risman, A., Wibhawa, B., & Fedryansyah, M. (2016). Kontribusi pariwisata terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Prosiding KS3(1).

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.

Suhartapa, S., & Sulistyo, A. (2021). Pengaruh Persepsi dan Motivasi Wisatawan Terhadap Minat Kunjung Ulang di Pantai Baru Yogyakarta. Khasanah Ilmu - Jurnal Pariwisata Dan Budaya, 12(2), 115–122.

Suryadana, M. L., & Octavia, V. (2015). Pengantar pemasaran pariwisata. Alfabeta

Tan, V., & Ardiansyah, I. (2023). Pengaruh Motivasi Wisatawan Terhadap Keputusan Berkunjung di Kawasan Monumen Nasional (MONAS). Jurnal Pariwisata Dan Budaya, 20(1).

Wibowo, S., Rusmana, O., & Zuhelfa, Z. (2017). Pengembangan ekonomi melalui sektor pariwisata tourism. Jurnal Kepariwisataan: Destinasi, Hospitalitas Dan Perjalanan1(2), 93-99.

Widiati, E., & Utami, A. R. (2023). Faktor Motivasi Kunjungan Wisatawan Labuan Bajo Pada Masa Pandemi Covid-19. Altasia: Jurnal Pariwisata Indonesia, 5(1), 10. https://doi.org/10.37253/altasia.v5i1.6819

Wiryokusumo, M. Y. P., Wiranatha, A. S., & Suryawardani, I. G. A. O. (2021). Pengaruh Electronic Word of Mouth (EWOM) Terhadap Brand Image, Trust dan Keputusan Berkunjung ke Kampung Tridi Malang. Jurnal Master Pariwisata (JUMPA), 8, 332. https://doi.org/10.24843/jumpa.2021.v08.i01.p17

 

 

 

 

Copyright holder:

Jonathan Harlim, Roozana Maria Ritonga (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: