Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 9, September 2024
ANALISIS PENGARUH FAKTOR MOTIVASI TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN KE DESTINASI EKOWISATA PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU
Jonathan Harlim1,
Roozana
Maria Ritonga2
Universitas Bunda Mulia, Tangerang, Indonesia1,2
Email: [email protected]1, [email protected]2
Abstrak
Kata kunci: Motivasi, Faktor Ekstrinsik dan Intrinsik, Keputusan Berkunjung, Wisatawan
Abstract
Motivation is considered a condition within each individual that
encourages them to do something. The decision to visit a place is a
problem-solving process aimed at a specific target. The number of tourist
visits to Pari Island increases every year, but this has created contradictions
triggered by negative reviews about Pari Island. This research aims to examine
the influence of motivational factors on tourists' decisions to visit the
ecotourism destination Pari Island, located in the Seribu Islands. The research
method used is a quantitative approach with a purposive sampling technique.
Primary data for this research were obtained by distributing questionnaires via
Google Forms to 100 respondents, with the condition that each respondent had
visited Pari Island at least once in the last five years. The data obtained
from the questionnaires were then processed using SPSS Statistics 27 for
Windows software. The T-test results for the sub-variables of extrinsic and
intrinsic motivation factors regarding the decision to visit were 4.892 and
5.204, respectively, both greater (>) than 1.661. Additionally, the F-test
result was 48.509, greater (>) than 3.94. The results of the coefficient of
determination test showed that the motivational factor variable had an
influence of 50%, with the remaining 50% influenced by other factors not
included in this study. Based on these results, it can be concluded that
extrinsic and intrinsic motivational factors partially influence tourists'
decisions to visit the ecotourism destination Pari Island, Seribu Islands.
Furthermore, it can be seen that motivational factors simultaneously influence
tourists' visiting decisions.
Keywords:
Motivation, Extrinsic and Intrinsic Factors, Visiting
Decisions, Tourists
Pendahuluan
Bagi
sebagian besar masyarakat Indonesia, berwisata adalah hal kedua selain memenuhi
kebutuhan lain seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Undang-Undang
Pariwisata tahun 2009 bertujuan agar pariwisata memenuhi kebutuhan intelektual,
spiritual, dan fisik semua wisatawan melalui hiburan dan perjalanan, serta
meningkatkan pendapatan pemerintah dengan menyediakan kesejahteraan sosial.
Menurut Suhartapa dan Sulistyo (2021), pariwisata merupakan sektor
ekonomi yang bernilai tinggi dan perlu dikembangkan perannya karena memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan negara. Kegiatan pariwisata juga
meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat negara tersebut (Tan & Ardiansyah, 2023; Risma et
al., 2016).
Perkembangan pariwisata yang pesat memerlukan
perhatian lebih dari semua sektor terkait. Pariwisata tidak hanya memberikan
kontribusi yang baik terhadap pertumbuhan ekonomi tetapi juga memberikan hal
negatif terhadap perekonomian, masyarakat, dan lingkungan (Bangun, 2021; Wibowo et al., 2017). Menurut buku “Pengantar
Pemasaran Pariwisata” karya Suryadana dan Octavia (2015) dari United Nations World
Tourism Organization (UNWTO), pariwisata adalah kegiatan perjalanan yang
meninggalkan tempat asal untuk bertamasya dalam waktu satu tahun, melakukan
perjalanan bisnis, dan tujuan lainnya.
Destinasi wisata memiliki potensi besar,
tidak hanya menawarkan pengalaman wisata yang unik namun juga, menjadi
destinasi kelas dunia yang mengedepankan konservasi dan kelestarian lingkungan.
Dengan meningkatnya persaingan dalam industri pariwisata, ekowisata muncul
sebagai alternatif pariwisata untuk meningkatkan kehidupan perekonomian daerah
pedesaan dengan menyediakan lapangan kerja dan mendorong pengembangan
keterampilan kewirausahaan. Bagi Yoeti dalam Arida
(2021), menyebutkan ekowisata
meliputi kegiatan melihat, mengamati, dan mempelajari flora atau fauna, sosial
budaya etnis lokal, dan kegiatan kerjasama wisatawan dengan masyarakat lokal
untuk menjaga lingkungan pariwisata ramah.
Industri pariwisata yang terus berkembang
menyebabkan pesatnya pertumbuhan industri pariwisata. Salah satu hal yang perlu
diteliti untuk mendorong berkembangnya industri pariwisata adalah kajian
tentang motivasi pengunjung. Motivasi dapat disebut sebagai dasar yang menjadi
alasan adanya perbuatan yang dilakukan seseorang (Suhartapa
& Sulistyo, 2021).
Menurut Widiati
dan Utami (2023),
motivasi adalah kekuatan seseorang yang berasal dari dalam dirinya berlandaskan
motivasi untuk melakukan tindakan meskipun, motivasi tersebut tidak terlihat
secara langsung namun, dapat dirasakan melalui tindakan individu. Menurut Wiryokusumo
et al. (2021) citra
merek suatu objek wisata bisa mendorong wisatawan untuk melaksanakan keputusan
berkunjung.
Seperti
yang diketahui, Indonesia disebut sebagai negara maritim dengan luas wilayah
8,23 juta km2, dimana 6,32 juta km2 diantaranya merupakan
lautan. Badan Intelijen Geospasial (BIG) menyebutkan ada 17.024 pulau di
Indonesia. Pulau Pari yang terletak di Kepulauan Seribu Selatan dengan luas
mencapai +94.57 hektare dikategorikan sebagai pulau sangat kecil. Keindahan
pantai berpasir, perairan jernih, dan biota laut yang menakjubkan membuat pulau
ini menjadi tempat populer bagi wisatawan untuk snorkeling dan bersepeda
keliling pulau. Kata “pari” berasal dari nama salah satu spesies ikan pari
karena, pulau ini dulunya dikelilingi oleh banyak ikan pari.
Pulau Pari terletak di Kepulauan Seribu
Selatan dengan luas mencapai +94.57 hektare dikategorikan sebagai pulau sangat
kecil. Keindahan pantai berpasir, perairan jernih, dan biota laut yang
menakjubkan membuat pulau ini menjadi tempat populer bagi wisatawan untuk
snorkeling dan bersepeda keliling pulau. Kata “pari” berasal dari nama salah
satu spesies ikan pari karena pulau ini dulunya dikelilingi oleh banyak ikan
pari.
Terkait
strategi pengelolaan, Pulau Pari masih sepenuhnya dikelola oleh masyarakat
dengan cara yang belum sempurna (Neksidin, et al., 2021). Menurut Alie, et al., (2023) strategi pariwisata berbasis
komunitas merupakan strategi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Pulau
Pari dan mendorong komunitas muda untuk berpartisipasi dalam pariwisata. Namun,
diperlukan perlakuan khusus dalam pengembangannya agar hal tersebut dapat
terwujud. Kombinasi faktor ekstrinsik dan intrinsik dapat memotivasi wisatawan
untuk berkunjung ke Pulau Pari.
Berdasarkan hasil wawancara dalam jurnal
bertajuk “Pengembangan Kawasan Wisata Pulau Pari Menggunakan Ekowisata”
dijelaskan bahwa di pulau tersebut terdapat sedikit warung makan dan restoran
yang buka pada malam hari. Selain itu, pengunjung juga merasa air bersih yang
tersedia belum cukup jernih dan jumlah aktivitas yang masih relatif sedikit
sehingga masih bisa ditambahkan lagi kegiatan yang bisa dilakukan di Pulau Pari
(Benjamin
& Bela, 2020). Berdasarkan
ulasan pada online travel agent (traveloka) pada Desember 2023
menjelaskan keluhan wisatawan mengenai akomodasi yang tersedia di Pulau Pari
tidak memadai untuk dihuni oleh tiga belas orang dalam satu rumah penginapan,
kemudian pendingin ruangan (Air Conditioner) yang tidak berfungsi dengan
baik, serta kondisi fasilitas (sepeda) yang sudah tidak layak pakai.
Berdasarkan ulasan pada salah satu online travel agent (booking.com)
mayoritas memberikan penilaian yang buruk bagi akomodasi yang disediakan oleh
Pulau Pari.
Meski begitu, Sudin Parekraf (Suku Dinas
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) Kepulauan Seribu mencatat sebanyak 295.221
wisatawan berkunjung ke Kepulauan Seribu pada Januari hingga Agustus 2023.
Jakarta, Kompas (2024) juga memaparkan dengan jelas bahwa Pulau Pari masih
menjadi pulau penduduk yang masih diminati oleh pengunjung.
Penelitian
tentang motivasi wisatawan terhadap keputusan berkunjung ke destinasi wisata
sudah diteliti oleh beberapa peneliti, contohnya penelitian yang dilakukan oleh
Sherly Meiliana dan Yudhiet Fajar Dewantara pada tahun 2020 menunjukkan bahawa
faktor motivasi dan layanan berpengaruh secara signifikan dan berpengaruh
secara simultan terhadap keputusan berkunjung di Museum Sumpah Pemuda (Meilina & Dewantara, 2020). Selain itu,
penelitian yang dilakukan oleh Imam Ardiansyah dan Hari Iskandar menunjukkan
bahwa faktor pendorong motivasi berpengaruh positif terhadap keputusan
berkunjung wisatawan (Ardiansyah & Iskandar, 2023). Walaupun penelitian
tentang motivasi wisatawan terhadap keputusan berkunjung ke beberapa destinasi
wisata sudah dilakukan, namun penelitian tentang motivasi terhadap keputusan
berkunjung wisatawan ke destinasi ekowisata Pulau Pari Kepulauan Seribu belum
pernah dilakukan.
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor
intrinsik motivasi yang memengaruhi wisatawan dalam membuat keputusan
berkunjung wisatawan ke destinasi ekowisata Pulau Pari, Kepulauan Seribu,
mengetahui faktor ekstrinsik motivasi yang memengaruhi wisatawan dalam membuat
keputusan berkunjung wisatawan ke destinasi ekowisata Pulau Pari, Kepulauan
Seribu dan mengetahui faktor intrinsik dan ekstrinsik motivasi yang memengaruhi
wisatawan dalam membuat keputusan berkunjung ke destinasi ekowisata Pulau Pari,
Kepulauan Seribu.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pulau
Pari yang terletak di Kepulauan Seribu Selatan. Pendekatan pengkajian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kausal. Dalam penelitian ini pendekatan penelitian yang digunakan
untuk mengidentifikasi sejauh mana pengaruh variabel X (variabel independen)
yang terdiri atas dimensi faktor motivasi dari luar (X1) dan faktor
motivasi dari dalam (X2) terhadap variabel Y yaitu keputusan
berkunjung (variabel dependen). Pada
penelitian ini, sampel yang digunakan adalah wisatawan yang pernah atau
beberapa kali mengunjungi destinasi ekowisata Pulau Pari minimal satu kali
dalam periode tahun 2019-2024. Teknik sampling yang digunakan yaitu purposive
sampling. Menurut Sugiyono (2019), Purposive sampling adalah suatu metode
identifikasi sampel dengan mempertimbangkan kriteria yang telah ditentukan.
Penelitian ini juga menggunakan alat
bantu skala Likert. Menurut Sugiyono
(2019),
skala likert ialah alat pengukur yang dipakai untuk mengukur persepsi,
sikap, dan pendapat seseorang atau kelompok tentang suatu fenomena sosial.
Pilihan jawaban pada jenis skala ini hanay terdiri dari lima pilihan, sangat
setuju, setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dalam pembuatan
kuesioner peneliti akan menggunakan skala likert sebagai berikut menurut
(Sugiyono, 2019):
Sangat setuju = skor
5
Setuju =
skor 4
Netral =
skor 3
Tidak setuju = skor
2
Sangat tidak setuju = skor 1
Dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis statistic dengan bantuan Software Statistical Product and
Service Solutions (SPSS) versi 27. Dimana pada penelitian ini akan
menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik (uji normalitas,
uji heterokedastisitas, uji multikolinearitas), uji regresi linear berganda,
uji hipotesis (uji T, uji F), dan uji koefisien determinasi. Dimana variabel
yang akan diteliti dan diukur pada penelitian ini adalah variabel X1
yaitu faktor motivasi dari luar, X2 faktor
motivasi dari dalam dan Y keputusan berkunjung.
Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pengunjung yang datang berkunjung ke destinasi
ekowisata Pulau Pari dalam kurun waktu sepanjang tahun 2023. Dimana untuk
menentukan berapa besar jumlah sampel sebagai wakil populasi, penulis
menggunakan pedoman Rumus Slovin. Dalam menentukan jumlah sampel yang akan
dipilih, penulis menggunakan tingkat kesalahan sebesar 10%.
Maka didapatlah sampel dengan menggunakan rumus Slovin sebanyak 100 orang, maka
kuesioner akan disebar sebanyak 100 responden sebagai perwakilan dari jumlah
populasi.
Hasil dan Pembahasan
Dari penyebaran kuesioner profil
responden dapat dirincikan menjadi berbagai karakteristik yang berbeda-beda
yaitu jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, dan penghasilan. Berikut
adalah data yang disajikan:
Gambar 1. Grafik Jenis Kelamin Responden
Menurut hasil pada Gambar 1 diatas, dapat diketahui jenis kelamin dalam responden penelitian ini sebanyak 33 perempuan dan 67 laki-laki. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa mayoritas dari pengunjung Pulau Pari berjenis kelamin laki-laki. Dalam hal ini mendominasi kunjungan ke Pulau Pari karena diperlukan ketangguhan dan keberanian untuk berada diatas kapal melewati gelombang dan cuaca yang tidak menentu.
Gambar 2. Grafik
Usia Responden
Berdasarkan pada Gambar 2 diatas
menunjukkan bahwa pada usia <15-19 tahun terdapat satu responden, pada usia
20-24 tahun diperoleh empat puluh empat responden, pada usia 25-29 tahun
terdapat tiga puluh sembilan responden, pada usia 30-34 tahun diperoleh dua
belas responden, dan pada usia 34->38 tahun terdapat empat responden. Dalam
hal ini, usia 20-24 tahun mendominasi karena pada usia tersebut memang
membutuhkan waktu untuk pergi berlibur, bersantai, beristirahat dari pekerjaannya.
Gambar 3. Grafik Jenis Pekerjaan Responden
Berdasarkan pada Gambar 3 diatas
menunjukkan bahwa responden wisatawan Pulau Pari mayoritas adalah karyawan
swasta sebanyak 52 orang, disusul oleh pegawai negeri sebanyak 31 orang. Dalam hal ini, karyawan swasta dan pegawai negeri
mendominasi karena pada umumnya mereka mengisi waktu libur/cuti untuk
berwisata.
Gambar 4. Grafik Penghasilan Responden
Berdasarkan Gambar 4 diatas menunjukkan bahwa responden wisatawan Pulau Pari dominan berpenghasilan kisaran Rp 1.500.000 – Rp 5.000.000 dengan jumlah 38 orang dan disusul dengan penghasilan Rp 5.000.000 – Rp 10.000.000, hal ini dikarenakan dari jenis pekerjaan responden memang pendapatan yang mereka hasilkan berkisaran seperti yang tertera.
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang disebar dengan formulir google (google form) kepada 100 responden, dari keseluruhan data karakteristrik responden yang telah dikumpulkan dapat disimpulkan bahwa pengujung yang berkunjung ke Pulau Pari umumnya memiliki karakteristik dengan jenis kelamin laki-laki dengan usia sekitar 20-24 Tahun. Jenis pekerjaan terbanyak yang berkunjung ke Pulau Pari adalah karyawan swasta yang kemudian disusul pegawai negeri dengan penghasilan kisaran Rp 1.500.000 – Rp 10.000.000.
Pada penelitian ini, peneliti melaksanakan pre-test untuk uji instrumen kepada 30 responden untuk memperoleh data apakah pernyataan tersebar secara benar dan variabel bersifat reliabel. Setelah melakukan pre-test, hasil yang didapat adalah valid dan bersifat reliabel. Berdasarkan hasil uji validitas, jumlah signifikansi 5% dengan tiga puluh responden maka R tabel yang dipakai adalah 0,361. R hitung > R tabel, maka dinyatakan valid/kuat dan dapat dilanjutkan dengan melakukan uji validitas pada 100 responden. Sedangkan menurut hasil uji reliabilitas dengan Cronbach alpha nilai yang dihasilkan >0,60 maka dinyatakan reliabel dan dapat dilanjutkan untuk melakukan uji reliabilitas pada 100 responden.
Menurut hasil uji validitas, data yang diperoleh menyatakan bahwa nilai Rhitung > dari Rtabel, dan bisa dikatakan bahwa setiap pernyataan pada penelitian ini dapat dikatakan kuat karena Rhitung > 0,1654. Sedangkan hasil dari uji reliabilitas dengan Cronbach alpha menghasilkan nilai pada X1 bernilai 0,971, X2 sebesar 0,950, dan pada Y sejumlah 0,933 dengan total sebanyak 35 pernyataan. Adapun angka tersebut lebih besar (>) dari 0,60 maka keseluruhan dari pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bersifat terpercaya.
Untuk menjabarkan hasil yang diberikan terhadap pernyataan variabel penelitian, maka peneliti melakukan pemerincian jawaban yang berasal dari responden terkait pernyataan secara terpisah. Pernyataan dalam kuesioner dibagi menjadi tiga variabel yaitu, faktor ekstrinsik motivasi (X1), faktor intrinsik motivasi (X2), dan keputusan berkunjung (Y). Sebagai referensi, peneliti menggunakan metode rata-rata (mean) jawaban dari responden yang ada pada tabel.
Berdasarkan hasil mean variabel X1 dan X2 atau faktor ekstrinsik dan intrinsik motivasi, dihasilkan bahwa mean tertinggi didapat dalam pernyataan “T3”, yakni “saya lebih suka berwisata ditemani teman/keluarga daripada solo travel” dengan hasil nilai mean 4,38. Sementara mean terendah diperoleh dalam pernyataan “C1” yakni, “saya mengunjungi destinasi wisata untuk melihat budaya dan tradisi yang baru/berbeda” dengan hasil nilai mean 3,24. Apabila dilihat dari indikatornya, variabel X1 dengan indikator togertherness dan X2 dengan indikator attraction/facilities memiliki rata-rata sangat tertinggi.
Berdasarkan hasil mean variabel Y atau keputusan berkunjung, dihasilkan bahwa mean tertinggi didapat dalam pernyataan “B4” yakni, “Saya sangat ingin berkunjung ke suatu destinasi wisata ini, jadi tidak lagi memikirkan biaya yang akan dikeluarkan” dengan hasil nilai mean 3,49. Sementara mean terendah diperoleh dalam pernyataan “W3” yakni, “Ditengah kesibukan aktivitas sehari-hari, saya bisa menyempatkan diri untuk berwisata” dengan hasil nilai mean 2,89. Apabila dilihat dari indikatornya, variabel Y dengan indikator cost memiliki rata-rata tertinggi.
Uji asumsi klasik merupakan persyaratan atau kualifikasi statistik yang wajib dilakukan pada analisis regresi linear berganda. Pada penelitian saat ini uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji heterokedastisitas, dan uji multikolinearitas.
Gambar
5. Uji Normalitas P-Plot
Pada Gambar 5 diatas, hasil uji memaparkan bahwa sebaran data (titik biru) berada di sekitar garis lurus yang terbentuk dari kiri bawah menuju kanan atas. Oleh karena itu, kualifikasi pada penelitian ini terpenuhi yakni distribusi normalitas. Uji KS adalah salah satu bagian dari asumsi klasik yang bertujuan untuk mengetahui apakah nilai sisa (residual) berdistribusi normal atau tidak. Dasar pengambilan keputusan adalah berdasarkan:
a) Jika nilai probabilitas >0,05 maka, dinyatakan normal.
b) Jika nilai probabilitas <0,05 maka, dinyatakan tidak normal.
Gambar 6. One Sample Kolmogorov Smirnov
Berdasarkan Gambar 6 diatas, dapat dilihat bahwa nilai sisa asymp Sig.(2-tailed) adalah 0,098 atau lebih besar dari 0,05 maka, dapat diketahui bahwa data dalam penelitian ini memiliki distribusi normal.
Gambar 7. Hasil Uji Heterokedastisitas (Glejser)
Pada Gambar 7 diatas, dapat dijelaskan bahwa:
1) Signifikansi Faktor Ekstrinsik 0,227 > 0,05 sehingga, bisa diartikan tidak terjadi gejala heterokedastisitas. Sebagaimana, ketentuannya apabila nilai signifikansi > 0,05 maka, dapat diartikan tidak ada gejela terjadinya heterokedastisitas.
2) Siginifikansi Faktor Intrinsik Motivasi 0,215 > 0,05 sehingga, bisa diartikan tidak terjadi gejala heterokedastisitas. Sebagaimana, ketentuannya apabila nilai signifikansi > 0,05 maka, dapat diartikan tidak ada gejala terjadinya heterokedastisitas.
Gambar 8. Hasil Uji Heterokedastisitas (Scatterplot)
Pada Gambar 8 diatas, dapat dilihat bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas karena:
1) Titik data memencar di atas dan bawah angka 0.
2) Titik tidak membentuk suatu pola yang jelas.
3) Titik data tidak terfokus hanya pada satu angka saja.
Gambar 9. Hasil Uji Multikolinearitas
Bersumber pada Gambar 9 diatas, dapat dijelaskan bahwa:
1) Faktor Ekstrinsik memperoleh tolerance 0,775 > 0,10 yang berarti tidak terjadinya multikolinearitas sedangkan, VIF sebesar 1,291 < 10,00 maka, dapat diartikan tidak terjadinya multikolinearitas.
2) Faktor Intrinsik memiliki tolerance 0,775 > 0,10 yang berarti tidak terjadinya multikolinearitas sedangkan, VIF sebesar 1,291 < 10,00 maka, dapat diartikan tidak terjadinya multikolinearitas.
Gambar 10. Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Berdasarkan pada Gambar 10 diatas, persamaan regresi berganda dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y = (-8,680) + 0,386X1 + 0,340X2
Y = Keputusan Berkunjung
X1 = Faktor Ekstrinsik Motivasi
X2 = Faktor Intrinsik Motivasi
Persamaan regresi berganda dijelaskan sebagai berikut:
1) Apabila X1 dan X2 bernilai nol (0) dan nilai konstanta negatif 8,680 berarti tidak ada peningkatan faktor ekstrinsik dan intrinsik maka, tidak ada juga peningkatan keputusan berkunjung.
2) Nilai koefisien regresi untuk faktor ekstrinsik motivasi 0,386 yang berarti jika terjadi penambahan pada faktor ekstrinsik motivasi dengan variabel X lain secara konstan maka keputusan berkunjung wisatawan juga akan naik sebesar 0,386.
3) Nilai koefisien regresi untuk faktor intrinsik motivasi adalah sebesar 0,340 yang berarti jika terjadi penambahan pada faktor intrinsik motivasi dengan variabel X lain secara konstan maka keputusan berkunjung wisatawan akan naik sebesar 0,340.
Uji T dilangsungkan untuk melihat seberapa dekat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Uji T dilakukan dengan cara membandingkan probabilitas signifikansi dengan nilai α yang digunakan. Dalam penelitian ini, nilai α yang digunakan adalah 10% dimana, Ttabel untuk 100 responden dengan nilai signifikansi 10% sebesar 1,661.
Gambar 11. Hasil Uji T
Bersumber pada penyajian hasil olah data pada Gambar 11 di atas, dapat diketahui hasil uji T:
1) Variabel Faktor Ekstrinsik Motivasi didapatkan nilai Thitung sebesar 4,892 > 1,661 maka disimpulkan bahwa H1 diterima H01 ditolak, yang berarti faktor ekstrinsik motivasi secara parsial berpengaruh terhadap keputusan berkunjung ke destinasi ekowisata Pulau Pari Kepulauan Seribu.
2) Variabel Faktor Intrinsik Motivasi didapatkan nilai Thitung sebesar 5,204 > 1,661 maka disimpulkan bahwa H2 diterima dan H02 ditolak, yang berarti faktor intrinsik motivasi secara parsial berpengaruh terhadap keputusan berkunjung ke destinasi ekowisata Pulau Pari Kepulauan Seribu.
Uji F dilangsungkan untuk melihat apakah terdapat pengaruh variabel bebas (faktor ekstrinsik dan intrinsik motivasi) terhadap variabel terikat (keputusan berkunjung) secara bersamaan atau simultan. Nilai probabilitas signifikansi yang dipilih (nilai α) dibandingkan untuk melakukan uji F. Secara umum, nilai α yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10% dimana Ftabel untuk 100 responden dengan nilai signifikansi 10% adalah 3,94.
Gambar 12. Hasil Uji F
Berdasarkan hasil olah data seperti pada Gambar 12 diatas, hasil pengujian hipotesis secara bersamaan atau simultan didapatkan nilai Fhitung sebesar 48,509 dengan taraf signifikansi sebesar <0,001. Maka dapat disimpulkan bahwa Fhitung > Ftabel yakni, 48,509 > 3,94 sehingga, H3 diterima dan H03 ditolak. Hasil hipotesis menyatakan bahwa faktor ekstrinsik motivasi dan faktor intrinsik motivasi berpengaruh secara simultan terhadap keputusan berkunjung ke destinasi ekowisata Pulau Pari Kepulauan Seribu.
Koefisien determinasi dipakai sebagai alat ukur seberapa jauh kemampuan bentuk penelitian dalam mendeskripsikan variasi yang ada pada variabel dependen (Y). Nilai koefisien determinasi berkisar antara nol dan satu. Nilai koefisien yang besar memberikan arti bahwa kapabilitas variabel-variabel independen (X) dalam menjelaskan variasi variabel dependen (Y) tidak terbatas. Nilai yang mendekati satu memiliki arti bahwa variabel-variabel independen (X) mendeskripsikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memperkirakan variasi variabel dependen (Y).
Gambar 13. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Berdasarkan hasil olah data seperti pada Gambar 13 diatas, diketahui bahwa R adalah sebesar 0,707 atau dalam persentase hubungan antara variabel faktor motivasi (X) terhadap keputusan berkunjung (Y) sebesar 70,7% dan hasil koefisien determinasi atau R2 adalah sebesar 0,500 atau dalam persentase adalah sebesar 50%. Dari hasil data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 50% dari variabel keputusan berkunjung yang dipengaruhi oleh variabel faktor motivasi sedangkan, 50% lagi dipengaruhi oleh beberapa faktor atau variabel independen lain selain variabel yang diteliti dalam penelitian ini.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis pengaruh faktor motivasi terhadap keputusan berkunjung wisatawan ke destinasi ekowisata Pulau Pari Kepulauan Seribu maka dapat disimpulkan bahwa sub variabel faktor intrinsik motivasi merupakan sub variabel yang paling berpengaruh signifikan terhadap variabel keputusan berkunjung, dilihat dari hasil olah data dengan nilai Thitung sebesar 5,204. Sub variabel faktor ekstrinsik motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap variabel keputusan berkunjung dengan nilai Thitung sebesar 4,892. Selain itu, variabel faktor motivasi juga secara bersamaan/simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan berkunjung, dilihat dari hasil olah data dengan nilai Fhitung sebesar 48,509 berarti H3 diterima karena adanya pengaruh faktor ekstrinsik dan intrinsik motivasi secara simultan terhadap keputusan berkunjung destinasi ekowisata Pulau Pari Kepulauan Seribu. Selanjutnya, ditemukan keterkaitan faktor motivasi terhadap keputusan berkunjung destinasi ekowisata Pulau Pari Kepulauan Seribu bahwa dalam dimensi variabel faktor motivasi yang sebesar 0,500 atau 50% berpengaruh terhadap variabel keputusan berkunjung sedangkan, terdapat sisa sebesar 50% lagi yang merupakan beberapa faktor atau variabel independen lain diluar variabel yang diteliti.
BIBLIOGRAFI
Alie, M., Adhitya Pratama, C., & Andhika, M.
R. (2023). Strategi Community Based Tourism Melalui Pengembangan Wisata Alam
dan Budaya Pulau Pari. Jurnal Nuansa Akademik: Jurnal Pembangunan Masyarakat,
8(1), 63–74.
Ardiansyah, I., & Iskandar, H. (2023).
Pengaruh Motivasi Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Di Taman Wisata Alam
Mangrove Angke Kapuk Jakarta. Edu Turisma: An International Journal of
Tourism and Education, 7(2), 1-12.
Arida, I. N. S. (2021). Ekowisata :
pengembangan, partisipasi lokal, dan tantangan ekowisata.
Bangun, M. V. (2021). Memahami Dan Mengelola
Dampak Pariwisata. Jurnal Kepariwisataan, 20(1), 75–85. https://doi.org/10.52352/jpar.v20i1.439
Benjamin, B., & Bela, P. A. (2020). Penataan
Kawasan Wisata Pulau Pari Dengan Konsep Ecotourism. Jurnal Stupa, 2(1),
1137. https://doi.org/10.24912/stupa.v2i1.7277
Meiliana, S., & Dewantara, Y. F. (2020).
Pengaruh Motivasi Dan Layanan Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara
Ke Museum Sumpah Pemuda. Journal FAME: Journal Food and Beverage, Product
and Services, Accomodation Industry, Entertainment Services, 3(2). https://doi.org/10.30813/fame.v3i2.2486
Neksidin, F. A., & Krisanti, M. (2021). Keberlanjutan
Pengelolaan Wisata Bahari di Pulau Pari, Kabupaten Kepulauan Seribu. Jurnal
Ilmu Pertanian Indonesia, 26(2), 284–291. https://doi.org/10.18343/jipi.26.2.284
Risman, A., Wibhawa, B., & Fedryansyah, M.
(2016). Kontribusi pariwisata terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat
Indonesia. Prosiding KS, 3(1).
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Suhartapa, S., & Sulistyo, A. (2021).
Pengaruh Persepsi dan Motivasi Wisatawan Terhadap Minat Kunjung Ulang di Pantai
Baru Yogyakarta. Khasanah Ilmu - Jurnal Pariwisata Dan Budaya, 12(2),
115–122.
Suryadana, M. L., & Octavia, V. (2015). Pengantar
pemasaran pariwisata. Alfabeta
Tan, V., & Ardiansyah, I. (2023). Pengaruh Motivasi
Wisatawan Terhadap Keputusan Berkunjung di Kawasan Monumen Nasional (MONAS). Jurnal
Pariwisata Dan Budaya, 20(1).
Wibowo, S., Rusmana, O., & Zuhelfa, Z.
(2017). Pengembangan ekonomi melalui sektor pariwisata tourism. Jurnal
Kepariwisataan: Destinasi, Hospitalitas Dan Perjalanan, 1(2),
93-99.
Widiati, E., & Utami, A. R. (2023). Faktor
Motivasi Kunjungan Wisatawan Labuan Bajo Pada Masa Pandemi Covid-19. Altasia:
Jurnal Pariwisata Indonesia, 5(1), 10. https://doi.org/10.37253/altasia.v5i1.6819
Wiryokusumo, M. Y. P., Wiranatha, A. S., &
Suryawardani, I. G. A. O. (2021). Pengaruh Electronic Word of Mouth (EWOM)
Terhadap Brand Image, Trust dan Keputusan Berkunjung ke Kampung Tridi Malang. Jurnal
Master Pariwisata (JUMPA), 8, 332. https://doi.org/10.24843/jumpa.2021.v08.i01.p17
Copyright holder: Jonathan Harlim, Roozana Maria Ritonga (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |