Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 10, Oktober 2024
EFISIENSI INOVASI, FINANCIAL PERFORMANCE, DAN
KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Aridho Choirul Umam
Universitas
Airlangga, Surabaya, Indonesia
Email:
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan
antara efisiensi inovasi dan kinerja keuangan, dengan ketidakpastian lingkungan
sebagai variabel moderasi. Metode yang digunakan adalah penelitian
kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Berdasarkan
analisis data dari berbagai perusahaan, penelitian ini menemukan bahwa
efisiensi inovasi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan,
menunjukkan bahwa semakin efisien inovasi yang dilakukan, semakin tinggi
kinerja keuangan perusahaan. Selain itu, ketidakpastian lingkungan terbukti
memperkuat pengaruh positif ini, mengindikasikan bahwa dalam kondisi bisnis
yang tidak pasti, kemampuan untuk mengelola inovasi dengan efisien menjadi
semakin krusial bagi pencapaian kinerja keuangan yang optimal. Hasil penelitian
ini mendukung kedua hipotesis yang diajukan dan memberikan wawasan penting bagi
strategi manajemen inovasi dalam menghadapi dinamika lingkungan bisnis.
Kata Kunci:
Inovasi, Financial Performance, Ketidakpastian Lingkungan
Abstract
This
study aims to explore the relationship between innovation efficiency and
financial performance, with environmental uncertainty as a moderating variable.
The method used is quantitative research using multiple linear regression analysis.
Based on data analysis from various companies, this study found that innovation
efficiency has a significant positive effect on financial performance,
indicating that the more efficient the innovation, the higher the company's
financial performance. In addition, environmental uncertainty is shown to
strengthen this positive effect, indicating that in uncertain business
conditions, the ability to manage innovation efficiently becomes increasingly
crucial for achieving optimal financial performance. The results of this study
support both proposed hypotheses and provide important insights for innovation
management strategies in the face of dynamic business environments.
Keywords: Innovation,
Financial Performance, Environmental Uncertainty
Pendahuluan
Pesatnya
kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam beberapa dekade
terakhir telah mendorong perusahaan untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan
tersebut guna mempertahankan keunggulan kompetitif (Chen et al., 2010; Yin &
Sheng, 2019). Perkembangan
ini telah membawa dunia industri masuk ke dalam suatu era baru di mana
informasi memiliki peran yang sangat penting dalam aktivitas operasional
perusahaan. Kondisi lingkungan eksternal yang semakin dinamis menyebabkan
informasi berubah dengan cepat, ketersediaan informasi yang akurat menjadi
minim, dan menimbulkan ketidakpastian informasi, yang pada gilirannya
mengurangi kemampuan perusahaan untuk memprediksi lingkungan bisnisnya dengan
tepat (Wang et al., 2020). Para manajer perusahaan harus termotivasi untuk
mengakses informasi yang lebih luas agar mampu mengidentifikasi informasi yang
akurat guna meminimalkan dampak dari perubahan lingkungan (Hutahaean, 2021).
Inovasi mendorong pengelolaan untuk
menemukan dan menciptakan gagasan-gagasan baru, mengambil risiko dengan berani,
serta mengembangkan pendekatan bisnis baru (Tsai & Yang, 2014). Proses
inovasi melibatkan penciptaan produk atau layanan dengan kualitas tinggi dengan
biaya yang rendah, menghasilkan produk yang berbeda dari yang ditawarkan oleh
pesaing, dan melakukan perbaikan pada produk dengan menambahkan atribut baru (Fatihudin
& Firmansyah, 2019; Atalay et al., 2013; Ruiz-Moreno et al., 2014). Selain
itu, inovasi dapat membuka peluang pasar baru dan menciptakan bentuk-bentuk
industri yang baru (Lestari, 2019). Dengan inovasi, perusahaan dapat menangkap
peluang baru dan meningkatkan daya saing mereka (Kafetzopoulos & Gotzamani,
2014). Perusahaan yang gagal berinovasi dalam aktivitas operasionalnya akan
mengalami penurunan minat terhadap produk mereka, siklus produksi yang
memburuk, serta kehilangan posisi mereka di pasar (Evangelista & Vezzani,
2010; Kafetzopoulos et al., 2015; Psomas & Pantouvakis, 2015). Oleh karena
itu, inovasi merupakan strategi yang dapat diterapkan oleh manajemen untuk
mempertahankan dan menciptakan keunggulan kompetitif baru bagi perusahaan (Kurniati
et al., 2022).
Namun, menurut Camisón dan
Villar-López (2014), penelitian tentang korelasi antara inovasi dan kinerja
perusahaan masih belum menghasilkan kesimpulan yang pasti. Mereka mengamati
bahwa masih banyak penelitian yang menunjukkan bahwa inovasi tidak memiliki
pengaruh langsung terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Salah satu masalah
yang dihadapi adalah kekurangan model yang tepat untuk melacak dampak berbagai
jenis inovasi terhadap kinerja perusahaan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu,
mereka menyatakan perlunya penelitian yang lebih menyeluruh untuk memvalidasi
hasil penelitian sebelumnya dan mengembangkan kerangka kerja penelitian yang
komprehensif yang mencakup kedua aspek tersebut secara bersamaan (Haned et al.,
2014). Beberapa peneliti, seperti Gunday et al. (2011) dan Tavassoli dan
Karlsson (2015), mengkonfirmasi bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
inovasi dan kinerja perusahaan. Gunday et al. (2011) menekankan perlunya
pengembangan pasar untuk memperluas adopsi produk baru oleh konsumen, sementara
Tavassoli dan Karlsson (2015) menyoroti bahwa teknologi baru yang mendukung
proses inovasi memerlukan investasi besar yang dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan secara keseluruhan.
Ketidakpastian lingkungan berperan
penting dalam memoderasi hubungan antara inovasi dan kinerja keuangan dalam
konteks bisnis. Dalam lingkungan bisnis yang tidak pasti, di mana faktor-faktor
eksternal seperti perubahan regulasi, fluktuasi pasar, dan perkembangan
teknologi dapat terjadi dengan cepat, kemampuan sebuah perusahaan untuk
mengelola inovasi dengan efisiensi menjadi krusial (Bani, 2014).
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis ke dalam hubungan kompleks antara efisiensi inovasi, kinerja
keuangan, dan peran ketidakpastian lingkungan sebagai variabel moderasi dalam
konteks bisnis. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana
efisiensi dalam menerapkan inovasi memengaruhi kinerja keuangan suatu
perusahaan, serta bagaimana ketidakpastian lingkungan memoderasi hubungan ini.
Dengan mengeksplorasi aspek ini, penelitian ini berusaha untuk memberikan
wawasan yang lebih baik tentang bagaimana perusahaan dapat mengelola inovasi
secara efisien di lingkungan bisnis yang tidak pasti untuk mencapai kinerja
keuangan yang optimal. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi signifikan bagi pemahaman teoritis dan praktis tentang
pentingnya inovasi dalam meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dalam
menghadapi ketidakpastian lingkungan.
Metode Penelitian
Penelitian ini mengadopsimetode
kuantitatif dengan pendekatan konfirmatori. Pendekatan ini bertujuan untuk
mengonfirmasi teori terkait objek penelitian tertentu, baik untuk tujuan
eksplanasi maupun prediksi. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari data rasio dan data interval. Data rasio meliputi variabel nilai
perusahaan, efisiensi inovasi, dan ketidakpastian lingkungan. Sementara itu,
data interval digunakan untuk variabel ukuran dan umur perusahaan. Data
diperoleh dari laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan yang sesuai
dengan kriteria sampel penelitian ini, yang diambil dari situs web Bursa Efek
Indonesia (www.idx.co.id) pada periode 2013-2021.Kriteria tersebut adalah
sebagai berikut: (1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar
dan dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2017-2021. (2) Perusahaan manufaktur yang
menyediakan data yang dibutuhkan dalam penelitian, seperti: total penjualan,
beban riset dan pengembangan, beban perbaikan mesin, dan pembelian mesin serta
teknologi baru.
Analisis
Data
Uji Asumsi Klasik
1) Uji
Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk
menentukan apakah variabel dependen dan independen dalam model regresi memiliki
distribusi normal (Ghozali, 2012). Jika asumsi ini tidak terpenuhi, maka uji
statistik menjadi tidak valid. Dasar pengambilan keputusan dari grafik P-Plot
adalah jika titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis tersebut, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Uji
Multikolinieritas
Multikolinieritas diperlukan untuk
mengevaluasi apakah ada korelasi yang kuat antara variabel independen dalam
model regresi. Uji ini mengidentifikasi adanya korelasi linear yang signifikan
di antara variabel. Multikolinieritas dianggap tidak terjadi jika nilai
tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10.
3) Uji
Heterokedastisitas
Pengujian ini dilakukan untuk
mengevaluasi apakah ada hubungan antara variabel gangguan dan variabel
independen. Heteroskedastisitas dapat dideteksi melalui grafik plot (scatter
plot). Jika titik-titik tersebar acak dan tidak membentuk pola yang jelas, maka
model regresi tidak memenuhi asumsi heteroskedastisitas.
4) Uji
Autokorelasi
Pengujian ini bertujuan untuk
mengevaluasi apakah ada korelasi antara kesalahan pada periode t dengan
kesalahan pada periode sebelumnya (t-1). Uji Durbin Watson digunakan untuk
mendeteksi keberadaan autokorelasi. Pengujian dianggap bebas dari autokorelasi
jika nilai uji berada di antara 2 dan 4 minus nilai uji.
Analisis
Model Dan Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan 3 model. Fungsi dari menggunakan 3 model dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1.
Model 1
Hasil uji regresi linier berganda yang bertujuan
menguji hipotesis pertama, pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
2.
Model 2
Model yang digunakan untuk memastikan peran variabel
moderasi apakah pure moderasi, quasy moderasi, homologizer dan bukan sebagai
moderasi.
3.
Model 3
Model yang bertujuan menguji hipotesis kedua, yaitu
variabel KL memoderasi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Hasil
dan Pembahasan
Uji
Asumsi Klasik
1) Uji
Normalitas
Model 1 Model 2
Model
3
Gambar
1. Grafik Normalitas P-P Plot Regresi Model 1, 2, dan 3
Sumber : Hasil Olahan Data SPSS
Dari
Gambar 1, terlihat bahwa penyebaran data berada dekat dengan garis diagonal dan
mengikuti arah garis tersebut. Dari hal ini, dapat disimpulkan bahwa grafik P-P
plot menunjukkan bahwa model regresi pada model 1, 2, dan 3 memiliki distribusi
yang normal.
Uji Multikolinieritas
Tabel 1. Hasil Uji Multikolinieritas Regresi Model 1, 2
dan 3
Variabel |
Model
1 |
Model
2 |
Model
3 |
|||
Tolerance |
VIF |
Tolerance |
VIF |
Tolerance |
VIF |
|
EI |
0.995 |
1.005 |
0.994 |
1.006 |
0.383 |
2.613 |
SIZE |
0.972 |
1.028 |
0.949 |
1.054 |
0.946 |
1.057 |
AGE |
0.971 |
1.030 |
0.945 |
1.058 |
0.945 |
1.058 |
KL |
|
|
0.942 |
1.062 |
0.738 |
1.354 |
EIxKL |
|
|
|
|
0.343 |
2.914 |
Sumber : Hasil Olahan Data SPSS
Tabel
1 menunjukkan hasil pengujian multikolinieritas untuk model regresi 1, 2, dan
3. Semua variabel independen dan kontrol memiliki nilai toleransi > 0,1 dan
VIF < 10. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah
multikolinieritas yang terjadi pada semua model regresi linier berganda yang
diuji dalam penelitian ini.
Uji
Heterokedastisitas
Model
1 Model
2
Model
3
Gambar 2. Hasil Heterokedastisitas Model 1, 2 dan 3
Sumber : Hasil Olahan Data SPSS
Berdasarkan diagram scatterplot pada Gambar 2,
titik-titik tersebar secara acak dan tidak membentuk pola yang jelas. Hasil
pengujian ini menegaskan bahwa model regresi tidak mengalami
heteroskedastisitas. Selain menggunakan scatterplot,
penelitian ini juga memverifikasi uji heteroskedastisitas dengan uji Spearman. Berikut adalah hasil uji heteroskedastisitas dengan
uji Spearman:
Tabel 2. Hasil Uji Heteroskedastisitas Regresi Model 1, 2
dan 3
Variabel |
Model
1 |
Model
2 |
Model
3 |
|||
t Spearman |
p
value |
t Spearman |
p
value |
t Spearman |
p
value |
|
EI |
-0.034 |
0.386 |
-0.036 |
0.351 |
-0.050 |
0.197 |
KL |
|
|
0.021 |
0.584 |
0.022 |
0.576 |
EIxKL |
|
|
|
|
-0.053 |
0.177 |
SIZE |
-0.058 |
0.137 |
-0.063 |
0.103 |
-0.058 |
0.138 |
AGE |
0.007 |
0.857 |
0.007 |
0.854 |
0.006 |
0.876 |
Sumber : Hasil Olahan Data SPSS
Hasil
uji heteroskedastisitas menunjukkan nilai p value baik pada variabel baik pada model 1, 2 dan 3 memiliki nilai
lebih dari 0,05 yang berarti tidak terjadi gejala heteroskedastisitas atau
memenuhi asumsi homoskedastisitas.
Uji
Autokorelasi
Tabel
3. Hasil Durbin - Watson Regresi Model 1, 2 dan 3
Regresi
Model |
Durbin
– Watson |
Jumlah
variabel (k) pada α = 5 % |
Nilai
du |
Nilai
4 - du |
1 |
2.048 |
3 |
1.7990 |
2.2010 |
2 |
2.045 |
4 |
1.8094 |
2.1016 |
3 |
2.034 |
5 |
1.8199 |
2.1801 |
Sumber : Hasil Olahan Data
Output SPSS
Dari tabel diatas, persamaan model 1, 2 dan 3 memiliki
nilai durbin – watson yang berada pada rentang nilai du sampai dengan 4 – du.
Dengan hasil ini maka semua model tidak terjadi gejala asutokorelasi.
Analisis
Model Dan Pengujian Hipotesis
Tabel 4. Hasil Uji Regresi Linier Model 1, 2 dan 3
Variabel
Independen |
Model
1 |
Model
2 |
Model
3 |
|||
Koefisien |
Sig |
Koefisien |
Sig |
Koefisien |
Sig |
|
Konstanta |
-0.258 |
0.000 |
-0.229 |
0.000 |
-0.223 |
0.000 |
EI |
1.333*** |
0.000 |
1.350*** |
0.000 |
0.884*** |
0.002 |
KL |
|
|
-0.041*** |
0.001 |
-0.054*** |
0.000 |
EIxKL |
|
|
|
|
2.641** |
0.034 |
SIZE |
0.009*** |
0.000 |
0.009*** |
0.000 |
0.009*** |
0.000 |
AGE |
0.000022 |
0.836 |
-0.000039 |
0.717 |
-0.000042 |
0.688 |
R
square |
0.166 |
0.176 |
0.187 |
|||
F
statistic |
43.865 |
36.514 |
30.266 |
|||
F
Sig |
0.000 |
0.000 |
0.000 |
Sumber : Hasil Olahan Data SPSS
Persamaan Regresi Model 1
ROA = -0,258 + 1,333 EI + 0,009 Size + 0,000022 Age
Hasil pengujian pada model 1 menunjukkan variable bebas
efisiensi inovasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pada level 1
%. Arah hubungan efisiensi inovasi adalah positif yang berarti semakin efisien
inovasi yang dilakukan perusahaan maka akan semakin tinggi kinerja keuangan. Hasil ini memastikan bahwa hipotesis pertama
penelitian diterima kebenarannya yaitu “efisiensi
inovasi berpengaruh positif terhadapfinancial performance.” Sedangkan variable kontrol yaitu size mempengaruhi
secara positif dan signifikan pada kinerja keuangan. Hal ini mengindikasikan
bahwa besarnya ukuran perusaan akan meningkatkan kinerja keuangan.Kemudian
variabel age tidak ada pengaruh signifikan pada kinerja keuangan.
Hasil perhitungan koefisien determinasi diperoleh
hasil pada model 1 pengaruh variable EI dan variable kontrol terhadap kinerja
keuangan sebesar 16,6 %. Artinya besarnya kontribusi EI dan variable kontrol
pada perubahan kinerja keuangan 16,6 % dan sisanya 83,4 % dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak diteliti. Hasil pengujian F diperoleh
nilai 43,865 dengan tangkat signifikan 0,000 yang berarti signifikan pada level
1 % yang berarti model telah fit (sesuai antara data dengan model).
Persamaan Regresi Model 2
ROA = -0,229 + 1,350 EI – 0,041 KL + 0,009 Size +
0,000039 Age
Hasil pengujian pada model 2 menunjukkan variable bebas
efisiensi inovasi tetap berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pada
level 1 %. Arah hubungan efisiensi inovasi pada model 2 adalah positif yang
berarti semakin efisien inovasi yang dilakukan perusahaan akan mendorong
kinerja keuangan. Selain efisiensi inovasi, ketidakpastian lingkungan sebagai pemoderasi
juga mempengaruhi secara signifikan pada kinerja keuangan. Arah hubungan
ketidakpastian lingkungan adalah negatif. Sehingga, tingkat ketidakpastian
lingkungan yang tinggi akan menyebabkan rendahnya kinerja keuangan. Sedangkan
variable kontrol yaitu size mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap
kinerja keuangan dengan koefisien regresi 0,009 dan signifikansi 0,000 (p <
0,1). Hal ini menandakan bahwa besarnya ukuran perusahaan akan mendorong
kinerja keuangan. Sedangkan variabel age tidak memiliki pengaruh yang
signifikan pada kinerja keuangan, dengan koefisien regresi -0,000039 dengan
signifikansi 0,717 ( p > 0,1).
Hasil perhitungan koefisien determinasi diperoleh hasil
pada model 2 pengaruh variable EI dan variable kontrol terhadap kinerja
keuangan sebesar 17,6 %. Artinya besarnya kontribusi EI, KL dan variable
kontrol pada perubahan kinerja keuangan 17,6 % dan sisanya 82,4 % dipengaruhi
oleh faktor lain yang tidak diteliti. Dapat dilihat ada peningkatan nilai
koefisien determinasi dari 16,6 menjadi 17,6. Ini disebabkan adanya penambahan
variabel moderasi KL. Hasil pengujian F diperoleh nilai
36,514 dengan tangkat signifikan 0,000 yang berarti signifikan pada level 1 %
yang berarti model telah fit (sesuai antara data dengan model).
Persamaan Regresi Model 3
ROA = -0,223 + 0,884 EI – 0,054 KL + 2,641 EI*KL + 0,009
Size + 0,000039 Age
Hasil pengujian pada model 3 menunjukkan variable bebas
efisiensi inovasi tetap berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pada
level 1 %. Arah hubungan efisiensi inovasi pada model 3 adalah positif yang
berarti semakin efisien inovasi yang dilakukan perusahaan maka akan semakin
tinggi kinerja keuangan. Selain efisiensi inovasi, ketidakpastian lingkungan
sebagai variabel moderasi juga masih berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan. Arah hubungan ketidakpastian lingkungan adalah negatif. Artinya
semakin tinggi ketidakpastian lingkungan maka semakin rendah kinerja keuangan.
Kemudian pengujian hipotesis kedua dapat dilihat dari nilai koefisien regresi
interaksi efisiensi inovasi dan ketidakpastian lingkungan sebesar 2,641 dengan
tingkat signifikansi 0,034 (p < 0,1). Koefisien regresi yang bertanda
positif berarti ketidakpastian lingkungan memperkuat pengaruh positif efisiensi
inovasi terhadap kinerja keuangan. Dengan hasil ini hipotesis kedua yang
menyatakan “Ketidakpastian lingkungan
memperkuat pengaruh positif efisiensi inovasi terhadap financial performance” diterima
kebenarannya.
Sedangkan variable kontrol yaitu size berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja keuangan dengan koefisien regresi 0,009 dengan
signifikansi 0,000 (p < 0,1). Ini berarti semakin besar perusahaan maka
semakin besar pula kinerja keuangan. Kemudian variabel age tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja keuangan, dengan koefisien regresi -0,000042 dengan
signifikansi 0,688 (p > 0,1). Hasil perhitungan koefisien determinasi
diperoleh hasil pada model 3 pengaruh variable EI, moderasi KL dan interaksi
EI*KL dan variable kontrol terhadap kinerja keuangan sebesar 18,7 %. Artinya
besarnya kontribusi EI, moderasi KL dan interaksi EI*KL dan variable kontrol
pada perubahan kinerja keuangan 18,7 % dan sisanya 81,3 % dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak diteliti. Dapat
dilihat ada peningkatan nilai koefisien determinasi dari model 1 yang sebesar
16,6 menjadi 17,6 pada model 2 dan 18,7 pada model 3. Ini disebabkan adanya
penambahan variabel moderasi KL dan interaksi EI * KL. Hasil pengujian F
diperoleh nilai 30,266 dengan tangkat signifikan 0,000 yang berarti signifikan
pada level 1 % yang berarti model telah fit (sesuai antara data dengan model). Langkah berikutnya adalah
penentuan jenis moderasi. Berikut rangkuman antara hasil dan teori.
Tabel 5. Penentuan
Jenis Moderasi pada Model Regresi Penelitian
Jenis Moderasi |
Syarat |
Hasil Perhitungan |
Kesimpulan |
Pure moderasi |
1. Variabel moderasi model 2 tidak signifikan 2. Interaksi pada model 3 signifikan |
1. Variabel moderasi model 2 signifikan 2. Interaksi pada model 3 signifikan |
Quasy moderasi |
Quasy moderasi |
1. Variabel moderasi model 2 signifikan 2. Interaksi pada model 3 signifikan |
||
Homologizer |
1. Variabel moderasi model 2 tidak signifikan 2. Interaksi pada model 3 tidak signifikan |
||
Prediktor |
1. Variabel moderasi model 2 signifikan 2. Interaksi pada model 3 tidak signifikan |
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa jenis moderasi
ketidakpastian lingkungan pada efisiensi inovasi adalah quasy moderasi. Ini
karena hasil pengujian pada model 2, KL berpengaruh negatif signifikan, dan
pada model 3 interaksi ketidakpastian lingkungan dengan efisiensi inovasi juga
signifikan.
Pembahasan
Pengaruh Efisiensi Inovasi Terhadap Financial
Performance
Hasil perhitungan regresi diperoleh hasil efisiensi
inovasi berpengaruh positif signifikan terhadap financial performance.
Dengan hasil ini hipotesis penelitian terbukti kebenarannya sehingga H1
diterima dan Ho ditolak. Hasil yang signifikan ini juga berarti terdapat pola
data bahwa apabila perusahaan manufaktur yang menjadi subyek penelitian
relative mampu membuat inovasi yang sudah dilakukan menjadi efektif maka
kinerja keuangan atau ROA juga meningkat. Secara hasil deskriptif efisiensi
inovasi memiliki kemampuan meningkatkan penjualan rata – rata 0,04421 %. Jika
dibandingkan dengan nilai tertinggi 11,21 %, maka perusahaan manufaktur masih
terus melakukan efisiensi agar terus efisien sehingga mencapai efisiensi pada
kisaran satu digit.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Cruz-Cázares et al., (2013) memberikan bukti empiris
bahwa efisiensi inovasi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Cruz-Cázares et al., (2013) menemukan bahwa melakukan efisiensi inovasi dapat
membantu meningkatkan kinerja keuangan. Penelitian
yang dilakukan Cruz-Cázares
et al., (2013) dilakukan perusahaan
manufaktur di negara Spanyol. Dengan hasil ini maka menegaskan bahwa perusahaan
manufaktur di Indonesia juga membutuhkan adanya efisiensi inovasi. Inovasi saja
tidak cukup, namun lebih ditekankan pada efisiensi inovasi. Inovasi yang
efisien dalam meningkatkan penjualan perusahaan. Karena seringkali inovasi
dilakukan namun tidak berdampak besar pada peningkatan penjualan.
Hasil
penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian lain yang serupa meskipun
tidak sama yang dilakukan oleh Ramanathan and Bentley, 2018 yang menyatakan
kemampuan inovasi (innovation capabilities) perusahaan sangat penting
dalam mencapai kinerja keuangan yang lebih baik ketika mereka menghadapi
perubahan lingkungan yang lebih fleksibel. Demikian juga penelitian lain yang
dilakukan oleh Gok and Peker (2017) yang menyatakan kinerja inovasi (innovation
performance) berhubungan positif dengan kinerja keuangan perusahaan.
Inovasi
adalah langkah manajerial untuk mengatasi masalah kontingensi yang muncul
akibat perubahan pasar yang disebabkan oleh persaingan yang semakin ketat
(Kafetzopoulos et al., 2019). Inovasi mencerminkan kemampuan perusahaan untuk
mengimplementasikan ide-ide baru dalam proses bisnisnya. Kemampuan ini
memerlukan penelitian dan pengembangan yang mempertimbangkan perspektif
konsumen serta sumber daya internal (Tavassoli dan Karlsson, 2015). Penelitian dan pengembangan ide-ide baru meningkatkan
investasi perusahaan dalam mendanai inovasi. Inovasi pada produk baru yang
sesuai dengan preferensi konsumen memungkinkan perusahaan menetapkan harga yang
lebih tinggi (Amelia dan Riofita, 2024). Hal ini terjadi karena tidak adanya
pesaing yang mampu bersaing, sehingga perusahaan dapat menjadi pemain tunggal
dalam kategori produk baru tersebut. Selain itu, inovasi membuka peluang bagi
perusahaan untuk memperluas pasar sasarannya, mempermudah peningkatan volume
penjualan dan kinerja keuangan. Diatas kertas inovasi saja dapat berdampak pada
kinerja keuangan. Namun dalam praktek di lapangan, tidak jarang inovasi tidak
linier dengan peningkatan profit atau kinerja keuangan. Oleh karena itu,
pelaksanaan inovasi perlu dilakukan secara efisien. Efisiensi dalam inovasi
memastikan bahwa investasi yang dilakukan tidak membebani sumber daya internal
perusahaan, sehingga operasional perusahaan tetap berjalan dengan baik selama
proses inovasi berlangsung.
Inovasi yang efisien memiliki dampak signifikan
terhadap penjualan dan laba perusahaan. Dengan menerapkan ide-ide baru yang
efektif dalam proses bisnis, perusahaan dapat mengembangkan produk dan layanan
yang lebih baik serta lebih sesuai dengan kebutuhan konsumen. Hal ini tidak
hanya meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk, tetapi juga memperluas
basis pelanggan dan meningkatkan loyalitas pelanggan yang ada, yang pada
gilirannya mendorong peningkatan penjualan. Selain itu, efisiensi dalam inovasi
memungkinkan perusahaan untuk mengurangi biaya produksi dan operasional melalui
penggunaan teknologi baru dan proses yang lebih efisien. Pengurangan biaya ini
meningkatkan margin keuntungan, yang langsung berkontribusi pada peningkatan
laba perusahaan. Efisiensi inovasi juga memberikan keunggulan kompetitif yang
sulit ditiru oleh pesaing, memungkinkan perusahaan untuk mempertahankan atau
bahkan meningkatkan pangsa pasar. Dengan demikian, inovasi yang efisien tidak
hanya mendukung pertumbuhan penjualan tetapi juga memperkuat profitabilitas
perusahaan secara keseluruhan atau dengan kata lain meningkatkan kinerja
keuangan.
Manajemen yang mampu mengelola efisiensi inovasi
dengan baik dapat memenuhi preferensi konsumen tanpa membebani sumber daya
perusahaan secara berlebihan. Oleh karena itu, efisiensi inovasi memberi
keuntungan bagi perusahaan dalam memperluas pasar tanpa menambah beban
operasional yang besar. Hal ini mempermudah manajemen dalam meningkatkan
kinerja keuangan. Peningkatan kinerja keuangan melalui efisiensi inovasi
menarik minat investor yang berharap memperoleh keuntungan baik dalam jangka
pendek maupun panjang. Minat investor ini menyebabkan kenaikan harga saham
perusahaan dan berdampak positif pada peningkatan nilai perusahaan.
Moderasi Ketidakpastian Lingkungan Pada Pengaruh Efisiensi
InovasiTerhadap Financial Performance
Hasil penelitian membuktikan bahwa ketidakpastian lingkungan memperkuat pengaruh positif
efisiensi inovasi terhadap kinerja keuangan. Dengan hasil ini hipotesis kedua
yang menyatakan “Ketidakpastian lingkungan memperkuat pengaruh positif efisiensi inovasi terhadap
financial performance” diterima
kebenarannya.
Berdasarkan data deskriptif ketidakpastian lingkungan
masih 20,8773 % dibandingkan angka ekstrim tertinggi 139,10 %. Ini berarti
secara rata – rata perusahaan manufaktur Indonesia di tahun penelitian 2017
sampai 2021 relatif stabil. Gejolak yang cukup tinggi terjadi di tahun 2020
sampai 2021 karena pandemi covid 19. Namun secara keseluruhan selama periode
2017 hingga 2021, perusahaan manufaktur dihadapkan pada berbagai ketidakpastian
lingkungan yang memengaruhi operasi. Salah satu ketidakpastian utama adalah
perubahan dalam kebijakan perdagangan global, termasuk ketegangan perdagangan
antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang memicu tarif yang tinggi dan
ketidakpastian pasar. Hal ini menyebabkan fluktuasi dalam biaya bahan baku dan
gangguan rantai pasok yang dapat mengganggu produksi dan distribusi. Selain
itu, ketidakpastian politik juga menjadi faktor penting, terutama di beberapa
wilayah yang mengalami konflik atau perubahan rezim, yaitu terjadi pemilihan
presiden pada tahun 2019, yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi dan
operasional perusahaan. Selain itu, ketidakpastian terkait regulasi lingkungan
dan keamanan sebagai antisipasi pandemi Covid 19, dengan peningkatan kesadaran
akan isu-isu seperti perubahan iklim dan keberlanjutan. Perusahaan manufaktur
harus beradaptasi dengan cepat dengan perubahan-perubahan ini, mengambil
langkah-langkah untuk meningkatkan fleksibilitas operasional mereka,
diversifikasi pasokan, dan meningkatkan keterlibatan dalam inovasi teknologi
untuk tetap kompetitif dalam lingkungan yang berubah dengan cepat.
Adanya peran moderasi
ketidakpastian lingkungan pada pengaruh efisiensi
inovasi terhadap financial performance ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hult et al. (2004) menyatakan bahwa tingkat ketidakpastian pasar yang
tinggi membuat perusahaan mengadopsi inovasi yang lebih besar, sehingga inovasi
yang dilakukan mampu untuk meningkatkan kinerja keuangan. Selain itu hasil
penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Atuahene-Gima
et al. (2006) bahwa perubahan-perubahan yang tidak pernah berakhir dalam
lingkungan bisnis mendorong perusahaan untuk semakin mengembangkan strategi
inovatif untuk memenuhi permintaan pelanggan (Atuahene-Gima et al., 2006) dan
untuk menangkap ceruk pasar produk baru (Lumpkin & Dess, 2001) sehingga
mampu untuk meningkatkan kinerja keuangan.
Adanya peran ketidakpastian lingkungan sebagai moderasi
pada hubungan efisiensi inovasi pada kinerja keuangan merupakan hasil
perhitungan empiris yang menegaskan adanya teori kontigensi. Teori kontingensi
menyatakan bahwa setiap perusahaan akan menghadapi perubahan situasi pasar,
sehingga manajemen perlu merespons dengan cepat untuk menciptakan kontingensi
internal dan eksternal yang penting dalam menghadapi perubahan tersebut
(Kafetzopoulos et al., 2019). Perubahan dalam lingkungan eksternal menimbulkan
ketidakpastian bagi perusahaan, sehingga diperlukan langkah-langkah kontingensi
yang efektif untuk mempertahankan keberlangsungan perusahaan. Ketidakpastian
lingkungan ini mendorong manajemen untuk lebih agresif dalam berinovasi guna
merespons perubahan pasar selama masa ketidakpastian. Perusahaan perlu memahami
perubahan tren pasar dan mengembangkan produk baru dalam lingkungan bisnis yang
cepat berubah (Wang et al., 2020). Namun, pelaksanaan inovasi dalam situasi
ketidakpastian harus dilakukan dengan efisiensi yang baik. Manajemen harus
memastikan bahwa inovasi yang dihasilkan memiliki daya tahan, sehingga
investasi dalam inovasi menjadi efektif. Akibatnya, ketidakpastian lingkungan
memotivasi manajemen untuk melakukan inovasi dengan lebih efisien, sehingga
perusahaan dapat memenangkan persaingan dan mencapai kinerja yang superior.
Ketidakpastian lingkungan sering kali dipicu oleh
persaingan yang intens dan kemajuan teknologi yang cepat dan tidak terduga
(Atuahene-Gima et al., 2006). Perubahan teknologi yang cepat menyebabkan siklus
inovasi menjadi singkat, memaksa perusahaan untuk berinvestasi lebih banyak
pada teknologi guna menghadapi persaingan (Atuahene-Gima et al., 2006). Oleh
karena itu, efisiensi inovasi menjadi kebijakan yang dapat diterapkan oleh
manajemen untuk mengatasi kebutuhan inovasi dalam lingkungan yang berubah dengan
cepat. Ketidakpastian lingkungan mendorong manajemen perusahaan untuk lebih
efisien dalam mengalokasikan sumber daya internal sebagai investasi dalam
inovasi, sehingga inovasi yang dilakukan dapat segera meningkatkan kinerja
keuangan. Selain itu, ketidakpastian lingkungan yang disebabkan oleh persaingan
bisnis yang ketat memotivasi manajemen perusahaan untuk lebih inovatif dalam
menemukan ide-ide baru guna menciptakan produk atau proses baru yang berbeda
dari pesaing (Atuahene-Gima et al., 2006).
Inovasi mendorong manajemen perusahaan untuk
mengembangkan strategi pemasaran bagi produk baru yang dapat beradaptasi dengan
situasi pasar selama periode ketidakpastian. Oleh karena itu, kemampuan
manajemen dalam menemukan ide-ide baru yang sesuai dengan preferensi konsumen
menjadi sangat penting dalam masa-masa ketidakpastian. Proses seleksi ide yang
sesuai dengan preferensi konsumen membuat inovasi yang dilakukan menjadi lebih
efisien, karena mengurangi kemungkinan terjadinya inovasi yang tidak meningkatkan
kinerja keuangan. Kemampuan manajemen dalam mengefisienkan biaya selama proses
inovasi berdampak pada meningkatnya minat investor terhadap perusahaan, yang
pada akhirnya meningkatkan nilai perusahaan dan harga sahamnya.
Pengaruh Size Terhadap Financial Performance
Hasil penelitian baik pada model 1, 2 dan 3 menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan atau size secara konsisten berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur. Hasil penelitian
ini berlawanan dengan penelitian yang dilakukan Agustia et al.
Pengaruh Age Terhadap Financial Performance
Hasil penelitian baik pada model 1, 2 dan 3 menunjukkan
bahwa umur perusahaan atau age secara konsisten tidak berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur. Hasil penelitian ini
berlawanan dengan penelitian yang dilakukan Agustia et al.
Kesimpulan
Dalam rangkaian penelitian
ini, dua hipotesis utama telah diuji. Pertama, efisiensi inovasi terbukti
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja keuangan. Temuan ini
menegaskan bahwa semakin efisien inovasi yang diterapkan oleh perusahaan,
semakin tinggi kinerja keuangannya. Kedua, hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa ketidakpastian lingkungan memperkuat hubungan positif antara efisiensi
inovasi dan kinerja keuangan. Artinya, dalam lingkungan bisnis yang tidak
pasti, efisiensi dalam mengelola inovasi menjadi lebih penting dan berdampak
lebih signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dengan diterimanya kedua
hipotesis, kesimpulan dapat ditarik bahwa manajemen inovasi yang efisien
memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai kinerja keuangan yang
optimal, terutama dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan yang mungkin ada.
Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang efisiensi inovasi dan kemampuan
mengelola ketidakpastian lingkungan menjadi kunci bagi perusahaan dalam meraih
kesuksesan finansial di pasar yang dinamis dan tidak pasti.
BIBLIOGRAFI
Agustia, D., Haryanto, S. D., Permatasari, Y.,
& Midiantari, P. N. (2022). Product innovation, firm performance and
moderating role of technology capabilities. Asian Journal of Accounting
Research, 7(3). https://doi.org/10.1108/AJAR-12-2021-0266
Amelia, D., &
Riofita, H. (2024). Berjalan bersama sukses: Strategi pemasaran produk dengan
branding, penentuan harga, dan studi kasusnya. Esensi Pendidikan
Inspiratif, 6(2).
Atalay, M.,
Anafarta, N., & Sarvan, F. (2013). The relationship between innovation and
firm performance: An empirical evidence from Turkish automotive supplier
industry. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 75, 226-235.
Atuahene-Gima, K.
(2006). Resolving the capability–rigidity paradox in new product innovation. Journal
of Marketing, 69(4), 61-83.
Bani, P. (2024).
Penggunaan metode analisis risiko dalam proses optimasi profit untuk mengelola
ketidakpastian bisnis. Syntax Idea, 6(3), 1223-1231.
Camisón, C., &
Villar-López, A. (2014). Organizational innovation as an enabler of
technological innovation capabilities and firm performance. Journal of
Business Research, 67(1), 2891-2902.
Chen, Y. L., &
Cheng, L. C. (2010). An approach to group ranking decisions in a dynamic
environment. Decision Support Systems, 48(4), 622-634.
Cruz-Cazares, C.,
Bayona-Saez, C., & Garcia-Marco, T. (2013). Make, buy or both? R&D
strategy selection. Journal of Engineering and Technology Management, 30(3),
227-245.
Evangelista, R.,
& Vezzani, A. (2010). The economic impact of technological and
organizational innovations. A firm-level analysis. Research Policy, 39(10),
1253-1263.
Fatihudin, D., &
Firmansyah, A. (2019). Pemasaran jasa: Strategi, mengukur kepuasan dan
loyalitas pelanggan. Deepublish.
Ghozali, I. (2012). Aplikasi
analisis multivariate dengan program SPSS. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Gok, O., &
Peker, S. (2017). Understanding the links among innovation performance, market
performance and financial performance. Review of Managerial Science, 11(605),
605-631. https://doi.org/10.1007/s11846-016-0918-8
Gunday, G., Ulusoy,
G., Kilic, K., & Alpkan, L. (2011). Effects of innovation types on firm
performance. International Journal of Production Economics, 133(2),
662-676.
Haned, N., Mothe,
C., & Nguyen-Thi, T. U. (2014). Firm persistence in technological
innovation: The relevance of organizational innovation. Economics of
Innovation and New Technology, 23(5-6), 490-516.
Hult, G. T. M.,
Hurley, R. F., & Knight, G. A. (2004). Innovativeness: Its antecedents and
impact on business performance. Industrial Marketing Management, 33(5),
429-438.
Hutahaean, W. S.,
& SE, M. T. (2021). Dasar manajemen. Ahlimedia Book.
Kafetzopoulos, D.
P., & Gotzamani, K. D. (2014). Critical factors, food quality management
and organizational performance. Food Control, 40, 1-11.
Kafetzopoulos, D.,
& Psomas, E. (2015). The impact of innovation capability on the
performance of manufacturing companies: The Greek case. Journal of
Manufacturing Technology Management, 26(1), 104-130.
Kafetzopoulos, D.,
Psomas, E., & Skalkos, D. (2019). Innovation dimensions and business
performance under environmental uncertainty. European Journal of Innovation
Management, 23(5), 856-876.
Kurniati, N.,
Zulkarnain, Z., & Garnasih, R. L. (2022). Strategi meningkatkan keunggulan
bersaing melalui inovasi, orientasi pasar, dan kewirausahaan pada coffee shop
di kota Pekanbaru. Procuratio: Jurnal Ilmiah Manajemen, 10(3), 244-255.
Lestari, E. R.
(2019). Manajemen inovasi: Upaya meraih keunggulan kompetitif.
Universitas Brawijaya Press.
Lumpkin, G. T.,
& Dess, G. G. (2001). Linking two dimensions of entrepreneurial
orientation to firm performance: The moderating role of environment and
industry life cycle. Journal of Business Venturing, 16(5), 429-451.
Psomas, E., &
Pantouvakis, A. (2015). ISO 9001 overall performance dimensions: An
exploratory study. The TQM Journal, 27(5), 519-531.
Ramakrishnan, R.,
Ramanathan, U., & Bentley, Y. (2018). The debate on flexibility of
environmental regulations, innovation
capabilities and financial performance: A novel use of DEA. Omega, 75,
131-138. https://doi.org/10.1016/j.omega.2017.02.006
Ruiz-Moreno, A., Haro-Domínguez, C., Tamayo-Torres, I., &
Ortega-Egea, T. (2016). Quality management and administrative innovation as
firms' capacity to adapt to their environment. Total Quality Management & Business Excellence, 27(1-2), 48-63.
Tavassoli, S., &
Karlsson, C. (2015). Persistence of various types of innovation analyzed and
explained. Research Policy, 44(10), 1887-1901.
Tsai, K. H., &
Yang, S. Y. (2014). The contingent value of firm innovativeness for business
performance under environmental turbulence. International Entrepreneurship
and Management Journal, 10, 343-366.
Wang, K.,
Pellegrini, M. M., Xue, J., & Wang, C. (2020). Environment uncertainty and
a firm’s strategic change: The moderating role of political connection and
family ownership. Journal of Family Business Management, 10(4),
313-327.
Yin, M., &
Sheng, L. (2019). Corporate governance, innovation input and corporate
performance: Empirical research based on endogeneity and industry categories. Nankai
Business Review International, 10(1), 120-137.
Copyright
holder: Aridho
Choirul Umam (2024) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This
article is licensed under: |