Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN:
2548-1398
Vol. 9, No. 10, Oktober 2024
ANALISIS
KEBIJAKAN SEKOLAH BERASRAMA DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN SISWA SMA KRISTEN
BARANA’
Ajeng
Prajayanti Umbas1, Erni Murniarti2
Universitas
Kristen Indonesia, Jakarta, Indonesia1,2
Email: [email protected]1,
[email protected]2
Abstrak
Kemandirian siswa merupakan salah satu tujuan penting dalam pendidikan,
terutama dalam konteks sekolah berasrama yang menyediakan lingkungan unik untuk
pengembangan pribadi dan akademik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kebijakan sekolah berasrama yang berkontribusi dalam meningkatkan kemandirian
siswa. Metode studi literatur dan refleksi digunakan untuk mengumpulkan dan
menganalisis data dari berbagai sumber, termasuk artikel jurnal ilmiah, buku,
tesis, dan laporan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan
akademik yang mendorong pembelajaran mandiri, kebijakan non-akademik yang
melibatkan kegiatan ekstrakurikuler dan program pengembangan karakter, serta
kebijakan pengasuhan yang menekankan disiplin dan tanggung jawab, memiliki peran
signifikan dalam membentuk kemandirian siswa. Implementasi kebijakan ini
menghadapi beberapa tantangan, seperti keterbatasan sumber daya dan resistensi
dari siswa atau staf, namun strategi tertentu berhasil mengatasi hambatan
tersebut. Temuan penelitian memberikan wawasan bagi pendidik dan pembuat
kebijakan untuk merancang dan menerapkan kebijakan yang lebih efektif dalam
meningkatkan kemandirian siswa di sekolah berasrama.
Kata Kunci: Kebijakan Sekolah Berasrama, Kemandirian Siswa,
Pendidikan, Lingkungan Asrama
Abstract
Student independence is one of the important goals in
education, particularly in the context of boarding schools that provide a
unique environment for personal and academic development. This study aims to
analyze boarding school policies that contribute to enhancing student
independence. The literature review and reflection methods were used to collect
and analyze data from various sources, including scholarly journal articles,
books, theses, and research reports. The research findings indicate that
academic policies that encourage independent learning, non-academic policies
involving extracurricular activities and character development programs, as
well as caregiving policies that emphasize discipline and responsibility, play
a significant role in shaping student independence. The implementation of these
policies faces several challenges, such as limited resources and resistance
from students or staff, but certain strategies have successfully overcome these
obstacles. The research findings provide insights for educators and
policymakers to design and implement more effective policies in enhancing student
independence in boarding schools.
Keywords: Boarding School Policies, Student Independence,
Education, Boarding Environment
Pendahuluan
Kemandirian
siswa merupakan salah satu aspek fundamental dalam pendidikan yang memiliki
dampak jangka panjang pada keberhasilan akademis dan kehidupan pribadi.
Kemandirian mencakup kemampuan untuk mengelola diri sendiri, membuat keputusan
yang tepat, dan bertanggung jawab atas tindakan pribadi
Sekolah
berasrama, salah satunya SMA Kristen Barana’ yang terletak di Toraja Utara,
Sulawesi Selatan dengan lingkungan yang lebih terstruktur dan terkendali
dibandingkan sekolah non-berasrama, menyediakan peluang unik untuk pengembangan
kemandirian siswa. Menurut
Latifatuh (2021), Program asrama sendiri merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan pendidikan karakter siswa yang terkhusus yang berkaitan dengan
karakter kemandirian siswa. Di sekolah berasrama, para siswa dihadapkan pada
situasi dimana mendorong mereka untuk mengatur waktu, menyelesaikan tugas
sehari-hari, dan beradaptasi dengan aturan serta norma yang berlaku. Hal ini
menempatkan sekolah berasrama dalam posisi yang ideal untuk mendukung
pengembangan kemandirian siswa.
Meskipun
potensi sekolah berasrama dalam meningkatkan kemandirian siswa diakui secara
luas, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana kebijakan
spesifik yang diterapkan di sekolah berasrama berkontribusi terhadap
pengembangan kemandirian ini. Pertanyaan-pertanyaan kunci yang ingin dijawab
dalam penelitian ini meliputi: Bagaimana kebijakan sekolah berasrama mendukung
kemandirian siswa? Kebijakan spesifik apa yang efektif dalam meningkatkan
kemandirian siswa? Apa saja tantangan yang dihadapi dalam implementasi
kebijakan ini?
Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan sekolah berasrama yang berkontribusi
dalam meningkatkan kemandirian siswa. Dengan memahami kebijakan yang efektif
dan tantangan dalam implementasinya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
rekomendasi praktis bagi pendidik dan pembuat kebijakan untuk mengembangkan
kebijakan yang lebih baik dalam mendukung kemandirian siswa di sekolah
berasrama.
Hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang mendalam tentang
peran kebijakan sekolah berasrama dalam membentuk kemandirian siswa. Temuan ini
dapat digunakan oleh pendidik dan pengelola sekolah untuk merancang program
yang lebih efektif dalam mendukung pengembangan kemandirian. Selain itu,
penelitian ini juga berkontribusi pada literatur akademis mengenai pendidikan
berasrama dan pengembangan karakter siswa, serta memberikan dasar yang kuat
untuk penelitian lebih lanjut di bidang ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kajian literatur dilengkapi dengan metode refleksi peneliti untuk menyelidiki peran pendidikan di sekolah
berasrama terhadap perkembangan karakter kemandirian peserta didik. Pendekatan
kajian literatur dipilih karena memungkinkan kami untuk menyusun dan
menganalisis berbagai sumber literatur yang relevan dengan topik penelitian
ini. Kajian Literatur berfungsi sebagai media perantara untuk bisa melihat
peristiwa secara sistematik melalui spesifikasi relasi yang terjalin antar
variable yang kemudian membantu peneliti untuk bisa melihat
kemungkinan-kemungkinan topik utama penelitian
Hasil
dan Pembahasan
SMA Kristen Barana salah satu
sekolah swasta yang terletak di Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan dengan
sekolah berbasis asrama, SMA Kristen Barana yang berlabelkan sekolah Kristen
sangat di tuntut untuk mampu membangun karakter kristiani dan kemandirian yang
positif bagi segenap peserta didik yang mengemban pendidikan di tempat ini.
Peran pendidikan di sekolah berasrama terhadap perkembangan karakter
kemandirian peserta didik adalah topik yang penting dalam konteks pendidikan
modern. Sejalan dengan itu menurut Mas’udi
Defenisi Kemandirian
Kemandirian adalah kemampuan
seseorang untuk bertindak dan mengambil keputusan secara mandiri, tanpa bergantung
pada orang lain secara berlebihan. Ini mencakup kemampuan untuk mengatur diri
sendiri, mengambil tanggung jawab atas tindakan dan keputusan, serta
menyelesaikan masalah tanpa bergantung pada bantuan eksternal secara
berlebihan. Kemandirian juga mencakup kemampuan untuk mengatasi tantangan dan
rintangan, serta untuk belajar dan tumbuh sebagai individu yang mandiri dan
bertanggung jawab. Dalam konteks pendidikan, pengembangan kemandirian penting
untuk mempersiapkan siswa untuk menghadapi dunia nyata dengan percaya diri dan
kemampuan untuk mengatasi berbagai situasi.
Bebapa
definisi pengertian kemandirian dari beberapa sumber buku
1)
Menurut
Nurhayati (2011), Kemandirian adalah kemampuan psikososial yang mencakup
kebebasan untuk melakukan sesuatu, tidak tergantung terhadap kemampuan orang
lain, tidak mudah untuk terpengaruh oleh lingkungan sekitar, dan bebas
mengendalikan segala kebutuhannya sendiri.
2)
Menurut
Kartono (2007), Kemandirian yaitu kemampuan untuk berdiri sendiri melalui
keberanian dan tanggung jawab atas segala tingkah laku sebagai manusia dewasa
dalam melaksanakan kewajibannya guna memenuhi kebutuhannya sendiri.
3)
Menurut
Chaplin (2002), Kemandirian adalah kebebasan seorang manusia untuk memilih,
untuk menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai dan menentukan dirinya
sendiri.
4)
Menurut
Maryam (2015), Kemandirian adalah tingkah laku yang mampu berinisiatif, mampu
mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan
sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Kemandirian adalah salah satu aspek kepribadian yang tentunya sangat penting
bagi tiap individu. Selama perkembangan berlangsung, kemandirian pun mulai
dimiliki secara bertahap. Dimana bersikap mandiri akan dipelajari secara terus
menerus oleh setiap individu dalam mengahadapi segala situasi dalam
lingkungannya. Sehingga individu akan mampu berfikir dan bertindak sendiri.
Faktor
yang Mempengaruhi Kemandirian.
Menurut
Ali dan Asrori (2005), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kemandirian seseorang, yaitu sebagai berikut :
1)
Gen
atau keturunan Orangtua.
Orang
tua memiliki sifat kemandirian yang tinggi seringkali menurunkan anak yang
memiliki kemandirian yang sama. Namun faktor keturunan ini masih menjadi
perdebatan karena ada yang berpendapat bahwa sesungguhnya bukan sifat
kemandirian yang diturunkan kepada anaknya melainkan sifat orangtuanya yang
muncul berdasarkan cara orangtua mendidik anaknya.
2)
Pola
asuh orangtua.
Cara
orangtua mengasuh atau mendidika anak akan mempengaruhi perkembangan
kemandirian anak, orangtua yang menciptakan suasana aman dalam interaksi
keluarganya akan dapat mendorong kelancaran perkembangan anak. Namun orangtua
yang sering mengeluarkan kata-kata “jangan” tanpa disertai dengan penjelasan
yang rasional akan menghambat perkembangan anak.
3)
Sistem
pendidikan sekolah.
Proses
pendidikan disekolah yang tidak mengembangkan demokratisasi tanpa argumentasi
serta adanya tekanan punishment akan menghambat kemandirian seseorang.
Sebaliknya, adanya penghargaan terhadap potensi anak, pemberian reward dan
penciptaan kompetitif positif akan memperlancar perkembangan kemandirian anak.
4)
Sistem
kehidupan di masyarakat.
Sistem
kehidupan dimasyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hierarki struktur
sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta kurang menghargai potensi remaja
dalam kegiatan produktif dapat menghambat kelancaran perkembangan kemandirian
remaja. Lingkungan masyarakat yang aman, menghargai ekspresi potensi remaja
dalam bentuk kegiatan dan terlalu hierarki akan merangsang dan mendorong
perkembangan kemandirian remaja.
Interpretasi Hasil Penelitian
Studi literatur yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa berbagai kebijakan sekolah berasrama seperti SMA
Kristen Barana’ dapat memengaruhi tingkat kemandirian siswa. Kebijakan sekolah berasrama yang
tentunya berbeda dengan sekolah umum lainnya dapat meningkatkan kemandirian
siswanya. Kebijakan-kebijakan
ini mencakup kebijakan akademik, kebijakan non-akademik, serta kebijakan
pengasuhan dan pengawasan.
Kebijakan Akademik
Pembelajaran yang diselenggarakan dalam konteks sekolah
berasrama bertujuan supaya siswa mendapatkan jaminan lingkungan yang kondusif
aman dan nyaman bagi tumbuhnya kemandirian dan kepedulian pebelajar (Rozi,
2015).
1)
Pembelajaran
Mandiri: SMA Kristen Barana’ memiliki Kebijakan yang mendorong pembelajaran
mandiri, seperti pemberian tugas proyek, penelitian, dan tugas individu, sangat
efektif dalam mengembangkan keterampilan manajemen waktu dan tanggung jawab
siswa. Tugas-tugas ini memungkinkan siswa untuk belajar mengambil inisiatif dan
menyelesaikan tugas tanpa pengawasan langsung dari guru.
2)
Penilaian
Berbasis Kemandirian: Implementasi penilaian yang tidak hanya berfokus pada
hasil akademik tetapi juga pada proses dan upaya siswa dalam menyelesaikan
tugas secara mandiri membantu memperkuat kemandirian siswa. Di SMA Kristen
Barana’ memiliki kebijakan tersendiri untuk siswa yang kedapatan menyalin
pekerjaan teman sehingga siswa di sekolah ini tidak ada yang mencoba untuk
menyontek terkhusus pada ujian soal yang diberikan oleh guru.
Kebijakan Non-Akademik
1) Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan
ekstrakurikuler seperti olahraga, seni, dan organisasi siswa memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial, kepemimpinan,
dan kerja tim. Melalui kegiatan ini, siswa belajar untuk mengatur waktu mereka
sendiri dan mengambil tanggung jawab atas peran mereka dalam tim. Keterlibatan
dalam kegiatan ekstrakurikuler juga memainkan peran yang signifikan dalam
pembentukan kemandirian siswa di sekolah berasrama. Di SMA Kristen Barana
melalui kegiatan seperti olahraga, seni, atau layanan masyarakat, siswa
memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan sosial, kepemimpinan, dan
rasa tanggung jawab. Keterlibatan dalam kegiatan ini tidak hanya membantu siswa
menemukan minat dan bakat mereka, tetapi juga mengajarkan mereka nilai-nilai
penting seperti kerjasama, ketekunan, dan rasa tanggung jawab terhadap diri
sendiri dan komunitas. Ada beberapa kegiatan ekstrakulikuler di SMA Kristen
Barana. Kegiatan ini beberapa dilaksanakan dihari yang sama seperti
ekstrakulikuler monolog, tari, futsal, pasukan baris berbaris, olah vocal.
Dengan fasilitas dan ruang yang berbeda beberapa ekskul bisa dilaksanakan dalam
sehari. Diharapkan peserta didik secara bertanggung jawab untuk hadir dalam
ekstrakulikuler ini dan melalui kegiatan ini besar harapan staf sekolah dan
Pembina asrama bahwa peserta didik mampu membangun karakter dan kemandirian
mereka.
Keterlibatan dalam kegiatan
ekstrakurikuler di SMA Kristen Barana’ dapat membantu membangun karakter
kemandirian melalui beberapa cara:
a) Pengembangan Keterampilan
Leadership: Partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti klub
kepemimpinan, organisasi siswa, atau tim olahraga memberikan kesempatan bagi
siswa untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan. Memimpin dan berkolaborasi
dengan teman sebaya dalam proyek atau acara dapat membantu siswa mengasah
keterampilan komunikasi, pengambilan keputusan, dan manajemen waktu yang
diperlukan untuk menjadi pemimpin yang efektif.
b) Tanggung Jawab dan Disiplin Diri:
Terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler sering kali memerlukan komitmen waktu
dan usaha yang konsisten. Siswa perlu mengatur jadwal mereka, memprioritaskan
tugas-tugas, dan bertanggung jawab atas keterlibatan mereka dalam kegiatan
tersebut. Ini membantu mereka untuk mengembangkan disiplin diri, ketekunan, dan
tanggung jawab pribadi.
c) Penemuan Diri dan Pengembangan
Bakat: Keterlibatan dalam beragam kegiatan ekstrakurikuler memungkinkan siswa
untuk mengeksplorasi minat, bakat, dan potensi mereka di luar lingkup akademis.
Melalui partisipasi dalam klub, organisasi, atau pertunjukan seni, siswa dapat
menemukan passion mereka, mengembangkan keterampilan baru, dan memperkuat
identitas mereka sebagai individu.
d) Pengalaman Belajar di Luar Kelas:
Kegiatan ekstrakurikuler sering kali menyediakan kesempatan untuk belajar di
luar kelas dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam konteks praktis.
Siswa dapat menghadapi tantangan yang berbeda, menemukan solusi kreatif, dan
menghadapi kegagalan serta keberhasilan. Pengalaman ini membantu mereka untuk
tumbuh sebagai individu yang lebih mandiri dan percaya diri dalam menghadapi
berbagai situasi.
Dengan demikian,
keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah berasrama memberikan
platform yang sangat baik bagi siswa untuk membangun karakter kemandirian
melalui pengembangan keterampilan kepemimpinan, tanggung jawab, penemuan diri,
dan pengalaman belajar di luar kelas.
2) Program Pengembangan Karakter
Program-program
seperti retret, seminar motivasi, dan kegiatan pengabdian masyarakat dirancang
untuk mengajarkan nilai-nilai penting seperti tanggung jawab, kerjasama, dan
inisiatif. Program ini mendorong siswa untuk menjadi lebih mandiri dan proaktif
dalam kehidupan sehari-hari. Banyak sekolah berasrama memiliki program khusus
untuk pembinaan karakter kemandirian siswa. Ini mungkin melibatkan kegiatan
seperti ceramah, diskusi kelompok, atau proyek komunitas. Dengan fokus pada
nilai-nilai seperti integritas, rasa hormat, kerja keras, dan empati, siswa
diajak untuk merenungkan dan mempraktikkan perilaku yang mencerminkan karakter
yang baik. SMA Kristen Barana’ menerapkan kegiatan yang diberi nama KTB
(Kelompok Tumbuh Bersama) dimana kegiatan ini merupakan kegiatan sharing yang
dimulai dan ditutup dengan memuji Tuhan, berdoa dan membaca firman lalu
mengaitkan dalam kehidupan sehari-hari dan sharing bersama. Kegiatan ini
dilakukan oleh mentor dan wali kelas setiap hari senin setelah kegiatan proses
belajar mengajar selesai di jam 15.00-selesainya. Dalam kegiatan ini biasa
siswa mengambil kesempatan untuk meluapkan apa yang mereka suka dan tidak suka
kepada teman kelas, keadaan asrama, guru, proses pembelajaran dan saling
memberikan masukan atau nasihat antar sesama teman kelas untuk menyelesaikan
masalah yang terjadi dikelas. Kesempatan ini juga wali kelas memantau,
mencatat, dan memberikan nasihat serta menyelesaikan masalah dikelas jika ada.
Wali kelas tentunya harus membangun hubungan yang baik dengan peserta didiknya
agar supaya wali kelas mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka
dimana dalam hal ini wali kelas harus sering bekerja sama dengan Pembina
asrama.
3) Kebijakan Pengasuhan dan Pengawasan
a) Aturan Disiplin
Kebijakan
disiplin yang ketat tetapi adil membantu siswa untuk mengembangkan disiplin
diri dan tanggung jawab. Aturan yang ketat mengenai waktu tidur, kebersihan,
dan tanggung jawab harian mengajarkan siswa untuk mengatur kehidupan mereka
sendiri dalam kerangka aturan yang telah ditetapkan oleh sekolah. SMA Kristen
Barana memiliki program asrama yang sudah dari dulu sampai saat ini di terapkan
dengan baik. Jadwal yang konsisten membuat peserta didik melakukan kegiatan
rutin sehari-hari dan menjadi kebiasaan peserta didik. Jadwal tersebut tentunya
tidak dapat dipisahkan dengan jadwal dan program sekolah. berikut kegitan
sehari-hari peserta didik di SMA Kristen Barana yang diharapkan mampu membangun
karakter kemandirian peserta didik.
Senin-Sabtu:
1.
04.30-04.45
: Bangun, membersihkan kamar dan tempat tidur
2.
04.45-06.30 : Mandi dan menggunakan seragam
3.
06.30-07.00 : Sarapan
4.
07.00-07.20
: Ibadah
5.
07.30-13.50
: Belajar di sekolah
6.
15.00-17.00
: KTB atau Ekstrakulikuler
7.
17.00-18.00
: Mandi sore/persiapan belajar malam
8.
18.00-18.45
: Makan malam
9.
19.00-21.00
: Belajar malam
10. 21.00-21.20 : Ibadah malam
11. 21.20-04.30 : Istirahat.
Sabtu dan Minggu:
1.
Tidak
ada kegiatan ekskul dan kegiatan belajar malam, namun beberapa peserta didik
tetap melakukan kegiatan belajar malam secara berkelompok.
2.
Minggu
pagi peserta didik akan melaksanakan ibadah hari minggu sesuai jadwal pembagian
seperti minggu perempuan dan minggu laki-laki dimana jika minggu perempuan maka
yang ibadah dan tinggal diasrama adalah peserta didik perempuan sedangkan
laki-laki akan beribadah hari minggu di gereja diluar dan bisa keluar asrama
sampai jam 14.00
3.
Minggu
malam kegiatan belajar malam akan dilaksanakan kembali.
Perlu diketahui bahwa
peserta didik disini diwajibkan untuk mengumpulkan handphone mereka ke Pembina
asrama dari hari minggu sore sampai sabtu siang. Peserta didik hanya
menggunakan handphone di sabtu siang sampai minggu sore, namun peserta didik
diperbolehkan menggunakan laptop dan tablet diatas 10 inci untuk proses belajar
sehari-hari tentunya dengan peraturan yang ditetapkan sekolah bahwa jika jam
pelajaran siswa menggunakan laptop atau tablet tidak semestinya, guru berhak
mengambil dan menyimpan benda tersebut sampai batas waktu yang sudah di
tentukan. Pembina asrama selalu mengecek kerapihan tempat tidur, lemari, kamar,
dan sekitar kamar, selain itu Pembina asrama menunjuk kakak tertua dikamar
menjadi ketua kamar untuk membantu melihat kondisi kamar dan anggota kamarnya.
b) Bimbingan dan Konseling
Layanan
bimbingan dan konseling yang tersedia di sekolah berasrama memberikan dukungan
emosional dan psikologis yang penting bagi siswa. Konselor membantu siswa
mengatasi masalah pribadi dan sosial, yang pada gilirannya memperkuat kemampuan
mereka untuk mandiri. Guru dan konselor di sekolah berasrama sering memberikan
pembinaan pribadi kepada siswa, membantu mereka mengatasi masalah, dan
mengembangkan keterampilan interpersonal.
Tantangan dalam Implementasi Kebijakan
Penerapan suatu program atau kebijakan
dari sebuah satuan Pendidikan memiliki sisi positif dan negatif terhadap pihak-pihak yang terlibat
dalam pelaksanaan atau kebijakan tersebut (Agustang, 2021). ada dua hal yang menjadi tantangan
dalam implementasi kebijakan di sekolah berasrama yaitu:
1)
Keterbatasan
Sumber Daya: Banyak sekolah berasrama menghadapi keterbatasan sumber daya, baik
dalam hal fasilitas maupun tenaga pengajar yang berkualitas, yang dapat
menghambat pelaksanaan kebijakan yang efektif.
2)
Resistensi
dari Siswa dan Staf: Implementasi kebijakan baru sering kali menghadapi
resistensi dari siswa dan staf yang terbiasa dengan cara lama. Hal ini
membutuhkan strategi perubahan yang bijaksana dan bertahap untuk memastikan
penerimaan dan komitmen dari semua pihak.
Strategi Mengatasi Tantangan Oleh SMA Kristen Barana’
1)
Pelatihan
dan Pengembangan Staf: SMA Kristen Barana dapat mengatasi keterbatasan sumber
daya dengan memberikan pelatihan berkelanjutan bagi staf untuk meningkatkan
kompetensi mereka dalam mengelola dan menerapkan kebijakan yang berfokus pada
pembentukan kemandirian siswa.
2)
Pendekatan
Partisipatif: Melibatkan siswa dan staf dalam proses perencanaan dan evaluasi
kebijakan dapat meningkatkan rasa memiliki dan komitmen terhadap kebijakan
tersebut. Pendekatan partisipatif ini membantu menciptakan lingkungan yang
lebih mendukung dan kolaboratif.
3)
Peningkatan
Sumber Daya: Sekolah ini selalu meningkatkan fasilitas yang baik sehingga dari
semua sekolah yang berada di Toraja Sulawesi Selatan, SMA Kristen Barana
menjadi salah satu sekolah menengah dengan fasilitas yang sangat unggul salah
satu contohnya yaitu penggunaan smartboard dan wifi tersedia disetiap ruangan.
Begitupun dengan kualitas guru yang diharuskan
untuk mengikuti berbagai macam pelatihan seperti guru penggerak serta memberi
kesempatan dan beasiswa S2 bagi guru-gurunya untuk meningkatkan kualitas guru
sehingga hampir 90 % guru di sekolah ini sudah meraih gelar Master.
Dampak Kebijakan terhadap Kemandirian Siswa
Analisis dari berbagai literatur menunjukkan
bahwa kebijakan sekolah berasrama yang dirancang dengan baik dapat menghasilkan
dampak positif yang signifikan terhadap kemandirian siswa.
Siswa yang terlibat dalam program-program ini menunjukkan peningkatan dalam
kemampuan manajemen waktu, pengambilan keputusan, dan tanggung jawab pribadi.
Mereka juga lebih siap untuk menghadapi tantangan di masa depan, baik dalam
lingkungan akademik maupun kehidupan pribadi. Sejalan dengan itu, siswa haruslah disiplin dalam mengatur waktu, dapat menghadapi setiap masalah sendiri
dan tidak bergantung dan berharap kepada orang
lain
Implikasi Kebijakan
1) Pengembangan Kebijakan Berbasis
Bukti: Temuan dari studi ini menekankan pentingnya mengembangkan kebijakan yang
didasarkan pada bukti dan praktik terbaik. Sekolah perlu terus memantau dan
mengevaluasi efektivitas kebijakan mereka untuk memastikan hasil yang optimal
dalam pembentukan kemandirian siswa.
2) Rekomendasi untuk Pembuat
Kebijakan: Pembuat kebijakan di bidang pendidikan harus mempertimbangkan untuk
memberikan dukungan tambahan bagi sekolah berasrama, termasuk sumber daya dan
pelatihan yang diperlukan untuk menerapkan kebijakan yang efektif dalam
membentuk kemandirian siswa.
Kesimpulan
Kebijakan sekolah berasrama di SMA
Kristen Barana' telah terbukti efektif dalam membentuk kemandirian peserta
didik. Kehidupan berasrama mengajarkan disiplin dan tanggung jawab melalui
jadwal harian yang teratur dan tugas-tugas kebersihan, yang membantu siswa
mengelola waktu dan kegiatan mereka sendiri. Selain itu, interaksi sehari-hari
di asrama mengembangkan keterampilan sosial dan kemampuan berkomunikasi siswa.
Dukungan akademis dan non-akademis yang terstruktur, termasuk kegiatan
ekstrakurikuler dan bimbingan belajar, membantu siswa menjadi mandiri dalam
belajar dan berprestasi. Lingkungan asrama yang kondusif juga memfasilitasi
fokus pada tujuan akademis dan pengembangan pribadi, sementara tanggung jawab
atas kebutuhan pribadi dan pemeliharaan fasilitas asrama mengajarkan siswa
untuk mandiri tanpa bergantung pada orang tua. Secara keseluruhan, kebijakan
ini menciptakan lingkungan yang mendukung pembentukan kemandirian melalui
disiplin, pengembangan keterampilan sosial, dan tanggung jawab pribadi, menghasilkan
siswa yang siap menghadapi tantangan masa depan dengan lebih mandiri dan
percaya diri.
BIBLIOGRAFI
Agustang, A. (2021). Interaksi sosial
komunitas lokal dengan pendatang dan perubahan struktur komunitas lokal: Studi
pada masyarakat majemuk di kawasan industri Makassar. https://doi.org/10.31219/osf.io/pw5xr
Ali, M., & Asori. (2005). Psikologi
remaja, perkembangan peserta didik. Bumi Aksara.
Angin,
P., & Arventius, A. (2021). Gambaran Kemandirian Belajar Penghuni
Asrama Maranatha Medan.
Aziz,
A. (2018). Hubungan Antara Kompetensi Guru Dan Kepercayaan Diri Dengan
Kemandirian Siswa SMP N 2 Pangkalan Susu. Jurnal Psychomutiara, 1(1),
15–29.
Behaghel,
L., Chaisemartin, C. de, & Gurgand, M. (2017). Ready for boarding? The
effects of a boarding school for disadvantaged students. American Economic
Journal: Applied Economics, 9(1). https://doi.org/10.1257/app.20150090
Chaplin, J. P. (2002). Kamus lengkap
psikologi. Jakarta: Raja Grafika Persada.
Kartono, K. (2007). Psikologi anak.
Mandar Maju.
Latifatu, Z. (2021). Pengaruh program
asrama terhadap kemandirian siswa kelas VI di MIN 1 Banyumas Kecamatan
Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas (Doctoral dissertation, IAIN
Purwokerto).
Maryam, S. (2015). Kemandirian belajar.
Sinar Baru.
Mas’udi, F. (2020). Manajemen strategi
pembelajaran dengan sistem boarding school dalam upaya menumbuhkan kemandirian
dan kepedulian siswa di era 4.0. At-Ta'lim: Jurnal Pendidikan, 6(1),
65–79.
Nurhayati, E. (2011). Bimbingan,
konseling dan psikoterapi inovatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nasution,
T. (2018). Membangun kemandirian siswa melalui pendidikan karakter. Ijtimaiyah:
Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 2(1).
Ridwan,
M., AM, S., Ulum, B., & Muhammad, F. (2021). Pentingnya Penerapan
Literature Review pada Penelitian Ilmiah. Jurnal Masohi, 2(1). https://doi.org/10.36339/jmas.v2i1.427
Rozi, F. (2015). Pembelajaran yang
menumbuhkan kemandirian dan kepedulian pebelajar dalam konteks sekolah
berasrama (boarding school): Studi kualitatif fenomenologis di SMP Insan
Terpadu Paiton Probolinggo Jawa Timur (Doctoral dissertation, Universitas
Negeri Malang).
Waruwu,
E. W., & Waruwu, E. (2023). Peran Pendidikan Agama Kristen Dalam
Meningkatkan Kemandirian Peserta Didik Di Era Kurikulum Merdeka. Sinar
Kasih: Jurnal Pendidikan Agama Dan Filsafat, 1(2), 98–112.
Copyright
holder: Ajeng
Prajayanti Umbas, Erni Murniarti (2024) |
First
publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |