Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 6, Juni 2024
STRATEGI PENINGKATAN VOLUME TINJA YANG MASUK KE IPLT KABUPATEN LAMONGAN
Fega Belindasari Nasution1, Irwan Bagyo Santoso2
Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Surabaya, Indonesia1,2
Email: [email protected]1, [email protected]2
Abstrak
Studi ini mengkaji berbagai variabel yang mempengaruhi jumlah
tinja yang masuk ke IPLT yang tidak sesuai rencana dan partisipasi masyarakat
dalam penggunaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja di Kabupaten Lamongan,
dengan penekanan khusus pada aspek teknik. Data yang dikumpulkan meliputi
kondisi IPLT saat ini, kapasitas IPLT, kapasitas armada, kapasitas tangki
septik masyarakat, usia tangki septik masyarakat, interval pengurasan, dan laju
produksi lumpur tinja. Hasil perhitungan laju produksi lumpur tinja menunjukkan
bahwa jumlah tinja yang dimasukkan ke IPLT tidak sesuai dengan perkiraan. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan antara populasi sebenarnya dan kapasitas desain.
Populasi sebenarnya dari lima kecamatan menurut Buku Panduan DED IPLT adalah
237.127 orang, berbeda dengan kapasitas desain awal yang berjumlah 200.614
orang. Selain itu, hasil perhitungan berdasarkan sampel random di 6 kecamatan
menunjukkan bahwa untuk menangani volume tinja yang dihasilkan, diperlukan
lebih banyak 8 IPLT. Rencana awal juga tidak mencakup perbedaan produksi lumpur
tinja di berbagai Kecamatan. Tidak adanya peraturan tentang biaya retribusi dan
kurangnya pengawasan teratur menyebabkan beberapa orang tidak secara teratur
sedot tinja. Dalam waktu lebih dari sepuluh tahun, 86% orang yang menjawab
tidak pernah melakukan pengurasan tangki septik. Ini menunjukkan bahwa
masyarakat tidak terlalu terlibat dalam pemeliharaan tangki septik. Hasil
perhitungan volume lumpur tinja yang dilakukan penyedotan sebesar 16
m^3/truk/hari tersisa spase 4 m^3/hari sehingga memungkinkan adanya penambahan
armada IPLT. Penelitian ini menekankan bahwa penyesuaian kapasitas IPLT dengan
populasi nyata sangat penting. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan lumpur tinja, juga diperlukan peraturan pembayaran yang baik dan
pengawasan teratur.
Kata
kunci: IPLT, lumpur tinja, partisipasi masyarakat, dan retribusi.
Abstract
This study
examines the variables affecting the amount of septage entering the STP that is
not as planned and community participation in the use of the STP in Lamongan
district, with special emphasis on the engineering aspects. The data collected
includes the current condition of the STP, STP capacity, fleet capacity,
community septic tank capacity, community septic tank age, desludging interval,
and septage production rate. The calculation of the sludge production rate
shows that the amount of feces discharged to the STP is not as expected. This
is due to the difference between the actual population and the design capacity.
The actual population of the five sub-districts according to the IPLT DED
Guidebook is 237.127 people, which is different from the initial design
capacity of 200.614 people. In addition, the calculation results based on
random samples in 6 sub-districts showed that to handle the volume of sludge
generated, more than 8 STPs are required. The original plan also did not
include the difference in desludging production in different sub-districts. The
absence of regulations on retribution fees and the lack of regular supervision
led to some people not regularly desludging. In more than ten years, 86% of the
people who responded have never had their septic tanks drained. This indicates
that the community is not very involved in septic tank maintenance. The
calculated desludging volume of 16 m3/truck/day leaves a spacing of 4 m3/day,
allowing for the addition of a septic tank fleet. This study emphasizes that
adjusting the capacity of the STP to the real population is very important. To
increase community participation in desludging management, good payment
regulations and regular monitoring are also needed.
Keywords: STP, desludging, community participation, and retribution.
Pendahuluan
Sanitasi yang baik sangat penting untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat dan lingkungan (KementerianPUPR, 2022). Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) adalah bagian
penting dari sistem sanitasi dan berfungsi untuk mengolah lumpur tinja dari
tangki septik sehingga aman untuk dibuang atau dimanfaatkan kembali (Dahniar, 2019; Fahira,
2023; Rahmawati et al., 2022). Seiring dengan pertumbuhan populasi dan aktivitas
manusia, pengelolaan lumpur tinja menjadi tantangan di Kabupaten Lamongan.
Sesuai dengan Pasal 28 H Ayat 1 UUD RI tahun 1945, yang
menjamin hak warga Negara untuk hidup sejahtera dan memiliki lingkungan hidup
yang baik dan sehat (Arliman, 2018; Listiyani,
2017). Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lamongan memiliki tanggung jawab
utama untuk menerapkan kebijakan lingkungan hidup di tingkat daerah (Mahkamah Konstitusi Repbulik Indonesia
(MKRI). Dengan meningkatnya aktivitas manusia, limbah rumah
tangga yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan pencemaran dan resiko
kesehatan (Shukla et al., 2023).
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.68 Tahun 2016 menetapkan standar kualitas air limbah cair domestik, yang mencakup air hitam dan air putih (Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2016). Black water berasal dari kakus dan mengandung tinja manusia, yang jika tidak dikelola dengan baik dapat mencemari dan menyebabkan berbagai penyakit (Sultan, 2023; Tendean et al., 2014). IPLT dibuat untuk membuat lumpur tinja aman untuk dibuang, dimanfaatkan kembali, menjadi pupuk, atau digunakan untuk irigasi (Putri & Hermana, 2015).
Meskipun IPLT Kabupaten Lamongan dibangun untuk menyelesaikan masalah pengelolaan lumpur tinja, jumlah tinja yang diterima belum mencapai target. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti kurangnya partisipasi masyarakat dalam sedot tinja, kurangnya partisipasi masyarakat dalam sedot tinja, tidak adanya peraturan retribusi dan kurangnya pemahaman tentang pentingnya mengelola lumpur tinja dengan baik. Data menunjukkan bahwa hanya 14% responden yang melalukan pengurasan tangki septik dalam waktu lebih dari 10 tahun pemakaian.
Penelitian ini bertujuan mengkaji berbagai variabel yang
mempengaruhi jumlah tinja yang masuk ke IPLT yang tidak sesuai rencana dan
partisipasi masyarakat dalam penggunaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja di
Kabupaten Lamongan, dengan penekanan khusus pada aspek teknik.
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif (Sugiyono, 2018). Setelah diolah dan dievaluasi, data yang diperoleh
termasuk kondisi IPLT saat ini, kapasitas IPLT, kapasitas armada IPLT,
kapasitas tangki septik masyarakat, usia pemakaian tangki septik masyarakat,
data interval pengurasan masyarakat,laju produksi lumpur tinja masyarakat, data
sumber air bersih masyarakat dan data jarak tangki septik dengan sumber air
bersih masyarakat, kemudian diolah dan dievaluasi untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam penggunaan IPLT.
Hasil evaluasi digunakan untuk merancang strategi yang tepat dalam peningkatan
volume tinja yang masuk ke IPLT, sesuai dengan tujuan penelitian.
Hasil dan
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah tinja yang masuk
ke IPLT di Kabupaten Lamongan tidak mencapai target yang ditetapkan, menunjukkan
bahwa ada perbedaan antara kapasitas IPLT dan kebutuhan masyarakat saat ini,
Penelitian ini juga menyelidiki hubungan antara kapasitas IPLT dan kebutuhan
masyarakat saat ini. Penelitian ini juga menyelidiki hubungan antara data
kondisi IPLT saat ini, kapasitas IPLT, armada IPLT, kapasitas tangki septik
masyarakat, interval pengurasan, dan laju produksi lumpur tinja untuk
mengetahui kebutuhan masyarakat akan layanan pengolahan limbah.
Kondisi eksisting IPLT Kabupaten Lamongan memiliki kolam Anaerobik, kolam fakultatif, kolam maturasi dengan ukuran masing-masing kolam 4 x 4 meter dengan kedalaman 4 meter sejumlah 1 buah kolam dan kolam SSC (Solid Separation Chamber) dengan ukuran 3 x 4 meter dengan kedalaman 3 meter sebanyak 4 chamber. Armada yang dimiliki IPLT Kabupaten Lamongan sebanyak 2 buah, diantaranya truk kapasitas 4 dan truk angkel kapasitas 2 .
Menurut informasi yang dikumpulkan dari kuisioner dan wawancara, kebanyakan orang memiliki tangki septik berukuran 6 . Sebanyak 13% dari responden memiliki tangki septik berukuran sekitar 3,375 dengan dimensi panjang 1,5 x lebar 1,5 x tinggi 1,5. Sementara 44% lainnya memiliki tangki septik berukuran sekitar 6 , dengan dimensi panjang 2 x lebar 1,5 x tinggi 2 m. 12% sisanya memiliki tangki septik berukuran lebih besar, yaitu 27 .
Dari enam kecamatan, tidak ada responden yang memiliki usia pemakaian tangki septik kurang dari atau sama dengan 1 tahun. Sebanyak 6% dari responden menggunakan tangki septik selama kurang dari atau sama dengan 5 tahun, sementara 12% menggunakann tangki septik selama lebih dari 5 tahun. Sebagian besar responden, 72% mengatakan bahwa usia pemakaian tangki septik mereka kurang dari atau sama dengan 10 tahun.
Tabel 1. Data Eksting Warga
Pertanyaan |
Jumlah |
|||||||
Lamongan |
Deket |
Turi |
Tikung |
Kembangbahu |
Sugio |
|||
1 |
Berapa ukuran
volume tangki septik (p x l x t) |
|||||||
|
a. |
≤ 3,375 |
3 |
1 |
0 |
8 |
1 |
0 |
b. |
≤ 6 |
6 |
11 |
4 |
6 |
10 |
7 |
|
c. |
≤ 12 |
6 |
4 |
6 |
4 |
3 |
8 |
|
d. |
≤ 27/ ≥ 27 |
2 |
0 |
0 |
1 |
1 |
1 |
|
2 |
Usia pemakaian
tangki septik anda sudah berapa lama: |
|||||||
|
a. |
≤ 1 / ≥ 1 Tahun |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
b. |
≤ 5 Tahun |
3 |
1 |
0 |
2 |
0 |
0 |
|
c. |
≥ 5 Tahun |
0 |
1 |
2 |
1 |
5 |
3 |
|
d. |
≤ 10 / ≥ 10
Tahun |
15 |
14 |
3 |
16 |
11 |
13 |
|
3 |
Berapa kali
anda melakukan pengurasan dilakukan berapa kali pengurasan (Interval) : |
|||||||
|
a. |
1 |
2 |
2 |
1 |
2 |
1 |
4 |
b. |
2 |
1 |
0 |
0 |
0 |
0 |
1 |
|
c. |
3 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
|
d. |
Tidak Pernah |
15 |
14 |
14 |
17 |
15 |
11 |
Dari data interval pengurasan digunakan untuk menghitung laju produksi tinja dari data diatas. Jumlah penduduk, kebiasaan sanitasi dan kondisi tangki septik, dan pola konsumsi air adalah beberapa faktor yang mempengaruhi produksi tinja. Rumus berikut dapat digunakan untuk menghitung laju produksi tinja :
qts = Vts / p.N
contoh :
qts = p x l x t / 4.10
= 27
/ 4 x 10
= 0,68 liter/orang/hari
Hail perhitungan dikalikan dengan 365 hari layanan untuk
mendapatkan laju produksi lumpur tinja disajikan dalam tabel 2:
Tabel 2. Perhitungan
Produksi Lumpur Tinja Responden
Responden
Sudah Melaksanakan Sedot Tinja |
||||||
Perhitungan
Laju Produksi Lumpur Tinja |
||||||
No |
Nama Kecamatan |
Rata-rata
Interval Pengurasan (tahun) |
Rata-rata
Jumlah Anggota Keluarga |
Rata-rata
Volume Tangki Septik (m3) |
Rata-rata Laju
Produksi Lumpur Tinja |
|
(liter/orang/
hari) |
(liter/orang/
Tahun) |
|||||
1 |
Lamongan |
10 |
4 |
27 |
0.68 |
246.4 |
2 |
Lamongan |
9 |
5 |
12 |
0.27 |
97.3 |
3 |
Lamongan |
10 |
4 |
6 |
0.15 |
54.8 |
4 |
Deket |
11 |
3 |
12 |
0.36 |
132.7 |
5 |
Deket |
9 |
5 |
6 |
0.13 |
48.7 |
6 |
Turi |
9 |
3 |
6 |
0.22 |
81.1 |
7 |
Tikung |
10 |
5 |
3.375 |
0.07 |
24.6 |
8 |
Tikung |
10 |
2 |
6 |
0.30 |
109.5 |
9 |
Kembangbahu |
12 |
5 |
27 |
0.45 |
164.3 |
10 |
Sugio |
6 |
3 |
6 |
0.33 |
121.7 |
11 |
Sugio |
10 |
3 |
12 |
0.40 |
146.0 |
12 |
Sugio |
9 |
2 |
12 |
0.67 |
243.3 |
13 |
Sugio |
10 |
2 |
12 |
0.60 |
219.0 |
14 |
Sugio |
11 |
4 |
12 |
0.27 |
99.5 |
Rata-rata |
9.7 |
3.6 |
11.4 |
0.4 |
127.8 |
Dari 14 responden yang menjawab survey, laju produksi lumpur tinja rata-rata sebesar 0,4 liter/orang/hari dan rata-rata laju produksi lumpur tinja 127,8 liter/orang/tahun. Berdasarkan (SNI 2398:2017) periode pengurasan 2-5 tahun, untuk 86% responden yang tidak pernah melakukan sedot tinja, laju produksi lumpur tinja dihitung dengan asumsi periode pengurasan 5 tahun, seperti yang ditunjukkan pada tabel 3 dibawah ini:
Tabel 3. Perhitungan Laju Produksi Lumpur
Tinja 6 Kecamatan
Jika Populasi Warga Kab.Lamongan |
Laju Produksi Lumpur Tinja |
||||
(liter/orang/ hari) |
Satuan m3 |
(liter/orang/ Tahun) |
Satuan m3 |
||
1373390 |
686695.0 |
686.7 |
224480595.5 |
224480.6 |
|
Populasi Per Kecamatan |
|
||||
Lamongan |
69367 |
34683.5 |
34.7 |
11338036.2 |
11338.0 |
Deket |
42545 |
21272.5 |
21.3 |
6953980.3 |
6954.0 |
Turi |
53799 |
26899.5 |
26.9 |
8793446.6 |
8793.4 |
Tikung |
46883 |
23441.5 |
23.4 |
7663026.4 |
7663.0 |
Kembangbahu |
49344 |
24672.0 |
24.7 |
8065276.8 |
8065.3 |
Sugio |
61873 |
30936.5 |
30.9 |
10113141.9 |
10113.1 |
Total |
323811 |
161905.5 |
161.9 |
52926908.0 |
52926.9 |
Secara keseluruhan, laju produksi lumpur tinja rata-rata mencapai 0,5 liter/orang/hari atau 163,45 liter/orang/tahun. Apabila dilakukan perhitungan berdasarkan populasi masyarkat Kabupaten Lamongan dengan total 1.373.390 jiwa maka laju produksi lumpur tinja sebesar 686.695 liter/orang/hari atau 686,7 dan 224.280.595,5 liter/orang/tahun atau 224.480,6 .
Menurut buku (Detailed et al., n.d.), rencana IPLT Kabupaten Lamongan, rencana layanan IPLT mencakup 40 desa dan 5 kecamatan, dengan cakupan layanan air limbah IPLT 60%, dengan rencana cakupan penduduk 200.614 jiwa dengan kapasitas 20 / hari.berikut kecamatan yang tercakup :
1. Kecamatan Lamongan : 20 desa
termasuk (Sidokumpul, Tumenggungan, Plosowahyu, Karanglangit, Pangkatrejo,
Made, Tanjung, Sumberejo, Sukomulyo, Sukorejo, Banjarmendalan, Tlogoanyar,
Sidoharjo, Sidomukti, Wajik, Sumberrejo, Rancangkencono, dan Kramat).
2. Kecamatan Deket :
9 desa (Delangu, Dinoyo, Sidobinangun, Rejosari, Sugihwaras, Sidorejo,
Deketkulon, Deketwetan, dan Pandanpancur).
3. Kecamatan
Turi : 5 desa (Gedongboyountung, Balun,
Tambakploso, Sukorejo, dan Sukoanyar).
4. Kecamaran
Tikung : 5 desa (Tambakrigadung,
Jatirejo, Jotosanur, Guminingrejo, dan Bakalanpule).
5. Kecamatan
Sarirejo : 1 desa (Simbatan).
Tabel 4. Perbandingan
Laju Produksi Lumpur Tinja Berdasarkan Kapasitas Desain
Uraian |
Kapasitas
Desain |
Actual Perhitungan
5 Kecamatan |
Jumlah
Timbulan Tinja Eksisting |
||
( m3 /hari ) |
|||||
Jumlah
penduduk yang dilayani |
Cakupan
layanan |
237127 total
penduduk |
Cakupan
layanan |
||
40 desa dan 5
kecamatan |
2023 Populasi
Kabupaten Lamongan |
Random
Sampling |
|||
200614
penduduk |
323811
penduduk |
||||
36513 penduduk |
1373390 |
||||
Kapasitas IPLT |
20 m3 /hari |
118.6 m3 / hari |
663.8 m3/ hari |
161.9 m3 /
hari |
|
1 IPLT |
6 IPLT |
33 IPLT |
8 IPLT |
Perhitungan populasi 5 kecamatan menghasilkan total 237.127 penduduk, selisih 36.513 penduduk dari kapasitas awal desain, dengan laju produksi lumpur tinja sebesar 118,6 /hari. Hasil perhitungan berdasarkan 3 kriteria, kriteria pertama berdasarkan Buku DED IPLT Kabupaten Lamongan dengan kapasitas 20 /hari untuk 1 IPLT, kriteria ke 2 berdasarkan perhitungan manual di 5 kecamatan 40 desa dengan kapasitas desain 20 /hari membutuhkan 6 IPLT, kriteria ke 3 berdasarkan populasi seluruh penduduk Kabupaten Lamongan membuthkan 33 IPLT. Jika disesuaikan dengan kapasitas desain awal. Berdasarkan hasil perhitungan sampel random di 6 kecamatan di Kabupaten Lamongan diperlukan tambahan 8 IPLT.
Dari perhitungan laju produksi lumpur tinja secara keseluruhan, perencanaan IPLT perlu mempertimbangkan kapasitas untuk melayani lebih banyak masyarakat di Kabupaten Lamongan aat memperhitungkan laju produksi lumpur tinja. Apabila tujuan untuk mencakup seluruh populasi. Apabila kapasitas yang seharusnya mencukupi tidak sesuai rencana, dapat menunjukkan kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat. Tidak adanya peraturan yang ketat yang membuat orang enggan menggunakan layanan tersebut, dan kurangnya sosialisasi dan edukasi sanitasi yang membuat masyarakat kurang paham tentang pentingnya pengelolaan lumpur tinja yang baik.
Setelah menghitung laju produksi lumpur tinja, perhitungan dan evaluasi kecukupan layanan armada IPLT dilakukan dengan menggunakan jarak terjauh dari data sampling yaitu 1 jam perjalanan dari lokasi IPLT menuju lokasi sedot tinja masyarakat, yang ditunjukkan pada tabel 5.
Tabel 5. Perhitungan Jumlah Ritasi
No |
Parameter |
Nilai |
|||
1 |
Jumlah Hari Kerja |
5 Hari Kerja / Minggu |
|||
Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Jum'at |
|||||
2 |
Jumlah Hari Kerja per tahun |
260 Hari Kerja/ Tahun |
|||
3 |
Jumlah jam
kerja |
8 Jam / Hari |
|||
4 |
Jarak terjauh IPLT ke Pelanggan |
1 jam |
|||
Kecamatan Sugio |
|||||
5 |
Waktu rata-rata armada dalam sekali
sedot tinja |
1 jam |
|||
6 |
Volume penyedotan lumpur tinja dari
tangki septik |
|
|||
|
a. |
Armada Truk
Double 4 m3 / Tangki Septik |
2 m3 / Tangki Septik |
||
|
b. |
Armada Truk Angkel
2 m3 / Tangki Septik |
|||
|
Volume penyedotan rata-rata |
2 m3 / Tangki Septik |
|||
7 |
Tangki
septik yang dilayani armada IPLT |
|
|||
a. |
Armada Truk Double 4 m3 / Tangki Septik |
4 m3/ 2 m3= 2 Tangki Septik |
|||
b. |
Armada Truk Angkel 2 m3 / Tangki Septik |
2 m3/ 2 m3 = 1 Tangki Septik |
|||
8 |
Waktu
Armada dalam menjalani 1 kali ritasi |
1 jam |
|||
a. |
Armada Truk Double 4 m3 / Tangki Septik |
[ (2 Tangki Septik / ritasi) x ( 1 jam /
Tangki Septik) ] + [ (2 perjalanan / ritasi) x 1
jam/perjalanan) ] = 4 jam / ritasi |
|||
b. |
Armada Truk Angkel 2 m3 / Tangki Septik |
[ (1 Tangki Septik / ritasi) x ( 1 jam /
Tangki Septik) ] + [ (1 perjalanan / ritasi) x 1
jam/perjalanan) ] = 2 jam / ritasi |
|||
9 |
Jumlah ritasi yang dijalanai 1 armada
IPLT (ritasi/hari/truk) |
1 jam |
|||
a. |
Armada Truk Double 4 m3 / Tangki Septik |
[(8 jam/hari) : (4 jam / ritasi)] = 2 ritasi/truk/hari |
|||
b. |
Armada Truk Angkel 2 m3 / Tangki Septik |
[(8 jam/hari) : (2 jam/ritasi)] = 4
ritasi/truk/hari |
|||
10 |
Jumlah
tangki septik yang disedot/hari |
1 jam |
|||
a. |
Armada Truk
Double 4 m3/ Tangki Septik |
[(2 ritasi/truk/hari) x (2 Tangki Septik / Ritasi)] = 4 tangki septik/truk/hari |
|||
b. |
Armada Truk
Angkel 2 m3/ Tangki Septik |
[(4 ritasi/truk/hari) x (1 Tangki Septik / Ritasi)] = 4 tangki septik/truk/hari |
|||
11 |
Volume Lumpur Tinja Yang Disedot Oleh
Armada / Hari |
1 jam |
|||
a. |
Armada Truk Double 4 m3 / Tangki Septik |
[(4 tangki septik/truk/hari) x (2 m3/
Tangki Septik)] = 8 m3/truk/hari |
|||
b. |
Armada Truk Angkel 2 m3 / Tangki Septik |
[(4 tangki septik/truk/hari) x (2 m3/
Tangki Septik)] = 8 m3/truk/hari |
|||
|
Berdasarkan perhitungan total volume lumpur tinja, kedua armada IPLT memiliki kapasitas 4 dan 2 seperti pada tabel 5:
Total volume lumpur tinja yang dilakukan penyedotan =
= 8 / truk/ hari + 8 /truk/hari
= 16 / hari
Sehingga apabila disesuaikan dengan kapasitas desain IPLT 20 / hari menyisakan 4 kapasitas. Menunjukkan tanpa melebihi kapasitas desain IPLT, ada sedikit ruang untuk mengangkut lebih banyak lumpur tinja. Untuk meningkatkan kapasitas IPLT dan jumlah yang masuk ke IPLT, dapat ditambahkan armada truk dengan kapasitas 2 .
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengukuran dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa jumlah tinja yang
masuk ke IPLT tidak sesuai dengan rencana awal karena perbedaan antara populasi
sebenarnya dan kapasitas desain. Populasi aktual dari 5 kecamatan adalah
237.127 jiwa, lebih besar dari kapasitas desain awal yang direncanakan,
sehingga produksi lumpur tinja seharusnya lebih tinggi dari kapasitas desain.
Perhitungan berdasarkan random sampling di 6 kecamatan menunjukkan bahwa
diperlukan lebih banyak IPLT untuk menangani volume tinja yang dihasilkan.
Produksi lumpur tinja yang masuk ke IPLT tidak sesuai dengan rencana karena
tidak adanya peraturan terkait retribusi dan kurangnya perawatan rutin.
Sebagian besar masyarakat (86%) tidak pernah melakukan pengurasan tangki septik
selama lebih dari 10 tahun, menunjukkan rendahnya partisipasi dalam
pemeliharaan tangki septik. Dengan volume tinja harian 16 m^3 dan kapasitas
desain IPLT 20 /hari,
masih ada ruang untuk mengangkut lebih banyak lumpur tinja. Untuk meningkatkan
kapasitas IPLT, dapat ditambahkan armada truk dengan kapasitas 2 .
Infrastruktur yang ada belum memadai untuk mengatasi volume tinja yang tinggi,
dan kesadaran akan pentingnya pengurasan lumpur tinja secara rutin belum
mencapai semua lapisan masyarakat, dengan 12% responden hanya melakukan
pengurasan ketika terjadi masalah seperti WC mampet.
BIBLIOGRAFI
Arliman, L. (2018). Eksistensi Hukum Lingkungan dalam
Membangun Lingkungan Sehat Di Indonesia. Lex Librum: Jurnal Ilmu Hukum, 5(1),
761–770.
Dahniar, E. F. (2019). Perencanaan Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di Kota Madiun. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
Detailed, L., Design, E., Pengelolaan, I., Tinja, L.,
& Lamongan, K. (n.d.). Laporan detailed engineering design instalasi
pengelolaan lumpur tinja kabupaten lamongan.
Fahira, F. (2023). Perencanaan Unit Solid
Separation Chamber (SSC) Pada Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota
Sabang. UIN Ar-Raniry.
KementerianPUPR. (2022). Buku Saku Petunjuk
Konstruksi Sanitasi. 1–52.
Listiyani, N. (2017). Dampak pertambangan terhadap
lingkungan hidup di kalimantan selatan dan implikasinya bagi hak-hak warga
negara. Al-Adl: Jurnal Hukum, 9(1), 67–86.
Mahkamah Konstitusi Repbulik Indonesia (MKRI). (2005).
UUD 1945 Pasal 28H. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MKRI), 2005(1).
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2016).
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor R:
P.68/Menlhk-Setjen/2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia, 1–13.
Putri, N. C., & Hermana, J. (2015). Kajian
implementasi instalasi pengolahan lumpur tinja di Indonesia. Jurnal Teknik
ITS, 4(1), 1–6.
Rahmawati, T., Fatimah, E., & Suhendrayatna, S.
(2022). Evaluasi Kondisi Fisik Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). Jurnal
Arsip Rekayasa Sipil Dan Perencanaan, 5(3), 201–212.
Shukla, A., Patwa, A., Parde, D., & Vijay, R.
(2023). A review on generation, characterization, containment, transport and
treatment of fecal sludge and septage with resource recovery-oriented
sanitation. Environmental Research, 216(P1), 114389.
https://doi.org/10.1016/j.envres.2022.114389
SNI. (2017). SNI 2398:2017 tentang Tata Cara
Perencanaan Tangki Septik dengan Pengolahan Lanjutan (Sumur Resapan, Bidang
Resapan, Up flow Filter, Kolam Sanita). Jakarta, 31.
Sugiyono, T. (2018). Metode Penelitian Evaluasi
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi). Bandung: Alfabeta.
Sultan, S. H. (2023). Kondisi Suplai Air Bersih,
Karakteristik Limbah Cair Domestik (Black Water), Dan Pemanfaatan Layanan Penyedotan
Lumpur Tinja Di Kota Makassar= Conditions of Clean Water Supply,
Characteristics of Domestic Liquid Waste (Black Water), and Utilization of
Fecal Sludge Collection Services in Makassar City. Universitas Hasanuddin.
Tendean, C., Tilaar, S., & Karongkong, H. H.
(2014). Pengelolaan air limbah domestik di permukiman kumuh di kelurahan calaca
dan istiqlal kecamatan wenang. Sabua: Jurnal Lingkungan Binaan Dan
Arsitektur, 6(3), 293–306.
Copyright holder: Fega Belindasari Nasution, Irwan Bagyo Santoso (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed under: |