Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
10, Oktober 2024
PERAN KUALITAS AUDIT DALAM MENGAWASI PENGARUH STRUKTUR
KEPEMILIKAN, CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN
LABA
This study
aims to test and analyze the effect of corporate governance with the proxies of
managerial ownership, corporate social responsibility and leverage on earnings
management with audit quality as a moderating variable. The population of this
study are non-cyclical consumer sector companies listed on the Indonesia Stock
Exchange during the 2020-2022 period. The sample of companies used in this
study were 34 companies, which were selected using purposive sampling method.
This study uses Ordinary Least Squares regression testing technique using Eviews
12. The results showed that managerial ownership and corporate social
responsibility have a negative effect on earnings management but leverage has
no effect on earnings management. In addition, audit quality is unable to
strengthen or weaken the influence of managerial ownership, corporate social
responsibility, leverage on earnings management. This study provides a new
empirical contribution to the earnings management literature by showing that
non-financial factors such as CSR can be an effective control mechanism in
reducing management incentives to manipulate earnings.
Keywords: Earnings management, managerial ownership, corporate
social responsibility, leverage, firm size
Pemegang saham cenderung tertarik berinvestasi pada
perusahaan dengan kinerja keuangan yang kuat dan mampu menghasilkan keuntungan
yang stabil. Laporan keuangan berkala menjadi sarana yang mencerminkan kinerja
keuangan perusahan.. Laporan keuangan berperan sebagai informasi keuangan yang digunakan oleh pihak internal sebagai
bentuk tanggung jawab atas kinerja manajemen dengan parameter berupa laba.
Sedangkan bagi pihak eksternal, laporan keuangan memberikan
gambaran akan keadaan bisnis yang akan membantu investor dalam menentukan
keputusan.
Dampak negatif
dari pandemi COVID-19 menjangkau banyak sektor, termasuk dunia bisnis. Banyak
perusahaan mengalami penurunan pendapatan dan laba, tenakan tersebut membuat pihak manajemen
terdorong untuk melakukan kecurangan akuntansi seperti rekayasa laba. Manajemen perusahaan memodifikasi laporan perusahaan untuk menutupi kondisi perusahaan sebenarnya. Manajemen
akan mengambil kesempatan untuk menerapkan
metode akuntansi yang masih sejalan dengan
standar akuntansi seperti penerapan kebijakan
akuntansi berbasis akrual, jika tujuan
yang inginkan tidak tercapai
PT Garuda Indonesia melakukan praktik
manipulasi laba pada tahun 2018. Dimana, tahun
2018 dalam laporan keuangan dillaporkan laba perusahaan
sebesar USD 809,85 ribu. Hal ini menunjukan
adanya lonjakan yang cukup
besar
dibandingkan tahun sebelumnya, dimana
tahun 2018 dicatat kerugian sebesar USD 216,5 juta. Hal tersebut menyebabkan
kecurigaan adanya kecurangan sehingga
terjadi investigasi lebih lanjut. Hasil investigasi menemukan bahwa adanya
pengakuan piutang yang belum
diterima pembayaran dari PT Mahata
Aero Teknologi sebagai pendapatan, sehingga laporan yang disajikan PT Garuda
Indonesia tersebut tidak sesuai dengan PSAK yang berlaku
Jensen
dan Meckling (1976) memiliki pendapat bahwa teori
agensi adalah hubungan yang selaras antara pemegang saham dan manajemen. Pemegang saham menggunakan biaya yang minimal
untuk
memaksimalkan keuntungan
yang diperoleh. Disisi lain, pihak manajemen memiliki
tanggung jawab untuk mengelola perusahaan agar keinginan pemegang saham
terwujud..
Manajemen
menggunakan praktik manajemen laba dalam mengubah proses akuntansi untuk
mempercantik laporan keuangan dengan tujuan tertentu. Hal ini dapat mengurangi
keakuratan laporan keuangan secara ekonomi sehingga mengurangi kepercayaan pada
proses pelaporan (Subramanyam, 2017).
Leverage menjadi
salah satu strategi perusahaan dalam mengatasi manajemen laba. Dimana, leverage
dapat menunjukan seberapa jauh perusahana
mengandalkan utang untuk membiayai aset
perusahaan. Ketika adanya permasalahan gagal bayar atas utang
tersebut, kreditur akan memperketat pengawasan sehingga akan mencegah manajemen
untuk melakukan manipulasi laba.
Dalam mengatur hubungan antara para
pemangku kepentingan dengan perusahaan dibutukan
tata kelola perusahan yang baik. Tujuannya untuk meningkatkan nilai
perusahaan melalui kinerja perusahaan. Corporate
governance juga memastikan bahwa perusahaan dikelola secara transparan,
akuntabel, dan berkelanjutan guna menjaga kepentingan stakeholder. Adanya harapan bahwa dengan menyelaraskan kepentingan
manajemen dan pemegang saham, maka akan mencegah terjadinya praktik manajemen
laba.
Suatu bisnis juga memerlukan perencanaan strategis yang menjadi pondasi
dalam membangun bisnis yang tangguh dan berkelanjutan. Kesadaran dan tanggung
jawab terhadap lingkungan akan mempengaruhi kinerja perusahaan di mata
investor. Pengaruh yang besar pada kepercayaan investor, reputasi perusahan dan
keberlanjutan bisnis di masa datang merupakan hasil dari kinerja corporate
social responsibility. Investor dan
pemangku kepentingan mulai peka akan kinerja CSR perusahaan dan investor akan
mempertimbangkan hal ini sebelum memutuskan investasi yang akan dilakukan
Berdasarkan tinjauan literatur dan
informasi yang dipaparkan, peneliti tertarik untuk menganalisis pengaruh variabel atas manajemen laba di Indonesia. Penelitian ini
memperluas cakupan penelitian Mardnly, Badran, dan Mauselli (2021). Dalam penelitian ini, CSR dan Leverage
serta kualitas audit sebagai ditambahkan sebagai variabel independen dan variabel moderasi. Ukuran perusahaan digunakan sebagai control
variable dalam penelitian ini.
Mardnly, Badran dan Mouselli (2021)
menemukan bahwa dari tahun 2011-2018, praktik manajemen laba perusahaan
asuransi di Damascus Securities Exchange dapat diatasi oleh kepemilikan saham oleh manajerial. Hasil
analisis ini sesuai dengan Ayem dan Ongirwalu (2020),
yang membuktikan kepemilikan manajerial mampu meningkatkan akuntabilitas dan
penurunan praktik manipulasi laba.
Hasil penelitian Alexander (2021) tidak menemukan adanya hubungan antara kepemilikan
manjerial dengan praktik manipulasi laba.
Sebastian dan Handojo
(2019) juga menemukan bahwa
manipulasi laba tidak dapat dihindari meskipun kepemilikan manajemen perusahaan
sangat besar.
Penerapan CSR yang efektif dapat mendorong perusahaan
meminimalkan praktik manajemen laba (Chen & Hung, 2020 dan Liu dan Lee, 2019). Ada
beberapa hasil penelitian yang tidak sama dengan hasil
penelitian Chen dan Hung
(2020) dan Liu dan Lee
(2019). Habbash dan Haddad (2020) berpendapat bahwa corporate social
responsibility dapat meningkatkan beban perusahaan yang
akan menurunkan laba perusahaan dalam jangka pendek sehingga mendorong
manajemen untuk memanipulasi
laba agar perusahaan terlihat menguntungkan
daripada kenyataannya. Sedangkan untuk hasil penelitian Wahyono, Novianto dan
Putri (2019) menemukan bahwa praktik manipulasi laba yang dilakukan manajemen
tidak dipengaruhi pengungkapan kegiatan CSR perusahaan.
Hasil penelitian Mendoza, et al (2021) dan
Mamatzakis, Pegkas dan Staikouras
(2023) mengungkapkan bahwa leverage dengan tingkat yang
tinggi, mendorong
pengawasan dan kontrol yang ketat dari
investor maupun kreditor, sehingga berkontribusi pada penurunan praktik manipulasi laba. Sebaliknya,
hasil penelitian Chandra dan Djashan (2018) tidak menemukan adanya pengaruh tingkat leverage atas earnings
management.
Penelitian Mustapha, et al (2019) dan Yanthi,
Pratomo dan Kurnia (2020) serta Yispa (2022), menemukan bahwa
audit yang berkualitas memiliki kemampuan investigasi sehingga praktik
manajemen laba menjadi tidak efektif. Wahyono, Novianto dan Putri (2019), menemukan tidak terjadi pembatasan dan pencegahan
praktik manajemen laba yang terjadi antara KAP Big Four maupun auditor lain.
Pihak manajemen dengan proporsi kepemilikan saham serta berperan aktif
dalam pengambilan keputusan diartikan sebagai managerial ownership. Hal ini mendorong pihak manajemen untuk
berfokus pada jangka panjang perusahaan sehingga menghasilkan keputusan yang
lebih baik, karena mereka juga memiliki kepentingan finansial langsung dalam
keberhasilan perusahaan. Menurut penelitian Mardnly, Badran dan Mouselli (2021), tindakan
manajemen untuk melakukan earnings management dapat dibatasi dengan tingkat kepemilikan
manajer tinggi dalam perusahaan.
Namun, penelitian Alexander (2021) dan Sebastian dan Handojo (2019) menemukan hal yang berbeda
dimana manajemen laba tidak dapat dipengaruhi oleh
kepemilikan manajerial. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada atau tidaknya kepemilikan managerial dalam
perusahaan tidak dapat mengurangi dorongan untuk melakukan manajemen laba.
Ha1:
Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Corporate Social
Responsibility mencerminkan komitmen
dan kontribusi perusahaan atas tanggung
jawab atas konsekuensi yang ditimbulkan dari operasional yang dijalankan.
Informasi atas corporate social responsibility tersebut merupakan cara manajemen berkomunikasi dengan pemangku
kepentingan atas tanggung jawab
yang sudah dilakukan perusahaan. Peluang
manajemen untuk melakukan praktik manipulasi laba
akan semakin rendah jika semakin banyak
pengungkapan tentang CSR (Alexander dan Palupi, 2020).
Menurut hasil penelitian Chen dan Hung (2020) dan Liu dan Lee (2019)
juga menyatakan bahwa CSR mengurangi praktik manajemen laba. Dikarenakan CSR dapat meningkatkan reputasi perusahaan, sehingga meningkatkan
kepercayaan investor dan mendorong investasi. Penelitian Wahyono, Novianto dan Putri (2019) yang
menemukan hal yang berbeda, dimana pengungkapan CSR tidak berhubungan dengan
ativitas manajemen laba.
Ha2:
Corporate social responsibility berpengaruh negatif terhadap Manajemen Laba
Leverage menjelaskan tekait
ratio tingkat penggunaan utang untuk membiayai
asetnya di dalam kegiatan operasionalnya.
Tingginya tingkat leverage
akan mengurangi praktik manajemen laba dikarenakan adanya perhatian lebih dan pengawasan dari kreditor dan investor terhadap operasional perusahaan. Hal ini didukung dengan temuan
Mendoza, et al (2021) dan Mamatzakis, Pegkas dan Staikouras
(2023), yaitu leverage yang
tinggi akan mengurangi praktik manipulasi laba.
Berbeda dengan penelitian Fandriani & Tunjung (2019), yang menemukan
bahwa jika leverage tinggi maka akan menurunkan laba dan berdampak pada
tingginya praktik manajemen laba. Hal ini berarti manajemen akan melakukan
kecurangan untuk menaikkan laba perushaan jika tingkat leverage tinggi
untuk menjaga citra perusahaan. Namun, penelitian Chandra dan
Djashan (2018), menemukan tidak ada pengaruh besar kecilnya leverage
terhadap earnings management.
Ha3: Leverage berpengaruh
negatif terhadap Manajemen Laba.
Menurut temuan Ayem dan Ongirwalu (2020), kepemilikan
manajerial menjelaskan seberapa besar proporsi saham yang menjadi kepemilikan manajemen dalam perusahaan. Ketika proporsi saham yang dimiliki manajemen tinggi
maka akan lebih fokus pada keberlanjutan jangka panjang sehingga menekan
tindakan manajemen laba. Dengan kata lain, proporsi kepemilikan saham oleh
manajemen menjadi alat yang efektif untuk mengurangi manajemen laba.
Keandalan laporan keuangan dapat mencerminkan kualitas audit yang
tinggi. Hal ini tercermin dalam opini audit yang dikeluarkan oleh KAP. KAP Big Four terus melakukan pelatihan
auditor serta pengembangan teknologi sehingga mendukung penerapan prosedur yang
ketat dan standar audit yang tinggi dalam pelaksanaan tugas auditnya. Hal ini
menyebabkan adanya anggapan bahwa KAP Big Four lebih
mampu mendeteksi manipulasi laporan yang dilakukan oleh manajemen.
Ha4: Kualitas Audit memperkuat pengaruh negatif
kepemilikan manajerial terhadap Manajemen Laba.
Alexander
dan Palupi (2020) berpendapat bahwa dengan lebih banyak informasi yang diungkapkan terkait kegiatan CSR merupakan bentuk pertanggung jawaban perusahaan kepada
para investor dan masyarakat. Dimana
pengungkapan CSR ini cenderung akan membatasi praktik manipulasi laba yang terjadi di perusahaan, karena laporan lebih transparan.
Kualitas
audit mengacu pada tingkat
keandalan dan kredibilitas
opini auditor atas laporan keuangan. Auditor diharapkan untuk tetap independen, objektif,
dan profesional dalam melakukan pekerjaannya, serta
bagi perusahaan untuk menerapkan corporate social responsibility secara
bertanggung jawab dan transparan. Menurut Yispa (2022), audit berkualitas tinggi dilakukan oleh
KAP Big Four sehingga dapat mencegah
terjadinya manajemen laba.
Ha5: Kualitas Audit memperkuat pengaruh negatif corporate
social responsibility terhadap Manajemen Laba.
Leverage sebagai
salah satu cara mengukur tingkat ketergantungan organisasi pada utang untuk membiayai asetnya. Leverage
yang tinggi mencerminkan bahwa perusahaan memiliki ketergantungan kepada
pihak luar untuk menjalankan operasionalnya.
Selain
itu, risiko atas kewajiban yang harus dipenuhi akan berdampak pada keuangan
perusahaan. Adanya risiko gagal bayar atas hutang akan mendorong kreditur untuk
lebih ketat mengawasi perusahan dalam kegitaan operasional perusahaan. Auditor
yang berkualitas akan memiliki kemampuan untuk memastikan keandalan laporan
keuangan.
Ha6: Kualitas Audit memperkuat pengaruh negatif leverage
terhadap Manajemen Laba.
Hasil uji statistik desktiptif berikut menunjukkan
nilai rata-rata,
maksimum, minimum, dan standard deviation dari variabel yang digunakan dalam
penelitian ini.
Tabel 1. Statistik Deskriptif
|
|
IO |
CSR |
LEV |
SIZE |
EM |
|||||
|
Mean |
0.099648 |
0.335286 |
0.568956 |
28.87349 |
0.005462 |
|||||
|
Maximum |
0.639000 |
0.795000 |
6.565000 |
32.82600 |
0.061000 |
|||||
|
Minimum |
0.000000 |
0.077000 |
0.105000 |
25.28100 |
-0.039000 |
|||||
|
Std. Dev. |
0.163502 |
0.164026 |
0.672391 |
1.756197 |
0.021836 |
|||||
|
Observations |
91 |
91 |
91 |
91 |
91 |
|||||
AUDIT |
|||||||||||
|
Frequency |
Percent |
Valid Percent |
Cumulative Percent |
|||||||
Valid |
Non-Big Four |
58 |
63,7 |
63,7 |
63,7 |
||||||
Big Four |
33 |
36,3 |
36,3 |
100,0 |
|||||||
Total |
91 |
100,0 |
100,0 |
|
|||||||
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 25
Berdasarkan hasil
diatas, maka manajemen
laba yang diukur menggunakan Conditional Revenue Model bernilai rata-rata yaitu 0,005462 lebih kecil dibandingkan standard deviation 0,021836.
Hal ini berarti adanya variasi atas data
manajemen laba perusahaan periode 2020-2022. Pada tahun 2021, PT Salim Ivomas
Pratama Tbk memiliki nilai maximum yaitu
0,061000 sedangkan PT Wismilak Inti Makmur Tbk bernilai minimum -0,039000.
Nilai rata-rata dari kepemilikan manajerial yaitu 0,099648 lebih kecil dibandingkan nilai standard deviation sebesar
0,163502. Hasil berarti bahwa
data kepemilikan manajerial perusahaan periode 2020-2022 bervariasi. Pada tahun
2020-2022, PT Indonesian Tobacco Tbk memiliki nilai maximum sebesar 0,639000. Sedangkan, PT Sentra
Food Indonesia Tbk dan PT Multipolar Tbk bernilai minimum
sebesar
0,00000.
Nilai rata-rata dari CSR
yaitu 0,335286 lebih besar dari nilai 0,164026 yang merupakan nilai standard deviation. Hasil ini berarti
bahwa data CSR perusahaan tidak bervariasi pada periode
2020-2022. PT Dharma Satya Nusantara Tbk pada tahun 2022 memiliki nilai maximum sebesar
0,79500. Sedangkan, PT Gudang Garam Tbk dan PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk bernilai minimum
sebesar 0,07700.
Nilai rata-rata pada leverage yaitu 0,568956 lebih kecil nilai standard deviation sebesar 0,672391. Hasil ini berarti
bahwa data leverage perusahaan periode 2020-2022 bervariasi. Pada tahun
2021, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk memiliki nilai maximum 6,565000.
Sedangkan, data tahun 2021 PT Campina Ice Cream Industry Tbk bernilai minimum
sebesar 0,105000.
Chow
test
Tabel 2. Hasil Chow Test
Effects Test |
Statistik |
d.f. |
Prob. |
Cross-section
Chi-square |
40.889144 |
33 |
0.1626 |
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews
12
Pada tabel 2,
nilai Prob. Cross-section Chi-square sebesar 0,1626 lebih besar dari 0,05,
maka Ho diterima yang berarti model yang terpilih adalah Common effect
model.
Lagrange
Multiplier Test
Tabel 3. Hasil Lagrange Multiplier Test
|
Test Hypothesis
Cross-section |
Time |
Both |
Breusch-Pagan |
0,604717 |
0,065867 |
0,670584 |
|
(0,4368) |
(0,7975) |
(0,4128) |
|
|
|
|
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 12
Model yang terpilih
adalah common effect model karena nilai
probabilitas 0,4128 > 0,05. Dari hasil pengujian chow test dan LM test, dapat disimpulkan bahwa common
effect model adalah model penelitian
yang digunakan.
Metode penelitian ini adalah ordinary least
lquare (OLS).
Ordinary least lquare digunakan untuk
menjawab permasalahan, sehingga harus memenuhi penguujian normalitas, mulitkolineritas, heteroskedastisitas dan
autokorelasi.
Tabel 4 menjelaskan hasil uji
normalitas sebelum uji outlier, yang
bertujuan untuk menentukan apakah data yang digunakan pada
penelitian ini terdistribusi
secara normal atau tidak.
Tabel
4. Hasil Uji Normalitas Residual Sebelum Uji Outlier
|
Sig |
N |
102 |
Prob.
Jarque-Bera |
0,000 |
Sumber:
Hasil Pengolahan Eviews 12
Tabel 4 di atas
menunjukkan nilai Prob. Jarque-Bera sebesar 0,000
lebih kecil dari 0,05 artinya
data tidak berdistribusi secara
normal sehingga dilanjutkan dengan uji outlier.
Berdasarkan uji outlier, terdapat 11 data outlier yang harus dikeluarkan dari nilai z-score karena tidak sesuai dengan
kriteria sehingga data yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 91 data.
Berikut adalah hasil uji outlier yang
disajikan pada tabel 5 sebagai berikut:
Tabel
5. Hasil Uji Normalitas Residual Setelah Uji Outlier
|
Unstandardized
Residual |
N |
91 |
Prob.
Jarque-Bera |
0,675837 |
Sumber:
Hasil Pengolahan Eviews 12
Hasil pengujian normalitas residual setelah uji outlier menunjukkan nilai Prob. Jarque-Bera sebesar 0,675837 lebih
besar dari 0,05 dan disimpulkan pada tingkat kepercayaan 95% asumsi distribusi
normalitas untuk variabel error terpenuhi.
Berikut ini hasil uji multikolinearitas
pada tabel 6 yang menunjukkan nilai
VIF untuk menentukan apakah terdapat korelasi di antara variabel independen.
Tabel 6. Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel |
VIF |
Hasil |
IO |
1,437307 |
Tidak
terdapat multikolinearitas |
LEV |
38,23494 |
Terdapat
multikolinearitas |
CSR |
1,915357 |
Tidak
terdapat multikolinearitas |
AUDIT |
4,784080 |
Tidak
terdapat multikolinearitas |
IO_AUDIT |
22,85132 |
Terdapat
multikolinearitas |
LEV_AUDIT |
14,58743 |
Terdapat
multikolinearitas |
CSR_AUDIT |
39,54197 |
Terdapat
multikolinearitas |
SIZE |
2,526781 |
Tidak
terdapat multikolinearitas |
Sumber:
Hasil Pengolahan Data Eviews
Berdasarkan tabel 6, hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa
variabel independen kepemilikan
manajerial (IO), corporate social responsibility (CSR), kualitas audit (AUDIT)
dan ukuran perusahaan (SIZE) memiliki nilai VIF dibawah 10, yang berarti tidak
terdapat multikolinearitas pada variabel independen. Namun variabel leverage
(LEV), IO_AUDIT, LEV_AUDIT dan CSR_AUDIT memiliki nilai VIF diatas 10, maka
disimpulkan model untuk variabel independen ada saling berkorelasi di sebabkan
karena ada variabel moderasi yang diinteraksikan dengan variabel independen.
Berikut
ini merupakan hasil uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini yang bertujuan
untuk mendeteksi apakah terdapat heterokedastisitas dalam penelitian ini.
|
Sig. |
Keterangan |
EM |
0,7484 |
Tidak terjadi heteroskedastisitas |
Sumber: Hasil
Pengolahan Eviews 12
Tabel
7 merupakan hasil pengujian untuk menguji apakah asumsi homokedastisitas
terpenuhi dalam penelitian. Berdasarkan hasil pengujian menggunakan alat analisis
gletser test, diketahui pada model didapatkan nilai sig untuk semua
variabel dalam penelitian ini memiliki nilai 0,7484 lebih besar dari 0,05, maka
Ho diterima dan disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada penelitian
ini.
Berikut
ini adalah hasil uji autokorelasi yang bertujuan untuk menentukan apakah
terdapat autokorelasi di dalam penelitian ini.
|
Prob. |
Keterangan |
EM |
0,3746 |
Tidak terjadi autokorelasi |
Sumber:
Hasil Pengolahan Eviews 12
Pada tabel 8 hasil pengujian
menggunakan alat analisis lagrange multiplier test, menunjukkan hasil nilai prob 0,3746 lebih besar 0,05
dan disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam penelitian ini.
Berikut
ini adalah hasil analisis koefisien determinasi (adjusted R2) yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan dari suatu model dalam menjelaskan variabel – variabel dependen.
Tabel
9. Hasil Analisis Adj. R2
Model |
Adj. R2 |
EM |
0,103 |
Sumber: Hasil
Pengolahan Eviews 12
Pada tabel 9 nilai
adjusted R2 sebesar 0,103
yang menunjukkan bahwa variasi variabel dependen yaitu manajemen laba dapat
dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu kepemilikan manajerial, corporate
social responsibility dan leverage sebesar 10,3%, sedangkan sisanya
dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dijelaskan dalam model penelitian
ini.
Berikut ini adalah hasil uji F yang bertujuan
untuk mengetahui apakah model penelitian ini layak untuk digunakan.
Model |
Fstat |
Sig Fstat |
EM |
2,315 |
0,027b |
Sumber: Hasil
Pengolahan Eviews 12
Tabel
10 merupakan hasil uji F yang menunjukkan bahwa nilai sig.
sebesar 0,027 lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa paling
tidak terdapat satu variabel independen yang signifikan terhadap variabel
independen.
Berikut
ini adalah hasil uji t yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
di antara satu variabel independen secara
individual terhadap variabel dependen.
Variabel |
Predictive |
β |
T |
Sig. |
Hasil |
(Constant) |
|
-0,049211 |
-1,037637 |
0,151 |
|
IO |
- |
-0,019627 |
-1,592255 |
0,057 |
H1
Diterima |
CSR |
- |
-0,048149 |
-3,506151 |
0,000 |
H2
Diterima |
LEV |
- |
-0,005190 |
-0,855408 |
0,197 |
H3
Ditolak |
AUDIT |
- |
-0,011214 |
-1,641888 |
0,052 |
|
IO_AUDIT |
- |
-0,011966 |
-0,149219 |
0,440 |
H4
Ditolak |
CSR_AUDIT |
- |
-0,046765 |
-0,290395 |
0,386 |
H5
Ditolak |
LEV_AUDIT |
- |
0,248196 |
0,411936 |
0,490 |
H6
Ditolak |
SIZE |
|
0,002762 |
1,661236 |
0,050 |
|
Sumber: Hasil
Pengolahan Eviews 12
Pengaruh kepemilikan managerial terhadap
manajemen laba
Uji statistik menghasilkan tanda beta negatif,
yang
sesuai dengan hipotesa bahwa adanya dampak
dengan arah negatif antara kepemilikan manajerial dengan manajemen laba. Oleh karena itu,
pengujian signifikansi dilakukan dengan nilai sig. sebesar 0,057 < 0,10,
yang menjelaskan bahwa H1 diterima yang berarti adanya keselarasan hubungan antara kepentingan
pemegang saham dengan manajemen serta adanya motivasi manajemen untuk
meningkatkan nilai perusahaan dalam jangka panjang karena mereka akan secara
langsung mendapatkan keuntungan dari kenaikan nilai saham. Hasil ini sejalan
dengan temuan Mardnly, Badran dan Mouselli
(2021), yang menemukan adanya dampak ke arah negatif
kepemilikan manajerial terhadap praktik manajemen laba. Namun, Alexander (2021) dan Sebastian dan Handojo (2019) tidak menemukan hubungan antara kepemilikan manajerial dan manajemen laba.
Pengaruh corporate social responsibility terhadap
manajemen laba
Uji statistik menghasilkan tanda beta negatif, yang sesuai
dengan hipotesa bahwan corporate
social responsibility memiliki dampak dengan arah negatif
terhadap manajemen laba. Oleh karena itu, pengujian signifikansi dilakukan
dengan nilai sig. sebesar 0,001 < 0,10, yang menunjukkan bahwa H2
diterima yang berarti terdapat dampak dengan arah
negatif antara CSR dengan earnings
management. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
yang giat menjalankan
program kegiatan CSR adalah perusahaan yang peduli dan beroperasi
secara wajar bertanggungjawab sehingga mengurangi tekanan bagi perusahaan untuk
memanipulasi laba untuk memenuhi ekspektasi eksternal. Hasil penelitian Chen dan Hung (2020) dan
Liu dan Lee (2019)
juga menunjukkan hal yang sama. Berbeda dengan hasil temuan Habbash dan
Haddad (2020) yang menemukan adanya pengaruh positif antara CSR dengan manajemen laba.
Pengaruh leverage terhadap manajemen laba
Uji statistik menghasilkan tanda beta negatif, yang sesuai
dengan hipotesa bahwa leverage memiliki dampak negatif
terhadap manajemen laba. Namun H3 ditolak karena nilai sig. sebesar 0,197 > 0,10,
berarti leverage tidak mempengaruhi manajemen laba. Hal ini menjelaskan
bahwa praktik manipulasi laba tidak dapat
dibatasi walaupun ada pengawasan dari investor dan kreditur. Hasil penelitian
Chandra dan Djashan (2018) menemukan hal yang sama. Namun menurut Mendoza, et
al (2021) dan Mamatzakis, Pegkas dan Staikouras (2023), leverage
memiliki dampak negatif atas manajemen laba.
Kualitas audit memperkuat pengaruh negatif pengaruh
kepemilikan managerial terhadap manajemen laba
Uji statistik menghasilkan tanda
beta negatif yang sesuai
dengan hipotesa yang diajukan. Namun H4 ditolak karena hasil nilai sig. sebesar 0,440 > 0,10,
berarti kualitas audit tidak mampu memperkuat dampak negatif kepemilikan
manajerial atas manajemen laba. Temuan ini mmejelaskan
bahwa auditor yang berkualitas tinggi juga tidak selalu dapat mendeteksi semua
praktik manajemen laba.
Kualitas audit memperkuat pengaruh negatif corporate social responsibility terhadap
manajemen laba
Uji statistik menghasilkan tanda
beta negatif yang sesuai
dengan hipotesa yang diajukan. Namun H5 ditolak nilai sig. sebesar
0,386 > 0,10, berarti kualitas audit tidak mampu memperkuat dampak negatif
CSR terhadap manajemen laba. Temuan ini berarti auditor tidak selalu berhasil dalam
mendeteksi dan memverifikasi semua aktivitas CSR yang dilakukan perusahaan untuk menutupi praktik
manajeman laba.
Kualitas audit memperkuat pengaruh negatif pengaruh leverage terhadap manajemen laba
Uji statistik menghasilkan
ketidaksesuaian tanda beta dengan hipotesa yang diajukan, sehingga H6 ditolak,
berarti kualitas audit tidak mampu memperkuat dampak negatif leverage
atas manajemen laba.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang
dilakukan terhadap 91 perusahaan sektor non cyclical selama 2020-2022
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Kepemilikan manajerial memiliki pengaruh negatif
terhadap manajemen laba. Semakin tinggi kepemilikan manajerial maka akan
memperkecil tindakan manajemen laba. (2) Corporate social responsibility
memiliki pengaruh negatif terhadap manajemen laba. (3) Leverage tidak
memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. (4) Kualitas audit tidak mampu memperkuat pengaruh negatif kepemilikan
manajerial
terhadap manajemen laba. Hal ini menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan antara
KAP Big Four dan non-Big Four dalam mencegah terjadinya praktik manajemen laba.
(5) Kualitas audit tidak mampu memperkuat pengaruh negatif
corporate
social responsibility terhadap manajemen laba. Dan (6) Kualitas audit tidak mampu memperkuat pengaruh negatif
leverage
terhadap manajemen laba.
Alexander, N. (2021). Effect of Corporate Governance
on Earnings Management: Study on Manufacturing Companies Listed
in the Indonesia Stock Exchange. Review of Integrative Business and
Economics Research, 10(1), 55 - 61.
Alexander, N., & Palupi,
A. (2020). Pengaruh Corporate Social Responsibility Reporting Terhadap
Manajemen Laba. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, 22(1). 105-112.
Ayem, S., & Ongirwalu,
S. (2020). Pengaruh Adopsi IFRS, Penghindaran Pajak, dan Kepemilikan
Manajerial terhadap Manajemen Laba. JIA (Jurnal Ilmiah Akuntansi). 5(2). 360-376.
Chandra, S. M., &
Djashan, I. A. (2018). Pengaruh Leverage Dan Faktor Lainnya Terhadap
Manajemen Laba Pada Perusahaan Non Keuangan. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, 20(1). 13-20.
Chen, R. C., & Hung, W.
S. (2020). Exploring the impact of corporate social responsibility on real
earning management and discretionary accruals. Corporate Social
Responsibility and Enviromental Management. John Wiley & Sons Ltd.
Christian, N., Jessica,
& Rionaldo, L. (2021).
Pendeteksian Financial Shenanigans Pada Laporan Keuangan Pt Garuda Indonesia TBK. Jurnal
Maneksi. 10(1).
Fandriani, V., &
Tunjung, H. (2019). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Dan
Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Multiparadigma Akuntansi, 1(2). 505-514.
Habbash, M., & Haddad,
L. (2020). The impact of corporate social responsibility on earnings
management practices: evidence from Saudi Arabia. Social Responsibility Journal. 16(8). 1073-1085
Kumala, R., & Siregar,
S. (2021). Corporate social responsibility, family ownership and earnings
management: the case of Indonesia. Social Responsibility Journal. 17(1). 69-86.
doi:10.1108/SRJ-09-2016-0156
Liu, H., & Lee, H. A.
(2019). The effect of corporate social responsibility on earnings management
and tax avoidance in Chinese listed companies. International Journal of
Accounting & Information Management. 27(4). 632-652
Mamatzakis, E., Pegkas, P.,
& Staikouras, C. (2023). The impact of debt, taxation and financial
crisis on earnings management: the case of Greece. Managerial Finance. 49(1). 110-134.
doi:10.1108/MF-01-2022-0052
Mardnly, Z., Badran, Z.,
& Mouselli, S. (2021). Earnings management and audit quality at Damascus
securities exchange: does managerial ownership matter? Journal of
Financial Reporting and Accounting. 19(5). 725-741.
doi:10.1108/JFRA-06-2020-0162
Mendoza, J., Yelpo, S.,
Ramos, C., & Fuentealba, C. (2021). Effects of capital structure and
institutional–financial characteristics on earnings management practices
Evidence from Latin American firms. International Journal of Emerging
Markets. 16(3). 580-603. doi:10.1108/IJOEM-03-2019-0239
Mustapha, U., Rashid, N.,
Ado, A., & Ademola, L. (2019). The Effect of Audit Quality on Accruals
Earnings Management in Nigerian Listed Firms. International Journal of
Recent Technology and Engineering (IJRTE). 8(4).
Sebastian, B., &
Handojo, I. (2019). Pengaruh Karakteristik Perusahaan Dan Corporate
Governance Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi. 21(1). 97-108.
Sekaran, U., & Bougie,
R. (2016). Research Methods for Business. United Kingdom: John Wiley
and Sons.
Wahyono, Novianto, A., &
Putri, E. (2019). The Effect of CSR Disclosure, Corporate Governance
Mechanism, Auditor Independence, Auditor Quality, and Firm Size on Earning
Management. JURNAL Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia. 4(3).
Yanthi, N., Pratomo, D.,
& Kurnia. (2021). Audit
Quality, Audit Committee, Institutional Ownership And Independent Director On
Earning Management. Jurnal Riset
Akuntansi Kontemporer.
13(1). 42-50.
Yispa, I. (2022). Pengaruh
Total Pajak Penghasilan, Independensi Dewan Komisaris, Struktur Kepemilikan,
dan Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi Bisnis, 20(2).
Copyright
holder: Vinola
Herawaty
(2024) |
First
publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |