Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN:
2548-1398
Vol. 9, No. 10, Oktober 2024
PENGARUH
KONGRUENSI SELEBRITI FENOMENAL TERHADAP PURCHASE
INTENTION MELALUI BELIEVABILITY, PERCEIVED RISK &
CONSUMER CONFIDENCE
Dany Triguna1, Delia Yuniar2,
Muhammad Nadhif Hindami3, Primidya Kartika Miranda Soesilo4
Universitas Bina Nusantara,
Jakarta, Indonesia1,2,3,4
Email: [email protected]1, [email protected]2, [email protected]3,
muhammad.hindami@binus.ac.id4
Abstrak
Penggunaan
jasa untuk mempromosikan produk yang bekerjasama dengan selebritis atau publik
figur untuk kegiatan marketing endorse produk oleh perusahaan kecil
hingga perusahaan-perusahaan besar saat ini sangat marak dan menjadi peluang
baru dalam mengiklankan produk yang dijual agar lebih dikenal dan diketahui
keberadaannya oleh masyarakat secara luas terutama melalui media sosial. Saat
ini, media sosial yang digunakan oleh para endorser untuk mempromosikan
produknya adalah Instagram, Facebook, dan Tiktok. Tak hanya selebriti dengan
perilaku baik, selebriti dengan perilaku buruk di mata masyarakat kerap
melakukan endorsement beberapa
produk. Studi ini bertujuan untuk melihat pengaruh kongruensi (kecocokan)
produk yang diiklankan atau diendorse
oleh selebritis yang mempunyai background
yang fenomenal terhadap purchase
intention melalui believability,
perceived risk dan consumer
confidence. Untuk lebih detailnya lagi, penelitian ini membicarakan tentang
bagaimana seorang selebriti yang memiliki background yang cukup sensasional di
masyarakat, cocok/congruence dengan
produk yang akan diendorse oleh
selebriti tersebut, produk yang diendorse
oleh selebriti tersebut pun terbagi menjadi dua produk yaitu produk yang dekat
dengan kepribadian atau sesuai dengan gaya hidup, kebiasaan, hobi atau
peminatannya dan produk yang tidak sesuai dengan gaya hidupnya.
Keywords: Endorsement, Endorser,
Publik Figur, Selebriti, Skandal, Congruence,
Perceived Risk, Consumer Confidence, Purchase Intention, Believability.
Abstract
The use of services to promote
products in collaboration with celebrities or public figures for product
endorsement marketing activities by small companies to large companies is
currently very widespread and has become a new opportunity to advertise the products
being sold so that their existence is better known and known to the public at
large, especially through social media. Currently, the social media used by
endorsers to promote their products are Instagram, Facebook and Tiktok. Not
only celebrities with good behavior, celebrities with bad behavior in the eyes
of the public often endorse several products. This study aims to see the effect
of congruence (suitability) of products advertised or endorsed by celebrities
who have phenomenal backgrounds on purchase intention through believability,
perceived risk and consumer confidence. In more detail, this research discusses
how a celebrity who has a fairly sensational background in society is
suitable/congruent with the product that the celebrity will endorse. The
products endorsed by the celebrity are divided into two products, namely
products that are close to the personality. or according to their lifestyle,
habits, hobbies or interests and products that do not suit their lifestyle.
Keywords: Endorsement,
Endorser, Public Figure, Celebrity, Scandal, Congruence, Perceived Risk,
Consumer Confidence, Purchase Intention, Believability.
Pendahuluan
Dalam melakukan kegiatan marketing,
komunikasi memiliki peranan yang sangat penting di dalamnya, dalam
penyampaiannya, komunikasi yang dilakukan membutuhkan suatu perantara atau tools yang dapat berperan sebagai
pembawa pesan yang ingin dibawa agar komunikasi yang ingin dibentuk dapat
tercipta, tools dalam komunikasi ini
di antaranya adalah influencer, di mana influencer juga termasuk
selebritis, selebgram, pubik figur, atau seseorang yang mempunyai kekuatan
untuk meng-influence masyarakat
Salah satu bentuk kegiatan
komunikasi yang dilakukan dalam kegiatan marketing adalah endorsement yang dilakukan oleh selebriti. Endorsement yang dilakukan oleh selebriti atau publik figur sendiri
adalah sebuah cara marketing yang dilakukan oleh suatu merek atau perusahaan
yang dikemas dalam bentuk kampanye yang melibatkan orang yang cukup terkenal
dan dapat menggunakan ketenaran orang tersebut untuk membantu mempromosikan
produk atau layanan yang dimiliki oleh brand/merk
atau perusahaan tersebut
Pemasaran influencer sekarang menjadi bentuk utama dalam melakukan pemasaran online. Pemasaran influencer merupakan gabungan dari alat pemasaran tradisional dan
modern. Dibutuhkan gagasan dukungan selebriti dan menempatkannya ke dalam
kampanye pemasaran berbasis konten modern. Yang membedakan dalam kasus influencer marketing yaitu hasil
kampanyenya merupakan kolaborasi antara brand
dan influencer
Dalam kategorinya, aktor, model,
atlet, hingga penyanyi dapat dikategorikan sebagai selebriti
Banyak penelitian yang mengatakan
bahwa selebriti atau publik figur dipilih sebagai endorser sebab selebriti atau
publik figur mampu memperoleh dan mempertahankan perhatiannya karena merupakan
salah seorang sosok yang dikenal luas dan bahkan dikagumi oleh orang-orang
Tetapi, endorser yang
memiliki citra yang buruk karena sikapnya ataupun pernah terlibat suatu skandal
ternyata kerap tetap mendapatkan suatu endorsement, seperti salah satu
contohnya adalah ketika seorang atlet perenang peraih medali emas olimpik
Michael Phelps terkena skandal pemakaian narkoba marijuana, tetapi perusahaan
financial bernama Visa serta merek-merek lainnya yang mengendorse
Michael Phelps tetap menggunakan dia sebagai endorser untuk kebutuhan endorsement
mereka walaupun dengan isu yang menerpa dirinya
Adapun studi terdahulu yang membahas
mengenai efektivitas dari selebriti endorser yang memiliki citra bad boy terhadap fantasy based relationship, hedonic consumption dan congruency model
yang dilakukan oleh Bennett et al.
Tetapi dari penelitian yang
dilakukan, belum ada contoh yang diberikan oleh para peneliti tersebut jika endorser
tersebut merupakan endorser yang memiliki latar belakang yang buruk yang
sedang melakukan endorsement sebuah produk yang value productnya
bertentangan dengan latar belakang endorser.
Dalam penelitian ini, kami berusaha
melihat pengaruh yang didapatkan oleh konsumen dari menggunakan selebritis atau
publik figur dalam melakukan kegiatan endorsement produk atau jasa yang
mereka miliki terutama ketika selebritis tersebut mempunyai citra yang tidak
sesuai atau cocok dengan produk yang diiklankan. Isu ini juga akan berguna bagi
suatu brand dalam mengambil keputusan dalam memilih publik figur karena
hal ini menjadi salah satu peran penting dalam meningkatkan penjualan dari brand
tersebut. Strategi endorsement ini merangsang minat konsumen dengan
meningkatkan loyalitas dan ekuitas dari merek itu sendiri. Penilaian yang
cermat terhadap peran endorser yang berpengaruh diperlukan untuk
perusahaan berinvestasi secara memadai pada endorser, yang dapat meningkatkan
ekuitas dan loyalitas dari merek tersebut. Penilaian ini dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan yang berbeda, termasuk keterlibatan sumber,
kredibilitas, daya tarik, koneksi, karakteristik, dan kesesuaian citra
Maka dari itu, berdasarkan uraian
yang dijabarkan, kami mencoba untuk menggabungkan serta menguji keempat
variable tersebut sehingga menjadi bentuk penelitian baru yang berfokus pada
pengaruh atau efek dari Kongruensi Selebriti Fenomenal terhadap Purchase Intention melalui Believability, Perceived Risk & Consumer
Confidence
Hipotesa
Dengan adanya pendapat dari Cassar
et al.
H1: Terdapat pengaruh positif yang signifikan celebrity congruence terhadap believability
Menurut Fleming dan Lau
H2: Terdapat pengaruh positif yang signifikan believability terhadap consumer confidence
Hong dan Cha
H3: Terdapat pengaruh negatif yang signifikan believability terhadap perceived risk
Sementara itu, berdasarkan Widyanto dan Sitohang
H4: Terdapat pengaruh positif
yang signifikan consumer confidence
terhadap purchase intention
Purchase intention
ternyata dapat dipengaruhi dampak negatif dari perceived risk, Chiu et
al.
H5: Terdapat pengaruh negatif yang signifikan perceived risk terhadap purchase intention
Gambar 1. Hipotesa Penelitian
Metode
Penelitian
Pengembangan
Stimuli
Dalam penelitan ini, kami melakukan
uji stimuli untuk membantu melakukan penelitian terhadap dua kondisi yang akan
dilakukan. Sebelum melakukan Uji stimuli terhadap dua kondisi tersebut, kami
melakukan survey terhadap beberapa publik figur yang dianggap cukup bermasalah
di Indonesia, hal ini dilakukan untuk menilai beberapa publik figur yang
terkenal terhadap skandal dan perilakunya yang kurang disukai masyarakat. Hasil
dari survey tersebut nantinya akan menentukan publik figur mana yang akan
dijadikan study case dalam penelitian ini. Pada survey yang dilakukan,
responden akan diberikan beberapa foto publik figur di Indonesia, setelah itu
akan ada beberapa pertanyaan pada survey tersebut yang terdiri dari tiga
pertanyaan di antaranya: “Apakah anda mengetahui orang tersebut?”, “Menurut
anda, apakah publik figur di atas merupakan publik figur yang
bermasalah/berskandal?” jawaban dari pertanyaan ini terdiri dari pilihan
YA/TIDAK, “Seberapa bermasalah kah menurut anda publik figur yang ditampilkan
di atas?” untuk jawaban pertanyaan ini terdiri dari skala likert antara 1
(Sangat Baik) - 5 (Sangat Bermasalah). Survey ini diisi oleh 25 responden.
Desain
Penelitian
Penelitian
kami berjudul Pengaruh kongruensi selebriti fenomenal terhadap Purchase Intention melalui Believability, Perceived Risk & Consumer
Confidence, Penelitian
ini menggunakan desain penelitian experimental study. Metode penelitian
eksperimen termasuk dalam metode penelitian kuantitatif. Malhotra, Nunan, dan
Birks
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui, mencari suatu gagasan baru dalam merumuskan masalah serta melihat
sebab akibat yang ditimbulkan dari pengaruh antara kongruensi selebriti
fenomenal terhadap purchase intention
melalui variabel mediasi yaitu Believability,
Perceived Risk & Consumer Confidence.
Penelitian ini menggunakan sampel
yang terbatas, menggunakan instrumen yang digunakan untuk mendapatkan informasi
sebanyak-banyaknya, menggunakan pertanyaan yang dapat menggali informasi
mengenai topik penelitian dan mengumpulkan data baik menggunakan data primer
maupun data sekunder, seperti menyebar kuesioner atau dengan melihat referensi
literatur yang sudah ada sebelumnya.
Prosedur
Setelah melakukan pengembangan
stimuli, dalam penelitian ini kami mendapatkan hasil bahwa salah satu selebriti
wanita di Indonesia cukup berskandal. Langkah selanjutnya kami melakukan penelitian terhadap dua kondisi yaitu
produk yang sesuai (Congruence)
dengan image publik figur tersebut dan produk yang tidak sesuai (Incongruence) dengan image publik figur
tersebut. Dalam kuesioner kondisi dari congruence,
terdapat contoh resto and lounge yang
menjadi patokan apakah publik figur tersebut cocok dengan produk tersebut. Yang
di dalamnya mengandung butir pertanyaan dari 3 variabel yaitu Believability yang terdiri dari 4
pertanyaan “ iklan produk yang diiklankan selebriti tersebut merupakan iklan yang jujur”, “Informasi pada
iklan tersebut adalah informasi yang kredibel”, “Menurut saya informasi yang
terkandung dalam iklan tersebut dapat dipercaya”, “ Beberapa klaim yang dibuat
dalam iklan tersebut dibesar-besarkan”. Lalu untuk variabel Consumer Confidence terdiri dari 5 butir
pertanyaan yaitu “Saya yakin bahwa
keputusan untuk membeli produk ini adalah keputusan yang tepat”, “Jika saya
membeli produk ini, saya tidak akan kecewa dengan keputusan saya”, “Saya yakin
bahwa keputusan untuk membeli produk ini akan membawa manfaat bagi saya”,
“Keputusan untuk membeli produk ini akan memberikan pengalaman yang
menyenangkan bagi saya”, “Saya tidak akan menyesali keputusan saya untuk
membeli produk ini”. Untuk variabel Perceived
Risk terdiri dari 5 butir pertanyaa yaitu “Mendapatkan produk yang
diiklankan itu berisiko”, “Produk yang diiklankan dapat menyebabkan hasil yang
buruk”, “Produk yang diiklankan memiliki hasil yang tidak pasti”, “Mendapatkan
produk yang diiklankan membuat saya merasa cemas”, “Mendapatkan produk yang
diiklankan akan menyebabkan saya khawatir”. Dan untuk variabel terakhir adalah Purchase Intention yang terdiri dari
lima butir pertanyaan yang terdiri dari “ Jika saya membutuhkan produk/jasa ini
di kemudian hari, saya akan mengunjungi/membeli produk atau jasa dari brand
ini”, “Saya akan membeli produk/jasa yang dipromosikan oleh Influencer ini di
masa depan”, “Saya akan membeli Produk berdasarkan saran yang saya berikan oleh
Influencer tersebut”, “Saya akan mem follow Brand tersebut berdasarkan
rekomendasi dari influencer tersebut”, “Saya akan merekomendasikan orang-orang
terdekat saya untuk membeli produk yang di promosikan oleh influencer
tersebut”. Selanjutnya untuk kondisi kedua yaitu tidak sesuai (Incongruence) kami menggunakan barang
elektronik yaitu laptop sebagai patokan dalam mengukur item-item yang ada dalam
penelitian ini. Untuk prosedur penelitian ini kami menggunakan skala likert 1-5
yang terdiri dari 1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju 3 = Netral 4 = Setuju 5 = Sangat Setuju. responden yang
kami ambil untuk penelitian ini adalah masing-masing berjumlah 40 orang
sehingga jika di totalkan menjadi 80 responden dari dua kondisi tersebut.
Pengukuran
Variabel dependen pada penelitian ini
yaitu adalah purchase intention melalui
variabel mediasi Believability, Perceived
Risk & Consumer Confidence. Variabel believability dalam
penelitian ini akan menggunakan skala likert yang dikembangkan oleh Feldman dan
Segev
Untuk mengukur variabel consumer confidence penelitian ini
menggunakan skala likert dan penelitian
ini menggunakan konsep pengukuran dari penelitian yang dilakukan oleh Susilo et
al.
Sementara itu untuk variabel perceived risk, penelitian ini
menggunakan pengukuran dari Van’t Riet et al.
Variabel terakhir yang adalah purchase intention yang di mana dalam
variabel ini, peneliti mengadopsi konsep pengukuran dari Sokolova et al.
Hasil dan Pembahasan
Gambar 2. Hasil Analisis SEM
Tabel 1. Hasil Analisis
Relationship |
Original Sample (O) |
Sample Mean (M) |
Standard Deviation (STDEV) |
T Statistics (lO/STDEVl) |
P Values |
Believability ->
Consumer confidence |
0.731 |
0.733 |
0.062 |
11.762 |
0.000 |
Believability ->
Perceived risk |
-0.262 |
-0.187 |
0.234 |
1.123 |
0.262 |
Congruence ->
Believability |
0.472 |
-0.474 |
0.105 |
4.471 |
0.000 |
Consumer confidence -> Purchase
intention |
0.723 |
0.719 |
0.065 |
11.093 |
0.000 |
Perceived risk ->
Purchase intention |
0.089 |
0.116 |
0.149 |
0.596 |
0.551 |
Celebrity Congruence terhadap Believability
Berdasarkan dari tabel di atas,
dapat dilihat signifikansi pengaruh celebrity
congruence terhadap believability sebesar
0,000 < 0,05 dengan koefisien sebesar 0,472 yang berarti terdapat pengaruh
positif dan signifikan dari celebrity
congruence terhadap believability yang
berarti hipotesis pertama yang berbunyi “terdapat pengaruh positif yang
signifikan Celebrity Congruence
terhadap Believability” diterima.
Hasil ini menunjukkan bahwa adanya kesesuaian antara informasi yang diberikan
oleh endorser kepada konsumen dengan
atribut yang relevan dari produk akan memperkuat kepercayaan konsumen terhadap
produk tersebut.
Believability terhadap Consumer Confidence
Berdasarkan dari tabel di atas,
dapat dilihat signifikansi pengaruh believability
terhadap consumer confidence sebesar
0,000 < 0,05 dengan koefisien sebesar 0,731 yang berarti terdapat pengaruh
positif dan signifikan dari believability
terhadap consumer confidence yang
berarti hipotesis kedua yang berbunyi “terdapat pengaruh positif yang
signifikan believability terhadap consumer confidence” diterima. Hasil ini
menunjukkan bahwa adanya kepercayaan yang dimiliki oleh seseorang konsumen
mengenai kehandalan, fitur dan juga kualitas dari suatu produk akan
meningkatkan kepercayaan konsumen da;am penggunaan produk.
Believability terhadap Perceived Risk
Berdasarkan dari tabel di atas,
dapat dilihat signifikansi pengaruh believability
terhadap perceived risk sebesar 0,262
> 0,05 dengan koefisien sebesar -0,262 yang berarti tidak terdapat pengaruh
signifikan dari believability
terhadap perceived risk yang berarti
hipotesis ketiga yang berbunyi “terdapat pengaruh negatif yang signifikan believability terhadap perceived risk” ditolak. Hasil ini
menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap sebuah produk tidak mempengaruhi
persepsi dari konsumen terhadap risiko yang mungkin timbul dari penggunaan
produk. Ketika konsumen menggunakan produk terkadang hanya berpedoman pada
pengalaman sebelumnya dan kecocokannya selama menggunakan sehingga selama
produk tersebut sesuai dengan dirinya, konsumen tidak terlalu memikirkan risiko
penggunaan produk.
Consumer Confidence terhadap Purchase Intention
Berdasarkan dari tabel di atas,
dapat dilihat signifikansi pengaruh consumer
confidence terhadap purchase
intentionsebesar 0,000 < 0,05 dengan koefisien sebesar 0,723 yang
berarti terdapat pengaruh positif dan signifikan dari consumer confidence terhadap purchase
intention yang berarti hipotesis keempat yang berbunyi “terdapat pengaruh
positif yang signifikan consumer
confidence terhadap purchase
intention” diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa ketika konsumen merasa
percaya diri dalam menggunakan sebuat produk, makaa konsumen akan semakin
berminat dalam melakukan pembelian. Minat dari konsumen dalam melakukan
pembelian dapat terbentuk dari adanya kepercayaan diri dalam menggunakan produk
sehingga konsumen menjadi yakin akan produk dan membentuk keinginan yang kuat
dalam melakukan pembelian.
Perceived Risk terhadap Purchase Intention
Berdasarkan dari tabel di atas,
dapat dilihat signifikansi pengaruh perceived
risk terhadap purchase intention sebesar
0,551 > 0,05 dengan koefisien sebesar 0,089 yang berarti tidak terdapat
pengaruh signifikan dari perceived risk
terhadap purchase intention sebesar yang berarti hipotesis kelima yang
berbunyi “terdapat pengaruh negatif yang signifikan perceived risk terhadap purchase
intention” ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa risiko yang dipikirkan oleh
konsumen tidak mempengaruhi dari minat konsumen dalam melakukan pembelian.
Ketika konsumen memiliki keinginan yang kuat untuk melakukan pembelian suatu
produk, konsumen cenderung lebih mengutamakan keyakinannya akan produk sehingga
dapat mengabaikan risiko yang mungkin timbul dari pembelian atau penggunaan
produk tersebut.
Kesimpulan
Temuan yang
kami dapatkan menunjukkan bahwa kongruensi selebriti memiliki peran penting
dalam mengurangi risiko yang dirasakan dari konsumen dan dapat memperkuat
kepercayaan konsumen untuk memiliki intensi membeli suatu produk. Kongruensi
selebriti mempengaruhi kepercayaan serta resiko konsumen terhadap produk yang
dipasarkan oleh selebriti, dengan cara ketika konsumen dihadapkan pada iklan
suatu produk yang di-endorse oleh endorser yang cocok dengan produk yang
diendorse tersebut, Hal ini akan berdampak pada risiko produk tersebut
yang akan lebih tinggi ketika produk yang di-endorse oleh endorser
yang kurang cocok dan dapat mempengaruhi keyakinan atau kepercayaan konsumen
terhadap produk yang ingin dibeli. Salah satu sumber dari kecocokan dapat
berasal dari kepercayaan atau believability seseorang, maka hal ini akan
menunjukkan kondisi ketika semakin cocok seorang endorser atau
selebriti, maka endorser tersebut akan semakin dapat dipercaya oleh
calon konsumen. Dengan adanya rasa percaya diri yang dibangun oleh konsumen ini
yang kemudian akan menurunkan persepsi mereka terhadap risiko yang akan di
alami pada saat melakukan pembelian produk tersebut. Oleh sebab itu dapat
dikatakan bahwa endorser yang lebih congruence meningkatkan
kepercayaan diri, mengurangi resiko yang akan diterima (mengecewakan) dan akan
berdampak positive pada peningkatakan minat beli dari konsumen terhadap
produk tersebut.
Selanjutnya,
dalam kasus kecocokan produk dan gaya hidup dari endorsernya, kami
menemukan hubungan antara kongruensi dan niat beli konsumen dari risiko yang
dirasakan dan tingkat kepercayaan konsumen untuk membeli produk tersebut.
Risiko akan lebih dirasakan oleh konsumen ketika produk tersebut diendorse
atau diiklankan dengan endorser atau selebriti yang kurang congruence
atau tidak cocok atas barang yang diiklankannya dengan pribadi atau gaya hidup
dari selebriti tersebut. Sementara itu, tingkat kepercayaan diri dari konsumen
untuk membeli produk juga akan ditemukan pada saat produk tersebut diendorse
oleh selebriti yang congruence atau cocok dan didukung oleh produk yang
sesuai dengan gaya hidup dari endorser tersebut.
BIBLIOGRAFI
Afifah, I. F. (2022). Expertise,
Trustworthiness, Similarity, Familiarity, Likeability, Product-Match Up of
Celebrity Endorsement to Purchase Intention. Journal of Communication &
Public Relations, 1(2). https://doi.org/10.37535/105001220223
Bennett, D., Diamond, W., Miller,
E., & Williams, J. (2020). Understanding Bad-Boy Celebrity Endorser
Effectiveness: The Fantasy-Based Relationship, Hedonic Consumption, and
Congruency Model. Journal of Current Issues and Research in Advertising,
41(1). https://doi.org/10.1080/10641734.2018.1519469
Berry, D. C., Butler, L. T., &
De Rosis, F. (2005). Evaluating a realistic agent in an advice-giving task. International
Journal of Human Computer Studies, 63(3).
https://doi.org/10.1016/j.ijhcs.2005.03.006
Breberina, J., Shukla, P., &
Rosendo-Rios, V. (2022). When endorsers behave badly: consumer self-expression
and negative meaning transfer. International Journal of Advertising, 41(4).
https://doi.org/10.1080/02650487.2021.2016267
Cassar, M. L., Caruana, A., &
Konietzny, J. (2022). Facts or story? The impact of website content on
narrative believability and purchase intention. Journal of Marketing
Communications, 28(6).
https://doi.org/10.1080/13527266.2021.1929408
Chinomona, R., Mahlangu, D., &
Pooe, D. (2013). Brand service quality, satisfaction, trust and preference as
predictors of consumer brand loyalty in the retailing industry. Mediterranean
Journal of Social Sciences, 4(14).
https://doi.org/10.5901/mjss.2013.v4n14p181
Chiu, Y. S. P., Wu, M. F., Chiu, S.
W., & Chang, H. H. (2015). A simplified approach to the multi-item
economic production quantity model with scrap, rework, and multi-delivery. Journal
of Applied Research and Technology, 13(4).
https://doi.org/10.1016/j.jart.2015.09.004
Dabholkar, P. A., & Sheng, X.
(2012). Consumer participation in using online recommendation agents: Effects
on satisfaction, trust, and purchase intentions. Service Industries Journal,
32(9). https://doi.org/10.1080/02642069.2011.624596
Doney, P. M., & Cannon, J. P.
(1997). An examination of the nature of trust in buyer-seller relationships. Journal
of Marketing, 61(2). https://doi.org/10.2307/1251829
Feldman, P., & Segev, E.
(2022). The Important Role of Time Limits When Consumers Choose Their Time in
Service. Management Science, 68(9).
https://doi.org/10.1287/mnsc.2021.4236
Fleming, S. M., & Lau, H. C.
(2014). How to measure metacognition. In Frontiers in Human Neuroscience
(Vol. 8, Issue JULY). https://doi.org/10.3389/fnhum.2014.00443
Freire, O., Quevedo-Silva, F.,
Senise, D., & Scrivano, P. (2018). The effectiveness of celebrity
endorsement in aspiring new celebrities: Examining the effects of brand,
congruence, charisma and overexposure. RAUSP Management Journal, 53(3).
https://doi.org/10.1108/RAUSP-04-2018-011
Grigsby, J. L., & Skiba, J.
(2022). Using Influencers to Build Self–Brand Connections: The Impact of
Influencer Presence, Ad Source, and Consumer Age. Journal of Interactive
Advertising, 22(3). https://doi.org/10.1080/15252019.2022.2096157
Hair Jr., J. F., Anderson, R. E.,
Babin, B. J., & Black, W. C. (2019). Multivariate Data Analysis,
Multivariate Data Analysis. In Book (Vol. 87, Issue 4).
Hong, I. B., & Cha, H. S.
(2013). The mediating role of consumer trust in an online merchant in
predicting purchase intention. International Journal of Information
Management, 33(6). https://doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2013.08.007
Jha, M., Bhattacharjee, K., Priti,
C., Wee, ;, & Heng, H. (2021). A Study in Role of Celebrity Endorsements
on Consumer Buying Behaviour Asia-Pacific Journal of Management and Technology
A Study in Role of Celebrity Endorsements on Consumer Buying Behaviour. Asia-Pacific
J. Mgmt. Tech, 1(2).
Jiménez-Castillo, D., &
Sánchez-Fernández, R. (2019). The role of digital influencers in brand
recommendation: Examining their impact on engagement, expected value and
purchase intention. International Journal of Information Management, 49.
https://doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2019.07.009
Malhotra, N. K., Nunan, D., &
Birks, D. F. (2020). Marketing research. Pearson UK.
Sabilla, A., & Drajat, M. S.
(2023). Hubungan Celebrity Endorser dengan Keputusan Pembelian Halosnap. Id di
Media Sosial Instagram. Jurnal Riset Public Relations, 61–68.
Sekaran, U., & Bougie, R.
(2009). Research Method for Business Textbook: A Skill Building Approach. John
Wiley & Sons Ltd.
Sokolova, K., & Kefi, H.
(2020). Instagram and YouTube bloggers promote it, why should I buy? How
credibility and parasocial interaction influence purchase intentions. Journal
of Retailing and Consumer Services, 53, 101742.
Susilo, D., Putranto, T. D., &
Fatria, A. E. (2023). Model Pelatihan Rekognisi dan Improvement Merek. PARAHITA :
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(2).
https://doi.org/10.25008/parahita.v3i2.90
Teresa Borges-Tiago, M., Santiago,
J., & Tiago, F. (2023). Mega or macro social media influencers: Who
endorses brands better? Journal of Business Research, 157.
https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2022.113606
Trope, Y., Liberman, N., &
Wakslak, C. (2007). Construal levels and psychological distance: Effects on
representation, prediction, evaluation, and behavior. Journal of Consumer
Psychology, 17(2). https://doi.org/10.1016/S1057-7408(07)70013-X
Van ’t Riet, J., Cox, A. D., Cox,
D., Zimet, G. D., De Bruijn, G. J., Van den Putte, B., De Vries, H., Werrij,
M. Q., & Ruiter, R. A. C. (2014). Does perceived risk influence the
effects of message framing? A new investigation of a widely held notion. Psychology
and Health, 29(8). https://doi.org/10.1080/08870446.2014.896916
Widyanto, H. A., & Sitohang, I.
A. T. (2022). Muslim millennial’s purchase intention of halal-certified
cosmetics and pharmaceutical products: the mediating effect of attitude. Journal
of Islamic Marketing, 13(6).
https://doi.org/10.1108/JIMA-04-2020-0117
Copyright
holder: Dany
Triguna, Delia Yuniar, Muhammad Nadhif Hindami, Primidya Kartika Miranda Soesilo (2024) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |