Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
10, Oktober 2024
REKONTRUKSI BERAS MENIR DIFORTIFIKASI
KALSIUM (CA) TULANG SOTONG DENGAN METODE EKSTRUSI
Widi
Prihatmoko1*, Siswo
Sumardiono2
Universitas Diponegoro, Semarang,
Indonesia1,2
Email: [email protected]1*
Abstrak
Penelitian ini bertujuan
untuk mengembangkan inovasi beras analog yang berbahan dasar tepung beras menir
dan tepung tulang sotong sebagai alternatif sumber pangan yang terfortifikasi
kalsium. Tingginya konsumsi beras di Indonesia menyebabkan sulitnya masyarakat
beralih dari beras ke bahan pangan lain, sehingga inovasi pangan seperti beras
analog dapat menjadi solusi. Penelitian ini dilakukan dalam empat tahap, yaitu
pembuatan tepung, pencampuran bahan, pengukusan, dan pembuatan beras analog.
Tepung tulang sotong ditambahkan dalam tiga variasi rasio, yaitu 5%, 10%, dan
15% dari berat total bahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beras analog
yang difortifikasi dengan tepung tulang sotong memiliki kandungan kalsium yang
lebih tinggi dibandingkan beras analog tanpa fortifikasi. Selain itu, bulk
density dari beras analog difortifikasi kalsium lebih rendah dibandingkan beras
komersial. Uji organoleptik menunjukkan bahwa beras analog berbahan tepung
menir dengan fortifikasi kalsium tulang sotong dapat diterima oleh responden.
Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam upaya diversifikasi pangan
di Indonesia dan potensi pengembangan produk pangan terfortifikasi untuk
meningkatkan asupan nutrisi masyarakat.
Kata
kunci: beras
analog, fortifikasi kalsium (Ca), beras menir, tulang sotong
Abstract
This study aims to develop
an analog rice innovation based on rice flour and cuttlefish bone flour as an
alternative calcium-fortified food source. The high consumption of rice in
Indonesia makes it difficult for people to switch from rice to other foods, so
food innovations such as analog rice can be a solution. This research was
conducted in four stages, namely flour making, mixing ingredients, steaming,
and making analog rice. Cuttlefish bone flour was added in three ratio
variations, namely 5%, 10%, and 15% of the total weight of the ingredients. The
results showed that analog rice fortified with cuttlefish bone flour had higher
calcium content than analog rice without fortification. In addition, the bulk
density of calcium-fortified analog rice was lower than that of commercial
rice. Organoleptic test showed that analog rice made from groats flour with
cuttlefish bone calcium fortification was acceptable to the respondents. This
study provides an important contribution to food diversification efforts in Indonesia
and the potential development of fortified food products to increase people's
nutritional intake.
Keyword:
analog
rice; calcium (Ca) fortification;rice groat; cuttlefish bone
Pendahuluan
Masyarakat
Indonesia mengonsumsi beras setiap tahun sebesar 139,5 kg/kapita/tahun. Konsumsi beras Indonesia lebih besar dua kali
lipat konsumsi beras dunia pada angka 60 kg per tahun. Konsumsi beras per
kapita masyarakat Indonesia dapat diterima karena beras merupakan makanan pokok
masyarakat Indonesia. Kendala pada diversifikasi pangan salah satunya adalah
tingginya konsumsi beras. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik di tahun 2023,
konsumsi beras di Indonesia tahun 2023 diperkirakan mencapai 30 juta ton.
Tingginya tingkat konsumsi beras di Indonesia selain pola konsumsi masyarakat
yang sulit berubah dari beras ke bahan pangan lain. Perlunya inovasi dibidang
pangan terutama beras untuk memenuhi gizi masyarakat Indonesia. Salah satu
inovasi dibidang pangan adalah beras Analog, sependapat dengan Agusman et al.
Beras analog tidak
hanya menggantikan beras padi tetapi juga diharapkan mampu meningkatkan kadar
nutrisi pada beras analog
Beras menir (Oriza
sativa) merupakan pecahan beras halus yang dihasilkan dari proses
penggilingan padi. Bentuk beras menir menyerupai beras patah, tetapi memiliki
ukuran kurang dari 0,2 bagian beras utuh. Pemanfaatan beras menir saat ini
belum optimal hanya digunakan untuk pakan ternak, oleh sebab itu diperlukan
teknologi untuk memodifikasi dan memperbaiki sifat fisiknya. Salah satu
teknologi yang bisa digunakan adalah teknologi beras analog. Sumardiyono et al.
(2021) melakukan fortifikasi beras analog berbahan tepung singkong, tepung
jagung, dan ikan gabus menghasilkan kandungan kalsium pada beras analog sebesar
1,113 ppm. Beras memiliki kandungan nutrisi 80 % karbohidrat, 7-8 % protein, 3
% lemak, 3 % serat, dan 6-7 % mineral
Bahan lain yang
digunakan adalah dari tulang sotong.
Pengolahan sotong di Indonesia menggunakan daging tubuh hingga kepala,
sedangkan bagian tulang sotong termasuk hasil samping
Peneliti terdahulu
sudah berhasil membuat beras fortifikasi. Rachmad dan Lubis
Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh konsentrasi tepung tulang sotong terhadap
kadar tingkat kesukaan panelis, dan bulk density pada beras analog. Studi
pembuatan beras analog difortifikasi kalsium tulang sotong diharapkan dapat
digunakan sebagai alternatif bahan pangan di Indonesia yang kaya akan kalsium.
Metode Penelitian
Bahan
Bahan utama dari pembuatan beras analog
adalah beras menir yang diperoleh dari pasar Jongke Surakarta . Fortifikasi
kalsium dari tulang sotong diperoleh dari
suplier Surabaya. Air demineralisasi diperoleh dari Laboratorium Jurusan
Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
Pembuatan Tepung
Beras Menir
Pembuatan tepung
beras menir terdiri dari beberapa tahap yaitu, pencucian beras menir untuk
menghilangkan kotoran. Setelah itu beras direndam dalam air kemudian di giling.
Beras menir yang sudah digiling kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 60 oC
selama 12 jam hingga kering. Tepung beras menir yang telah kering selanjutnya
dengan ayakan ukuran 80 mesh.
Pembuatan
Tepung Tulang Sotong
Pembuatan tepung
tulang sotong terdiri dari beberapa tahap yaitu, pencucian tulang sotong untuk
menghilangkan kotoran. Setelah itu dikeringkan dalam oven dengan suhu 100 oC
selama 6 jam. Tulang sotong yang kering kemudian dipecahkan menjadi serbuk
kasar. Bubuk kasar digiling menjadi tepung dan diayak dengan ayakan ukuran 80
mesh.
Tahap Pembuatan
Formulasi Beras Analog
Tahap formulasi
beras analog dilakukan dengan mencapurkan tepung beras menir, tepung tulang sotong, gms,
minyak, susu skim dan air menggunakan mixer dengan perbandingan sesuai
variabel yang telah ditentukan selama 10 menit.
Tahap Pembuatan
Beras Analog
Tepung komposit
yang sudah dibuat dikukus terlebih dahulu selama 30 menit kemudian dimasukkan
kedalam alat ekstruder. Mengatur suhu sesuai variabel yang telah ditentukan.
Butiran yamg keluar dari ekstruder, selanjutnya ditampung dalam wadah. Butiran
beras analog dikeringkan pada suhu 60 oC selama 120 menit
Analisia
Analisia Kadar
Kalsium
Analisa
kadar kalsium dilakukan dengan menimbang 4 gram sampel dan ditambahkan 100 mL
aquadest. pH larutan sampel diatur hingga pH 12-13 dengan menambahkan larutan
NaOH 2 N. Penambahan 50 mg indikator mureksid 0,2 % (b/b) dilakukan sebelum
titrasi dimulai. Titrasi dilakukan menggunakan larutan standar Na2EDTA 0,05 M.
Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna merah muda menjadu ungu.
Penentuan kadar kalsium mengikuti persamaan :
Keterangan :
M = Molaritas Na2EDTA (M)
V1 = Volume
Na2EDTA (mL)
V2 = Volume
sampel (mL)
Analisa Bulk Density
Analisa bulk
density dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam gelas ukur hingga
volume 10 ml. Kemudian, sampel tersebut ditimbang.
Cara penghitungan densitas bulk adalah sebagai berikut:
Bulk Density (g/ml)
Analisa Organoleptik
Analisa
organoleptik dilakukan dengan analisis penerimaan kesukaan konsumen. Uji
organoleptik diharapkan dapat digunakan untuk menentukan hasil kombinasi
terbaik. Parameter yang dianalisa antara lain warna, tekstur, aroma dan rasa
beras analog. Skala penilaian ada 5 yaitu sangat suka, suka, sedang, tidak
suka, sangat tidak suka.
Hasil dan
Pembahasan
Kadar
kalsium pada beras analog
Kajian kadar
kalsium pada beras analog sangat diperlukan untuk mengetahui pengaruh dari
fortifikasi kalsium tepung tulang sotong. Pada tabel 1 menunjukkan hasil
analisa kadar kalsium teridentifikasi pada beras analog.
Tabel
1. Kadar Kalsium Beras Analog
Variasi
Penambahan Tepung Tulang Sotong (%
berat) |
Kadar
Kalsium (%
berat) |
Kadar
kalsium (
mg/100g) |
0 5 |
0,11 0,15 |
112 153 192 241 |
10 |
0,19 |
|
15 |
0,24 |
Hasil analisa
kadar kalsium menunjukkan bahwa jumlah kalsium yang terkadung dalam beras
analog difortifikasi kalsium tulang sotong lebih tinggi jika dibandingkan
dengan beras tanpa fortifikasi kalsium tulang sotong. Pada beras non
fortifikasi kadar kalsium sebesar 112 mg/100g sedangkan kadar kalsium beras
analog difortifikasi kalsium tulang sotong meningkat kadarnya seiring dengan
penambahan jumlah tepung tulang sotong, pada penambahan 5% tepung tulang sotong
didapatkan kadar kalsium sebesar 153 mg/100g, 10 % penambahan tepung tulang
sotong didapatkan kadar kalsium sebesar 192 mg/100g, dan penambahan 15% tepung
tulang sotong didapatkan kadar kalsium sebesar 241 mg/100g.
Angka kebutuhan
gizi (AKG) kalsium sesuai anjuran sekitar 600-800 mg/hari orang dewasa
Analisa Bulk Density
Bulk Density merupakan
massa produk atau contoh per satuan volume. Semakin besar densitas kamba maka
semakin kecil volumenya atau berbanding terbalik
Tabel
2. Hasil Analisa Bulk Density
Variasi Penambahan Tepung Tulang
Sotong (% berat) |
Bulk
Density (g/mL) |
5 |
0,755 |
10 |
0,767 |
15 Beras komersial |
0,743 0,956 |
Hasil analisa bulk
density pada beras analog diperoleh nilai sebesar 0,743 – 0,767 gr/mL,
nilai bulk density ini lebih rendah dibandingkan dengan bulk density
beras komersial yaitu 0,956 gr/mL. Hasil analisa bulk density
menunjukkan bahwa beras analog dari tepung beras menir dan tepung tulang sotong
memiliki berat yang lebih ringan dibandingkan beras komersial. Hal ini
menunjukkan porositas dari beras analog lebih tinggi daripada beras komersial.
Porositas beras analog dipengaruhi oleh proses pengeringan. Proses pengeringan
membuat beras analog menjadi lebih poros
Analisa Organoleptik
Analisa
organoleptik nasi beras analog menggunakan metode consumer acceptance test
dengan parameter warna, aroma, rasa, dan tekstur. Pengujian melibatkan 17
responden yang dilakukan secara acak. Responden memberikan penilaian pada range
nilai 1-5 yang menyatakan dari sangat tidak suka hingga sangat suka terhadap
nasi beras analog. Tabel 3 dan Gambar 1 Merupakan hasil analisa organoleptik
Tabel 3. Hasil Uji Organoleptik
Parameter |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
Rata-rata |
Warna |
0 |
1 |
2 |
13 |
1 |
3,8 |
Aroma |
0 |
1 |
14 |
1 |
1 |
3,1 |
Rasa |
0 |
2 |
13 |
2 |
0 |
3 |
Tekstur |
0 |
0 |
13 |
3 |
1 |
3,3 |
Gambar 1. Hasil Rata-rata Uji Organoleptik
Tabel 3
menunjukkan penilaian responden terbanyak pada nilai 3 – 3,8 yang artinya bahwa
responden dapat menerima beras analog dari beras menir dan tulang sotong. Pada
uji organoleptik, parameter warna memiliki nilai rata-rata yaitu 3,8. Warna
memiliki pengaruh terhadapa penilaian responden terhadap beras analog. Warna
yang dihasilkan beras analog berwarna putih keruh dikarenakan adanya penambahan
tepung tulang sotong. Parameter aroma memiliki nilai rata-rata 3,1. Aroma suatu
makanan meningkatkan keinginan responden untuk mengkonsumsi suatu makanan.
Aroma beras analog tepung tulang sotong dipengaruhi oleh tepung tulang sotong
itu sendiri. Tepung tulang sotong memiliki aroma yang amis. Pada parameter rasa
memiliki nilai rata-rata 3. Rasa dari beras analog juga dipengaruhi oleh tepung
tulang sotong yang memberikan rasa agak pahit pada beras analog. Parameter
tekstur memiliki nilai rata-rata 3,3. Responden lebih menyukai tektur yang
lebih menyukai teksur yang seperti nasi biasa. Tekstur beras analog dipengaruhi
tepung tulang sotong. Tepung tulang sotong memberikan tekstur nasi beras analog
menjadi sedikit keras.
Kesimpulan
Rekontruksi
beras menir difortifikasi kalsium tulang sotong telah berhasil dilakukan.
Berdasarkan kadar kalsium beras analog seiring dengan penambahan rasio tepung
tulang sotong maka kadar kalsium beras analog semakin bertambah. Bulk
density beras analog dirfortifikasi kalsium tulang sotong lebih rendah
daripada beras komersial. Uji organoleptik menunjukkan responden dapat menerima
beras analog difortifikasi kalsium tulang sotong.
BIBLIOGRAFI
Agusman, A., Kartika Apriani, S. N., & Murdinah, M. (2014).
Penggunaan Tepung Rumput Laut Eucheuma cottonii pada Pembuatan Beras Analog
dari Tepung Modified Cassava Flour (MOCAF). Jurnal Pascapanen Dan
Bioteknologi Kelautan Dan Perikanan, 9(1).
https://doi.org/10.15578/jpbkp.v9i1.94
Akasapu, K., Ojah, N., Gupta, A. K., Choudhury, A. J., &
Mishra, P. (2020). An innovative approach for iron fortification of rice using
cold plasma. Food Research International, 136.
https://doi.org/10.1016/j.foodres.2020.109599
Biswas, J. C., Haque, M. M., Khan, F. H., Islam, M. R., Dipti, S.
S., Akter, M., & Ahmed, H. U. (2018). Zinc fortification: Effect of
polishing on parboiled and unparboiled rice. Current Plant Biology, 16.
https://doi.org/10.1016/j.cpb.2018.11.002
Budijanto, S., & Yuliyanti. (2012). Studi Persiapan Tepung
Sorgum dan Aplikasinya pada Pembuatan Beras Analog. Teknologi Pertanian,
13(3).
Burlando, B., & Cornara, L. (2014). Therapeutic properties of
rice constituents and derivatives (Oryza sativa L.): A review update. In Trends
in Food Science and Technology (Vol. 40, Issue 1).
https://doi.org/10.1016/j.tifs.2014.08.002
Handayani, N. A., Santosa, H., Purbasari, A., Kusumayanti, H.,
& Ariyanti, D. (2017). Fortifikasi Seng (Zn) pada Beras Analog Berbahan
Dasar Tepung dan Pati Ubi Ungu. REAKTOR, 16(4).
https://doi.org/10.14710/reaktor.16.4.183-188
Henggu, K. U. (2021). Morphological characteristics and chemical
composition of Cuttlebone (Sepia sp.) at Muara Angke fishing port, Jakarta
Indonesia. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 718(1).
https://doi.org/10.1088/1755-1315/718/1/012034
Jannasch, A., Brownmiller, C., Lee, S. O., Mauromoustakos, A.,
& Wang, Y. J. (2020). Simultaneous fortification of rice with folic acid
and β-carotene or vitamin A by limited-water parboiling. Journal of Cereal
Science, 96. https://doi.org/10.1016/j.jcs.2020.103096
Janve, M., & Singhal, R. S. (2018). Fortification of puffed
rice extrudates and rice noodles with different calcium salts: Physicochemical
properties and calcium bioaccessibility. LWT, 97.
https://doi.org/10.1016/j.lwt.2018.06.030
Pudjihastuti, I., Sumardiono, S., Supriyo, E., & Kusumayanti,
H. (2018). Quality analog rice composite flour: Modified starch, Colocasia
esculenta, Canna edulis Ker high protein. AIP Conference Proceedings, 1977.
https://doi.org/10.1063/1.5042937
Rachmat, R., & Lubis, S. (2010). Prospek Teknologi Pembuatan
Beras Bergizi Melalui Fortifikasi Iodium. Pangan, 19(3).
Sede, V. J., Mamuaja, C. F., & Djarkasi, G. S. S. (2015).
Kajian Sifat Fisik Kimia Beras Analog Pati Sagu Baruk Modifikasi HMT (Heat
Moisture Treatment) dengan Penambahan Tepung Komposit. Jurnal Ilmu Dan
Teknologi Pangan, 3(2).
Sihombing, I. K. (2019). Kajian Proses Pembuatan Beras Analog
dari Tepung Komposit dan Tepung Tulang Sapi dengan Penambahan
Carboxymethylcellulose Serta Uji Hedonik Universitas Sumatera Utara. Diss.
Universitas Sumatera Utara.
Soekatri, M. Y. E., Lamid, A., & Karyadi, E. (2018).
Kecukupan mineral: besi, seng, mangan, fluor, kalsium, kromium, selenium,
kalium, natrium, klor, iodium, fosfor, magnesium dan tembaga. Puslitbang
Sumberdaya Dan Pelayanan Kesehatan, Badan Litbangkes.
Steiger, G., Müller-Fischer, N., Cori, H., & Conde-Petit, B.
(2014). Fortification of rice: Technologies and nutrients. Annals of the
New York Academy of Sciences, 1324(1).
https://doi.org/10.1111/nyas.12418
Wariyah, C., Anwar, C., Astuti, M., & Supriyadi, S. (2014).
Pasting properties of calcium-fortified rice. International Food Research
Journal, 21(3).
Widara, S. S., & Budijanto, S. (2012). Study of Rice Analogue
Production From Various Carbohydrate Sources Using Hot Extrusion Technology.
In Department of Food Science and Technology, Faculty of Agricultural
Technology, Bogor Agricultural University, IPB.
Copyright
holder: Widi
Prihatmoko, Siswo Sumardiono (2024) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article
is licensed under: |