Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN:
2548-1398
Vol. 9, No. 7, Juli 2024
ANALISIS
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MESIN BLISTER DENGAN KONTROL ELEKTRONIK DI PABRIK FARMASI
X
Robitah Alami Abdelhamed1, Delina Hasan2
Universitas Pancasila, Jakarta, Indonesia1,2
Email: [email protected]1,
[email protected]2
Abstrak
Industri farmasi terus melakukan perbaikan
berkelanjutan untuk meningkatkan efektivitas proses produksi obat melalui
perbaikan waktu produksi, mengurangi kehilangan waktu, memperbaiki biaya
listrik dan biaya tenaga kerja, serta meningkatkan yield hasil produksi. Penggunaan kontrol
elektronik pada mesin blister di perusahaan farmasi X diharapkan lebih efektif
dibandingkan kontrol secara manual. Tujuan
penelitian untuk mengetahui perbedaan efektifitas kontrol elektronik
dibandingkan kontrol manual pada mesin blister dengan membandingkan data waktu
produksi, waktu hilang, biaya listrik, biaya tenaga kerja dan yield hasil
produksi. Disain penelitian yang digunakan adalah exploratif karena penelitian
terkait dengan penggunaan elektronik kontrol sebelumnya belum ada. Data yang
digunakan sebanyak 207 data batch yang diproduksi dengan mesin blister kontrol
elektronik dan kontrol manual. Analisa data menggunakan uji T-Paired menggunakan
software SPSS versi 27. Hasil penelitian
menunjukan adanya perbedaan signifikan antara penggunaan kontrol elektronik
dengan kontrol manual pada kelompok data waktu produksi (t 0,000), waktu hilang
(t 0,000), biaya listrik (t 0,000), biaya tenaga kerja (t0,000) dan hasil
produksi (t 0,008).Terdapat perbedaan signifikan antara penggunaan kontrol
elektronik dan kontrol manual. Elektronik kontrol menjunjukan perbaikan pada waktu produksi 9,23%, waktu hilang 61,41 %,
biaya listrik 32,06%, biaya tenaga kerja
66,03% dan yield hasil produksi 0,15%.
Kata
kunci : mesin blister, kontrol manual, kontrol elektronik,
efektifitas
Abstract
The pharmaceutical industry continues to make continuous improvements to
increase the effectiveness of the drug production process by improving
production time, reducing time loss, improving electricity costs and labor
costs, and increasing production yields. It is hoped that the use of electronic
control on the blister machine at pharmaceutical company production. The aim of
the research is to determine the difference in the effectiveness of electronic
control compared to manual control on blister machines by comparing data on
production time, lost time, electricity costs, labor costs and production
yields. The research design used is exploratory because there has been no
previous research related to the use of electronic controls. The data used is
207 batch data produced with electronic control and manual control blister
machines. Data analysis used the T-Paired test using SPSS version 27 software. The
results shows that there is a significant difference between the use of
electronic control and manual control in the production time data group (t
0.000), lost time (t 0.000), electricity costs (t 0.000) , labor costs (t0.000)
and production output (t 0.008). Conclusion: There is a significant difference
between the use of electronic control and manual control. Electronic control
showed improvements in production time of 9.23%, lost time of 61.41%,
electricity costs of 32.06%, labor costs of 66.03% and production yield of
0.15%.
Keywords: blister machine, manual control, electronic
control, effectiveness
Pendahuluan
Industri farmasi harus melakukan perbaikan
yang berkelanjutan dalam rangka meningkatkan efektifitas proses produksi obat (Minangsari et al., 2019). Saat ini industri farmasi masih banyak
melibatkan manusia sebagai tenaga kerja utama. Aktifitas yang dilakukan secara
manual memiliki banyak kelemahan diantaranya kesalahan manusia atau human
error selama bekerja, menurunnya kreatifitas dan inovasi karena mengerjakan
tugas berulang, produktivitas yang stagnan, dan terus meningkatnya biaya
operasional perusahaan (Devarajan, 2018;
Febrianty et al., 2020). Industri
farmasi dapat melakukan penyesuaian dalam penerapan pengukuran Efektifitas
Keseluruhan Peralatan (EKP) untuk memantau efektifitas proses produksi (Ng et al., 2020). Industri farmasi juga dapat menentukan
salah satu dari 3 bagian tersebut untuk dilakukan pemantauan, dengan
mempertimbangkan bahwa bagian EKP yang lain memiliki tingkat stabilitas yang
sangat baik. Nilai
EKP dipengaruhi oleh Six Big Losses
atau 6 Kerugian Besar (Vijayakumar
& S. Gajendran, 2014). 6 Kerugian Besar merupakan enam faktor yang
harus dihindari oleh setiap perusahaan yang dapat mengurangi tingkat
efektifitas suatu mesin selama proses produksi. Penelitian yang dilakukan Hervian dan Soekardi (2016) diperusahaan PT ABC
menjabarkan penggunaan EKP pada mesin blister untuk melakukan evaluasi dan
menetukan langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan nilai EKP tersebut.
Hasil evaluasi menunjukan bahwa tingginya waktu produksi digunakan untuk proses
pembersihan mesin dan aktifitas pendukung proses produksi mencapai 30,71%.
Pendukung pada proses produksi terdiri dari pengambilan produk antara, proses
pengambilan alat bantu untuk pengaturan mesin, proses pengambilan alat
pendingin mesin (Hervian & Soekardi,
2016). Perbaikan yang dilakukan diantaranya adalah menentukan
standar daftar kontrol pada proses pembersihan mesin dan memperbaiki lokasi
penempatan alat bantu menjadi lebih dekat dengan mesin blister. Hasil perbaikan
tersebut menunjukkan bahwa presentase waktu hilang yang dihasilkan dari proses
pembersihan menurun menjadi 15,71% (Hervian & Soekardi,
2016). Winiatie (2018) melakukan penelitian diperusahaan PT
XYZ yang merupakan industri farmasi. Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi
kontributor tertinggi terhadap presentase waktu hilang. Dari hasil
evaluasi menunjukkan bahwa mesin blister memberikan kontribusi yang paling
besar yaitu 7,8% terhadap peningkatan waktu hilang. dikarenakan proses pengaturan
mesin dan pemasangan material primer pada mesin. Pada proses pengaturan mesin
terdapat kompleksitas terutama terkait dengan stabilitas suhu mesin terutama
pada bagian laminasi blister. Sedangkan dari kemasan primer yang digunakan
yaitu Aluhard yang memiliki profil material yang tidak baik dimana material ini
mudah rusak selama proses produksi. Kedua hal tersebut meningkatkan jumlah
waktu yang tidak produktif selama proses produksi sehingga meningkatkan
presentasi waktu hilang. Waktu hilang terdiri dari panjangnya waktu pengaturan
awal mesin dan terdapat banyak penyesuaian pengaturan di tengah proses produksi
karena profil dari material primer Aluhard (Winatie
et al., 2018).
Industri
farmasi X merupakan perusahaan farmasi multinasional yang bergerak dibidang
farmasi khususnya produk-produk OTC atau obat bebas. Kapasitas terpasang
produksi adalah sebesar 20.000.000 per tahun. Sedangkan total produksi aktual
selama tahun 2019 mencapai 20.573.280 blister atau sekitar 102,91% dari
kapasitas produksi terpasang pada mesin dengan kontrol. Faktor utama yang
mempengaruhi kinerja mesin blister sehingga hanya mencapai melebihi dari
kapasitas produksinya adalah stabilitas mesin yang tidak optimal. Mesin blister membutuhkan waktu kurang lebih 7
jam untuk 1 kali proses pengaturan pada awal proses dan banyak dilakukan proses
pengaturan ditengah proses karena stabilitas mesin yang rendah. Hal ini
menyebabkan tingginya presentase waktu hilang selama proses produksi
berlangsung. Selain itu, 2 operator juga harus ditempatkan pada mesin blister,
dimana Operator pertama bertugas mengatur mekanik mesin sedangkan operator
kedua bertugas melakukan sinkronisasi antar kemasan primer yang terpasang dengan
sistem mekanis mesin. Pada November 2019 perusahaan mengidentifikasi bahwa
penyebab tidak optimalnya mesin blister disebabkan sistem kontrol manual yang
tidak optimal. Sehingga perusahaan memutuskan untuk mengganti seluruh sistem
kontrol mesin blister menjadi elektronik control pada akhir Desember 2019.
Penggantian ini ditujukan untuk meningkatkan efektifitas mesin. Sehingga
perlu untuk dilakukan penelitian pada mesin blister setelah proses perbaikan
total untuk mengetahui ada atau tidaknya perbaikan efektifitas mesin blister.
Perbaikan efektifitas mesin ini mencakup tingkat produktifitas mesin,
presentase waktu hilang serta jumlah operator yang bekerja dimesin blister
setelah perbaikan total.
Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan efektifitas kontrol
elektronik dibandingkan kontrol manual pada mesin blister dengan membandingkan
data waktu produksi, waktu hilang, biaya listrik, biaya tenaga kerja dan yield
hasil produksi.
Metode Penelitian
Desain
penelitian ini adalah penelitian eksploratif dengan membandingkan data
Efektifitas Keseluruhan Mesin sepanjang periode Januari-November 2019
dibandingkan dengan sepanjang Januari-November 2020. Lokasi penelitian
dilakukan PT X pada lini pengemasan primer yang menggunakan mesin blister
Pabrik farmasi yang memproduksi produk-produk consumer health yang
berlokasi di Kawasan Industri Pulogadung Jalan Pulobuaran Raya, Jakarta Timur,
D.K.I. Jakarta. Variable bebas dalam penelitian ini adalah waktu hilang, lama
waktu produksi, jumlah operator, penggunaan listrik, jumlah hasil produksi, dan
biaya maintenance (Sugiyono, 2019). Variable terikat
dalam penelitian ini adalah efektifitas dari mesin blister Penelitian dilakukan
dengan menggunakan data sekunder berupa tingkat efektifitas mesin dan
produktifitas mesin blister selama periode Januari-November 2019 dibandingkan
dengan periode Januari-November 2020. Data sekunder
berasal dari rekaman otomatis suatu sistem perhitungan Efektifitas Keseluruhan
Mesin yang telah terintegrasi dengan mesin blister yang berisi data waktu
produktif, waktu hilang, serta jumlah produk yang diproduksi. Teknik
analisis yang dipakai uji beda berpasangan (paired sample t-test) untuk
mengetahui signifikansi dari kontrol manual dan elektronik kontrol menggunakan software
SPSS.
Hasil dan
Pembahasan
Uji Data
a.
Uji Normalitas
Tabel 1. Uji Normalitas Data
Type Kontrol |
Variable |
Uji Normalitas Kologorov Smirnov
(Sig.) |
Manual
Kontrol |
Waktu
Produksi |
0,423 |
Waktu
Hilang |
0,178 |
|
Biaya
Listrik |
0,237 |
|
Biaya
Tenaga Kerja |
0,237 |
|
Elektronik
Kontrol |
Waktu
Produksi |
0,516 |
Waktu
Hilang |
0,200 |
|
Biaya
Listrik |
0,200 |
|
Biaya
Tenaga Kerja |
0,200 |
Pada tabel hasil uji normalitas data kolmogorov smirnov nilai sig (p
value) pada seluruh kelompok data > 0.010, dimana menunjukan bahwa data
merupakan data yang berdistribusi normal.
b.
Uji Homogenitas
Tabel 2. Uji Homogenitas Data
Type Kontrol |
Variable |
Uji Homogenitas Levene Test (Sig.) |
Manual
Kontrol |
Waktu
Produksi |
0,336 |
Waktu
Hilang |
0,441 |
|
Biaya
Listrik |
0,468 |
|
Biaya
Tenaga Kerja |
0,468 |
|
Elektronik
Kontrol |
Waktu
Produksi |
0,879 |
Waktu
Hilang |
0,260 |
|
Biaya
Listrik |
0,665 |
|
Biaya
Tenaga Kerja |
0,665 |
c.
Uji T-Paired
Tabel 3. Uji T-Paired Data
Type Kontrol |
Variable |
Sig. 2 tailed |
Manual
Kontrol Elektronik Kontrol |
Waktu
Produksi |
0,000 |
Waktu
Hilang |
0,000 |
|
Biaya
Listrik |
0,000 |
|
Biaya
Tenaga Kerja |
0,000 |
Industri
farmasi masih banyak menggunakan aktifitas produksinya secara manual yang
melibatkan manusia sebagai tenaga kerja utama. Sehingga perusahaan terus
membutuhkan tenaga kerja. Aktifitas yang dilakukan secara manual memiliki
banyak kelemahan diantaranya adalah adanya kesalahan manusia atau human
error selama bekerja, menurunnya kreatifitas ddan inovasi karena
mengerjakan tugas berulang, produktivitas yang stagnan, dan terus meningkatnya
biaya operasional perusahaan (Devarajan,
2018).
Untuk
memperbaiki efisiensi biaya produksi maka perusahaan harus melakukan pemantauan
secara konsisten terhadap efektifitas mesin-mesin produksi. Hal ini berfungsi
untuk dapat melakukan evaluasi secara berkala dan dapat segera menentukan
perbaikan yang dilakukan, baik untuk mempertahanan maupun untuk meningkatkan
efekifitas proses produksi (Ng et al.,
2020).
d.
Perbedaan Waktu Produksi dan Waktu Hilang
Tabel 4. Presentase Perbedaan Waktu
Produksi dan Waktu Hilang
Type Kontrol |
Rata-rata
Waktu Produksi setiap Batch (A) |
Rata-rata
Waktu Hilang setiap Batch (B) |
Jumlah Batch
per Tahun (C) |
Total Waktu
Operasional (D) = (A + B)
x C 60 menit |
Standard Waktu
operasional per tahun (E) |
Penggunaan
Waktu Per Tahun (D/E) x 100% |
Menit |
Menit |
Batch |
Jam |
Jam |
% |
|
Manual Kontrol |
975 |
754 |
207 |
5.965 |
5.796 |
102,91 |
Elektronik Kontrol |
885 |
291 |
207 |
4.078 |
70,36 |
|
Presentase Perbedaan |
9,23 % |
61,41% |
- |
31,63% |
- |
- |
Ada perbedaan waktu produksi sebesar 9,23% atau setara dengan 90 menit
antara mesin blister dengan kontrol elektronik dan kontrol manual. Waktu
produksi pada kontrol elektronik lebih cepat dibandingkan dengan kontrol
manual. Hal ini disebabkan pada manual kontrol, setelah selesai pengaturan
mesin, kecepatan tidak dapat langsung mencapai optimal namun kecepatan dimulai
dari paling rendah kemudian secara berkala naik sampai pada kecepatan optimal.
Sedangkan, pada mesin dengan kontrol elektronik kecepatan mesin dapat langsung
mencapai optimal sejak awal mesin dijalankan.
Ada perbedaan waktu hilang atau waktu tidak produktif sebesar 61,41% atau
setara dengan 453 menit antara mesin blister dengan kontrol elektronik dan
kontrol manual. Waktu hilang pada kontrol elektronik lebih rendah dibandingkan
dengan kontrol manual. Hal ini disebabkan oleh menurunnya error
pada pengaturan ditengah proses produksi. Pada kontrol manual sering kali terjadi
sejumlah error pada pengaturan mesin, sehingga harus dilakukan pengaturan ulang
pada mesin secara manual yang membutuhkan waktu cukup lama. Pada kontrol
elektronik akan dapat dilakukan penyesuaian pengaturan secara otomatis saat
mesin sedang beroperasi (Hervian & Soekardi, 2016).
Pada penelitian
yang dilakukan oleh Winiatie et al. (2018) yang menjelaskan bahwa waktu hilang
pada proses operasional mesin blister memberikan kontribusi paling tinggi
dibandingkan dengan mesin lainnya. Hervian dan Soekardi
(2016) melakukan perubahan untuk memperbaiki metode kerja pada proses pendukung
produksi untuk menurunkan jumlah waktu hilang sebesar 30,71% (Winatie et al., 2018).
e.
Perbedaan Biaya Tenaga Kerja
Penggunaan waktu produksi
pada kontrol manual mencapai 102,91% dimana hal ini menimbulkan resiko terhadap
kondisi mesin karena tidak tersedianya cukup waktu untuk melakukan proses
perawatan mesin secara reguler. Perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan
untuk melakukan perawatan mesin diluar jam kerja yang dihitung sebagai lembur.
Berikut rincian biaya tenaga kerja termasuk didalamnya biaya lembur:
Tabel 5. Presentase Biaya Tenaga
Kerja
Type Kontrol |
Biaya Tenaga
Kerja (A) |
Waktu Produksi
Per Tahun (B) |
Jumlah
Operator (C) |
Biaya Tenaga
Kerja Per Tahun (D) =
(A)x(B)x(C) |
Rp/Jam |
Jam |
Personil |
Rupiah |
|
Manual
Kontrol |
22.780 |
5.965 |
2 |
279.465.040 |
Elektronik
Kontrol |
24.719 |
4.078 |
1 |
100.804.082 |
Presentase
Perbedaan |
- |
- |
- |
63,92% |
Biaya tenaga kerja
merujuk pada Upah Minimum Regional Jakarta pada tahun 2019 yaitu Rp.
3.940.973,- dan pada 2020 yaitu Rp. 4.276.349,- (Upah Minimum
Provinsi DKI Jakarta 2015-2020 - Unit Pengelola Statistik, n.d.). Faktor pembagi
untuk biaya tenaga kerja per jam adalah 1/173 dikalikan dengan upah per bulan
dan untuk upah lembur atau bekerja diluar jam normal maka upah per jam
dikalikan 2 orang untuk setiap jamnya (Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2004). Sehingga biaya
tenaga kerja per jam pada tahun 2019 dimana mesin menggunakan kontrol manual
adalah Rp. 22.780,- dan pada tahun 2020 dimana mesin menggunakan kontrol
elektronik adalah Rp. 24.719,-.
Ada perbedaan biaya tenaga kerja sebesar 63,92% atau setara dengan Rp.
178.660.958 antara mesin blister dengan kontrol elektronik dan kontrol manual.
Biaya tenaga kerja pada mesin blister dengan kontrol elektronik lebih rendah
dibandingkan dengan kontrol manual. Meskipun biaya tenaga
kerja mengalami kenaikan 2020 (penggunaan kontrol elektronik) dibandingkan
dengan 2019 (penggunaan kontrol manual), namun total biaya tenaga kerja setelah
menggunakan kontrol elektronik tetap lebih rendah dibandingkan dengan kontrol
manual. Hal
ini disebabkan oleh perbaikan jumlah tenaga kerja menjadi 1 operator pada
kontrol elektronik dibandingkan dengan manual kontrol yang mempekerjakan 2
operator. Pada kontrol manual operator 1 akan melakukan pengaturan dan
sinkronisasi pada secara keseluruhan mesin dan operator 2 melakukan pengaturan
pada bagian mekanik mesin. Sedangkan pada kontrol elektronik operator hanya
melakukan pengaturan berdasarkan data mekanik yang telah tersimpan pada modul
elektronik mesin, sehingga tidak dilakukan pengaturan mekanik mesin secara
manual.
f.
Perbedaan Biaya Listrik
Selain itu jumlah
jam operasional pada kontrol elektronik juga lebih pendek daripada kontrol
manual. Sehingga memberikan dampak perbaikan pada biaya konsumsi listrik
setelah menggunakan kontrol elektronik, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 6. Presentase Perbedaan Biaya
Listrik
Type Kontrol |
Daya Listrik
Mesin (Kilo Watt) (A) |
Tarif Listrik
per Jam (B) |
Rata-rata
total waktu produksi (C) |
Jumlah Batch
per Tahun (D) |
Biaya Listrik
Per Tahun (E) = AxBxCxD |
Kw |
Rupiah |
Jam |
Batch |
Rupiah |
|
Manual Kontrol |
5 |
1.130 (2019) |
28,8 |
207 |
33.683.040 |
Elektronik Kontrol |
1.070 (2020) |
19,6 |
207 |
21.706.020 |
|
Presentase Perbedaan |
- |
5,31% |
31,94% |
- |
35,56% |
Ada perbedaan
antara tarif listrik per jam pada manual kontrol dan elektronik kontrol sebesar
Rp 50,- (5,31%). Ada perbedaan antara jumlah rata-rata total waktu produksi
pada manual kontrol 28,8 jam dan elektronik kontrol 19,6 jam, ada perbedaan
31,94%.
Harga
jual listrik rata rata per kWh pada tahun 2020 sebesar Rp 1.071,36 mengalami
penurunan menjadi lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu Rp 1.130,33 atau
harga listrik mengalami penurunan 5,31% pada tahun 2020 (PT. PLN
(Persero), 2021).
Ada perbedaan penggunaan listrik sebesar 35,56% atau setara dengan Rp.
11.977.020 antara mesin blister dengan kontrol elektronik dan kontrol manual.
Biaya listrik pada mesin blister dengan kontrol elektronik lebih rendah
dibandingkan dengan kontrol manual. Hal ini dikarenakan waktu operasional mesin
blister yang mencakup waktu produksi dan waktu hilang pada kontrol elektronik
lebih rendah dibandingkan dengan kontrol manual. Sehingga jumlah penggunaan
listrik pada mesin dengan kontrol elektronik lebih sedikit.
Efisiensi merupakan hal yang sehubungan dengan
optimalisasi sumber daya dalam suatu lini produksi yang terkait dengan 3 hal
yaitu penggunaan waktu, pengeluaran biaya dan konsumsi energi atau listrik (Hasid et al., 2022;
Julyanthry et al., 2020). Waktu yang digunakan untuk proses produksi
untuk menghasilkan produk baik, jumlah biaya yang dikeluarkan dibandingan
dengan produk yang dihasilkan dan energi yang digunakan selama proses produksi.
Sebagai contoh proses produksi tetap menghasilkan jumlah produk baik yang sama
banyaknya dengan sumber energi dan jumlah pekerja yang lebih sedikit. Maka
proses produksi dioperasikan secara lebih efisien dengan mengoptimalkan sumber
energi dan jumlah tenaga kerja melalui sejumlah metode perbaikan (Stamatis, 2017).
g.
Perbedaan Hasil Produksi per Jam
Tabel 7.
Presentase Hasil Produksi per Jam
Type Kontrol |
Jumlah waktu produksi Per Tahun (A) |
Jumlah Produksi per Tahun (B) |
Hasil Produksi per Jam (C) =
(B)/(A) |
Jam
|
Blister |
Blister/Jam |
|
Manual
Kontrol |
5.965 |
20.573.280 |
3450 |
Elektronik
Kontrol |
4.078 |
20.602.410 |
5690 |
Peningkatan
Hasil Produksi |
- |
- |
64,92% |
Ada peningkatan
hasil produksi per jam sebanyak 64,92% pada elektronik kontrol dibandingkan
dengan manual kontrol Ada perbedaan
kecepatan mesin sebesar 64,92% antara mesin blister dengan kontrol elektronik
dan kontrol manual. Kecepatan mesin pada mesin blister dengan kontrol
elektronik lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol manual. Hal ini karena pada
kontrol elektronik dapat langsung menggunakan kecepatan optimal dari awal
proses operasional sampai dengan akhir proses.
Produktifitas merupakan jumlah produk yang berhasil
diproduksi (efektifitas) dibandingkan dengan sumber daya yang digunakan seperti
biaya, tenaga kerja dan energi (efisiensi). Produktifitas dikatakan meningkat
jika proses produksi dapat memproduksi lebih banyak dengan faktor-faktor
produksi yang lebih sedikit seperti biaya yang lebih rendah, jumlah tenaga
kerja yang lebih sedikit dan konsumsi energi yang lebih sedikit (Nakajima, 1988; Stamatis,
2017).
Kesimpulan
Terdapat perbedaan yang signifikan pada waktu produksi dengan menggunakan
kontrol elektronik dibandingkan dengan kontrol manual, dimana waktu produksi
dengan kontrol lebih cepat daripada kontrol manual. Terdapat perbedaan yang
signifikan pada waktu hilang atau waktu tidak produktif dengan menggunakan
kontrol elektronik dibandingkan dengan kontrol manual, dimana waktu hilang
dengan kontrol elektronik lebih sedikit daripada kontrol manual. Terdapat
perbedaan yang signifikan pada biaya listrik dengan menggunakan kontrol
elektronik dibandingkan dengan kontrol manual, dimana biaya listrik dengan
kontrol elektronik lebih rendah daripada kontrol manual. Terdapat perbedaan
yang signifikan pada biaya tenaga kerja dengan menggunakan kontrol elektronik
dibandingkan dengan kontrol manual, dimana biaya tenaga kerja dengan kontrol
elektronik lebih rendah daripada kontrol manual. Jumlah tenaga kerja yang lebih
sedikit untuk mengoperasikan mesin dengan kontrol elektronik yaitu 1 operator,
sedangkan dengan kontrol manual membutuhkan 2 operator. Terdapat perbedaan yang
pada kecepatan mesin dengan menggunakan kontrol elektronik dibandingkan dengan
kontrol manual, dimana kecepatan mesin dengan kontrol elektronik lebih tinggi
daripada kontrol manual. Proses produksi mesin blister dengan menggunakan
kontrol elektronik lebih efisien dibandingkan dengan produksi mesin blister
dengan menggunakan kontrol manual karena dapat menurunkan biaya produksi dengan
menurunkan biaya tenaga kerja dan biaya listrik. Proses produksi mesin blister
dengan menggunakan kontrol elektronik juga lebih efektif karena terdapat
kenaikan kecepatan pada mesin dengan meningkatnya hasil produksi per jam pada
mesin blister.
BIBLIOGRAFI
Devarajan, Y. (2018). A Study of Robotic Process Automation
Use Cases Today for Tomorrow’s Business. International Journal of Computer
Techniques, 5(6), 12–18.
Febrianty, F., Revida,
E., Simarmata, J., Suleman, A. R., Hasibuan, A., Purba, S., Butarbutar, M.,
& Saputra, S. (2020). Manajemen Perubahan Perusahaan Di Era Transformasi
Digital. Yayasan Kita Menulis.
Hasid, H. Z., Noor, A.,
& Kurniawan, E. (2022). Ekonomi sumber daya alam dalam lensa pembangunan
ekonomi. Cipta Media Nusantara.
Hervian, M. S., &
Soekardi, C. (2016). Improving Productivity Based on Evaluation Score of
Overall Equipment Effectiveness ( OEE ) Using DMAIC Approach on Blistering
Machine. 5(7), 2013–2016. https://doi.org/10.21275/v5i7.ART2016204
Julyanthry, J., Siagian,
V., Asmeati, A., Hasibuan, A., Simanullang, R., Pandarangga, A. P., Purba, S.,
Purba, B., Ferinia, R., & Rahmadana, M. F. (2020). Manajemen Produksi
dan Operasi. Yayasan Kita Menulis.
Kementrian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi. (2004). Kepmenakertrans - Waktu Kerja Lembur Dan Upah
Kerja Lembur. 53(9), 11.
Minangsari, F., Robiani,
B., & Mukhlis, M. (2019). The Efficiency of the Pharmaceutical Industry in
Indonesia: A Stochastic Frontier Approach. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 17(2),
49–58.
Nakajima, S. (1988).
Introduction to TPM: total productive maintenance (Translation). Productivity
Press, Inc., 1988, 129.
Ng, C., Enrique, M.,
& Korner, H. (2020). applied sciences Overall Equipment E ff
ectiveness : Systematic Literature Review and Overview of Di ff erent Approaches.
1988.
PT. PLN (Persero), S. P.
(2021). 01001 - 210621.
Stamatis, D. H. (2017). The
OEE primer: understanding overall equipment effectiveness, reliability, and
maintainability. CRC Press.
Sugiyono. (2019). Metode
Penelitian Kuatitatif Kualitatif dan R&D (Pertama). CV. ALFABETA.
Upah Minimum Provinsi DKI
Jakarta 2015-2020 - Unit Pengelola Statistik. (n.d.).
Vijayakumar, S. R., &
S. Gajendran. (2014). Improvement of Overall Equipment Effectiveness In a
Plastic Injection Moulding Industry. IOSR Journal of Mechanical and Civil
Engineering (IOSR-JMCE, 2278–1684.
Winatie, A., Maharani, B.
P., & Rimawan, E. (2018). Productivity Analysis to Increase Overall
Equipment Effectiveness ( OEE ) by Implementing Total Productive Maintenance.
3(12), 433–439.
Copyright
holder: Robitah Alami Abdelhamed, Delina Hasan (2024) |
First
publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |