Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
7, Juli 2024
PENGARUH TRANSFORMASI
DIGITAL DAN IRTC TERHADAP KINERJA PEGAWAI RUMAH SAKIT MOEWARDI SURAKARTA
Adelia Yuantika1,
Rudy
Pramono2
Universitas
Pelita Harapan, Jakarta, Indonesia1,2,
Email:
[email protected]1, [email protected]2
Abstrak
Mengetahui dan menguji pengaruh
transformasi digital terhadap kinerja pegawai Rumah Sakit Moewardi Surakarta,
pengaruh Individual Readiness to Change (IRTC) terhadap kinerja pegawai Rumah
Sakit Moewardi Surakarta, pengaruh transformasi digital terhadap Individual
Readiness to Change (IRTC) pegawai Rumah Sakit Moewardi Surakarta, pengaruh transformasi
digital terhadap kinerja dengan Individual Readiness to Change (IRTC) sebagai
variable intervening pegawai Rumah Sakit Moewardi Surakarta. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian kuantitatif. Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 200
pegawai di berbagai departemen rumah sakit. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah purposive sampling. Data dikumpulkan menggunakan
kuesioner, kemudian dianalisis menggunakan analisis jalur dengan bantuan
program SEM-PLS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa transformasi digital
terbukti berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai Rumah Sakit Moewardi
Surakarta, Individual Readiness to Change (IRTC) terbukti berpengaruh positif
terhadap pegawai Rumah Sakit Moewardi Surakarta, transformasi digital terbukti
berpengaruh positif terhadap Individual Readiness to Change (IRTC) pegawai
Rumah Sakit Moewardi Surakarta dan pengaruh transformasi digital secara
signifikan berperan sebagai variabel mediasi terhadap terhadap Individual
Readiness to Change (IRTC) pegawai Rumah Sakit Moewardi Surakarta. Terdapat
sejumlah keterbatasan yang diikuti saran bagi penelitian selanjutnya.
Kata Kunci:
kinerja pegawai, transformasi digital, individual readiness to change
Abstract
Knowing
and testing the influence of digital transformation on the performance of
employees at Moewardi Hospital Surakarta, the influence of Individual Readiness
to Change (IRTC) on the performance of employees at Moewardi Hospital
Surakarta, the influence of digital transformation on the Individual Readiness
to Change (IRTC) of employees at Moewardi Hospital Surakarta, the influence of
digital transformation on performance with Individual Readiness to Change
(IRTC) as an intervening variable for employees at Moewardi Hospital,
Surakarta. This research uses a quantitative type of research. This research
uses a quantitative type of research. The samples taken in this study were 200
employees in various hospital departments. The sampling technique in this
research is purposive sampling. Data was collected using a questionnaire, then
analyzed using path analysis with the help of the SEM-PLS program. The results
of this research show that digital transformation has proven to have a positive
effect on the performance of Moewardi Hospital employees in Surakarta,
Individual Readiness to Change (IRTC) has proven to have a positive influence
on employees of Moewardi Hospital Surakarta, digital transformation has proven
to have a positive influence on Individual Readiness to Change (IRTC) of Home
employees. Moewardi Hospital Surakarta and the influence of digital
transformation significantly act as mediating variables on the Individual
Readiness to Change (IRTC) of employees at Moewardi Hospital Surakarta. There
are a number of limitations followed by suggestions for further research.
Keywords: employee performance, digital
transformation, individual readiness to change
Pendahuluan
Rumah sakit merupakan institusi
pelayanan kesehatan yang mempunyai peranan penting untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Mutu pelayanan suatu rumah sakit sangat dipengaruhi oleh
kualitas dan jumlah tenaga kesehatan yang dimiliki rumah sakit tersebut (Ardita
& Suwandana, 2022). Oleh karena itu, kinerja pegawai di rumah sakit adalah
salah satu faktor kunci dalam menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan (Alcácer
& Cruz-Machado, 2019).
Kinerja pegawai diartikan sebagai
pencapaian tujuan utama peran pekerjaan, dan merupakan hasil akhir dari seluruh
aktivitas yang ada yang menggunakan seluruh sumber daya yang ada guna mencapai
tujuan secara efektif dan efisien (Azzuhri, 2016). Kinerja yang baik merupakan
kombinasi efisiensi dalam penggunaan sumber daya yang tersedia, serta tingkat
pencapaian dan efektivitas yang tinggi, berdasarkan pelaksanaan tugas pokok
yang dipercayakan pekerja kepada mereka dalam pekerjaannya, baik sebagai
dokter, perawat, teknisi, atau administrator (Al-Otaibi,
2020). Dengan kata lain, kinerja adalah pemenuhan tugas dan
tanggung jawab kerja oleh karyawan, dengan menggunakan sumber daya organisasi
yang tersedia, selain hasil dari tindakan atau hasil yang dicapai.
Di rumah sakit, transformasi
digital melibatkan penggunaan teknologi seperti sistem informasi kesehatan,
rekam medis elektronik, telemedicine, dan otomatisasi berbagai proses (Dethine, Enjolras, & Monticolo,
2020) . Tujuan utama dari transformasi ini adalah untuk meningkatkan efisiensi
operasional, mempercepat akses informasi pasien, dan meningkatkan kualitas
pelayanan. Namun, perubahan ini juga menciptakan tantangan dalam hal adaptasi
dan kinerja pegawai rumah sakit.
Temuan penelitian dari Alanizan
(2023) menunjukkan bahwa transformasi digital dapat memengaruhi seberapa baik
kinerja karyawan dalam profesinya. Kinerja karyawan di perusahaan meningkat
berkat keterampilan dan pemahaman mereka tentang transformasi digital. Terdapat
bukti bahwa digitalisasi meningkatkan produktivitas, yang pada gilirannya
meningkatkan kesejahteraan karyawan. Sehubungan dengan temuan tersebut, maka
dapat disimpulkan dengan menerapkan transformasi digital dalam budaya
organisasi rumah sakit, tujuan tersebut dapat tercapai.
Selain transformasi digital, peran
Individual Readiness to Change (IRTC) juga menjadi faktor penting dalam
menghadapi perubahan. IRTC merupakan kesiapan seseorang untuk menerima atau
menolak perubahan yang dilaksanakan oleh organisasi di tempat kerja. Kesiapan
individu yang menerima akan berdampak positif terhadap perkembangan organisasi
(Faedlulloh et al., 2020; Ferdiansyah,
& Tricahyono, 2023). Sebaliknya kesiapan individu yang menolak akan
menghambat perkembangan organisasi karena kesiapan individu memegang peranan
penting dalam keberhasilan perubahan yang dilaksanakan (Siswanto & Haryati,
2020). Kemampuan individu dalam menghadapi perubahan ini dapat memengaruhi
efektivitas implementasi teknologi digital dan pada akhirnya, kinerja organisasi.
Ketika rumah sakit memasuki era
transformasi digital yang semakin pesat, peran individu dalam organisasi,
termasuk pegawai rumah sakit, menjadi sangat penting dalam menghadapi
perubahan. Dalam konteks ini, konsep IRTC muncul sebagai faktor kunci yang
memengaruhi sejauh mana pegawai dapat beradaptasi dan berkinerja optimal dalam
lingkungan yang semakin digital. Pegawai yang memiliki tingkat IRTC yang tinggi
cenderung lebih mudah beradaptasi dengan sistem informasi kesehatan, rekam
medis elektronik, telemedicine, dan berbagai teknologi lainnya yang digunakan
dalam pelayanan kesehatan. Namun, IRTC juga dapat menjadi tantangan, terutama
bagi pegawai yang kurang memiliki pengalaman dengan teknologi atau yang merasa
takut terhadap perubahan. Tingkat IRTC yang rendah dapat menghambat adopsi
teknologi baru dan berdampak negatif pada kinerja pegawai.
Rumah Sakit Moewardi Surakarta,
sebagai rumah sakit daerah yang melayani berbagai kebutuhan kesehatan
masyarakat, juga telah mengalami dampak dari transformasi digital dalam
berbagai aspek operasionalnya. Penggunaan teknologi digital telah merasuki
berbagai aspek seperti pengelolaan data pasien, rekam medis elektronik, dan
penggunaan sistem manajemen pasien yang terotomatisasi. Meskipun berbagai
teknologi ini telah diadopsi, belum jelas sejauh mana pengaruh transformasi
digital dan IRTC terhadap kinerja pegawai di RS Moewardi Surakarta. Kinerja
pegawai yang optimal sangat relevan karena berkaitan langsung dengan pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada pasien dan pengelolaan rumah sakit secara
keseluruhan.
Gap penelitian yang terdapat di
Rumah Sakit Moewardi Surakarta adalah ketidakjelasan dalam pemahaman pengaruh
transformasi digital dan individual readiness to change (IRTC) terhadap kinerja
pegawai di rumah sakit tersebut. Meskipun terdapat banyak penelitian tentang
kinerja pegawai di rumah sakit secara umum, hanya sedikit yang telah difokuskan
pada konteks khusus Rumah Sakit Moewardi Surakarta. Keterbatasan penelitian
sebelumnya menyebabkan kekurangan dalam pemahaman tentang bagaimana
transformasi digital di rumah sakit ini memengaruhi kinerja pegawai dan sejauh
mana peran IRTC mereka dalam menghadapi perubahan tersebut. Penelitian yang
lebih spesifik dan berfokus pada Rumah Sakit Moewardi Surakarta akan membantu
mengidentifikasi faktor-faktor yang unik dalam rumah sakit ini yang dapat
memengaruhi kinerja pegawai, serta memberikan wawasan yang lebih relevan bagi
manajemen rumah sakit dalam mengambil keputusan yang tepat terkait transformasi
digital dan pengembangan kompetensi pegawai.
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang bagaimana transformasi digital
dan IRTC dapat membentuk kinerja pegawai di Rumah Sakit Moewardi Surakarta.
Selain itu, hasil penelitian ini dapat memberikan panduan bagi manajemen rumah
sakit dalam pengambilan keputusan strategis terkait dengan investasi dalam
teknologi digital dan pengembangan kompetensi individu pegawai.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif, di mana data yang diperoleh diproses dengan angka-angka
untuk menghasilkan informasi terstruktur. Data kuantitatif ini kemudian diolah
dan dianalisis berdasarkan teori yang relevan untuk menguji pengaruh
transformasi digital dan Individual Readiness to Change (IRTC) terhadap kinerja
pegawai. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Populasi penelitian ini adalah seluruh pegawai Rumah Sakit Moewardi
Kota Surakarta yang berjumlah 2.402 orang.
Sampel penelitian diambil
menggunakan teknik purposive sampling, dengan kriteria tertentu yang dianggap
dapat mewakili populasi. Penghitungan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus
Slovin, dengan persentase batas toleransi kesalahan sebesar 10%. Data
dikumpulkan menggunakan kuesioner tertutup, di mana responden menjawab
pertanyaan yang sudah disediakan. Kuesioner meliputi aspek kinerja pegawai,
transformasi digital, dan IRTC, dengan skala Likert 1 hingga 5 poin (sangat
tidak setuju hingga sangat setuju) Data dianalisis menggunakan statistik parametrik
dan diolah dengan program SEM-PLS (Structural Equation Modeling-Partial Least
Squares). Lokasi dan waktu penelitian dilakukan di Rumah Sakit Moewardi
Surakarta, selama tiga bulan dari observasi hingga pembuatan laporan hasil data
dan kesimpulan.
Metode ini dirancang untuk
memberikan gambaran yang jelas dan komprehensif mengenai hubungan antara
transformasi digital, IRTC, dan kinerja pegawai di lingkungan rumah sakit.
Pengujian model pengukuran dilakukan untuk menilai validitas dan reliabilitas
kuesioner. Hasil analisis data akan digunakan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan, dengan menggunakan nilai probabilitas dan uji statistik untuk
menilai signifikansi variabel- variabel yang diteliti.
Hasil dan Pembahasan
Statistik
Deskriptif
Analisis statistik deskriptif ialah
analisis yang memberikan sebuah gambaran variabel yang diteliti secara
individual yang dapat dilihat dari nilai mean, maksimum, minimum, dan standar
deviasi (Ghozali, 2018). Statistik deskriptif adalah untuk menggambarkan data menjadi
sebuah informasi yang lebih jelas serta mudah dipahami. Statistik deskriptif
memberikan gambaran mengenai data penelitian berupa deskripsi responden
mengenai jenis kelamin serta deskripsi hasil kuesioner mengenai variabel
akuntabilitas kinerja, perencanaan anggaran berbasis kinerja, pengendalian
internal, sistem pelaporan, dan budaya organisasi.
Model
Pengkuran (Outer Model)
Evaluasi Model Pengukuran dengan
model reflektif dapat dilakukan dengan uji convergent validity, discriminant
validity, dan realibility composite. Berikut merupakan hasil model pengukuran
tersebut.
1) Convergent
Validity
Uji
validitas konvergen bertujuan untuk mengetahui validitas setiap hubungan antara
indikator dengan variabel latennya. Validitas konvergen digunakan untuk
mengukur korelasi antara skor item dengan skor konstruk, semakin tinggi
korelasi semakin baik validitas datanya, validitas konvergen. Validitas
konvergen dikatakan baik jika Muatan faktor standarnya (standardized loading
factors ≥ 0,70.
Gambar 1. Diagram standardized loading
factors
Berdasarkan Gambar diatas dapat
dilihat bahwa seluruh indikator pernyataan dinyatakan valid karena nilainya
standardized loading factors ≥ 0,70. Sehingga model dapat dilanjutkan. Atau
lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Nilai standardized loading
factors
|
IRTC |
Kinerja |
Transformasi Digital |
X1 |
|
|
0.898 |
X10 |
|
|
0.883 |
X11 |
|
|
0.883 |
X12 |
|
|
0.87 |
X13 |
|
|
0.891 |
X14 |
|
|
0.888 |
X15 |
|
|
0.884 |
X2 |
|
|
0.88 |
X3 |
|
|
0.892 |
X4 |
|
|
0.879 |
X5 |
|
|
0.873 |
X6 |
|
|
0.886 |
X7 |
|
|
0.88 |
X8 |
|
|
0.891 |
X9 |
|
|
0.89 |
Y1 |
|
0.9 |
|
Y10 |
|
0.894 |
|
Y11 |
|
0.828 |
|
Y12 |
|
0.902 |
|
Y13 |
|
0.912 |
|
Y14 |
|
0.897 |
|
Y15 |
|
0.899 |
|
Y16 |
|
0.883 |
|
Y2 |
|
0.891 |
|
Y3 |
|
0.884 |
|
Y4 |
|
0.865 |
|
Y5 |
|
0.864 |
|
Y6 |
|
0.87 |
|
Y7 |
|
0.86 |
|
Y8 |
|
0.877 |
|
Y9 |
|
0.878 |
|
Z1 |
0.889 |
|
|
Z2 |
0.817 |
|
|
Z3 |
0.891 |
|
|
Z4 |
0.891 |
|
|
Z5 |
0.89 |
|
|
Z6 |
0.924 |
|
|
Z7 |
0.9 |
|
|
Z8 |
0.855 |
|
|
Z9 |
0.908 |
|
|
Berdasarkan
tabel diatas dapat dilihat bahwa seluruh indikator pernyataan dinyatakan valid
karena nilainya standardized loading factors ≥ 0,70. Sehingga model dapat
dilanjutkan.
2) Discriminant
Validity (Cross Loading)
Uji
validitas deskriminan dilakukan untuk memastikan bahwa setiap konsep dari
masing variabel laten berbeda dengan variabel lainnya. Nilai kuadrat AVE
masing-masing konstruk eksogen melebihi korelasi antara konstruk tersebut
dengan konstruk lainnya dapat menjadi indikator dari model yang mempunyai
discriminant validity yang baik. Pada penelitian ini discriminant validity
dengan melihat nilai dari heterotrait- monotrait ratio (HTMT <0,9).
Discriminant
validity – Heterotrait – Monotrait ration (HTMT) – Matrix |
|||
|
IRTC |
Kinerja |
Transformasi Digital |
IRTC |
|
|
|
Kinerja |
0.889 |
|
|
Transformasi
Digital |
0.868 |
0.891 |
|
Berdasarkan
hasil nilai HTMT seluruh variabel memiliki nilai HTMT < 0,9 oleh karena itu
variabel pada penelitian ini telah valid secara diskriminan
3) Composite
Reliability
Uji
reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
(kuesioner) dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Setiap alat pengukur
harusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang relatif
konsisten dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
koefisien Cronbach Alpha, Composite Reliability dan AVE. Indikator instrumen
dikatakan reliabel jika mempunyai koefisien Cronbach Alpha ≥ 0.70, Composite
Reliability ≥ 0.70 dan AVE ≥ 0.6.
Construct
reliability and validity – Overview |
|
|||
|
Cronbach’s alpha |
Composited reliability (rho_a) |
Composited reliability (rho_c) |
Average variance extrcated (AVE) |
IRTC |
0.965 |
0.966 |
0.970 |
0.784 |
Kinerja |
0.981 |
0.981 |
0.982 |
0.777 |
Transformasi
Digital |
0.980 |
0.980 |
0.982 |
0.783 |
Berdasarkan
tabel reliabilitas diatas dapat dilihat bahwa koefisien alpha (cronbach alpha) memiliki
nilai di atas 0,70 Composite Reliability > 0,7 dan nilai AVE > 0,6. maka
dapat dijelaskan bahwa variabel penelitian telah reliabel sehingga mempunyai
ketepatan yang tinggi untuk dijadikan variabel pada penelitian.
4) Evaluasi
Kriteria Ketepatan Model
Tujuan
pengujian ini adalah untuk menilai kecocokan model dari diagram yang
ditunjukkan pada Gambar 1. Hasil perhitungan model SEM PLS menghasilkan indeks
goodness of fit sebagaimana ditunjukkan pada Tabel berikut ini:
Tabel 4. Hasil Perhitungan Indeks Goodness
of Fit
Model fit |
|
|
|
Saturated model |
Estimated model |
SRMR |
0.033 |
0.033 |
d_ULS |
0.918 |
0.918 |
d_G |
1.465 |
1.465 |
Chi-square |
1415.055 |
1415.055 |
NFI |
0.875 |
0.875 |
Berdasarkan
tabel diatas dapat dilihat nilai NFI sebesar 0,875 berarti 87,5% model telah
fit, dan nilai SRMR sebesar 0,033 berada di bawah 0,1. Berdasarkan kedua
kriteria ketepatan model yang telah dianalis, maka disimpulkan bahwa model dinyatakan
model sudah fit.
R-square
- Overview |
||
|
R-square |
R-square adjusted |
IRTC |
0.715 |
0.714 |
Kinerja |
0.821 |
0.819 |
R-Square
digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Dari hasil penelitian ini diperoleh R square untuk IRTC
sebesar 0,714 atau 71,4% dan Nilai R square untuk Kinerja 0,819 atau 81,9%.
Hasil Pengujian
Hipotesis
Pengujian hipotesis ditunjukkan
dengan satu anak panah pada diagram dan sesuai dengan hipotesis yang diberikan.
Pengaruh langsung pada model penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Pengujian Hipotesis
Langsung
Specific indirect effects – mean, STDEV, T Values, p
values |
|||||
|
Original sample (o) |
Sample mean (M) |
Standard deviation (STDEV) |
T statistics (Io/STDEVI) |
P values |
IRTC -> Kinerja |
0.445 |
0.444 |
0.120 |
3.716 |
0.000 |
Transformasi
Digital -> IRTC |
0.846 |
0.844 |
0.038 |
22.269 |
0.000 |
Transformasi
Digital -> Kinerja |
0.469 |
0.499 |
0.119 |
4.186 |
0.000 |
Berdasarkan tabel diatas diperoleh
hasil pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen dengan hasil
sebagai berikut:
1)
Transformasi
Digital berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja terlihat dari p- value 0,000
< 0,05. Pengaruh langsung Transformasi Digital terhadap Kinerja adalah
sebesar 0,498 yang artinya jika Transformasi Digital meningkat satu satuan unit
maka Kinerja dapat meningkat sebesar 49,8%. Pengaruh ini bersifat positif. (H1
diterima)
2)
IRTC
berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja terlihat dari p-value 0,000 <
0,05. Pengaruh langsung IRTC terhadap Kinerja adalah sebesar 0,445 yang artinya
jika IRTC meningkat satu satuan unit maka Kinerja dapat meningkat sebesar
44,5%. Pengaruh ini bersifat positif. (H2 Diterima).
3)
Transformasi
Digital berpengaruh secara signifikan terhadap IRTC terlihat dari p- value
0,000 < 0,05. Pengaruh langsung Transformasi Digital terhadap IRTC adalah
sebesar 0,846 yang artinya jika Transformasi Digital meningkat satu satuan unit
maka IRTC dapat meningkat sebesar 84,6%. Pengaruh ini bersifat positif. (H3
Diterima).
Tabel 7. Pengujian Hipotesis Tidak Langsung
Specific indirect effects – mean, STDEV, T Values, p
values |
|||||
|
Original sample (o) |
Sample mean (M) |
Standard deviation (STDEV) |
T statistics (Io/STDEVI) |
P values |
Transformasi Digital -> IRTC -> Kinerja |
0.377 |
0.374 |
0.102 |
3.675 |
0.000 |
Berdasarkan
tabel diatas diperoleh hasil pengaruh tidak langsung variabel independent
terhadap variabel dependen dengan hasil sebagai berikut:
4)
Transformasi
digital berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja melalui IRTC terlihat
dari p-value 0,000 < 0,05. Pengaruh tidak langsung Transformasi digital
terhadap kinerja adalah sebesar 0,377 yang artinya jika transformasi digital
meningkat satu satuan unit maka secara tidak langsung Kinerja dapat meningkat
sebesar 37,7%. Pengaruh ini bersifat positif. (H4 Diterima)
Pembahasan
Transformasi digital adalah
organisasi untuk memanfaatkan teknologi demi meningkatkan efisiensi internal
dan daya saing eksternal, sementara pegawai juga harus mampu menunjukkan
kinerja yang baik dengan dukungan teknologi digital. Transformasi digital
dicirikan dengan adanya perubahan dan transformasi yang digerakkan dan dibangun
di atas fondasi teknologi. Dalam sebuah perusahaan atau lembaga, transformasi
digital didefinisikan sebagai pergeseran organisasi menuju platform data besar,
analitik, komputasi awan, seluler, dan media sosial. Saat ini, lingkungan
pelayanan publik menyaksikan perubahan radikal pada lanskap pelayanan yang
dipicu oleh munculnya inovasi dan layanan digital. Berbagai perusahaan dan
kantor semakin mengadopsi berbagai peluang seperti analitik, data besar,
komputasi awan, media sosial, dan platform seluler, dalam upaya membangun strategi
layanan digital yang kompetitif dan menunjang kinerja karyawan (Rahadian et al.,
2020).
Sumber daya manusia memiliki peran
penuh untuk mengendalikan dan mengembangkan teknologi guna mencapai peningkatan
kualitas hidup semaksimal mungkin melalui berbagai dimensi yang ada. Karyawan,
atau pegawai, sebagai sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi,
merupakan salah satu aset terpenting mereka untuk mencapai tujuan mereka. Tanpa
adanya karyawan, teknologi tidak dapat bekerja dengan sendirinya. Dalam
melaksanakan tugas- tugasnya, yang disertai dengan perkembangan transformasi
digital yang terus terjadi, menyebabkan karyawan suatu institusi memiliki
tekanan yang dapat menimbulkan stres kerja. Meskipun stres kerja bukanlah
fenomena baru, namun telah berkembang menjadi masalah manajemen utama di tempat
kerja saat ini. Para manajer, perusahaan, dan penyedia layanan menyadari bahwa
stres adalah masalah endemik yang dapat menimbulkan berbagai konsekuensi. Jika
stres terjadi secara terus-menerus dan tak terkendali, hal ini dapat
menyebabkan burnout dan dapat berakibat fatal bagi karyawan maupun perusahaan
dan lembaga lainnya (Rahadian et al., 2020).
Penelitian ini dilakukan di Rumah
Sakit Moewardi yang berada di Kota Surakarta, Jl. Kolonel Sutarto No.132, Jebres,
Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Populasi pada penelitian ini yaitu
semua pegawai Rumah Sakit Moewardi Kota Surakarta berjumlah 2.402 orang
pegawai. Sementara sampel penelitian pembagian jumlah pegawai dipilih
berdasarkan instalasi yaitu instalasi rekam medis dan informasi kesehatan
sebanyak 22 orang pegawai, instalasi gawat darurat sebanyak 33 orang pegawai,
bagian organisasi dan kepegawaian sebanyak 55 orang pegawai, instalasi rawat
jalan regular sebanyak 70 orang pegawai, dan bagian pendapatan sebanyak 20
orang pegawai.
Pada penelitian ini dilakukan pengujian terhadap empat
hipotesis yaitu
1)
H1
: pengaruh transformasi digital terhadap kinerja pegawai Rumah Sakit Moewardi
Surakarta
2)
H2
: pengaruh Individual Readiness to Change (IRTC) terhadap kinerja pegawai Rumah
Sakit Moewardi Surakarta
3)
H3
: pengaruh transformasi digital terhadap Individual Readiness to Change (IRTC)
pegawai Rumah Sakit Moewardi Surakarta
4)
H4
: pengaruh transformasi digital terhadap kinerja dengan Individual Readiness to
Change (IRTC) sebagai variable intervening pegawai Rumah Sakit Moewardi
Surakarta?
Pengaruh
Transformasi Digital Terhadap Kinerja Pegawai Rumah Sakit Moewardi Surakarta
Hasil penelitian menemukan bahwa
Transformasi Digital berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja terlihat
dari p-value 0,000 < 0,05. Pengaruh langsung Transformasi Digital terhadap
Kinerja adalah sebesar 0,498 yang artinya jika Transformasi Digital meningkat
satu satuan unit maka Kinerja dapat meningkat sebesar 49,8%. Hal tersebut menandakan
bahwa H1 diterima, sehingga pengaruh ini bersifat positif. Temuan ini
mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat Transformasi Digital yang terjadi
di Rumah Sakit Moewardi Surakarta, maka semakin tinggi pula Kinerja Pegawainya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rahadian et al., (2020) yang mengungkapkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara transformasi digital terhadap kinerja
pegawai. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Lumunon et al., (2021)
yang menyatakan bahwa transformasi digital berpengaruh signifikan terhadap
kinerja pegawai UMKM Kuliner pada masa Covid-19 di Kota Manado. Karyawan pada
akhirnya harus termotivasi dan berusaha beradaptasi dengan penggunaan
digitalisasi dalam bisnisnya. Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian
dari Oktafien et al. (2023) Human Resource Digital Transformation (HRDT)
berpengaruh secara positif terhadap employee performance.
Transformasi Digital yang mencakup
adopsi teknologi digital, pemanfaatan data, penggunaan platform digital, dan
lain-lain, dapat meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kualitas kerja para
pegawai. Oleh karena itu, pihak manajemen Rumah Sakit Moewardi Surakarta perlu
terus mendorong dan mendukung Transformasi Digital secara berkelanjutan.
Upaya-upaya seperti peningkatan infrastruktur teknologi, pengembangan
kompetensi digital pegawai, dan pengoptimalan penggunaan sistem informasi dan
aplikasi digital dapat menjadi strategi dalam meningkatkan Kinerja Pegawai
melalui Transformasi Digital.
Pengaruh
IRTC Terhadap Kinerja Pegawai Rumah Sakit Moewardi Surakarta
Hasil penelitian menemukan bahwa
IRTC berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja terlihat dari p-value 0,000
< 0,05. Pengaruh langsung IRTC terhadap Kinerja adalah sebesar 0,445 yang
artinya jika IRTC meningkat satu satuan unit maka Kinerja dapat meningkat
sebesar 44,5%. Pengaruh ini bersifat positif. Hal tersebut menandakan bahwa H2
diterima, sehingga pengaruh ini bersifat positif. Temuan ini mengindikasikan
bahwa semakin baik dan komprehensif sistem IRTC yang diterapkan di Rumah Sakit
Moewardi Surakarta, maka semakin tinggi pula Kinerja Pegawainya.
Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Alanizan (2023) yang menyatakan transformasi
digital dapat memengaruhi seberapa baik kinerja karyawan dalam profesinya pada
masa pandemi covid-19. Penelitian lain seperti (Asbari et al., 2021), (Siswanto
& Haryati, 2020), (Syafril, 2023), dan (Ratnawati & Sugiharti, 2023)
juga membuktikan bahwa individual readiness to change (IRTC) berpengaruh
terhadap kinerja pegawai.
Sistem IRTC yang mencakup pemberian
insentif, remunerasi, tunjangan, dan kompensasi yang memadai dapat meningkatkan
motivasi, kepuasan, dan komitmen pegawai, sehingga berdampak positif pada
kinerja mereka. Oleh karena itu, pihak manajemen Rumah Sakit Moewardi Surakarta
perlu terus memprioritaskan dan menyempurnakan sistem IRTC. Upaya-upaya seperti
peninjauan dan penyesuaian besaran insentif, remunerasi, dan tunjangan sesuai
dengan beban kerja dan kinerja pegawai, serta pemberian kompensasi yang
kompetitif dan adil dapat menjadi strategi dalam meningkatkan Kinerja Pegawai
melalui sistem IRTC yang efektif.
Pengaruh
Transformasi Digital Terhadap IRTC Pegawai Rumah Sakit Moewardi Surakarta
Hasil penelitian menemukan bahwa
Transformasi Digital berpengaruh secara signifikan terhadap IRTC terlihat dari
p-value 0,000 < 0,05. Pengaruh langsung Transformasi Digital terhadap IRTC
adalah sebesar 0,846 yang artinya jika Transformasi Digital meningkat satu
satuan unit maka IRTC dapat meningkat sebesar 84,6%. Hal tersebut menandakan
bahwa H3 diterima, sehingga pengaruh ini bersifat positif. Temuan ini
mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat Transformasi Digital yang terjadi
di Rumah Sakit Moewardi Surakarta, maka semakin baik dan komprehensif sistem
IRTC yang dapat diterapkan. Transformasi Digital yang mencakup penggunaan
teknologi digital, pemanfaatan data, dan peningkatan efisiensi proses kerja,
dapat mendukung dan mempermudah pengelolaan sistem IRTC, sehingga mendorong peningkatan
insentif, remunerasi, tunjangan, dan kompensasi yang diterima oleh pegawai.
Oleh karena itu, pihak manajemen
Rumah Sakit Moewardi Surakarta perlu terus mengembangkan dan mengoptimalkan
Transformasi Digital di lingkungan organisasi. Upaya- upaya seperti investasi
pada infrastruktur teknologi, digitalisasi proses bisnis, pengembangan sistem
informasi sumber daya manusia, serta pelatihan dan pengembangan kompetensi
digital pegawai dapat menjadi strategi dalam meningkatkan IRTC melalui
Transformasi Digital yang efektif.
Selain menemukan pengaruh secara
langsung, penelitian ini juga menemukan pengaruh tidak langsung variabel
independent terhadap variabel dependen. Hasil ini ditemukan bahwa transformasi
digital berpengaruh tidak langsung secara signifikan terhadap Kinerja melalui
IRTC terlihat dari p-value 0,000 < 0,05. Pengaruh tidak langsung
Transformasi digital terhadap kinerja adalah sebesar 0,377 yang artinya jika
transformasi digital meningkat satu satuan unit maka secara tidak langsung
Kinerja dapat meningkat sebesar 37,7%. Pengaruh ini bersifat positif. Temuan
ini mengindikasikan bahwa Transformasi Digital tidak hanya berpengaruh langsung
terhadap IRTC, tetapi juga memberikan dampak tidak langsung pada Kinerja
Pegawai melalui peningkatan sistem IRTC. Transformasi Digital yang efektif
dapat mendukung pengembangan dan pengelolaan sistem IRTC yang lebih baik,
seperti penentuan insentif, remunerasi, tunjangan, dan kompensasi yang lebih
adil dan kompetitif. Pada gilirannya, sistem IRTC yang lebih baik akan
memotivasi dan meningkatkan kinerja pegawai.
Oleh karena itu, strategi
pengembangan Transformasi Digital di Rumah Sakit Moewardi Surakarta tidak hanya
berdampak langsung pada peningkatan IRTC, tetapi juga secara tidak langsung
dapat meningkatkan Kinerja Pegawai. Integrasi antara Transformasi Digital dan
IRTC menjadi kunci dalam upaya meningkatkan Kinerja Pegawai secara
komprehensif.
Pengaruh
Tidak Langsung Transformasi Digital Terhadap Kinerja Pegawai melalui IRTC
Pengaruh tidak langsung (indirect
effect) adalah pengaruh suatu variabel independent terhadap variabel dependen
yang terjadi tidak secara langsung, melainkan melalui satu atau lebih variabel
mediator atau intervening. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan pengaruh
tidak langsung antara variabel independent terhadap variabel dependen bahwa
transformasi digital berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja melalui
IRTC terlihat dari p-value 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
transformasi digital tidak hanya berpengaruh secara langsung terhadap kinerja,
tetapi juga dapat mempengaruhi kinerja secara tidak langsung melalui variabel
IRTC sebagai mediator. Pengaruh tidak langsung Transformasi digital terhadap
kinerja adalah sebesar 0,377 yang artinya jika transformasi digital meningkat satu
satuan unit maka secara tidak langsung Kinerja dapat meningkat sebesar 37,7%.
Pengaruh ini bersifat positif.
Temuan ini mengindikasikan bahwa
transformasi digital tidak hanya berdampak langsung pada kinerja, tetapi juga
memiliki peran tidak langsung melalui IRTC. Peningkatan transformasi digital
akan mendorong peningkatan IRTC, yang pada akhirnya juga akan meningkatkan
kinerja karyawan secara signifikan. Hasil ini memberikan pemahaman yang lebih
komprehensif mengenai mekanisme hubungan antara transformasi digital, IRTC, dan
kinerja dalam konteks penelitian ini.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
denelitian yang dilakukan oleh Isnawati dan Waskito (2024) yang mengungkapkan
bahwa terdapat pengaruh tidak langsung antara variabel transformasi digital
terhadap variabel kinerja karyawan, kemudian keterlibatan karyawan memediasi
pengaruh transformasi digital terhadap kinerja karyawan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) transformasi Digital
berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja terlihat dari p-value 0,000 <
0,05. Pengaruh langsung Transformasi Digital terhadap Kinerja adalah sebesar
0,498 yang artinya jika Transformasi Digital meningkat satu satuan unit maka
Kinerja dapat meningkat sebesar 49,8%. Hal tersebut menandakan bahwa H1
diterima, sehingga pengaruh ini bersifat positif, (2) IRTC berpengaruh secara
signifikan terhadap Kinerja terlihat dari p-value 0,000 < 0,05. Pengaruh
langsung IRTC terhadap Kinerja adalah sebesar 0,445 yang artinya jika IRTC
meningkat satu satuan unit maka Kinerja dapat meningkat sebesar 44,5%. Pengaruh
ini bersifat positif. Hal tersebut menandakan bahwa H2 diterima, sehingga
pengaruh ini bersifat positif, (3) Transformasi Digital berpengaruh secara
signifikan terhadap IRTC terlihat dari p-value 0,000 < 0,05. Pengaruh
langsung Transformasi Digital terhadap IRTC adalah sebesar 0,846 yang artinya
jika Transformasi Digital meningkat satu satuan unit maka IRTC dapat meningkat
sebesar 84,6%. Hal tersebut menandakan bahwa H3 diterima, sehingga pengaruh ini
bersifat positif, dan (4) ditemukan pengaruh tidak langsung antara variabel
independent terhadap variabel dependen bahwa transformasi digital berpengaruh
secara signifikan terhadap Kinerja melalui IRTC terlihat dari p-value 0,000
< 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa transformasi digital tidak hanya
berpengaruh secara langsung terhadap kinerja, tetapi juga dapat mempengaruhi
kinerja secara tidak langsung melalui variabel IRTC sebagai mediator. Pengaruh
tidak langsung Transformasi digital terhadap kinerja adalah sebesar 0,377 yang
artinya jika transformasi digital meningkat satu satuan unit maka secara tidak
langsung Kinerja dapat meningkat sebesar 37,7%. Pengaruh ini bersifat positif.
BIBLIOGRAFI
Al-Otaibi, R. G. A.-H. (2020). The impact of work-life
quality on staff performance at Dawadami Public Hospital, Saudi Arabia. Journal
of Human Resource and Sustainability Studies, 8(02), 107.
Alanizan,
S. (2023). The Effectiveness of Digital Transformation on Employee Performance
(During The Covid-19 Pandemic). International
Journal of Entrepreneurship, 27(1), 1–8.
Alcácer,
V., & Cruz-Machado, V. (2019). Scanning the Industry 4.0: A Literature Review
on Technologies for Manufacturing Systems. Engineering
Science and Technology, an International Journal, 22(3), 899–919.
https://doi.org/10.1016/j.jestch.2019.01.006
Ardita,
K. O. A. S., & Suwandana, I. G. M. (2022). The Role of Motivation in Mediation
of Job stress on Performance of General Hospital Employees. European Journal of Business and Management
Research, 7(5), 15–18. https://doi.org/10.24018/ejbmr.2022.7.5.1618
Asbari,
M., Dylmoon Hidayat, D., & Purwanto, A. (2021). Managing Employee Performance:
From Leadership to Readiness for Change. International
Journal of Social and Management Studies, 2(1), 74–85.
https://doi.org/10.5555/ijosmas.v2i1.12
Azzuhri,
M. (2016). Intervensi Manajemen Sumberdaya Manusia dan Dampaknya terhadap
Kesiapan Sivitas Akademika untuk Berubah. Jurnal
Aplikasi Manajemen, 14(4), 778–787.
https://doi.org/10.18202/jam23026332.14.4.18
Dethine,
B., Enjolras, M., & Monticolo, D. (2020). Digitalization and SMEs’ Export
Management: Impacts on Resources and Capabilities. Technology Innovation Management Review, 10(4), 18–34.
https://doi.org/10.22215/timreview/1344
Faedlulloh,
D., Maarif, S., Meutia, I. F., & Yulianti, D. (2020). Birokrasi dan
Revolusi Industri 4.0: Mencegah Smart ASN menjadi Mitos dalam Agenda Reformasi
Birokrasi Indonesia. Jurnal Borneo
Administrator. https://doi.org/10.24258/jba.v16i3.736
Ferdiansyah,
M., & Tricahyono, D. (2023). Identifikasi Faktor-Faktor Penghambat
Implementasi Transformasi Digital Pada UMKM. Jurnal Ilmiah Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi (MEA), 7(2),
1583–1595. https://doi.org/10.31955/mea.v7i2.3194
Ghozali,
I. (2018). Aplikasi
analisis multivariete dengan program IBM SPSS 23.
Lumunon,
D. F., Massie, J. D., & Trang, I. (2021). The Effect of Training, Digital
Transformation, and Work Motivation on Employee Performance during the Covid-19
Period: A Study on Culinary UMKM Employees in Manado City. Central Asian Journal of Literature, Philosophy and Culture, 2(8),
22–37. https://doi.org/10.47494/cajlpc.v2i8.190
Oktafien,
S., Kowara, Y., Endang, C., & Anggiani, S. (2023). Pengaruh Human Resource
Digital Transformation, Emotional Intelligence dan Career Development terhadap
Employee Performance Pegawai ASN Kecamatan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Bandung yang Dimediasi oleh Organizational Culture. JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 6(6), 4438– 4449.
https://doi.org/10.54371/jiip.v6i6.2146
Rahadian,
M. I., Sudiarditha, I. K. R., & Saptono, A. (2020). Building Employee
Performance Based on Compensation and Work Training With Variables of Work
Satisfaction (Performance Analysis of PT. Harapan Abadi Employees). Journal of Accounting and Finance Management,
1(4), 160–183. https://doi.org/10.38035/jafm.v1i2.22
Ratnawati,
I., & Sugiharti, R. R. (2023). The Moderating Role of Readiness for Change
on the Effect of Transformational Leadership and Compensation Satisfaction on
Employee Performance: Evidence From Post-Acquisition Companies. Diponegoro International Journal of
Business, 6(1), 9–23. https://doi.org/10.14710/dijb.6.1.2023.9-23
Siswanto,
S., & Haryati, E. (2020). The Role of Individual Readiness To Change on The
Influence of Organizational Culture Change and Motivation on Employee
Performance of PT. Angkasa Pura I (Persero) in The Pandemic of Covid- 19. 1st International Conference on Business and
Social Sciences, 994–1005.
Syafril,
Z. (2023). A Study of Factors Influencing Employee’s Readiness for Change. TRANSFORMASI: Jurnal Manajemen Pemerintahan, 14(2). https://doi.org/10.33701/jtp.v14i2.3078.
Copyright
holder: Adelia Yuantika, Rudy Pramono (2024) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |