Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 7, Juli 2024

 

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL MAKE A MATCH

 

Karunia Isnaeni1, Rian Nurizka2

Universitas PGRI Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia1,2

Email: [email protected]1, [email protected]2

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran Pendidikan Pancasila menggunakan model make a match di kelas IV B SD Negeri Ngebel dan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV B SD Negeri Ngebel selama proses pembelajaran dengan model make a match. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Ngebel yang berlokasi Dusun Ngebel, Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV B SD Negeri Ngebel yang berjumlah 22 siswa. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dengan dua siklus. Adapun teknik pengumpulan data penelitian ini meliputi observasi, wawancara, tes prestasi belajar dan dokumentasi. Hasil penelitian untuk proses pembelajaran pra siklus peneliti tidak melakukan observasi aktivitas guru dan siswa, namun melakukan wawancara bahwa kegiatan pembelajaran di kelas IV B belum menggunakan model pembelajaran. Setelah penggunaan model make a match rata – rata persentase aktivitas guru di siklus I sebesar 80% dan siklus kedua mengalami peningkatan menjadi 81%. Adapun rata – rata persentase pelaksanaan pada siklus I sebesar 76% dan di siklus II menjadi 84%. Tidak hanya aktivitas pembelajaran yang meningkat, prestasi belajar siswa kelas IV B pada pembelajaran Pendidikan Pancasila turut meningkat. Pada pra siklus sebesar 41% dengan KKTP 75, kemudian pada siklus I menjadi 55% dan pada siklus II menjadi 77%. Jadi penggunaan model make a match dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IVB SD Negeri Ngebel pada pembelajaran Pendidikan Pancasila. Adapun kebaruan penelitian ini dengan sebelumnya yakni pada jumlah subyek dan objek yang dituju yakni penggunaan model make a match untuk meningkatkan prestasi siswa pada pembelajaran Pendidikan Pancasila.

Kata kunci: Model make a match, Pendidikan Pancasila, Prestasi Belajar

 

Abstract

This study aims to describe the learning process of Pancasila Education using the make a match model in class IV B SD Negeri Ngebel and to improve the learning achievement of students in class IV B SD Negeri Ngebel during the learning process with the make a match model. This research was conducted at Ngebel State Elementary School located in Ngebel Hamlet, Yogyakarta. The subjects of this study were students of class IV B SD Negeri Ngebel which amounted to 22 students. This research used the Classroom Action Research method carried out with two cycles. The data collection techniques of this research include observation, interviews, learning achievement tests and documentation. The results of the research for the pre-cycle learning process, researchers did not observe teacher and student activities, but conducted interviews that learning activities in class IV B had not used a learning model. After using the make a match model, the average percentage of teacher activity in cycle I was 80% and the second cycle increased to 81%. The average percentage of implementation in cycle I was 76% and in cycle II it was 84%. Not only learning activities that increased, the learning achievement of students in class IV B in learning Pancasila Education also increased. In the pre-cycle of 41% with KKTP 75, then in cycle I to 55% and in cycle II to 77%. So the use of the make a match model can improve the learning achievement of students in class IVB SD Negeri Ngebel in learning Pancasila Education. The novelty of this research with the previous one is in the number of subjects and the intended object, namely the use of the make a match model to improve student achievement in learning Pancasila Education.

Keywords: Make a match model, Pancasila Education, Learning Achievement

 

Pendahuluan

Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia tercantum pada alenia keempat Undang – Undang Dasar tahun 1945. Pancasila merupakan sumber dari segala sumber aturan bagi bangsa Indonesia dalam bertingkah laku. Oleh karena itu untuk menumbuhkan masyarakat yang memiliki karakter sesuai nilai – nilai Pancasila, salah satunya melalui bidang pendidikan yakni dituangkan dalam bentuk mata pelajaran maupun mata kuliah Pancasila (Akhyar & Dewi, 2022). Hal ini sejalan dengan pendapat Nurgiansah (2021) bahwa Pendidikan Pancasila bertujuan untuk mendorong peserta didik guna mengimplementasikan nilai – nilai Pancasila di kehidupan sehari – hari. Selama kegiatan belajar mengajar tentunya setiap siswa memiliki prestasi belajar masing – masing. Zain, Sarnoto Ahmad (2014) menyampaikan bahwa prestasi belajar ialah hasil usaha siswa selama proses belajar dengan jangka waktu tertentu berupa nilai atau skor yang diberikan oleh guru. Pada proses pembelajaran Pendidikan Pancasila tentunya tidak selalu berjalan mulus terlebih jika pada saat pembelajaran guru tidak menggunakan media maupun model pembelajaran, hal ini dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar (Diputra & Rokhana, 2019; Yuliati, 2022).

Model pembelajaran merupakan desain yang mendeskripsikan sintaks/langkah – langkah pada kegiatan pembelajaran (Sutikno, 2019). Jadi model pembelajaran adalah tahap – tahap yang dilaksanakan oleh guru mulai dari awal hingga akhir pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang bervariasi tentunya dapat menjadikan suasana kelas lebih aktif dan peserta didik tidak merasa bosan untuk belajar (Syafi’i et al., 2018). Salah satu contoh model pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas adalah model make a match. Model make a match merupakan tipe model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kartu terdiri dari kartu soal dan kartu jawaban. Menurut Huda (2014) model pembelajaran make a match dapat mengajak siswa untuk mencari kartu pasangannya sehingga meningkatkan motivasi siswa, meningkatkan prestasi belajar siswa dan melatih kedisiplinan.

Hal ini relevan dengan penelitian Andri (2012) yang berjudul Upaya Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar PKn pada Materi Sistem Pemerintahan Pusat Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match di Kelas IV SDN Kalicari 2 memperoleh hasil bahwa setelah penggunaan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada siklus I sebesar 73,68% dan di siklus II menjadi 86,84%. Peningkatan prestasi belajar siswa menggunakan model make a match juga terbukti pada hasil penelitian Retnaningsih (2020) dengan judul Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar memperoleh hasil bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar siswa pada awalnya memperoleh persentase sebesar 41,18%, setelah diberikan tindakan pada siklus I menjadi 70,59% dan siklus II meningkat menjadi 88,42%. Berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan cara guru memberikan tindakan – tindakan untuk memperbaiki proses kegiatan belajar mengajar sehingga prestasi belajar siswa semakin meningkat, salah satunya guru melakukan penelitian tindakan kelas atau PTK.

Menurut Legiman (2015) PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru atau bekerja sama dengan orang lain guna memberikan tindakan perbaikan untuk mencari solusi permasalahan yang dihadapi di kelasnya, PTK minimal dilaksanakan dua siklus yang setiap siklus terdiri dari empat tahap yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Berdasarkan pengertian tersebut, maka hal pertama yang dilakukan oleh peneliti melakukan pra penelitian berupa wawancara dengan guru kelas IV B SD Negeri Ngebel Yogyakarta pada hari Senin, 30 Oktober 2023. Melalui wawancara tersebut ditemukan bahwa terdapat permasalahan menurunnya prestasi belajar siswa kelas IV B pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila. Jika dilihat dari nilai ulangan harian Pendidikan Pancasila dengan jumlah 22 siswa yang memperoleh nilai tuntas hanya 9 siswa. Adapun nilai rata – rata klasikalnya yakni 68,45 sedangkan KKTP (Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran) yang berlaku di kelas IV B SD Negeri Ngebel adalah 75. Siswa kelas IV B mengalami kesulitan terutama pada materi Pendidikan Pancasila yang bersifat hafalan seperti pada materi keberagaman pakaian adat dan rumah adat di setiap wilayah Indonesia, sementara guru pada proses kegiatan belajar mengajar belum menggunakan model pembelajaran, guru menggunakan media pembelajaran seperti penggunaan power point dan video pembelajaran. Berdasarkan hasil pra siklus tentunya diperlukan tindakan – tindakan untuk mengatasi permasalahan, bagaimana cara meningkatkan prestasi belajar siswa pada Pembelajaran Pendidikan Pancasila, bagaimana proses pembelajaran Pendidikan Pancasila agar dapat memperbaiki kualitas belajar siswa. Maka  guru hendaknya menggunakan model pembelajaran yang beragam disesuaikan dengan karakteristik siswa agar peserta didik tidak mengobrol sendiri. Oleh karena itu, dilakukan penelitian tindakan kelas (PTK) pada Pembelajaran Pendidikan Pancasila. Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran Pendidikan Pancasila menggunakan model make a match di kelas IV B SD Negeri Ngebel dan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV B SD Negeri Ngebel selama proses pembelajaran dengan model make a match.

Penelitian ini juga bertujuan untuk mengembangkan penelitian sebelumnya dengan menerapkan model make a match pada mata pelajaran lain. Adapun keterbaruan dari segi subjek dan objek yang diteliti, tempat dan waktu penelitian, serta sasaran yang akan diteliti. Pemilihan model make a match untuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini disesuaikan dengan karakteristik siswa kelas IV B yakni memiliki sikap kerja sama yang baik, namun terdapat siswa yang mengobrol sendiri saat pembelajaran berlangsung.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV B SD Negeri Ngebel Yogyakarta dengan jumlah subyek 22 siswa terdiri dari 8 anak laki – laki dan 14 anak perempuan. Adapun objek penelitian ini yakni model make a match pada pembelajaran Pendidikan Pancasila kelas IV B SD Negeri Ngebel. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas atau action research dan menggunakan model PTK dari Kemmis dan MC Taggart dengan empat tahapan di setiap siklusnya meliputi planning, acting, observing, dan reflecting. Tahap perencanaan siklus I merencanakan langkah – langkah pembuatan modul ajar disesuaikan dengan tahap penggunaan model pembelajaran make a match, menyusun lembar soal tes prestasi belajar, menyiapkan lembar observasi serta membuat kartu berpasangan sesuai materi siklus I pertemuan 1 dan 2. Tahap kedua mulai melakukan tindakan berdasarkan modul ajar dan sekaligus melakukan pengamatan aktivitas guru dan siswa dibantu oleh observer (guru kelas IV B). Selanjutnya tahap ketiga melakukan pengamatan aktivitas guru dan siswa secara bersamaan saat kegiatan belajar mengajar selama menggunakan model pembelajaran make a match. Tahap keempat refleksi dilaksanakan pada akhir siklus, data yang diperoleh selama observasi segera dianalisis untuk mengetahui tindakan yang akan diberikan pada siklus II. Pada siklus II tetap melaksanakan empat tahapan namun disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus I. Setelah melakukan keempat tahapan tersebut, apabila di siklus II indikator keberhasilan penelitian belum tercapai maka dilanjutkan pelaksanaan siklus III didasarkan pada hasil refleksi di siklus kedua.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 – 14 Juni 2024. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa observasi dengan menyediakan lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama melakukan tindakan, wawancara dilaksanakan pada saat pra siklus, tes prestasi belajar dilaksanakan di setiap akhir pertemuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dipelajari, dan dokumentasi seperti buku, catatan, dokumen, dan lain sebagainya. Adapun teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk data dari lembar observasi aktivitas siswa dan guru kemudian diolah dengan menggunakan rumus persentase hasil keseluruhan aktivitas siswa dan guru. Selain itu, data hasil prestasi belajar siswa dapat dihitung dengan rumus nilai akhir dan mencari persentase ketuntasan siswa serta mencari rata – rata kelas. Penelitia tindakan kelas ini dikatakan berhasil dan siklus jenuh apabila siswa telah mencapai nilai KKTP (Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran) yakni 75. Dalam hal ini, apabila peserta didik mengikuti pembelajaran sebanyak 22 siswa, maka siswa yang mencapai nilai KKTP setidaknya 15 orang.

 

Hasil dan Pembahasan

            SD Negeri Ngebel terletak di Dusun Ngebel, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. SD Negeri Ngebel memiliki 11 ruang kelas dengan jumlah seluruh siswanya 249. Adapun visi SD Negeri Ngebel yakni Terwujudnya siswa yang cerdas, terampil, berbudaya, dan berlandaskan IMTAQ dan IMTEK. SD Negeri Ngebel terdapat 21 tenaga kependidikan terdiri dari 18 guru dan 3 karyawan. Berikut deskripsi data tiap siklus antara lain:

(1)  Pra – Siklus

Data pra siklus diperoleh dari hasil wawancara pada hari Senin, 30 Oktober 2023 dengan Guru kelas IV B SD Negeri Ngebel terdapat permasalahan terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dengan KKTP yang berlaku 75. Berikut rincian nilai ualangan harian mata pelajaran Pendidikan Pancasila di Kelas IV B:   

 

Tabel 1. Daftar Nilai Pra Siklus Pendidikan Pancasila Kelas IV B

No.

Kode Nama Siswa

Jenis Kelamin

Nilai Pra Siklus

Keterangan

1

KBDW

L

75

Tuntas

2

MMN

L

60

Tidak Tuntas

3

MKL

P

80

Tuntas

4

NAMR

P

78

Tuntas

5

NR

P

90

Tuntas

6

NA

P

80

Tuntas

7

NOF

P

78

Tuntas

8

NNP

P

60

Tidak Tuntas

9

NAM

L

70

Tidak Tuntas

10

OPP

P

60

Tidak Tuntas

11

OI

L

70

Tidak Tuntas

12

RANR

L

60

Tidak Tuntas

13

RK

P

60

Tidak Tuntas

14

RA

P

70

Tidak Tuntas

15

RNH

P

30

Tidak Tuntas

16

SSD

P

70

Tidak Tuntas

17

SQR

P

75

Tuntas

18

SMP

L

75

Tuntas

19

SHR

P

70

Tidak Tuntas

20

SLRD

P

60

Tidak Tuntas

21

SS

L

75

Tuntas

22

TAIF

L

60

Tidak Tuntas

Rata - rata

68,45454545

 

Nilai Tertinggi

90

 

Nilai Terendah

30

 

Tuntas

9

 

Tidak Tuntas

13

 

Rata - Rata Persentase Ketuntasan

41%

 

Rata - Rata Persentase Tidak Tuntas

59%

 

 

Berdasarkan data di atas diperoleh hasil bahwa rata – rata persentase ketidaktuntasan siswa lebih besar dibandingkan dengan rata – rata ketuntasan siswa. Hal ini dapat terjadi karena siswa kelas IV B mengalami kesulitan pada materi yang bersifat hafalan seperti materi keberagaman di Indonesia. Melalui hasil pra penelitian ini, tentunya diperlukan tindakan untuk mengatasi permasalahan bagaimana cara meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila. Di samping itu, Guru hendaknya menggunakan model pembelajaran yang beragam agar peserta didik tidak mengobrol sendiri. Pemilihan model pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Peneliti memilih menerapkan model pembelajaran make a match untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV B SD Negeri Ngebel pada pembelajaran Pendidikan Pancasila karena sesuai dengan karakteristik kelas IVB SD Negeri Ngebel diantaranya peserta didik kelas IVB dapat bekerjasama serta agar siswa kelas IVB tidak mengobrol sendiri saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Penelitian ini menggunakan metode PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang dilaksanakan dalam dua siklus di setiap siklusnya terdiri dari 2 kali pertemuan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran Pendidikan Pancasila menggunakan model Make A Match di kelas IV B SD Negeri Ngebel dengan mengamati aktivitas guru dan siswa menggunakan lembar observasi dan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV B dan diukur melalui hasil tes  selama proses pembelajaran dengan Model Make A Match pada siklus I dan siklus II.

(2)  Siklus I

Pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dengan waktu pertemuan 2 jam pelajaran. Adapun langkah – langkah PTK pada pembelajaran siklus I meliputi :

a)     Perencanaan

Pada tahap ini merencanakan penyusunan modul ajar disesuaikan dengan langkah – langkah penggunaan model make a match, menyusun kisi – kisi soal prestasi belajar, membuat kartu berpasangan sesuai materi siklus I pertemuan I dan siklus I pertemuan 2 serta menyusun lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

b)    Tindakan

Pada tahap ini dilaksanakan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran make a match pada siklus I di setiap pertemuan dilaksanakan dengan waktu 2 jam pelajaran. Peneliti bertindak sebagai guru melakukan rangkaian pembelajaran Pendidikan Pancasila. Guru melakukan pembelajaran sebagai berikut :

(a)   Pendahuluan

Guru membuka pembelajaran dengan salam dan berdoa bersama, dipimpin oleh ketua kelas IV B. Selanjutnya guru mengecek kehadiran siswa serta mengkondisikan suasana kelas dan guru melakukan apersepsi mengaitkan materi  Makna Sila – Sila Pancasila di Lingkungan Masyarakat dengan kegiatan sehari – hari peserta didik, kemudian guru menyampaikan rencana pembelajaran dan tujuan pembelajaran.

(b)  Inti

Guru menjelaskan materi tentang Makna Sila – Sila Pancasila di Lingkungan Masyarakat. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa untuk mendorong pemahaman siswa tentang materi tersebut. Guru menjelaskan langkah – langkah belajar menggunakan model make a match. Guru menyiapkan kartu – kartu yang berisi soal dan jawaban sesuai dengan materi Makna Sila – Sila Pancasila di Lingkungan Masyarakat. Kartu soal berisi gambar simbol Pancasila kemudian kartu jawaban berisi makna sila – sila Pancasila di lingkungan masyarakat.

Setiap siswa akan mendapatkan satu kartu (kartu soal maupun kartu jawaban). Siswa yang mendapatkan kartu soal  memikirkan jawaban dari kartu tersebut, dan siswa yang memperoleh kartu jawaban memikirkan soal yang sesuai, selanjutnya siswa mencari kartu pasangannya dengan batas waktu 5 menit. Peserta didik menemukan kartu pasangannya mempresentasikan di depan kelas untuk dikoreksi bersama, selanjutnya guru memberikan poin untuk setiap pasangan yang dapat mencocokkan kartunya dengan tidak melebihi batas waktu yang sudah ditentukan. Guru mengocok kartu dengan tujuan siswa dapat bergantian memegang kartu soal atau kartu jawaban dan guru memberikan apresiasi kepada pasangan yang memperoleh nilai tertinggi.

(c)   Penutup

Sebelum menutup pembelajaran guru mendorong siswa untuk menyimpulkan pembelajaran dan menyampaikan materi yang akan dibahas di pertemuan selanjutnya. Guru memberikan soal tes untuk mengetahui pemahaman siswa. Siswa mengerjakan soal tes prestasi belajar, selanjutnya guru mengakhiri pembelajaran dengan salam.

Pada tahap tindakan siklus I pertemuan 2 sama dengan pertemuan 1 namun berbeda dari materi yang disampaikan yakni kegiatan sehari – hari sesuai makna sila Pancasila.

c)     Observasi

Tahap ketiga melakukan pengamatan atau observasi terhadap aktivitas guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran Pendidikan Pancasila menggunakan model make a match memakai lembar observasi yang telah disusun. Berikut hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa siklus I :

Tabel 2. Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I

No.

Keterangan

Pra Siklus

Siklus I pertemuan 1

Siklus I Pertemuan 2

1

Rata – Rata Persentase Pelaksanaan Aktivitas Guru

-

80%

81%

2

Rata – Rata Persentase Pelaksanaan Aktivitas Siswa

-

76%

84%

         

Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh bahwa pada pra siklus peneliti tidak melakukan observasi, namun pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 terjadi peningkatan. Pada pertemuan 1 memperoleh rata – rata persentase aktivitas guru selama pembelajaran menggunakan model make a match sebesar 80%, di pertemuan 2 meningkat menjadi 81%. Tidak hanya persentase aktivitas guru, namun aktivitas siswa juga mengalami peningkatan pada pertemuan 1 memperoleh hasil 76% kemudian pada pertemuan 2 meningkat menjadi 84%. Selanjutnya prestasi belajar Pendidikan Pancasila siswa kelas IV B juga mengalami peningkatan. Adapun hasil nilai tes prestasi belajar siswa kelas IV B rata – rata pada siklus I:

 

Tabel 3. Data Hasil Prestasi Belajar Siswa Kelas IV B Siklus I

No.

Keterangan

Pra Siklus

Siklus I

1

Siswa Tuntas

9

12

2

Siswa Tidak Tuntas

13

10

3

Nilai Rata - Rata

68,45454545

71,36363636

4

Persentase Ketuntasan

41%

55%

5

Persentase Tidak Tuntas

59%

45%

 

Berdasarkan data di atas diperoleh hasil bahwa terjadi peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa yang awalnya pada pra siklus ketuntasan sebesar 41% setelah diberikan tindakan penggunaan model make a match mengalami peningkatan menjadi 55%. Pra siklus siswa yang dinyatakan tuntas 9 anak setelah dilakukan perbaikan proses pembelajaran siswa yang dinyatakan tuntas mengalami peningkatan yakni menjadi 12 anak.

d)    Refleksi

Pada tahap ini merefleksikan keberhasilan dan kekurangan setelah melakukan tindakan penggunaan model make a match di setiap pertemuan pada siklus I. Pada pelaksanaan siklus I menggunakan make a match guru belum maksimal karena peserta didik belum memahami cara belajar menggunakan make a match, suasana kelas belum kondusif dikarenakan masih ramai dan ketika teman – temannya sedang mempresentasikan kartu pasangan anak – anak yang lain masih mengobrol sendiri.

(3)  Siklus II

Setelah melakukan tahap – tahap di siklus I ternyata prestasi belajar siswa kelas IV B belum mencapai target pada indikator keberhasilan. Oleh karena itu, perlu perbaikan dengan melaksanaan PTK siklus yang kedua. Pembelajaran pada siklus II dilakukan dalam 2 kali pertemuan dengan waktu setiap pertemuan 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Pada setiap akhir pertemuan akan diberikan soal prestasi belajar (post test) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa setelah belajar menggunakan model make a match. Adapun langkah – langkah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada pembelajaran siklus II meliputi :

(a) Perencanaan

Pada langkah ini guru melanjutkan materi berikutnya dengan menggunakan model pembelajaran make a match berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dan di akhir pertemuan siswa akan diberikan tes prestasi belajar.

(b) Tindakan

Pada siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan dengan waktu 2 jam pelajaran pada masing – masing pertemuan. Berikut kegiatan pelaksanaan pembelajarannya:

1)    Pendahuluan

Guru akan membuka pembelajaran dengan salam dan berdoa dipimpin oleh ketua kelas IV B. Guru mengecek kehadiran peserta didik dan melakukan apersepsi. Pada apersepsi ini antusias peserta didik mulai meningkat dibandingkan dengan siklus I ditandai dengan peserta didik merespon tanya jawab dengan guru. Selanjutnya guru menyampaikan rencana pembelajaran dan tujuan pembelajaran.

2)    Inti

Guru menjelaskan materi pada pertemuan 1 mengenai Sejarah Perumusan Pancasila menggunakan power point. Peserta didik memperhatikan gambar tokoh – tokoh perumus Pancasila dengan seksama, kemudian guru melakukan tanya jawab. Guru menyiapkan kartu – kartu yang berisi soal dan jawaban tentang sejarah perumusan Pancasila. Setiap siswa mendapatkan satu kartu soal atau kartu jawaban dan memikirkannya. Setelah itu, peserta didik akan mencari kartu pasangannya dengan waktu 5 menit. Kemudian siswa mempresentasikan sesuai dengan kartu pasangannya dan dikoreksi bersama – sama. Guru akan memberikan point untuk setiap pasangan yang dapat mencocokkan kartunya dengan tidak melebihi batas waktu yang sudah ditentukan. Guru mengocok kartu dengan tujuan agar siswa dapat bergantian memegang kartu soal/jawaban. Guru memberikan apresiasi kepada pasangan yang memiliki nilai tertinggi.

3)    Penutup

Guru mendorong peserta didik untuk menyimpulkan pembelajaran, setelah itu guru membagikan soal tes kepada siswa untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa terkait sejarah perumusan Pancasila. Guru menyampaikan rencana pembelajaran di pertemuan kedua dan mengakhiri pembelajaran dengan salam.

Tahapan pembelajaran siklus II pertemuan 2 sama dengan pertemuan 1 namun perbedaannya terletak pada materi yang akan disampaikan.

(c) Observasi

Kegiatan pengamatan dilakukan pada saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Berikut data hasil observasi kelas IV B:

 

 

Table 4 Data Hasil Observasi Aktivitas Pembelajaran Siswa Kelas IV B

No.

Keterangan

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

1

Rata – Rata Persentase Pelaksanaan Aktivitas Guru

-

80%

81%

2

Rata – Rata Persentase Pelaksanaan Aktivitas Siswa

-

76%

84%

 

Berdasarkan data di atas bahwa terjadi peningkatan persentase aktivitas pembelajaran setelah dilaksanakannya perbaikan menggunakan model make a match pada siklus I rata – rata persentase aktivitas guru sebesar 80% kemudian terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 81%. Aktivitas siswa pada siklus I memperoleh persentase sebesar 76% kemudian meningkat pada siklus II sebesar 84%. Tidak hanya aktivitas pembelajaran yang mengalami peningkatan, prestasi belajar Pendidikan Pancasila di kelas IV B juga mengalami peningkatan di setiap siklusnya.

Gambar 1. Grafik Prestasi Belajar Pendidikan Pancasila Kelas IV B

 

Melalui gambar grafik di atas terjadi peningkatan prestasi belajar siswa pada awalnya rata – rata nilai siswa kelas IV B 68, 45 kemudian diberikan tindakan pada siklus I meningkat menjadi 71,36 dan pada siklus II meningkat menjadi 77,68 dengan KKTP yang berlaku adalah 75. Persentase ketuntasan prestasi belajar pra siklus 41% kemudian meningkat pada siklus I menjadi 55% dan siklus II sebesar 77%.

(d) Refleksi

Berdasarkan refleksi  pada siklus kedua guru menggunakan ice breaking untuk mengontrol kondisi kelas, peserta didik mulai memahami cara belajar menggunakan kartu make a match dimana pada pembelajaran seperti biasa guru kelas IV B belum menggunakan model pembelajaran. Pada siklus kedua nilai prestasi belajar siswa meningkat dan sudah mencapai target indikator keberhasilan, oleh karena itu tindakan perbaikan di kelas IV B berhenti sampai pada siklus kedua.

Sebelum melakukan tindakan perbaikan, prestasi siswa kelas IV B jika dilihat dari nilai ulangan harian rata – ratanya adalah 68,45 sedangkan KKTP yang berlaku di kelas IV B yakni 75. Setelah dilakukannya PTK di setiap pertemuan pembelajaran, siswa mengalami peningkatan nilai prestasi belajarnya. Hal ini dikarenakan dalam proses kegiatan belajar mengajar menggunakan model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yaitu model make a match. Hal ini selaras dengan pendapat Rehalat (2014) menyampaikan bahwa model pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dalam memperbaiki proses pembelajaran di kelas, kemudian menurut Sucahyo (2022) bahwa model make a match dapat meningkatkan prestasi belajar siswa karena model ini mendorong peserta didik untuk lebih aktif dan memudahkan siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Maryati (2021) yang berjudul “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) melalui Metode Pembelajaran Make a Match pada siswa kelas III B di SD Islam NDM Kauman Surakarta”. Penelitian yang digunakan menggunakan metode yang sama namun untuk kelas dan mata pelajaran untuk penelitian berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pra siklus hanya 10 siswa yang tuntas dari 21 siswa, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 18 siswa dan pada siklus II menjadi 21 siswa.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Kurniawati (2022) dengan judul “Application Of The Make A Match Learning Model To Improve Civics Education Learning Outcomes For Grade V Students At SDN 2 Trucuk”. Penelitian Kurniawati (2022) dengan penelitian ini sama – sama menggunakan metode penelitian tindakan kelas hingga dua siklus dan memperbaiki prestasi belajar siswa menggunakan model make a match. Penelitian Kurniawati (2022) memperoleh hasil bahwa pada pra siklus persentase ketuntasan klasikal siswa kelas V SDN 2 Trucuk dengan jumlah 19 siswa sebesar 62%. Pada siklus I terjadi peningkatan prestasi belajar siswa yakni 69% dan pada siklus II menjadi 88% dengan demikian, model make a match dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Di penelitian ini, pada pra siklus siswa yang mencapai ketuntasan hanya 9 anak kemudian pada siklus I menjadi 12 anak dan di siklus II menjadi 17 anak yang tuntas dari 22 siswa. Berdasarkan hal tersebut, maka penggunaan model make a match dapat meningkatkan prestasi belajar siswa apabila digunakan dengan tepat dan dapat menjadi salah satu pilihan guru untuk menerapkan model tersebut guna perbaikan – perbaikan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.

 

Kesimpulan

pra siklus proses pembelajaran Pendidikan Pancasila di kelas IV B guru belum menggunakan model pembelajaran sehingga siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi terutama materi yang bersifat hafalan. Proses pembelajaran Pendidikan Pancasila di Kelas IV B SD Negeri Ngebel setelah menggunakan model make a match dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa di setiap siklusnya dengan rata – rata persentase aktivitas guru di siklus I sebesar 80% dan siklus kedua mengalami peningkatan menjadi 81%. Adapun rata – rata persentase pelaksanaan aktivitas siswa pada siklus I sebesar 76% dan di siklus II menjadi 84%. Tidak hanya persentase aktivitas pembelajaran yang meningkat, prestasi belajar siswa kelas IV B pada pembelajaran Pendidikan Pancasila turut meningkat pada awalnya persentase nilai pra siklus sebesar 41% kemudian setelah dilakukan tindakan pada siklus I sebesar 55% dan pada siklus II menjadi 77% yang berarti telah mencapai target indikator keberhasilan.

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Akhyar, S. M., & Dewi, D. A. (2022). Pengajaran Pendidikan Pancasila Di Sekolah Dasar Guna Mempertahankan Ideologi Pancasila Di Era Globalisasi. Jurnal Kewarganegaraan, 6(1), 1541–1546.

Andri. (2012). Upaya Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar PKn pada Materi Sistem Pemerintahan Pusat melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match di Kelas IV SDN Kalicari 2. עלון הנוטע, 66(4), 37–39.

Diputra, G., & Rokhana, S. (2019). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PKn Menggunakan Model Active Learning Tipe Role Reversal Question pada Siswa Kelas V SDN 1 Tamanrejo Kabupaten Blora. ELSE (Elementary School Education Journal): Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Sekolah Dasar, 3(1), 28–36.

Huda, M. (2014). Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran. Eureka Media Aksara, 1–23.

Kurniawati, N. D. (2022). Application Of The Make A Match Learning Model To Improve Civics Education Learning Outcomes For Grade V Students At SDN 2 Trucuk. 5(6), 515–527.

Legiman. (2015). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). LPMP Yogyakarta, 1(1), 1–15.

Maryati, S. (2021). Melalui Metode Pembelajaran Make a Match pada Siswa Kelas III B di SD Islam NDM Kauman Surakarta. 5(2), 685–690.

Nurgiansah, T. H. (2021). Pendidikan Pancasila Sebagai Upaya MembentukKarakter Jujur. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 9(1), 35.

Rehalat, A. (2014). Model pembelajaran pemrosesan informasi. 23(2), 1–11.

Retnaningsih. (2020). Kalam Cendekia: Jurnal Ilmiah Kependidikan Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match dalam Meningkatlam Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar. 8.

Sucahyo, M. (2022). Model Pembelajaran Kooperatif Make a Match di Sekolah Dasar. 10.

Sutikno, M. S. (2019). Metode & Model-Model Pembelajaran. Holistica Lombok, 1–194.

Syafi’i, A., Marfiyanto, T., & Rodiyah, S. K. (2018). Studi tentang prestasi belajar siswa dalam berbagai aspek dan faktor yang mempengaruhi. Jurnal Komunikasi Pendidikan, 2(2), 115–123.

Yuliati, Y. (2022). Peningkatan Kualitas Pembelajaran Pkn Melalui Model Make A Match Berbantuan Powerpoint Materi Rasa Bangga Sebagai Bangsa Indonesia Pada Siswa Kelas III SDN 3 Padamara. Jurnal Suluh Edukasi, 3(1), 69–75.

Zain, S. A. (2014). zain, Sarnoto Ahmad.

 

 

Copyright holder:

Karunia Isnaeni, Rian Nurizka (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: