Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
7, Juli 2024
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL MAKE A
MATCH
Karunia Isnaeni1, Rian
Nurizka2
Universitas
PGRI Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia1,2
Email:
[email protected]1, [email protected]2
Abstrak
Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran Pendidikan Pancasila
menggunakan model make a match di kelas IV B SD Negeri Ngebel dan untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV B SD Negeri Ngebel selama proses
pembelajaran dengan model make a match. Penelitian
ini dilakukan di SD Negeri Ngebel yang berlokasi Dusun Ngebel, Yogyakarta.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV B SD Negeri Ngebel yang berjumlah
22 siswa. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dilaksanakan dengan dua siklus. Adapun teknik pengumpulan data penelitian ini
meliputi observasi, wawancara, tes prestasi belajar dan dokumentasi. Hasil
penelitian untuk proses pembelajaran pra siklus peneliti tidak melakukan
observasi aktivitas guru dan siswa, namun melakukan wawancara bahwa kegiatan
pembelajaran di kelas IV B belum menggunakan model pembelajaran. Setelah
penggunaan model make a match rata – rata persentase aktivitas guru di siklus I
sebesar 80% dan siklus kedua mengalami peningkatan
menjadi 81%. Adapun rata – rata persentase pelaksanaan pada siklus I sebesar
76% dan di siklus II menjadi 84%. Tidak hanya aktivitas pembelajaran yang
meningkat, prestasi belajar siswa kelas IV B pada pembelajaran Pendidikan
Pancasila turut meningkat. Pada pra siklus sebesar 41% dengan KKTP 75, kemudian
pada siklus I menjadi 55% dan pada siklus II menjadi 77%. Jadi
penggunaan model make a match dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas
IVB SD Negeri Ngebel pada pembelajaran Pendidikan Pancasila. Adapun kebaruan
penelitian ini dengan sebelumnya yakni pada jumlah subyek dan objek yang dituju
yakni penggunaan model make a match untuk meningkatkan prestasi siswa pada
pembelajaran Pendidikan Pancasila.
Kata kunci: Model make a match, Pendidikan Pancasila, Prestasi Belajar
Abstract
Keywords: Make a match model, Pancasila
Education, Learning Achievement
Pendahuluan
Pancasila merupakan dasar negara
Republik Indonesia tercantum pada alenia keempat Undang – Undang Dasar tahun
1945. Pancasila merupakan sumber dari segala sumber aturan bagi bangsa
Indonesia dalam bertingkah laku. Oleh karena itu untuk menumbuhkan masyarakat
yang memiliki karakter sesuai nilai – nilai Pancasila, salah satunya melalui
bidang pendidikan yakni dituangkan dalam bentuk mata pelajaran maupun mata
kuliah Pancasila (Akhyar & Dewi, 2022). Hal ini sejalan dengan pendapat Nurgiansah (2021) bahwa Pendidikan Pancasila bertujuan
untuk mendorong peserta didik guna mengimplementasikan nilai – nilai Pancasila
di kehidupan sehari – hari. Selama kegiatan belajar mengajar tentunya setiap
siswa memiliki prestasi belajar masing – masing. Zain, Sarnoto Ahmad (2014) menyampaikan bahwa prestasi belajar
ialah hasil usaha siswa selama proses belajar dengan jangka waktu tertentu
berupa nilai atau skor yang diberikan oleh guru. Pada proses pembelajaran
Pendidikan Pancasila tentunya tidak selalu berjalan mulus terlebih jika pada saat
pembelajaran guru tidak menggunakan media maupun model pembelajaran, hal ini
dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar (Diputra & Rokhana, 2019;
Yuliati, 2022).
Model pembelajaran merupakan desain
yang mendeskripsikan sintaks/langkah – langkah pada kegiatan pembelajaran (Sutikno, 2019). Jadi model pembelajaran adalah tahap
– tahap yang dilaksanakan oleh guru mulai dari awal hingga akhir pembelajaran.
Penggunaan model pembelajaran yang bervariasi tentunya dapat menjadikan suasana
kelas lebih aktif dan peserta didik tidak merasa bosan untuk belajar (Syafi’i et al., 2018). Salah satu contoh model pembelajaran
yang dapat diterapkan di kelas adalah model make a match. Model make a match
merupakan tipe model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kartu terdiri
dari kartu soal dan kartu jawaban. Menurut Huda (2014) model pembelajaran make a match dapat
mengajak siswa untuk mencari kartu pasangannya sehingga meningkatkan motivasi
siswa, meningkatkan prestasi belajar siswa dan melatih kedisiplinan.
Hal ini relevan dengan penelitian Andri (2012) yang berjudul Upaya Meningkatkan
Motivasi dan Prestasi Belajar PKn pada Materi Sistem Pemerintahan Pusat Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match di Kelas IV SDN Kalicari 2 memperoleh
hasil bahwa setelah penggunaan model pembelajaran make a match dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa pada siklus I sebesar 73,68% dan di siklus
II menjadi 86,84%. Peningkatan prestasi belajar siswa menggunakan model make a
match juga terbukti pada hasil penelitian Retnaningsih (2020) dengan judul Penggunaan Model
Pembelajaran Make A Match Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa
Sekolah Dasar memperoleh hasil bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar siswa
pada awalnya memperoleh persentase sebesar 41,18%, setelah diberikan tindakan
pada siklus I menjadi 70,59% dan siklus II meningkat menjadi 88,42%.
Berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa prestasi belajar siswa dapat
ditingkatkan dengan cara guru memberikan tindakan – tindakan untuk memperbaiki
proses kegiatan belajar mengajar sehingga prestasi belajar siswa semakin
meningkat, salah satunya guru melakukan penelitian tindakan kelas atau PTK.
Menurut Legiman (2015) PTK adalah penelitian yang dilakukan
oleh guru atau bekerja sama dengan orang lain guna memberikan tindakan
perbaikan untuk mencari solusi permasalahan yang dihadapi di kelasnya, PTK
minimal dilaksanakan dua siklus yang setiap siklus terdiri dari empat tahap
yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Berdasarkan
pengertian tersebut, maka hal pertama yang dilakukan oleh peneliti melakukan
pra penelitian berupa wawancara dengan guru kelas IV B SD Negeri Ngebel
Yogyakarta pada hari Senin, 30 Oktober 2023. Melalui wawancara tersebut
ditemukan bahwa terdapat permasalahan menurunnya prestasi belajar siswa kelas
IV B pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila. Jika dilihat dari nilai ulangan
harian Pendidikan Pancasila dengan jumlah 22 siswa yang memperoleh nilai tuntas
hanya 9 siswa. Adapun nilai rata – rata klasikalnya yakni 68,45 sedangkan KKTP
(Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran) yang berlaku di kelas IV B SD
Negeri Ngebel adalah 75. Siswa kelas IV B mengalami kesulitan terutama pada
materi Pendidikan Pancasila yang bersifat hafalan seperti pada materi
keberagaman pakaian adat dan rumah adat di setiap wilayah Indonesia, sementara
guru pada proses kegiatan belajar mengajar belum menggunakan model pembelajaran,
guru menggunakan media pembelajaran seperti penggunaan power point dan video
pembelajaran. Berdasarkan hasil pra siklus tentunya diperlukan tindakan –
tindakan untuk mengatasi permasalahan, bagaimana cara meningkatkan prestasi
belajar siswa pada Pembelajaran Pendidikan Pancasila, bagaimana proses
pembelajaran Pendidikan Pancasila agar dapat memperbaiki kualitas belajar
siswa. Maka guru hendaknya menggunakan
model pembelajaran yang beragam disesuaikan dengan karakteristik siswa agar
peserta didik tidak mengobrol sendiri. Oleh karena itu, dilakukan penelitian
tindakan kelas (PTK) pada Pembelajaran Pendidikan Pancasila. Penelitian
Tindakan Kelas ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran
Pendidikan Pancasila menggunakan model make a match di kelas IV B SD Negeri
Ngebel dan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV B SD Negeri
Ngebel selama proses pembelajaran dengan model make a match.
Penelitian ini juga bertujuan untuk
mengembangkan penelitian sebelumnya dengan menerapkan model make a match pada
mata pelajaran lain. Adapun keterbaruan dari segi subjek dan objek yang
diteliti, tempat dan waktu penelitian, serta sasaran yang akan diteliti.
Pemilihan model make a match untuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
disesuaikan dengan karakteristik siswa kelas IV B yakni memiliki sikap kerja
sama yang baik, namun terdapat siswa yang mengobrol sendiri saat pembelajaran
berlangsung.
Metode
Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di kelas IV B SD Negeri Ngebel Yogyakarta dengan jumlah subyek
22 siswa terdiri dari 8 anak laki – laki dan 14 anak perempuan. Adapun objek
penelitian ini yakni model make a match pada pembelajaran Pendidikan Pancasila
kelas IV B SD Negeri Ngebel. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
tindakan kelas atau action research
dan menggunakan model PTK dari Kemmis dan MC Taggart dengan empat tahapan di
setiap siklusnya meliputi planning,
acting, observing, dan reflecting. Tahap
perencanaan siklus I merencanakan langkah – langkah pembuatan modul ajar
disesuaikan dengan tahap penggunaan model pembelajaran make a match, menyusun
lembar soal tes prestasi belajar, menyiapkan lembar observasi serta membuat
kartu berpasangan sesuai materi siklus I pertemuan 1 dan 2. Tahap kedua mulai
melakukan tindakan berdasarkan modul ajar dan sekaligus melakukan pengamatan
aktivitas guru dan siswa dibantu oleh observer (guru kelas IV B). Selanjutnya
tahap ketiga melakukan pengamatan aktivitas guru dan siswa secara bersamaan
saat kegiatan belajar mengajar selama menggunakan model pembelajaran make a
match. Tahap keempat refleksi dilaksanakan pada akhir siklus, data yang
diperoleh selama observasi segera dianalisis untuk mengetahui tindakan yang
akan diberikan pada siklus II. Pada siklus II tetap melaksanakan empat tahapan
namun disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus I. Setelah melakukan
keempat tahapan tersebut, apabila di siklus II indikator keberhasilan
penelitian belum tercapai maka dilanjutkan pelaksanaan siklus III didasarkan
pada hasil refleksi di siklus kedua.
Penelitian
ini dilaksanakan pada tanggal 11 – 14 Juni 2024. Teknik pengumpulan data pada
penelitian ini berupa observasi dengan menyediakan lembar observasi aktivitas
guru dan siswa selama melakukan tindakan, wawancara dilaksanakan pada saat pra
siklus, tes prestasi belajar dilaksanakan di setiap akhir pertemuan untuk
mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dipelajari, dan
dokumentasi seperti buku, catatan, dokumen, dan lain sebagainya. Adapun teknik
analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk data
dari lembar observasi aktivitas siswa dan guru kemudian diolah dengan
menggunakan rumus persentase hasil keseluruhan aktivitas siswa dan guru. Selain
itu, data hasil prestasi belajar siswa dapat dihitung dengan rumus nilai akhir
dan mencari persentase ketuntasan siswa serta mencari rata – rata kelas.
Penelitia tindakan kelas ini dikatakan berhasil dan siklus jenuh apabila siswa
telah mencapai nilai KKTP (Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran) yakni 75.
Dalam hal ini, apabila peserta didik mengikuti pembelajaran sebanyak 22 siswa,
maka siswa yang mencapai nilai KKTP setidaknya 15 orang.
Hasil
dan Pembahasan
SD Negeri Ngebel
terletak di Dusun Ngebel, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta. SD Negeri Ngebel memiliki 11 ruang kelas dengan jumlah
seluruh siswanya 249. Adapun visi SD Negeri Ngebel yakni Terwujudnya siswa yang
cerdas, terampil, berbudaya, dan berlandaskan IMTAQ dan IMTEK. SD Negeri Ngebel
terdapat 21 tenaga kependidikan terdiri dari 18 guru dan 3 karyawan. Berikut
deskripsi data tiap siklus antara lain:
(1) Pra –
Siklus
Data pra siklus diperoleh dari
hasil wawancara pada hari Senin, 30 Oktober 2023 dengan Guru kelas IV B SD
Negeri Ngebel terdapat permasalahan terhadap prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Pancasila dengan KKTP yang berlaku 75. Berikut rincian
nilai ualangan harian mata pelajaran Pendidikan Pancasila di Kelas IV B:
Tabel
1. Daftar
Nilai Pra Siklus Pendidikan Pancasila Kelas IV B
No. |
Kode Nama Siswa |
Jenis Kelamin |
Nilai Pra Siklus |
Keterangan |
|
1 |
KBDW |
L |
75 |
Tuntas |
|
2 |
MMN |
L |
60 |
Tidak Tuntas |
|
3 |
MKL |
P |
80 |
Tuntas |
|
4 |
NAMR |
P |
78 |
Tuntas |
|
5 |
NR |
P |
90 |
Tuntas |
|
6 |
NA |
P |
80 |
Tuntas |
|
7 |
NOF |
P |
78 |
Tuntas |
|
8 |
NNP |
P |
60 |
Tidak Tuntas |
|
9 |
NAM |
L |
70 |
Tidak Tuntas |
|
10 |
OPP |
P |
60 |
Tidak Tuntas |
|
11 |
OI |
L |
70 |
Tidak Tuntas |
|
12 |
RANR |
L |
60 |
Tidak Tuntas |
|
13 |
RK |
P |
60 |
Tidak Tuntas |
|
14 |
RA |
P |
70 |
Tidak Tuntas |
|
15 |
RNH |
P |
30 |
Tidak Tuntas |
|
16 |
SSD |
P |
70 |
Tidak Tuntas |
|
17 |
SQR |
P |
75 |
Tuntas |
|
18 |
SMP |
L |
75 |
Tuntas |
|
19 |
SHR |
P |
70 |
Tidak Tuntas |
|
20 |
SLRD |
P |
60 |
Tidak Tuntas |
|
21 |
SS |
L |
75 |
Tuntas |
|
22 |
TAIF |
L |
60 |
Tidak Tuntas |
|
Rata - rata |
68,45454545 |
|
|||
Nilai Tertinggi |
90 |
|
|||
Nilai Terendah |
30 |
|
|||
Tuntas |
9 |
|
|||
Tidak Tuntas |
13 |
|
|||
Rata - Rata Persentase Ketuntasan |
41% |
|
|||
Rata - Rata Persentase Tidak Tuntas |
59% |
|
Berdasarkan data di atas diperoleh
hasil bahwa rata – rata persentase ketidaktuntasan siswa lebih besar
dibandingkan dengan rata – rata ketuntasan siswa. Hal ini dapat terjadi karena
siswa kelas IV B mengalami kesulitan pada materi yang bersifat hafalan seperti
materi keberagaman di Indonesia. Melalui hasil pra penelitian ini, tentunya diperlukan tindakan untuk mengatasi
permasalahan bagaimana cara meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Pancasila. Di samping itu, Guru hendaknya menggunakan
model pembelajaran yang beragam agar peserta didik tidak mengobrol sendiri.
Pemilihan model pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik
siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Peneliti memilih
menerapkan model pembelajaran make a
match untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV B SD Negeri Ngebel
pada pembelajaran Pendidikan Pancasila karena sesuai dengan karakteristik kelas
IVB SD Negeri Ngebel diantaranya peserta didik kelas IVB dapat bekerjasama serta
agar siswa kelas IVB tidak mengobrol sendiri saat kegiatan pembelajaran
berlangsung. Penelitian ini menggunakan metode PTK (Penelitian Tindakan Kelas)
yang dilaksanakan dalam dua siklus di setiap siklusnya terdiri dari 2 kali
pertemuan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran
Pendidikan Pancasila menggunakan model Make
A Match di kelas IV B SD Negeri Ngebel dengan mengamati aktivitas guru dan
siswa menggunakan lembar observasi dan untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa kelas IV B dan diukur melalui hasil tes
selama proses pembelajaran dengan Model Make A Match pada siklus I dan siklus II.
(2) Siklus
I
Pembelajaran siklus I dilaksanakan
dalam 2 kali pertemuan dengan waktu pertemuan 2 jam pelajaran. Adapun langkah –
langkah PTK pada pembelajaran siklus I meliputi :
a) Perencanaan
Pada tahap ini merencanakan
penyusunan modul ajar disesuaikan dengan langkah – langkah penggunaan model
make a match, menyusun kisi – kisi soal prestasi belajar, membuat kartu
berpasangan sesuai materi siklus I pertemuan I dan siklus I pertemuan 2 serta
menyusun lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses
pembelajaran.
b) Tindakan
Pada tahap ini dilaksanakan
tindakan dengan menggunakan model pembelajaran make a match pada siklus I di
setiap pertemuan dilaksanakan dengan waktu 2 jam pelajaran. Peneliti bertindak
sebagai guru melakukan rangkaian pembelajaran Pendidikan Pancasila. Guru
melakukan pembelajaran sebagai berikut :
(a) Pendahuluan
Guru membuka pembelajaran dengan
salam dan berdoa bersama, dipimpin oleh ketua kelas IV B. Selanjutnya guru
mengecek kehadiran siswa serta mengkondisikan suasana kelas dan guru melakukan
apersepsi mengaitkan materi Makna Sila –
Sila Pancasila di Lingkungan Masyarakat dengan kegiatan sehari – hari peserta
didik, kemudian guru menyampaikan rencana pembelajaran dan tujuan pembelajaran.
(b) Inti
Guru menjelaskan materi tentang
Makna Sila – Sila Pancasila di Lingkungan Masyarakat. Guru melakukan tanya
jawab dengan siswa untuk mendorong pemahaman siswa tentang materi tersebut.
Guru menjelaskan langkah – langkah belajar menggunakan model make a match. Guru menyiapkan kartu – kartu yang berisi soal dan jawaban
sesuai dengan materi Makna Sila – Sila Pancasila di Lingkungan Masyarakat.
Kartu soal berisi gambar simbol Pancasila kemudian kartu jawaban berisi makna
sila – sila Pancasila di lingkungan masyarakat.
Setiap siswa akan mendapatkan satu
kartu (kartu soal maupun kartu jawaban). Siswa yang mendapatkan kartu soal memikirkan jawaban dari kartu tersebut, dan
siswa yang memperoleh kartu jawaban memikirkan soal yang sesuai, selanjutnya
siswa mencari kartu pasangannya dengan batas waktu 5 menit. Peserta didik
menemukan kartu pasangannya mempresentasikan di depan kelas untuk dikoreksi
bersama, selanjutnya guru memberikan poin untuk setiap pasangan yang dapat
mencocokkan kartunya dengan tidak melebihi batas waktu yang sudah ditentukan.
Guru mengocok kartu dengan tujuan siswa dapat bergantian memegang kartu soal
atau kartu jawaban dan guru memberikan apresiasi kepada pasangan yang
memperoleh nilai tertinggi.
(c) Penutup
Sebelum menutup pembelajaran guru
mendorong siswa untuk menyimpulkan pembelajaran dan menyampaikan materi yang
akan dibahas di pertemuan selanjutnya. Guru memberikan soal tes untuk
mengetahui pemahaman siswa. Siswa mengerjakan soal tes prestasi belajar,
selanjutnya guru mengakhiri pembelajaran dengan salam.
Pada tahap tindakan siklus I
pertemuan 2 sama dengan pertemuan 1 namun berbeda dari materi yang disampaikan
yakni kegiatan sehari – hari sesuai makna sila Pancasila.
c) Observasi
Tahap ketiga melakukan pengamatan
atau observasi terhadap aktivitas guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran
Pendidikan Pancasila menggunakan model make a match memakai lembar observasi
yang telah disusun. Berikut hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa siklus I
:
Tabel 2. Hasil Observasi
Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I
No. |
Keterangan |
Pra Siklus |
Siklus I pertemuan 1 |
Siklus I Pertemuan 2 |
1 |
Rata – Rata Persentase Pelaksanaan
Aktivitas Guru |
- |
80% |
81% |
2 |
Rata – Rata Persentase Pelaksanaan
Aktivitas Siswa |
- |
76% |
84% |
Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh bahwa pada
pra siklus peneliti tidak melakukan observasi, namun pada siklus I pertemuan 1
dan pertemuan 2 terjadi peningkatan. Pada pertemuan 1 memperoleh rata – rata
persentase aktivitas guru selama pembelajaran menggunakan model make a match
sebesar 80%, di pertemuan 2 meningkat menjadi 81%. Tidak hanya persentase
aktivitas guru, namun aktivitas siswa juga mengalami peningkatan pada pertemuan
1 memperoleh hasil 76% kemudian pada pertemuan 2 meningkat menjadi 84%. Selanjutnya
prestasi belajar Pendidikan Pancasila siswa kelas IV B juga mengalami
peningkatan. Adapun hasil nilai tes prestasi belajar siswa kelas IV B rata –
rata pada siklus I:
Tabel 3. Data Hasil Prestasi
Belajar Siswa Kelas IV B Siklus I
No. |
Keterangan |
Pra Siklus |
Siklus I |
1 |
Siswa Tuntas |
9 |
12 |
2 |
Siswa Tidak Tuntas |
13 |
10 |
3 |
Nilai Rata - Rata |
68,45454545 |
71,36363636 |
4 |
Persentase Ketuntasan |
41% |
55% |
5 |
Persentase Tidak Tuntas |
59% |
45% |
Berdasarkan data di atas diperoleh
hasil bahwa terjadi peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa yang
awalnya pada pra siklus ketuntasan sebesar 41% setelah diberikan tindakan
penggunaan model make a match mengalami peningkatan menjadi 55%. Pra siklus
siswa yang dinyatakan tuntas 9 anak setelah dilakukan perbaikan proses
pembelajaran siswa yang dinyatakan tuntas mengalami peningkatan yakni menjadi
12 anak.
d) Refleksi
Pada tahap ini merefleksikan
keberhasilan dan kekurangan setelah melakukan tindakan penggunaan model make a
match di setiap pertemuan pada siklus I. Pada pelaksanaan siklus I menggunakan
make a match guru belum maksimal karena peserta didik belum memahami cara
belajar menggunakan make a match, suasana kelas belum kondusif dikarenakan
masih ramai dan ketika teman – temannya sedang mempresentasikan kartu pasangan
anak – anak yang lain masih mengobrol sendiri.
(3) Siklus
II
Setelah melakukan tahap – tahap di
siklus I ternyata prestasi belajar siswa kelas IV B belum mencapai target pada
indikator keberhasilan. Oleh karena itu, perlu perbaikan dengan melaksanaan PTK
siklus yang kedua. Pembelajaran pada siklus II dilakukan dalam 2 kali pertemuan
dengan waktu setiap pertemuan 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Pada setiap akhir
pertemuan akan diberikan soal prestasi belajar (post test) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa setelah
belajar menggunakan model make a match.
Adapun langkah – langkah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada pembelajaran
siklus II meliputi :
(a)
Perencanaan
Pada langkah ini guru melanjutkan
materi berikutnya dengan menggunakan model pembelajaran make a match
berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Siklus II dilaksanakan 2 kali
pertemuan dan di akhir pertemuan siswa akan diberikan tes prestasi belajar.
(b)
Tindakan
Pada siklus II dilaksanakan dua
kali pertemuan dengan waktu 2 jam pelajaran pada masing – masing pertemuan.
Berikut kegiatan pelaksanaan pembelajarannya:
1) Pendahuluan
Guru akan membuka pembelajaran
dengan salam dan berdoa dipimpin oleh ketua kelas IV B. Guru mengecek kehadiran
peserta didik dan melakukan apersepsi. Pada apersepsi ini antusias peserta
didik mulai meningkat dibandingkan dengan siklus I ditandai dengan peserta
didik merespon tanya jawab dengan guru. Selanjutnya guru menyampaikan rencana
pembelajaran dan tujuan pembelajaran.
2) Inti
Guru menjelaskan materi pada
pertemuan 1 mengenai Sejarah Perumusan Pancasila menggunakan power point.
Peserta didik memperhatikan gambar tokoh – tokoh perumus Pancasila dengan
seksama, kemudian guru melakukan tanya jawab. Guru menyiapkan kartu – kartu
yang berisi soal dan jawaban tentang sejarah perumusan Pancasila. Setiap siswa
mendapatkan satu kartu soal atau kartu jawaban dan memikirkannya. Setelah itu,
peserta didik akan mencari kartu pasangannya dengan waktu 5 menit. Kemudian siswa
mempresentasikan sesuai dengan kartu pasangannya dan dikoreksi bersama – sama.
Guru akan memberikan point untuk setiap pasangan yang dapat mencocokkan
kartunya dengan tidak melebihi batas waktu yang sudah ditentukan. Guru mengocok
kartu dengan tujuan agar siswa dapat bergantian memegang kartu soal/jawaban.
Guru memberikan apresiasi kepada pasangan yang memiliki nilai tertinggi.
3) Penutup
Guru mendorong peserta didik untuk
menyimpulkan pembelajaran, setelah itu guru membagikan soal tes kepada siswa
untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa terkait sejarah perumusan Pancasila.
Guru menyampaikan rencana pembelajaran di pertemuan kedua dan mengakhiri
pembelajaran dengan salam.
Tahapan
pembelajaran siklus II pertemuan 2 sama dengan pertemuan 1 namun perbedaannya terletak
pada materi yang akan disampaikan.
(c)
Observasi
Kegiatan pengamatan dilakukan pada
saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan lembar
observasi aktivitas guru dan siswa. Berikut data hasil observasi kelas IV B:
Table 4 Data Hasil Observasi
Aktivitas Pembelajaran Siswa Kelas IV B
No. |
Keterangan |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
Rata – Rata Persentase Pelaksanaan
Aktivitas Guru |
- |
80% |
81% |
2 |
Rata – Rata Persentase Pelaksanaan
Aktivitas Siswa |
- |
76% |
84% |
Berdasarkan data di atas bahwa
terjadi peningkatan persentase aktivitas pembelajaran setelah dilaksanakannya
perbaikan menggunakan model make a match pada siklus I rata – rata persentase
aktivitas guru sebesar 80% kemudian terjadi peningkatan pada siklus II menjadi
81%. Aktivitas siswa pada siklus I memperoleh persentase sebesar 76% kemudian
meningkat pada siklus II sebesar 84%. Tidak hanya aktivitas pembelajaran yang
mengalami peningkatan, prestasi belajar Pendidikan Pancasila di kelas IV B juga
mengalami peningkatan di setiap siklusnya.
Gambar 1. Grafik Prestasi
Belajar Pendidikan Pancasila Kelas IV B
Melalui gambar grafik di atas terjadi
peningkatan prestasi belajar siswa pada awalnya rata – rata nilai siswa kelas
IV B 68, 45 kemudian diberikan tindakan pada siklus I meningkat menjadi 71,36
dan pada siklus II meningkat menjadi 77,68 dengan KKTP yang berlaku adalah 75.
Persentase ketuntasan prestasi belajar pra siklus 41% kemudian meningkat pada
siklus I menjadi 55% dan siklus II sebesar 77%.
(d)
Refleksi
Berdasarkan refleksi pada siklus kedua guru menggunakan ice
breaking untuk mengontrol kondisi kelas, peserta didik mulai memahami cara
belajar menggunakan kartu make a match
dimana pada pembelajaran seperti biasa guru kelas IV B belum menggunakan model
pembelajaran. Pada siklus kedua nilai prestasi belajar siswa meningkat dan
sudah mencapai target indikator keberhasilan, oleh karena itu tindakan
perbaikan di kelas IV B berhenti sampai pada siklus kedua.
Sebelum melakukan tindakan perbaikan,
prestasi siswa kelas IV B jika dilihat dari nilai ulangan harian rata – ratanya
adalah 68,45 sedangkan KKTP yang berlaku di kelas IV B yakni 75. Setelah
dilakukannya PTK di setiap pertemuan pembelajaran, siswa mengalami peningkatan
nilai prestasi belajarnya. Hal ini dikarenakan dalam proses kegiatan belajar
mengajar menggunakan model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yaitu
model make a match. Hal ini selaras
dengan pendapat Rehalat (2014) menyampaikan
bahwa model pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dalam memperbaiki
proses pembelajaran di kelas, kemudian menurut Sucahyo (2022) bahwa model make a match dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa karena model ini mendorong peserta didik untuk lebih aktif dan
memudahkan siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Maryati (2021) yang berjudul
“Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) melalui
Metode Pembelajaran Make a Match pada siswa kelas III B di SD Islam NDM Kauman
Surakarta”. Penelitian yang digunakan menggunakan metode yang sama namun untuk
kelas dan mata pelajaran untuk penelitian berbeda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada pra siklus hanya 10 siswa
yang tuntas dari 21 siswa, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 18 siswa
dan pada siklus II menjadi 21 siswa.
Penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian Kurniawati (2022) dengan judul
“Application Of The Make A Match Learning Model To Improve Civics Education
Learning Outcomes For Grade V Students At SDN 2 Trucuk”. Penelitian Kurniawati (2022) dengan penelitian
ini sama – sama menggunakan metode penelitian tindakan kelas hingga dua siklus
dan memperbaiki prestasi belajar siswa menggunakan model make a match.
Penelitian Kurniawati (2022) memperoleh hasil
bahwa pada pra siklus persentase
ketuntasan klasikal siswa kelas V SDN 2 Trucuk dengan jumlah 19 siswa sebesar
62%. Pada siklus I terjadi peningkatan prestasi belajar siswa yakni 69% dan
pada siklus II menjadi 88% dengan demikian, model make a match dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Di penelitian ini, pada pra siklus siswa yang mencapai
ketuntasan hanya 9 anak kemudian pada siklus I menjadi 12 anak dan di siklus II
menjadi 17 anak yang tuntas dari 22 siswa. Berdasarkan hal tersebut, maka
penggunaan model make a match dapat meningkatkan prestasi belajar siswa apabila
digunakan dengan tepat dan dapat menjadi salah satu pilihan guru untuk
menerapkan model tersebut guna perbaikan – perbaikan disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik.
Kesimpulan
pra
siklus
proses pembelajaran Pendidikan Pancasila di kelas IV B guru belum menggunakan
model pembelajaran sehingga siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami
materi terutama materi yang bersifat hafalan. Proses pembelajaran Pendidikan
Pancasila di Kelas IV B SD Negeri Ngebel setelah menggunakan model make a match dapat meningkatkan
aktivitas guru dan siswa di setiap siklusnya dengan rata – rata persentase
aktivitas guru di siklus I sebesar
80% dan siklus kedua mengalami peningkatan menjadi 81%. Adapun rata – rata
persentase pelaksanaan aktivitas siswa pada siklus I sebesar 76% dan di siklus
II menjadi 84%. Tidak hanya persentase aktivitas pembelajaran yang meningkat,
prestasi belajar siswa kelas IV B pada pembelajaran Pendidikan Pancasila turut
meningkat pada awalnya persentase nilai pra
siklus sebesar 41% kemudian setelah dilakukan tindakan pada siklus I
sebesar 55% dan pada siklus II menjadi 77% yang berarti telah mencapai
target indikator keberhasilan.
BIBLIOGRAFI
Akhyar, S. M., & Dewi, D. A. (2022). Pengajaran
Pendidikan Pancasila Di Sekolah Dasar Guna Mempertahankan Ideologi Pancasila Di
Era Globalisasi. Jurnal Kewarganegaraan, 6(1), 1541–1546.
Andri. (2012). Upaya Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar PKn pada
Materi Sistem Pemerintahan Pusat melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A
Match di Kelas IV SDN Kalicari 2. עלון הנוטע, 66(4), 37–39.
Diputra, G., & Rokhana, S. (2019). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
PKn Menggunakan Model Active Learning Tipe Role Reversal Question pada Siswa
Kelas V SDN 1 Tamanrejo Kabupaten Blora. ELSE (Elementary School Education
Journal): Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Sekolah Dasar, 3(1), 28–36.
Huda, M. (2014). Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran. Eureka Media
Aksara, 1–23.
Kurniawati, N. D. (2022). Application Of The Make A Match Learning
Model To Improve Civics Education Learning Outcomes For Grade V Students At SDN
2 Trucuk. 5(6), 515–527.
Legiman. (2015). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). LPMP Yogyakarta, 1(1),
1–15.
Maryati, S. (2021). Melalui Metode Pembelajaran Make a Match pada Siswa
Kelas III B di SD Islam NDM Kauman Surakarta. 5(2), 685–690.
Nurgiansah, T. H. (2021). Pendidikan Pancasila Sebagai Upaya
MembentukKarakter Jujur. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 9(1),
35.
Rehalat, A. (2014). Model pembelajaran pemrosesan informasi. 23(2),
1–11.
Retnaningsih. (2020). Kalam Cendekia: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match dalam Meningkatlam Motivasi dan
Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar. 8.
Sucahyo, M. (2022). Model Pembelajaran Kooperatif Make a Match di
Sekolah Dasar. 10.
Sutikno, M. S. (2019). Metode & Model-Model Pembelajaran. Holistica
Lombok, 1–194.
Syafi’i, A., Marfiyanto, T., & Rodiyah, S. K. (2018). Studi tentang
prestasi belajar siswa dalam berbagai aspek dan faktor yang mempengaruhi. Jurnal
Komunikasi Pendidikan, 2(2), 115–123.
Yuliati, Y. (2022). Peningkatan Kualitas Pembelajaran Pkn Melalui Model
Make A Match Berbantuan Powerpoint Materi Rasa Bangga Sebagai Bangsa Indonesia
Pada Siswa Kelas III SDN 3 Padamara. Jurnal Suluh Edukasi, 3(1),
69–75.
Zain, S. A. (2014). zain, Sarnoto Ahmad.
Copyright
holder: Karunia Isnaeni, Rian Nurizka (2024) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article
is licensed under: |