Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN:
2548-1398
Vol. 9, No.
11, November 2024
ANALISA
PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, SALES GROWTH, DAN BIAYA
LINGKUNGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT YANG TERDAFTAR DI BEI
Shalahuddin Ahmad1, Eddy
Irsan Siregar2,
Riyanti3
Universitas
Muhammadiyah Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia1,2,3
Email: [email protected]1, [email protected]2, [email protected]3
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
dan menganalisis pengaruh profitabilitas, leverage, sales growth, dan
biaya lingkungan terhadap nilai perusahaan. Metode penelitian ini dilakukan dengan
pendekatan kuantitatif bersifat asosiatif. Alat analisis yang digunakan yaitu
analisis regresi liner berganda dengan bantuan software Eviews versi 12. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
perkebunan kelapa sawit yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia yang mengungkapkan laporan keuangan selama periode 2019
hingga 2022 yaitu sebanyak 24 perusahaan. Sampel yang dipilih sebanyak 18
perusahaan dengan menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian diperoleh
kesimpulan bahwa profitabilitas, leverage, dan biaya lingkungan
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan sales
growth berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Kata Kunci: Profitabilitas,
Leverage, Sales Growth, Biaya Lingkungan, Nilai Perusahaan.
Abstract
This study aims to examine and analyze the
effect of profitability, leverage, sales growth, and environmental costs on
firm value. This research method is conducted with an associative quantitative
approach. The analytical tool used is multiple liner regression analysis with
the help of Eviews software version 12. The population in this study were all
oil palm plantation companies listed on the Indonesia Stock Exchange that
disclosed financial reports during the period 2019 to 2022, namely 24
companies. The sample selected was 18 companies using purposive sampling
method. The results obtained concluded that profitability, leverage, and
environmental costs have a negative and insignificant effect on firm value,
while sales growth has a positive and significant effect on firm value.
Keywords: Profitability,
Leverage, Sales Growth, Environmental Costs, Firm Value.
Indonesia
merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya alam yang melimpah.
Kekayaan sumber daya tersebut terdiri dari sumber daya air, sumber daya lahan,
sumber daya hutan, sumber daya laut, maupun keanekaragaman hayati yang
terkandung di dalamnya dan tersebar secara luas pada setiap pulau-pulau di
Indonesia (Grizzetti et al., 2016). Kekayalan
alam yang dimiliki tersebut dapat menjadi modal bagi pelaksanaan pembangunan
ekonomi bagi Indonesia. Sumber kekayaan alam yang dimiliki Indonesia tersebut
dapat dioptimalkan salah satunya melalui sektor pertanian (komoditas primer).
Menurut Badan Pusat Statistik pertumbuhan ekonomi pada bidang perkebunan masih
menjadi tiang utama penyanga ekonomi Indonesia. Terhitung sampai dengan tahun
2020 terdapat 3.001 Unit perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan di
Indonesia yang tercatat di Badan Pusat Statistik, diantara perusahaan tersebut
perkebunan kelapa sawit memiliki jumlah perusahaan pengembang
terbanyak yakni 2.335 Unit perusahaan (Prabowo et al., 2017).
Perkembangan
bisnis kelapa sawit di Indonesia tumbuh dengan pesat dan menemui berbagai
tantangan yang harus dihadapi (Mukherjee & Sovacool, 2014).
Kampanye negatif sawit Indonesia memasuki babak baru ketika Parlemen Uni Eropa
mengesahkan Undang-Undang Komoditas Bebas Deforestasi Uni Eropa atau EU
Deforestation Regulation (EUDR), pada 6 Desember 2022. UU ini tidak hanya
berlaku untuk sawit, tetapi juga untuk sapi, kedelai, kopi, kakao, kayu dan
karet serta produk turunannya, seperti daging sapi, furnitur, atau coklat. Uni
Eropa ingin ada transparansi produk yang masuk dan keluar dari benua itu, dan
membawa semangat berkelanjutan. Adanya tuduhan yang bersifat negatif dari
beberapa lembaga lingkungan mancanegara yang menyebutkan bahwa industri kelapa
sawit sebagai perusak lingkungan tentunya sangat merugikan dan akan
mempengaruhi pengembangan industri ini. Berikut dibawah ini adalah grafik
perkembangan sales perusahaan kelapa sawit periode tahun 2019-2022.
Gambar
1. Perkembangan Rata-rata Sales Perusahaan
Kelapa Sawit
Periode
2019-2022
Sumber:
www.idx.co.id
Gambar
diatas menjelaskan tren rata-rata penjualan perusahaan kelapa sawit dari tahun
2019 hingga 2022. Pada tahun 2019, penjualan rata-rata tercatat sebesar 5,88 T,
yang kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2020 menjadi 6,57 T. Tren
peningkatan ini berlanjut secara signifikan pada tahun 2021 dengan penjualan
rata-rata mencapai 8,97 T, dan semakin meningkat pada tahun 2022 dengan
penjualan rata-rata mencapai 10,45 T. Peningkatan yang konsisten dalam
penjualan selama empat tahun ini mencerminkan pertumbuhan yang kuat dalam
performa penjualan perusahaan kelapa sawit. Hal ini menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk meningkatkan penjualannya secara berkelanjutan, yang
berpotensi berdampak positif terhadap kinerja keuangan keseluruhan perusahaan.
Menelisik dari
data Badan Pusat
Statistik (BPS) di
atas, pada kurun waktu
2019-2022 tidaklah mengalami
perubahan yang signifikan
dalam kuantitas ekspor
minyak kelapa sawit tersebut. India, Tiongkok, dan Pakistan adalah
negara tujuan utama dengan jumlah ekspor yang cukup besar. Ekspor ke India
mengalami fluktuasi dari 4.577 ribu ton pada 2019 turun menjadi 3.089 ribu ton
pada 2021, namun naik signifikan menjadi 4.996 ribu ton pada 2022. Ekspor ke
Tiongkok menunjukkan penurunan dari 5.791 ribu ton pada 2019 menjadi 3.837 ribu
ton pada 2022. Ekspor ke Pakistan cenderung meningkat dari 2.216 ribu ton pada
2019 menjadi 2.805 ribu ton pada 2022. Ekspor ke negara-negara Eropa seperti
Belanda, Spanyol, dan Italia menunjukkan penurunan secara keseluruhan, dengan
Belanda turun dari 915 ribu ton pada 2019 menjadi 529 ribu ton pada 2022.
Amerika Serikat dan Bangladesh mengalami peningkatan ekspor selama periode ini.
Secara keseluruhan, total ekspor kelapa sawit Indonesia menurun dari 29.548
ribu ton pada 2019 menjadi 26.221 ribu ton pada 2022.
Menghadapi
tuntutan pasar global dan persaingan bisnis minyak nabati dunia, pemerintah
berupaya untuk terus mengembangkan industri kelapa sawit nasional dengan
memperhatikan prinsip berkelanjutan. Salah satu kebijakan yang dihasilkan oleh
pemerintah melalui Kementerian Pertanian yaitu mewajibkan perusahaan perkebunan
kelapa sawit di Indonesia untuk menerapkan ISPO. Ketentuan ini diatur dalam
Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 19/Permentan/OT.140/3/2011, tentang pedoman
perkebunan kelapa sawit berkelanjutan Indonesia yang ditetapkan tanggal 29
Maret 2011. ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) merupakan sistem usaha di
bidang perkebunan kelapa sawit yang layak ekonomi, layak sosial, dan ramah
lingkungan didasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia.
Implementasi ISPO diharapkan mampu menghindari dan mengurangi dampak kerusakan
lingkungan, emisi gas rumah kaca, hingga pemicu deforestasi. Oleh karena itu,
pengelolaan industri kelapa sawit yang berkelanjutan khususnya pengelolaan
lingkungan perlu mendapatkan perhatian serius karena merupakan isu global yang
sensitif sehingga berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi industri kelapa
sawit bila tidak dikelola dengan baik.
Berdasarkan
teori stakeholder, perusahaan memiliki kewajiban untuk memberikan
informasi terkait keadaan perusahaan melalui laporan yang dipublikasikan oleh
perusahaan. Informasi yang disampaikan perusahaan tentunya akan memberikan
sinyal yang kemudian diterima oleh stakeholder. Jika sinyal positif,
maka akan berdampak pada keputusan stakeholder dan tercermin pada
peningkatan harga saham. Media penyampaian informasi terkait kondisi perusahaan
tidak hanya pelaporan wajib (annual report) yang setiap tahunnya diterbitkan
oleh perusahaan go public, stakeholder memerlukan informasi
tambahan lainnya untuk melakukan penilaian terhadap suatu perusahaan, informasi
tambahan ini melalui sustainability report. Sustainability report
memberikan informasi yang terkait seberapa besar biaya lingkungan yang
dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjalankan program Tanggung Jawab Sosial
Lingkungan (TJSL).
Fahmi
(2015) menjelaskan Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang
menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi
tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut (Fahmi, 2013).
Laporan keuangan yang dipublikasikan suatu perusahaan publik merupakan bentuk
pertanggungjawaban kepada pihak internal dan eksternal perusahaan. Setiap
pemangku kepentingan biasanya membuat analisis dalam pengambilan keputusan.
Sementara
itu untuk melihat kinerja keuangan perusahaan dapat diketahui dengan melihat
rasio keuangannya. Menurut Fahmi (2015) bahwa Analisis Rasio Keuangan adalah
suatu cara yang membuat perbandingan data keuangan perusahaan menjadi lebih
berarti (Fahmi, 2013).
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu
pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan
dan signifikan. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini yakni
meliputi rasio Profitabilitas, Leverage, dan Sales Growth.
Munawir
(2014) menjelaskan rentabilitas atau profitabilitas menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Untuk mengukur
efektifitas suatu perusahaan dalam mengelola dana yang dimilikinya yakni
menggunakan rasio solvabilitas (Leverage). Menurut Brigham dan Houston
(2010) leverage keuangan merupakan tingkat sampai sejauh mana efek
dengan pendapatan tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam struktur
modal suatu perusahaan (Brigham & Houston, 2001). Leverage
digunakan sebagai penaksir dari risiko yang melekat pada suatu perusahaan.
Sedangkan Sales Growth adalah peningkatan dalam penjualan dalam jangka
waktu yang sudah ditentukan. Berdasarkan informasi ini, investor dapat menilai
kinerja keuangan perusahaan dan menentukan saham mana yang akan digunakan
sebagai pilihan untuk berinvestasi. Hal ini tentu berarti semakin banyak
investor berinvestasi, harga saham akan meningkat. Semakin tinggi
profitabilitas, semakin tinggi nilai perusahaan.
Gambar 2.
Perkembangan Rata-rata Hutang Perusahaan Kelapa Sawit Periode 2019-2022
Sumber:
www.idx.co.id
Gambar
yang ditampilkan menggambarkan rata-rata hutang perusahaan kelapa sawit selama
empat tahun, yaitu dari tahun 2019 hingga 2022. Pada tahun 2019, rata-rata
hutang tercatat sebesar 6,79 T, yang kemudian meningkat secara drastis menjadi
7,31 T pada tahun 2020 dan menurun sedikit di 7,30 T pada tahun 2021. Namun,
pada tahun 2022, terjadi penurunan rata-rata hutang yang signifikan menjadi
6,80 T. Tren ini menunjukkan adanya fluktuasi dalam pengelolaan hutang
perusahaan kelapa sawit selama periode tersebut, dengan peningkatan yang
signifikan pada awalnya diikuti oleh penurunan di tahun terakhir. Hal ini
mungkin mencerminkan upaya perusahaan dalam mengelola beban hutang mereka
setelah periode akumulasi hutang yang tinggi.
Saat
ini perhatian terhadap isu-isu lingkungan dan keberlanjutan telah meningkat
secara signifikan di kalangan perusahaan dan pemangku kepentingan. Perusahaan
kini dihadapkan pada tekanan yang lebih besar untuk beroperasi secara
bertanggung jawab dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Salah satu
cara perusahaan menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan adalah melalui
pengeluaran untuk tanggung jawab sosial lingkungan (TJSL) atau Corporate
Social Responsibility (CSR). Biaya TJSL atau CSR mencakup berbagai
pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendukung inisiatif
lingkungan, seperti program pengurangan emisi, konservasi energi, pengelolaan
limbah, dan proyek-proyek lain yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif
operasional perusahaan terhadap lingkungan. Namun, masih terdapat perdebatan
mengenai sejauh mana investasi dalam TJSL atau CSR berdampak pada nilai
perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengukur biaya
lingkungan dengan menggunakan biaya TJSL atau CSR sebagai proksi, dan
mengevaluasi pengaruhnya terhadap nilai perusahaan.
Ada
beberapa indikator untuk menunjukkan nilai perusahaan. Semakin tinggi harga
saham berarti semakin tinggi nilai perusahaan. Nilai pasar dari nilai saham dan
buku atau biasa disebut dengan PBV (Price to Book Value) juga digunakan
untuk mengukur nilai perusahaan, semakin tinggi PBV berarti semakin tinggi
perusahaan yang dinilai oleh investor. Adanya citra yang baik, tentu investor
akan semakin percaya bahwa perusahaan akan memberikan keuntungan bagi mereka.
Semakin banyak investor yang menaruh sahamnya pada perusahaan dengan citra
baik, tentu akan semakin meningkatkan kemajuan perusahaan sehingga berdampak
pada peningkatan nilai perusahaan. Berikut dibawah ini kami sampaikan fenomena
data historis PBV pada perusahaan perkebunan kelapa sawit periode 2019-2022. Berikut dibawah ini penulis mencoba
menjelaskan gap research dengan penelitian sebelumnya.
Tabel 1. Gap
Research
No |
Judul |
Hasil Penelitian |
1. |
Pengaruh
sustainability report, kinerja keuangan, dan kinerja lingkungan
terhadap nilai perusahaan, Aristha Purwanthari dkk (2017) |
- Sustainability report berpengaruh tidak signifikan - ROA berpengaruh signifikan - Kinerja lingkungan berpengaruh tidak signifikan |
2. |
Pengaruh
kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan dengan kinerja keuangan sebagai
variabel intervening, Dewi Ari Ani
(2021) |
- Kinerja lingkungan berpengaruh signifikan - ROE sebagai variabel intervening berpengaruh tidak signifikan |
3. |
Analisa
kinerja lingkungan, biaya lingkungan dan nilai perusahaan dengan
profitabilitas sebagai variabel moderating, Miranti Kencana Putri dkk (2023) |
- Kinerja lingkungan berpengaruh tidak signifikan - Biaya lingkungan berpengaruh tidak signifikan - ROE tidak mampu memoderasi hubungan pengaruh biaya lingkungan |
Berdasarkan
penjelasan fenomena, gap research, dan pertimbangan diatas, maka penulis
tertarik untuk membuat judul analisa pengaruh profitabilitas, leverage, sales
growth, dan biaya lingkungan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan
perkebunan kelapa sawit yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
2019-2022. Berikut tujuan
penelitian berdasarkan variabel-variabel yang dianalisis:
1) Untuk
mengkaji dan menganalisis pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Nilai
Perusahaan pada Perusahaan Perkebunan Kepala Sawit di Bursa Efek Indonesia
periode 2019-2022.
2) Untuk
mengkaji dan menganalisis pengaruh Debt to Assets Ratio (DAR) terhadap
Nilai Perusahaan pada Perusahaan Perkebunan Kepala Sawit di Bursa Efek
Indonesia periode 2019-2022.
3) Untuk
mengkaji dan menganalisis pengaruh Sales Growth terhadap Nilai
Perusahaan pada Perusahaan Perkebunan Kepala Sawit di Bursa Efek Indonesia
periode 2019-2022.
4) Untuk
mengkaji dan menganalisis pengaruh Biaya Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan
pada Perusahaan Perkebunan Kepala Sawit di Bursa Efek Indonesia periode
2019-2022.
5) Untuk
mengkaji dan menganalisis pengaruh ROE, DAR, Sales Growth, dan Biaya
Lingkungan secara bersama-sama (simultan) terhadap Nilai Perusahaan pada
Perusahaan Perkebunan Kepala Sawit di Bursa Efek Indonesia periode 2019-2022.
Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian asosiatif yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Variabel
bebas dalam penelitian ini meliputi Profitabilitas, Leverage, Sales Growth, dan
Biaya Lingkungan, sedangkan variabel terikatnya adalah Nilai Perusahaan. Sumber data yang digunakan
adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan perkebunan
kelapa sawit yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode
2019-2022. Data dikumpulkan dari website BEI (www.idx.co.id) dan www.investing.com, serta
melalui literatur dan jurnal ilmiah terkait. Populasi penelitian terdiri dari
24 perusahaan perkebunan kelapa sawit yang terdaftar di BEI dan mengungkapkan
laporan keuangan selama empat tahun berturut-turut sejak 2019 hingga 2022.
Sampel penelitian dipilih berdasarkan kriteria tertentu dari populasi tersebut.
Metode analisis
data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan bantuan
software Eviews 12. Jenis data yang dianalisis adalah data panel, yang
menggabungkan data cross-section dan time series. Proses pengumpulan data
dilakukan dalam dua tahap: pertama, dengan mengumpulkan data pendukung melalui
literatur, jurnal keuangan, tesis, dan hasil penelitian lain; kedua, dengan
mengumpulkan data laporan keuangan yang mencakup variabel-variabel seperti laba
bersih, total aktiva, aktiva lancar, hutang lancar, harga pasar per lembar
saham, nilai buku per lembar saham, dan biaya lingkungan dari website BEI.
Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai Y = a +
b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e, di mana Y adalah Nilai Perusahaan dan variabel
independen X1, X2, X3, dan X4 masing-masing mewakili Profitabilitas, Leverage,
Sales Growth, dan Biaya Lingkungan. Hasil analisis regresi diharapkan
memberikan koefisien regresi yang menunjukkan pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen.
Hasil dan
Pembahasan
Hasil
Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji dan
menganalisis seberapa besar faktor
variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. Sebagaimana yang telah dipaparkan
pada bab sebelumnya mengenai kriteria sampel serta penentuan variabel yang akan
diteliti maka terlampir dibawah ini adalah informasi ringkas mengenai data yang akan diuji. Untuk variabel
profitabilitas diukur dengan menggunakan perbandingan antara laba bersih dengan
total equity atau biasa disebut dengan Return On Equity (ROE), data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel
1. Data Laba
Bersih dan Equity Perusahaan Kelapa Sawit (dalam milyar)
No |
Kode |
2019 |
2020 |
2021 |
2022 |
||||
Laba Bersih |
Equity |
Laba Bersih |
Equity |
Laba Bersih |
Equity |
Laba Bersih |
Equity |
||
1 |
AALI |
244 |
18,979 |
894 |
19,248 |
2,067 |
21,171 |
1,792 |
22,243 |
2 |
ANDI |
12 |
259 |
-10 |
251 |
-3 |
249 |
-11 |
239 |
3 |
ANJT |
-64 |
5,430 |
31 |
5,582 |
566 |
6,182 |
330 |
6,613 |
4 |
BISI |
307 |
2,317 |
276 |
2,458 |
381 |
2,728 |
523 |
3,050 |
5 |
BWPT |
-1,167 |
4,613 |
-1,108 |
3,488 |
-1,417 |
2,058 |
13 |
2,050 |
6 |
CSRA |
29 |
465 |
72 |
572 |
260 |
781 |
252 |
963 |
7 |
DSNG |
178 |
3,732 |
478 |
6,231 |
740 |
7,025 |
1,207 |
8,160 |
8 |
FAPA |
-251 |
3,287 |
-127 |
2,698 |
408 |
3,186 |
749 |
3,899 |
9 |
GZCO |
-584 |
1,634 |
-183 |
1,025 |
14 |
1,076 |
76 |
1,153 |
10 |
JAWA |
-283 |
390 |
-308 |
244 |
-178 |
223 |
-302 |
118 |
11 |
PSGO |
-161 |
1,177 |
27 |
1,210 |
214 |
1,425 |
258 |
1,686 |
12 |
SGRO |
40 |
4,153 |
-192 |
3,796 |
815 |
4,597 |
1,039 |
5,230 |
13 |
SIMP |
-642 |
17,781 |
340 |
18,490 |
1,334 |
19,786 |
1,510 |
21,167 |
14 |
SMAR |
899 |
10,933 |
1,540 |
12,524 |
2,829 |
14,418 |
5,505 |
19,248 |
15 |
SSMS |
12 |
4,069 |
581 |
4,871 |
1,527 |
6,108 |
1,848 |
6,444 |
16 |
TAPG |
188 |
5,751 |
933 |
6,656 |
1,199 |
7,796 |
3,089 |
10,413 |
17 |
UNSP |
-4,839 |
-5,446 |
-954 |
-7,010 |
118 |
-6,893 |
930 |
-5,957 |
18 |
TBLA |
661 |
5,363 |
681 |
5,889 |
792 |
6,492 |
801 |
6,832 |
Sumber: Bursa Efek
Indonesia
Tabel
diatas menggambarkan informasi mengenai laba bersih dan ekuitas dari 18
perusahaan selama periode 2019-2022. Data ini memberikan gambaran performa
keuangan perusahaan-perusahaan tersebut dalam rentang waktu empat tahun.
Sebagian besar perusahaan menunjukkan tren laba bersih dan ekuitas yang
positif, meskipun ada beberapa yang mengalami penurunan atau bahkan kerugian
dalam periode tertentu. Namun secara keseluruhan, data ini memberikan gambaran
tentang kinerja finansial dan posisi ekuitas dari perusahaan-perusahaan
tersebut selama empat tahun terakhir. Untuk variabel leverage menggunakan
perbadingan total hutang/liabilitas dengan total aktiva/aset atau biasa disebut
dengan Debt to Assets Ratio (DAR), dan
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel
2. Data
Liabilitas dan Aset Perusahaan Kelapa Sawit (dalam milyar)
No |
Kode |
2019 |
2020 |
2021 |
2022 |
|||||||
Liabilitas |
Aset |
Liabilitas |
Aset |
Liabilitas |
Aset |
Liabilitas |
Aset |
|||||
1 |
AALI |
7,996 |
26,974 |
8,533 |
27,781 |
9,229 |
30,400 |
7,006 |
29,249 |
|||
2 |
ANDI |
228 |
487 |
229 |
479 |
233 |
483 |
206 |
444 |
|||
3 |
ANJT |
3,311 |
8,741 |
3,391 |
8,973 |
3,130 |
9,313 |
2,783 |
9,396 |
|||
4 |
BISI |
624 |
2,941 |
457 |
2,915 |
404 |
3,132 |
360 |
3,410 |
|||
5 |
BWPT |
11,183 |
15,796 |
11,573 |
15,061 |
9,987 |
12,045 |
10,174 |
12,224 |
|||
6 |
CSRA |
904 |
1,369 |
826 |
1,399 |
972 |
1,753 |
872 |
1,835 |
|||
7 |
DSNG |
7,889 |
11,621 |
7,921 |
14,151 |
6,687 |
13,712 |
7,197 |
15,357 |
|||
8 |
FAPA |
4,386 |
7,673 |
5,103 |
7,800 |
4,748 |
7,934 |
4,725 |
8,624 |
|||
9 |
GZCO |
1,126 |
1,946 |
1,119 |
2,143 |
959 |
2,034 |
893 |
2,045 |
|||
10 |
JAWA |
3,100 |
3,490 |
3,250 |
3,494 |
3,343 |
3,566 |
3,471 |
3,590 |
|||
11 |
PSGO |
2,078 |
3,256 |
2,192 |
3,402 |
2,307 |
3,732 |
2,455 |
4,141 |
|||
12 |
SGRO |
5,314 |
9,467 |
5,949 |
9,745 |
5,155 |
9,751 |
5,013 |
10,243 |
|||
13 |
SIMP |
17,130 |
34,911 |
16,905 |
35,395 |
16,193 |
35,979 |
14,946 |
36,113 |
|||
14 |
SMAR |
16,854 |
27,788 |
22,502 |
35,026 |
25,927 |
40,345 |
23,353 |
42,601 |
|||
15 |
SSMS |
7,777 |
11,845 |
7,905 |
12,776 |
7,743 |
13,851 |
7,526 |
13,970 |
|||
16 |
TAPG |
6,515 |
12,266 |
5,668 |
12,324 |
4,650 |
12,446 |
4,113 |
14,526 |
|||
17 |
UNSP |
13,846 |
8,400 |
14,587 |
7,576 |
15,151 |
8,258 |
10,497 |
4,540 |
|||
18 |
TBLA |
12,000 |
17,363 |
13,542 |
19,431 |
14,592 |
21,084 |
16,841 |
23,674 |
|||
Sumber: Bursa Efek
Indonesia
Tabel diatas memberikan gambaran tentang posisi
keuangan perusahaan-perusahaan dari sisi kewajiban dan sumber daya yang
dimiliki selama periode 2019-2022. Secara umum, terdapat variasi yang cukup
signifikan dalam jumlah liabilitas dan aset di antara perusahaan-perusahaan
tersebut, yang mencerminkan perbedaan skala usaha dan strategi keuangan
masing-masing perusahaan. Beberapa perusahaan memiliki jumlah liabilitas yang
relatif tinggi dibandingkan dengan aset, sementara perusahaan lain memiliki
rasio yang lebih seimbang atau bahkan aset yang jauh lebih besar daripada
liabilitasnya. Selain itu, data juga menunjukkan tren pergerakan liabilitas dan
aset selama empat tahun tersebut. Sedangkan untuk variabel sales growth diukur
dengan melihat tren pergerakan penjualan dalam periode tersebut, data yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel
3. Data Penjualan
Perusahaan Kelapa Sawit (dalam milyar)
No |
Kode |
2019 |
2020 |
2021 |
2022 |
1 |
AALI |
17,453 |
18,807 |
24,322 |
21,829 |
2 |
ANDI |
312 |
260 |
346 |
318 |
3 |
ANJT |
1,821 |
2,315 |
3,807 |
4,197 |
4 |
BISI |
2,272 |
1,813 |
2,015 |
2,416 |
5 |
BWPT |
2,513 |
2,199 |
2,938 |
4,574 |
6 |
CSRA |
492 |
607 |
896 |
971 |
7 |
DSNG |
5,737 |
6,699 |
7,125 |
9,634 |
8 |
FAPA |
2,119 |
2,617 |
3,391 |
4,829 |
9 |
GZCO |
385 |
407 |
707 |
555 |
10 |
JAWA |
723 |
461 |
843 |
972 |
11 |
PSGO |
729 |
931 |
1,766 |
1,973 |
12 |
SGRO |
3,268 |
3,502 |
5,222 |
5,672 |
13 |
SIMP |
13,650 |
14,475 |
19,659 |
17,794 |
14 |
SMAR |
36,198 |
40,434 |
57,004 |
75,046 |
15 |
SSMS |
3,378 |
4,011 |
5,203 |
7,261 |
16 |
TAPG |
4,329 |
5,266 |
6,278 |
9,346 |
17 |
UNSP |
1,984 |
2,507 |
3,971 |
4,189 |
18 |
TBLA |
8,533 |
10,863 |
15,972 |
16,580 |
Sumber: Bursa Efek
Indonesia
Tabel
diatas ini menjelaskan angka penjualan atau pendapatan tahunan untuk 18
perusahaan dari berbagai sektor selama periode 2019-2022. Terdapat variasi yang
cukup besar dalam nilai penjualan antar perusahaan, yang mencerminkan perbedaan
skala usaha dan pangsa pasar masing-masing perusahaan. Secara umum, sebagian
besar perusahaan menunjukkan tren peningkatan penjualan dari tahun ke tahun,
meskipun ada beberapa yang mengalami fluktuasi atau bahkan penurunan pada tahun
tertentu. Perusahaan dengan kode SMAR terlihat memiliki angka penjualan
tertinggi.
Untuk variabel biaya lingkungan diukur lebih
spesifik dengan menggunakan biaya tanggung jawab sosial lingkungan
(TJSL) atau bisa disebut dengan biaya Corporate Social Responsibility
(CSR), dan diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel
4. Data Biaya
TJSL Perusahaan Kelapa Sawit (dalam milyar)
No |
Kode |
2019 |
2020 |
2021 |
2022 |
1 |
AALI |
9.00 |
21.49 |
47.36 |
76.55 |
2 |
ANDI |
0.69 |
0.56 |
0.46 |
0.39 |
3 |
ANJT |
1.93 |
0.25 |
0.16 |
0.09 |
4 |
BISI |
0.95 |
0.74 |
1.47 |
1.08 |
5 |
BWPT |
0.62 |
0.77 |
1.18 |
1.23 |
6 |
CSRA |
0.12 |
0.38 |
1.07 |
3.73 |
7 |
DSNG |
17.21 |
20.10 |
21.37 |
28.90 |
8 |
FAPA |
0.59 |
0.43 |
0.75 |
3.79 |
9 |
GZCO |
0.96 |
1.89 |
0.45 |
0.64 |
10 |
JAWA |
0.06 |
0.05 |
0.10 |
0.13 |
11 |
PSGO |
0.25 |
0.87 |
0.72 |
2.26 |
12 |
SGRO |
7.86 |
3.85 |
6.44 |
17.25 |
13 |
SIMP |
40.95 |
43.42 |
58.98 |
53.38 |
14 |
SMAR |
27.14 |
51.60 |
61.69 |
54.30 |
15 |
SSMS |
20.74 |
18.72 |
18.43 |
31.63 |
16 |
TAPG |
1.63 |
1.14 |
16.06 |
2.03 |
17 |
UNSP |
6.66 |
6.26 |
7.36 |
8.32 |
18 |
TBLA |
25.60 |
32.59 |
47.92 |
49.74 |
Sumber: Bursa Efek
Indonesia
Tabel yang disajikan diatas
menggambarkan terdapat variasi yang cukup besar dalam jumlah biaya TJSL antar
perusahaan, mulai dari ratusan juta hingga puluhan milyar rupiah per tahun,
yang mencerminkan perbedaan skala operasi, komitmen, dan prioritas
masing-masing perusahaan dalam program tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Secara umum, sebagian besar perusahaan menunjukkan tren peningkatan biaya TJSL
dari tahun ke tahun. Perusahaan dengan kode SIMP, SMAR, DSNG dan AALI memiliki
biaya TJSL tertinggi di antara 18 perusahaan tersebut.
1. Pemilihan
dan Pengujian Model Data
Sebagaimana yang telah dikemukakan
pada metode penelitian pada bab sebelumnya, dimana penelitian ini menggunakan
alat bantu software Eviews 12. Pada program Eviews
terdapat beberapa pengujian yang akan membantu untuk menentukan model apa yang
paling efisien untuk digunakan pada penelitian ini. Untuk menentukan model
dilakukan pengujian Uji Chow, Uji Hausman dan Uji Lagrange Multiplayer (LM).
Berikut dibawah ini adalah tabel indikator pengujian model data panel yang akan
dilakukan.
Tabel 5.
Indikator Pengujian Model Data
Pengujian |
Hasil |
Kesimpulan |
Uji Chow |
Prob > 0,05 |
CEM |
Prob < 0,05 |
FEM |
|
Uji Hausman |
Prob > 0,05 |
REM |
Prob < 0,05 |
FEM |
|
Uji Lagrange Multiplier (LM Test) |
Prob > 0,05 |
CEM |
Prob < 0,05 |
REM |
a. Uji
Chow
Berdasarkan
hasil hitung dari software Eviews 12, maka diperoleh hasil uji chow yaitu sebagai
berikut :
Tabel 6. Hasil Uji Chow
Redundant
Fixed Effects Tests |
|
|||
Equation: Untitled |
|
|
||
Test cross-section fixed effects |
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Effects Test |
Statistic |
d.f. |
Prob. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Cross-section F |
24.622870 |
(17,50) |
0.0000 |
|
Cross-section Chi-square |
161.114587 |
17 |
0.0000 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Cross-section fixed effects test equation: |
||||
Dependent Variable: Y |
|
|||
Method: Panel Least Squares |
|
|||
Date: 06/24/24 Time:
13:40 |
|
|||
Sample: 2019 2022 |
|
|
||
Periods included: 4 |
|
|
||
Cross-sections included: 18 |
|
|||
Total panel (balanced) observations: 72 |
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Variable |
Coefficient |
Std. Error |
t-Statistic |
Prob. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
C |
1.462104 |
0.236640 |
6.178598 |
0.0000 |
X1 |
-0.005521 |
0.002864 |
-1.927488 |
0.0582 |
X2 |
-0.006782 |
0.003178 |
-2.134037 |
0.0365 |
X3 |
0.012136 |
0.004532 |
2.677913 |
0.0093 |
X4 |
-0.001436 |
0.002317 |
-0.620054 |
0.5373 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Root MSE |
0.928595 |
R-squared |
0.157531 |
|
Mean dependent var |
1.239861 |
Adjusted
R-squared |
0.107235 |
|
S.D. dependent var |
1.018795 |
S.E.
of regression |
0.962621 |
|
Akaike info criterion |
2.828601 |
Sum
squared resid |
62.08481 |
|
Schwarz criterion |
2.986703 |
Log
likelihood |
-96.82964 |
|
Hannan-Quinn criter. |
2.891542 |
F-statistic |
3.132041 |
|
Durbin-Watson stat |
0.338436 |
Prob(F-statistic) |
0.020129 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber: Output Eviews 12, 2024
Dari tabel diatas menunjukan hasil uji show dengan nilai prob
pada Cross-section F sebesar 0,0000 kurang dari alpha (α) <0,05.
Kemudian nilai probabilitas Cross-section
Chi-square juga sebesar 0,0000. Oleh karena itu, berdasarkan uji chow
hasilnya model yang terpilih yaitu Fixed Effect Model (FEM).
b. Uji
Hausman
Berdasarkan
hasil hitung dari software Eviews 12, maka diperoleh hasil uji hausman yaitu
sebagai berikut :
Tabel
7. Hasil Uji
Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test |
||||
Equation: Untitled |
|
|
||
Test cross-section random effects |
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Test Summary |
Chi-Sq. Statistic |
Chi-Sq. d.f. |
Prob. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Cross-section random |
6.099090 |
4 |
0.1919 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Cross-section random effects test comparisons: |
||||
|
|
|
|
|
Variable |
Fixed |
Random |
Var(Diff.) |
Prob. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
X1 |
-0.001835 |
-0.002955 |
0.000001 |
0.2613 |
X2 |
0.002859 |
-0.002541 |
0.000025 |
0.2817 |
X3 |
0.006296 |
0.006526 |
0.000000 |
0.1677 |
X4 |
-0.001783 |
-0.001781 |
0.000000 |
0.9966 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Cross-section random effects test equation: |
||||
Dependent Variable: Y |
|
|||
Method: Panel Least Squares |
|
|||
Date: 06/24/24 Time:
13:47 |
|
|||
Sample: 2019 2022 |
|
|
||
Periods included: 4 |
|
|
||
Cross-sections included: 18 |
|
|||
Total panel (balanced) observations: 72 |
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Variable |
Coefficient |
Std. Error |
t-Statistic |
Prob. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
C |
0.975177 |
0.414603 |
2.352074 |
0.0226 |
X1 |
-0.001835 |
0.002248 |
-0.816547 |
0.4181 |
X2 |
0.002859 |
0.006681 |
0.427935 |
0.6705 |
X3 |
0.006296 |
0.001823 |
3.452841 |
0.0011 |
X4 |
-0.001783 |
0.001513 |
-1.178603 |
0.2441 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Effects Specification |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Cross-section fixed (dummy variables) |
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Root MSE |
0.303330 |
R-squared |
0.910106 |
|
Mean dependent var |
1.239861 |
Adjusted
R-squared |
0.872350 |
|
S.D. dependent var |
1.018795 |
S.E.
of regression |
0.363996 |
|
Akaike info criterion |
1.063121 |
Sum
squared resid |
6.624658 |
|
Schwarz criterion |
1.758769 |
Log
likelihood |
-16.27235 |
|
Hannan-Quinn criter. |
1.340060 |
F-statistic |
24.10519 |
|
Durbin-Watson stat |
2.546147 |
Prob(F-statistic) |
0.000000 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber: Output Eviews 12, 2024
Dari tabel diatas menunjukan hasil uji hausman dengan nilai prob.
Cross-section Random sebesar 0,1919 lebih dari alpha (α) >0,05. Oleh
karena itu, berdasarkan uji hausman hasilnya model yang terpilih yaitu Random
Effect Model (REM).
c. Uji
Lagrange Multiplier (LM Test)
Berdasarkan
hasil hitung dari software Eviews 12, maka diperoleh hasil uji lagrange
multiplier (LM Test) yaitu sebagai
berikut :
Tabel 8. Hasil Uji Lagrange Multiplier
Lagrange
Multiplier Tests for Random Effects |
|||
Null hypotheses: No effects |
|||
Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and one-sided |
|||
(all others)
alternatives |
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Test Hypothesis |
||
|
Cross-section |
Time |
Both |
|
|
|
|
|
|
|
|
Breusch-Pagan |
72.80565 |
1.222209 |
74.02786 |
|
(0.0000) |
(0.2689) |
(0.0000) |
|
|
|
|
Honda |
8.532622 |
-1.105536 |
5.251743 |
|
(0.0000) |
(0.8655) |
(0.0000) |
|
|
|
|
King-Wu |
8.532622 |
-1.105536 |
2.285417 |
|
(0.0000) |
(0.8655) |
(0.0111) |
|
|
|
|
Standardized Honda |
9.466742 |
-0.796676 |
2.906656 |
|
(0.0000) |
(0.7872) |
(0.0018) |
|
|
|
|
Standardized King-Wu |
9.466742 |
-0.796676 |
0.261926 |
|
(0.0000) |
(0.7872) |
(0.3967) |
|
|
|
|
Gourieroux, et al. |
-- |
-- |
72.80565 |
|
|
|
(0.0000) |
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber: Output Eviews 12, 2024
Dari tabel diatas menunjukan hasil uji lagrange multiplier
dengan nilai probabilitas Cross-section Breusch-Pagan sebesar 0,0000
kurang dari alpha (α) <0,05. Oleh karena itu, berdasarkan Uji Lagrange
Multiplier hasilnya model yang terpilih yaitu Random Effect Model (REM).
Dari ketiga
pengujian model yang telah dilakukan, maka dihasilkan rekapitulasi
hasil pengujian sebagai berikut:
Tabel 9.
Rekapitulasi Hasil Pengujian Model Data
Pengujian |
Hasil |
Model yang diplih |
Uji Chow |
Prob < 0,05 |
FEM |
Uji Hausman |
Prob > 0,05 |
REM |
Uji Lagrange Multiplier |
Prob < 0,05 |
REM |
Sumber: Output Eviews 12, 2024
Hasil rekapitulasi ketiga pengujian
tersebut menunjukan hasil yang konsisten bahwa model yang terbaik dan cocok untuk menguji hipotesis penelitian ini
adalah model Random Effect Model (REM).
Menurut Handarini
(2014) berkesimpulan bahwa jika Random Effect Model (REM) dipilih
sebagai model terbaik, maka secara umum uji asumsi klasik tidak diperlukan (Handarini,
2014). Kesimpulan ini berasal dari fakta bahwa Random Effect Model (REM) menggunakan metode GLS (Generalized
Least Squares), yang secara
inheren memperhitungkan korelasi dalam kelompok dan heteroskedastisitas. Beberapa peneliti
seperti Hapsari (2013) dan Handarini (2014) menegaskan bahwa uji asumsi klasik terutama diperlukan ketika
model yang dipilih adalah Common Effect Model (CEM) atau Fixed Effect
Model (FEM) (Handarini,
2014; Hapsari & Chalimah, 2013).
2. Uji
Hipotesis
Berdasarkan
hasil pemilihan model yang telah dijelaskan diatas, maka dibawah ini adalah
hasil dari Random Effect Model (REM) :
Tabel
10. Hasil Random
Effect Model (REM)
Dependent Variable: Y |
|
|||
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) |
||||
Date: 06/18/24 Time:
13:39 |
|
|||
Sample: 2019 2022 |
|
|
||
Periods included: 4 |
|
|
||
Cross-sections included: 18 |
|
|||
Total panel (balanced) observations: 72 |
||||
Swamy and Arora estimator of component variances |
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Variable |
Coefficient |
Std. Error |
t-Statistic |
Prob. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
C |
1.301757 |
0.344916 |
3.774130 |
0.0003 |
X1 |
-0.002955 |
0.002015 |
-1.466611 |
0.1472 |
X2 |
-0.002541 |
0.004413 |
-0.575879 |
0.5666 |
X3 |
0.006526 |
0.001816 |
3.593992 |
0.0006 |
X4 |
-0.001781 |
0.001453 |
-1.225621 |
0.2246 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Effects Specification |
|
|
|
|
|
|
S.D. |
Rho |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Cross-section random |
0.872201 |
0.8517 |
||
Idiosyncratic random |
0.363996 |
0.1483 |
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Weighted Statistics |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Root MSE |
0.356588 |
R-squared |
0.181331 |
|
Mean dependent var |
0.253261 |
Adjusted R-squared |
0.132455 |
|
S.D. dependent var |
0.396871 |
S.E.
of regression |
0.369654 |
|
Sum squared resid |
9.155157 |
F-statistic |
3.710033 |
|
Durbin-Watson stat |
1.890843 |
Prob(F-statistic) |
0.008686 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Unweighted Statistics |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
R-squared |
0.115579 |
Mean
dependent var |
1.239861 |
|
Sum squared resid |
65.17645 |
Durbin-Watson
stat |
0.265602 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber: Output Eviews 12, 2024
a. Uji t (Parsial)
Berdasarkan
tabel 4.10 diatas, hasil uji t-statistik dapat diinterpretasikan sebagai
berikut:
1) Variabel
X1 (ROE) memiliki nilai t-statistik sebesar -1,467 dengan nilai prob.
(signifikansi) sebesar 0,147 (>0,05) maka bisa ditarik kesimpulan bahwa
variabel X1 (ROE) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Y (PBV).
2) Variabel
X2 (DAR) memiliki nilai t-statistik sebesar -0,576 dengan nilai prob.
(signifikansi) sebesar 0,567 (>0,05) maka bisa ditarik kesimpulan bahwa
variabel X2 (DAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Y (PBV).
3) Variabel
X3 (Sales Growth) memiliki nilai t-statistik sebesar 3,594 dengan nilai
prob. (signifikansi) sebesar 0,0006 (<0,05) maka bisa ditarik kesimpulan
bahwa variabel X3 (Sales Growth) berpengaruh signifikan terhadap
variabel Y (PBV).
4) Variabel
X4 (Biaya Lingkungan) memiliki nilai t-statistik sebesar -1,226 dengan nilai
prob. (signifikansi) sebesar 0,225 (>0,05) maka bisa ditarik kesimpulan
bahwa variabel X4 (Biaya Lingkungan) tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel Y (PBV).
b. Uji
F (Simultan)
Berdasarkan tabel 4.10 diatas, diketahui nilai F-Statistik
sebesar 3,710 dengan nilai prob. F-Statistik sebesar 0,009 (<0,05) maka bisa
ditarik kesimpulan bahwa variabel independen (X) yaitu ROE, DAR, Sales
Growth, dan Biaya Lingkungan berpengaruh secara simultan (bersamaan)
terhadap variabel dependen (Y) yaitu PBV.
c.
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Berdasarkan
tabel 4.10 diatas, diketahui bahwa nilai Adjusted R-squared sebesar
0,1325 maka dapat disimpulkan bahwa sumbangan pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara simultan (bersamaan) sebesar 13,25%,
sedangkan sisanya sebesar 86,75% (100 - nilai Adjusted R-squared)
dipengaruhi variabel lain diluar penelitian ini.
3. Analisis
Regresi Linier Berganda
Berdasarkan
hasil perhitungan Random Effect Model (REM) pada tabel 4.10 diatas, maka
diperoleh persamaan regresi yaitu sebagai berikut :
Tabel 11. Hasil Persamaan Regresi
Estimation Command:
=========================
LS(?, CX=R) Y C X1 X2 X3 X4
Estimation Equation:
=========================
Y = C(1) + C(2)*X1 + C(3)*X2 +
C(4)*X3 + C(5)*X4 + [CX=R]
Substituted Coefficients:
=========================
Y = 1.30175666258 - 0.00295461725992*X1 - 0.00254124612288*X2 +
0.0065260095573*X3 - 0.00178117710092*X4 + [CX=R]
Sumber: Output Eviews 12,
2024
Secara sederhana dapat kita lihat
persamaan regresinya sebagai berikut :
Y = 1,30 – 0,003X1 – 0,003X2 + 0,007X3 – 0,002X4
+ e
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Nilai konstanta yang diperoleh sebesar 1,30 maka bisa diartikan
bahwa jika variabel independen naik satu satuan secara rerata, maka variabel
dependen juga akan ikut naik sebesar 1,30.
b. Nilai koefisien regresi variabel X1 (ROE) bernilai negatif (-)
sebesar -0,003, maka bisa diartikan bahwa jika variabel X1 (ROE) meningkat maka
variabel Y (PBV) akan mengalami penurunan sebesar -0,003, begitu juga
sebaliknya.
c. Nilai koefisien regresi variabel X2 (DAR) bernilai negatif (-)
sebesar -0,003, maka bisa diartikan bahwa jika variabel X2 (DAR) meningkat maka
variabel Y (PBV) akan mengalami penurunan sebesar -0,003, begitu juga
sebaliknya.
d. Nilai koefisien regresi variabel X3 (Sales Growth) bernilai
positif (+) sebesar 0,007, maka bisa diartikan bahwa jika variabel X3 (Sales
Growth) meningkat maka variabel Y (PBV) juga ikut meningkat sebesar 0,007,
begitu juga sebaliknya.
e. Nilai koefisien regresi variabel X4 (Biaya Lingkungan) bernilai
negatif (-) sebesar -0,002, maka bisa diartikan bahwa jika variabel X4 (Biaya
TJSL) meningkat maka variabel Y (PBV) akan mengalami penurunan sebesar -0,002,
begitu juga sebaliknya.
f. Nilai koefisien regresi variabel profitabilitas (-0,003), leverage
(-0,003), sales growth (0,007), biaya lingkungan (-0,002), karena sales
growth 0,007 > -0,003, dan -0,002 maka sales growth merupakan
variabel yang dominan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan.
Pembahasan
Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai
Perusahaan
Berdasarkan
hasil uji t-statistik yang telah
dihitung melalui software Eviews 12 diperoleh nilai t-statistik
sebesar -1,467 dengan nilai prob. (signifikansi) sebesar 0,147 (>0,05) maka
bisa ditarik kesimpulan bahwa
profitabilitas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Temuan
ini sejalan dengan Fristianti, dkk. (2023) yang menunjukan bahwa profitabilitas
tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (Fristianti et al., 2024). Namun temuan tersebut
berbeda dengan penelitian yang dilakukan Jamaluddin, dkk. (2021) yang
menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan (Ali et al., 2021).
Profitabilitas
biasanya dikaitkan dengan kemampuan perusahaan
memperoleh laba yang tinggi, sehingga dengan laba yang tinggi akan
meningkatkan harga saham dan nilai perusahaan. Namun dalam industri kelapa
sawit ada beberapa faktor yang menyebabkan profitabilitas tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan. Faktor penyebabnya antara lain perusahaan
lebih fokus pada pertumbuhan jangka panjang seperti ekspansi perkebunan dan
peningkatan kapasitas produksi, isu lingkungan dan keberlanjutan yang menjadi
perhatian investor, regulasi dan kebijakan pemerintah yang mempengaruhi prospek
bisnis, serta persaingan dan konsolidasi industri yang mendorong investor untuk
mempertimbangkan strategi akuisisi perusahaan. Oleh karena itu, dalam menentukan
nilai perusahaan kelapa sawit, investor cenderung memperhatikan prospek
pertumbuhan jangka panjang, praktik keberlanjutan, posisi kompetitif, dan
faktor-faktor lain di luar profitabilitas semata. Dengan
demikian hipotesis pertama (H1), profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan ditolak.
Pengaruh
Leverage Terhadap Nilai
Perusahaan
Berdasarkan
hasil uji t-statistik yang telah
dihitung melalui software Eviews 12 diperoleh nilai t-statistik
sebesar -0,576 dengan nilai prob. (signifikansi) sebesar 0,567 (>0,05) maka
bisa ditarik kesimpulan bahwa leverage berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hasil
penelitian ini sejalan dengan Bagaskara, dkk. (2021) yang menunjukan bahwa leverage
tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (Bagaskara et al., 2021). Namun hasil tersebut
berbeda dengan penelitian yang dilakukan Linawaty dan Agustin (2017) yang
menyatakan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan (Ekadjaja, 2017).
Perusahaan
kelapa sawit pada umumnya memiliki aset tetap yang besar seperti lahan dan
pabrik, yang dapat dijadikan sebagai jaminan dalam memperoleh pinjaman,
sehingga risiko gagal bayar relatif lebih kecil. Hal ini membuat investor
mempertimbangkan faktor lain selain leverage dalam menilai perusahaan,
faktor lain diantaranya prospek pertumbuhan jangka panjang, efisiensi produksi,
strategi diversifikasi produk, dan isu keberlanjutan. Dengan
demikian hipotesis kedua (H2), leverage berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan ditolak.
Pengaruh
Sales Growth Terhadap Nilai
Perusahaan
Berdasarkan
hasil uji t-statistik yang telah
dihitung melalui software Eviews 12 diperoleh nilai t-statistik
sebesar 3,594 dengan nilai prob. (signifikansi) sebesar 0,0006 (<0,05) maka
bisa ditarik kesimpulan bahwa sales growth berpengaruh positif
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Temuan
ini sejalan dengan Prasetyandari, C. W. (2021) yang menunjukan bahwa sales
growth berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (Prasetyandari, 2021). Namun temuan tersebut
berbeda dengan penelitian yang dilakukan Yasin, dkk. (2022) yang menyatakan
bahwa sales growth tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (Yasin et al., 2022).
Sales
growth yang konsisten menunjukkan permintaan yang kuat atas produk
minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya, serta kemampuan perusahaan dalam
meningkatkan kapasitas produksi dan meraih pangsa pasar yang lebih besar. Ini
menjadi sinyal positif bagi investor akan prospek pertumbuhan jangka panjang
perusahaan dan potensi arus kas yang lebih besar di masa depan.
Selain
itu, sales growth juga mencerminkan strategi pemasaran dan diversifikasi
produk yang efektif, serta kemampuan perusahaan dalam mengantisipasi permintaan
pasar (Oh et al., 2015).
Oleh karena itu, investor cenderung memberikan valuasi yang lebih tinggi kepada
perusahaan kelapa sawit yang menunjukkan sales growth yang kuat dan
berkelanjutan. Dengan demikian hipotesis ketiga (H3), sales
growth berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dapat diterima.
Pengaruh
Biaya Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan
hasil uji t-statistik yang telah
dihitung melalui software Eviews 12 diperoleh nilai t-statistik
sebesar -1,226 dengan nilai prob. (signifikansi) sebesar 0,225 (>0,05) maka
bisa ditarik kesimpulan bahwa biaya lingkungan berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hasil
penelitian ini sejalan dengan Apriandi, dkk. (2022) yang menunjukan bahwa biaya
lingkungan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (Apriandi et al., 2022). Namun hasil tersebut
berbeda dengan penelitian yang dilakukan Utami Putri, dkk. (2024) yang
menyatakan bahwa biaya lingkungan berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Beberapa faktor penyebab
biaya lingkungan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan yaitu
pertama, investor mungkin lebih memprioritaskan faktor-faktor kinerja
keuangan seperti pertumbuhan penjualan dan prospek ekspansi usaha dibandingkan
dengan biaya lingkungan semata; kedua, biaya lingkungan yang dikeluarkan
perusahaan relatif kecil dan belum tentu mencerminkan upaya dan komitmen nyata
terhadap kelestarian lingkungan; ketiga, industri kelapa sawit cenderung
mendapat sorotan terkait isu lingkungan, sehingga biaya lingkungan mungkin
dianggap sebagai konsekuensi biasa dari operasi bisnis dan bukan nilai tambah
bagi perusahaan. Dengan demikian hipotesis keempat
(H4), biaya lingkungan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
ditolak.
Pengaruh
Profitabilitas, Leverage, Sales Growth,
dan Biaya Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan hasil uji hipotesis khususnya uji F yang
telah dihitung melalui software Eviews 12 diperoleh nilai
F-Statistik sebesar 3,710 dengan nilai prob. F-Statistik sebesar 0,009
(<0,05) maka bisa ditarik kesimpulan bahwa profitabilitas, leverage, sales
growth, dan biaya lingkungan berpengaruh secara simultan (bersamaan)
terhadap nilai perusahaan.
Secara keseluruhan, kombinasi dari faktor-faktor ini
saling
terkait dalam mempengaruhi persepsi investor dan pemangku kepentingan terhadap
kinerja, risiko, prospek pertumbuhan, dan keberlanjutan perusahaan. Kombinasi
yang optimal dari profitabilitas, leverage yang sehat, sales growth
yang kuat, dan komitmen lingkungan akan meningkatkan daya tarik perusahaan dan
mendorong peningkatan nilai perusahaan di pasar. Dengan demikian hipotesis kelima (H5),
profitabilitas, leverage, sales growth, biaya lingkungan secara
bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap nilai perusahaan dapat diterima.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah
dikemukakan pada bab sebelumnya, maka hasil penelitian diperoleh kesimpulan
sebagai berikut: (1) Profitabilitas berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap nilai perusahaan. (2) Leverage berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
nilai perusahaan. (3) Sales growth berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. (4) Biaya
lingkungan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. (5) Profitabilitas,
leverage, sales growth, dan biaya lingkungan berpengaruh secara
simultan (bersamaan) terhadap nilai perusahaan.
BIBLIOGRAFI
Ali, J., Faroji, R., & Ali, O. (2021). Pengaruh
Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan:(Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor
Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2019). Jurnal
Neraca Peradaban, 1(2), 128–135.
Apriandi, D., Mardika,
I. H., & Astuti, T. B. (2022). Pengaruh biaya lingkungan dan good corporate
governance terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel
intervening. Jurnal Digital Akuntansi, 2(2), 99–115.
Bagaskara, R. S.,
Titisari, K. H., & Dewi, R. R. (2021). Pengaruh profitabilitas, leverage,
ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan. Forum
Ekonomi: Jurnal Ekonomi, Manajemen Dan Akuntansi, 23(1), 29–38.
Brigham, E. F., &
Houston, J. F. (2001). Manajemen Keuangan. Buku 1 edisi 8. Jakarta: Erlangga.
Ekadjaja, A. (2017).
Analisis pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan dengan kepemilikan
manajerial dan arus kas bebas sebagai variabel pemoderasi. Jurnal Ekonomi,
22(1), 164–176.
Fahmi, I. (2013).
Analisis Laporan Keuangan Bandung: Alfabeta. Research Journal of Finance and
Accounting, 7(6), 122–1697.
Fristianti, E., Novi,
N., & Komara, A. (2024). The Effect of Environmental Costs, Environmental
Disclosure, Environmental Performance, and Profitability on Firm Value. Journal
Research of Social Science, Economics, and Management, 3(10),
1852–1863.
Grizzetti, B.,
Lanzanova, D., Liquete, C., Reynaud, A., & Cardoso, A. C. (2016). Assessing
water ecosystem services for water resource management. Environmental
Science & Policy, 61, 194–203.
Handarini, D. (2014).
Pengaruh Manajemen Laba Akrual dan Manajemen Laba Riil terhadap Yield Spread
Obligasi. Depok: Universitas Indonesia.
Hapsari, A. Y., &
Chalimah, S. (2013). Kualitas dan kuantitas kandungan pupuk organik limbah
serasah dengan inokulum kotoran sapi secara semianaerob. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Mukherjee, I., &
Sovacool, B. K. (2014). Palm oil-based biofuels and sustainability in southeast
Asia: A review of Indonesia, Malaysia, and Thailand. Renewable and
Sustainable Energy Reviews, 37, 1–12.
Oh, C. H., Sohl, T.,
& Rugman, A. M. (2015). Regional and product diversification and the
performance of retail multinationals. Journal of International Management,
21(3), 220–234.
Prabowo, D., Maryudi,
A., & Imron, M. A. (2017). Conversion of forests into oil palm plantations
in West Kalimantan, Indonesia: Insights from actors’ power and its dynamics. Forest
Policy and Economics, 78, 32–39.
Prasetyandari, C. W.
(2021). Hubungan Sales Growth dan Nilai Perusahaan serta Profitabilitas sebagai
Variabel Intervening. Iqtishodiyah: Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam, 7(1),
1–11.
Yasin, M., Rimawan,
M., & Huda, N. (2022). Pengaruh Sales Growth Dan Firm Size Terhadap Nilai
Perusahaan Pada Pt Mayora Indah Tbk. Journal Transformation of Mandalika,
3(3), 5–18.
Copyright
holder: Shalahuddin
Ahmad, Eddy Irsan Siregar, Riyanti (2024) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This
article is licensed under: |