Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 10, Oktober 2024
ANALISIS PENGARUH PENAMBAHAN
ASPAL TERHADAP UMUR RENCANA PERKERASAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT KINANG
JINGKION
Ronald Arthur Betteng1,
Bahtiar2,
Duha Awaluddin K. 3, Mudjiati4, Dewi Ana Rusim5
Universitas Cenderawasih, Papua, Indonesia1,2,3,4,5
Email: [email protected]1
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi kemampuan material lokal Kinang Jingkion sebagai pengganti agregat
konvensional pada pekerjaan perkerasan jalan di Kabupaten Yalimo, Provinsi
Papua Pegunungan. Penggunaan material ini diharapkan dapat mengatasi tantangan
tingginya biaya pengadaan bahan konstruksi di wilayah tersebut. Menggunakan
metode Marshall Test pada campuran beraspal panas Hot Rolled Sheet (HRS-Base)
Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) untuk menguji kualitas material Kinang
Jingkion berdasarkan Spesifikasi Umum Bina Marga dari Kementerian Pekerjaan
Umum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kadar Aspal Optimal (KAO) berada di
angka 4,44%, dengan hasil pengujian Marshall Test menunjukkan Stabilitas
sebesar 801,6 kg, Flow 3,22 mm, Marshall Quotient (MQ) 252,7 kg/mm, Void in Mix
(VIM) 4,65%, Void Filled with Bitumen (VFB) 75,6%, dan Stabilitas Sisa 482,09
kg. Hasil ini mengindikasikan bahwa material Kinang Jingkion memiliki potensi
untuk digunakan sebagai bahan pengganti agregat konvensional dalam konstruksi
perkerasan jalan, dengan performa yang memenuhi standar yang ditetapkan. Adanya
peluang untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan konvensional yang mahal
serta meningkatkan efisiensi proyek konstruksi jalan di wilayah terpencil
seperti Kabupaten Yalimo melalui pemanfaatan sumber daya lokal yang lebih
terjangkau.
Kata Kunci: Yalimo, Kinang Jingkion, Marshall Test, HRS-Base
Abstract
This
research aims to evaluate the ability of local material Kinang Jingkion as a
substitute for conventional aggregates in pavement works in Yalimo Regency,
Mountainous Papua Province. The use of this material is expected to overcome
the challenge of the high cost of procuring construction materials in the
region. Using the Marshall Test method on a Hot Rolled Sheet (HRS-Base) Thin
Layer Asphalt Concrete (Lataston) hot mix asphalt mixture to test the quality
of Kinang Jingkion material based on the General Specifications of Highways
from the Ministry of Public Works. The results showed that the Optimal Asphalt
Content (KAO) was 4.44%, with Marshall Test results showing a Stability of
801.6 kg, Flow 3.22 mm, Marshall Quotient (MQ) 252.7 kg/mm, Void in Mix (VIM)
4.65%, Void Filled with Bitumen (VFB) 75.6%, and Residual Stability 482.09 kg.
These results indicate that Kinang Jingkion material has the potential to be
used as a substitute for conventional aggregates in pavement construction, with
performance that meets established standards. There is an opportunity to reduce
dependence on expensive conventional materials and improve the efficiency of
road construction projects in remote areas such as Yalimo Regency through the
utilization of more affordable local resources.
Keywords: Yalimo,
Kinang Jingkion, Marshall Test, HRS-Base
Pendahuluan
Kabupaten Yalimo adalah kabupaten yang terletak di Provinsi Papua Pegunungan dengan luas daerah mencapai 4.320 KM2, memiliki panjang ruas jalan sepanjang 586,623 KM dengan kondisi yang terbagi menjadi 57% fungsional, 76% belum tembus dan 14% rusak berat sehingga Kondisi jalan yang ada menjadi sangat tidak ideal untuk setidaknya cukup dalam memenuhi syarat sebagai perannya untuk dapat mendukung percepatan pembangunan.
Konstruksi jalan yang ada di Kabupaten Yalimo dipengaruhi salah satunya oleh kondisi geologis yang dalam hal ini kondisi pergerakan tektonik yang bergerak di dalam tanah tepat di bawah wilayah administrasi Kabupaten Yalimo. Selain itu juga tingkat kemahalan bahan untuk pengadaan pekerjaan perkerasan jalan dengan tipe apapun di kabupaten Yalimo sangat tinggi sehingga capaian volume yang diharapkan tidak cukup signifikan walaupun dengan alokasi dana yang cukup besar.
Kondisi yang terjadi di Kabupaten Yalimo
ini memerlukan langkah-langkah terobosan yang cukup untuk mengatasi
masalah-masalah yang terjadi di lapangan. Salah satunya adalah dengan terobosan
yang telah dilakukan oleh Pemerintah daerah setempat dengan mencoba menggunakan
material lokal Kinang Jingkion yang memiliki ketersediaan yang melimpah
Maka dengan ini penulis mengangkat sebuah eksperimen terhadap material ini untuk dapat mengetahui pengaruh penambahan aspal sebagai bahan pengikat dan dapat menentukan komposisi campura yang optimal dikarenakan material Kinang Jingkion ini adalah sesuatu yang terbilang baru sehingga di dalam teori dan aturan-aturan yang ada harus mengacu kepada Spesifikasi Umum Kementerian Pekerjaan Umum.
Beberapa penelitian terdahulu telah
mengeksplorasi penggunaan material lokal sebagai alternatif agregat dalam
konstruksi jalan. Misalnya, penelitian mengenai penggunaan material batuan
lokal di beberapa wilayah terpencil menunjukkan bahwa bahan-bahan tersebut
dapat memenuhi standar teknis yang diperlukan, meskipun diperlukan penyesuaian
dalam metode pengujian
Signifikansi dan kebaruan penelitian ini terletak pada potensi material Kinang Jingkion sebagai solusi pengganti agregat konvensional yang lebih ekonomis dan praktis di Kabupaten Yalimo. Dengan memanfaatkan material lokal, diharapkan biaya konstruksi jalan dapat ditekan tanpa mengorbankan kualitas perkerasan jalan. Hasil uji laboratorium melalui Marshall Test memberikan panduan bagi pemerintah daerah dan kontraktor terkait parameter teknis yang harus diperhatikan. Hasil penelitian ini juga memberikan kontribusi baru dalam literatur mengenai penggunaan bahan alternatif untuk pembangunan infrastruktur jalan di wilayah-wilayah terpencil. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:
1) Menentukan umur rencana perkerasan yang menggunakan material Kinang Jingkion sebagai agregat;
2) Menganalisis pengaruh penambahan aspal sebagai pengikat pada lapisan perkerasan;
3) Menganalisis
pengaruh penambahan aspal sebagai pengikat pada lapisan perkerasan terhadap
umur rencana
Metode Penelitian
Lokasi Penelitian
Lokasi
Penelitian adalah di Labolatorium Pengujian Jalan, Balai Pelaksanaan Jalan
Nasional (BPJN) Jayapura, Provinsi Papua. Material Kinang Jinkion berasal dari
Kota Elelim Kabupaten Yalimo dengan pengiriman melalui transportasi udara. Kota
Elelim berada di titik koordinat 3.773516°S 139.382524°E seperti yang tergambarkan pada gambar 1
di bawah ini.
Gambar 1. Lokasi Kota Elelim Kabupaten Yalimo
(Presentasi Ir. Yan Ukago, MT, “Material Perkerasan Lokal Yalimo sebagai
perkerasan non aspal”, Tahun 2022)
Metode Pengambilan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini tergolong menjadi dua bagian yaitu data primer dan sekunder.
Data primer adalah data yang didapatkan oleh peneliti sebagai sumber pertama
sedangkan data sekunder adalah data yang didapatkan oleh peneliti sebagai data
yang telah diolah sebelumnya
1) Data berupa karakteristik material kinang jingkion sebagai agregat pengisi berdasarkan aturan bina marga Departemen Pekerjaan Umum Revisi 2, tahun 2018.
2) Data karakteristik campuran aspal melalui analisa dan hasil tes alat uji yang sudah sesuai dengan aturan bina marga Departemen Pekerjaan Umum Revisi 2, tahun 2018.
Data sekunder yang didapatkan sebagai data primer yang sudah diolah adalah data karakteristik aspal penetrasi 60/70 yang sudah sesuai dengan aturan bina marga Departemen Pekerjaan Umum Revisi 2, tahun 2018.
Langkah-Langkah Penelitian
Bahan – bahan yang akan digunakan untuk pembuatan campuran lapis perkerasan dalam penelitian ini perlu diuji terlebih dahulu di Labolatorium sebelum digunakan.
Pemeriksaan Bahan
Berikut adalah serangkaian pengujian terhadap bahan ataupun material:
1) Pengujian agregat
Agregat
adalah salah satu elemen penting dalam konstruksi perkerasan jalan. Mutu
perkerasan sangat bergantung pada material penyusunnya, sehingga pengujian
agregat, baik kasar maupun halus, harus dilakukan dengan cermat untuk
memastikan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan
Pengujian yang akan dilakukan meliputi beberapa tahapan berikut:
a) Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar dan Agregat Halus. (SNI 1969 : 2008 dan SNI 1970 : 2008)
b) Pengujian Kelekatan Agregat Terhadap Aspal (SNI 03-2439-1991).
c) Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles. (SNI–2417 : 2008)
d) Pengujian Sand Equivalent.
2) Pengujian Aspal
Pada penelitian ini bahan ikat yang digunakan adalah aspal Pertamina Penetrasi 60/70. Aspal yang akan digunakan dalam penelitian ini diuji terlebih dahulu agar memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Berikut adalah serangkaian pengujian yang akan dilakukan:
a) Pengujian Berat Jenis Aspal Padat. (SNI 06-2441-1991)
b) Pengujian Penetrasi (SNI 06-2456-1991)
c) Pengujian Daktilitas (SNI 06-2432-1991)
d) Pengujian Titik Lembek Aspal (SNI 06-2434-1991)
e) Pengujian Kelarutan (SNI-06-2438-1991).
f) Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar (SNI 06-2433-1991)
Rencana Campuran Penelitian
Material yang akan digunakan dalam penelitian ini
meliputi agregat Kinang Jingkion dan aspal penetrasi 60/70 yang telah melalui
pengujian sebelumnya sebelum dipakai dalam campuran lapisan perkerasan. Agregat
untuk campuran harus disaring terlebih dahulu dengan gradasi agregat tertentu,
kemudian dilakukan penimbangan berat sesuai spesifikasi. Setelah semua material
siap, pengujian Marshall dilakukan
Pb = 0,035 x (%CA) + 0,045 x (% FA) + (0,18 x% FF) +K
Keterangan:
Pb = Kadar Aspal Perkiraan
CA = Agregat kasar tertahan saringan no. 8
FA = Agregat halus lolos saringan no. 8 dan tertahan no. 200
FF = Agregat halus lolos saringan no. 200
Konstanta = 2
Sampel Benda Uji
Pada penelitian ini, setiap variasi kadar aspal dibuat tiga benda uji. Setelah menentukan kadar aspal optimum, dilakukan pengujian Marshall. Total benda uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 24 buah. Setiap benda uji memiliki berat campuran sebesar 1200 gram, dengan jumlah agregat dan aspal bervariasi sesuai kadar aspal yang diterapkan dalam penelitian ini.
Pembuatan Campuran
Perkerasan
Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan untuk menentukan nilai kadar aspal optimum yang akan digunakan dalam pembuatan benda uji untuk pengujian Marshall. Setiap benda uji memerlukan berat sampel sebesar 1200 gram. Agregat dipanaskan pada suhu 170°C dan diaduk hingga merata. Sementara itu, aspal dipanaskan secara terpisah sesuai kebutuhan. Setelah agregat mencapai suhu yang ditentukan, campuran aspal yang telah dipanaskan dicampur dengan agregat pada suhu 155°C. Berat aspal disesuaikan dengan variasi kadar yang telah ditentukan, dan campuran diaduk hingga merata.
Selanjutnya, cetakan benda uji yang telah
dibersihkan dari kotoran dan dilumasi dengan minyak atau oli, dipanaskan dalam
oven untuk mencegah penurunan suhu yang terlalu cepat
Setelah selesai dipadatkan, dinginkan benda uji bersama cetakan diudara dan kemudian dikeluarkan dari cetakan dengan menggunakan alat bantu ejector. Benda uji tersebut kemudian dilakukan serangkaian pengujian untuk mendapatkan data- data hasil penelitian.
Hasil dan Pembahasan
Pengujian untuk penelitian ini
dilaksanakan di Laboratorium Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Jayapura
pada tanggal 18 Januari sampai dengan tanggal 4 Februari 2023. Pengujian-pengujian
yang dilakukan adalah uji karakteristik agregat kasar dan halus, uji
karekteristik aspal, analisa saringan agregat, penentuan komposisi campuran,
membuat benda uji dan melakukan Tes Marshall, menentukan Kadar Aspal Optimum
(KAO) dan membuat benda uji untuk Marshall Test Konvensional dan Immersion Test
Pengujian Agregat Kasar
Pengujian Keausan
Agregat (Abrasi) Dengan Mesin Los Angeles
Dari hasil pengujian yang didapatkan,
nilai keausan agregat kasar sebesar 7,77% pada putaran 100 kali dan sebesar
32,69% pada putaran 500 kali sehingga keduanya memenuhi nilai yang
dipersyaratkan.
Pengujian
Penyelimutan Dan Pengelupasan Pada Campuran Agregat-Aspal
Hasil pengujian yang didapatkan adalah
aspal dapat menyelimuti agregat dengan baik (100%) sehingga memenuhi
spesifikasi yang dipersyaratkan yaitu bernilai minimal 95%.
Pengujian Berat Jenis
dan Penyerapan Agregat Kasar
Berdasarkan uji berat jenis dan
penyerapan agregat kasar didapatkan nilai berat jenis agregat untuk ukuran
0,5-1 cm adalah sebesar 2,431% sehingga nilainya memenuhi standar yang
ditetapkan yaitu sebesar minimal 2,50%.
Pengujian Agregat Halus
Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
Berdasarkan hasil uji berat jenis dan penyerapan agregat halus (agregat pecah halus) nilai berat jenis agregat sebesar 2,494%. Hal ini memenuhi standar yang ditetapkan yaitu bernilai Minimal 2,50%.
Pengujian Agregat
Halus Atau Pasir Yang Mengandung Bahan Plastis Dengan Cara Penentuan Nilai
Setara Pasir
Berdasarkan hasil uji agregat halus
yang mengandung bahan plastis dengan cara penentuan nilai setara pasir (Sand Equivalent), nilai yang didapatkan
adalah sebesar 57,07%
sehingga nilai standar yang ditetapkan dapat terpenuhi yaitu sebesar Minimal
50,00%.
Pengujian Aspal
Pengujian dilakukan dengan
menggunakan Aspal penetrasi 60/70 yang tersedia di Laboratorium Balai
Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Jayapura dengan mengacu kepada hasil uji
peneliti lain sebagai data sekunder.
Pengujian Penetrasi Aspal
Dari hasil pengujian peneterasi aspal
didapatkan hasil yang memenuhi persyaratan yaitu sebesar 66 mm sehingga dapat
digunakan untuk membuat benda uji campuran aspal.
Pengujian Berat Jenis Aspal
Dari hasil pengujian berat jenis aspal
didapatkan hasil 1,022 gr/ml sehingga aspal yang diuji dapat digunakan untuk
membuat benda uji campuran aspal sesuai dengan yang dipersyaratkan yaitu lebih
besar atau sama dengan 1 gr/ml.
Pengujian Daktilitas Aspal
Dari hasil
pengujian daktilitas aspal didapatkan nilai sebesar 113,9 cm sehingga aspal
yang diuji dapat digunakan untuk membuat benda uji campuran aspal sesuai dengan
yang dipersyaratkan yaitu lebih besar atau sama dengan 100,00 cm.
Pengujian Titik Nyala Aspal
Dari hasil pengujian titik nyala aspal
didapatkan hasil pengamatan 1 dan pengamatan 2 masing-masing 286 oC
dan 292 oC sehingga aspal yang diuji dapat digunakan untuk membuat
benda uji campuran aspal sesuai dengan yang dipersyaratkan lebih besar atau
sama dengan 232 oC.
Pengujian Titik Lembek Aspal
Dari hasil pengujian Titik lembek
aspal didapatkan hasil pengamatan sebesar 49 oC sehingga aspal aspal
yang diuji dapat digunakan untuk membuat benda uji campuran aspal sesuai dengan
yang dipersyaratkan lebih besar atau sama dengan 48 oC.
Analisa Saringan
Pengujian
Analisa saringan mengacu pada SNI 1968, BSN tahun 1990 dengan tujuan untuk
memperoleh distribusi besaran atau jumlah persentase butiran baik agregat halus
maupun agregat kasar. Analisa dilakukan pada agregat kasar dan halus serta
bahan filler. Hasil dari pengujian ini dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah.
Tabel 1. Analisa
Saringan Agregat Kasar
No. Ayakan |
Brt. Tertahan |
Komulatif |
Rata-rata |
No. Ayakan |
Brt. Tertahan |
Komulatif |
||
Komulatif |
% Tertahan |
% Tertahan |
Komulatif |
% Tertahan |
% Tertahan |
|||
1 1/2" |
0.0 |
0.0 |
100.00 |
100.00 |
1 1/2" |
0.0 |
0.0 |
100.00 |
1" |
0.0 |
0.0 |
100.00 |
100.00 |
1" |
0.0 |
0.0 |
100.00 |
3/4" |
0.0 |
0.0 |
100.00 |
100.00 |
3/4" |
0.0 |
0.0 |
100.00 |
1/2" |
1662.04 |
78.45.00 |
21.55 |
20.45 |
1/2" |
1624.09 |
80.65 |
19.35 |
3/8" |
2091.05 |
98.70 |
01.30 |
1.66 |
3/8" |
1974.00 |
97.97 |
02.03 |
No. 4 |
2115.09 |
99.85 |
00.15 |
0.20 |
No. 4 |
2009.05 |
99.74 |
00.26 |
No. 8 |
2117.03 |
99.92 |
00.08 |
0.12 |
No. 8 |
2011.04 |
99.83 |
00.17 |
No. 16 |
2117.07 |
99.94 |
00.06 |
0.10 |
No. 16 |
2012.01 |
99.87 |
00.13 |
No. 30 |
2117.09 |
99.95 |
00.05 |
0.09 |
No. 30 |
2012.04 |
99.88 |
00.12 |
No. 50 |
2118.01 |
99.96 |
00.04 |
0.07 |
No. 50 |
2012.07 |
99.90 |
00.10 |
No. 100 |
2118.07 |
99.99 |
00.01 |
0.04 |
No. 100 |
2013.06 |
99.94 |
00.06 |
No. 200 |
2119.00 |
100.00 |
00.00 |
0.02 |
No. 200 |
2014.00 |
99.96 |
00.04 |
Pan |
2119 |
100.00 |
00.00 |
0.00 |
Pan |
2014.08 |
100.00 |
0.0 |
(Uk. 1-2 cm)
(Analisis Data Primer, 2023)
Dari hasil analisa saringan untuk agregat kasar (Uk. 1-2
cm) diperoleh persentase agregat lolos saringan No. 200 sebesar 0.02%. Ini
berarti agregat kasar (Uk. 1-2 cm) dapat digunakan pada campuran aspal panas
HRS-BASE sesuai dengan yang dipersyaratkan yaitu maksimal lolos 1,00%.
Tabel 2. Analisa
Saringan Agregat Kasar
No Ayakan |
Brt. Tertahan |
Komulatif |
No Ayakan |
Brt. Tertahan |
Komulatif |
|||
Komulatif |
% Tertahan |
% Lolos |
Rata-Rata |
Komulatif |
% Tertahan |
% Lolos |
||
1" |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
100.00 |
1" |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
3/4" |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
100.00 |
3/4" |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
1/2" |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
100.00 |
1/2" |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
3/8" |
73.0 |
3.33 |
96.67 |
97.11 |
3/8" |
54.8 |
2.45 |
97.55 |
No. 4 |
2115.2 |
96.53 |
3.47 |
3.46 |
No. 4 |
2158.8 |
96.54 |
3.46 |
No. 8 |
2188.3 |
99.86 |
0.14 |
0.15 |
No. 8 |
2232.3 |
99.83 |
0.17 |
No. 16 |
2189.1 |
99.90 |
0.10 |
0.12 |
No. 16 |
2233.2 |
99.87 |
0.13 |
No. 30 |
2118.4 |
96.67 |
3.33 |
1.72 |
No. 30 |
2233.5 |
99.88 |
0.12 |
No. 50 |
2189.6 |
99.92 |
0.08 |
0.09 |
No. 50 |
2233.8 |
99.90 |
0.10 |
No. 100 |
2190.2 |
99.95 |
0.05 |
0.06 |
No. 100 |
2234.4 |
99.92 |
0.08 |
No. 200 |
2190.6 |
99.97 |
0.03 |
0.05 |
No. 200 |
2234.8 |
99.94 |
0.06 |
Pan |
2190.8 |
99.98 |
0.02 |
0.03 |
Pan |
2235.2 |
99.96 |
0.04 |
(Uk. 0,5-1
cm)(Analisis Data Primer, 2023)
Dari hasil analisa saringan untuk agregat kasar (Uk.
0.5-1 cm) diperoleh persentase agregat lolos saringan No. 200 sebesar 0,05%.
Ini berarti agregat kasar (Uk. 0,5-1 cm) dapat digunakan pada campuran aspal
panas HRS-BASE sesuai dengan yang dipersyaratkan yaitu persentase maksimal
lolos 1,00%.
Tabel 3. Analisa
Saringan Agregat Halus (Agregat Pecah Halus)
No Ayakan |
Brt. Tertahan |
Komulatif |
No Ayakan |
Brt. Tertahan |
Komulatif |
|||
Komulatif |
% Tertahan |
% Lolos |
Rata-Rata |
Komulatif |
% Tertahan |
% Lolos |
||
1" |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
100.00 |
3/4" |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
3/4" |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
100.00 |
1/2" |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
1/2" |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
100.00 |
3/8" |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
3/8" |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
100.00 |
No. 4 |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
No. 4 |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
100.00 |
No. 8 |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
No. 8 |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
100.00 |
No. 16 |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
No. 16 |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
100.00 |
No. 30 |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
No. 30 |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
100.00 |
No. 50 |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
No. 50 |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
100.00 |
No. 100 |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
No. 100 |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
100.00 |
No. 200 |
34.7 |
2.27 |
97.73 |
PAN |
5.8 |
0.38 |
99.62 |
99.57 |
PAN |
8.5 |
0.49 |
99.51 |
(Analisis Data Primer, 2023)
Agregat lolos saringan No. 200 sebesar 3,46%. Ini berarti agregat halus (agregat pecah halus) dapat digunakan pada campuran aspal panas HRS-BASE sesuai dengan yang dipersyaratkan maksimal lolos 10,00%.
Tabel 4. Analisa
Saringan Filler
No Ayakan |
Brt. Tertahan |
Komulatif |
|
No Ayakan |
Brt. Tertahan |
Komulatif |
||
Komulatif |
% Tertahan |
% Lolos |
Rata-Rata |
Komulatif |
% Tertahan |
% Lolos |
||
1" |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
100.00 |
1" |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
3/4" |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
100.00 |
3/4" |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
1/2" |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
100.00 |
1/2" |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
3/8" |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
100.00 |
3/8" |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
No. 4 |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
100.00 |
No. 4 |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
No. 8 |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
100.00 |
No. 8 |
0.0 |
0.00 |
100.00 |
No. 16 |
832.8 |
61.05 |
38.95 |
39.82 |
No. 16 |
921.7 |
59.32 |
40.68 |
No. 30 |
924.8 |
67.79 |
32.21 |
28.74 |
No. 30 |
1161.0 |
74.72 |
25.28 |
No. 50 |
1231.7 |
90.29 |
9.71 |
10.07 |
No. 50 |
1391.8 |
89.57 |
10.43 |
No. 100 |
1287.9 |
94.41 |
5.59 |
5.72 |
No. 100 |
1463.1 |
94.16 |
5.84 |
No. 200 |
1316.7 |
96.52 |
3.48 |
3.46 |
No. 200 |
1500.3 |
96.56 |
3.44 |
PAN |
1356.1 |
99.41 |
0.59 |
0.47 |
PAN |
1548.5 |
99.66 |
0.34 |
(Analisis Data
Primer, 2023)
Dari hasil analisa saringan untuk bahan filler diperoleh persentase agregat lolos saringan No. 200 sebesar 97,73% sehingga bahan filler dapat digunakan pada campuran aspal panas HRS-Base sesuai dengan yang dipersyaratkan yaitu persentase minimal lolos 75,00%
Gradasi Agregat Campuran HRS - Base
Setelah
dilakukan analisa saringan untuk setiap agregat yang akan digunakan untuk
pembuatan benda uji, dilakukan perhitungan gradasi agregat campuran HRS-Base
untuk mengetahui persentase setiap agregat yang akan digunakan.
Dari
hasil perhitungan analisa saringan untuk menetapkan gradasi agregat campuran
didapatkan hasil untuk semua fraksi dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan
pada Revisi 2 Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2018 sehingga dapat disimpulkan
bahwa agregat dari quarry Apalapsili di kota Elelim dapat digunakan untuk
membuat benda uji campuran aspal HRS-Base. Perhitungan gradasi agregat campuran
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Gradasi
Agregat Campuran HRS- BASE
Uraian |
Ukuran Saringan |
|||||||||||
Inch (mm) |
1 1/2" (37,5) |
1" (25,4) |
3/4" (19,0) |
1/2" (12,7) |
3/8" (9,50) |
#4 (4,75) |
#8 (2,36) |
#16 (1,19) |
#30 (0,60) |
#50 (0,300) |
#100 (0,149) |
#200 (0,075) |
Data Material |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Agregat Pecah 1-2 |
100 |
100 |
100 |
20,45 |
1,66 |
0,2 |
0,12 |
0,1 |
0,09 |
0,07 |
0,04 |
0,02 |
Agregat Pecah 0,5-1 |
100 |
100 |
100 |
100 |
97,11 |
3,46 |
0,15 |
0,12 |
1,72 |
0,09 |
0,06 |
0,05 |
Agregat Pecah Halus |
100 |
100 |
100 |
100 |
100 |
39,82 |
28,74 |
10,07 |
5,72 |
3,46 |
3,03 |
1,84 |
Filler |
100 |
100 |
100 |
100 |
100 |
100 |
100 |
100 |
100 |
100 |
100 |
97,73 |
Kompoisi
Campuran |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Agregat Pecah 1-2 |
11% |
11 |
11 |
11 |
2,25 |
0,18 |
0,02 |
0,01 |
0,01 |
0 |
0 |
0 |
Agregat Pecah 0,5-1 |
35% |
35 |
35 |
35 |
33,99 |
1,21 |
0,05 |
0,04 |
0,6 |
0,03 |
0,02 |
0,02 |
Agregat pecah halus |
53% |
53 |
53 |
53 |
53 |
21,1 |
15,23 |
5,34 |
3,03 |
1,84 |
|
|
Filler |
1% |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
0,98 |
Total Campuran |
100% |
100 |
100 |
100 |
91,25 |
88,17 |
55,24 |
54,07 |
22,15 |
16,85 |
6,38 |
4,06 |
Spesifikasi Gradasi |
1 1/2" |
1" |
3/4" |
1/2" |
3/8" |
#4 |
#8 |
#16 |
#30 |
#50 |
#100 |
#200 |
Maksimum |
100 |
100 |
100 |
100 |
90 |
55 |
35 |
|
|
|
|
9 |
Minimum |
100 |
100 |
100 |
90 |
65 |
35 |
15 |
|
|
|
|
2 |
(Analisis Data
Primer, 2023)
Gambar
2. Amplop Gradasi Agregat Campuran HRS-Base
(Analisis Data Primer, 2023)
Perhitungan Perkiraan Kadar Aspal
Perhitungan
Perkiraan Kadar Aspal (Pb) dilakukan setelah semua persentase agregat gabungan
diketahui dengan rumus sebagai berikut:
Ket:
Pb = Perkiraan kadar
aspal terhadap campuran,
presentase berat terhadap campuran,
CA = Agregat
tertahan saringan nomor 8,
FA = Agregat lolos saringan nomor 8 dan tertahan
saringan No.200,
FF = Bahan pengisi lolos saringan nomor 200, dan
K = Konstanta 2,0 sampai dengan 3,0 untuk
lataston.
Dari hasil
gradasi campuran pada Tabel 4.21 didapat nilai-nilai sebagai berikut: CA =
46,76%; FA = 42,93%; FF = 2,83% dan untuk Nilai K diambil = 2
Maka:
Sehingga Kadar Aspal Perkiraan (Pb)
yang didapatkan adalah sebesar 6,08%. sehingga akan dibuat benda uji dengan
rentang kadar aspal 5,0%, 5,5%, 6,0%, 6,5% dan 7,0%
Benda Uji Marshall Test
Berdasarkan
nilai Kadar Aspal Perkiran yang didapatkan maka akan dibuat benda uji dengan
rentang kadar aspal 5,0%, 5,5%, 6,0%, 6,5% dan 7,0% sebanyak 15 buah dan
masing-masing persentase kadar aspal sebanyak 3 benda uji. Pengujian dilakukan
untuk mendapatkan Nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) yang kemudian akan dibuat
lagi benda uji sebagai pengujian karakteristik konvensional dengan penggunaan
agregat Kinang Jingkion berdasarkan spesifikasi lapis perkerasan HRS–Base.
Berat dari setiap komponen pengisi bahan uji berdasarkan kadar aspal perkiraan
dan pemenuhan terhadap Amplop Gradasi Agregat Campuran HRS-Base dapat dilihat pada tabel-tabel di
bawah ini:
Tabel 6. Berat
Masing-Masing Agregat Untuk Benda Uji Kadar Aspal
No |
Agregat |
Berat (gr) Kadar 5% |
Berat (gr) Kadar
5.5% |
Berat (gr) Kadar 6% |
Berat (gr) Kadar
6.5% |
Berat (gr) Kadar 7% |
1 |
Agregat 1-2 |
125.04 |
124.07 |
124.01 |
123.04 |
122.08 |
2 |
Agregat 0.5 cm |
399.00 |
396.09 |
394.08 |
392.07 |
390.06 |
3 |
Agregat Pecah Halus |
604.02 |
601.00 |
597.08 |
594.07 |
591.05 |
4 |
Filler |
11.04 |
11.03 |
11.03 |
11.02 |
11.02 |
5 |
Aspal Pen 60/70 |
60.00 |
66.00 |
72.00 |
78.00 |
84.00 |
(Analisis Data
Primer, 2023)
Hasil Uji Marshall Test HRS-Base
Pengujian
Marshall HRS-BASE bertujuan untuk mengetahui nilai stabilitas dan alir (flow) benda uji. Hasil dari uji Marshall
dan analisa data dapat dilihat pada Tabel 7. berikut ini:
Tabel 7. Hasil Uji
Marshall dan Analisa Data
Kadar Aspal (%) |
Stabilitas (Kg) |
Flow (mm) |
MQ (Kg/mm) |
VIM (%) |
VFB (%) |
VMA (%) |
5.0 |
729.1 |
2.82 |
259 |
8.36 |
44.22 |
14.992 |
5.0 |
589.8 |
3.42 |
172 |
6.79 |
49.84 |
13.532 |
5.0 |
701.1 |
2.75 |
255 |
7.03 |
48.91 |
13.753 |
Rata-Rata |
673.3 |
3.00 |
228.7 |
7.39 |
47.66 |
14.092 |
5.5 |
768.4 |
2.94 |
261 |
7.59 |
49.68 |
15.077 |
5.5 |
749.5 |
3.16 |
237 |
3.62 |
74.95 |
14.457 |
5.5 |
770.8 |
2.77 |
278 |
2.79 |
78.97 |
13.262 |
Rata-Rata |
762.9 |
2.96 |
258.9 |
4.67 |
67.86 |
14.265 |
6.0 |
743.4 |
2.80 |
265 |
6.58 |
56.03 |
14.957 |
6.0 |
730.5 |
2.89 |
253 |
6.28 |
57.26 |
14.683 |
6.0 |
759.1 |
3.76 |
202 |
6.71 |
55.49 |
15.079 |
Rata-Rata |
744.3 |
3.15 |
240.1 |
6.52 |
56.26 |
14.906 |
6.5 |
870.9 |
3.73 |
233 |
3.41 |
73.59 |
12.904 |
6.5 |
893.0 |
2.86 |
312 |
3.26 |
74.46 |
12.772 |
6.5 |
754.1 |
2.99 |
252 |
3.74 |
71.70 |
13.200 |
Rata-Rata |
839.3 |
3.19 |
266.0 |
3.47 |
73.25 |
12.959 |
7.0 |
769.6 |
4.86 |
158 |
2.73 |
79.20 |
13.128 |
7.0 |
824.0 |
3.72 |
222 |
2.64 |
79.74 |
13.051 |
7.0 |
842.2 |
3.33 |
253 |
3.79 |
73.09 |
14.071 |
Rata-Rata |
811.9 |
3.97 |
210.9 |
3.05 |
77.34 |
13.416 |
Berikut analisis hubungan antara kadar aspal dan parameter hasil uji Marshall Test serta analisa data berdasarkan perhitungan.
Gambar 3. Hubungan Kadar Aspal dengan Stabilitas
(Analisis Data
Primer, 2023)
Dari grafik hubungan kadar aspal dengan stabilitas benda uji menunjukkan bahwa nilai stabilitasnya memenuhi persyaratan yang ditetapkan sebesar minimal 600 kg dan pada setiap rentang penambahan aspal nilainya semakin meningkat sampai pada puncaknya di kadar aspal 7% dan tidak mengalami penurunan.
Gambar 4. Hubungan Kadar Aspal dengan Flo
(Analisis Data
Primer, 2023)
Dari grafik hubungan kadar aspal dengan Flow menunjukkan nilai Flow semakin meningkat pada rentang kadar aspal 6,0% -7,0% sampai mencapai titik maksimum. Ini menunjukkan semakin tinggi kadar aspal yang digunakan akan semakin besar nilai flow.
Gambar 5. Hubungan Kadar Aspal dengan Marshall Quetient
(Analisis Data
Primer, 2023)
Dari grafik hubungan kadar aspal dengan Marshall Quetient menunjukkan nilai Marshall Quetient memiliki nilai yang cenderung stabil dan pada rentang kadar aspal 5,5-6,5% syarat minimal 250 Kg/mm terpenuhi.
Gambar 6. Hubungan Kadar Aspal dengan Rongga Udara (Analisis Data Primer, 2023)
Dari grafik hubungan kadar aspal dengan Rongga Udara (VIM) menunjukkan nilai Rongga Udara (VIM) semakin menurun disetiap penambahan kadar aspal yang bertambah dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan sebesar 3-5% pada rentang kadar aspal 6,0% -7,0% sampai mencapai titik minimum.
Gambar 7. Hubungan Kadar Aspal dengan Rongga Terisi
Aspal
(Analisis Data
Primer, 2023)
Dari grafik hubungan kadar aspal dengan Rongga Terisi Aspal (VFB) menunjukkan nilai Rongga Terisi Aspal (VFB) semakin meningkat pada setiap rentang penambahan kadar aspal dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan sebesar minimal 68 % pada rentang kadar aspal 6,3% -7,0%.
Gambar 8. Hubungan Kadar Aspal dengan Rongga Dalam
Agregat
(Analisis Data
Primer, 2023)
Dari grafik hubungan kadar aspal dengan Rongga Dalam Agregat (VMA) menunjukkan nilai Rongga Dalam Agregat (VMA) cenderung stabil dikisaran 13-15% untuk semua benda uji sehingga semuanya tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan sebeser minimal 17%.
Berdasarkan analisis nilai paremeter Marshall Test yang telah dilakukan maka dibuatlah grafik yang menghubungkan antara nilai kadar aspal dan nilai setiap parameter uji untuk menentukan kadar aspal optimum yang kemudian akan dibuat benda uji dilakukan Marshall Test dan Immersion Test untuk mendapatkan nilai stabilitas Marshall sisa. Grafik Hubungan kadar aspal dan nilai uji Marshall dapat dilihat pada Tabel 8.
Gambar 9. Grafik Hubungan Kadar Aspal dan Nilai Uji
Marshall
(Analisis Data
Primer, 2023)
Dari grafik hubungan nilai parameter marshall dengan kadar aspal menunjukkan bahwa pada rentang kadar aspal 6,4% hingga 6,5% campuran aspal panas HRS-BASE memiliki nilai yang paling mendekati terhadap terpenuhinya syarat yang ditetapkan sehingga nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) yang akan digunakan adalah sebesar 6,44%.
Tabel 8. Berat
Agregat Untuk Benda Uji Kadar Aspal KAO 6,44%
No |
Agregat |
Berat (gr) |
Berat Kumulatif (gr) |
1 |
Agregat 1-2 |
123.05.00 |
123.05.00 |
2 |
Agregat 0.5 cm |
393.00.00 |
516.05.00 |
3 |
Agregat Pecah
Halus |
595.00.00 |
1,111.5 |
4 |
Filler |
11.02 |
1,122.7 |
5 |
Aspal Pen 60/70 |
77.28.00 |
1,200.0 |
(Analisis Data
Primer, 2023)
Hasil pengujian nilai parameter Marshall dengan KAO sebesar
6,44% dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil Pengujian Marshall Pada Kadar Aspal
Optimum (KAO)
Kadar Aspal (%) |
Parameter Karakteristik Marshall |
|||||
Stabilitas (Kg) |
Flow (mm) |
MQ (Kg/mm) |
VIM (%) |
VFB (%) |
Marshall Sisa (Kg) |
|
06.44 |
801.06.00 |
03.22 |
252.07.00 |
0,21180556 |
75.06.00 |
482.09.00 |
Spesifikasi |
Min. 600 |
- |
Min. 250 |
03-May |
Min. 68 |
Min. 90% |
(Analisis Data
Primer, 2023)
Dari Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai parameter Karasteristik Marshall memenuhi spesifikasi kecuali pada nilai stabilitas sisa dengan nilai 482,09 kg yang tidak dapat memenuhi spesifikasi sebesar minimal 90% dari nilai stabilitas Kadar Aspal Optimum yaitu 721,44 kg.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terkait Analisis Karakteristik Nilai Marshall Test terhadap material Kinang Jingkion dari Quarry Apalapsili yang digunakan sebagai bahan utama campuran Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) untuk lapisan pondasi (HRS-Base), dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Material lokal Kinang Jingkion yang berasal dari Kabupaten Yalimo memiliki karakteristik fisik yang memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan Lapisan Pondasi (HRS-Base) pada campuran Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) berdasarkan nilai yang ditetapkan oleh Spesifikasi Umum 2018 Revisi II Direktorat Jenderal Bina Marga; (2) Setelah dilakukan percobaan penambahan aspal sebagai pengikat pada campuran Lapis Pondasi (HRS-Base) Lataston dengan material Kinang Jingkion sebagai material utama maka didapatkan nilai bacaan alat dan analisis yang memenuhi syarat kecuali nilai stabilitas Marshall sisa sebesar 482,09 kg yang telah ditentukan harus bernilai minimal 90% dari nilai stabilitas 801,6 kg sehingga tidak penggunaan material ini tidak memenuhi persyaratan Spesifikasi HRS-Base ditinjau dari Spesifikasi Umum 2018 Revisi II Direktorat Jenderal Bina Marga.
BIBLIOGRAFI
Akbar, S. J., & Mukhlis, M. (2021). Tinjauan
Mutu Aggregat Lapisan Pondasi Bawah Pada Perkerasan Jalan Batas Kota
Lhokseumawe-Panton Labu. Teras Jurnal: Jurnal Teknik Sipil, 5(2).
Bahtiar, B. (2024). Characteristics of Yalimo Papua Kinang Jingkion powder as filler in HRS-WC mixture. JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia), 10(3), 504–512.
Djalili, N. (2016). Alternatif Campuran Beberapa Bahan Jenis Filler Dengan Aspal Panas (Hot Rolled Sheet). SAINSTECH: Jurnal Penelitian Dan Pengkajian Sains Dan Teknologi, 26(1).
Fauziah, M., & Handaka, A. (2017). Pemanfaatan Aspal Starbit E-55 Untuk Menahan Penurunan Kinerja Akibat Rendaman Air Hujan Pada Campuran Split Mastic Asphalt. Jurnal Transportasi, 17(1).
Harnaeni, S. R., & Bayu M, I. (2016). Karakteristik Marshall Asphalt Concrete-Binder Course (AC-BC) Dengan Menggunakan Limbah Beton Sebagai Pengganti Sebagian Agregat Kasar.
Kandai, R. A. K., Bahtiar, B., Rusmanta, Y. B. J., Rante, H., Safanpo, A., & Manalu, J. (2024). Analysis of Kinang Jingkion Material as Road Subbase Layer Using Soil Cement Method. Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, 5(4), 1574–1587.
Matulessy, N. F., Desembardi, F., & Sukowati, D. G. (2022). Uji Kualitas Agregat Kelas A Sebagai Lapis Pondasi Atas Jalan Menggunakan Material Quarry Saoka. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil (JIMATS), 1(1), 7–12.
Rahman, M. Y. (2018). Pemanfaatan Serbuk Besi sebagai Bahan Tambahan Agregat Halus terhadap Nilai Stabilitas Uji Marshall dalam Campuran AC-WC.
Refi, A. (2015). Efek Pemakaian Pasir Laut Sebagai Agregat Halus Pada Campuran Aspal Panas (AC-BC) Dengan Pengujian Marshall. Jurnal Teknik Sipil Institut Teknologi Padang, 2(1), 5–12.
Safanpo, H. F. P., Bahtiar, B., Rusmanta, Y. B. J., Rante, H., Safanpo, A., & Manalu, J. (2024). Analysis of the properties of chemical content and the use of local material Kinang Jingkion as coarse aggregate against the characteristics of WC last (AC) mixture in Yalimo Regency. Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, 5(4), 1415–1438.
Sirait, L. N., & Bahtiar, P. (2023). Analisis Karakteristik Material Lokal Kinang Jingkion Dari Quarry Apalapsili, Habie Dan Hulikma, Serta Komposisi Campuran Terbaik Untuk Digunakan Sebagai Bahan Lapis Pondasi Agregat Kelas A. Journal of Syntax Literate, 8(6).
Sita, T. (2020). Penggunaan Material Cold Mix Asphalt untuk Penanganan Penambalan Lubang. Journal of Airport Engineering Technology (JAET), 1(1), 24–29.
Sugiyono. (2023). Metode Penelitian Kualitatif (Untuk penelitian yang bersifat: eksploratif, enterpretif, interaktif dan konstruktif). CV. Alfabeta.
Sutrisna, I. G. U. H. (2021). Evaluasi Material Lokal Campuran Cold Paving Hot Mix Asbuton (Cphma) Stabilitas Marshall Sebagai Parameter Ketahanan Terhadap Deformasi. Jurnal Sangkareang Mataram, 8(3), 14–17.
Toruan, A. L., Kaseke, O. H., Kereh, L. F., & Sendow, T. K. (2013). Pengaruh porositas agregat terhadap berat jenis maksimum campuran. Jurnal Sipil Statik, 1(3).
Wardana, H. W., Mahardi, P., & Risdianto, Y. (2020). Penentuan Kadar Aspal Optimum (Kao) Dalam Campuran Asphalt Concrete-Wearing Course (Ac-Wc) Dengan Limbah Beton Sebagai Pengganti Agregat. Rekayasa Teknik Sipil, 1(2).
Copyright holder: Ronald Arthur Betteng, Bahtiar, Duha Awaluddin K., Mudjiati, Dewi Ana Rusim (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |