Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 10, Oktober 2024
ANALISIS KINERJA BANTUAN SOSIAL
COVID-19 DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA
Yustina Lita
Sari1*, Riyanto2
Universitas Indonesia, Depok, Indonesia1,2
email: [email protected]1*, [email protected]2
Abstrak
Bantuan sosial Covid-19 diberikan untuk
memitigasi dampak ekonomi akibat pembatasan aktivitas masyarakat di masa
pandemi Covid-19 demi menghambat penyebaran virus. Hal ini menyebabkan peningkatan
signifikan belanja bantuan sosial namun, angka kemiskinan masih meningkat besar.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui berapa besar peranan bansos Covid-19
dalam meningkatkan taraf kesejahteraan dan bagaimana kinerja kebijakan menurut
persepsi penerima kebijakan. Data utama penelitian diperoleh melalui survei
kepada keluarga Tahun 2022. Analisis deskriptif digunakan untuk
menilai kinerja kebijakan berdasarkan persepsi keluarga dan analisis DID
digunakan untuk menilai pengaruh pemberian bansos Covid-19 terhadap
kesejahteraan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kinerja kebijakan
telah memenuhi harapan penerima manfaat meskipun begitu, masih ditemukan salah
sasaran dalam pemberian bansos. Pemberian uang tunai sebesar Rp300 ribu
sebanyak enam kali mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga namun tidak
signifikan. Peningkatan nilai bantuan dan kombinasi bantuan dengan barang yang
dibutuhkan masyarakat, efektif dalam meningkatkan kesejahteraan namun tidak
signifikan pada level keluarga. Hasil juga menunjukkan
bahwa jumlah anggota keluarga signifikan berpengaruh dalam pemberian bantuan sehingga faktor
ini perlu dipertimbangkan dalam menentukan nilai bantuan. Pencabutan bansos Covid-19 pada setahun berikutnya
signifikan menurunkan kesejahteraan karena perekonomian keluarga belum
sepenuhnya pulih.
Kata kunci: kebijakan fiskal, belanja pemerintah
daerah, bantuan sosial Covid-19, kinerja bantuan sosial, kesejahteraan keluarga
Abstract
The
government provided the Covid-19 Social Assistance Program to mitigate an
economic impact from the restriction on activities to stop the
spread of the Covid-19 virus. It caused a significant increase in social
assistance spending on the government budget, but the poverty rate still
increased. The purpose of this study was to find out the influence of Covid-19
social assistance in increasing the level of family welfare and how the program
performs according to the perceptions of policy recipients. Primary research
data was obtained through a family survey in 2022. This research uses descriptive
analysis to assess policy performance and DID analysis to assess the effect of
providing Covid-19 social assistance on welfare. Results show that the
implementation of program performance has met the recipient expectations,
however, mistargeting and inequalities are still found. Giving cash of
IDR300,00 six times unable to maintain family welfare due to the pandemic.
Increasing aid value and combining aid with goods is effective in improving
well-being but not significant at the family level. The results
also show that the number of family members is significant on providing
assistance, so the government needs to consider this in determining the value
of assistance. The withdrawal
of Covid-19 social assistance in the following year significantly reduced
welfare because the family economy had not fully recovered.
Keywords: fiscal policy, local government
expenditure, Covid-19 social assistance, social assistance performance, family
welfare.
Data BPS
mencatat pada masa pandemi Covid-19, angka pengangguran terbuka di DKI Jakarta dan
nasional meningkat dibanding sebelum pandemi Covid-19 dengan peningkatan
pengangguran terbuka di DKI Jakarta berada di atas rata-rata nasional. Berdasarkan data BPS, jika pada Tahun 2018 dan 2019, pemerintah
daerah (pemda) berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin menjadi minus 4,78% dan minus 7,02%, namun pada tahun terjadinya pandemi Covid-19 jumlahnya justru
meningkat menjadi
24,89% dan 28,23% pada Tahun 2020 dan 2021.
Tahun 2021 Pemda DKI Jakarta
mengeluarkan kebijakan pemberian Bantuan Sosial Tunai (BST) dan sembako bagi
masyarakat terdampak pandemi sebesar Rp300.000,- per keluarga selama enam bulan
dan sembako beras 10 kg kepada satu juta KPM selama satu bulan. Nilai bantuan adalah
sama untuk tiap-tiap keluarga. Kebijakan ini menyasar keluarga miskin dan
rentan miskin terdampak pandemi yang belum menerima bantuan sosial apapun. Belanja
tersebut menyebabkan peningkatan signifikan realisasi belanja bansos dalam APBD
DKI Jakarta.
Meskipun terdapat peningkatan signifikan belanja bansos dalam
APBD, data
makro menunjukkan kondisi yang berlawanan antara pemberian bantuan sosial
dengan angka kemiskinan sebagaimana diisajikan pada Gambar 1. Realisasi belanja bansos
DKI Jakata pada Tahun Anggaran (TA) 2020 dan TA 2021 meningkat
signifikan namun
jumlah penduduk miskin justru meningkat signifikan.
Sumber: Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) DKI Jakarta dan BPS, diolah
Penelitian lain terkait bansos
Covid-19 pernah dilakukan oleh
Untuk mengatasi hal tersebut,
penelitian ini mencoba menggunakan metode analisis DID untuk mendapatkan nilai
β3 yaitu pengaruh pemberian bansos berupa kenaikan nilai β3 dan nilai dari pengaruh pencabutan bansos berupa penurunan nilai β3. Gambar 2 menunjukkan bahwa meskipun ada pemberian bansos, namun
jika pendapatan yang siap dikonsumsi tidak cukup meningkat dibanding tahun sebelum pandemi, maka pemberian
bansos akan memberikan kesimpulan berupa penurunan kesejahteraan sepanjang
garis A, B, dan C. Hal ini akan memberikan informasi yang bertolak belakang
dengan teori yang ada. Pada kenyataannya, saat garis A, B
C menurun, nilai β3 memberikan
informasi adanya peningkatan konsumsi dan sebaliknya.
Gambar 2. Grafik DID Pemberian dan
Pencabutan Bansos Covid-19
Penelitian ini meneliti pengaruh kebijakan
pada level keluarga dan level individu/anggota keluarga. Hal ini karena bantuan
diberikan pada level keluarga namun variabel lain ditentukan oleh anggota
keluarga. Penelitian pada level individu juga bertujuan untuk menunjukkan
pengaruh bansos yang bersih dari pengaruh banyaknya anggota keluarga.
Penelitian ini juga meneliti lebih lanjut kinerja kebijakan penyaluran bansos melalui pelaksanaan di lapangan dan beragam kendala
atau permasalahan dalam melengkapi bahan saran atau rekomendasi yang dilakukan
melalui survey kepada keluarga penerima manfaat bansos.
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada pemberian bansos Covid-19 berupa BST dan sembako dari APBD Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2021 dengan membandingkan rata-rata kesejahteraan keluarga di Tahun 2019 terhadap kondisi kesejahteraan keluarga Tahun 2021 (saat kebijakan pemberian bansos Covid-19) dan Tahun 2022 (saat kebijakan dicabut).
Metode Penelitian
Data penelitian ini diperoleh melalui Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
(DTKS) dan survei kepada penerima manfaat. Survei dilaksanakan selama tanggal
15 April s.d. 2 Mei 2022 bersamaan dengan penugasan pemeriksaan yang dilakukan
oleh peneliti pada Dinas Sosial DKI Jakarta dan instansi terkait lainnya.
Pendistribusian kuesioner kepada responden dilaksanakan secara door to door ke
rumah warga oleh staf kelurahan dan staf pendamping sosial yang dikoordinir oleh
koordinaror kantor walikota pada lima wilayah yaitu Jakarta Pusat, Jakarta
Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara. Pengambilan kembali
kuesioner dilakukan sehari atau beberapa hari setelahnya untuk memberikan waktu
bagi keluarga mengisi kuesioner karena terdapat kepala keluarga yang saat
pendistribusian kuesioner tidak ada di rumah karena bekerja.
Penentuan kelurahan diambil secara random masing-masing tiga kelurahan
pada lima wilayah dengan total 15 kelurahan. Pemilihan sampel keluarga pada 15
kelurahan dilakukan secara random berdasarkan kriteria kebijakan atas 30 s.d.
50 keluarga per kelurahan untuk tujuan efektivitas pendistribusian kuesioner di
lapangan karena terdapat responden yang tidak berada di lokasi karena bekerja
atau sulit ditemukan alamatnya karena sudah pindah sehingga dapat dengan mudah
diganti. Pada kelompok treatment maupun kelompok kontrol, masing-masing terdapat
30 s.d. 50 sampel keluarga per kelurahan. Namun, kuesioner hanya
didistribusikan kepada 10 s.d. 13 keluarga pada masing-masing kelurahan. Total sampel keseluruhan adalah 316 keluarga
yaitu 158 keluarga pada kelompok treatment dan 158 keluarga pada kelompok
kontrol. Jumlah 316 sampel tersebut telah memadai untuk pengambilan kesimpulan.
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang masuk DTKS dan
keluarga yang tidak masuk DTKS namun terdampak pandemi Covid-19 yang menerima
bansos Covid-19. Populasi kemudian dibagi dua kelompok, yaitu kelompok
treatment (penerima bansos Covid-19 baik yang masuk DTKS maupun tidak masuk
DTKS) dan kelompok kontrol yaitu keluarga yang masuk DTKS dan tidak menerima
bansos Covid-19 maupun bansos lain termasuk mereka yang ditetapkan sebagai
penerima bansos Covid-19 namun terdapat kendala saat pengambilan kartu ATM
sehingga gagal menerima bantuan. Penelitian ini
menggunakan dua pendekatan:
Metode
penelitian deskriptif
Metode
ini digunakan dalam rangka menganalisis bagaimana kinerja
pemberian bantuan sosial Covid-19 dan apakah terdapat ketidakmerataan dalam pemberian bansos. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana praktik kebijakan
dilaksanakan di lapangan dan sejauh mana kebijakan tersebut bisa merespon
tuntutan, kebutuhan, dan kepentingan
masyarakat sesuai makna demokrasi.
Penilaian evaluasi menggunakan skala likert 1 s.d. 4 dimana diberikan angka 1 jika sangat tidak setuju dan angka 4 jika sangat setuju. Hasil penilaian selanjutnya dihitung rata-rata nilai dengan kriteria pengambilan keputusan disajikan sebagai berikut:
Tabel 1. Kriteria Pengambilan Keputusan Persepsi KPM
Kriteria Pengambilan Keputusan Persepsi KPM |
|||
Nilai Terendah |
Nilai Tertinggi |
Kesimpulan |
|
3,26 |
s.d. |
4 |
Sangat Setuju |
2,51 |
s.d. |
3,25 |
Setuju |
1,76 |
s.d. |
2,5 |
Tidak Setuju |
1 |
s.d. |
1,75 |
Sangat Tidak Setuju |
Analisis
yang digunakan untuk evaluasi kebijakan dalam penelitian ini menggunakan enam
kriteria evaluasi kebijakan dari Dunn
Berdasarkan hasil kuesioner yang masuk, selanjutnya dilakukan uji validitas item test correlation (jika memiliki nilai kurang dari 0,5 maka pertanyaan tersebut tidak valid) dan uji reliabilitas (dengan melihat nilai Cronbach’s Alpha dimana jika bernilai kurang dari 0,6 maka instrument penelitian dianggap tidak reliabel).
Metode penelitian Difference-In-Differences (DID)
Dalam bagian
pendahuluan di atas telah disinggung alasan penggunaan metode DID yang
membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Untuk melihat pengaruh kebijakan bansos
Covid-19, kita dapat membandingkan konsumsi antara keluarga miskin penerima
bantuan dengan keluarga miskin yang tidak menerima bantuan dengan melihat
status konsumsi sebelum dan sesudah program dilaksanakan. Kerangka analisis
yang lebih tepat digunakan untuk menganalisis perbandingan tersebut dalam
rangka melihat pengaruh kebijakan adalah kerangka analisis DID. Analisis DID
bertujuan untuk mengetahui nilai β3 yang tidak bisa diperoleh dengan metode
penelitian regresi linier, uji t, propensity score matching (PSM).
Dengan mengacu ke teori konsumsi yang
mengatakan bahwa konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan, maka dalam konteks
bantuan sosial, keluarga miskin penerima program bantuan sosial akan memperoleh
tambahan pendapatan dari bantuan sosial disamping pendapatan dari bekerja dan
pendapatan dari sumber lain. Dengan demikian, jika dibandingkan dengan keluarga
miskin lain yang tidak menerima bantuan, maka pendapatan keluarga miskin yang
menerima bantuan sosial akan lebih tinggi. Karena pendapatan keluarga miskin
yang menerima bantuan menjadi lebih tinggi, maka konsumsinya seharusnya lebih
besar daripada yang tidak menerima bantuan.
Penelitian ini juga menggunakan dependen
variabel konsumsi per kapita dalam analisis karena konsumsi real dilakukan pada tingkat
anggota keluarga. Sementara itu, bantuan diberikan oleh pemerintah pada tingkat
keluarga dengan nilai bantuan adalah sama untuk setiap keluarga namun, jumlah
orang yang mengkonsumsi bantuan bisa tidak sama pada tiap keluarga. Akibatnya,
bagi keluarga yang jumlah anggota keluarganya sedikit, konsumsi per kapitanya akan
naik lebih besar dibanding rumah tangga yang anggota keluarganya lebih banyak.
Untuk memperkuat analisis, jika variabel
interaksi signifikan berpengaruh, penelitian ini menambahkan pengujian
menggunakan variabel dependen konsumsi keluarga. Tujuannya adalah untuk
menunjukkan pengaruh bansos yang bersih dari pengaruh banyaknya anggota
keluarga.
Oleh karena itu, variabel anggota keluarga kemudian
dimasukkan sebagai variabel kontrol di dalam model yang menggunakan variabel
dependen konsumsi keluarga. Konsumsi keluarga dan penggunaan variabel kontrol
jumlah anggota keluarga digunakan untuk memperkuat hasil analisis penelitian ini.
Kesejahteraan keluarga diukur dengan jumlah konsumsi
per kapita atau konsumsi yang dilakukan oleh masing-masing anggota keluarga. Banyak penelitian yang menggunakan variabel pengeluaran per
kapita sebagai indikator ukuran kesejahteraan rumah tangga seperti yang
dilakukan oleh
Sementara itu, karakteristik rumah tangga mempengaruhi
perbedaan perilaku konsumsi antara satu rumah tangga dengan rumah tangga
lainnya sehingga perlu dimasukkan dalam model.
Karakteristik rumah tangga yang dinilai BPS antara lain pendidikan kepala rumah
tangga, rumah tangga yang kepala keluarganya janda, jumlah anggota rumah
tangga, dan status profesi dan bidang bisnis.
Berdasarkan teori pilihan rasional dalam
ekonomi perilaku, saat manusia dihadapkan pada pilihan di bawah konsisi kelangkaan, mereka
akan memilih opsi yang memaksimalkan kepuasan mereka. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku ekonomi tersebut antara lain bahwa individu membuat
keputusan berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki namun sering terdapat
keterbatasan baik keterbatasan pengetahuan individu maupun ketersediaan
informasi (bounded rationality), manusia yang dapat dengan mudah dimanipulasi untuk
membeli produk tertentu yang tidak mereka butuhkan (choice architecture),
keputusan konsumen yang dapat dipengaruhi oleh apa yang orang lain lakukan dan bukan berdasar
hasil terbaik menurut mereka (herd mentality).
Berdasarkan
kerangka pemikirian tersebut, maka model empiris untuk analisis DID adalah
sebagai berikut:
Model DID I pada kesejahteraan per kapita/per anggota keluarga:
konsumsi_perkapita_bst
= β0 + β1S + β2T + β3 (S*T) + β4
pendidikan_kepala_keluarga + β5 usia_kepala_keluarga + β6 status_pernikahan
+ β7 pendapatan_ bekerja_perkapita +
ε |
(
1 ) |
konsumsi_perkapita_bstsembako
= β0 + β1S + β2T + β3 (S*T) + β4
pendidikan_kepala_keluarga + β5 usia_kepala_keluarga
+ β6 status_pernikahan + β7
pendapatan_bekerja_perkapita + ε |
(
2 ) |
Model DID II pada kesejahteraan keluarga:
konsumsi_keluarga_bst
= β0 + β1S + β2T + β3 (S*T) + β4
pendidikan_kepala_keluarga + β5
usia_kepala_keluarga + β6 status_pernikahan
+ β7 pendapatan_bekerja_ keluarga +
β7 ART + ε |
(
3 ) |
konsumsi_keluarga_bstsembako
= β0 + β1S + β2T + β3 (S*T) + β4
pendidikan_kepala_keluarga + β5
usia_kepala_keluarga + β6 status_pernikahan
+ β7 pendapatan_bekerja_ keluarga +
β7 ART + ε
|
(
4 ) |
D
imana:
Tabel
3. Variabel Penelitian
Variabel Dependen |
|
konsumsi_per kapita_bst |
Kesejahteraan per kapita diukur dengan
tingkat rata-rata pengeluaran keluarga per bulan dibagi jumlah anggota
keluarga jika menerima BST saja. |
konsumsi_per kapita_bstsembako |
Kesejahteraan per kapita diukur dengan tingkat
rata-rata pengeluaran keluarga per bulan dibagi jumlah anggota keluarga bagi
keluarga jika menerima tambahan bantuan berupa sembako (BST + sembako). |
konsumsi_keluarga_bstsembako |
Kesejahteraan keluarga yang diukur
dengan tingkat rata-rata pengeluaran keluarga per bulan jika menerima
tambahan bantuan berupa sembako (BST + sembako). |
Dummy Waktu
dan Kebijakan |
|
S |
S adalah variable dummy kelompok
treatment dan kelompok kontrol S = 1, jika sampel merupakan kelompok
treatment S = 0, jika sampel merupakan kelompok
kontrol |
T |
T adalah variable dummy waktu T = 1, jika setelah kebijakan T = 0, jika sebelum kebijakan Tahun 2019 diberi nilai 0, Tahun 2021
diberi nilai 1, dan Tahun 2022 diberi nilai 0 |
Variabel
Kontrol |
|
ART |
Nilai nominal berdasarkan jumlah anggota
keluarga. |
pendidikan_kepala_keluarga |
Skala ordinal, 1 jika tidak sekolah; 2
jika tamat SD; 3 jika tamat SMP; 4 jika tamat SMA/SMK; 5 jika tamat perguruan
tinggi. |
usia_kepala_ keluarga |
Nilai nominal berdasarkan usia kepala
keluarga. |
status_pernikahan |
Variabel dummy, 1 jika menikah, 0 jika
lainnya (cerai mati, cerai hidup, belum menikah). |
pendapatan_ bekerja_perkapita |
Nilai nominal pendapatan keluarga per
bulan dari bekerja dibagi jumlah anggota keluarga. |
pendapatan_ bekerja_keluarga |
Nilai nominal pendapatan keluarga per
bulan dari bekerja. |
Kriteria
pengambilan keputusan:
β3 ≠ 0 (treatment berpengaruh) dan β3 = 0 (treatmen
tidak berpengaruh) dengan signifikansi: p-value < 0,05 maka tolak H0 dan p-value
> 0,05 maka jangan tolak H0.
Hasil dan
Pembahasan
Analisis Deskriptif
Kesejahteraan Keluarga
Tabel 4 menjelaskan bahwa baik kelompok treatment dan
kontrol, terdapat penurunan rata-rata pendapatan keluarga pada saat pandemi Tahun
2021 dibanding Tahun 2019 sebelum pandemi Covid-19. Hal ini juga diikuti oleh
penurunan tingkat konsumsi dimana rata-rata konsumsi keluarga pada kedua
kelompok pada saat pandemi Tahun 2021 lebih rendah dibanding sebelum pandemi.
Tahun 2022, rata-rata pendapatan dan konsumsi keluarga pada kedua kelompok
telah naik atau mengalami perbaikan jika dibanding Tahun 2021 meskipun belum
sebaik sebelum pandemi Tahun 2019. Tabel 2 juga
menunjukkan bahwa pendapatan dan konsumsi per anggota keluarga Tahun 2021 pada
kedua kelompok masih berada di bawah rata-rata Garis Kemiskinan DKI Jakarta
Tahun 2021 sebesar Rp706.345,- atau tidak sejahtera.
Tabel 4. Statistik
Deskriptif Rata-Rata Konsumsi dan Pendapatan Perkapita Keluarga
Keterangan |
Kelompok Kontrol |
Kelompok Treatment |
||||
Tahun 2019 |
Tahun 2021 |
Tahun 2022 |
Tahun 2019 |
Tahun 2021 |
Tahun 2022 |
|
Pendapatan per Anggota Keluarga |
||||||
Mean |
691.740 |
565.121 |
665.341 |
831.762 |
634.016 |
779.215 |
Std. Dev. |
428.177 |
490.077 |
503.890 |
520.789 |
479.331 |
520.171 |
Min |
40.000 |
- |
28.571 |
62.500 |
- |
62.500 |
Max |
4.200.000 |
4.200.000 |
4.200.000 |
4.000.000 |
3.000.000 |
4.000.000 |
Konsumsi per Anggota Keluarga |
||||||
Mean |
588.650 |
556.988 |
619.482 |
690.134 |
621.451/ 665.648 |
700.813 |
Std. Dev. |
468.001 |
480.802 |
477.115 |
428.177 |
428.418 |
406.035 |
Min |
40.000 |
30.000 |
30.000 |
62.500 |
77.500 |
62.500 |
Max |
4.000.000 |
4.000.000 |
4.200.000 |
3.000.000 |
3.120.000 |
2.500.000 |
Sumber: hasil
penelitian, diolah
Tabel 5
menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat peningkatan jumlah keluarga
sangat miskin Tahun 2019 ke Tahun 2021 dari 71 keluarga menjadi 95 keluarga.
Sementara itu, terdapat keluarga tidak miskin yang kemudian jatuh menjadi
miskin dan sangat miskin di Tahun 2021. Keluarga tersebut tidak mendapatkan
bantuan sosial apapun dari pemerintah pada masa Covid-19 Tahun 2021.
Pada kelompok
treatment menunjukkan bahwa dari 158 keluarga yang menerima bansos Covid-19,
terdapat sebanyak 23 keluarga (14,6%) diantaranya merupakan mereka yang
tergolong keluarga mampu yang memiliki pendapatan per kapita di atas 1,6 GK
(Rp1.130.152,-). Namun, terdapat 12 (35 – 23) keluarga mampu tetap menurun
kesejahteraannya meskipun menerima bansos Covid-19 dan peningkatan jumlah
keluarga sangat miskin sebanyak 37 (90 – 53) keluarga meskipun telah menerima
bansos Covid-19. Hal ini mengindikasikan kemungkinan nilai bansos yang
diberikan belum cukup mampu mempertahankan kesejahteraan keluarga seperti
sebelum Covid-19 terjadi.
Tabel 5. Ketepatsasaran dan Perataan Pemberian Bansos
Covid-19 Tahun 2021
Tingkat Kesejahteraan Keluarga |
Kelompok
Treatment |
Kelompok
Kontrol |
||
Tahun
2019 |
Tahun
2021 |
Tahun
2019 |
Tahun
2021 |
|
Mampu |
35 (22,2%) |
23 (14,6%) |
15 (9,5%) |
9 (5,7%) |
Rentan
Miskin |
31 (19,6%) |
20 (12,7%) |
22 (13,9%) |
11 (7,0%) |
Hampir
Miskin (Near Poor) |
18 (11,4%) |
14 (8,9%) |
26 (16,5%) |
21 (13,3%) |
Miskin |
21 (13,3%) |
11 (7,0%) |
24 (15,2%) |
22 (13,9%) |
Sangat
Miskin |
53 (33,5%) |
90 (57,0%) |
71 (44,9%) |
95 (60,1%) |
Jumlah Keluarga |
158 (100%) |
158 (100%) |
158 (100%) |
158 (100%) |
Catatan: Rata-rata Garis Kemikinan Jakarta
Tahun 2021 Rp706.345,- (Data BPS Maret 2021 Rp697.638 + September 2021
Rp715.052 / 2). Pengelompokan tingkat kesejahteraan keluarga berdasarkan
kriteria Program Raskin dimana Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat (2014).
Sumber:
hasil penelitian penulis, diolah
Hal ini menunjukkan bahwa dalam pemberian bansos Covid-19 masih ditemukan adanya ketidaktepatsasaran dan ketidakmerataan karena masih terdapat 23 keluarga yang masuk kelompok mampu yang mendapatkan bantuan dan terdapat 95 keluarga sangat miskin yang tidak mendapat bantuan sosial apapun pada Tahun 2021. Selain itu, pada kelompok treatment juga tetap mengalami peningkatan jumlah keluarga sangat miskin dimana hal ini menunjukkan kemungkinan nilai bansos yang belum mampu mempertahankan tingkat kesejahteraan keluarga seperti sebelum pandemi Covid-19 terjadi.
Analisis Kebijakan
Pemberian Bansos Covid-19 Berdasarkan Persepsi .Keluarga
Penerima Manfaat (KPM)
Berdasarkan hasil
uji rata-rata pada enam indikator menunjukkan bahwa kebijakan pemberian bansos
Covid-19 Tahun 2021 telah memuaskan atau telah memenuhi harapan penerima
manfaat program. Mereka merasa puas telah menerima bantuan. Hal ini ditunjukkan
dengan rata-rata hasil pada tiap-tiap indikator adalah “Setuju” dengan rincian
sebagai berikut.
Tabel
6. Indikator Kuesioner
No |
Indikator |
Skor |
1 |
Efektivitas
(Effectiveness) |
3,19 |
2 |
Efisiensi
(Efficiency) |
3,19 |
3 |
Kecukupan
(Adequacy) |
3,17 |
4 |
Perataan
(Equity) |
3,18 |
5 |
Responsivitas
(Responsiveness) |
3,15 |
6 |
Ketepatan
(Appropriateness) |
3,22 |
Skor Rata-rata Kinerja Kebijakan |
3,18 |
Catatan:
Skor 4 jika sangat setuju dan 1 jika sangat tidak setuju
Sumber:
hasil penelitian penulis, diolah
Meskipun sebagian
besar keluarga penerima manfaat yang menjadi responden menyatakan setuju dan
sangat setuju bahwa kinerja pemberian
bansos Covid-19 telah memenuhi harapan, berdasarkan hasil analisis multiple
response dari 158 keluarga penerima manfaat, terdapat hal yang menjadi
catatan yang masih perlu ditingkatkan yaitu jumlah nilai bantuan kurang muncul
sebanyak 49 kali (41%), sosialisasi dan pengumuman muncul sebanyak 26 kali
(22%), penanganan masalah dan keluhan muncul sebanyak 24 kali (20%), bantuan
terlambat diterima muncul sebanyak 21 kali (17%).
Analisis Pengaruh Kebijakan Pemberian Bansos
Covid-19 terhadap Kesejahteraan
Pada spesifikasi A
pemberian BST saja, hasil variabel interaksi menunjukkan bahwa pemberian BST
meningkatkan kesejahteraan namun tidak signifikan berpengaruh terhadap
perbedaan peningkatan kesejahteraan atau konsumsi antara keluarga penerima dan
bukan penerima pada sebelum pandemi dan saat pandemi Covid-19. Pemberian BST
hanya meningkatkan konsumsi sebesar Rp20.191,60 per kapita bagi keluarga
penerima manfaat. Hal tersebut menunjukkan uang BST yang diterima tidak dapat
memenuhi kebutuhan konsumsi seluruh anggota keluarga menyebabkan pengaruh
bantuan menjadi kecil atau tidak berpengaruh. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan
Pada spesifikasi
B, jika pemerintah menambahkan BST dengan Sembako, variabel interaksi
menunjukkan pengaruh yang signifikan pada konsumsi per kapita atau konsumsi
anggota keluarga pada tingkat signifikansi 5% dengan memberikan pengaruh
sebesar Rp64.694,86 per kapita.
Namun, pada
spesifikasi C atas pemberian BST ditambah Sembako, variabel interaksi menjadi
tidak signifikan berpengaruh terhadap perbedaan konsumsi keluarga penerima
bantuan dibanding bukan penerima bantuan dengan variabel ART atau jumlah
anggota keluarga signifikan. Peningkatan konsumsi atas adanya BST + Sembako
hanya sebesar Rp126.823,70. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan nilai bantuan
berpengaruh dalam peningkatan
kesejahteraan anggota keluarga namun pengaruhnya tidak cukup besar bagi
keluarga karena hal yang sangat berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan kesejahteraan atau peningkatan konsumsi adalah jumlah anggota
keluarga, bukan BST + Sembako.
Tabel 7. Hasil
Analisis DID Pengaruh Pemberian Bansos Covid-19 |
|||
Variabel |
Dependent
Variabel: Konsumsi per kapita |
Dependent
Variabel: Total
Konsumsi Keluarga |
|
Spesifikasi
A BST |
Spesifikasi
B BST +
Sembako |
Spesifikasi
C BST +
Sembako |
|
S β1
(Treatment) |
-17574.86 (0.466) |
-17498.46 (0.468) |
-14100.5 (0.836) |
T β2 (Waktu) |
70187.42 (0.002) |
70732.43 (0.001) |
213689.7 (0.002) |
S*T β3 (Interaksi
Treatment dan Waktu) |
20191.6 (0.528) |
64694.86 (0.045)** |
126823.7 (0.172) |
Variabel
Kontrol: |
|
|
|
β4 pendidikan_kepala_keluarga |
8549.842 (0.289) |
7970.438 (0.328) |
33528.02 (0.176) |
β5 usia_kepala_keluarga |
-236.6751 (0.715) |
-215.6734 (0.743) |
-1247.921 (0.489) |
β6 status_pernikahan |
58819.33 (0.011)** |
51765.84 (0.026)** |
205629.2 (0.001)*** |
β7 pendapatan_bekerja |
.8043767 (0.000)*** |
.8086811 (0.000)*** |
.7465052 (0.000)*** |
β8 ART |
|
|
39692.77 (0.029)** |
Const. |
-29614.82 (0.570) |
-26251.03 (0.618) |
-114667.1 (0.433) |
Obs. |
632 |
632 |
632 |
R-squared |
0.8021 |
0.8020 |
0.7143 |
Catatan: ***: sign. 1%; **: sign. 5%; *: sign. 10% |
|||
Sumber: hasil
penelitian, diolah |
Oleh karena itu,
dalam pemberian bantuan bagi keluarga adalah sangat penting untuk
mempertimbangkan jumlah anggota keluarga karena nilai bantuan yang meningkat
tidak akan membantu jika jumlah anggota keluarganya banyak yang menyebabkan
bantuan yang dikonsumsi per orang menjadi sedikit atau nilai bantuan tidak
sebanding dalam memenuhi konsumsi seluruh anggota keluarga.
Pada spesifikasi A
dan B, jika BST ditambah sembako menunjukkan bahwa peningkatan koefisien
variabel konsumsi meningkat lebih tinggi sebesar Rp44.503,26 (Rp64.694,86 -
Rp20.191,60) atas pemberian sembako sebanyak 10 kg atau Rp120.000,- dibanding
atas pemberian uang tunai BST sebanyak Rp300.000,-. Hal ini juga membuktikan
bahwa pemberian bantuan berupa kebutuhan pokok makanan di masa pembatasan
kegiatan masyarakat yang pada saat itu belum diketahui kapan berakhirnya
pandemi Covid-19, akan sangat efektif dalam meningkatkan konsumsi anggota
keluarga karena langsung berpengaruh ke konsumsi dan dapat langsung
dimanfaatkan oleh keluarga. Sementara itu, kepala keluarga yang berstatus
menikah dan pendapatan dari bekerja berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
konsumsi keluarga.
Analisis Pengaruh Kebijakan
Pencabutan Bansos Covid-19 terhadap Kesejahteraan
Tabel 8 menyajikan hasil estimasi analisis pengaruh kebijakan pencabutan bansos Covid-19.
Spesifikasi A menunjukkan bahwa
atas pencabutan kebijakan pemberian BST tidak berpengaruh signifikan terhadap
penurunan kesejahteraan individu keluarga. Hal ini sesuai dengan hasil di atas
bahwa pemberian BST juga tidak signifikan berpengaruh terhadap peningkatan
konsumsi sehingga atas pencabutannya pun juga tidak berpengaruh. Meskipun
begitu, terdapat penurunan tingkat kesejahteraan dimana pencabutan BST
menyebabkan penurunan kesejahteraan sebesar Rp19.452,14 per kapita.
Tabel 8. Hasil Analisis DID Pengaruh Pencabutan
Bansos Covid-19 |
|||
Variabel |
Dependent
Variabel: Konsumsi per kapita |
Dependent
Variabel: Total
Konsumsi Keluarga |
|
Spesifikasi
A BST |
Spesifikasi
B BST +
Sembako |
Spesifikasi
A BST |
|
S β1 (Treatment) |
-16875.09 (0.442) |
-16691.89 (0.447) |
-45615.09 (0.457) |
T β2 (Waktu) |
18435.12 (0.386) |
18895.5 (0.374) |
22315.62 (0.734) |
S*T β3 (Interaksi
Treatment dan Waktu) |
19452.14 (0.524) |
63855.87 (0.038)** |
165861.2 (0.060)* |
Variabel
Kontrol: |
|
|
|
β4 pendidikan_kepala_keluarga |
8384.31 (0.281) |
7754.515 (0.323) |
41242.21 (0.086) |
β5 usia_kepala_keluarga |
-131.2955 (0.834) |
-104.7366 (0.869) |
-67.19371 (0.968) |
β6 status_pernikahan |
59806.59 (0.005)** |
52663.29 (0.015)** |
210202.1 (0.000)*** |
β7 pendapatan_bekerja |
.8075081 (0.000)*** |
.8121019 (0.000)*** |
.7722045 (0.000)*** |
β8 ART |
|
|
59989.09 (0.000)** |
Const. |
15489.12 (0.743) |
18757.11 (0.694) |
-125979 (0.349) |
Obs. |
632 |
632 |
632 |
R-squared |
0.8192 |
0.8186 |
0.7609 |
Catatan: ***: sign. 1%; **: sign. 5%; *: sign. 10% Catatan2: a: dalam
menyimpulkan arah koefisien hasil olah data adalah berlawanan karena variabel
T diukur dari dummy waktu dimana Tahun 2021 diberikan nilai 1 dan Tahun 2022
diberikan nilai 0. |
|||
Sumber: hasil
penelitian, diolah |
Pada spesifikasi
B, menunjukkan bahwa pencabutan kebijakan pemberian BST + Sembako berpengaruh
signifikan terhadap penurunan konsumsi per kapita sebesar Rp63.855,87.
Pencabutan BST + Sembako berpengaruh signifikan terhadap penurunan
kesejahteraan anggota keluarga karena rata-rata kondisi perekonomian keluarga
belum sepenuhnya pulih pada Tahun 2022 yang ditunjukkan pada Tabel 2 bahwa
rata-rata pendapatan dan konsumsi di Tahun 2022 masih belum sebaik di Tahun
2019.
Pada spesifikasi C
dengan variabel ART menjadi variabel kontrol yang terpisah dengan konsumsi,
pencabutan kebijakan pemberian BST + Sembako juga signifikan menurunkan
kesejahteraan sebesar Rp165.861,20. Variabel ART atau jumlah anggota rumah
tangga juga tetap signifikan berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga pada
saat terjadi pencabutan bansos Covid-19 dimana jumlah anggota rumah tangga
berpengaruh pada peningkatan kesejahteraan sebesar Rp59.989,08 pada saat
pencabutan bansos Covid-19 dilakukan.
Kesimpulan
Masih ditemukan
salah sasaran dan ketidakmerataan dalam pemberian bansos Covid-19 Tahun 2021.
Bansos Covid-19 masih diberikan kepada mereka yang tergolong keluarga mampu sementara
itu, terdapat responden yang tidak menerima bansos Covid-19 merupakan keluarga
sangat miskin. Kinerja kebijakan pemberian bansos Covid-19 dalam pelaksanaannya
telah memuaskan atau telah memenuhi harapan masyarakat. Namun, penerima manfaat
menyebutkan bahwa masih terdapat hal yang perlu dievaluasi Kembali. Pemberian
bansos Covid-19 berupa BST mampu meningkatkan kesejahteraan anggota keluarga
namun pengaruhnya tidak cukup signifikan berbeda bagi keluarga yang menerima
dibanding yang tidak menerima BST. Kombinasi bantuan uang dengan barang
(sembako) yang sangat dibutuhkan keluarga, efektif dalam meningkatkan
kesejahteraan namun hal ini sangat dipengaruhi oleh jumlah anggota rumah
tangga. Pemberian bantuan berupa barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan
keluarga di masa pembatasan aktivitas akibat pandemi Covid-19 mampu
meningkatkan koefisien variabel konsumsi yang lebih tinggi dibanding pemberian
bantuan berupa uang tunai karena bantuan tersebut langsung dikonsumsi oleh
keluarga. Pencabutan bansos Covid-19 BST + Sembako berpengaruh terhadap
penurunan kesejahteraan keluarga penerima. Hal ini didukung dengan data yang
menunjukkan kondisi perekonomian keluarga belum sepenuhnya pulih pada Tahun
2022.
Saran kebijakan
yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah: (1) Dalam
memberikan bantuan bagi keluarga, pemerintah perlu mempertimbangkan jumlah
anggota keluarga sehingga nilai bantuan mampu mencukupi kebutuhan
keluarga. (2) Kombinasi bantuan dalam
bentuk uang tunai dan barang berupa sembako yang dibutuhkan masyarakat, baik
untuk dilanjutkan di masa darurat karena terbukti efektif dalam meningkatkan
kesejahteraan. Hal ini karena masyarakat dapat langsung mengkonsumsi barang
tersebut. (3) Pencabutan bantuan dapat dilakukan bertahap dengan tetap
melanjutkan bantuan bagi mereka yang perekonomian keluarganya belum pulih
akibat dampak pandemi Covid-19. Hal ini karena berdasarkan hasil penelitian, Pencabutan
BST + sembako signifikan menurunkan kesejahteraan keluarga yang didukung dengan
data rata-rata konsumsi per kapita keluarga pada Tahun 2022 masih berada di
bawah rata-rata Garis Kemiskinan DKI Jakarta Tahun 2021.
BIBLIOGRAFI
Ahmada, S. F., Marsetyo, F. D.,
& Putri, R. A. (2020). Solidaritas pangan Jogja sebagai aktor alternatif
penyedia kesejahteraan di masa krisis pandemi Covid-19. Journal of Social
Development Studies, 1(2), 1–13.
Arouri, M., Nguyen, C., & Youssef, A. Ben. (2015). Natural disasters, household welfare, and resilience: evidence from rural Vietnam. World Development, 70, 59–77.
Awotide, B. A., Karimov, A. A., & Diagne, A. (2016). Agricultural technology adoption, commercialization and smallholder rice farmers’ welfare in rural Nigeria. Agricultural and Food Economics, 4, 1–24.
Baldwin, R., & Di Mauro, B. W. (2020). Economics in the time of COVID-19: A new eBook. Vox CEPR Policy Portal, 2(3), 105–109.
Bui, A. T., Dungey, M., Nguyen, C. V., & Pham, T. P. (2014). The impact of natural disasters on household income, expenditure, poverty and inequality: evidence from Vietnam. Applied Economics, 46(15), 1751–1766.
Dunn, W. N. (2003). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Gadjah Mada University Press.
Efriandi, T. (2010). Evaluasi kebijakan bantuan langsung tunai di Kabupaten Muara enim. Universitas Indonesia. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Erlando, A., Haryanto, T., & Rositawati, V. (2020). Determinan Kemiskinan Rumah Tangga di Jawa Timur. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 9(2), 89–105.
Fadhli, K., & Fahimah, D. A. N. (2021). Pengaruh Pendapatan, Pendidikan, Dan Gaya Hidup Terhadap Kesejahteraan Keluarga Penerima Manfaat (Kpm) Bantuan Sosial Covid-19. Jurnal Education and Development, 9(3), 118–124.
Fitriana, I., Azwardi, A., & Yulianita, A. (2021). Pengaruh Bantuan Sosial Tunai (BST) Terhadap Konsumsi Rumah Tangga di Pusat Kota dan Pinggir Kota Palembang. Sriwijaya University.
Hidayat, R., & Amar, S. (2020). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Kemiskinan Rumah Tangga Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Kajian Ekonomi Dan Pembangunan, 2(4), 21–26.
Lu, D. (2018). Rural-urban income disparity: impact of growth, allocative efficiency and local growth welfare. In Urbanization and Social Welfare in China (pp. 255–268). Routledge.
Moeis, F. R., Dartanto, T., Moeis, J. P., & Ikhsan, M. (2020). A longitudinal study of agriculture households in Indonesia: The effect of land and labor mobility on welfare and poverty dynamics. World Development Perspectives, 20, 100261.
Munyegera, G. K., & Matsumoto, T. (2016). Mobile money, remittances, and household welfare: Panel evidence from rural Uganda. World Development, 79, 127–137.
Nechifor, V., Ramos, M. P., Ferrari, E., Laichena, J., Kihiu, E., Omanyo, D., Musamali, R., & Kiriga, B. (2021). Food security and welfare changes under COVID-19 in Sub-Saharan Africa: Impacts and responses in Kenya. Global Food Security, 28, 100514.
Nguyen, L. D., Raabe, K., & Grote, U. (2015). Rural–urban migration, household vulnerability, and welfare in Vietnam. World Development, 71, 79–93.
Ramadhanty, S., & Usman, H. (2021). Kaitan Karakteristik Kepala Rumah Tangga dengan Kemiskinan Anak di Nusa Tenggara Barat pada Tahun 2019. Seminar Nasional Official Statistics, 2021(1), 254–263.
Schmidt, E., Dorosh, P., & Gilbert, R. (2021). Impacts of COVID‐19 induced income and rice price shocks on household welfare in Papua New Guinea: Household model estimates. Agricultural Economics, 52(3), 391–406.
Suryahadi, A., Al Izzati, R., & Yumna, A. (2021). The impact of Covid-19 and social protection programs on poverty in Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 57(3), 267–296.
Wossen, T., Abdoulaye, T., Alene, A., Haile, M. G., Feleke, S., Olanrewaju, A., & Manyong, V. (2017). Impacts of extension access and cooperative membership on technology adoption and household welfare. Journal of Rural Studies, 54, 223–233.
Copyright holder: Yustina Lita Sari, Riyanto (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |