Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 9, September 2024
Talia Nathanael1, Caroline Devina Gunawan2,
Olivia Gondoputranto3
Universitas
Ciputra, Surabaya, Indonesia1,2,3
Email: [email protected]1, [email protected]2,
[email protected]3
Abstrak
Kata kunci: Wearable technology, Tunanetra, Daily
wear, Kebutuhan Sosial, Fashion
Abstract
Humans
are social creatures who need to interact. Unfortunately, there are still some
people who find it difficult to just be in the crowd. They are blind people.
This is because there are still many obstacles when they have to interact with
their surroundings. To do daily activities alone requires assistance, let alone
being in a crowd alone, even if social interaction is needed. A blind person's
disability will affect their social life when interacting and traveling alone.
With this in mind, it can be considered to further research what difficulties
the visually impaired face when in crowds and whether existing wearable
technology products are sufficient to overcome the problems of the visually
impaired. This research aims to identify the difficulties faced by blind people
when in crowds and evaluate the extent to which existing wearable technology
products can help them. The method used in this research is a participatory
approach by involving blind people in every stage of the interview to identify
their needs and test the use of existing wearable technology products to them
to get feedback. In this research, a combination of qualitative methods from
interviews with literature approaches regarding the difficulties faced by blind
people will be carried out. It is hoped that the output of this research will
be in the form of conclusions from the analysis of the interview results which
can be a benchmark for further researchers so as to facilitate them in the
creation of other new wearable technology products that better answer problems
a∆nd relate to today's life. This is also an introduction to technology and a
forum for the blind to voice what is really needed in their social or daily
lives.
Keywords: Wearable technology, Blind, Daily wear, Social
Needs, Fashion
Pendahuluan
Seiring berkembangnya zaman, teknologi di era modern ini juga
semakin canggih. Sayangnya belum banyak orang yang memanfaatkannya dengan baik.
Padahal, teknologi saat ini memiliki potensi yang besar jika dikelola dengan
bijak, apalagi untuk permasalahan yang jarang dibahas masyarakat. Salah satu
contohnya yaitu mengatasi permasalahan penyandang tunanetra yang kesulitan
menjalani kegiatan sehari-harinya. “Perlu adanya teknologi bantu berupa
perangkat lunak, maupun sistem produk yang berfungsi untuk mempertahankan atau
meningkatkan kemampuan fungsional bagi penyandang disabilitas. Teknologi bantu
digunakan dalam proses pemberian dan penerimaan informasi bagi penyandang
disabilitas.”
Di masyarakat saat ini telah ada beberapa peneliti yang memanfaatkan
teknologi untuk membantu para penyandang disabilitas netra. Salah satu
contohnya yaitu perancangan wearable technology daily wear untuk
kebutuhan sosial dan fashion para tunanetra
Melalui analisa dan penelitian ini diharapkan dapat menguntungkan pihak penyandang tunanetra yaitu mengenal produk wearable technology yang sekaligus fashionable agar mereka tetap bisa tampil stylish namun sekaligus pakaian tersebut mampu membantu aktivitas kesehariannya. Di sisi lain, belum banyak juga ditemukan busana daily wear dengan wearable technology yang dikhususkan untuk para penyandang tunanetra. Selain itu, diharapkan juga wawancara yang dilakukan dapat menjadi wadah bagi para penyandang tunanetra untuk menyuarakan permasalahan baru mereka yang lebih relevan dengan kehidupan sosial saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi oleh penyandang tunanetra saat berada di keramaian serta mengevaluasi sejauh mana produk wearable technology yang ada saat ini dapat membantu mereka.
Metode Penelitian
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan partisipatif dengan
melibatkan penyandang tunanetra dalam setiap tahap wawancara identifikasi
kebutuhan mereka maupun test percobaan pemakaian produk wearable
technology yang ada kepada mereka untuk mendapatkan feedback
langsung
Gambar 1. Triangulation Data Methods
Sumber:
Tahap
Observasi (Pengamatan) dilaksanakan berupa pengamatan pada perilaku
tunanetra saat berinteraksi sosial termasuk gaya berpakaiannya dan juga
dilakukan penganalisaan terhadap problem yang menjadi latar belakang
dari penelitian ini, yaitu permasalahan mengenai apakah produk wearable
technology saat ini sudah cukup membantu dan menjawab kesulitan orang-orang
yang jarang tersorot atau dibahas seperti para penyandang tunanetra dalam
aktivitas kesehariannya di lingkungan sosial. Seringkali tunanetra mengalami
kesulitan saat berada di keramaian sosial, baik itu bersosialisasi atau sekedar
berjalan-jalan di luar rumah
Tahap
Depth Interview berdasarkan data yang telah
dikumpulkan, dilaksanakan berupa wawancara langsung dengan expert dan
juga target pengguna yaitu penyandang tunanetra
Tahap Dokumentasi dilaksanakan berupa pengumpulan data visual yang ditangkap oleh peneliti mengenai perilaku tunanetra saat berinteraksi sosial dan juga cara berpakaiannya. Tahap ini dilakukan dengan tujuan dapat kembali dibandingkan dengan hasil di tahap awal yaitu pengamatan secara langsung dan melalui internet atau jurnal. Dari perbandingan ini pula dapat dibandingkan dengan hasil interview. Hasil tringulasi data ini akan dapat ditarik kesimpulan dan menemukan jawaban dari rumusan masalah.
Tahapan Penelitian
Gambar 2. Diagram Tahapan Penelitian
(Sumber: Pribadi)
1)
Studi Latar Belakang
Pada tahap ini dilakukan studi
latar belakang yang memfokuskan pada pemahaman mendalam mengenai permasalahan
atau kesulitan yang dialami penyandang tunanetra dalam lingkungan sosial dan
juga kebutuhan khusus penyandang tunanetra dalam berpakaian untuk tampil lebih fashionable
dalam kesehariannya. Berbagai aspek yaitu efektivitas, kenyamanan, dan estetika
fashion menjadi hal penting dalam penelitian ini. Dalam cakupan para
penyandang tunanetra, studi latar belakang ini dilakukan agar peneliti memiliki
dasar materi sebagai tolak ukur yang akan dibandingkan dengan hasil data yang
diperoleh dari sudut pandang narasumber expert maupun penyandang
tunanetra.
2)
Identifikasi Masalah dan Justifikasi
Pada tahap ini dilakukan identifikasi
masalah dan tujuan utama dalam analisa efektivitas fashionable
daily wear dengan wearable technology bagi penyandang
tunanetra saat berada di lingkungan sosial. Identifikasi ini didapatkan dari
hasil observasi yang berguna mengetahui secara mendalam kesulitan yang dialami
para penyandang tunanetra dalam kehidupan sosialnya dan juga kebutuhan produk fashionable
bagi tunanetra yang dapat dipakai sehari-hari.
3)
Menentukan Target Informant
Pada tahap ini dilakukan penentuan narasumber yaitu expert dan penyandang tunanetra yang akan dilakukan wawancara pada tahap selanjutnya. Kriteria target informant penyandang tunanetra disesuaikan dengan pakaian atau produk fashionable daily wear wearable technology yang telah didapat sebelumnya. Beberapa kriteria tersebut mencangkup:
a)
Penyandang tunanetra
b)
Wanita usia: 15 – 25 tahun
c)
Domisili Surabaya atau Malang
d)
Suka berinteraksi sosial
Kriteria-kriteria tersebut berguna agar percobaan produk dan feedback dapat dilakukan dan diperoleh dengan maksimal.
4)
Membuat Pertanyaan Wawancara
Kumpulan pertanyaan wawancara adalah berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan data yang telah dikumpulkan. Tujuannya adalah dapat membuktikan kesesuaian dari berbagai sudut pandang (observasi/pengamatan, depth interview, dan dokumentasi). Berikut adalah poin-poin pertanyaan wawancara tunanetra:
a)
Apa saja masalah atau rintangan yang adik
alami selama ini jika berada di tempat umum atau keramaian?
b)
Apakah pernah memiliki keinginan untuk
bisa berpergian sendirian tanpa ditemani?
c)
Apakah adik sering berinteraksi sosial di
luar rumah?
d)
Apakah adik pernah memiliki keinginan
untuk berpakaian fashionable ketika berpergian? Mengapa?
e)
Bagaimana kesan adik saat pertama kali
memakai pakaian wearable technology ini?
f)
Kemanakah menurut adik pakaian ini cocok
digunakan & sangat membantu? Mengapa?
g)
Menurut adik apakah pakaian wearable
technology ini bermanfaat untuk sehari-hari terutama saat di lingkungan
sosial?
h)
Apakah dengan pakaian yang fashionable
ini dapat meningkatkan kepercayaan diri adik untuk bersosialisasi di luar
rumah?
Selain itu juga dilakukan wawancara terhadap expert yaitu pengurus
atau pembimbing tunanetra dengan pertanyaan sebagai berikut:
a)
Apa saja masalah atau rintangan yang
menurut suster dialami oleh adik tunanetra selama ini jika berada di tempat
umum atau keramaian?
b)
Pernahkah suster mengalami rintangan
ketika suster menuntun adik tunanetra selama berada di lingkungan sosial?
c)
Pernahkah suster berharap adik tunanetra
dapat secara mandiri menikmati waktunya berada di lingkungan sosial tanpa
bantuan?
d)
Apakah adik tunanetra pernah mengalami hal
yang tidak baik dari lingkungan sosialnya? Contohnya memperoleh kata-kata yang
tidak baik ataupun sekedar tatapan yang kurang baik
e)
Apakah adik tunanetra pernah mengatakan
atau menunjukkan keinginannya untuk berinteraksi sosial di luar rumah?
f)
Bagaimana kesan suster saat adik tunanetra
pertama kali memakai pakaian wearable technology ini?
g)
Kemanakah menurut suster pakaian ini cocok
digunakan & sangat membantu adik tunanetra sehari-hari di lingkungan
sosial? Mengapa?
h)
Apakah dengan pakaian yang fashionable
ini dapat meningkatkan kepercayaan diri adik tunanetra untuk bersosialisasi di
luar rumah?
5)
Pelaksanaan Wawancara
Pada tahap ini dilakukan
wawancara langsung secara tatap muka di lokasi tempat tinggal narasumber
(penyandang tunanetra dan expert) dengan perizinan terhadap pemilik
rumah atau panti asuhan tersebut. Wawancara berlangsung selama kurang lebih 30
menit dengan menanyakan beberapa pertanyaan yang telah dibuat pada tahap
sebelumnya yaitu seputar rintangan atau kesulitan yang dialami narasumber saat
ini yang dirasa belum mendapat solusi (terutama mengenai interaksi sosial atau
sekedar berada di keramaian) sekaligus fashion tunanetra. Tujuan
wawancara ini adalah mengetahui permasalahan terbaru yang relevan dengan
generasi atau masa kini dan juga sebagai tolak ukur serta pembuktian kesesuaian
dengan hasil observasi maupun dokumentasi.
6)
Pengolahan Data
Pada tahap terakhir ini
dilakukan pengolahan data dari semua feedback yang telah didapatkan dan
digabung dengan hasil wawancara, dokumentasi, dan hasil observasi yang telah
diteliti pada tahap awal penelitian. Setelah itu ditemukan persamaan dari
ketiga sudut pandang tersebut sehingga mendapatkan validasi dan mengurangi potensi
bias yang dapat muncul jika hanya menggunakan satu metode. Pada akhirnya dibuat
kesimpulan guna mendapatkan hasil secara keseluruhan dan menemukan jawaban atas
rumusan masalah.
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:
1) Kamera
untuk dokumentasi
2) Produk
fashionable daily wear dengan wearable technology
Lokasi penelitian ini akan
dilakukan di tempat tinggal narasumber yaitu Panti Asuhan Bhakti Luhur Jl. Raya
Dieng No.40, Kota Malang. Sedangkan, jumlah respondennya yaitu tiga orang
penyandang tunanetra dan dua orang expert (pendamping tunanetra). Hasil
dokumentasi akan dikumpulkan di dalam Google Drive, sedangkan hasil
wawancara dan observasi akan dicatat dalam device.
Penelitian ini menggunakan 2 informan expert
(suster pendamping tunanetra) dan 3 penyandang tunanetra seperti pada tabel 1
berikut:
Tabel 1. Daftar Informan Penelitian
No |
Nama |
Usia |
Pekerjaan |
Domisili |
Keterangan |
1 |
Expert 1 |
23 tahun |
Biarawati Yayasan Bhakti
Luhur |
Malang |
Pendamping tunanetra |
2 |
Expert 2 |
23 tahun |
Biarawati Yayasan Bhakti
Luhur |
Malang |
Pendamping tunanetra |
3 |
Extreme 1 |
20 tahun |
Pelajar |
Malang |
Penyandang tunanetra |
4 |
Extreme 2 |
15 tahun |
Pelajar |
Malang |
Penyandang tunanetra |
5 |
Extreme 3 |
22 tahun |
Pelajar |
Malang |
Penyandang tunanetra |
Pemilihan informan
di atas dilakukan secara acak di lokasi Panti Asuhan Bhakti Luhur Jl. Raya
Dieng No.40, Kota Malang. Wawancara dilakukan secara offline di Panti
Asuhan tersebut.
Hasil dan Pembahasan
Berikut adalah
hasil wawancara dengan 2 expert yang bersangkutan tertulis dalam tabel
2:
Tabel 2. Hasil
Wawancara Expert
No |
Pertanyaan |
Jawaban |
1 |
Apa saja masalah atau rintangan yang menurut suster dialami oleh adik
tunanetra selama ini jika berada di tempat umum atau keramaian? |
1.
Expert 1 : Jika sendirian pasti kesulitan karena
mereka tidak tahu apa yang ada di depan atau sekelilingnya, bisa bahaya juga
untuk keselamatannya. 2.
Expert 2 : Interaksi dengan sesama karena tidak
semua orang mau memulai pembicaraan terlebih dahulu kepada adik tunanetra,
sedangkan adik tunanetra pun tidak dapat mengetahui keberadaan orang di
sekitarnya. |
2 |
Pernahkah suster mengalami rintangan ketika suster menuntun adik
tunanetra selama berada di lingkungan sosial? |
1.
Expert 1 : -
Waktu menuntun adik tunanetra,
ada banyak rintangan yang kami hadapi. Contohnya, di tempat yang ramai
seperti pasar terkadang sulit sekali untuk bergerak cepat. Orang-orang sering
tidak sadar kalau kami butuh ruang lebih untuk bergerak. -
Ada juga saat-saat
menyeberang jalan yang ramai tanpa lampu lalu lintas atau zebra cross
yang jelas. Ini bisa sangat membahayakan karena kami harus memastikan aman
untuk menyeberang sambil tetap menuntun adik tunanetra. 2.
Expert 2 : -
Di tempat dengan banyak
tangga atau eskalator tanpa pegangan yang jelas, cukup menantang. -
Terkadang waktu di acara
atau tempat yang sibuk, orang lain suka terburu-buru dan tidak sabar menunggu
kami. Itu bisa membuat stress dan membuat kami merasa terburu-buru
padahal butuh waktu lebih untuk bergerak dengan aman. |
3 |
Pernahkah suster berharap adik tunanetra dapat secara mandiri
menikmati waktunya berada di lingkungan sosial tanpa bantuan? |
1.
Expert 1 : Ya, suster sering sekali berharap adik
tunanetra bisa lebih mandiri. Rasanya pasti luar biasa kalau mereka bisa
jalan-jalan sendiri tanpa harus selalu bergantung pada orang lain. Suster
membayangkan mereka bisa pergi ke taman, belanja di pasar, atau bahkan naik
transportasi umum dengan percaya diri. 2.
Expert 2 : Ya tentunya, melihat mereka bisa mandiri
dan tidak bergantung pada orang lain adalah hal yang indah. Namun pastinya
perlu dukungan dari sekitar untuk mewujudkannya. |
4 |
Apakah adik
tunanetra pernah mengalami hal yang tidak baik dari lingkungan sosialnya?
Contohnya memperoleh kata-kata yang tidak baik ataupun sekedar tatapan yang
kurang baik |
1.
Expert 1 : Dahulu, adik tunanetra sering mengalami
hal-hal yang tidak menyenangkan dari lingkungan sosialnya. Ada saja orang
yang bicara sembarangan atau kasih tatapan kurang enak. Misalnya, ada yang
bilang hal-hal seperti 'Kasihan ya' atau 'Pasti hidupnya susah' yang
sebenarnya tidak perlu diucapkan. Mereka juga terkadang dapat tatapan aneh
atau bahkan diabaikan ketika butuh bantuan. 2.
Expert 2 : Pernah dahulu ada yang menertawakan atau
menganggap mereka beban. Padahal, adik tunanetra sama seperti kita, mereka
punya hak untuk berada di tempat umum dan berinteraksi sosial tanpa harus
merasa dihakimi atau direndahkan. |
5 |
Apakah adik
tunanetra pernah mengatakan atau menunjukkan keinginannya untuk berinteraksi
sosial di luar rumah? |
1.
Expert 1 : Sering sekali adik tunanetra menunjukkan
keinginannya untuk berinteraksi sosial di luar rumah. Mereka ingin sekali
punya pengalaman yang sama seperti kita. Misalnya, mereka berkata ingin pergi
menghadiri acara ulang tahun atau sekedar duduk santai di kafe sambil
berbincang. Keinginan itu wajar sekali karena mereka juga ingin merasakan
kebersamaan dan punya kenangan indah bersama orang-orang di sekitarnya.
Mereka ingin merasa diterima dan bisa menikmati kegiatan sosial tanpa harus
selalu didampingi. 2.
Expert 2 : Mereka sangat ingin berinteraksi sosial
di luar rumah, terkadang mereka bercerita ingin jalan-jalan ke mall,
menghadiri acara tertentu dan juga punya teman berbicara di luar panti asuhan
sehingga merasakan suasana baru di luar rumah, Kami juga selalu berusaha
untuk mendukung dan membantu mereka agar bisa menikmati waktu diluar rumah. |
6 |
Bagaimana
kesan suster saat adik tunanetra pertama kali memakai pakaian wearable
technology ini? |
1.
Expert 1 : Alat atau teknologi yang digunakan bagus
untuk perkembangan ke depan, namun desain baju seharusnya sesuai dengan tubuh
anak tunanetra. 2.
Expert 2 : Sangat baik untuk dipakai. |
7 |
Kemanakah
menurut suster pakaian ini cocok digunakan & sangat membantu adik
tunanetra sehari-hari di lingkungan sosial? Mengapa? |
1.
Expert 1 : Menurut saya, ada dua aspek, yang baik
adalah anak tuna netra dapat mengetahui titik-titik keberadaan mereka. Namun
aspek yang tidak baik adalah alat itu cukup berbahaya ketika digunakan anak
tunanetra untuk kegiatan memasak di panti, piket kebersihan, dan lain-lain.
Karena ketika mereka melakukan kegiatan seperti itu, lalu alat tersebut
berbunyi maka dapat membuat mereka terkejut. 2.
Expert 2 : Alat tersebut sangat baik untuk
digunakan anak tunanetra jalan-jalan. Sejauh ini masih tidak ada masalah bagi
suster. |
8 |
Apakah
dengan pakaian yang fashionable ini dapat meningkatkan kepercayaan
diri adik tunanetra untuk bersosialisasi di luar rumah? |
1.
Expert 1 : Menurut suster, pakaian yang fashionable
atau keren sangat bisa meningkatkan kepercayaan diri adik tunanetra. Kalau
mereka merasa tampilannya oke, pasti lebih percaya diri buat berinteraksi di
tempat umum. Pakaian yang nyaman dan stylish bisa bikin mereka merasa
lebih diterima dan dihargai oleh orang lain. Selain itu, dengan berpakaian
bagus, mereka juga bisa menunjukkan kepribadian dan gaya mereka sendiri, yang
pastinya bikin mereka lebih semangat untuk bersosialisasi. Jadi, tidak salah
kalau kita juga membantu mereka memilih pakaian yang keren, karena itu bisa
jadi salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan diri mereka. 2.
Expert 2 : Iya, dengan berpakaian yang keren bisa
juga meningkatkan kepercayaan diri mereka dan nyaman untuk berada di
keramaian. Mereka juga bisa lebih mengekspresikan diri dan merasa setara
dengan orang-orang di sekitarnya karena seringkali adik-adik merasa tidak
percaya diri. Bisa juga memberi pengaruh positif dan mendorong mereka lebih
berani bersosialisasi atau keluar rumah. Jadi meskipun prioritas utama adalah
kenyamanan, tidak ada salahnya juga memberi mereka kesempatan berpakaian yang
bagus agar mereka merasa lebih berani saat berada di luar rumah. |
Gambar 3. Wawancara Expert dan Extreme
(Sumber: Pribadi)
Narasumber biarawati sekaligus pendamping
tunanetra di Panti Asuhan Bhakti Luhur mengakui bahwa adik-adik tunanetra
mengalami kesulitan jika berada di lingkungan sosial atau keramaian, harus
selalu didampingi dan dituntun. Di mana terkadang para suster juga mengalami rintangan
ketika menuntun adik-adik tunanetra. Tidak jarang juga adik-adik tunanetra
mendapat perlakuan yang tidak baik ketika di lingkungan sosial
Dari wawancara expert
tersebut ditemukan bahwa hambatan atau masalah yang ada pada penyandang
tunanetra ketika berada di lingkungan sosial atau tempat umum ada dua hal yaitu
kesulitan pergerakan yang tidak bebas dan juga hal fashion yang ternyata
mampu menjadi penunjang kepercayaan diri yang mendorong penyandang tunanetra
untuk berani keluar rumah
Temuan ini dapat terjadi
karena kondisi penyandang tunanetra berbeda dengan kita atau kebanyakan orang.
Hal ini dapat mengakibatkan mereka sulit diterima oleh lingkungan sosial, baik
itu dari segi keberadaan maupun interaksi sosial. Sebagai contoh, orang
non-tunanetra terbiasa bergerak cepat di keramaian, sedangkan penyandang
tunanetra membutuhkan waktu lebih lama untuk berpindah-pindah tempat. Hal ini
membuat adanya bentrokan dimana orang non-tunanetra tidak terbiasa berhadapan
dengan kondisi penyandang tunanetra tersebut
Fenomena-fenomena yang
telah kita ketahui juga dapat dilihat bahwa jarang ditemukan penyandang
tunanetra yang berani keluar rumah atau berpergian sendirian tanpa ditemani,
kebanyakan dari mereka akhirnya memilih untuk tetap tinggal di dalam rumah atau
panti asuhan
Menurut respon narasumber expert, wearable
technology ini sangat baik untuk ke depannya, namun memang harus
disesuaikan kembali dari beberapa aspek:
1. Kenyamanan
Perlu dipikirkan dari segi aktivitas para penyandang tunanetra.
Contohnya seperti, ketika mereka memasak, piket kebersihan, dan lain-lain. Jika
alat tetap terpasang maka akan rentan untuk sensor terus berbunyi. Serta,
kurang memungkinkan apabila terus menerus harus on dan off alat
karena hal ini kurang efektif.
2. Ketahanan
Teknologi
Ketika hujan, wearable technology ini kurang mampu untuk
dioperasikan karena rentan rusak jika terkena air. Tidak hanya itu, tetapi juga
dapat membahayakan para penyandang tunanetra yang memakainya.
Berikut
adalah hasil wawancara dengan 3 penyandang tunanetra yang bersangkutan tertulis
dalam tabel 3:
Tabel 3. Hasil
Wawancara Penyandang Tunanetra
No |
Pertanyaan |
Jawaban |
1 |
Apa saja masalah atau rintangan yang adik alami selama ini jika berada
di tempat umum atau keramaian? |
1. Extreme 1 : Ketika
jalan raya, kadang mengalami hambatan. Contoh lain, di pasar, pendamping lupa
memberi tahu bahwa jalanannya ini naik atau turun. Jadinya terkadang
tersandung. 2. Extreme 2 : Ketika
di keramaian, jika tidak dituntun oleh pendamping jadinya agak kesulitan dan
bingung. 3. Extreme 3 : Ketika
masih banyak orang, kalau tidak digandeng jadinya tersandung-sandung. Selain
itu tempat yang terlalu bising juga membuat bingung karena kami mengandalkan
indra pendengar. |
2 |
Apakah
pernah memiliki keinginan untuk bisa berpergian sendirian tanpa ditemani? |
1. Extreme 1 : Pernah 2. Extreme 2 : Pernah 3. Extreme 3 : Pernah |
3 |
Apakah adik
sering berinteraksi sosial di luar rumah? |
Ketika
ada acara saja, diajak kenalan oleh orang-orang sekitar |
4 |
Apakah adik
pernah memiliki keinginan untuk berpakaian fashionable ketika
berpergian? Mengapa? |
Ingin, supaya
enak dilihat |
5 |
Bagaimana
kesan adik saat pertama kali memakai pakaian wearable technology ini? |
1. Extreme 1 : Menarik
setelah mendengar penjelasan kakak, pakai nya juga mudah. 2. Extreme 2 : Lebih
memilih pakaian atasan dan bawahan, bukan pakaian terusan. 3. Extreme 3 : Baru
pertama kali tahu dan bermanfaat. |
6 |
Kemanakah
menurut adik pakaian ini cocok digunakan & sangat membantu? Mengapa? |
Di keramaian,
karena bisa mengetahui ada orang yang mendekat, atau ketika mendekati objek
agar tidak tertabrak seandainya pendamping lupa memberi tahu. |
7 |
Menurut adik
apakah pakaian wearable technology ini bermanfaat untuk sehari-hari
terutama saat di lingkungan sosial? |
1.
Extreme 1 : Sangat
membantu, namun pakaiannya terlalu panjang. Alatnya cukup membantu. 2.
Extreme 2 : Sangat
membantu 3.
Extreme 3 : Sangat
membantu |
8 |
Apakah
dengan pakaian yang fashionable ini dapat meningkatkan kepercayaan
diri adik untuk bersosialisasi di luar rumah? |
1.
Extreme 1
: Iya 2.
Extreme 2 : Dapat
meningkatkan percaya diri 3.
Extreme 3 : Cukup
meningkatkan |
Gambar 4. Percobaan Wearable Technology pada Extreme
1
(Sumber:
Pribadi)
Gambar 5. Percobaan Wearable Technology pada Extreme
2
(Sumber:
Pribadi)
Gambar 6.
Teknologi yang Ada di Dalam Pakaian Uji Coba
(Sumber:
Pribadi)
Adik-adik tunanetra
di Panti Asuhan Bhakti Luhur mengakui bahwa ketika di tempat umum atau
keramaian, mereka mengalami beberapa permasalahan. Sebagian besar
permasalahannya adalah tersandung dan bingung berjalan ke arah mana dikarenakan
pendamping yang terkadang lalai. Di samping itu, mereka juga sebenarnya memiki
keinginan untuk bisa berpergian sendirian tanpa harus didampingi.
Interaksi sosial
adalah hal yang diperlukan setiap manusia karena pada dasarnya manusia pun
ialah makhluk sosial. Namun sayangnya dikarenakan keterbatasan yang ada, mereka
menjadi jarang bersosialisasi di luar panti. Berinteraksi dengan orang luar
hanya mereka lakukan ketika ada event-event saja yang diadakan oleh panti
mereka.
Gambar 7. Pakaian Keseharian Adik-Adik
Tunanetra
(Sumber: Pribadi)
Dari segi pakaian sehari-hari yang telah diamati, adik-adik tunanetra
cenderung mengedepankan kenyamanan dan tidak terlalu mempedulikan estetika.
Namun hal ini jika dikaitkan dengan hasil wawancara, mereka sebenarnya ingin
tampil fashionable agar menarik dilihat orang lain. Hanya saja selama
ini mereka kesulitan untuk memilih pakaian yang bagus dikarenakan harus
terus-menerus menanyakan itu warna apa dan lain-lainnya.
Percobaan pemakaian produk Fashionable Daily Wear Dengan Wearable
Technology ini juga mendapatkan respon positif dari adik-adik tunanetra
dikarenakan mereka belum pernah menemukan produk seperti itu sebelumnya.
Menurut mereka, pakaian ini dapat bermanfaat jika dikenakan saat berpergian.
Selain itu, estetika pakaian wearable technology ini juga diakui mampu
meningkatkan kepercayaan diri adik-adik tunanetra.
Kesimpulan
Data-data yang telah
dikumpulkan dapat dikatakan bahwan penelitian ini berhasil mengenalkan
teknologi khususnya wearable technology kepada para penyandang
tunanetra. Selain itu juga mampu membantu peneliti selanjutnya untuk
menciptakan atau mengatasi permasalahan para penyandang tunanetra melalui
produk wearable technology yang telah di-upgrade. Hal ini dapat
dikatakan karena penelitian ini berhasil mengumpulkan data-data feedback
dari narasumber expert maupun extreme secara langsung, termasuk
kritik dan saran yang diberikan oleh mereka. Hal ini mampu menjadi bahan
pertimbangan peneliti selanjutnya.
Penelitian ini juga
berhasil menjadi wadah bagi para penyandang tunanetra untuk memberi keluh kesah
mereka selama berada di tempat keramaian sosial. Hal ini secara tidak langsung
juga sebagai bentuk penyampaian kepada masyarakat maupun para peneliti di luar
sana untuk tergerak mengatasi permasalahan-permasalahan baru yang ada.
Penelitian ini menemukan kesimpulan secara garis besar bahwa wearable
technology yang sudah ada sebelumnya mungkin dapat mengatasi permasalahan
tunanetra di zaman itu. Namun, seiring berjalannya waktu juga memerlukan
peningkatan desain maupun perangkat yang disesuaikan dengan permasalahan baru
para penyandang tunanetra. Selain itu, dari segi efektivitas dapat dikatakan
belum sepenuhnya sempurna efektif untuk saat ini dikarenakan masih perlu
beberapa peningkatan wearable technology yang disesuaikan dengan kondisi
saat ini. Namun jika bicara dari segi respon sensor HCSR (sensor jarak) yang
mengirimkan sinyal bunyi ketika mendekati objek, dapat dibuktikan sangat
efektif untuk para penyandang tunanetra selama berada di keramaian.
BIBLIOGRAFI
Amelia, I. (2021). Peran Persatuan Tunanetra
Indonesia Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Kota Bandar Lampung.
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Azizah, N. L., Mahardiani, L., & Yamtinah, S. (2022). Analisis Miskonsepsi Dengan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Dan In-Depth Interview Pada Materi Asam Basa. Jurnal Pendidikan Kimia, 11(2), 168–177.
Carpio, R. S. J. (2019). A didactic proposal based on the icts tool webquest to optimize reading comprehension skill among the students of second grade at Santa Lucía High School in Ferreñafe.
Godfrey, A., Hetherington, V., Shum, H., Bonato, P., Lovell, N. H., & Stuart, S. (2018). From A to Z: Wearable technology explained. Maturitas, 113, 40–47.
Kholisna, T., & Nugrahani, R. F. (2023). Upaya Pemahaman Guru Inklusi Terhadap Asessmen Anak Berkebutuhan Khusus Pada Sekolah Inklusi Di Malang. Jurnal Edukasi Pengabdian Masyarakat, 2(3), 206–211.
Maulina, D. (2023). Analisis Usability Sistem Aplikasi Netraku Menggunakan Metode Usability Testing. Jurnal Teknik Informatika UNIKA Santo Thomas, 238–252.
Mochtar, S. (2017). Tinjauan hukum islam terhadap praktik jual beli yang dilakukan oleh orang tunanetra di panti asuhan tunanetra terpadu aisyiyah ponorogo. IAIN Ponorogo.
Mustanir, A., Hamid, H., & Syarifuddin, R. N. (2019). Pemberdayaan kelompok masyarakat desa dalam perencanaan metode partisipatif. Moderat: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 5(3), 227–239.
Ni’matuzahroh, S., & Prasetyaningrum, S. (2018). Observasi: teori dan aplikasi dalam psikologi (Vol. 1). UMMPress.
Panggabean, T. Y. S., & Ati, S. (2019). Evaluasi Jaws (Job Access With Speech) Screen Reader untuk Akses Informasi Tunanetra di Yayasan Komunitas Sahabat Mata Semarang. Jurnal Ilmu Perpustakaan, 6(3), 701–710.
Petriccione, A. (2018). Fashion vs. function: A look at new opportunities for fashionable and functional travel wear. Advertising & Society Quarterly, 19(3).
Rachma, D. N. (2016). Peranan Perpustakaan dalam Menumbuhkan Kemampuan Literasi Informasi bagi Anak Tunanetra di Sekolah Luar Biasa Bagian Tunanetra (SLB-A) Panti Rehabilitasi Penyandang Cacat Netra (PRPCN) Palembang (Skripsi)(Doctoral dissertation, UIN Raden Fatah Palembang). UIN Raden Fatah Palembang.
Rahman, A. (2019). Pendekatan Partisipatif Dalam Pengembangan Komunitas. Modul Pengembangan Komunitas. Bogor: Program Prencanaan Dan Pengembangan Komunitas P4W. LPPM Institutue Pertanian Bogor.
Rizka, W. A. (2021). Problematika dan Solusi Pada Single Parent Disabilitas Tunanetra di Desa Purwasaba Kabupaten Banjarnegara. IAIN Purwokerto.
Susanto, D., & Jailani, M. S. (2023). Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Dalam Penelitian Ilmiah. QOSIM: Jurnal Pendidikan, Sosial & Humaniora, 1(1), 53–61.
Syafi’ie, M. (2014). Pemenuhan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas. Inklusi, 1(2), 269–308.
Copyright holder: Talia
Nathanael, Caroline Devina Gunawan, Olivia Gondoputranto (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |