Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 11, November 2024

        

SEKOLAH TINGGI ILMU KEGUGURAN DAN ILMU PENDIDIKAN ITA WOTU NUSA SEBAGAI SOCIAL SPACE DALAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR

 

Rizski Haryudi Rumalutur1, Aholiab Watloly2, Rahawarin3, Jeffry E. M. Leiwakabessy4

Universitas Pattimura, Ambon, Indonesia1,2,3,4

Email: [email protected]1

 

Abstrak

Penelitian ini membahas peran Sumber Daya Manusia dalam proses transfer pengetahuan dan nilai (transfer of knowledge and value), khususnya dalam Konteks Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Ita Wotu Nusa (STIKIP Ita Wotu Nusa) sebagai entitas sosial yang terkait erat dengan proses produksi. STIKIP Ita Wotu Nusa memiliki strategi khusus dalam membangun keunggulan sebagai ruang produksi (social space), dengan tujuan berkompetisi dalam menjaga dan mengembangkan Sumber Daya Manusia di Kabupaten Seram Bagian Timur dan sekitarnya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk memahami dinamika social space di STIKIP Ita Wotu Nusa. Dengan mengumpulkan data melalui observasi dan wawancara, penelitian bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang interaksi sosial dan struktur ruang di lingkungan tersebut. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, ketaatan dipandang sebagai aplikasi dari keimanan seseorang, terutama dalam mematuhi aturan dan mampu mengaplikasikan pengetahuan keilmuan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Strategi pengkaderan di STIKIP Ita Wotu Nusa bertujuan menghasilkan mahasiswa yang tidak hanya memiliki kualitas sebagai guru, tetapi juga karakter kompetitif, ketaatan, dan semangat belajar yang tinggi. Hal ini dimaksudkan agar lulusan mampu bersaing dalam era globalisasi. Untuk mengembangkan sumber daya manusia di STIKIP Ita Wotu Nusa secara efektif, strateginya melibatkan beberapa langkah kunci. Ini termasuk merancang perencanaan untuk memahami kebutuhan pengembangan mahasiswa, menyusun program pengembangan yang sesuai, mengimplementasikan program tersebut, dan terus-menerus mengevaluasi perkembangan mahasiswa dengan dukungan tenaga pendidik dan pendidikan.

Kata Kunci: Social Space, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Pendidikan

 

Abstract

This research discusses the role of human resources in the process of knowledge and value transfer, particularly in the context of the University of Wotu Nusa as a social entity that is closely connected with the production process. It has a special strategy for building excellence as a production space (social space), with the aim of competing for and developing human resources in the district of Horam East and its surroundings. This research uses descriptive methods with a qualitative approach to understanding the dynamics of social space at STIKIP Ita Wotu Nusa. By collecting data through observations and interviews, the research aims to gain a deeper understanding of social interactions and space structures in the environment. Observations and interviews suggest that obedience embodies one's faith, particularly in adhering to rules and applying scientific knowledge in daily social interactions. The framing strategy at STIKIP Ita Wotu Nusa aims to produce students who not only have quality as teachers, but also competitive character, obedience, and a high learning spirit. The aim is to equip graduates with the necessary skills to thrive in the globalization era. To effectively develop human resources at STIKIP Ita Wotu Nusa, the strategy involves several key steps. These include designing a plan to understand student development needs, formulating appropriate development programs, implementing such programs, and continuously evaluating student development with the support of educators and educators.

Key word: Social space, human resource development, education

 

Pendahuluan

Pengembangan suatu bangsa tidak bisa dipisahkan dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan manajemen, dan kualitas sumber daya manusia (Rizik et al., 2021). Keberhasilan pembangunan sangat tergantung pada manusia yang memiliki kemampuan membangun, yang hanya dapat dicapai melalui Pendidikan (Arifin, 2017; Widiansyah, 2017). Salah satu jalur utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui pendidikan tinggi, yang juga merupakan faktor kunci dalam meningkatkan daya saing antar lembaga Pendidikan (Komara, 2018). Era globalisasi menuntut perguruan tinggi untuk mengikuti perkembangan teknologi dan industri, menjadikan persaingan semakin ketat (Anih, 2016; Sobri et al., 2020).

Perguruan tinggi berperan penting dalam pembinaan sumber daya manusia unggul dengan melakukan transfer pengetahuan dan nilai (Abdillah, 2024; Muhsim et al., 2023). Mereka harus mampu mencerdaskan mahasiswa serta bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya, mendorong mereka untuk bergerak cepat dan adaptif (Damanhuri et al., 2013). Di Kabupaten Seram Bagian Timur, kurangnya perhatian terhadap pendidikan dari tingkat dasar hingga tinggi membutuhkan perhatian khusus untuk meningkatkan sumber daya manusia.

Kabupaten Seram Bagian Timur, sebuah daerah kepulauan dengan 45 pulau, memiliki tiga perguruan tinggi swasta di Kota Bula. Ketiganya memiliki program studi yang beragam dan strategi masing-masing dalam menjaga sumber daya manusia di wilayah tersebut. Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Ita Wotu Nusa (STIKIP IWN) adalah salah satu perguruan tinggi yang menarik perhatian karena berdiri relatif baru dan memiliki akreditasi hibah C.

Beberapa penelitian sebelumnya telah mengkaji peran perguruan tinggi dalam pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan daya saing regional. Penelitian oleh Marlinah (2019) menyoroti pentingnya peran perguruan tinggi dalam menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi tinggi agar dapat bersaing di era globalisasi. Kualitas pendidikan di perguruan tinggi memiliki dampak langsung terhadap kemampuan adaptasi lulusan dalam dunia kerja, yang merupakan elemen penting dalam pembangunan ekonomi suatu daerah.

Selain itu, penelitian oleh Pattimahu et al. (2023) menunjukkan bahwa perguruan tinggi berperan dalam menggerakkan kemajuan ekonomi daerah melalui pengembangan kemampuan inovasi dan keterampilan praktis para mahasiswa. Perguruan tinggi di daerah-daerah terpencil, seperti Seram Bagian Timur, memiliki tantangan yang unik, seperti keterbatasan akses terhadap sumber daya dan infrastruktur pendidikan.

Sebagai respons terhadap kondisi tersebut, penelitian dilakukan untuk mengeksplorasi peran STIKIP IWN sebagai ruang sosial dalam pengembangan sumber daya manusia di Kabupaten Seram Bagian Timur. Penelitian ini bertujuan untuk memahami kontribusi perguruan tinggi tersebut dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia di daerah tersebut.

Penelitian ini memberikan manfaat teoritis dengan mengaplikasikan materi sosiologi untuk memahami mutu pendidikan dan peningkatan sumber daya manusia, serta memberikan sumbangan pada pengembangan teori sosiologi dan wawasan baru dalam bidang tersebut. Dari segi praktis, penelitian ini memberikan masukan kepada perguruan tinggi dan pemerintah kabupaten untuk meningkatkan sumber daya manusia di Kabupaten Seram Bagian Timur.

Penelitian ini membahas peran Sumber Daya Manusia dalam proses transfer pengetahuan dan nilai (transfer of knowledge and value), khususnya dalam Konteks Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Ita Wotu Nusa (STIKIP Ita Wotu Nusa).

 

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan analisis kualitatif yaitu pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat, mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena (Nazir, 2014). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: data primer, yaitu data yang diperoleh langsung melalui wawancara kepada ketua Yayasan, kaprodi, Dosen, dan mahasiswa STKIP IWN, serta Pemda Seram Bagian Timur, dan data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui arsip, data dan dokumen yang memiliki hubungan erat dengan permasalahan kajian penelitian.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 1. Interactive Model of Analysis

 

Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini melalui serangkaian tahapan yang meliputi beberapa langkah awal hingga akhir. Moleong (2018) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif ini dimulai dengan tahap pra-lapangan, yang meliputi pembuatan proposal penelitian, perencanaan rancangan penelitian, pemilihan obyek penelitian, hingga pengurusan perizinan dan persiapan perlengkapan yang diperlukan. Kemudian, penelitian dilanjutkan dengan tahap pekerjaan lapangan, di mana data relevan dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan pengumpulan dokumen. Ketiga teknik ini digunakan untuk memastikan kevalidan data yang terkumpul. Tahap terakhir adalah analisis data, di mana data yang telah terkumpul dianalisis secara mendalam untuk mencapai kesimpulan yang relevan dengan tujuan penelitian.

 

Hasil dan Pembahasan

Hubungan Sosial STIKIP Ita Wotu Nusa Pada Masyarakat

1)  Peranan STIKIP Ita Wotu Nusa

Dunia akademik, terutama di lingkungan perguruan tinggi seperti STIKIP Ita Wotu Nusa, memegang peran sentral dalam mengawal nilai-nilai sosial dan budaya serta dalam mengembangkan kehidupan demokrasi. Keterbukaan dan kebebasan berpikir menjadi landasan utama bagi dinamika ini, yang tercermin dalam budaya kampus yang mengutamakan kebebasan mimbar akademik dan penataan fakta-fakta kehidupan. STIKIP Ita Wotu Nusa, sebagai lembaga pendidikan tinggi di Kabupaten Seram Bagian Timur, berupaya menjadi sumber ide dan agen perubahan sosial, dengan memberikan kebebasan kepada mahasiswa dan mahasiswi serta mengembangkan kualitas pendidikan dan soft skill yang relevan dengan perkembangan zaman.

Perguruan tinggi, seperti STIKIP Ita Wotu Nusa, juga dihadapkan pada tantangan globalisasi, di mana kualitas produksi lembaga pendidikan menjadi kunci keberhasilan. Oleh karena itu, fokus pengembangan pendidikan tinggi tidak hanya pada peningkatan sarana dan mutu, tetapi juga pada pengembangan kemampuan riset yang relevan dengan kebutuhan daerah (Anwar, 2017; Fitri & Syahrani, 2021; Noor, 2010). STIKIP Ita Wotu Nusa berusaha memenuhi tantangan ini dengan membuka laboratorium dan mengembangkan fasilitas serta kurikulum yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah.

 

Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) Ita Wotu Nusa berkududukan kampus pada lingkungan sosial masyarakat. Sehingga Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) Ita Wotu Nusa selalu menjaga hubungan antara Civitas Akademika STIKIP Ita Wotu Nusa serta mahasiswa dan mahasiswi selalu berhubungan sosial masyarakat pada lingkar masyarakat kampus seperti kerja bakti bersama pada hari sabtu atau minggu untuk membersihkan rumput yang berada pada jalur masuk lingkungan masyarakat dan area kampus Selain itu Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) Ita Wotu Nusa juga membuat agenda rutin untuk membersihkan kawasan wisata yang berada dekat dengan lokasi kampus Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) Ita Wotu Nusa yaitu pantai gumumae.” (Hasil wawancara Ibu Agus Tina Nugraheni selaku Wakil Ketua Bidang Umum dan Keuangan Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) Ita Wotu Nusa)

 

Selain itu, lembaga pendidikan tinggi juga diharapkan menjadi unsur penggerak pembangunan nasional, dengan menghasilkan agen perubahan yang memahami dan mampu mengatasi realitas sosial yang ada. STIKIP Ita Wotu Nusa berperan dalam menjaga dan mengembangkan nilai-nilai budaya yang unggul dalam kehidupan masyarakat, dengan menjalankan mata kuliah khusus dan mengintegrasikan nilai-nilai kebudayaan lokal dalam kurikulum.

Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) Ita Wotu Nusa berkududukan kampus pada lingkungan sosial masyarakat. Sehingga Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) Ita Wotu Nusa selalu menjaga hubungan antara Civitas Akademika STIKIP Ita Wotu Nusa serta mahasiswa dan mahasiswi selalu berhubungan sosial masyarakat pada lingkar masyarakat kampus seperti kerja bakti bersama pada hari sabtu atau minggu untuk membersihkan rumput yang berada pada jalur masuk lingkungan masyarakat dan area kampus

Peran perguruan tinggi tidak hanya terbatas pada aktivitas akademis di dalam kampus, tetapi juga meluas ke masyarakat sekitarnya. STIKIP Ita Wotu Nusa, melalui berbagai kegiatan seperti kerja bakti dan program membersihkan lingkungan, berupaya menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat lingkar kampus serta meningkatkan keterlibatan mereka dalam kegiatan kampus. Dengan demikian, perguruan tinggi seperti STIKIP Ita Wotu Nusa berpotensi menjadi agen perubahan yang signifikan dalam dinamika sosial dan pembangunan masyarakat.

 

2) Peranan Hubungan Masyarakat Pada STIKIP Ita Wotu Nusa

Hubungan masyarakat atau public relations (PR) di STIKIP Ita Wotu Nusa di Kabupaten Seram Bagian Timur dijalankan sesuai fungsi umumnya, yakni sebagai upaya menjalin kerjasama baik dengan pihak internal maupun eksternal. Interaksi yang berlangsung antara sumber daya manusia di kampus tersebut menandakan adanya komunikasi yang baik, yang melibatkan pimpinan, dosen, karyawan, dan mahasiswa. Ini mencerminkan pentingnya PR dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap eksistensi perguruan tinggi.

Implementasi hubungan masyarakat di STIKIP Ita Wotu Nusa menekankan pada penyebaran informasi kepada masyarakat melalui berbagai media, termasuk brosur, spanduk, surat menyurat, koran, dan media online. Selain itu, hubungan masyarakat juga melibatkan komunikasi dua arah, baik internal maupun eksternal, untuk memperbaiki citra dan mempromosikan lembaga tersebut. Strategi ini termasuk menjalin hubungan baik dengan masyarakat melalui kegiatan pengabdian, kerja bakti, pertemuan dengan wali mahasiswa, serta memanfaatkan peran alumni dalam membangun nilai positif di masyarakat.

Proses komunikasi internal dan eksternal di STIKIP Ita Wotu Nusa terjadi secara terstruktur dan terkoordinasi. Komunikasi internal melibatkan pimpinan, staf, dosen, dan mahasiswa dalam proses pembuatan keputusan dan evaluasi program-program kampus. Sementara itu, komunikasi eksternal mencakup hubungan dengan pemerintah, tokoh masyarakat, dan masyarakat umum untuk membangun kepercayaan dan citra positif perguruan tinggi. Semua upaya ini bertujuan untuk mempertahankan eksistensi perguruan tinggi dalam persaingan global dan membangun kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut.

 

STIKIP Ita Wotu Nusa Sebagai Ruang Sosial

Dalam "The Production of Space", Lefebvre mengenalkan istilah-istilah yang menjelaskan transformasi ruang sosial sebagai produksi sosial. STIKIP Ita Wotu Nusa diidentifikasi sebagai ruang sosial karena menjadi tempat interaksi antara pimpinan, dosen, mahasiswa, karyawan, dan alumni. Interaksi ini menghasilkan proses pendidikan yang efektif dalam transformasi ilmu pengetahuan.

Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) Ita Wotu Nusa dikategorikan sebagai ruang sosial dikarenakan terjadi suatu fakta sosial dengan adanya interaksi sosial antara pimpinan, dosen, mahasiswa, karyawan, dan alumni. Dengan adanya interaksi sosial ini untuk menghasilkan proses pada bidang pendidikan yang efektif pada transformasi ilmu pengetahuan”. (Hasil Wawancara Bpk. Ibrahim Wokas Selaku Ketua Yayasan Nafiri Ukar Sengan Yang Menangungi Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) Ita Wotu Nusa)

Lefebvre tidak secara spesifik mendefinisikan ragam ruang dalam satu bagian khusus, melainkan menjelaskan bagaimana satu ragam ruang dapat berubah menjadi ragam lainnya. Terdapat 4 ragam pada STKIP Ita Wotu Nusa, yaitu

1)    Ruang absolut ditandai sebagai ruang yang memiliki faktor intrinsik yang kuat, homogen dalam kefungsian, sehingga membentuk makna simbolis yang dapat dipahami dengan mudah oleh masyarakat (makna tunggal). Makna dari ruang absolut ini diberikan oleh alam, atau berasal dari praktek jaman primitif, seperti ruang sakral, gunung, atau pantai. Pada Mata kuliah khusus di STIKIP Ita Wotu Nusa, yang dikenal sebagai mata kuliah Bahasa Orang Basudara, menjadi ciri khas dalam menjaga nilai-nilai budaya, etika, dan kearifan lokal di Kabupaten Seram Bagian Timur. Melalui mata kuliah ini, mahasiswa diajarkan tentang kepercayaan masyarakat setempat, bahasa daerah, etika sosial, dan pentingnya memelihara kearifan lokal agar tidak hilang. Hal ini mencerminkan upaya untuk menjaga dan memperkaya keberagaman budaya serta memahami nilai-nilai yang dipegang oleh masyarakat setempat, sekaligus menghormati warisan budaya yang dimiliki.

2)    Ruang abstrak pada STIKIP Ita Wotu Nusa, selain fokus pada mata kuliah inti dalam setiap program studi untuk mempersiapkan mahasiswa memahami dan mengimplementasikan teori dalam dunia pendidikan, terdapat juga ciri khas dengan mata kuliah Orang Basudara. Namun, upaya untuk mengelola dan mengkomunikasikan alumni STIKIP Ita Wotu Nusa serta mengontrol mereka setelah wisuda dan kembali ke masyarakat masih menjadi keabstrakan. Hal ini menggambarkan bahwa meskipun ruang tersebut memiliki karakteristik absolut dalam konteks pendidikan, namun ketika melibatkan aspek manajemen dan interaksi dengan alumni, ruang tersebut dapat menjadi abstrak karena terdapat makna yang heterogen dan kompleks yang melampaui ranah pendidikan itu sendiri.

3)    Ruang kontradiktif pada STIKIP Ita Wotu Nusa dihadapkan pada kontradiksi antara tugasnya sebagai lembaga pendidikan tinggi dalam mendidik generasi muda untuk menghadapi tantangan zaman, mulai dari era globalisasi hingga revolusi industri dan teknologi yang semakin canggih. Meskipun memiliki beragam tugas untuk mentransformasikan ilmu pengetahuan secara teoritis maupun praktik, sekolah ini menghadapi tantangan dalam memperkuat pemahaman dan penerapan teknologi informasi dan komunikasi oleh mahasiswa. Ini menjadi hambatan dalam memastikan bahwa generasi yang dididik dapat memanfaatkan teknologi secara optimal untuk beradaptasi dengan perubahan zaman.

4)    Ruang deferensial, STIKIP Ita Wotu Nusa sebagai lembaga pendidikan tinggi di Kabupaten Seram Bagian Timur menghadapi dinamika ruang diferensial terkait kebijakan biaya kuliah per semester atau Uang Kuliah Tunggal (UKT). Meskipun bisnis yang dibebankan pada mahasiswa melalui UKT menjadi bagian tak terpisahkan dari operasionalnya, STIKIP Ita Wotu Nusa tetap berupaya memberikan pemahaman dan pengertian kepada mahasiswa yang kurang mampu. Namun, keputusan terkait UKT juga harus mempertimbangkan kondisi ekonomi dan sosial mahasiswa, sejalan dengan tujuan awal lembaga ini untuk mencerdaskan generasi muda di wilayah tersebut.

 

Penerapan Teori AGIL Talcott Parsons Pada STIKIP Ita Wotu Nusa

Teori fungsionalisme struktural memandang masyarakat sebagai sebuah sistem yang terdiri dari berbagai elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu, menciptakan konsensus dan keteraturan sosial. Pada contoh Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) Ita Wotu Nusa, civitas akademika, termasuk pimpinan, dosen, karyawan, mahasiswa, dan alumni, membentuk sistem sosial dengan peran masing-masing dalam menjalankan fungsi-fungsi seperti adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi, dan pemeliharaan pola.

George Ritzer menekankan bahwa setiap struktur dalam sistem sosial harus berfungsi secara fungsional terhadap yang lainnya. Ini terlihat dalam STIKIP Ita Wotu Nusa, di mana semua elemen civitas akademika berperan dalam menjalankan fungsi-fungsi yang diperlukan, seperti dosen sebagai pengajar, mahasiswa sebagai pembelajar, dan pimpinan sebagai pengatur hubungan antar bagian.

Talcott Parsons mengembangkan teori fungsionalisme struktural dengan empat imperatif fungsional: adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi, dan pemeliharaan pola.

 

Dengan terjadinya perubahan-perubahan pada skema pembelajaran dunia pendidikan tinggi Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) Ita Wotu Nusa terus mengikuti perkembangan pada metode pembelajaran yang sesuai pada perkembangan zaman yang terjadi agar metode yang dilakukan tidak ketinggalan zaman. Ketika kita melakukan perubahan metode pembelajaran kita memaksimalkan apa yang sudah dilakukan untuk meraih hasil yang sesuai dengan capaian. Pemilharaan metode pembelajaran ini yang menjadi tantangan bagi kita civitas akademika Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) Ita Wotu Nusa.”

 (Hasil Wawancara Ibu Nurlaila Wakil Ketua Bidang Akademik Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) Ita Wotu Nusa)

 

Di STIKIP Ita Wotu Nusa, adaptasi tercermin dalam upaya menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, pencapaian tujuan terwujud dalam visi dan misi institusi, integrasi terjadi melalui pengaturan hubungan antar elemen, dan pemeliharaan pola terlihat dalam upaya memperbaharui metode pembelajaran sesuai perkembangan zaman.

Teori struktural fungsionalisme memahami masyarakat sebagai sistem yang berfungsi secara teratur dan seimbang. Pada STIKIP Ita Wotu Nusa, upaya mempertahankan dan meningkatkan kualitas pendidikan serta adaptasi terhadap perkembangan teknologi dan informasi adalah contoh dari prinsip-prinsip teori fungsionalisme struktural yang diterapkan dalam konteks pendidikan tinggi

 

Proses Pengembangan Sumber Daya Manusia Di STIKIP Ita Wotu Nusa

Pengembangan sumber daya manusia (SDM) di STIKIP Ita Wotu Nusa mengikuti tiga jalur utama, yaitu pendidikan, pelatihan, dan pengembangan karir, sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Fransesco Sofo sebagai berikut: Strategi pengkaderan juga digunakan untuk meningkatkan kompetensi dan loyalitas tenaga pendidik serta menumbuhkan semangat belajar yang tinggi pada mahasiswa. STIKIP Ita Wotu Nusa juga mengadaptasi tiga tuntutan terhadap SDM di bidang pendidikan dalam era globalisasi, yakni SDM yang unggul, terus belajar, dan memiliki nilai-nilai indigenous.

Untuk kegiatan itu nanti akan berlanjut dan berlangsung selama kurang lebih 2 (dua) bulan terakhir dari kegiatan magang itu, bagi yang tidak lulus nanti akan mengulang lagi tetapi di sekolah yang berbeda dan nanti untuk yang lulus maka akan lanjut untuk kegiatan selanjutnya untuk Proposal dan KKN” (Hasil Wawancara Ibu Nurlaila Wakil Ketua Bidang Akademik Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) Ita Wotu Nusa)

Kegiatan rutin pengembangan SDM di STIKIP Ita Wotu Nusa termasuk dalam mata kuliah yang berhubungan dengan sosial kemasyarakatan dan magang di sekolah-sekolah setempat. Tujuannya adalah agar mahasiswa tidak hanya memperoleh pembelajaran teoritis tetapi juga berinteraksi langsung dengan masyarakat. Sarana dan prasarana di kampus sudah mencukupi dengan adanya aula dan laboratorium IT, yang digunakan untuk berbagai kegiatan akademik dan pengembangan SDM.

Meskipun demikian, terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan SDM di STIKIP Ita Wotu Nusa. Faktor pendukungnya antara lain semangat dan keinginan untuk mengembangkan pendidikan tinggi, sementara faktor penghambatnya lebih dominan pada keterbatasan waktu dan kebutuhan akan lembaga penelitian masyarakat sebagai penunjang program-program di kampus.

 

Dampak Pengembangan Terhadap Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia di STIKIP Ita Wotu Nusa

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Ratna Sari Dewi, Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan STIKIP Ita Wotu Nusa, strategi pengembangan SDM di kampus tersebut telah membawa dampak positif dalam meningkatkan kualitas tenaga pengajar. Hal ini tidak hanya berdampak pada mereka secara individu, tetapi juga pada siswa-siswi yang menerima pendidikan. Dampak tersebut tercermin dalam peningkatan mutu pendidikan dan pemantapan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan.

Namun, terdapat juga beberapa hambatan yang dihadapi dalam proses peningkatan kualitas SDM. Salah satunya adalah keterbatasan waktu, terutama bagi tenaga pengajar yang sudah memiliki tanggung jawab keluarga. Waktu yang terbagi antara tugas mengajar dan urusan keluarga dapat menjadi penghambat dalam pelaksanaan program pengembangan SDM.

Meskipun demikian, strategi yang diterapkan di STIKIP Ita Wotu Nusa telah memberikan dampak positif dalam meningkatkan kedisiplinan tenaga pengajar dan staf. Mereka dilatih untuk tepat waktu dan memahami pentingnya disiplin dalam proses belajar-mengajar. Selain itu, program magang juga menjadi sarana untuk mengasah kemampuan mahasiswa dan meningkatkan kualitas pendidikan.

Penerapan strategi pengembangan SDM di kampus ini juga telah memberikan hasil yang terukur. Program-program pengembangan SDM disusun secara terprogram dan terukur, sehingga kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaannya dapat teridentifikasi dan diperbaiki. Hal ini membawa keteraturan dan kemajuan dalam setiap kegiatan pengembangan di kampus.

Kegiatan rutin mingguan, bulanan, dan tahunan juga telah memberikan dampak positif dalam peningkatan mutu pendidikan. Selain meningkatkan kualitas mahasiswa dalam bidang ilmu pengetahuan, kegiatan ini juga menjadi pembiasaan diri bagi mereka untuk berbagi ilmu dan pengalaman dengan orang lain, sehingga menciptakan lingkungan akademik yang lebih dinamis dan produktif.

 

Implikasi Sosiologi

STKIP Ita Wotu Nusa, yang berada di bawah naungan Yayasan Nafiri Ukar Sengan, berperan sebagai ruang sosial di Kabupaten Seram Bagian Timur. Dalam konteks pemahaman ruang menurut Lefebvre, ruang tidak hanya fisik tetapi juga diproduksi secara sosial melalui interaksi masyarakat, kekuatan politik, dan makna simbolis. STKIP Ita Wotu Nusa fokus pada bidang keguruan dan ilmu pendidikan, menyelenggarakan program studi seperti Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Biologi, dan Guru Sekolah Dasar. Tujuannya adalah mewujudkan pendidik berkualitas yang mampu meningkatkan taraf hidup di daerah tersebut.

Dalam mengembangkan sumber daya manusia (SDM), STKIP Ita Wotu Nusa mengikuti tiga tuntutan era globalisasi: memiliki SDM unggul, terus belajar, dan mempertahankan nilai-nilai lokal. Strategi pengembangan SDM melalui pendidikan, pelatihan, pengembangan karier, dan pengkaderan menjadi fokus utama. Pengkaderan di sini tidak hanya tentang peningkatan kompetensi dan kualitas spiritual, tetapi juga tentang menciptakan loyalitas dan semangat belajar yang tinggi pada tenaga pendidik.

Proses pengembangan SDM dilaksanakan melalui desain perencanaan, implementasi program, dan evaluasi. STKIP Ita Wotu Nusa bertujuan untuk melahirkan mahasiswa yang bukan hanya menjadi guru, tetapi juga individu yang kompetitif, taat aturan, dan memiliki semangat belajar yang tinggi. Semua ini bertujuan agar mereka siap menghadapi tantangan SDM di era globalisasi, membangun bumi Ita Wotu Nusa, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah tersebut.

 

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia di Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) Ita Wotu Nusa di Kabupaten Seram Bagian Timur bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui program mata kuliah unggulan yang melibatkan seluruh civitas akademika. Langkah-langkah yang dilakukan termasuk penentuan kebutuhan, sasaran, program, pelaksanaan, dan penilaian, dengan penekanan pada nilai-nilai keikhlasan, kesabaran, dan tanggung jawab. Kegiatan rutin juga melibatkan pembelajaran di alam terbuka, memperluas pengalaman belajar di luar ruangan kuliah. STKIP Ita Wotu Nusa terbukti menjadi ruang sosial yang produktif meskipun masih ada ruang untuk peningkatan lebih lanjut. Interaksi antara pimpinan, dosen, mahasiswa, karyawan, dan alumni menjadi faktor kunci dalam membentuk dinamika yang memengaruhi proses akademik dan transformasi ilmu pengetahuan di institusi ini. Upaya menjaga ruang sosial di dalam lingkungan kampus dan melibatkan masyarakat luar merupakan strategi penting dalam membangun STKIP Ita Wotu Nusa sebagai ruang produktif.

Selain itu, STIKIP Ita Wotu Nusa berperan tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai bagian integral dari masyarakat sekitar. Melalui kolaborasi dengan lingkungan luar kampus, civitas akademika dapat memperoleh pengalaman dan nilai-nilai sosial yang penting untuk pengembangan diri dan masyarakat. Tujuan visi STIKIP Ita Wotu Nusa selaras dengan misi Yayasan Nafiri Ukar Sengan, dengan harapan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam menciptakan pendidik berkualitas yang mampu meningkatkan taraf hidup di wilayah tersebut.  Terakhir, STIKIP Ita Wotu Nusa tidak hanya merupakan sebuah institusi pendidikan, tetapi juga ruang sosial di mana interaksi antara pimpinan, dosen, mahasiswa, karyawan, dan alumni terjadi secara aktif. Interaksi sosial ini menjadi pondasi penting dalam menciptakan proses pendidikan yang efektif dan transformasi ilmu pengetahuan. Dengan memelihara ruang sosial di dalam kampus dan dalam masyarakat, STIKIP Ita Wotu Nusa berupaya memastikan pengembangan optimal bagi generasi muda yang bergabung dengan lembaga tersebut.

 

BIBLIOGRAFI

 

Abdillah, F. (2024). Peran Perguruan Tinggi dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia. EDUCAZIONE: Jurnal Multidisiplin, 1(1), 13–24.

Anih, E. (2016). Modernisasi pembelajaran di perguruan tinggi berbasis teknologi informasi dan komunikasi memasuki abad 21. Judika (Jurnal Pendidikan Unsika), 4(2).

Anwar, A. (2017). Manajemen pembiayaan pendidikan tinggi dalam upaya peningkatan mutu (Studi kasus pada perguruan tinggi swasta menengah di Surabaya). Jurnal Penjaminan Mutu, 3(01), 87–99.

Arifin, M. (2017). Pengaruh Kompensasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja (Studi terhadap Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara). Jurnal EduTech, 3(2).

Damanhuri, A., Mujahidin, E., & Hafidhuddin, D. (2013). Inovasi Pengelolaan Pesantren dalam Menghadapi Persaingan di Era Globalisasi. Ta’dibuna: Jurnal Pendidikan Islam, 2(1). https://doi.org/10.32832/tadibuna.v2i1.547

Fitri, A., & Syahrani, S. (2021). Kajian Delapan Standar Nasional Penelitian yang Harus Dicapai Perguruan Tinggi. Adiba: Journal of Education, 1(1), 88–96.

Komara, E. (2018). Penguatan Pendidikan Karakter dan Pembelajaran Abad 21. SIPATAHOENAN: South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, 4(1).

Marlinah, L. (2019). Pentingnya Peran Perguruan Tinggi dalam Mencetak SDM yang Berjiwa Inovator dan Technopreneur Menyongsong Era Society 5.0. Jurnal IKRA-ITH Ekonomika, 2(3).

Moleong, L. J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.

Muhsim, M., Syahril, S., & Abun, A. R. (2023). Manajemen Pembinaan Sumber Daya Manusia Berbasis Nilai–Nilai Spiritualitas (Studi Pada Madrasah Aliyah Berbasis Pesantren di Kabupatenogan Komering Ilir). Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 12(001).

Nazir, M. (2014). Metode Penelitian Cet. 9. Penerbit Ghalia Indonesia. Bogor, 66.

Noor, I. H. M. (2010). Penelitian dan pengabdian masyarakat pada perguruan tinggi. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 16(3), 285–297.

Pattimahu, T. V., Lewaherilla, N. C., & Pentury, G. M. (2023). Model Pengembangan UMKM Berbasis Triple Helix: Tendensi Peran Akademisi Perguruan Tinggi. Journal on Education, 06(01).

Rizik, M., Hasibuan, L., & Anwar Us, K. (2021). Pendidikan Masyarakat Modern dan Tradisional dalam Menghadapi Perubahan Sosial dan Modernisasi. Jurnal Literasiologi, 5(2). https://doi.org/10.47783/literasiologi.v5i2.219

Sobri, M., Nursaptini, N., & Novitasari, S. (2020). Mewujudkan kemandirian belajar melalui pembelajaran berbasis daring diperguruan tinggi pada era industri 4.0. Jurnal Pendidikan Glasser, 4(1), 64–71.

Widiansyah, A. (2017). Peran ekonomi dalam pendidikan dan pendidikan dalam pembangunan ekonomi. Cakrawala-Jurnal Humaniora, 17(2).

 

 

Copyright holder:

Rizski Haryudi Rumalutur, Aholiab Watloly, Rahawarin, Jeffry E. M. Leiwakabessy (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: