Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 11, November
2024
SEKOLAH
TINGGI ILMU KEGUGURAN DAN ILMU PENDIDIKAN ITA WOTU NUSA SEBAGAI SOCIAL SPACE
DALAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR
Rizski Haryudi Rumalutur1,
Aholiab
Watloly2, Rahawarin3, Jeffry E. M. Leiwakabessy4
Universitas Pattimura,
Ambon, Indonesia1,2,3,4
Email: [email protected]1
Abstrak
Penelitian ini membahas
peran Sumber Daya Manusia dalam proses transfer pengetahuan dan nilai (transfer of knowledge and value), khususnya dalam
Konteks Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Ita Wotu Nusa
(STIKIP Ita Wotu Nusa) sebagai
entitas sosial yang terkait erat dengan
proses produksi. STIKIP Ita Wotu
Nusa memiliki strategi khusus
dalam membangun keunggulan sebagai ruang produksi (social space), dengan tujuan
berkompetisi dalam menjaga dan mengembangkan Sumber Daya Manusia di Kabupaten Seram Bagian Timur dan sekitarnya.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk memahami dinamika social space di STIKIP Ita Wotu
Nusa. Dengan mengumpulkan
data melalui observasi dan wawancara, penelitian bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang
interaksi sosial dan struktur ruang di lingkungan tersebut. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, ketaatan dipandang sebagai aplikasi dari keimanan seseorang,
terutama dalam mematuhi aturan dan mampu mengaplikasikan pengetahuan keilmuan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Strategi pengkaderan di STIKIP Ita Wotu
Nusa bertujuan menghasilkan
mahasiswa yang tidak hanya memiliki kualitas sebagai guru, tetapi juga karakter kompetitif, ketaatan, dan semangat belajar yang tinggi. Hal ini dimaksudkan agar lulusan mampu bersaing dalam era globalisasi. Untuk mengembangkan sumber daya manusia
di STIKIP Ita Wotu Nusa secara
efektif, strateginya melibatkan beberapa langkah kunci. Ini termasuk merancang
perencanaan untuk memahami kebutuhan pengembangan mahasiswa, menyusun program pengembangan
yang sesuai, mengimplementasikan
program tersebut, dan terus-menerus
mengevaluasi perkembangan mahasiswa dengan dukungan tenaga pendidik dan pendidikan.
Kata
Kunci: Social Space, Pengembangan Sumber
Daya Manusia, Pendidikan
Abstract
This
research discusses the role of human resources in the process of knowledge and
value transfer, particularly in the context of the University of Wotu Nusa as a social entity that is closely connected with
the production process. It has a special strategy for building excellence as a
production space (social space), with the aim of competing for and developing
human resources in the district of Horam East and its
surroundings. This research uses descriptive methods with a qualitative
approach to understanding the dynamics of social space at STIKIP Ita Wotu Nusa. By collecting data through observations and
interviews, the research aims to gain a deeper understanding of social
interactions and space structures in the environment. Observations and interviews suggest that obedience
embodies one's faith, particularly in adhering to rules and applying scientific
knowledge in daily social interactions. The framing strategy at STIKIP Ita Wotu Nusa aims to produce students who not only have
quality as teachers, but also competitive character, obedience, and a high
learning spirit. The aim is to equip graduates with the necessary skills to
thrive in the globalization era. To effectively
develop human resources at STIKIP Ita Wotu Nusa, the
strategy involves several key steps. These include designing a plan to
understand student development needs, formulating appropriate development
programs, implementing such programs, and continuously evaluating student
development with the support of educators and educators.
Key word: Social space,
human resource development, education
Pendahuluan
Pengembangan suatu bangsa tidak bisa
dipisahkan dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan manajemen, dan kualitas sumber daya manusia
Perguruan tinggi berperan penting dalam pembinaan sumber daya manusia
unggul dengan melakukan transfer pengetahuan
dan nilai
Kabupaten Seram Bagian Timur, sebuah daerah kepulauan
dengan 45 pulau, memiliki tiga perguruan
tinggi swasta di Kota Bula.
Ketiganya memiliki program studi yang beragam dan strategi
masing-masing dalam menjaga
sumber daya manusia di wilayah tersebut. Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Ita Wotu Nusa (STIKIP IWN) adalah
salah satu perguruan tinggi yang menarik perhatian karena berdiri relatif baru dan memiliki akreditasi hibah C.
Beberapa penelitian
sebelumnya telah mengkaji peran perguruan tinggi dalam pengembangan sumber daya manusia
dan peningkatan daya saing regional. Penelitian oleh Marlinah
Selain itu, penelitian oleh Pattimahu et al.
Sebagai respons terhadap kondisi tersebut, penelitian dilakukan untuk mengeksplorasi peran STIKIP IWN sebagai ruang sosial
dalam pengembangan sumber daya manusia
di Kabupaten Seram Bagian Timur. Penelitian
ini bertujuan untuk memahami kontribusi perguruan tinggi tersebut dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia di daerah tersebut.
Penelitian ini memberikan manfaat teoritis dengan mengaplikasikan materi sosiologi untuk memahami mutu pendidikan
dan peningkatan sumber daya manusia, serta
memberikan sumbangan pada pengembangan teori sosiologi dan wawasan baru dalam bidang
tersebut. Dari segi praktis, penelitian ini memberikan masukan kepada perguruan tinggi dan pemerintah kabupaten untuk meningkatkan sumber daya manusia
di Kabupaten Seram Bagian Timur.
Penelitian ini membahas peran Sumber Daya Manusia dalam proses transfer pengetahuan
dan nilai (transfer of knowledge and value), khususnya dalam Konteks Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Ita Wotu Nusa
(STIKIP Ita Wotu Nusa).
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan analisis kualitatif yaitu pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat, mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, serta proses-proses
yang sedang berlangsung dan
pengaruh dari suatu fenomena
Gambar 1.
Interactive Model of Analysis
Prosedur penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini melalui serangkaian tahapan yang meliputi beberapa langkah awal hingga akhir.
Moleong
Hasil dan Pembahasan
Hubungan Sosial STIKIP Ita Wotu Nusa Pada
Masyarakat
1) Peranan STIKIP Ita Wotu Nusa
Dunia akademik, terutama di lingkungan perguruan tinggi seperti STIKIP Ita Wotu Nusa,
memegang peran sentral dalam mengawal
nilai-nilai sosial dan budaya serta
dalam mengembangkan kehidupan demokrasi. Keterbukaan dan kebebasan berpikir menjadi landasan utama bagi dinamika
ini, yang tercermin dalam budaya kampus yang mengutamakan kebebasan mimbar akademik dan penataan fakta-fakta
kehidupan. STIKIP Ita Wotu Nusa, sebagai
lembaga pendidikan tinggi di Kabupaten Seram Bagian Timur,
berupaya menjadi sumber ide dan
agen perubahan sosial, dengan memberikan kebebasan kepada mahasiswa dan mahasiswi serta
mengembangkan kualitas pendidikan dan soft skill yang relevan dengan perkembangan zaman.
Perguruan tinggi, seperti STIKIP Ita Wotu Nusa,
juga dihadapkan pada tantangan globalisasi, di mana kualitas produksi lembaga pendidikan menjadi kunci keberhasilan. Oleh karena itu, fokus pengembangan pendidikan tinggi tidak hanya
pada peningkatan sarana dan mutu, tetapi juga pada pengembangan
kemampuan riset yang relevan dengan kebutuhan daerah
”Sekolah
Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (STIKIP) Ita Wotu Nusa berkududukan
kampus pada lingkungan sosial masyarakat. Sehingga Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) Ita Wotu Nusa selalu
menjaga hubungan antara Civitas Akademika STIKIP Ita Wotu Nusa serta
mahasiswa dan mahasiswi selalu berhubungan sosial masyarakat pada lingkar masyarakat kampus seperti kerja bakti
bersama pada hari sabtu atau minggu
untuk membersihkan rumput yang berada
pada jalur masuk lingkungan masyarakat dan area kampus Selain itu Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) Ita Wotu Nusa juga
membuat agenda rutin untuk membersihkan kawasan wisata yang berada dekat dengan lokasi kampus Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) Ita Wotu Nusa yaitu
pantai gumumae.” (Hasil wawancara Ibu Agus
Tina Nugraheni selaku Wakil Ketua Bidang
Umum dan Keuangan Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan
(STIKIP) Ita Wotu Nusa)
Selain itu, lembaga pendidikan tinggi juga diharapkan menjadi unsur penggerak
pembangunan nasional, dengan menghasilkan agen perubahan yang memahami dan
mampu mengatasi realitas sosial yang ada. STIKIP Ita Wotu Nusa
berperan dalam menjaga dan mengembangkan
nilai-nilai budaya yang unggul dalam
kehidupan masyarakat, dengan menjalankan mata kuliah khusus
dan mengintegrasikan nilai-nilai kebudayaan lokal dalam kurikulum.
Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) Ita Wotu Nusa berkududukan
kampus pada lingkungan sosial masyarakat. Sehingga Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) Ita Wotu Nusa selalu
menjaga hubungan antara Civitas Akademika STIKIP Ita Wotu Nusa serta
mahasiswa dan mahasiswi selalu berhubungan sosial masyarakat pada lingkar masyarakat kampus seperti kerja bakti
bersama pada hari sabtu atau minggu
untuk membersihkan rumput yang berada
pada jalur masuk lingkungan masyarakat dan area kampus
Peran perguruan tinggi tidak hanya
terbatas pada aktivitas akademis di dalam kampus, tetapi juga meluas ke masyarakat sekitarnya. STIKIP Ita Wotu Nusa, melalui
berbagai kegiatan seperti kerja bakti
dan program membersihkan lingkungan, berupaya menjalin hubungan yang harmonis
dengan masyarakat lingkar kampus serta meningkatkan keterlibatan mereka dalam kegiatan
kampus. Dengan demikian, perguruan tinggi seperti STIKIP Ita Wotu Nusa berpotensi
menjadi agen perubahan yang signifikan dalam dinamika sosial dan pembangunan masyarakat.
2) Peranan Hubungan Masyarakat Pada STIKIP Ita Wotu Nusa
Hubungan masyarakat atau public relations (PR) di STIKIP Ita Wotu Nusa
di Kabupaten Seram Bagian Timur dijalankan
sesuai fungsi umumnya, yakni sebagai upaya menjalin
kerjasama baik dengan pihak internal
maupun eksternal. Interaksi yang berlangsung antara sumber daya manusia
di kampus tersebut menandakan
adanya komunikasi yang baik, yang
melibatkan pimpinan, dosen, karyawan, dan mahasiswa. Ini mencerminkan pentingnya PR dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap eksistensi perguruan tinggi.
Implementasi hubungan masyarakat di STIKIP Ita Wotu Nusa
menekankan pada penyebaran informasi kepada masyarakat melalui berbagai media, termasuk brosur, spanduk, surat menyurat, koran, dan media online. Selain itu, hubungan masyarakat juga melibatkan komunikasi dua arah, baik internal
maupun eksternal, untuk memperbaiki citra dan mempromosikan
lembaga tersebut. Strategi ini termasuk menjalin
hubungan baik dengan masyarakat melalui kegiatan pengabdian, kerja bakti, pertemuan dengan wali mahasiswa,
serta memanfaatkan peran alumni dalam membangun nilai positif di masyarakat.
Proses komunikasi internal dan eksternal di STIKIP Ita Wotu Nusa
terjadi secara terstruktur dan terkoordinasi. Komunikasi internal melibatkan pimpinan, staf, dosen, dan mahasiswa
dalam proses pembuatan keputusan dan evaluasi program-program
kampus. Sementara itu, komunikasi
eksternal mencakup hubungan dengan pemerintah, tokoh masyarakat, dan masyarakat umum untuk membangun kepercayaan dan citra positif perguruan
tinggi. Semua upaya ini bertujuan
untuk mempertahankan eksistensi perguruan tinggi dalam persaingan
global dan membangun kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut.
STIKIP Ita Wotu
Nusa Sebagai Ruang Sosial
Dalam "The Production of Space",
Lefebvre mengenalkan istilah-istilah
yang menjelaskan transformasi
ruang sosial sebagai produksi sosial. STIKIP Ita Wotu
Nusa diidentifikasi sebagai ruang sosial
karena menjadi tempat interaksi antara pimpinan, dosen, mahasiswa, karyawan, dan alumni. Interaksi ini menghasilkan
proses pendidikan yang efektif dalam
transformasi ilmu pengetahuan.
“Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (STIKIP) Ita Wotu Nusa
dikategorikan sebagai ruang sosial dikarenakan
terjadi suatu fakta sosial dengan adanya
interaksi sosial antara pimpinan, dosen, mahasiswa, karyawan, dan alumni. Dengan adanya interaksi
sosial ini untuk menghasilkan proses pada bidang
pendidikan yang efektif pada transformasi
ilmu pengetahuan”. (Hasil Wawancara Bpk. Ibrahim Wokas Selaku Ketua
Yayasan Nafiri Ukar Sengan Yang
Menangungi Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan (STIKIP)
Ita Wotu Nusa)
Lefebvre tidak secara spesifik mendefinisikan ragam ruang dalam satu bagian khusus, melainkan menjelaskan bagaimana satu ragam ruang dapat
berubah menjadi ragam lainnya. Terdapat 4 ragam pada STKIP Ita Wotu Nusa, yaitu
1)
Ruang
absolut ditandai sebagai ruang yang memiliki faktor intrinsik yang kuat, homogen dalam kefungsian,
sehingga membentuk makna simbolis yang dapat dipahami dengan mudah oleh masyarakat (makna tunggal). Makna dari ruang absolut
ini diberikan oleh alam, atau berasal
dari praktek jaman primitif, seperti ruang sakral,
gunung, atau pantai. Pada Mata
kuliah khusus di STIKIP Ita
Wotu Nusa, yang dikenal sebagai mata kuliah
Bahasa Orang Basudara, menjadi
ciri khas dalam menjaga nilai-nilai
budaya, etika, dan kearifan lokal di Kabupaten Seram Bagian Timur. Melalui
mata kuliah ini, mahasiswa diajarkan tentang kepercayaan masyarakat setempat, bahasa daerah, etika sosial,
dan pentingnya memelihara kearifan lokal agar tidak hilang. Hal ini mencerminkan upaya untuk menjaga
dan memperkaya keberagaman budaya serta memahami
nilai-nilai yang dipegang
oleh masyarakat setempat, sekaligus menghormati warisan budaya yang dimiliki.
2)
Ruang
abstrak pada STIKIP Ita Wotu
Nusa, selain fokus pada mata kuliah inti dalam setiap program studi untuk mempersiapkan
mahasiswa memahami dan mengimplementasikan teori dalam dunia pendidikan, terdapat juga ciri khas dengan mata
kuliah Orang Basudara. Namun, upaya untuk
mengelola dan mengkomunikasikan
alumni STIKIP Ita Wotu Nusa serta
mengontrol mereka setelah wisuda dan kembali ke masyarakat
masih menjadi keabstrakan. Hal ini menggambarkan bahwa meskipun ruang tersebut memiliki karakteristik absolut dalam konteks pendidikan,
namun ketika melibatkan aspek manajemen dan interaksi dengan alumni, ruang tersebut dapat menjadi abstrak karena terdapat makna yang heterogen dan kompleks yang melampaui ranah pendidikan itu sendiri.
3)
Ruang
kontradiktif pada STIKIP Ita Wotu
Nusa dihadapkan pada kontradiksi
antara tugasnya sebagai lembaga pendidikan tinggi dalam mendidik generasi muda untuk
menghadapi tantangan zaman,
mulai dari era globalisasi hingga revolusi industri dan teknologi yang semakin canggih. Meskipun memiliki beragam tugas untuk mentransformasikan
ilmu pengetahuan secara teoritis maupun praktik, sekolah ini menghadapi
tantangan dalam memperkuat pemahaman dan penerapan teknologi informasi dan komunikasi oleh mahasiswa. Ini menjadi hambatan dalam memastikan bahwa generasi yang dididik dapat memanfaatkan
teknologi secara optimal untuk beradaptasi dengan perubahan zaman.
4)
Ruang
deferensial, STIKIP Ita Wotu
Nusa sebagai lembaga pendidikan tinggi di Kabupaten Seram Bagian Timur menghadapi
dinamika ruang diferensial terkait kebijakan biaya kuliah per semester atau Uang Kuliah Tunggal (UKT). Meskipun bisnis yang dibebankan pada mahasiswa melalui UKT menjadi bagian tak terpisahkan dari operasionalnya, STIKIP Ita Wotu Nusa tetap berupaya memberikan pemahaman dan pengertian kepada mahasiswa yang kurang mampu. Namun,
keputusan terkait UKT juga harus mempertimbangkan kondisi ekonomi dan sosial mahasiswa, sejalan dengan tujuan awal lembaga
ini untuk mencerdaskan generasi muda di wilayah tersebut.
Penerapan Teori AGIL Talcott Parsons Pada STIKIP Ita Wotu Nusa
Teori fungsionalisme struktural memandang masyarakat sebagai sebuah sistem yang
terdiri dari berbagai elemen yang saling
berkaitan dan saling menyatu, menciptakan konsensus dan keteraturan sosial. Pada contoh Sekolah
Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (STIKIP) Ita Wotu Nusa, civitas
akademika, termasuk pimpinan, dosen, karyawan, mahasiswa, dan alumni, membentuk sistem sosial dengan
peran masing-masing dalam menjalankan fungsi-fungsi seperti adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi, dan pemeliharaan pola.
George Ritzer menekankan
bahwa setiap struktur dalam sistem sosial harus
berfungsi secara fungsional terhadap yang lainnya. Ini terlihat
dalam STIKIP Ita Wotu Nusa,
di mana semua elemen
civitas akademika berperan dalam menjalankan fungsi-fungsi yang diperlukan, seperti dosen sebagai
pengajar, mahasiswa sebagai pembelajar, dan pimpinan sebagai pengatur hubungan antar bagian.
Talcott Parsons mengembangkan
teori fungsionalisme struktural dengan empat imperatif fungsional: adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi, dan pemeliharaan pola.
”Dengan
terjadinya perubahan-perubahan
pada skema pembelajaran
dunia pendidikan tinggi Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
(STIKIP) Ita Wotu Nusa terus
mengikuti perkembangan pada
metode pembelajaran yang sesuai pada perkembangan zaman
yang terjadi agar metode
yang dilakukan tidak ketinggalan zaman. Ketika kita melakukan perubahan metode pembelajaran kita memaksimalkan apa yang sudah dilakukan untuk meraih hasil yang sesuai dengan capaian.
Pemilharaan metode pembelajaran ini yang menjadi tantangan bagi kita civitas akademika Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) Ita Wotu
Nusa.”
(Hasil Wawancara Ibu Nurlaila Wakil Ketua Bidang Akademik Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
(STIKIP) Ita Wotu Nusa)
Di STIKIP Ita Wotu
Nusa, adaptasi tercermin dalam upaya menyesuaikan
diri dengan lingkungan pendidikan, pencapaian tujuan terwujud dalam visi dan misi institusi,
integrasi terjadi melalui pengaturan hubungan antar elemen, dan pemeliharaan pola terlihat dalam
upaya memperbaharui metode pembelajaran sesuai perkembangan zaman.
Teori struktural
fungsionalisme memahami masyarakat sebagai sistem yang berfungsi secara teratur dan seimbang. Pada STIKIP Ita Wotu
Nusa, upaya mempertahankan
dan meningkatkan kualitas pendidikan serta adaptasi terhadap perkembangan teknologi dan informasi adalah contoh dari prinsip-prinsip
teori fungsionalisme struktural yang diterapkan dalam konteks pendidikan
tinggi
Proses Pengembangan Sumber Daya Manusia Di STIKIP Ita
Wotu Nusa
Pengembangan sumber daya manusia (SDM) di STIKIP Ita Wotu Nusa mengikuti tiga jalur utama,
yaitu pendidikan, pelatihan, dan pengembangan karir, sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Fransesco Sofo sebagai berikut:
Strategi pengkaderan juga digunakan
untuk meningkatkan kompetensi dan loyalitas tenaga pendidik serta menumbuhkan semangat belajar yang tinggi pada mahasiswa. STIKIP Ita
Wotu Nusa juga mengadaptasi
tiga tuntutan terhadap SDM di bidang pendidikan dalam era globalisasi, yakni SDM yang unggul, terus belajar,
dan memiliki nilai-nilai
indigenous.
“Untuk kegiatan itu nanti akan
berlanjut dan berlangsung selama kurang lebih
2 (dua) bulan terakhir dari kegiatan magang
itu, bagi yang tidak lulus nanti akan mengulang lagi tetapi di sekolah yang berbeda dan nanti untuk yang lulus maka akan lanjut
untuk kegiatan selanjutnya untuk Proposal dan
KKN” (Hasil Wawancara Ibu Nurlaila Wakil Ketua Bidang Akademik
Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
(STIKIP) Ita Wotu Nusa)
Kegiatan rutin pengembangan
SDM di STIKIP Ita Wotu Nusa termasuk
dalam mata kuliah yang berhubungan dengan sosial kemasyarakatan
dan magang di sekolah-sekolah
setempat. Tujuannya adalah agar mahasiswa tidak hanya memperoleh
pembelajaran teoritis tetapi juga berinteraksi langsung dengan masyarakat. Sarana dan prasarana
di kampus sudah mencukupi dengan adanya aula dan laboratorium IT,
yang digunakan untuk berbagai kegiatan akademik dan pengembangan SDM.
Meskipun demikian,
terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan SDM di STIKIP Ita Wotu
Nusa. Faktor pendukungnya antara lain semangat dan keinginan untuk mengembangkan pendidikan tinggi, sementara faktor penghambatnya lebih dominan pada keterbatasan waktu dan kebutuhan akan lembaga penelitian masyarakat sebagai penunjang program-program di kampus.
Dampak Pengembangan
Terhadap Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia di STIKIP Ita Wotu Nusa
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Ratna Sari
Dewi, Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan STIKIP Ita Wotu
Nusa, strategi pengembangan SDM di kampus tersebut telah membawa dampak
positif dalam meningkatkan kualitas tenaga pengajar. Hal ini tidak hanya
berdampak pada mereka secara individu, tetapi juga pada siswa-siswi yang
menerima pendidikan. Dampak tersebut tercermin dalam peningkatan mutu pendidikan dan pemantapan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan.
Namun, terdapat
juga beberapa hambatan yang
dihadapi dalam proses peningkatan kualitas SDM. Salah satunya adalah keterbatasan waktu, terutama bagi tenaga
pengajar yang sudah memiliki tanggung jawab keluarga. Waktu yang terbagi antara tugas mengajar dan urusan keluarga dapat menjadi penghambat
dalam pelaksanaan program pengembangan SDM.
Meskipun demikian,
strategi yang diterapkan di STIKIP Ita Wotu Nusa telah memberikan dampak positif dalam meningkatkan
kedisiplinan tenaga pengajar dan staf. Mereka dilatih untuk tepat waktu
dan memahami pentingnya disiplin dalam proses belajar-mengajar. Selain itu, program
magang juga menjadi sarana untuk mengasah kemampuan mahasiswa dan meningkatkan
kualitas pendidikan.
Penerapan strategi pengembangan
SDM di kampus ini juga telah memberikan hasil yang terukur.
Program-program pengembangan
SDM disusun secara terprogram dan terukur, sehingga kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaannya dapat teridentifikasi dan diperbaiki. Hal ini membawa keteraturan
dan kemajuan dalam setiap kegiatan
pengembangan di kampus.
Kegiatan rutin mingguan, bulanan, dan tahunan juga
telah memberikan dampak positif dalam peningkatan mutu pendidikan. Selain meningkatkan kualitas mahasiswa dalam bidang ilmu
pengetahuan, kegiatan ini juga menjadi
pembiasaan diri bagi mereka untuk
berbagi ilmu dan pengalaman dengan orang lain, sehingga menciptakan lingkungan akademik yang lebih dinamis
dan produktif.
Implikasi
Sosiologi
STKIP Ita Wotu Nusa,
yang berada di bawah naungan Yayasan
Nafiri Ukar Sengan, berperan sebagai ruang sosial
di Kabupaten Seram Bagian Timur. Dalam
konteks pemahaman ruang menurut Lefebvre,
ruang tidak hanya fisik tetapi
juga diproduksi secara sosial melalui
interaksi masyarakat, kekuatan politik, dan makna simbolis.
STKIP Ita Wotu Nusa fokus pada bidang keguruan dan ilmu pendidikan,
menyelenggarakan program studi seperti Pendidikan
Bahasa dan Sastra
Indonesia, Biologi, dan Guru Sekolah
Dasar. Tujuannya adalah mewujudkan pendidik berkualitas yang mampu meningkatkan
taraf hidup di daerah tersebut.
Dalam mengembangkan sumber daya manusia
(SDM), STKIP Ita Wotu Nusa mengikuti tiga tuntutan era
globalisasi: memiliki SDM unggul, terus belajar,
dan mempertahankan nilai-nilai lokal. Strategi pengembangan SDM melalui pendidikan, pelatihan, pengembangan karier, dan pengkaderan menjadi fokus utama. Pengkaderan di sini tidak hanya tentang peningkatan
kompetensi dan kualitas spiritual, tetapi juga tentang
menciptakan loyalitas dan semangat belajar
yang tinggi pada tenaga pendidik.
Proses pengembangan SDM dilaksanakan melalui desain perencanaan, implementasi program, dan evaluasi.
STKIP Ita Wotu Nusa bertujuan untuk melahirkan mahasiswa yang bukan hanya menjadi
guru, tetapi juga individu yang kompetitif,
taat aturan, dan memiliki semangat
belajar yang tinggi. Semua ini
bertujuan agar mereka siap menghadapi tantangan SDM di era globalisasi, membangun bumi Ita Wotu
Nusa, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah tersebut.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia di Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (STIKIP) Ita Wotu Nusa
di Kabupaten Seram Bagian Timur bertujuan
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui
program mata kuliah unggulan yang melibatkan seluruh civitas akademika. Langkah-langkah yang dilakukan termasuk penentuan kebutuhan, sasaran, program, pelaksanaan, dan penilaian, dengan penekanan pada nilai-nilai keikhlasan, kesabaran, dan tanggung jawab.
Kegiatan rutin juga melibatkan pembelajaran di alam terbuka, memperluas pengalaman belajar di luar ruangan kuliah.
STKIP Ita Wotu Nusa terbukti menjadi
ruang sosial yang produktif meskipun masih ada ruang untuk
peningkatan lebih lanjut. Interaksi antara pimpinan, dosen, mahasiswa, karyawan, dan alumni menjadi faktor kunci dalam membentuk
dinamika yang memengaruhi proses akademik dan transformasi
ilmu pengetahuan di institusi ini. Upaya menjaga ruang
sosial di dalam lingkungan kampus dan melibatkan masyarakat luar merupakan strategi penting dalam membangun
STKIP Ita Wotu Nusa sebagai ruang
produktif.
Selain itu,
STIKIP Ita Wotu Nusa berperan tidak
hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai
bagian integral dari masyarakat sekitar. Melalui kolaborasi dengan lingkungan luar kampus, civitas akademika dapat memperoleh pengalaman dan nilai-nilai sosial yang penting
untuk pengembangan diri dan masyarakat.
Tujuan visi STIKIP Ita Wotu Nusa
selaras dengan misi Yayasan Nafiri
Ukar Sengan, dengan harapan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam menciptakan pendidik berkualitas yang mampu meningkatkan
taraf hidup di wilayah tersebut. Terakhir, STIKIP Ita Wotu Nusa
tidak hanya merupakan sebuah institusi pendidikan, tetapi juga ruang
sosial di mana interaksi antara pimpinan, dosen, mahasiswa, karyawan, dan alumni terjadi secara aktif. Interaksi sosial ini menjadi
pondasi penting dalam menciptakan proses pendidikan yang efektif dan
transformasi ilmu pengetahuan. Dengan memelihara ruang sosial di dalam kampus dan dalam masyarakat,
STIKIP Ita Wotu Nusa berupaya memastikan
pengembangan optimal bagi generasi muda
yang bergabung dengan lembaga tersebut.
BIBLIOGRAFI
Abdillah,
F. (2024). Peran Perguruan Tinggi dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia. EDUCAZIONE: Jurnal
Multidisiplin, 1(1), 13–24.
Anih,
E. (2016). Modernisasi pembelajaran
di perguruan tinggi berbasis teknologi informasi dan komunikasi memasuki abad 21. Judika (Jurnal
Pendidikan Unsika), 4(2).
Anwar, A. (2017). Manajemen pembiayaan pendidikan tinggi dalam upaya
peningkatan mutu (Studi kasus pada perguruan tinggi swasta menengah di Surabaya). Jurnal Penjaminan Mutu,
3(01), 87–99.
Arifin, M. (2017). Pengaruh Kompensasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja (Studi terhadap Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara). Jurnal EduTech, 3(2).
Damanhuri,
A., Mujahidin, E., & Hafidhuddin, D. (2013). Inovasi Pengelolaan Pesantren dalam Menghadapi Persaingan di Era Globalisasi. Ta’dibuna:
Jurnal Pendidikan Islam, 2(1).
https://doi.org/10.32832/tadibuna.v2i1.547
Fitri,
A., & Syahrani, S. (2021). Kajian Delapan Standar Nasional Penelitian yang Harus Dicapai Perguruan Tinggi. Adiba: Journal of Education, 1(1),
88–96.
Komara,
E. (2018). Penguatan Pendidikan Karakter
dan Pembelajaran Abad 21. SIPATAHOENAN:
South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, 4(1).
Marlinah,
L. (2019). Pentingnya Peran Perguruan
Tinggi dalam Mencetak SDM
yang Berjiwa Inovator dan
Technopreneur Menyongsong Era Society 5.0. Jurnal IKRA-ITH Ekonomika,
2(3).
Moleong,
L. J. (2018). Metodologi Penelitian
Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.
Muhsim,
M., Syahril, S., & Abun,
A. R. (2023). Manajemen Pembinaan
Sumber Daya Manusia Berbasis Nilai–Nilai Spiritualitas
(Studi Pada Madrasah Aliyah Berbasis
Pesantren di Kabupatenogan
Komering Ilir). Edukasi
Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 12(001).
Nazir, M. (2014). Metode Penelitian Cet. 9. Penerbit
Ghalia Indonesia. Bogor, 66.
Noor, I. H. M. (2010). Penelitian
dan pengabdian masyarakat
pada perguruan tinggi. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan,
16(3), 285–297.
Pattimahu,
T. V., Lewaherilla, N. C., & Pentury,
G. M. (2023). Model Pengembangan UMKM Berbasis Triple Helix: Tendensi
Peran Akademisi Perguruan
Tinggi. Journal on Education, 06(01).
Rizik,
M., Hasibuan, L., & Anwar Us, K. (2021).
Pendidikan Masyarakat Modern dan Tradisional dalam Menghadapi Perubahan Sosial dan Modernisasi.
Jurnal Literasiologi,
5(2). https://doi.org/10.47783/literasiologi.v5i2.219
Sobri,
M., Nursaptini, N., & Novitasari,
S. (2020). Mewujudkan kemandirian
belajar melalui pembelajaran berbasis daring diperguruan tinggi pada era industri 4.0. Jurnal
Pendidikan Glasser, 4(1), 64–71.
Widiansyah,
A. (2017). Peran ekonomi dalam
pendidikan dan pendidikan dalam pembangunan ekonomi. Cakrawala-Jurnal
Humaniora, 17(2).
Copyright
holder: Rizski Haryudi Rumalutur,
Aholiab Watloly,
Rahawarin, Jeffry E. M. Leiwakabessy (2024) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |