Syntax Literate: Indonesian Scientific
Journal p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 7, Juli 2024
VARIASI DEBIT
ALIRAN DAN PADAT TEBAR PADA PEMELIHARAAN SISTEM RESIRKULASI UNTUK MENINGKATKAN KELANGSUNGAN
HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
Pahmi Ansyari1, Noor
Arida Fauzana2, Slamat3
Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin,
Indonesia1,2,3
Email: [email protected]1, [email protected]2,
[email protected]3
Abstrak
Kata kunci: debit aliran, padat tebar, ikan nila, sistem
resirkulasi
Abstract
The
recirculating system for tilapia aquaculture is an intensive system with very
high stocking densities, thus requiring prime water quality and optimal flow
rates. The research aims to determine the influence of different interactions
between flow rates and stocking densities on the growth and survival of tilapia
(Oreochromis niloticus) in a
recirculating system. The research design employs a Complete Randomized
Factorial Design (CRFD) with two factors: Flow Rate (D) with two levels, namely
D1
= 0.25 liters/second
and D 2
= 0.50 liters/second, and Stocking Density (P) with two levels, namely P1 = 100 fish/m3 and P2 = 150 fish/m3.
The results indicate that the flow rate factor (D) has no significant effect,
while the stocking density factor (P) has a significant effect, and there is no
interaction between the factors. The treatment D1P1 (0.25
liters/second and 100 fish/m3) is the optimal treatment, with a survival rate
of 99.1%, relative weight gain of 784.56%, and feed conversion ratio of 1.34.
Key words: flow rate, stocking density, tilapia, recirculation system
Pendahuluan
Ikan nila
merupakan ikan ekonomis penting, mudah dibudidayakan, sehingga sebagian besar
wilayah Indonesia merupakan pengembangan budidayanya. Ikan nila adalah ikan yang mudah beradaptasi
di semua perairan, sehingga dapat dibudidayakan di perairan danau, waduk,
sungai, rawa, kolam tanah, kolam beton/terpal, bahkan tambak air payau. Permintaan ikan nila terus bertambah, seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk dan selera penduduk Indonesia yang menyukai
makan ikan. Menurut Ardita et al. (2013), Ikan nila merupakan ikan air tawar yang dicanangkan
oleh Pemerintah dalam memenuhi kebutuhan domestik dan ekspor, sehingga
merupakan komoditas unggulan dari program nasional. Hal tersebut di atas, maka suatu langkah
strategis, jika pengembangan budidaya ikan nila diarahkan kepada sistem
intensif dan supra intensif dengan produktivitas tinggi.
Salah satu budidaya ikan nila intensif adalah budidaya
ikan sistem resirkulasi atau yang lebih dikenal dengan sistem RAS (Recirculating
Aquaculture System). Sistem
resirkulasi pada prinsipnya adalah penggunaan kembali air yang telah
dikeluarkan dari kegiatan budidaya ikan.
Sistem RAS adalah budidaya intensif dengan kepadatan tebar tinggi dan
tergantung dari debit aliran yang digunakan.
Namun demikan, dalam pengembangannya sistem RAS perlu adanya optimalisasi
debit aliran dan padat tebar tersebut, sehingga budidayanya menjadi efisien, optimal
dan menguntungkan. Budidaya ikan sistem RAS menjadikan lingkungan terkontrol
dan kualitas air stabil, sehingga dapat diandalkan memelihara ikan dengan
kepadatan tinggi (Lamadi et al., 2020; Nugroho et al.,
2013). Suhu air dan kandungan oksigen
terlarut merupakan faktor kritis dalam proses pemeliharaan ikan, yang mana
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan ikan yang dipelihara (Qiang et al., 2019).
Septimasy et al. (2016) dan Sulistyo et al. (2016), menyatakan bahwa debit air berfungsi sebagai pembawa
oksigen dan membuang ammoniak yang berasal dari feses ikan dan sisa pakan yang
tidak termakan oleh ikan. Menurut Zimeerman et al. (2023), budidaya ikan nila sistem RAS merupakan budidaya
ikan modern dengan penggunaan air yang efisien bertujuan sebagai penghematan
secara ekonomi dan mengurangi limbah, sehingga mengurangi beban lingkungan dan
sistem produksi yang terpusat. Selanjutnya
Nugroho et al. (2013)menyatakan bahwa tingkat kepadatan yang tinggi dapat
menghambat pertumbuhan, karena meningkatnya ammoniak. Akan tetapi ammoniak yang tinggi dapat
direduksi menjadi rndah oleh adanya sistem resirkulasi dalam industri akuakultur
(Lamadi et al., 2022).
Penelitian tentang sistem RAS ini telah banyak
dilakukan oleh para peneliti diantaranya hasil penelitian Amin et al. (2020)menunjukkan bahwa ikan nila yang dipelihara dengan sistem
RAS sangat signifikan meningkatkan pertumbuhan, efisiensi pakan dan efisien dalam
pemanfaatan protein, lemak dan energi dibanding pemeliharaan konvensional. Akan
tetapi penelitian Lamadi et al. (2022), menunjukkan bahwa interaksi tidak
terjadi antara debit air dengan padat tebar terhadap tingkat kelangsungan hidup
dan pertumbuhan benih ikan nila. Penelitian Manullang (2020) menunjukkan hasil tingkat kelangsungan hidup 96,67%
dan pertumbuhan panjang 6,57 cm pada perlakuan salinitas 15 ppt. Penelitian Lailiyah et al. (2023) didapatkan bahwa penggunaan filter 25% dakron dan 75%
pasir pada pemeliharaan ikan nila sistem RAS merupakan perlakuan terbaik
terhadap parameter tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan berat dan panjang. Beberapa
penelitian ini menunjukkan kemajuan dari kajian sistem RAS. Akan tetapi belum terungkap apakah antara
debit aliran dengan padat tebar dalam pemeliharaan ikan nila saling berkaitan
atau berinteraksi, sehingga penelitian ini merupakan suatu yang sangat penting.
Metode Penelitian
Penelitian bertempat di areal kolam terpal resirkulasi Pondok Pesantren Nurul Muhibbin Barabai, Kabupaten Hulu Sungai
Tengah, Kalimantan Selatan, di mana kegiatan ini merupakan bagian dari Program
Matching Fund Kedaireka Tahun 2022, Kerjasama ULM dengan Yayasan Adaro Bangun
Negeri (YABN). Waktu pelaksanaan
operasional penelitian dari bulan Oktober s.d. Desember 2022. Fasilitas penelitian berupa kolam terpal bundar berdiameter 3,5 m dan tinggi 1,2 m, diisi air 1 m (Volume ± 10 m3 ),
sebanyak 12 unit (Gambar 1). Masing-masing kolam terpal dihubungkan dengan
instalasi sistem RAS dengan sistem dan komponen seperti disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. 12-unit
kolam terpal bundar untuk fasilitas penelitian pembesaran ikan nila sistem RAS
Gambar 2. Instalasi kolam terpal bundar ikan nila
sistem RAS beserta komponennya
Ikan uji adalah ikan
nila ukuran 7 – 8 gram per
ekor, dan pakan yang diberikan adalah pakan komersial PF
800 dan PF 1000. Frekuensi pemberian
pakan sebanyak 3 kali hari dan diberikan pada pukul 08:00 pagi, 12:00 siang dan 16:00 sore dengan metode satiasi (diberikan sekenyang-kenyangnya). Pengambilan sampling dilakukan sebanyak 3 kali
yaitu pada hari ke-0, ke-15, ke-30, ke-45 dan ke-60 selama pemeliharaan.
Desain penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Faktorial dengan dua faktor dan masing-masing faktor ada dua taraf (RAL
Faktorial 2 x 2), dan setiap perlakuan terdapat 3 ulangan, sehingga terdapat 12 satuan kolam percobaan.
Faktor dan taraf peneltiian desain Faktorial tersebut diuraikan sebagai
berikut:
a. Faktor Debit (D)
Perlakuan
D1: Debit 0,25
liter/detik
Perlakuan
D2: Debit 0,50
liter/detik
b. Faktor Padat Tebar (P)
P1 =
padat tebar 100 ekor/m3
P2 =
padat tebar 150 ekor/m3
Parameter
penelitian ini terdiri dari:
1. Tingkat Kelangsungan
Hidup
Tingkat Kelangsungan
Hidup (TKH) atau Survival Rate (SR) merupakan persentase kelulusan hidup ikan
selama rentang waktu pemeliharaan yang dinyatakan dalam %, dengan persamaan:
SR =
Keterangan :
SR = Suvival Rate/Tingkat Kelangsungan Hidup (%)
Nt = Jumlah ikan akhir
penelitian (ekor)
No = Jumlah ikan awal penelitian (ekor)
2. Pertumbuhan Berat Relatif
Pertumbuhan berat relatif merupakan
pertambahan persentase pada akhir pemeliharaan dibanding awal
pemeliharaan pada
rentang masa pemeliharaan, dengan persamaan:
Wr =
Keterangan :
Wr = Pertumbuhan berat relatif (%)
Wt = Berat ikan akhir penelitian
(g)
Wo = Berat
ikan awal penelitian (g)
3. Rasio Konversi Pakan
Parker
(2012) menyatakan bahwa untuk menghitung rasio konversi pakan yang digunakan
dapat digunakan persamaan:
FCR =
Keterangan :
FCR = Feed Convertion Ratio
F = jumlah total pakan (g)
D = jumlah berat ikan yang mati selama
pemeliharaan (g)
Wo = berat awal populasi ikan (g)
Wt = berat akhir populasi ikan (g)
Hipotesis dalam penelitian, yaitu:
H0 : Debit
aliran dan padat tebar yang berbeda tidak saling berinteraksi terhadap
kelangsungan hidup, pertumbuhan dan konversi pakan ikan nila yang dipelihara
dengan sistem RAS.
H0 : Debit aliran dan padat tebar yang berbeda
saling berinteraksi terhadap kelangsungan hidup, pertumbuhan dan konversi pakan
ikan nila yang dipelihara dengan sistem RAS.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian,
selanjutnya dilakukan pengolahan melalui tabulasi dan grafik. Sebelum
dianalisis varian, data-data terlebih dahulu diuji dengan uji normalitas
Lilefors dan uji homogenitas Bartlett.
Jika data belum normal dan atau tidak homogen, maka terlebih dahuklu
dilakukan tranformasi data. Jika sudah
menyebar normal dan ragam data homogen, baru dilanjutkan dengan Analisis Varian
(Anava) atau uji F. Dalam Anava jika
terdapat perbedaan yang nyata atau sangat nyata, maka dilanjutkan dengan uji
DMRT (Duncan Multiple Range Test) untuk melihat antar perlakuan yang
mana yang berbeda nyata atau sangat nyata.
Tingkat Kelangsungan Hidup
Hasil pengamatan terhadap
parameter tingkat kelansungan hidup selama masa pemeliharaan 60 hari ikan nila
di kolam terpal sistem RAS dengan debit aliran dan padat tebar yang berbeda
disajikan pada Tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Nila Selama
Pemeliharaan
Perlakuan |
Jumlah ikan (ekor) pada hari ke- |
Tingkat Kelangsungan Hidup (%) |
||||
0 |
15 |
30 |
45 |
60 |
||
D1P1 |
1.000 |
996 |
992 |
992 |
991 |
99,1 |
D1P2 |
1.500 |
1.492 |
1.488 |
1,480 |
1.478 |
98,5 |
D2P1 |
1.000 |
997 |
992 |
990 |
988 |
98,8 |
D2P2 |
1.500 |
1.494 |
1.488 |
1.483 |
1.476 |
98,4 |
Tabel 1 di atas
menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan nila selama 60 hari masa
pemeliharaan berkisar antara 98,4 – 99,1%.
Hasil penelitian ini lebih tinggi dibanding hasil penelitian Baring et
al. (2022), yang memelihara ikan nila di
wadah laboratorium dengan padat tebar 10 – 25 ekor/20 liter air hanya
menghasilkan tingkat kelangsungan hidup 70,67 – 80,0%. Selanjutnya penelitian
Ramdhani (2018), pemeliharaan ikan nila sistem
resirkulasi dengan wadah kolam plastik dengan kapasitas 80 L didapat tingkat
kelangsungan hidup 85,0 – 96,6%. Akan
tetapi penelitian Christian et al. (2021), tingkat kelangsungan hidup
berkisar antara 90 – 100%, di mana menggunakan beberapa sistem resirkulasi yang
berbeda. Selanjutnya penelitian Amin et al. (2020), tingkat kelangsungan hidup
ikan nila sistem resirkulasi mencapai 99%.
Tingginya tingkat kelangsungan hidup dari hasil penelitian ini, diduga
akibat adanya sistem resirkulasi dengan debit aliran yang sesuai, sehingga
pasokan air baru dan oksigen terlarut terpenuhi, di samping mampu mereduksi
gas-gas beracun yang dihasilkan dari feses ikan dan sisa-sisa pakan.
Hasil Analisis
Varians menunjukkan antar faktor D, faktor P dan interaksi semuanya tidak
berbeda nyata. Hal ini berarti debit
aliran dan padat tebar yang berbeda dalam penelitian ini tidak bepengaruh
terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan nila, dan diantara kedua faktor juga
tidak terjadi interaksi. Dengan kata
lain, bahwa sistem pemeliharaan ikan nila dengan sistem resirkulasi ini, padat
tebar dan debit aliran berbeda belum memberikan pengaruh dan masih mampu
memberikan kualitas media hidup (air) bagi ikan nila yang dipelihara selama 60
hari, walaupun padat tebarnya bertambah dari 100 ekor/m3 menjadi 150
ekor/m3, masih belum menunjukkan efeknya, demikian juga dengan
faktor debit aliran, di mana 0,25 liter/detik masih cukup dibanding 0,50 liter/detik.
Pertumbuhan
Berat
Hasil pertumbuhan mutlak (gram) selama 60 hari masa pemeliharaan ikan nila di kolam terpal
sistem RAS dengan debit aliran dan padat tebar yang berbeda, pada perlakuan D1P1
adalah 59,47 gram, D1P2
= 53,59 gram, D2P1 = 58,37 gram dan D2P2 =
53,21 gram. Selanjutnya perhitungan
pertumbuhan berat relatif (%), yang disajikan pada Tabel 2. berikut ini:
Tabel 2. Pertumbuhan berat relatif (%) individu
ikan nila yang dipelihara selama 60 hari dengan sistem RAS dengan debit aliran
dan padat tebar berbeda.
Perlakuan |
Berat relatif rata-rata individu (%) pada hari ke- |
||||
0 |
15 |
30 |
45 |
60 |
|
D1P1 |
0 |
98,54 |
279,28 |
512,53 |
784,56 |
D1P2 |
0 |
102,32 |
248,65 |
455,23 |
691,48 |
D2P1 |
0 |
101,57 |
276,89 |
501,04 |
762,01 |
D2P2 |
0 |
96,50 |
238,65 |
453,18 |
690,14 |
Berikut adalah grafik pertumbuhan relatif (%) hari
ke-0 s/d ke-60 disajikan pada Gambar 1
Gambar 3. Grafik Rerata Pertumbuhan Berat
Relatif Ikan Nila
Rerata pertumbuhan berat mutlak yang didapatkan berkisar 53,21 – 59,47 gram/ekor. Pemeliharaan berlangsung selama 60 hari,
sehingga pertumbuhan berat harian rata-rata 0,87 - 0,99 gram/hari. Pertumbuhan harian dalam penelitian ini lebih
rendah dibanding penelitian Amin et al. (2020), yang mencapai pertumbuhan
harian rata-rata 1,23 gram/hari dan penelitian Kurniawan et al. (2023) lebih cepat lagi rata-rata mencapai 1,90 gram/hari. Kemudian penelitian Maldino et al. (2023) pertumbuhan mutlak ikan nila hanya mencapai 46,38 – 51,31 gram, selama
pemeliharaan 60 hari.
Pertumbuhan berat relatif
tertinggi pada perlakuan D1P1, yaitu 784,56%, diikuti
perlakuan D2P1 = 762,01%, kemudian perlakuan D1P2
= 691,48% dan paling rendah pada perlakuan D2P2 = 690,14%.
Hasil Analisis Varians terhadap pertumbuhan berat relatif didapat nilai F hitung > F tabel 5% dan 1% untuk faktor Debit Aliran (D) dan Padat Penebaran (P) dan interaksinya (D x P). Selanjutnya uji Wilayah Ganda Duncan
menunjukkan bahwa Perlakuan D1 berbeda nyata dengan D2 dan
perlakuan P1 berbeda nyata dengan P2, dan terdapat
interaksi antar Perlakuan D dengan P (D x P).
Dengan demikian Perlakuan Debit Aliran (D) dan Perlakuan Padat Penebaran
(P) berpengaruh terhadap pertumbuhan mutlak ikan nila yang dipelihara dengan
sistem resirkulasi selama masa pemeliharaan 60 hari dan antar kedua faktor
saling berinteraksi. Artinya, dalam
pemeliharaan ikan nila ini, semakin tinggi padat tebarnya, harus ditingkatkan
juga debit aliran pada sistem resirkulasinya.
Menurut Diansari et al. (2013), peningkatan padat tebar hingga mencapai daya dukung maksimum akan
menyebabkan pertumbuhan ikan menurun dan diikuti dengan peningkatan jumlah
pakan, buangan metabolism tubuh, konsumsi oksigen dan menurunkan kualitas
air. Penelitian Zakiya et al. (2022), menunjukkan bahwa variasi padat tebar berpengaruh terhadap pertumbuhan
berat ikan nila yang dipelihara dengan sistem resirkulasi. Hasil
penelitian Lamadi et al. (2022), ternyata tidak terdapat interaksi perlakuan padat
tebar (1 ekor/liter air, 4 ekor/l dan 7 ekor/l) dengan perlakuan debit air (30 ml/det, 40 ml/det dan 50
ml/det). Menurut Ansyari et al. (2023), pertumbuhan ikan nila selama pemeliharaan dengan sistem resirkulasi
kurang lebih 140 hari mencapai bobot rata-rata 233,6 gram/ ekor, di mana benih
yang ditebar ukuran 3 – 5 cm dengan bobot rata-rata 0,65 gram/ekor. Jika
dihitung secara relatif, maka didapat pertumbuhan relatif sebesar 2.507%. Adanya
sistem resirkulasi dapat meningkatkan kualitas air dan daya serap pakan (Pardiansyah et al., 2018).
Rasio Konversi Pakan
Hasil perhitungan ratio konversi pakan
pada pemeliharaan ikan nila sistem resirkulasi selama 60 hari dengan padat
tebar dan debit aliran yang berbeda disajikan pada Tabel 4 berikut ini:
Tabel 4. Rerata
Rasio Konversi Pakan Pemeliharaan Ikan Nila Selama 60 hari.
Perlakuan |
Jumlah
pakan yang diberikan (gram) |
Berat
populasi awal (gram) |
Berat
populasi akhir (gram) |
Pertambahan
Berat (gram) |
Ratio
Konversi Pakan |
D1P1 |
78.879 |
7.700 |
66.565 |
58.865 |
1,34 |
D1P2 |
115.181 |
11.400 |
90.291 |
78.891 |
1,46 |
D2P1 |
75.319 |
7.700 |
62.677 |
54.977 |
1,37 |
D2P2 |
113.047 |
11.250 |
89.755 |
78.505 |
1,44 |
Hasil konversi pakan yang dihitung
dalam penelitian ini didapat kisaran 1,34 – 1,46. Hasil analisis varian menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang nyata (p < 5%) antara perlakuan D1P1
dengan D1P2 dan D2P2, tetapi tidak
berbeda nyata (p > 5%) dengan D2P1 dan tidak ada
interaksi antar perlakuan. Hal ini
berarti padat tebar berpengaruh nyata terhadap rasio konversi pakan, tetapi
debit aliran tidak berpengaruh nyata terhadap rasio konversi pakan. Konversi pakan dipengaruhi oleh daya serap
nutrisi pakan oleh saluran pencernaan (Ene et al., 2007). Semakin rendah nilai FCR menunjukkan bahwa
semakin efisien pakan dan pakan yang digunakan dengan baik oleh ikan untuk
pertumbuhan.
Hasil nilai konversi pakan dari penelitian
ini lebih rendah dibandingkan penelitian Putri et al. (2012), yaitu sebesar 1,48, tetapi
lebih tinggi dari penelitian Arsyal et al. (Arsyal, 2013), yaitu 1,25. Besar kecilnya konversi pakan diduga karena
penyerapan nutrisi yang berbeda-beda setiap umur, ukuran dan jumlah ikan uji
ikan nila. Selanjutnya menurut Barrows
dan Hardy (2001), nila konversi pakan
dipengaruhi oleh protein pakan. Namun
demikian sistem resirkulasi, selain memperbaiki kualitas air media
pemeliharaan, dapat juga menjadikan konversi pakan menjadi rendah atau adanya
efisiensi pakan yang diberikan (Amin et al., 2020).
Kesimpulan
Penelitian ini
menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan nila selama 60 hari
pemeliharaan dalam sistem RAS berkisar antara 98,4% hingga 99,1%, dengan hasil
analisis varians yang menunjukkan bahwa debit aliran dan padat tebar tidak
mempengaruhi secara signifikan tingkat kelangsungan hidup ikan nila.
Pertumbuhan berat relatif tertinggi dicapai pada perlakuan D1P1 sebesar
784,56%, menunjukkan bahwa debit aliran dan padat tebar berbeda mempengaruhi
pertumbuhan mutlak ikan nila dan adanya interaksi antara kedua faktor tersebut.
Rasio konversi pakan berkisar antara 1,34 hingga 1,46, dengan hasil analisis
varian yang menunjukkan bahwa padat tebar berpengaruh signifikan terhadap rasio
konversi pakan, sedangkan debit aliran tidak. Secara keseluruhan, sistem resirkulasi
dengan debit aliran yang sesuai mampu mempertahankan kualitas air dan mendukung
efisiensi pakan, meskipun padat tebar meningkat.
BIBLIOGRAFI
Amin, M., Musdalifah, L., & Ali,
M. (2020). Growth performances of Nile Tilapia, Oreochromis niloticus, reared
in recirculating aquaculture and active suspension systems. IOP Conference
Series: Earth and Environmental Science, 441(1), 12135.
Ansyari,
P., Fauzana, N. A., & Febriyanty, I. (2023). Penerapan Teknologi Budidaya
Ikan Nila Sistem Resirkulasi di Pondok Pasantren Nurul Muhibbin, Barabai,
Kalimantan Selatan. Open Community Service Journal, 2(1), 1–9.
Ardita,
N. (2013). Pertumbuhan dan rasio konversi pakan ikan nila (Oreochromis
niloticus) dengan penambahan probiotik.
Arsyal,
R. A. (2013). Kajian Aplikasi Probiotik Yang Dibuat Dari Bahan Baku Lokal
Terhadap Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila
(Oreochromis niloticus). Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan Dan
Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo.
Baring,
V., Longdong, S. N. J., Ngangi, E. L. A., Sinjal, H. J., Kalesaran, O. J.,
& Paruntu, C. P. (2022). Pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila
Oreochromis niloticus salin pada padat penebaran yang berbeda. E-Journal
Budidaya Perairan, 10(1), 81–87.
Barrow,
P., & Hardy. (2001). Probiotic for chickens in probiotics the scientific
basis, edited by Roy fuller. Chapman and Hall. London.
Christin,
Y., Restu, I. W., & Kartika, G. R. A. (2021). Laju Pertumbuhan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) pada Tiga Sistem Resirkulasi yang Berbeda. Current
Trends in Aquatic Science, 4(2), 122–127.
Diansari,
R. R. V. R., Arini, E., & Elfitasari, T. (2013). Pengaruh kepadatan yang
berbeda terhadap kelulushidupan dan pertumbuhan ikan nila (Oreochromis
niloticus) pada sistem resirkulasi dengan filter zeolit. Journal of
Aquaculture Management and Technology, 37–45.
Ene,
A. C., Nwankwo, E. A., & Samdi, L. M. (2007). Alloxan-induced diabetes in
rats and the effects of black caraway (Carum carvi L.) oil on their body
weight. Res J Med Med Sci, 2(2), 48–52.
Kurniawan,
A., Siegers, W. H., Akbar, M. A., & Nur, I. S. M. (2023). The production
model of tilapia (Oreochromis niloticus) cultivation with system dynamics
approach. Journal of Aquaculture and Fish Health, 12(1), 21–30.
Lailiyah,
M., Harwanto, D., & Desrina, D. (2023). Effectiveness of Filter Media
Compositions on Water Quality, Growth and Survival Rate of Tilapia (Oreochromis
niloticus) Cultured in Recirculation System. Omni-Akuatika, 19(1),
34–46.
Lamadi,
A., Marupua., R. P. ., & Mulis. (2020). Padat Tebar yang Berbeda Terhadap
Kelangsungan Hidup Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio L) Menggunakan Sistem
Resirkulasi. Jurnal Ilmiah Jurusan Budidaya Perairan, 5(4), 149 –
155.
Lamadi,
A., Mulis, M., & Usman, H. K. (2022). Stocking Density And Different Water
Discharge on Red Tilapia Cultured Using a Recirculation System. Agrikan
Jurnal Agribisnis Perikanan, 15(2), 410–419.
Maldino,
M. F., Junaidin, M., & Lestari, D. P. (2023). Pengaruh kombinasi filter
dengan sistem resirkulasi terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih
ikan nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Ruaya: Jurnal Penelitian Dan
Kajian Ilmu Perikanan Dan Kelautan, 11(1).
Manullang,
H. M. (2020). Pemeliharaan Benih Ikan Nila Gift (Oreochromis Niloticus) Dengan
Sistem Resirkulasi Air Pada Salinitas Berbeda. Jurnal Eduscience, 7(1),
17–21.
Nugroho,
A., Arini, E., & Elfitasari, T. (2013). Pengaruh Kepadatan yang Berbeda
Terhadap Kelulushidupan dan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) pada
Sistem Resirkulasi dengan Filter Arang. Jurnal of Aquaculture Management and
Technology, 2(3), 94 – 100.
Pardiansyah,
D., Oktarini, W., & Martudi, S. (2018). Pengaruh peningkatan padat tebar
terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis Niloticus)
menggunakan sistem resirkulasi. Jurnal Agroqua: Media Informasi Agronomi Dan
Budidaya Perairan, 16(1), 81–86.
Putri,
F. S., Hasan, Z., & Haetami, K. (2012). Pengaruh pemberian bakteri
probiotik pada pelet yang mengandung kaliandra (Calliandra calothyrsus)
terhadap pertumbuhan benih ikan nila (Oreochromis niloticus). Jurnal
Perikanan Dan Kelautan, 3(4), 283–291.
Qiang,
J., Zhong, C. Y., Bao, J. W., Liang, M., Liang, C., Li, H. X., He, J., &
Xu, P. (2019). The effects of temperature and dissolved oxygen on the growth,
survival and oxidative capacity of newly hatched hybrid yellow catfish larvae
(Tachysurus fulvidraco♀× Pseudobagrus vachellii♂). Journal of Thermal
Biology, 86, 102436.
Ramdhani.
(2018). Pemeliharaan Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) pada Bentuk
Wadah yang Berbeda dengan Sistem Resirkulasi. Skripsi. Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru.
Septimesy,
A., Jubaedah, D., & Sasanti, A. D. (2016). Pertumbuhan dan kelangsungan
hidup Ikan Patin (Pangasius SP.) di sistem resirkulasi dengan padat tebar
berbeda. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 4(1), 1–8.
Sulistyo,
J., Muarif, M., & Mumpuni, F. S. (2016). Pertumbuhan dan kelangsungan hidup
benih ikan gurami (Osphronemus gouramy) pada sistem resirkulasi dengan padat
tebar 5, 7 dan 9 ekor/liter. Jurnal Pertanian, 7(2), 87–93.
Zakiya,
G., Ansyari, P., & Slamat, S. (2022). Variasi Padat Tebar Terhadap
Pertumbuhan Benih Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Yang Dipelihara Dengan
Sistem Resirkulasi. Basah Akuakultur Jurnal, 1(1), 42–49.
Zimmermann,
S., Kiessling, A., & Zhang, J. (2023). The future of intensive tilapia
production and the circular bioeconomy without effluents: biofloc technology,
recirculation aquaculture systems, bio‐RAS, partitioned aquaculture systems and
integrated multitrophic aquaculture. Reviews in Aquaculture, 15,
22–31.
Copyright
holder: Pahmi Ansyari, Noor Arida Fauzana, Slamat (2024) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This article is
licensed under: |