Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 8, Agustus 2024

 

PENGARUH MODEL BERCERITA (STORYTELLING) TERHADAP PEMAHAMAN BACAAN SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR

 

Syifa Nuraini Rhamadhani1, Nani Solihati2

Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka. Jakarta, Indonesia1,2

Email: [email protected]1, [email protected]2

 

Abstrak

Peningkatan sumber daya manusia dan pembangunan bangsa sebagian besar dimungkinkan oleh pendidikan. Membaca merupakan  keterampilan dasar yang diperlukan untuk berhasil dalam berbagai jenis pekerjaan. Menurut Al-Qur’an, membaca adalah perintah pertama yang diberikan oleh Allah, menunjukkan betapa pentingnya aktivitas ini. Tujuan dari penelitian ini untuk memastikan dampak dari bercerita (storytelling) kepada keterampilan pemahaman membaca peserta didik kelas V di SDN Jatimurni V Bekasi. Desain kuasi-eksperimental dan metodologi kuantitatif digunakan pada penelitian ini. Dua kelas berpartisipasi dalam penelitian ini yaitu kelompok kontrol yang mengikuti pendekatan tradisional dan kelompok eksperimen yang menggunakan teknik bercerita. Temuan menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 86,13, sementara kelas kontrol 67,65. Hasil uji homogenitas dan normalitas menunjukkan bahwa data homogen dan terdistribusi normal. Hasil uji hipotesis t-test menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok. Hasilnya, metode bercerita terbukti lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman membaca dibandingkan metode konvensional. Siswa yang belajar dengan metode bercerita lebih aktif, termotivasi, dan menjadi mempunyai pola pikir yang lebih baik terhadap teks yang dibaca. Maka penerapan model bercerita pada pengajaran membaca dapat meningkatkan keterampilan pemahaman membaca siswa, serta membantu mengatasi masalah rendahnya literasi di Indonesia.

Kata Kunci: Model Pembelajaran, Bercerita, Pemahaman Bacaan

 

Abstract

Education is a major factor in the development of human resources and the formation of nations. A fundamental ability needed for success in a variety of jobs is reading. The significance of reading is demonstrated by the Qur'an, which states that it is the first commandment that Allah has given. This study sought to determine how storytelling affected the grade V pupils at SDN Jatimurni V Bekasi's reading comprehension abilities. This study employed a quantitative technique and a quasi-experimental design. The study had two classes: the experimental group, which employed the storytelling technique, and the control group, which utilized the conventional approach. According to the results, the experimental class's mean score was 86.13, whereas the control class's was 67.65. The data were found to be homogenous and normally distributed based on the results of the homogeneity and normality tests. There was a substantial difference between the two groups, according to the t-test hypothesis test findings. Consequently, the narrative approach outperformed the traditional approach in terms of enhancing reading comprehension. Pupils that use the narrative approach of instruction exhibit higher levels of motivation, activity, and positive attitudes regarding the texts they read. As a result, using the narrative style in reading education can raise students' comprehension levels and assist in addressing Indonesia's low literacy rate.

Keywords: Learning Model, Storytelling, Reading Comprehension

 

Pendahuluan

Sumber daya manusia yang lebih baik, kesejahteraan, pembangunan, dan kesejahteraan negaraan sangat bergantung pada pendidikan. Maka, pendidikan adalah suatu kebutuhan serta harus dipenuhi. Menurut (Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2003) yang menyatakan “Kemampuan sekolah negeri untuk menumbuhkan kapasitas dan membentuk pribadi dan kemajuan manusia yang berakhlak mulia untuk mencerdaskan kehidupan negara. Tujuan dari pendidikan nasional adalah agar peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, dan mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Salah satu kemampuan penting yang harus dimiliki setiap siswa adalah membaca dengan teliti. Menurut (Sanusi & Aziez, 2021) membaca adalah salah satu keahlian berbahasa yang melibatkan beberapa keterampilan mengamati, memahami serta memikirkan dan memiliki beragam manfaat yaitu kemampuan membaca, yang merupakan jalur utama untuk mentransfer pengetahuan dengan tingkat keberhasilan yang tinggi. Menurut (Tristanti; & Hikmat, 2020) Membaca berarti memahami isi. Membaca dengan teliti adalah tindakan yang saling melekat antara mendengarkan, berbicara, serta mengarang karena artikulasi tidak dapat didengar sepanjang waktu. Sedangkan menurut (Zein et al., 2022) salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman manusia adalah membaca. "membaca pemula" dan "membaca tingkat lanjut" adalah dua fase dalam membaca. Menurut (Rahayu & Mariana, 2021) Proses mencapai tingkat membaca permulaan menggabungkan komponen kognitif dan keterampilan. Kemampuan kognitif berkaitan dengan penggunaan simbol fonem untuk memahami kata atau kalimat, sedangkan kemampuan keterampilan berkonsentrasi pada pengenalan dan penguasaannya. Dalam konteks ini, kemampuan kognitif mengacu pada awal pembelajaran dalam teori keterampilan membaca, yang menekankan pada proses mekanis penyandian teks. Sedangkan (Latifah, 2020) membaca pemahaman diartikan sebagai aktivitas membaca yang bertujuan untuk memahami makna yang disampaikan dalam suatu teks, namun penting untuk menumbuhkan kemampuan analitis untuk mengungkapkan makna tersembunyi dalam tulisan tersebut.

Salah satu kemampuan membaca utama yang perlu dimiliki oleh setiap individu adalah membaca pemahaman untuk memahami pola naratif, penilaian kritis, dan standar atau konvensi sastra. (Winata & Logita, 2023) menyatakan bahwa membaca pemahaman adalah bakat yang harus dikembangkan melalui membaca buku referensi secara teratur dan bukan bakat alami. Siswa dapat memperluas pengetahuan mereka dan mempertajam kemampuan berpikir kritis dengan membaca. Siswa dengan kemampuan pemahaman bacaan yang kuat akan mampu menemukan informasi, ide, dan gagasan dari bacaan. Selain itu, keterampilan pemahaman membaca juga akan membantu siswa harus memiliki kemampuan berpikir kritis untuk memecahkan masalah. Menurut (Riyanti, 2021) terdapat dua metode membaca, yaitu membaca dengan fokus dan membaca secara ekstensif. Sementara itu, aspek pendengaran dalam membaca dibedakan antara membaca dengan suara (membaca keras) dan membaca secara diam-diam dalam hati, tanpa mengeluarkan suara.

Membaca ekstensif dan membaca teliti merupakan dua jenis membaca yang utama, menurut Muliasa & Janawati (2022). Jenis membaca yang dilakukan secara cermat, teliti, dan menyeluruh untuk memahami suatu materi disebut membaca intensif. Hal ini melibatkan fokus pada pemahaman yang mendalam atas bacaan, bukan hanya sekadar membaca saja. Biasanya, dalam membaca intensif, teks yang dihadirkan cenderung singkat. Sedangkan membaca ekstensif menurut (Fachriyah et al., 2021)  adalah aktivitas yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang luas dari sebuah informasi dalam waktu singkat. Teknik membaca cepat digunakan untuk mencapai pemahaman umum terlebih dahulu. Keunikan membaca ekstensif adalah bahwa pembaca memiliki kebebasan untuk memilih materi bacaan mereka sendiri. Fokus utama dari membaca ekstensif adalah memahami konten secara keseluruhan tanpa perlu terlalu detail pada bahasa atau isi teks.

Menurut (Tabroni et al., 2022) model pembelajaran berfungsi sebagai contoh atau pola yang membantu guru dan perancang pembelajaran membuat dan menerapkan langkah-langkah pembelajaran di kelas. Menurut Harefa dkk. (2022), model pembelajaran merupakan rangkaian konsep yang melukiskan langkah-langkah yang lazim guna memenuhi tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Saat merencanakan kelas dan kegiatan pembelajaran, pendidikan dan pembuatan kurikulum dapat menggunakannya sebagai panduan. Dalam pandangan (Sarumaha, 2023) model pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu struktur pembelajaran yang mendeskripsikan langkah – langkah tersistematis dalam merancang pengalaman belajar siswa dengan tujuan tercapainya pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Pendidik dan pengembang kurikulum dapat menggunakan model ini sebagai petunjuk dalam perencanaan proses pembelajaran dan aktivitas-aktivitas pembelajaran. Sedangkan menurut (Ryzka & Solihati, 2023) tujuan dari pembelajaran  adalah untuk memberikan siswa  rasa ingin tahu yang besar dan  mempunyai keterampilan membaca.

Oleh karena itu,  desain atau rencana pembelajaran diharapkan menggunakan model pembelajaran. Jika memenuhi empat karakteristik khusus menurut (Octavia, 2022) pertama, model tersebut harus memiliki dasar teoritis yang rasional dan logis, yang disusun oleh pencipta atau pengembangnya. Kedua, model tersebut harus mencakup pemahaman tentang apa dan bagaimana siswa belajar. Ketiga, model tersebut memerlukan tingkah laku tertentu agar pelaksanaannya berhasil. Keempat, diperlukan lingkungan pembelajaran tertentu agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menurut (Dasep Bayu Ahyar, Ema Butsi Prihastari, Rahmadsyah, Ratna Setyaningsih, Dwi Maryani Rispatiningsih, Yuniansyah, Luvy Sylviana Zanthy, Muhamad Fauzi, Saringatun Mudrikah, Ratna Widyaningrum, Yusuf Falaq, 2021) Berakar pada teori pendidikan dan teori pembelajaran profesional tertentu, mempunyai tujuan pembelajaran tertentu, berfungsi sebagai pedoman untuk meningkatkan dan mengembangkan kegiatan belajar mengajar di kelas, menimbulkan efek melalui penerapan model pembelajaran. Merancang Persiapan Pembelajaran (Instructional Design) pembelajaran dengan dipilihnya model pembelajaran  sebagai pedoman metode pembelajaran membaca pemahaman dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk model pembelajaran bercerita.

Menurut (Amrah, Erma Suryani Sahabuddin, 2020)  Dengan menggunakan kata-kata atau gambar untuk mendeskripsikan sebuah peristiwa, pendekatan bercerita mendorong siswa untuk berpartisipasi lebih aktif dalam pendidikan mereka. Storytelling berasal dari gabungan kata bahasa Inggris, yakni "Story" yang berarti cerita dan "telling" yang berarti menceritakan. Jadi, bila digabungkan, istilah tersebut menciptakan arti baru, yaitu kegiatan menceritakan suatu cerita (Robiatul Munajah, 2021). Menurut  (Tabroni et al., 2022) menceritakan sebuah kisah atau mendongeng melibatkan suatu rencana yang sistematis untuk mentransfer cerita dari narator ke pendengar. Sedangkan menurut (Kalsum & Taufiq, 2023) metode storytelling atau bercerita adalah elemen kunci dari proses pembelajaran interaktif dan sosial adalah bagaimana siswa belajar dengan berbagi cerita dengan mitra, mendapatkan dan meneruskan pengalaman kepada orang lain, dan saling mengajar dan belajar. Pendekatan ini menekankan pentingnya kolaborasi antara siswa, guru, dan mata pelajaran. Kemudian menurut (Maharoh, 2022) Storytelling adalah kombinasi dari kata "story" yang berarti cerita, dan "telling" yang berarti menceritakan. Menurut (Lestyowati, 2020) menyatakan bahwa storytelling aktivitas verbal ini tidak hanya dirancang untuk didengarkan, tetapi juga untuk melibatkan peserta secara aktif. Menurut (Mirdad & Pd, 2020), bercerita dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, antara lain : Storytelling Pendidikan, fabel, cerita rakyat, dan mendongeng. Manfaat storytelling menurut (Sinaga, 2024) dapat menumbuhkan minat baca, membangun hubungan yang erat dan harmonis, berfungsi sebagai alat pembelajaran, mendorong perkembangan kemampuan berpikir dan imajinasi anak, mendukung pada kemajuan dalam keterampilan sosialisasi anak, menjadi sarana komunikasi anak dengan orangtua, berperan sebagai media terapi bagi anak-anak yang menghadapi masalah.

Penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa tingkat literasi di Indonesia sangat rendah. Menurut Program Penilaian Pelajar Internasional (PISA) 2019 yang dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), Indonesia berada di peringkat 62 dari 70 negara dalam hal literasi. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca siswa di Indonesia sangat memprihatinkan. Suryani (2020) mengidentifikasi empat faktor utama yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman, yaitu faktor psikologis, lingkungan, intelektual, dan fisiologis. Selain itu, Batubara, Lailan Sakila, dan Hikmat (2023) menyoroti bahwa kebiasaan membaca siswa berdampak signifikan pada tingkat literasi yang rendah, dengan minat dan kemampuan membaca berkorelasi kuat dengan kebiasaan membaca. Retnaningtyas et al. (2022) menambahkan bahwa ketidaknyamanan saat melakukan aktivitas membaca juga menjadi salah satu alasan mengapa orang tidak tertarik untuk membaca, dimana mereka sering merasa terganggu dan terburu-buru untuk menyelesaikan tugas membaca.

Penelitian ini menawarkan kebaruan dengan fokus pada penggunaan model bercerita (storytelling) sebagai pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan pemahaman membaca siswa. Sementara penelitian sebelumnya telah mengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca dan kebiasaan membaca, penelitian ini akan mengeksplorasi bagaimana model bercerita dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam membaca. Penelitian ini juga akan mengkaji pengaruh metode ini terhadap pemahaman membaca siswa, yang belum banyak dibahas dalam penelitian sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penggunaan model bercerita (storytelling) berdampak pada pemahaman bacaan siswa kelas V di Sekolah Dasar. Diharapkan penelitian ini akan memberikan pemahaman baru tentang seberapa baik model bercerita meningkatkan kemampuan membaca siswa dan membantu pendidik meningkatkan minat dan keinginan siswa untuk membaca.

 

Metode Penelitian

Menurut (Ramadhan, 2021) dalam bukunya berpendapat pada intinya teknik untuk mengumpulkan data yang digunakan untuk penerapan tertentu di kena sebagai proses penelitian. Berdasarkan prinsip ini, ada empat istilah yang penting untuk diingat: metode ilmiah, data, tujuan, dan manfaat. Dengan menggunakan desain penelitian kuasi-eksperimental dan metodologi penelitian kuantitatif, tujuan penelitian untuk memahami bagaimana model bercerita (storytelling) memengaruhi kemampuan siswa kelas V dalam pemahaman bacaan.

Pendekatan yang dilakukan merupakan perbandingan kemampuan untuk memahami pengetahuan dari kedua kelompok eksperimental dan kelompok kontrol di atas dua kelas. Sementara kelompok kontrol akan menerima instruksi tradisional, kelompok eksperimen akan mendapatkan instruksi melalui narasi. Kemampuan pemahaman bacaan (variabel Y) akan dibandingkan dengan variabel latar belakang, yaitu Model Bercerita (variabel X), yang merupakan variabel penelitian. Jenis eksperimen yang digunakan adalah Post-test Only Design.

 

Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini menggunakan populasi dengan jumlah siswa kelas V SDN Jatimurni V Bekasi yang berjumlah 46 Siswa pada tahun ajaran 2023/2024. Kelas yang terlibat terbagi menjadi dua kelas, yaitu kelas V-A dan kelas V-B masing-masing berjumlah 23 siswa. Deskripsi data dari penelitian digunakan untuk menganalisis pengaruh dari variabel bebas adalah model bercerita (storytelling) serta variabel terikat yaitu tingkat pemahaman membaca siswa, dilakukannya pengambilan data dengan metode tes. Menurut (Makbul & Ulfiani Rahman, 2021) tes merupakan sebuah teknik pendekatan untuk mengukur sesuatu termasuk berbagai jenis pertanyaan, penjelasan, atau rangkaian tugas yang harus diselesaikan atau dijawab oleh responden. Data yang diperoleh dari hasil Post-test Only Design dalam penelitian ini dianalisis berdasarkan perbandingan antara kelompok eksperimen dan kontrol. Post-test Only Design adalah desain penelitian di mana dua kelompok siswa atau staf dengan latar belakang yang berbeda dibagi menjadi dua kategori: kelompok eksperimental dan kelompok kontrol. Hasilnya diambil secara acak, dan analisis hanya dapat dilakukan sekali setelah kebutuhan untuk memahami implikasi penelitian terpenuhi.

Sebelum pengumpulan data, peneliti melakukan validasi silang dari subjek instrumen yang akan digunakan sebagai Post-Test Only Design dengan memberikan validator kesempatan untuk memberikan input. Latihan ini dilakukan untuk memahami validitas dan rehabilitasi subjek. Setelah 20 topik instrumen, dapat disimpulkan bahwa pekerjaan dapat diselesaikan tanpa revisi apa pun. Berdasarkan hasil yang diperoleh, langkah berikutnya adalah untuk mengumpulkan data pendahuluan menggunakan Post-test Only Design untuk kelompok eksperimen dan kontrol. Selanjutnya, kelompok eksperimental dilakukan menggunakan model bercerita sementara itu untuk kelompok kontrol menggunakan metode konvensional. Kemudian, kedua kelas yang telah disebutkan diberikan Post-test Only Design bermaksud untuk mengetahui kemampuan masing - masing kelompok.

 

a.   Capaian Pembelajaran Pemahaman Bacaan Kelas Eksperimen

Tabel 1. Statistik Capaian Pemebelajaran Pemahaman Bacaan Siswa Kelas Ekperimen

Statistics

Kelas Eksperiemen

N

Valid

23

Missing

0

Mean

86.1304

Median

85.0000

Mode

80.00a

Std. Deviation

10.19494

Range

37.00

Minimum

63.00

Maximum

100.00

 

Hasil analisis dengan menggunakan perhitungan SPSS pada kelas eksperimen menunjukkan sample valid (N) = 23, Skor rata-rata (mean) = 86,13, nilai tengah (median) = 85, standar deviasi (Std. Deviation) = 10,194, Range (R) = 37,  nilai minimum = 63, dan nilai maksimum = 100.

 

Tabel 2. Nilai Interval Hasil Belajar Pemahaman Bacaan Siswa Kelas Ekperimen

Nilai Kelas Ekperiemen

 

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

63 - 69

1

4.3

4.3

4.3

70 – 76

3

13.0

13.0

17.4

77 – 82

5

21.7

21.7

39.1

83 – 89

5

21.7

21.7

60.9

90 – 96

3

13.0

13.0

73.9

97 - 104

6

26.1

26.1

100.0

Total

23

100.0

100.0

 

 

Pada frekuensi kelas Post-test Only eksperimen, sebagian besar kemunculan Post-test Only kelas eksperimen terjadi antara 97-104, dengan sekitar 6 siswa.

 

b.   Capaian Pembelajaran Pemahaman Bacaan Siswa Kelas Kontrol

Tabel 3. Statistik Hasil Belajar Pemahaman Bacaan Siswa Kelas Kontrol

Statistics

Kelas Kontrol

N

Valid

23

Missing

0

Mean

67.6522

Median

68.0000

Mode

55.00a

Std. Deviation

12.71581

Range

50.00

Minimum

40.00

Maximum

90.00

 

Hasil analisis dengan menggunakan perhitungan SPSS pada kelas kontrol menunjukkan sample valid (N) = 23,  Mean = 67,65, Median = 68, standar deviasi (Std. Deviation) = 12,71, Rangge (R) = 50,  nilai terbesar = 40, dan nilai terkecil = 90.

 

Tabel 4. Nilai Interval Hasil Belajar Pemahaman Bacaan Siswa Kelas Kontrol

Kelas Kontrol

 

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

40 – 48

1

4.3

4.3

4.3

49 – 57

5

21.7

21.7

26.1

58 – 66

4

17.4

17.4

43.5

67 – 75

5

21.7

21.7

65.2

76 – 84

6

26.1

26.1

91.3

85 - 93

2

8.7

8.7

100.0

Total

23

100.0

100.0

 

 

Pada frekuensi kontrol kelas Post-test Only design di atas, dimungkinkan untuk menentukan frekuensi kelas Post-test Only eksperimen yang paling sering antara interval 76-84, terdapat sekitar 6 siswa.

 

Pengujian Persyaratan Analisis

1.     Pengujian Normalitas

Untuk mengetahui apakah variabel berdistribusi normal atau tidak maka dilakukanlah uji normalitas. Shapiro-Wilk metode yang digunakan untuk menghitung uji normalitas pada penelitian ini. Jika tingkat signifikansi > 0,05 maka dianggap normal; jika < 0,05 maka tidak normal.

 

Tabel 5. Pengujian Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Tests of Normality

 

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Statistic

df

Sig.

Statistic

df

Sig.

Kelas Eksperimen

.118

23

.200*

.948

23

.261

Kelas Kontrol

.124

23

.200*

.965

23

.577

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

 

Tabel ini menunjukkan bahwa hanya hasil post-test only pemahaman bacaan pada kelas eksperimen (0,261) dan kelas kontrol (0,577) menunjukkan signifikan > 0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa distribusi datanya bersifat normal.

 

2.     Pengujian Homogenitas

Tingkat variasi yang ada antar dua kelompok untuk menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis, dilakukan perbandingan antara nilai signifik pada levene’s statistic dengan 0,05 (sig > 0,05).

 

Tabel 6. Pengujian Homogenitas Pemahaman Bacaan Siswa

Test of Homogeneity of Variance

 

Levene Statistic

df1

df2

Sig.

Hasil Pemahaman Bacaan Siswa

Based on Mean

1.474

1

44

.231

Based on Median

1.469

1

44

.232

Based on Median and with adjusted df

1.469

1

43.008

.232

Based on trimmed mean

1.433

1

44

.238

 

Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa signifikan nilai mean 0,231 > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelas ekperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang homogen.

 

Pengujian Hipotesis

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan model bercerita (storytelling) dan model konvensional dalam pengaruhnya terhadap keterampilan pemahaman bacaan siswa kelas V di SDN Jatimurni V Bekasi. Uji T yang digunakan untuk analisis menggunakan program SPSS versi 25.

 

1.     Uji Independen Sampel T-test Kelas Eksperimen dan Kelas kontrol

Uji t independen pada kelas eksperimen bertujuan untuk menentukan apakah hanya hasil post-test kelompok eksperimen dan kelas kontrol berbeda. Tidak ada perbedaan rata-rata jika nilai signifikan (dua sisi) lebih dari 0,05. Namun, jika nilai signifikan (dua sisi) kurang dari 0,005, maka hasil menunjukkan bahwa pemahaman bacaan siswa berbeda antara model pembelajaran bercerita (storytelling) dan model konvensional. Informasi data perhitungan uji hipotesis dapat diperoleh dalam tabel terlampir:

 

Tabel 7. Hasil Uji Sampel T Test eksperimen dan kontrol pemahaman bacaan siswa

Independent Samples Test

 

Levene's Test for Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F

Sig.

t

df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower

Upper

Pemahaman Bacaan Siswa

Equal variances assumed

1.474

.231

5.437

44

.000

18.47826

3.39839

11.62925

25.32727

Equal variances not assumed

 

 

5.437

42.014

.000

18.47826

3.39839

11.62010

25.33643

 

Dari tabel di atas, nilai signifikan (sig 2-tailed) dua arah yang diperoleh 0,000, < 0,05. Kesimpulan yang dicapai adalah pendekatan konvensional dan model bercerita sangat berbeda.

 

Menghitung Effect Size

Rumus menggunakan Cohen’s D :

 =

 =

 =

 =

Kesimpulannya adalah nilai d ≈ 1,61 termasuk kedalam kategori Large effect size. Ini artinya perbedaan yang terukur antara kelompok sangat signifikan dan menuju efek yang kuat.

 

Pembahasan

Fokus utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan hasil pembelajaran pemahaman bacaan antara dua kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan yang berbeda. Di kelas eksperimen menggunakan model bercerita sedangkan kelas kontrol menggunakan konvensional. Analisis data SPSS menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, yang menunjukkan bahwa peneliti memilih kelas dari populasi yang homogen. Pengaturan ini mungkin berguna dalam menilai seberapa baik siswa mengembangkan kemampuan pemahaman membaca mereka.

Dari data hasil penelitian terdapat perbedaan keterampilan pemahaman membaca di antara para siswa yang menerima metode model bercerita terhadap siswa yang telah memperoleh metode konvensional model ceramah. Siswa yang diberikan model bercerita (storytelling) lebih memahami isi cerita dibandingkan dengan siswa yang menggunakan metode konvensional. Nilai signifikan > 0,05 menunjukan bahwa dalam kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa data yang variabilitas adalah data yang bervariasi. Sesuai analisis data maka model bercerita (storytelling) dalam memahami membaca dapat mengurangi tingkat kejenuhan terhadap siswa berbeda dengan model konvensional, siswa yang mendapatkan model bercerita (storytelling) lebih aktif serta lebih berani dalam mengungkapkan pendapat dan berbicara didepan umum. Dalam menjawab hipotesis terhadap perlakuan kelas adalah tindakan perbedaan dari model bercerita (storytelling) untuk mengetahui pengaruh terhadap keterampilan membaca, maka peneliti menyimpulkan bahwa nilai t-hitung 5,437 dengan probabilitas (sig.) 0,000 < 0,005. Dengan syarat bahwa keputusan dibuat berdasarkan beberapa aturan :

Hipotesis:

𝐻o: Tidak terdapat pengaruh model bercerita (storytelling) terhadap pemahaman

bacaan siswa kelas V SDN Jatimurni V Bekasi

𝐻a:Terdapat pengaruh model bercerita (storytelling) terhadap pemahaman bacaan siswa kelas V SDN Jatimurni V Bekasi

Ada pandangan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam hasil belajar pemahaman siswa antara penggunaan model bercerita (storytelling) dan model konvensional. Rata-rata nilai kelas eksperimen mencapai 86,130, lebih tinggi dibandingkan rata-rata kelas kontrol yang sebesar 67,652. Ini menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antara kedua kelas tersebut.

Penelitian yang relevan dilakukan oleh Nurwidia Eka Pratiwi, Atiaul Nimah, Kurniasih Septiana Dewi, Nursuwu Nugraheni 2022 yang berjudulPenerapan Metode Bercerita untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak-anak Kelas V SDN Benerkulon”. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah menunjukkan bahwa penerapan metode bercerita meningkatkan kemampuan berbahasa siswa, terutama dalam aspek menyimak, dan berbicara. Metode ini menarik perhatian siswa dan merangsang keingintahuan mereka, yang pada gilirannya meningkatkan kemampuan berbahasa mereka.

Persamaan penelitian terdahulu dengan yang peneliti adalah terletak pada mode yang diterapkan sama sama melibatkan siswa kelas V SD dengan model pembelajaran storytelling. Perbedaannya adalah  penelitian yang dilakukan sebelumnya adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbahasa sedangkan peneliti sendiri ingin mengetahui pengaruh storytelling dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa.

Meskipun beberapa siswa mungkin tidak dapat menyesuaikan cara belajarnya, namun model bercerita atau storytelling secara umum bisa meningkatkan pemahaman bacaan  dan mendorong mereka untuk lebih aktif dalam belajar. Dengan model bercerita (storytelling) mempunyai kelebihan terhadap pembelajaran yang tidak terpusat terhadap pengajaran. Oleh karena itu, siswa harus terus terlibat secara efektif dengan pendidikan mereka untuk membantu bagaimana mereka dapat menafsirkan materi dan memotivasi mereka untuk memecahkan masalah secara kreatif.

Jika hipotesis menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, maka hipotesis peneliti adalah terdapat perbedaan hasil belajar siswa dalam pemahaman membaca antara pendekatan bercerita (storytelling) dengan metode konvensional dapat diterima. Dengan demikian, jika nilai uji hipotesis menunjukkan hasil positif, maka pendekatan model bercerita (storytelling) dianggap berpengaruh dalam meningkatkan pemahaman bacaan siswa dibandingkan dengan metode konvensional.

 

Kesimpulan

Kesimpulannya adalah (1) dengan menggunakan pendekatan naratif dan bukan dengan cara tradisional, kemampuan pemahaman membaca anak-anak dapat ditingkatkan. Ho (Hipotesis Nol) yang menyebutkan bahwa "Tidak terdapat pengaruh model bercerita terhadap pemahaman bacaan siswa kelas V di SDN Jatimurni V Bekasi" tidak dapat dibuktikan. Oleh karena itu, temuannya adalah Ha: "Terdapat pengaruh model bercerita terhadap pemahaman bacaan siswa kelas V di SDN Jatimurni V Bekasi", (2) data dianggap signifikan dengan nilai 0,000 < 0,05 sehingga menunjukan pemahaman bacaan siswa SDN Jatimurni V dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh variabel bebas (X) dan variabel terkait (Y) dalam kaitan dengan variabel pengaruh storytelling, dan (3) hasil tes pemahaman bacaan menunjukkan bahwa model bercerita membantu siswa kelas V SDN Jatimurni V Bekasi memahami bacaan dengan lebih baik dibandingkan dengan metode konvensional dengan rata-rata kelas kontrol 67,652 < kelas eksperimen sebesar 86,130. Akibatnya, dapat dikatakan bahwa mengajarkan siswa sekolah dasar bercerita dapat membantu mereka menjadi pembaca yang lebih baik.

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Amrah, Erma Suryani Sahabuddin, M. H. (2020). Pengaruh Penerapan Metode Storytelling Terhadap Keterampilan Berbicara Peserta Didik Kelas V SD Islam Athirah I Makassar. Doctoral Dissertation, Universitas Negeri Makasar.

Batubara, Lailan Sakila, I., & Hikmat, A. (2023). Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Cooperative, Integrated, Reading, And Composition (Circ) Dan Kebiasaan Membaca Terhadap Kemampuan Literasi Siswa Kelas V. 12(3).

Dasep Bayu Ahyar, Ema Butsi Prihastari, Rahmadsyah, Ratna Setyaningsih, Dwi Maryani Rispatiningsih, Yuniansyah, Luvy Sylviana Zanthy, Muhamad Fauzi, Saringatun Mudrikah, Ratna Widyaningrum, Yusuf Falaq, E. K. (2021). Model-Model Pembelajaran (F. Sukmawati (ed.); p. 208). CV. Pradina Pustaka.

Fachriyah, E., Safaah, E., & Karyaningsih, D. (2021). Extensive Reading: Literasi Cerdas Desa Curug Agung Kecamatan Baros, Kabupaten Serang. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3(1), 9.

Harefa, D. (2023). Efektivitas Model Pembelajaran Talking CHIPS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Junal Pendidikan Biologi, 4(1), 83–99.

Harefa, D., Sarumaha, M., Fau, A., Telaumbanua, T., Hulu, F., Telambanua, K., Sari Lase, I. P., Ndruru, M., & Marsa Ndraha, L. D. (2022). Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Belajar Siswa. Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 8(1), 325.

Kalsum, U., & Taufiq, M. (2023). Upaya Guru Meningkatkan Maharah Istima’ melalui Metode Storytelling pada Siswa Kelas X. Journal of Education Research, 4(3), 1251–1258.

Latifah, I. (2020). Analisis Kualitatif Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V Sekolah Dasar. 1–6.

Lestyowati, J. (2020). Metode Storytelling: Peningkatkan Motivasi Perilaku Antikorupsi. INTEGRITAS: Jurnal Antikorupsi, 6(1), 125–139.

Maharoh, Z. (2022). Metode” Bercerita” melalui WhatsApp Group untuk Meningkatkan hasil belajar PJJ pada siswa SD Negeri 2 Geneng. Jurnaledukasiindonesia.Com, 3.

Makbul, M. H. M. K. M., & Ulfiani Rahman. (2021). Metode Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian. Journal of Business Theory and Practice, 10(2), 6.

Martiana, T., & Rahayu, G. D. S. (2021). Pembelajaran membaca permulaan pada siswa kelas II SDN 009 Cikadut dengan menggunakan pendekatan teknik permainan melengkapi cerita. COLLASE: Creative of Learning Students Elementary Education, 4(3), 436–444.

Mirdad, J., & Pd, M. I. (2020). Model-Model Pembelajaran ( Empat Rumpun Model Pembelajaran ). 2(1), 14–23.

Muliasa, I. W., & Janawati, D. P. A. (2022). Analisis Keterampilan Menulis Lanjutan Kelas V Sd N 2 Kawan. Jurnal Pendidikan Dasar Rare Pustaka, 4(2), 46–53.

Octavia, S. A. (2022). Model-Model Pembelajaran. In Deepublish. (pp. 1–101).

Ramadhan, M. (2021). Metode Penelitian (A. A. Effendy (ed.)). Cipta Media Nusantra (CMN).

Retnaningtyas, N., Damaianti, V., & Syihabuddin, S. (2022). Pengembangan Model Quantum Reading Yang Berorientasi Self Regulated Learning (Srl) Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman. Semantik, 11(1), 125–134.

Riyanti, A. (2021). Keterampilan Membaca. In K-Media (pp. 1–32).

Robiatul Munajah, M. P. (2021). Modul Pedoman Bercerita (Storytelling) Untuk Sekolah Dasar. In Universitas Trilogi (p. 23 hlm).

Ryzka, A. D., & Solihati, N. (2023). Pengaruh Media Buku Cerita Bergambar Terhadap Kemampuan Membaca Nyaring Siswa Kelas 2 Sekolah Dasar Islam Al-Fajri Kota Bekasi Tahun Ajaran 2022/2023. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 23(3), 2677.

Sanusi, R. N. A., & Aziez, F. (2021). Analisis Butir Soal Tes Objektif dan Subjektif untuk Keterampilan Membaca Pemahaman pada Kelas VII SMP N 3 Kalibagor. Metafora: Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan Sastra, 8(1), 99.

Sarumaha, M. (2023).  MODEL PEMBELAJARAN. Model-Model Pembelajaran. In Model-Model Pembelajaran (p. 5).

Sinaga, R. M. (2024). Pengaruh Penggunaan Metode Storytelling terhadap Peningkatan Literasi Visual Siswa Kelas VII SMP HKBP Sidorame Medan T . A 2023 / 2024. 3, 4658–4674.

Suryani, A. I. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Siswa (Studi Kasus Di SDN 105 Pekanbaru). Primary: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 9(1), 115–125.

Tabroni, Syukur, M., & Indrayani. (2022). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Bentuk-Bentuk Mobilitas Sosial Kelas VIII_B SMP Negeri 4 Rokan IV Koto Kab. Rokan Hulu Riau. Jurnal Pemikiran Dan Pengembangan Pembelajaran, 4(2), 261–266.

Tristanti;, Z. A., & Hikmat, A. (2020). Pengembangan Media Buku Cerita Bergambar terhadap Minat Membaca Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jurnal Basicedu, 5(5), 3(2), 524–532.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. (2003). Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Demographic Research, 49(0), 1-33 : 29 pag texts + end notes, appendix, referen.

Winata, N. T., & Logita, E. (2023). Pengaruh Model Know Want Learning Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Teks Berita Elektronik. Semantik, 12(1), 37–48.

Zein, S. F., Solihati, N., & Amalia, N. (2022). Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning melalui Gerakan Literasi Sekolah terhadap Keterampilan Berbicara Siswa SMP Negeri 2 Sukamakmur Kabupaten Bogor. Silampari Bisa: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa Indonesia, Daerah, Dan Asing, 5(2), 271–282.

 

 

Copyright holder:

Syifa Nuraini Rhamadhani, Nani Solihati (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: