Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 11, November 2024
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN QRIS DI WILAYAH
JABODETABEK
Ratna Yuli Herawaty1, Hasnawati2
Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia1,2
Email: [email protected]1, [email protected]2
Abstrak
Pandemi Covid 19 telah
menyebabkan perubahan dalam konsumsi berbagai generasi sehari-hari dan memperbanyak frekuensi pembayaran secara digital sebagai salah satu solusi untuk
mengatasi masalah yang berkaitan dengan penanganan uang tunai. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh persepsi pengguna dengan niatan untuk
mengadopsi penggunaan QRIS.
Faktor-faktor pengguna diproksikan oleh enam variabel, yaitu Perceived usefulness, perceived ease of use,
social influence, facilitating conditions, perceived trust dan continuous innovation. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis pada Generasi X, Y dan Z
di Jabodetabek. Teknik purposive sampling digunakan dalam pengumpulan data menggunakan kuesioner yang didistribusikan melalui Google Form.
Terdapat 221 responden yang
didapat dari ketiga generasi. Data diolah menggunakan SPSS 27 dengan model regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor Perceived
usefulness, perceived ease of use, facilitating conditions, perceived trust
dan continuous innovation dapat mempengaruhi niat seseorang dalam mengadopsi QRIS. Di sisi lain, faktor social influence tidak
memiliki pengaruh terhadap niatan seseorang dalam mengadopsi QRIS. Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang
bagaimana penggunaan QRIS sebagai metode pembayaran oleh Generasi X, Y dan
Z. Akhirnya, penelitian ini berkontribusi untuk memberikan informasi yang lebih baik bagi para pelaku usaha untuk
memberikan berbagai opsi metode pembayaran
cashless maupun cash kepada konsumen sehingga diharapkan dapat lebih efektif dan efisien secara keseluruhan.
Kata kunci: Perceived usefulness, perceived ease of use, social influence,
facilitating conditions, perceived trust, continuous innovation, Generasi X, Y dan
Z.
Abstract
The
Covid 19 pandemic has caused changes in the daily consumption of various
generations and increased the frequency of digital payments as one solution to
overcome problems related to handling cash. This research aims to analyze the influence of user perceptions on their
intention to adopt QRIS. User factors are proxied by six variables, namely
Perceived usefulness, perceived ease of use, social influence, facilitating
conditions, perceived trust and continuous innovation. This research uses
quantitative methods with analysis on Generations X, Y and Z in Jabodetabek. Purposive sampling technique was used to
collect data using a questionnaire distributed via Google Form. There were 221
respondents from three generations. Data were processed using SPSS 27 with
multiple regression models. The research results show that the factors
Perceived usefulness, perceived ease of use, facilitating conditions, perceived
trust and continuous innovation can influence a person's intention to adopt
QRIS. On the other hand, social influence factors have no influence on a
person's intention to adopt QRIS. This research provides new insight into how
QRIS is used as a payment method by Generations effective and efficient
overall.
Keywords:
Perceived usefulness, perceived ease of use, social influence, facilitating
conditions, perceived trust, continuous innovation, Generations X, Y and Z.
Pendahuluan
Di era yang serba digital serta terus berkembang
dari sisi transaksi pembelian maupun transaksi pembayaran seperti saat ini, transaksi
digital sudah bukan sebagai tren, melainkan
seperti kewajaran dalam ekonomi modern. Bank
Indonesia menyatakan bahwa ekosistem dari pembayaran digital di Indonesia telah
mengalami suatu perubahan yang signifikan dalam dua dekadse, dimana penggunaan Internet memberikan suatu peluang sebagai media untuk transaksi pembayaran dan perdagangan elektronik, mau tidak mau, dalam
hal ini Infrastruktur
pembayaran digital sudah mulai diinisiasi.
Gultom et al., (2023) menemukan bahwa transaksi uang elektronik di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun,
yang memperlihatkan adanya minat yang besar dari masyarakat Indonesia dalam menggunakan transaksi uang elektronik sebagai alat pembayaran
utama sebagai alternatif maupun pengganti pembayaran menggunakan uang tunai. Terjadinya Pandemi Covid 19 yang menyebabkan perubahan dalam konsumsi dan perilaku konsumen yang menggunakan pembayaran secara digital, membuat dompet digital dan transaksi
online menjadi salah satu solusi untuk mengatasi
masalah yang berkaitan dengan penanganan uang tunai dan transaksi jarak jauh. Ansari, Shobhit, Sohail et al., (2018) dimana dompet elektronik dapat diisi ulang
oleh perangkat lain yang serupa
dengan uang di dalam dompet menggunakan mode transaksi apa pun. Salah satu contoh transaksi
pembayaran digital adalah melakukan adopsi dengan e-wallet (AEW) dimana berkaitan dengan uang digital menggunakan internet banking, kartu
debit maupun kredit serta platform pembayaran lainnya untuk meningkatkan
penjualan kapan saja dan di mana saja.
Proyeksik jumlah konsumen
digital akan transaksi belanja online meningkat sebesar 3,7 kali lipat dari USD 13,1 miliar di tahun 2017 menjadi USD48,3 miliar di tahun 2025. Berdasarkan data Mc Kinsey, Di Indonesia, pembayaran secara digital dengan menggunakan e-wallet berdasarkan jumlah pengguna aktif antara tahun 2017 dan 2019 yaitu platform Go-Pay, OVO, DANA, dan Linkaja.
Grafik pertumbuhan yang stabil ditunjukkan oleh OVO yang berasal dari kemitraannya
dengan aplikasi Grab, serta Tokopedia yang merupakan platform
jual beli online yang cukup dominan di pasar e-commerce
Indonesia.
Selain popularitas dari
penggunaan teknologi pembayaran secara digital
e-wallet yang dilakukan oleh seluruh
lapisan dan usia di kehidupan bermasyarakat
Indonesia, Bank Indonesia juga secara aktif memanfaatkan teknologi untuk memfasilitasi kegiatan transaksi masyarakat di tengah pandemi, perdana dengan meluncurkan QR Code Nasional yang dikenal
dengan QRIS (Quick
Response Code Indonesian Standard) pada 17 Agustus
2019, serta menerapkan QRIS
untuk digunakan efektif secara nasional untuk masyarakat Indonesia pada 1 Januari 2020. QRIS dikembangkan oleh Bank Indonesia bersama
dengan Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) dengan harapan penggunaan QRIS dapat memudahkan seluruh kalangan masyarakat di Indonesia untuk melakukan transaksi secara digital yang lebih mudah, cepat
serta terjaga keamananya.
Transaksi pembayaran digital menggunakan
QRIS terus digencarkan oleh
Bank Indonesia (2024) dengan harapan
semua masyarakat ikut berpartisipasi ke ranah digital, dimana peningkatan penggunanya untuk semua pihak bukan
hanya milenial, baby
boomer, Gen Z, Gen Y. Guna menarik perhatian seluruh kalangan Masyarakat, Bank Indonesia melakukan
inovasi terkait fitur yang ada pada QRIS berdasarkan Sandbox
Bank Indonesia. Saat ini, langkah yang telah diambil oleh Bank Indonesia terkait
inovasi QRIS memungkinkan pengguna dapat melakukan transaksi pengiriman uang, transaksi tarik tunai serta
transaksi setor tunai yang semuanya dapat dilakukan dengan menggunakan QRIS. Diharapkan dengan adanya pengembangan dari fitur QRIS dapat menjadi salah satu solusi yang praktis serta efisien
untuk digunakan dalam transaksi keuangan.
Fenomena diatas tentu
sangat berkaitan dengan beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk semua kalangan
dan usia dalam memilih media apa saja untuk melakukan
transaksi pembayaran secara digital dengan e-wallet maupun QRIS ataupun masih dilakukan secara tradisional menggunakan uang tunai. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ledi et al., (2023) terkait pembayaran dengan QRIS dan mobile
payment dalam pemanfaatan layanan keuangan digital menunjukkan bahwa penggunaan QRIS berdampak positif pada kinerja UKM yang mengartikan bahwa fenomena saat ini
Masyarakat cenderung menggunakan
QRIS sebagai alat digital untuk transaksi pembayaran.
Penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya terkait faktor-faktor yang menentukan keinginan untuk menggunakan sistem pembayaran digital, seperti yang dilakukan oleh oleh Yang et al., (2021) diperoleh temuan terkait persepsi kegunaan, persepsi kemudahan penggunaan, pengaruh sosial, kondisi yang memfasilitasi, kompatibilitas, persepsi kepercayaan untuk menggunakan teknologi digital sebagai media pembayaran digital berpengaruh positif terhadap keputusan menggunakan teknologi pembayaran digital
(e-wallet).
Penelitian ini diinspirasi
oleh tema yang dilakukan
oleh oleh Yang, Abdullah, Muhammad, Noorshella & Noor (2021),hanya
saja dalam penelitian ini menggunakan objek kajian dengan kategori
Generasi X dengan rentang kelahiran tahun (1965-1980), Generasi Y dengan rentang kelahiran tahun (1981-1996) sampai dengan Generasi
Z dengan rentang kelahiran tahun (1997-2012). Hal ini yang menjadi landasan penulis. Selain itu, research gap dari penelitian
ini adalah penulis melakukan sample pengambilan
data pada di ketiga Generasi
X,Y dan Z dikarenakan penelitian
terkait QRIS banyak dilakukan pada sektor Millenial dan Mahasiswa, seperti penelitian yang dilakukan oleh (Gultom et al.,
2023; Risma & Sri, 2021) dimana belum adanya penelitian
yang spesifik membahas faktor penggunaan QRIS sebagai alat pembayaran
untuk transaksi sehari-hari untuk ketiga Generasi yang telah disampaikan diatas dan penulis menambahkan Continuous Innovation sebagai
variabel penelitian sesuai dengan transformasi
digital saat ini.
Melalui penelitian ini,
dengan penggukuran objek ketiga generasi
dianggap dapat menggambarkan faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi penggunaan
QRIS di kalangan berbagai usia. Faktor-faktor tersebut meliputi persepsi kegunaan, persepsi kemudahan pengguna, pengaruh sosial, persepsi kepercayaan, kondisi yang memfasilitasi penggunaan serta inovasi berkelanjutan.
Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat yang dapat digunakan sebagai gambaran seberapa besar persentase penggunaan QRIS di ketiga Generasi untuk pelaku usaha
guna mengadopsi metode pembayaran menggunakan QRIS.
Pengembangan
Hipotesis
Persepsi Kegunaan (Perceived
Usefulness)
Hipotesis
1 (H1): Persepsi manfaat memiliki pengaruh positif secara signifikan terhadap niat untuk menggunakan
QRIS.
Persepsi
kegunaan merupakan salah satu faktor pendukung
seseorang dalam menggunakan suatu produk apabila dirasa dapat mempermudah
transaksi pembayaran. Penelitian yang dilakukan oleh Hanni &
Pujiastuti, (2023) terkait persepsi kegunaan penggunaan QRIS sebagai pendukung bisnis islami, menunjukkan bahwa persepsi kegunaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat dalam menggunakan QRIS pada generasi Z di kota Batang. Dimana generasi Z setuju bahwa adanya
faktor persepsi kegunaan dari QRIS yang diluncurkan oleh pemerintah sebagai alat pembayaran
non tunai.
Persepsi Kemudahan
Penggunaan (Perceived
Ease of Use)
Hipotesis
2 (H2): Persepsi kemudahan penggunaan memiliki pengaruh positif secara signifikan terhadap niat menggunakan
QRIS.
Penelitian
yang dilakukan oleh Saputri, (2020) yang menguji terkait faktor menggunakan QR Code Indonesia sebagai
alat transaksi pembayaran secara simultan menghasilkan bahwa Preferensi kemudahan konsumen memiliki hasil yang berpengaruh signifikan terhadap minat konsumen dalam menggunakan QRIS sebagai alat transksi pembayaran.
Pengaruh Sosial (Social Influence)
Hipotesis
3 (H3): Pengaruh sosial berpengaruh secara signifikan positif terhadap niat menggunakan
QRIS.
Penelitian
yang dilakukan oleh (Lonardi &
Legowo, 2021) terkait Pengaruh Sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam menggunakan QRIS, membuktikan bahwa Pengaruh Sosial menunjukkan pengaruh yang signifikan terkait penggunaan pembayaran dengan metode QRIS, hal ini muncul dari
orang terdekat dimana seseorang akan memberikan rekomendasi kepada orang lain apabila suatu layanan/aplikasi
memberikan nilai yang dirasa berguna dan bermanfaat bagi penggunanya. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Risma & Sri, (2021) menunjukkan bahwa Pengaruh Sosial bukan merupakan suatu prediktor signifikan yang mempengaruhi minat Mahasiswa dalam menggunakan QRIS sebagai opsi teknologi
pembayaran.
Kondisi yang Memfasilitasi (Facilitating
Conditions)
Hipotesis
4 (H4): Kondisi yang memfasilitasi
berpengaruh secara signifikan positif terhadap niat menggunakan
QRIS.
Salah satu faktor lain yang mempengaruhi seseorang untuk menggunakan QRIS adalah kondisi yang memfasilitasi para penggunanya, merujuk pada Penelitian yang dilakukan oleh Risma & Sri, (2021) menunjukkan bahwa faktor Kondisi
yang Memfasilitasi berpengaruh
signifikan terhadap Minat menggunakan QRIS sebagai teknologi pembayaran. Hasil Penelitian (Nirwasita et
al., 2024) sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Zidan &
Auliya, 2023) dimana kondisi yang memfasilitasi berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa di tiga perguruan tinggi besar di Solo Raya dalam menggunakan QRIS sebagai metode transaksi pembayaran
Persepsi Kepercayaan
(Perceived Trust)
Hipotesis
5 (H5): Kepercayaan yang dirasakan berpengaruh positif secara signifikan terhadap niat untuk
menggunakan QRIS.
Persepsi
Kepercayaan untuk beberapa orang, seringkali dijadikan sebuah keyakinan terhadap sebuah penyedia produk atau jasa yang diharapkan dapat digunakan dengan baik dan memiliki keamanan dalam penggunaannya. Dalam Penelitian yang dilakukan oleh Gultom et al., (2023) dalam Preferensi Milenial untuk menggunakan QRIS sebagai metode pembayaran, menghasilkan adanya pengaruh yang signifikan untuk persepsi kepercayaan dalam menggunakan QRIS. Hal ini tentu sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Andespa, (2018), menyatakan bahwa terdapat pengaruh persepsi kepercayaan terhadap preferensi nasabah yang bernilai positif.
Inovasi Berkelanjutan
(Continous
Innovation)
Hipotesis
6 (H6): Inovasi berkelanjutan berpengaruh positif secara signifikan terhadap niat untuk
menggunakan QRIS.
Inovasi
berkelanjutan sebagai salah
satu faktor penentu dalam penggunaan
suatu produk, dalam Penelitian (Chen & Chen,
2023) yang membahas terkait Tipe Inovasi
dan hubungan nya dengan Teori Penggunaan
Inovasi dan Kinerja Pasar, menunjukkan
bahwa inovasi yang konsisten dan berkesinambungan memiliki dampak yang lebih besar terhadap
kinerja pasar daripada inovasi yang merusak. Penelitian ini memberikan hasil yang dapat digunakan bagi para manajer untuk bijaksana dalam memilih jenis
inovasi yang tepat untuk produk yang akan dikembangkan sesuai dengan strategi pasar.
Kerangka Penelitian
Gambar 1. Kerangka
Penelitian
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan
jenis penelitian deskriptif yang dianalisis dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif ini dilakukan dengan cara menyebarkan kuisioner online yang didistribusikan
melalui berbagai media sosial, aplikasi pesan singkat maupun
secara langsung. Metode penentuan sample penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan
kriteria konsumen yang terbagi menjadi 3 Generasi (Generasi X, Generasi Y dan Generasi Z) yang pernah melakukan transaksi pembayaran melalui QRIS Perbankan. Proses distribusi penyebaran kuisioner ini dilakukan
mulai pada bulan Mei 2024. Pengumpulannya dilakukan menggunakan media Google form yang terdiri
dari bagian informasi umum konsumen seperti nama, umur, pendidikan,
dan frekuensi transaksi pembayaran menggunakan QRIS Perbankan. Lalu bagian selanjutnya yaitu berisikan pernyataan yang sesuai dengan variabel
yang digunakan dalam penelitian ini. Setiap pernyataan akan disajikan pilihan jawaban menggunakan skala likert 1-6 (1=sangat tidak setuju, 2= tidak setuju, 3= agak tidak setuju, 4= cukup setuju, 5= setuju, dan 6= sangat setuju).
Alat analisis yang digunakan
adalah IBM Statistik SPSS versi 27 dan teknik yang digunakan adalah regresi linier berganda dan analisis jalur dengan melakukan uji validitas dan uji reliabilitas terlebih dahulu untuk memeriksa bahwa setiap indikator
pertanyaan telah valid dan reliabel. Uji validitas dengan nilai signifikansi
<0,05 dan uji reliabilitas dengan nilai Cronbach Alpha >0,70 (Ghozali, 2016). Di bawah ini merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur setiap variabel.
Tabel 1. Indikator Pernyataan
Variabel |
Indikator |
Sumber |
|
Perceived Usefulness |
Menggunakan QRIS memudahkan saya
untuk melakukan transaksi sehari-hari |
(Yang et al.,
2021) |
|
Menggunakan QRIS memungkinkan saya untuk mengelola
transaksi dengan lebih efisien |
|||
Menggunakan QRIS meningkatkan produktivitas saya |
|||
Menggunakan QRIS memungkinkan saya menyelesaikan kegiatan (seperti pembayaran yang lebih cepat) |
|||
Secara keseluruhan, saya yakin QRIS lebih berguna
daripada cara pembayaran tradisional dalam melakukan transaksi |
|||
Perceived Ease of Use |
Mempelajari cara menggunakan QRIS itu mudah bagi
saya |
(Yang et al.,
2021) |
|
Interaksi saya dengan
QRIS jelas dan mudah dimengerti |
|||
Saya merasa QRIS mudah digunakan |
|||
Mudah bagi saya untuk menjadi terampil dalam
menggunakan QRIS |
|||
Mudah
bagi saya untuk mengingat bagaimana melakukan tugas dengan QRIS |
|||
Saya menyukai kenyataan bahwa pembayaran yang dilakukan melalui QRIS membutuhkan usaha yang minim |
|||
Social Influence |
Orang-orang yang memengaruhi perilaku saya berpikir bahwa saya harus
menggunakan QRIS |
(Yang et al.,
2021) |
|
Orang-orang yang penting bagi saya berpikir bahwa saya harus
menggunakan QRIS |
|||
QRIS digunakan secara luas oleh orang-orang di
komunitas saya |
|||
Hampir
semua teman saya menggunakan QRIS |
|||
Anggota
keluarga saya menggunakan QRIS |
|||
Facilitating
Conditions |
Saya diberikan dukungan dan bantuan yang diperlukan untuk menggunakan QRIS |
(Yang et al.,
2021) |
|
Saya memiliki sumber daya keuangan dan teknologi yang diperlukan untuk menggunakan QRIS |
|||
Saya memiliki akses ke perangkat lunak dan perangkat keras yang diperlukan untuk menggunakan QRIS |
|||
Layanan
QRIS yang saya gunakan terintegrasi dengan baik dan disediakan dalam infrastruktur layanan yang stabil |
|||
Penyedia layanan/operator saya memfasilitasi penggunaan QRIS |
|||
Continuous
Innovation |
Satu barcode QRIS dapat digunakan untuk seluruh Bank |
(Chen &
Chen, 2023) |
|
QRIS memungkinkan pengguna untuk mentransfer dana antar-pengguna QRIS |
|||
Pengguna dapat menarik
dan menyetor uang melalui
ATM dengan memindai kode QRIS |
|||
Perceived
Trust |
Saya percaya bahwa transaksi yang dilakukan melalui QRIS aman dan bersifat pribadi |
(Yang et al.,
2021) |
|
Saya percaya pembayaran yang dilakukan melalui saluran QRIS akan diproses dengan aman |
|||
Saya percaya informasi pribadi saya di QRIS akan dijaga kerahasiaannya |
|||
Saya percaya QRIS Perbankan memperhatikan kepentingan terbaik pelanggan |
|||
Saya percaya bahwa jika terjadi masalah, QRIS Perbankan akan memberikan bantuan kepada saya |
|||
Saya percaya bahwa penyedia layanan QRIS mematuhi hukum konsumen |
|||
Intention
to Use QRIS |
Dengan
asumsi bahwa saya memiliki akses ke QRIS, saya berniat untuk menggunakannya |
(Yang et al.,
2021) |
|
Saya berniat untuk menggunakan QRIS jika biaya dan waktunya masuk akal bagi
saya |
|||
Saya berniat untuk menggunakan QRIS di masa depan |
|||
Saya berniat untuk meningkatkan penggunaan QRIS di
masa depan |
|||
Saya berniat untuk terus menggunakan QRIS lebih sering di masa depan |
|||
Saya berniat menggunakan QRIS dalam kehidupan sehari-hari |
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data. Data dikumpulkan dari tanggal 21 Mei 2024
hingga 27 Mei 2024. Selama periode ini, diperoleh 221 responden.
Demografi Responden
Bagian ini menjelaskan tentang
demografi responden yang menggambarkan karakteristik responden yang terdiri
dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pendapatan/uang saku, domisili,
dan frekuensi belanja online.
Tabel 2. Demografi
Responden
Karakteristik Responden |
Frekuensi |
Persentase |
Gender |
||
a. Laki-laki |
81 |
36,7% |
b. Perempuan |
140 |
63,3% |
Total |
221 |
100% |
Generasi Kelahiran |
||
a. Gen X (Kelahiran tahun 1965 - 1980) |
43 |
19,5% |
b. Gen Y (Kelahiran tahun 1981 - 1996) |
117 |
52,9% |
c. Gen Z (Kelahiran tahun 1997 - 2012) |
61 |
27,6% |
Total |
221 |
100% |
Pendidikan Terakhir |
||
a. Diploma / D3 |
57 |
25,8% |
b. Sarjana / S1 |
148 |
67% |
c. Pasca Sarjana / S2 |
14 |
6,3% |
d. Doktoral
/ S3 |
2 |
0.9% |
Total |
221 |
100% |
Status Pekerjaan |
||
a. Freelancer |
17 |
7,7% |
b. Karyawan
Negeri |
16 |
7,2% |
c. Karyawan
Swasta |
188 |
85,1% |
Total |
221 |
100% |
Domisili |
||
a. Bekasi |
57 |
25,8% |
b. Bogor |
11 |
5% |
c. Tangerang |
27 |
12,2% |
d. Depok |
18 |
8,1% |
e. Jakarta |
108 |
48,9% |
Total |
221 |
100% |
QRIS Perbankan |
||
a. Bank Buku 4 |
192 |
86.9% |
b. Non – Bank Buku 4 |
29 |
13,1% |
Total |
221 |
100% |
Frekuensi Penggunaan
QRIS |
||
a. 1 - 10 kali dalam seminggu |
143 |
64,7% |
b. 11 - 20 kali dalam seminggu |
52 |
23,5% |
c. > 21 dalam seminggu |
26 |
11,8% |
Total |
221 |
100% |
Sumber: Processed with SPSS 27 |
Tabel 2 menunjukkan bahwa
proporsi jenis kelamin responden wanita lebih banyak
hampir dua kali lipat dibandingkan responden laki-laki. Mayoritas responden berada pada Generasi Y dengan kelahiran tahun 1981 - 1996 di tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh adalah Sarjana S1 (67%) dengan status pekerjaan mayoritas sebagai karyawan swasta (85,1%). Responden yang mengisi kuisioner ini mayoritas
berdomisili di wilayah Jakarta (48,9%). Sebanyak 64,7% responden menggunakan QRIS sebanyak 1-10
kali dalam seminggu dengan QRIS Perbankan Bank Buku 4 sebanyak (86,9%).
Gambar 2. Persentase
Kategori Pembayaran Menggunakan QRIS
Sumber:
Google Form Result & Pengolahan Excel
Gambar 2 menunjukkan bahwa opsi pembayaran
menggunakan QRIS digunakan
paling banyak untuk transaksi pembayaran di Restaurant / café sebanyak
187 responden (30%), diikuti
oleh transaksi pembayaran
di Convenience store sebanyak 165 responden (27%), transaksi pembayaran di Kantin / Koperasi etc, sebanyak 126 responden (20%), transaksi pembayaran Rekreasi / Hiburan sebanyak 94 responden (15%) dan transaksi pembayaran di Transportasi Publik sebanyak 50 responden (8%).
Gambar 3. Kategori
Pembayaran Menggunakan QRIS
Oleh Gen X
Sumber:
Google Form Result & Pengolahan Excel
Gambar 3 menunjukkan bahwa dari lima kategori pembayaran menggunakan QRIS oleh Generasi X
(Kelahiran tahun 1965-1980)
yang paling banyak digunakan
untuk pembayaran di
Restaurant / Café, diikuti dengan
pembayaran di Convenience
store, pembayaran di Kantin / Koperasi, pembayaran untuk Transportasi Publik dan
yang paling sedikit adalah untuk pembayaran Rekreasi / Hiburan.
Gambar
4. Kategori Pembayaran Menggunakan QRIS Oleh Gen Y
Sumber: Google Form Result & Pengolahan Excel
Gambar 4 menunjukkan bahwa dari lima kategori pembayaran menggunakan QRIS oleh Generasi Y
(Kelahiran tahun 1981 -
1996) dan Generasi X (Kelahiran
tahun 1965 – 1980), penyebaran
penggunaannya serupa untuk tiga kategori
teratas. Kategori pertama paling banyak digunakan untuk pembayaran di Restaurant / Café, diikuti
oleh pembayaran di Convenience store dan pembayaran di Kantin / Koperasi. Pada Generasi Y, penggunaan QRIS yang
paling jarang digunakan yakni untuk transaksi
pembayaran di Transportasi
Publik.
Gambar
5. Kategori Pembayaran Menggunakan QRIS Oleh Gen Z
Sumber: Google Form Result & Pengolahan Excel
Gambar 5 menunjukkan bahwa dari lima kategori pembayaran menggunakan QRIS oleh Generasi Z (Kelahiran tahun
1997 - 2012), penyebaran penggunaannya
relative seimbang sebanyak
52,5 responden untuk kategori pembayaran di Restaurant / Café dan Convenience store, diikuti
oleh pembayaran di Kantin /
Koperasi dan Rekreasi / Hiburan sebanyak 35 responden. Terdapat kesamaan dengan Generasi Y dalam hal penggunaan QRIS yang paling jarang digunakan, yaitu untuk pembayaran
di Transportasi Publik.
Hasil Hipotesis
Data yang dikumpulkan telah melewati uji kualitas untuk melihat keseriusan responden dalam menjawab pertanyaan dan untuk melihat faktor
situasional pada saat penelitian dilakukan. Pengujian yang dilakukan adalah uji validitas menggunakan Korelasi Pearson <
0,05 dan uji reliabilitas menggunakan
Cronbach's Alpha > 0,70. Semua inidikator
pertanyaan setiap variabel telah terbukti valid karena semua nilai signifikansi
berada pada nilai di bawah 0,05 dan setiap variabel telah terbukti reliabel dengan nilai Cronbach's Alpha berada pada nilai di atas 0,70.
Penelitian
ini menggunakan regresi berganda untuk menguji hipotesis
dengan menggunakan koefisien determinasi (adjusted
R2), uji kelayakan model (uji F), dan uji parsial (uji t). Gambar 6 menunjukkan
hasil pengujian hipotesis.
Gambar
6. Hasil Hipotesis
Dari gambar 6, dapat
dilihat bahwa nilai adjusted R² adalah 0,687. Ini berarti bahwa
68,7% variasi dalam variabel Intention to
Use dapat dijelaskan
oleh variabel Perceived
Usefulness, Perceived Ease to Use, Social Influence, Facilitating Conditions,
Perceived Trust dan Continuous
Innovation. Sedangkan 31,3% disebabkan
oleh faktor-faktor lain yang tidak
dimasukkan dalam model ini. Nilai signifikan dari F menunjukkan angka 0,001 yang berarti model tersebut sesuai. Dari hasil uji parsial t, ditemukan bahwa Perceived Usefulness, Perceived Ease to Use,
Facilitating Conditions, Perceived Trust dan Continuous Innovation memengaruhi Intention to Use. Hal ini dapat dilihat
dari nilai signifikansi t/2 yang lebih kecil dari 0,05.
Hipotesis 1: Persepsi manfaat memiliki pengaruh positif secara signifikan terhadap niat untuk menggunakan
QRIS.
Hasil pengujian X1 Perceived Usefulness menunjukkan
adanya signifikansi antara persepsi kegunaan yang menunjukkan niatan generasi X, Y dan Z dalam menggunakan QRIS sebagai metode pembayaran dalam kegiatan bertransaksi saat ini dengan
nilai signifikansi t
(0,001) yang nilainya lebih
kecil dari standar nilai error (0,05) dan koefisien beta sebesar 0,253 yang
mempunyai arah positif.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan
oleh (Yang et al., 2021) dimana perceived usefulness memiliki hasil yang signifikan positif terhadap niat konsumen untuk
menggunakan e-wallet
sebagai metode pembayaran. Penelitian lain terkait perceived
usefulness yang dilakukan oleh Gultom, Gultom et al., (2023) menunjukkan adanya
pengaruh signifikan positif antara persepsi kemanfaatan terhadap penggunaan QRIS oleh generasi milenial.
Dari penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa metode pembayaran
untuk transaksi sehari-hari telah memiliki berbagai opsi, salah satunya menggunakan teknologi digital melalui QRIS yang dapat digunakan oleh semua generasi dengan harapan transaksi yang dilakukan memiliki kegunaan yang lebih efektif dan efisien sehingga konsumen tidak lagi memakai
uang tunai serta harus menunggu uang kembalian telebih jika melakukan transaksi pembayaran di kantin maupun transportasi
publik.
Hipotesis 2: Persepsi kemudahan penggunaan memiliki pengaruh positif secara signifikan terhadap niat menggunakan
QRIS.
Hasil pengujian X2 Perceived Ease to Use menunjukkan adanya pengaruh persepsi kemudahan sebagai salah satu faktor yang mendorong niatan pada generasi X, Y dan Z dalam menggunakan QRIS dengan nilai signifikansi t (0,001) yang
nilainya lebih kecil dari standar
nilai error (0,05) dan koefisien
beta sebesar 0,308 yang mempunyai
arah positif. Hal ini memberikan gambaran bahwa transaksi digital menggunakan
QRIS memiliki kemudahan untuk digunakan sebagai media pembayaran sehari-hari sebagai alternatif lain penggunaan uang tunai. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Chawla & Joshi, 2023) terkait
peran mediator dalam mempengaruhi adopsi penggunaan Mobile
Wallet, hasil menunjukkan
bahwa persepsi kemudahan pengguna memiliki pengaruh pada keinovatifan pribadi sebagai salah satu peran yang mempengaruhi dalam adopsi dompet
seluler.
Penelitian
yang dilakukan oleh Yang et al., (2021) terkait persepsi
kemudahan pengguna juga memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan niatan pengguna
untuk menggunakan e-wallet, dimana
niat pengguna untuk mengadopsi e-walet salah satunya bersumber dari persepsi kemudahan
penggunaan teknologi.
Hipotesis 3: Pengaruh sosial berpengaruh secara signifikan positif terhadap niat menggunakan
QRIS.
Hasil pengujian X3 Social Influence menunjukkan
tidak adanya signifikansi antara pengaruh sosial sebagai salah satu faktor yang mendorong niatan pada generasi X, Y dan Z dalam menggunakan QRIS. Hal ini sesuai dengan
hasil signifikansi t
(0,336) yang nilainya lebih
besar dari standar nilai error (0,05).
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa pengaruh sosial tidak berdampak terhadap niat menggunakan
QRIS. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Azzahroo & Estiningrum, (2021), dimana penelitian
terkait pengaruh sosial dengan preferensi
mahasiswa dalam menggunakan Quick
Response Code Indonesia Standard (QRIS) bukanlah
salah satu prediktor signifikan yang mempengaruhi para
mahasiswa berminat untuk menggunakan QRIS. Namun,social influence memiliki
hasil yang berpengaruh positif sesuai dalam penelitian yang dilakukan oleh (Yang et al., 2021) dimana social
influence sebagai salah satu
faktor yang membuat konsumen berniat untuk mengadopsi e-wallet.
Dalam penelitian ini, faktor Social
Influence tidak memiliki
signifikansi positif, berdasarkan demografi responden yang dihasilkan. Banyaknya responden yang berasal dari generasi
Y dengan kelahiran tahun 1981 – 1996, yang mana untuk generasi ini sudah
dalam kategori usia yang sangat matang sehingga dalam menentukan penggunaan ataupun pemilihan suatu teknologi sudah tidak dipengaruhi
oleh siapapun lagi.
Hipotesis 4: Kondisi yang memfasilitasi berpengaruh secara signifikan positif terhadap niat menggunakan
QRIS.
Hasil pengujian X4 Facilitating Conditions menunjukkan adanya signifikansi antara kondisi yang memfasilitasi pengguna dengan niatan untuk para generasi X, Y dan Z dalam menggunakan QRIS sebagai metode pembayaran dalam kegiatan bertransaksi saat ini dengan nilai
signifikansi t (0,002) yang nilainya
lebih kecil dari standar nilai
error (0,05) dan koefisien beta sebesar
0,241 yang mempunyai arah positif.
Penyebaran
kuesioner yang dilakukan
oleh peneliti menghasilkan demografi responden yang menunjukkan bahwa transaksi pembayaran menggunakan QRIS didominasi oleh transaksi di Restaurant
/ Café dan di Convenience store. Pelaku usaha banyak memberikan
opsi pembayaran kepada konsumen dan lokasi usaha mereka
berada di Jabodetabek dan didukung oleh jaringan internet
yang lebih stabil sehingga memudahkan konsumen untuk bertransaksi menggunakan metode QRIS.
Kondisi
yang memfasilitasi pengguna
dalam menggunakan suatu teknologi berpengaruh secara signifikan positif sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zidan & Auliya, (2023), dimana kondisi
yang memfasilitasi berpengaruh
signifikan terhadap minat mahasiswa di tiga perguruan tinggi besar di Solo Raya dalam menggunakan QRIS sebagai metode transaksi pembayaran. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pangestu, (2022) yang membuktikan pengaruh antara facilitating condition berpengaruh tidak signifikan terhadap behavior intention dalam
penggunaan QRIS pada UMKM sektor
industri makanan dan minuman di kota Jambi.
Hipotesis 5: Kepercayaan yang dirasakan berpengaruh positif secara signifikan terhadap niat untuk
menggunakan QRIS.
Hasil pengujian X5 Perceived Trust menunjukkan
adanya pengaruh signifikan antara kepercayaan sebagai salah satu faktor yang mendorong niatan pada generasi X, Y dan Z dalam menggunakan QRIS, dengan nilai signifikansi t (0,0005)
yang nilainya lebih kecil dari standar
nilai error (0,05) dan koefisien
beta sebesar 0,215 yang mempunyai
arah positif.
Penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wong & Mo, (2019) terkait consumer intention of mobile payment in Hong Kong, menunjukkan hasil yang signifikan terkait persepsi kepercayaan merupakan salah satu faktor terpenting dalam intention to
use mobile payment. Penelitian lain yang dilakukan oleh Yang et al., (2021) juga menunjukkan pengaruh positif yang signifikan terhadap niatan untuk menggunakan
dan mengadopsi mengadopsi e-wallet.
Faktor
kepercayaan pengguna untuk menggunakan QRIS salah satunya adalah dengan menggunakan transaksi digital, diharapkan pembayaran yang dilakukan akan diproses dengan
aman dan jika terdapat masalah maka akan ada
yang membantu dalam menyelesaikan masalahnya. Seperti jika terdapat
kegagalan dalam transaksi, konsumen dapat melakukan pengecekan secara mandiri dan dapat langsung menghubungi Bank ataupun merchant
QRIS sehingga konsumen dapat melakukan proses pengembalian dana.
Hipotesis 6: Inovasi berkelanjutan berpengaruh positif secara signifikan terhadap niat untuk
menggunakan QRIS.
Hasil pengujian X6 Continuous innovation menunjukkan adanya signifikansi antara inovasi berkelanjutan pada QRIS sebagai niatan para generasi X, Y dan Z dalam menggunakan QRIS sebagai metode pembayaran dengan nilai signifikansi
t (0,0295) yang nilainya lebih
kecil dari standar nilai error (0,05) dan koefisien beta sebesar 0,152 yang
mempunyai arah positif.
Adanya
inovasi yang dilakukan
QRIS menjadi salah satu
faktor penting dalam memperkenalkan metode pembayaran menggunakan QRIS secara merata kepada calon
pengguna, membangun minat, dan mendorong untuk menggunakan QRIS sebagai metode pembayaran sehari-hari. Bank
Indonesia pada 1 Januari 2020, menetapkan
adanya penyeragaman untuk barcode QRIS, dimana saat ini satu
barcode QRIS dapat digunakan
untuk semua merchant maupun Bank. Hal ini tentunya sangat membangun niatan konsumen untuk menggunakan QRIS sebagai opsi metode
pembayaran selain menggunakan uang tunai.
Saat ini di Indonesia, inovasi dalam QRIS sudah dilakukan oleh Bank Indonesia dan dikembangkan
bank sentral bersama ASPI
dan PJP dalam rangka implementasi Blueprint
Sistem Pembayaran Indonesia
2025, sudah dimulai sejak 2019, diantaranya adalah Merchant
Presented Mode (MPM) statis dan dinamis, Tanpa Tatap Muka (TTM), Customer Presented Mode (CPM) dan QRIS Antarnegara (Cross-border
QR).
Berdasarkan
teori difusi inovasi, niatan generasi X, Y dan Z yang berniat menggunakan QRIS saat ini masuk ke
dalam berbagai tahapan seusai dengan hasil demografi
responden yang tersebar di
wilayah Jabodetabek. Untuk kategori generasi X, pada teori difusi inovasi
masuk kedalam pengadopsi awal dimana tingkat pengadopsi masih terbilang sedikit, sedangkan untuk generasi y dan z masuk ke dalam indeks
mayoritas awal.
Penelitian
terkait continuous
innovation dilakukan oleh Chen & Chen, (2023) dihasilkan bahwa
inovasi yang berkelanjutan memiliki dampak yang lebih baik terhadap
kinerja pasar, dan menyimpulkan
bahwa sebelum meluncurkan produk baru, setiap perusahaan
lebih baik mempertimbangkan beberapa aspek dalam pengembangan
inovatif untuk menstabilkan kinerja pasar.
Kesimpulan
Studi ini menemukan
bahwa kompleksitas dan kompatibilitas teknologi dapat mempengaruhi implementasi akuntansi cloud. Temuan ini berguna
bagi para pengembang perangkat lunak untuk memberikan perhatian pada faktor kemudahan dan kompatibilitas dalam mengembangkan sebuah perangkat lunak. Bagi bank yang menjadi objek penelitian
ini, jika melakukan pembelian software akuntansi sebaiknya tetap memiliki divisi tersendiri untuk menyesuaikan software, khususnya
software aplikasi akuntansi,
sehingga dapat sesuai dengan infrastruktur,
standar operasional perusahaan, sesuai dengan peraturan keuangan dan standar akuntansi. Temuan ini juga berdampak pada divisi
pengembangan aplikasi perangkat lunak. Divisi ini akan membutuhkan tenaga
akuntan, tidak hanya programmer. Fenomena ini juga akan berdampak pada
kurikulum jurusan akuntansi di universitas.
Penelitian ini menunjukkan
bahwa faktor dari Perceived
usefulness, perceived ease of use, social influence, facilitating conditions,
perceived trust dan continuous
innovation dapat mempengaruhi
niat seseorang dalam mengadopsi QRIS sebagai metode pembayaran sehari-hari. Temuan ini berguna
bagi para pelaku usaha di wilayah Jabodetabek untuk mempertimbangkan adanya berbagai opsi pembayaran khususnya QRIS. Meskipun demikian, pelaku usaha juga perlu mempertimbangkan bahwa transaksi secara tunai tetap relevan,
terutama untuk Generasi X (Kelahiran tahun 1965 - 1980) menggunakan
QRIS dengan frekuensi yang lebih rendah dibandingkan
Generasi Y dan Z, seperti
yang terungkap dalam hasil kuesioner.
BIBLIOGRAFI
Andespa,
R. (2018). Perbedaan Persepsi, Kepercayaan dan Loyalitas Nasabah dalam Industri
Perbankan. Imara: Jurnal Riset Ekonomi Islam, 2(1).
Azzahroo,
R. A., & Estiningrum, S. D. (2021). Preferensi Mahasiswa dalam Menggunakan
Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) sebagai Teknologi Pembayaran. Jurnal
Manajemen Motivasi, 17(1), 10.
Chawla,
D., & Joshi, H. (2023). Role of mediator in examining the influence of
antecedents of mobile wallet adoption on attitude and intention. Global
Business Review, 24(4), 609–625.
Chen,
S.-L., & Chen, K.-L. (2023). The Mediating Impact of Innovation Types in
the Relationship between Innovation Use Theory and Market Performance. Stats,
7(1), 1–22.
Ghozali,
I. (2016). Aplikasi analisis multivariete dengan program IBM SPSS 23.
Gultom,
M. S., Salsabila, H., & Amri, A. (2023). Preferensi Generasi Milenial dalam
Menggunakan QRIS sebagai Alat Pembayaran Digital. Jurnal Inovasi Pendidikan
Ekonomi (JIPE), 13(1), 19–29.
Hanni,
N. F., & Pujiastuti, Y. (2023). Peningkatan Minat Menggunakan Quick
Response Code Indonesian Standart (QRIS) Sebagai Pendukung Bisnis Islami. JIEF
Journal of Islamic Economics and Finance, 3(2), 125–133.
Ledi,
K. K., Ameza-Xemalordzo, E., Amoako, G. K., & Asamoah, B. (2023). Effect of
QR code and mobile money on performance of SMEs in developing countries. The
role of dynamic capabilities. Cogent Business & Management, 10(2),
2238977.
Lonardi,
H., & Legowo, N. (2021). Analysis of factors affecting use behavior of QRIS
payment system in DKI Jakarta. Turkish Journal of Computer and Mathematics
Education (TURCOMAT), 12(6), 3709–3728.
Nirwasita,
K. S., Jannah, R. K., Situmorang, A. T., & Nurwidya, R. P. (2024).
Preferensi mahasiswa dalam penggunaan QRIS sebagai alat pembayaran di kantin
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Accounting Student
Research Journal, 3(1), 42–54.
Pangestu,
M. G. (2022). Behavior intention penggunaan digital payment qris berdasarkan
model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)(Studi pada
UMKM sektor industri makanan & minuman di Kota Jambi). Jurnal Ilmiah
Manajemen Dan Kewirausahaan (JUMANAGE), 1(1).
Risma,
A. A., & Sri, D. E. (2021). Students’ Preferences in Using Quick Response
Code Indonesia Standard (QRIS) as Payment Technology. Journal of Motivation
Management, 17, 10–17.
Saputri,
O. B. (2020). Preferensi konsumen dalam menggunakan quick response code
indonesia standard (qris) sebagai alat pembayaran digital. Kinerja: Jurnal
Ekonomi Dan Manajemen, 17(2), 237–247.
Sohail,
A., Shobhit, A., Saurabh, S., Akhilesh, V., & Varma, C. P. (2018).
Development of advance digital mobile wallet. Int. J. Sci. Res. Dev, 6,
2758–2760.
Wong,
W. H., & Mo, W. Y. (2019). A study of consumer intention of mobile payment
in Hong Kong, based on perceived risk, perceived trust, perceived security and
Technological Acceptance Model. Journal of Advanced Management Science Vol,
7(2), 33–38.
Yang,
M., Mamun, A. Al, Mohiuddin, M., Nawi, N. C., & Zainol, N. R. (2021).
Cashless transactions: A study on intention and adoption of e-wallets. Sustainability,
13(2), 831.
Zidan,
H., & Auliya, Z. F. (2023). The influence of Performance Expectations,
Business Expectations, and Facilitating Conditions on Interest in Using the
QRIS System. Dinamis: Journal of Islamic Management and Bussiness, 6(1),
17–32.
Copyright holder: Ratna
Yuli Herawaty, Hasnawati (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |