Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 12, Desember 2024
ANALISIS DEBIT BANJIR
RANCANGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CEMORO
Srikanti Mega Dwi Astuti1, Erni Mulyandari2, Suryo Handoyo3
Universitas Tunas Pembangunan,
Indonesia1,2,3
Email: [email protected]1,
[email protected]2,
[email protected]3
Abstrak
Sungai
Cemoro merupakan anak sungai
Bengawan Solo. Sungai ini melewati 4 kabupaten yaitu Boyolali, Karanganyar,
Sragen, dan Semarang. Ketika musim penghujan, Sungai Cemoro sering meluap dan membuat rumah disekitarnya
terendam banjir. Daerah yang sering terkena banjir adalah Kabupaten Sragen,
lebih tepatnya Kecamatan Kalijambe. Oleh karena itu, diperlukan analisis lebih lanjut agar bencana banjir di sungai ini dapat ditanggulangi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui debit banjir di Sungai
Cemoro sebagai langkah awal yang dapat digunakan untuk membangun bangunan pengendali banjir. Analisis debit banjir rancangan dilakukan menggunakan Metode Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu dengan kala ulang 25 tahun. Tahap analisis diawali dengan melakukan survei dan wawancara untuk mengetahui kondisi aliran Sungai Cemoro. Setelah itu, dilakukan
analisis luas DAS menggunakan software QGIS 3.10.6 sebagai
data yang digunakan untuk perhitungan debit banjir. Hasil analisis kondisi aliran berdasarkan survei dan wawancara dapat diketahui bahwa aliran Sungai Cemoro terdapat banyak sampah dan tanaman liar di tepi sungai, luas DAS Cemoro dengan bantuan
software QGIS 3.10.6 adalah 235,55 km2,
dan debit banjir rancangan berdasarkan analisis menggunakan Metode Nakayasu dengan kala ulang 25 tahun adalah 715,17 m3/d.
Kata
kunci: DAS Cemoro,
Debit Banjir, Metode Nakayasu, QGIS
Abstract
The Cemoro
River is a tributary of the Bengawan Solo River. This
river passes through 4 districts, namely Boyolali, Karanganyar, Sragen and Semarang.
During the rainy season, the Cemoro River often
overflows and floods surrounding houses. The area frequently affected by
flooding is Sragen Regency, more precisely Kalijambe District. Therefore, further analysis is needed
so that the flood disaster in this river can be overcome. This research aims to
determine the flood discharge in the Cemoro River as
a first step that can be used to build flood control buildings. Analysis of the
design flood discharge was carried out using the Nakayasu
Synthetic Unit Hydrograph Method with a return period of 25 years. The analysis
stage begins with conducting surveys and interviews to determine the flow
conditions of the Cemoro River. After that, an
analysis of the catachment area of the watershed
was carried out using QGIS 3.10.6 software as data used for calculating flood
discharge. The results of the analysis of flow conditions based on surveys and
interviews show that the Cemoro River has a lot of
rubbish and wild plants on the riverbanks, the catchment area of the Cemoro watershed with the help of QGIS 3.10.6 software is
235,55 km2, and the design flood discharge based on analysis using
the Nakayasu Method with a return period of 25 years
is 715,17 m3/s.
Keywords: Cemoro Watershed, River
Flow, Nakayasu Method, QGIS
Pendahuluan
Bengawan
Solo adalah sungai terbesar di Pulau Jawa. Sungai ini memiliki luas daerah aliran sungai
(DAS) ± 16.100 km2. Hulu dari Sungai Bengawan Solo adalah Pegunungan Sewu di sebelah
barat-selatan Surakarta dan bermuara ke laut Jawa di utara Surabaya dengan alur sungai sepanjang ± 600 km. Salah satu anak sungainya adalah Sungai Cemoro. Sungai ini merupakan anak sungai Bengawan Solo yang
cukup besar karena melewati 4 kabupaten yaitu Boyolali, Karanganyar, Sragen,
dan Semarang. Hilir Sungai Cemoro dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar
1. Hilir Sungai Cemoro
Ketika
musim penghujan, Sungai Cemoro
sering meluap dan membuat rumah di sekitarnya terendam banjir. Berita tentang
banjir di Sungai Cemoro dapat ditemukan di beberapa
artikel, seperti Solopos, Tribunjateng,
dan Radar Solo. Daerah yang sering terkena banjir adalah Kabupaten Sragen,
lebih tepatnya Kecamatan Kalijambe.
Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu dilakukan survei dan wawancara untuk mengetahui kondisi aliran Sungai Cemoro. Setelah itu, perlu
dilakukan analisis debit banjir rancangan. Analisis ini membutuhkan
luas Daerah Aliran Sungai Cemoro sebagai data masukan.
Penelitian-penelitian
terdahulu terkait debit banjir rancangan sudah banyak dilakukan
diantaranya penelitian debit banjir yang dilakukan di Sungai Uru Ino, Desa Binagara Kecamatan Wasilei
Selatan Kabupaten Halmahera Timur. Tujuan dari penelitian adalah mendapatkan
nilai debit puncak rancangan banjir menggunakan metode HSS Gamma I dan metode
HSS Nakayasu. Hasil perhitungan nilai debit banjir
rancangan untuk metode HSS Gamma I Q2th, Q5th, Q10th,
Q25th, dan Q50th masing-masing sebesar 64,916 m3/det, 131,619 m3/det,
159,727 m3/det, 183485 m3/det, dan 195,440 m3/det
dan untuk metode HSS Nakayasu Q2th, Q5th,
Q10th, Q25th, dan Q50th masing
masing sebesar 124,15 m3/det, 157,91 m3/det,
172,15 m3/det, 184,19 m3/det, dan 190,25 m3/det
(Miradj
& Rahman, 2020).
Penelitian debit banjir dilakukan pada Daerah Aliran
Sungai Telaga Lebur, lebih tepatnya di Waduk Telaga Lebur.
Waduk ini terletak di Desa Sekotong Tengah, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat.
Tujuan dari penelitian ini adalah mencari debit banjir dengan berbagai
kala ulang menggunakan data
hujan satelit yang paling baik antara TRMM atau PERSIANN. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara ground data hujan dengan hujan satelit
TRMM lebih akurat dibandingkan data hujan satelit PERSIANN. Oleh karena itu, perhitungan debit banjir menggunakan data hujan TRMM dengan hasilnya meliputi kala ulang 2 tahun sebesar
11,31 m3 /s, 5 tahun sebesar
31,76 m3 /s, 10 tahun sebesar
64,68 m3 /s, 20 tahun sebesar
114,95 m3 /s, 50 tahun sebesar
214,68 m3 /s, 100 tahun sebesar 320,55 m3 /s, dan 1000 tahun sebesar 943,77 m3
/s (Mulyandari & Susila,
2020).
Penelitian debit banjir dilakukan pada Sungai Tulang Bawang yang memiliki alur sungai sepanjang 96,07 km dan luas daerah aliran sungai sebesar 1468,75 km². Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis besarnya debit
banjir rancangan dengan beberapa kala ulang. Hasil akhir dari analisis debit banjir
rancangan kala ulang Q2th sebesar 427,10 m3/det, Q5th sebesar 631,29 m3/det, Q10th sebesar 797,07 m3/det, Q20th sebesar 999,64 m3/det, Q25th sebesar 1045,96 m3/det, Q50th sebesar 1262,56 m3/det dan kala ulang Q100th sebesar 1508,82 m3/det (Cambodia
et al., 2021).
Penelitian debit banjir dilakukan
pada Daerah
Aliran Sungai (DAS) Cimandiri yang hulunya berada di Gunung Pasir Caringin, Desa Sukamanah,
Kecamatan Gegerbitung dan hilirnya adalah Samudra Hindia yang berdekatan dengan Pelabuhan Ratu. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis besarnya nilai rancangan curah hujan harian maksimum
dan nilai debit banjir rencana Sungai Cimandiri
dengan kala ulang 2, 5, 10, 50, dan 100 tahun menggunakan HSS Nakayasu. Hasil dari perhitungan hujan rancangan
untuk kala ulang 2 tahun adalah 49,398 mm, kala ulang 5 tahun adalah 71,017 mm, kala ulang 10
tahun adalah 84,408 mm, kala ulang 50 tahun adalah 114,193 mm, dan kala ulang 100 tahun adalah 127, 215 mm. Hasil dari perhitungan debit banjir
rancangan menggunakan HSS Nakayasu untuk kala ulang 2 tahun adalah 2654,4 m3/det, kala
ulang 5 tahun adalah 3815, 3 m3/det, kala ulang 10 tahun adalah 4534,3 m3/det, kala ulang 50 tahun adalah 6133,9 m3/det, dan kala ulang 100 tahun adalah 6833,2 m3/det (Saputra
& Saputri, 2021).
Penelitian debit banjir dilakukan di Daerah Aliran Sungai Tefmo/Manikin yang terletak pada Sungai Manikin
yang di antara Desa Kuaklao dan Desa Bokong Kecamatan
Taebenu di Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis debit banjir rancangan dengan 3 (tiga) Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) yaitu HSS Nakayasu, ITB-1, dan
Limantara.
Penelitian ini
juga memperhitungan nilai PMF. Hasil perhitungan
nilai PMF dari HSS Nakayasu adalah 1597,16 m3/det, sedangkan hasil perhitungan dengan HSS ITB-1 adalah 965,64 m3/det. Kemudian untuk hasil perhitungan HSS Limantara adalah 401,32 m3/det.
Berdasarkan ketiga metode tersebut, nilai debit banjir rancangan pada
perhitungan HSS Nakayasu yang mendekati kondisi di
DAS Manikin (Damayanti
et al., 2022).
Penelitian
debit banjir
dilakukan pada Daerah Aliran Sungai Selabung, Kabupaten Oku Selatan, Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini dilakukan untuk
menganalisis debit banjir rancangan dengan Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu, sehingga didapatkan debit puncak pada DAS Selabung. Berdasarkan hasil dari perhitungan debit banjir rancangan DAS Selabung dengan kala ulang 100 tahun menggunakan Metode Hidrograf Satuan Sintetik
(HSS) Nakayasu diperoleh debit puncak sebesar 375,25 m3/det (Andayani
& Umari, 2022).
Penelitian
debit banjir
dilakukan pada Sub DAS Keduang yang berlokasi di Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis debit banjir rancangan di Sub
DAS Keduang dengan berbagai kala ulang. Hasil dari debit banjir rancangan yang didapatkan untuk kala ulang 2 tahunan adalah 1.375,20 m3/detik, kala ulang 5 tahunan adalah 1.724,92 m3/detik, kala ulang 10 tahunan adalah 1.908,10 m3/det, kala ulang 20 tahunan adalah 2.057,97 m3/det, kala ulang 25 tahunan adalah 2.087,12 m3/det, kala ulang 50 tahunan adalah 2.228,67 m3/det, kala ulang
100 tahunan adalah 2.345,24 m3/det, dan kala ulang 1000 tahunan adalah 2.661,64 m3/det (Nugrahanto et al., 2022).
Penelitian debit banjir dilakukan pada Sungai Krueng
Kala yang terletak di Kecamatan Lhoong, Kabupaten
Aceh Besar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya debit banjir rencana di Sungai Krueng Kala dengan Metode Hidrograf Satuan
Sintetis (HSS) Nakayasu
dan Soil Conservation
Service (SCS). Hasil perhitungan dari debit banjir rencana untuk
HSS Nakayasu Q2th, Q5th, Q10th,
Q25th, Q50th, dan Q100th masing-masing adalah 101,181 m3/det,
117,932 m3/det, 127,920 m3/det, 139,622 m3/det,
147,795 m3/det, dan 155,566 m3/det, sedangkan untuk HSS SCS Q2th, Q5th,
Q10th, Q25th, Q50th, dan Q100th masing masing adalah 78,149 m3/det, 90,127 m3/det,
97,269 m3/det, 105,636 m3/det, 111,480 m3/det,
dan 117,036 m3/det (Abiel et al., 2022).
Penelitian debit banjir dilakukan pada Sungai Krueng Tripa di Desa Ujong
Krueng. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis debit banjir menggunakan Hidrograf Satuan Sintesis Nakayasu di Sungai Krueng Tripa untuk mengetahui besarnya nilai debit banjir rencana dengan kala ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun. Hasil perhitungan curah hujan dengan kala ulang 2, 5, 10, 25, 50 ,dan 100 tahun adalah 141,15 mm, 192,33 mm, 227,07 mm, 272,16 mm, 306,55 mm, dan 341,81 mm. Hasil dari analisis debit banjir didapatkan debit puncak (Qp)
sebesar 30,868 m3/dtk dengan waktu yang
diperlukan mencapai (Tp) adalah 17,15 jam. Untuk
debit banjir rencana dengan kala ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun adalah 3.543,43 m3/det, 4.870 m3/det, 5.618,92 m3/det, 6.558,96 m3/det, 7.714,29 m3/det, dan 8.458,27 m3/det (Alinda et al., 2022).
Penelitian
debit banjir
dilakukan pada Sungai Lesti. Sungai ini adalah anak dari Sungai Brantas dan merupakan bagian dari DAS Brantas Hulu yang mata airnya bersumber dari Gunung Semeru. Metode yang dapat digunakan untuk analisis debit banjir pada Sungai Lesti ada 3 (tiga) yaitu Metode Gamma Ⅰ, Nakayasu & Snyder. Akan tetapi, dalam penelitian ini akan dilakukan dengan metode Hidrograf Satuan
Sintetik Nakayasu. Hasil perhitungan yang diperoleh untuk debit banjir rancangan dengan kala ulang 10 tahun dan 25
tahun yaitu 278,2891 m3/dt dan 305,2449 m3/dt.
Selain itu, curah hujan tertinggi
dapat diketahui terjadi pada 5-6 jam pertama dalam 24 jam (Caesar et al., 2023).
Penelitian
debit banjir
dilakukan pada Daerah Aliran Sungai Pesung yang berada di Kota Batam. Penelitian
ini bertujuan untuk memperkirakan atau menganalisis nilai debit banjir rancangan menggunakan Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) SCS dan Nakayasu. Pada metode
HSS SCS (Soil Conservation
Service), debit banjir rancangan kala ulang 5 – 50 tahun adalah 215,488 – 584,308 m3/s, sedangkan pada metode HSS Nakayasu debit
banjir rancangan kala ulang 5 – 50 tahun yang dihasilkan mencapai 360,526
– 986,535 m3/s (Ayuni et al., 2023).
Berdasarkan jurnal-jurnal yang telah diuraikan di atas, dapat diketahui
bahwa untuk Daerah Aliran Sungai Cemoro belum pernah digunakan
untuk penelitian terkait analisis debit banjir rancangan. Oleh karena itu, penelitian
ini merupakan penelitian pertama dan diharapkan bisa dipakai untuk merencanakan
bangunan pengendali banjir, seperti tanggul, kolam retensi, dan waduk.
Metode Penelitian
Lokasi
Penelitian
Lokasi dari penelitian
ini adalah Daerah Aliran Sungai Cemoro yang meliputi 4 kabupaten, yaitu Karanganyar, Sragen, Boyolali, dan Semarang.
Hulu dari sungai ini adalah Gunung
Merbabu dan bermuara di
Sungai Bengawan Solo.
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.
Data primer didapat dengan melakukan survei ke Sungai Cemoro
untuk mendapatkan data tambahan. Data ini berguna untuk membuktikan kebenaran
berita yang ada terkait kondisi Sungai Cemoro. Data sekunder didapat dari
instansi terkait, yaitu Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) dan
Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) Solo. Data ini meliputi Data Curah
Hujan di DAS Cemoro dan Peta DAS Cemoro.
Data DEMNas dan Peta RBI (Rupa Bumi Indonesia)
didapatkan dari website https://tanahair.indonesia.go.id/. Selain itu, Peta Tipe tanah didapatkan dari website
https://daac.ornl.gov/SOILS/guides/Global_Hydrologic_Soil_Group.html.
Kondisi Aliran
Sungai
Kondisi aliran sungai didasarkan pada hasil survei dan wawancara. Survei dilakukan berdasarkan permasalahan yang ada pada sungai, seperti sedimen, sampah, dan tanaman liar di tepi sungai (Ka’u et al., 2021), sedangkan wawancara berdasarkan banjir yang pernah terjadi di lokasi yang disurvei (Kementerian PUPR - Republik
Indonesia, 2015) dan upaya penanggulangannya (Pemerintah Republik
Indonesia, 2008). Umumnya banjir terjadi ketika hujan deras
dengan waktu yang cukup lama (Balahanti et al., 2023). Lokasi survei adalah jembatan
di sepanjang aliran sungai yang masih bisa dijangkau dan aliran sungainya masih jelas. Total dari lokasi yang disurvei yaitu 21 jembatan.
Luas
Daerah Aliran Sungai
Analisis luas DAS menggunakan data DEMNas (Digital
Elevation Model Nasional). DEMNas
merupakan salah satu produk dari Badan Informasi Geospasial
(Amiruddin et al., 2021). Data ini dianalisis menggunakan software QGIS 3.10.6. Quantum Geographic Information System (QGIS)
adalah salah satu perangkat lunak open source yang digunakan sebagai pengolahan
data spasial.
Debit
Banjir Rancangan
Analisis debit banjir rancangan menggunakan Metode Nakayasu. Hidrograf Satuan Sintetis
(HSS) Nakayasu dikembangkan berdasarkan beberapa
sungai yang berada
di Jepang. Metode
ini sudah banyak digunakan untuk menganalisis debit banjir rancangan
sungai-sungai yang ada di Indonesia.
Langkah-langkah perhitungan
debit banjir rancangan (Badan Standardisasi
Nasional, 2016) adalah sebagai berikut:
1) Menguji konsistensi hujan menggunakan Metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums) (Br,
2009)
2) Menganalisis curah
hujan menggunakan Metode Rata-Rata Aljabar (Suripin,
2004)
3) Menguji data hujan dengan parameter statistik dan kecocokan distribusi (Triatmodjo,
2008)
4) Menganalisis hujan kala ulang 25 tahun
5) Menganalisis hyetograph hujan
rancangan menggunakan Alternating
Block Method (ABM)
6) Menganalisis hujan efektif menggunakan Metode SCS (Soil
Conservation Service)
7) Menganalisis debit banjir rancangan menggunakan Metode Nakayasu (Mulyandari et al., 2024).
Keterangan:
Qp = Debit puncak banjir,
A = Luas DAS (km2),
Re = Curah hujan efektif (1 mm),
Tp = Waktu dari permulaan banjir sampai
puncak hidrograf (jam),
T0,3 = Waktu dari puncak banjir sampai 0,3 kali
debit puncak (jam).
Hasil
dan Pembahasan
Kondisi Aliran Sungai Cemoro
Kondisi
aliran Sungai Cemoro diketahui dengan cara melakukan
survei dari arah hulu ke hilir, yaitu dari arah Gunung Merbabu ke Sungai Bengawan Solo. Lokasi titik jembatan yang disurvei
memiliki total 21 jembatan. Survei dilakukan selama 2 hari, yaitu pada Rabu, 1
Mei 2024 dan Minggu, 5 Mei 2024.
Adapun skema dan grafik hasil dari survei
dan wawancara dapat dilihat pada Gambar 2, Gambar 3, dan Gambar 4.
Gambar
2. Skema Kondisi Aliran Sungai Cemoro
Gambar
3. Hasil Survei Kondisi Aliran Sungai Cemoro
Gambar
4. Hasil Wawancara
Berdasarkan Gambar 2 dan Gambar 3 dapat
diketahui bahwa kondisi aliran Sungai Cemoro terdapat banyak sampah dan tanaman
liar di tepi sungai, sedangkan pada
Gambar 4 dapat diketahui hasil dari wawancara
meliputi sebagian besar responden mengetahui nama sungainya adalah
Sungai Cemoro, terdapat 5 responden yang mengatakan
bahwa sungai pada titik tersebut pernah meluap, dan untuk upaya pemerintah dalam menanggulangi banjir dilakukan dalam bentuk
kerja bakti membersihkan sungai terdapat pada 10 titik lokasi survei.
Analisis Luas DAS Cemoro
Analisis luas DAS Cemoro
membutuhkan 6 data DEM yang diperoleh
dari https://tanahair.indonesia.go.id/. Penggabungan data DEM sampai dengan analisis
luas DAS menggunakan bantuan software QGIS 3.10.6. Adapun hasil delineasi DAS Cemoro pada QGIS dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar
5. Hasil Analisis Luas DAS Cemoro pada
QGIS
Berdasarkan Gambar 5
dapat dilihat bahwa garis merah merupakan batas DAS Cemoro hasil dari delineasi
menggunakan software QGIS, sedangkan
luas DAS Cemoro adalah 235550486,34 m2 atau
235,55 km2.
Analisis Debit Banjir Rancangan
Uji Konsistensi Hujan Metode RAPS
Uji konsistensi hujan dilakukan pada 3 pos, yaitu PCH Kalijambe (2004-2023), Pos Klimatologi
Waduk Cengklik (2008-2023),
dan PCH Tritis (2013-2023). Berdasarkan uji konsistensi hujan
dengan Metode RAPS, data hujan pada Pos Curah Hujan Kalijambe,
Pos Klimatologi Waduk Cengklik, dan Pos Curah Hujan Tritis konsisten.
Curah Hujan Rerata Metode
Rata-Rata Aljabar
Perhitungan curah hujan rerata dilakukan
setelah uji konsistensi hujan. Perhitungan ini menggunakan Metode Rata-Rata Aljabar karena luas DAS Cemoro termasuk kecil yaitu kurang
dari 500 km2. Hasil perhitungan
curah hujan maksimum dengan Metode Rata-rata Aljabar dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Curah Hujan
Maksimum
No |
Tahun |
Pmaks |
1 |
2004 |
149,00 |
2 |
2005 |
74,00 |
3 |
2006 |
90,00 |
4 |
2007 |
186,00 |
5 |
2008 |
75,00 |
6 |
2009 |
123,50 |
7 |
2010 |
121,50 |
8 |
2011 |
86,67 |
9 |
2012 |
105,33 |
10 |
2013 |
58,33 |
11 |
2014 |
74,67 |
12 |
2015 |
68,67 |
13 |
2016 |
72,00 |
14 |
2017 |
74,00 |
15 |
2018 |
87,00 |
16 |
2019 |
72,33 |
17 |
2020 |
85,33 |
18 |
2021 |
94,67 |
19 |
2022 |
82,00 |
20 |
2023 |
62,67 |
Uji Parameter Statistik dan Kecocokan Distribusi
Curah hujan maksimum yang sudah didapatkan kemudian diuji menggunakan parameter statistik
dan kecocokan distribusi.
Uji Kecocokan Distribusi ada dua yaitu Chi Kuadrat dan Smirnov Kolmogorov. Hasil dari Uji Parameter Statistik dan
Uji Kecocokan Distribusi dapat dilihat pada Tabel
2.
Tabel 2. Hasil Uji Parameter Statistik dan Kecocokan Distribusi
No |
Distribusi |
Parameter Statistik |
Chi Kuadrat |
Smirnov Kolmogorov |
1 |
Normal |
Ditolak |
Ditolak |
Diterima |
2 |
Log Normal |
Ditolak |
Diterima |
Diterima |
3 |
Gumbel |
Ditolak |
Diterima |
Diterima |
4 |
Log Pearson III |
Diterima |
Diterima |
Diterima |
Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa jenis distribusi
yang diterima adalah Distribusi Log Pearson III. Oleh karena
itu, Distribusi Log Pearson
III digunakan untuk menghitung hujan kala ulang.
Hujan Kala Ulang
Distribusi
Log Pearson III digunakan
untuk perhitungan hujan rencana dengan
kala ulang 25 tahun. Hasil perhitungan untuk jumlah dan rata-rata dibantu dengan microsoft excel
yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hujan
Kala Ulang
No |
Tahun |
Xmaks |
ln Xmaks |
ln (Xmaks-Xmaksrerata) |
ln (Xmaks-Xmaksrerata)2 |
ln (Xmaks-Xmaksrerata)3 |
1 |
2004 |
149,00 |
5,00 |
0,53 |
0,28 |
0,15 |
2 |
2005 |
74,00 |
4,30 |
-0,17 |
0,03 |
-0,01 |
3 |
2006 |
90,00 |
4,50 |
0,02 |
0,00 |
0,00 |
4 |
2007 |
186,00 |
5,23 |
0,75 |
0,56 |
0,42 |
5 |
2008 |
75,00 |
4,32 |
-0,16 |
0,03 |
0,00 |
6 |
2009 |
123,50 |
4,82 |
0,34 |
0,11 |
0,04 |
7 |
2010 |
121,50 |
4,80 |
0,32 |
0,10 |
0,03 |
8 |
2011 |
86,67 |
4,46 |
-0,02 |
0,00 |
0,00 |
9 |
2012 |
105,33 |
4,66 |
0,18 |
0,03 |
0,01 |
10 |
2013 |
58,33 |
4,07 |
-0,41 |
0,17 |
-0,07 |
11 |
2014 |
74,67 |
4,31 |
-0,17 |
0,03 |
0,00 |
12 |
2015 |
68,67 |
4,23 |
-0,25 |
0,06 |
-0,02 |
13 |
2016 |
72,00 |
4,28 |
-0,20 |
0,04 |
-0,01 |
14 |
2017 |
74,00 |
4,30 |
-0,17 |
0,03 |
-0,01 |
15 |
2018 |
87,00 |
4,47 |
-0,01 |
0,00 |
0,00 |
16 |
2019 |
72,33 |
4,28 |
-0,20 |
0,04 |
-0,01 |
17 |
2020 |
85,33 |
4,45 |
-0,03 |
0,00 |
0,00 |
18 |
2021 |
94,67 |
4,55 |
0,07 |
0,01 |
0,00 |
19 |
2022 |
82,00 |
4,41 |
-0,07 |
0,01 |
0,00 |
20 |
2023 |
62,67 |
4,14 |
-0,34 |
0,12 |
-0,04 |
Rata-rata |
92,13 |
4,48 |
Jumlah |
1,64 |
0,48 |
Menghitung nilai deviasi standar dengan rumus sebagai
berikut.
Menghitung nilai koefisien kemencengan dengan rumus sebagai
berikut.
Setelah nilai koefisien kemencengan diperoleh, maka selanjutnya mencari besarnya nilai faktor frekuensi (KT).
Besarnya nilai faktor frekuensi diperoleh dari plotting
dua parameter yaitu koefisien
kemencengen (1,11) dan kala ulang
(25 tahun) pada Tabel Nilai
KT untuk Distribusi
Log Pearson III (kemencengan positif)
(Triatmodjo, 2008). Hasil nilai faktor frekuensi yang diperoleh dari tabel tersebut adalah 2,07.
Menghitung nilai hujan kala ulang dengan rumus berikut.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, hasil dari hujan
kala ulang 25 tahun menggunakan Distribusi Log
Pearson III adalah 161,66 mm.
Hyetograph Hujan Rancangan Metode ABM
Hujan kala ulang didistribusikan ke dalam hujan jam-jaman dengan Metode
ABM. Sobriyah (2003) menyatakan bahwa durasi hujan yang mengakibatkan banjir lebih
sering terjadi selama 4 jam (Fauziyah
et al., 2013). Hasil perhitungan hujan rancangan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hyetograph Hujan Rancangan
Td |
Δt |
It |
It Td |
Δp |
Pt |
Hyetograph |
|
(jam) |
(jam) |
(mm/jam) |
(mm) |
(mm) |
(%) |
(%) |
(mm) |
1 |
0~1 |
56,04 |
56,04 |
56,04 |
63,00 |
11,49 |
18,57 |
2 |
1~2 |
35,31 |
70,61 |
14,57 |
16,37 |
63,00 |
101,84 |
3 |
2~3 |
26,94 |
80,83 |
10,22 |
11,49 |
16,37 |
26,47 |
4 |
3~4 |
22,24 |
88,96 |
8,13 |
9,14 |
9,14 |
14,78 |
Jumlah |
88,96 |
100,00 |
100,00 |
161,66 |
Hujan Efektif Metode SCS
Perhitungan hujan efektif memerlukan data tata guna lahan dan data jenis tanah. Data-data tersebut dimasukkan ke QGIS kemudian dipotong sesuai dengan batas DAS Cemoro. Peta
Tata Guna Lahan dan Peta Tipe
Tanah di Daerah Aliran Sungai Cemoro
dengan bantuan software
QGIS dapat dilihat pada
Gambar 6 dan Gambar 7.
Gambar
6. Peta Tata Guna Lahan DAS Cemoro
Gambar
7. Peta Tipe Tanah DAS Cemoro
Berdasarkan Gambar 6, tata guna lahan pada DAS Cemoro meliputi padang rumput dengan kondisi
jelek, padang rumput dengan kondiis
baik, pemukiman, dan tanah yang diolah dan ditanami, sedangkan pada Gambar
7, tipe tanah DAS Cemoro diambil tanah mayoritas yaitu tanah kelas
D.
Langkah selanjutnya untuk menghitung hujan efektif adalah menentukan nilai CN (curve
number) berdasarkan tata guna
lahan dan tipe tanah pada DAS Cemoro. Adapun hasil dari penentuan
nilai CN dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Curve Number
Tata Guna Lahan |
Klasifikasi Tanah |
Luas |
|||
BIG |
CN |
Tipe Tanah |
Nilai CN |
Km2 |
% |
Sawah |
Tanah yang diolah dan ditanami |
D |
91 |
159,21 |
67,59 |
Sawah Tadah Hujan |
|||||
Perkebunan/Kebun |
|||||
Tegalan/Ladang |
|||||
Gedung/Bangunan |
Pemukiman |
84 |
68,57 |
29,11 |
|
Pemukiman dan Tempat Kegiatan |
|||||
Padang Rumput |
Padang Rumput, Kondisi Baik |
78 |
0,46 |
0,20 |
|
Semak Belukar |
Padang Rumput, Kondisi Jelek |
89 |
5,89 |
2,50 |
Hujan efektif dapat dihitung setelah nilai CN diketahui. Hujan efektif sama dengan hujan total yang jatuh di
permukaan tanah dikurangi dengan kehilangan air (abstraksi). Adapun hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hujan
Efektif
t |
P |
ΣP |
ΣPe |
Pe |
1 |
18,57 |
18,57 |
3,39 |
3,39 |
2 |
101,84 |
120,41 |
89,18 |
85,79 |
3 |
26,47 |
146,88 |
114,59 |
25,40 |
4 |
14,78 |
161,66 |
128,90 |
14,32 |
Jumlah |
161,66 |
Jumlah |
128,90 |
Debit Banjir Rancangan Metode Nakayasu
HSS
Nakayasu
Hidrograf
satuan sintetis dihitung menggunakan Metode Nakayasu.
Langkah-langkah perhitungan parameter HSS Nakayasu adalah sebagai berikut.
1. Menghitung waktu konsentrasi (tg) dengan luas DAS dan panjang sungai adalah
235,55 km2 dan 68,5 km.
2. Menghitung satuan waktu dari
curah hujan.
3. Menghitung waktu dari
permulaan banjir sampai puncak hidrograf.
4. Menghitung waktu dari puncak
banjir sampai 0,3 kali debit puncak.
5. Menghitung debit puncak
banjir.
Parameter
HSS Nakayasu
digunakan untuk menghitung ordinat hidrograf pada beberapa waktu yang
ditetapkan sebagai berikut.
1. Pada kurva naik (0 < t <
Tp = 7,00)
2. Pada kurva turun (Tp < t < Tp+T0,3 =
15,74)
3. Pada kurva turun (Tp + T0,3 < t < Tp+T0,3+1,5T0,3
= 28,86)
4. Pada kurva turun (t > Tp +T0,3+1,5T0,3 = 28,86)
Ordinat
hidrograf digabung dan dihitung tinggi limpasannya (tinggi limpasan harus sama
dengan 1) yaitu sebagai berikut.
1. Menghitung jumlah debit.
2. Menghitung volume limpasan.
3. Menghitung tinggi limpasan.
Hasil
tinggi limpasan tidak sama dengan 1 (satu). Oleh karena itu, dilakukan koreksi
terhadap nilai debit dengan mengalikan faktor koreksi dan ordinat hidrograf
satuan yaitu sebagi berikut.
1. Menghitung debit terkoreksi,
misal pada t = 1.
2. Menghitung jumlah debit
terkoreksi.
3. Menghitung volume limpasan.
4. Menghitung tinggi limpasan.
Adapun hasil perhitungan HSS Nakayasu dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. HSS Nakayasu
t(jam) |
QAwal (m3/d) |
QKoreksi (m3/d) |
t(jam) |
QAwal (m3/d) |
QKoreksi (m3/d) |
t(jam) |
QAwal (m3/d) |
QKoreksi (m3/d) |
||
0 |
0,00 |
0,00 |
35 |
0,36 |
0,35 |
72 |
0,03 |
0,03 |
||
1 |
0,06 |
0,06 |
36 |
0,33 |
0,32 |
73 |
0,03 |
0,03 |
||
2 |
0,30 |
0,29 |
37 |
0,31 |
0,30 |
74 |
0,02 |
0,02 |
||
3 |
0,79 |
0,77 |
38 |
0,29 |
0,28 |
75 |
0,02 |
0,02 |
||
4 |
1,58 |
1,53 |
39 |
0,27 |
0,26 |
76 |
0,02 |
0,02 |
||
5 |
2,69 |
2,62 |
40 |
0,25 |
0,25 |
77 |
0,02 |
0,02 |
||
6 |
4,17 |
4,05 |
41 |
0,24 |
0,23 |
78 |
0,02 |
0,02 |
||
7,00 |
6,03 |
5,86 |
42 |
0,22 |
0,21 |
79 |
0,02 |
0,02 |
||
8 |
5,26 |
5,11 |
43 |
0,21 |
0,20 |
80 |
0,02 |
0,02 |
||
9 |
4,58 |
4,45 |
44 |
0,19 |
0,19 |
81 |
0,02 |
0,01 |
||
10 |
3,99 |
3,88 |
45 |
0,18 |
0,17 |
82 |
0,01 |
0,01 |
||
11 |
3,48 |
3,38 |
46 |
0,17 |
0,16 |
83 |
0,01 |
0,01 |
||
12 |
3,03 |
2,94 |
47 |
0,16 |
0,15 |
84 |
0,01 |
0,01 |
||
13 |
2,64 |
2,57 |
48 |
0,15 |
0,14 |
85 |
0,01 |
0,01 |
||
14 |
2,30 |
2,24 |
49 |
0,14 |
0,13 |
86 |
0,01 |
0,01 |
||
15 |
2,00 |
1,95 |
50 |
0,13 |
0,12 |
87 |
0,01 |
0,01 |
||
15,74 |
1,81 |
1,76 |
51 |
0,12 |
0,11 |
88 |
0,01 |
0,01 |
||
16 |
1,77 |
1,72 |
52 |
0,11 |
0,11 |
89 |
0,01 |
0,01 |
||
17 |
1,61 |
1,57 |
53 |
0,10 |
0,10 |
90 |
0,01 |
0,01 |
||
18 |
1,47 |
1,43 |
54 |
0,10 |
0,09 |
91 |
0,01 |
0,01 |
||
19 |
1,34 |
1,30 |
55 |
0,09 |
0,09 |
92 |
0,01 |
0,01 |
||
20 |
1,22 |
1,19 |
56 |
0,08 |
0,08 |
93 |
0,01 |
0,01 |
||
21 |
1,12 |
1,09 |
57 |
0,08 |
0,08 |
94 |
0,01 |
0,01 |
||
22 |
1,02 |
0,99 |
58 |
0,07 |
0,07 |
95 |
0,01 |
0,01 |
||
23 |
0,93 |
0,90 |
59 |
0,07 |
0,07 |
96 |
0,01 |
0,01 |
||
24 |
0,85 |
0,82 |
60 |
0,06 |
0,06 |
97 |
0,00 |
0,00 |
||
25 |
0,77 |
0,75 |
61 |
0,06 |
0,06 |
98 |
0,00 |
0,00 |
||
26 |
0,71 |
0,69 |
62 |
0,06 |
0,05 |
99 |
0,00 |
0,00 |
||
27 |
0,64 |
0,63 |
63 |
0,05 |
0,05 |
100 |
0,00 |
0,00 |
||
28 |
0,59 |
0,57 |
64 |
0,05 |
0,05 |
Jumlah |
67,33 |
65,43 |
||
28,86 |
0,54 |
0,53 |
65 |
0,05 |
0,04 |
VLL |
242373,73 |
235550,00 |
||
29 |
0,54 |
0,52 |
66 |
0,04 |
0,04 |
TLL |
1,03 |
1,00 |
||
30 |
0,50 |
0,49 |
67 |
0,04 |
0,04 |
|||||
31 |
0,47 |
0,46 |
68 |
0,04 |
0,04 |
|||||
32 |
0,44 |
0,43 |
69 |
0,03 |
0,03 |
|||||
33 |
0,41 |
0,40 |
70 |
0,03 |
0,03 |
|||||
34 |
0,38 |
0,37 |
71 |
0,03 |
0,03 |
Aliran Dasar
Aliran dasar adalah aliran di sungai ketika tidak
terjadi hujan. Perhitungan aliran dasar (base flow) adalah sebagai berikut.
Luas DAS (A) = 235,55 km2
Panjang sungai semua tingkat
(L’) = 858,72
km
Kerapatan jaringan kuras (D) = 858,72/235,55 = 3,65
Hidrograf Banjir Nakayasu
Hidrograf Banjir Nakayasu dihitung berdasarkan hasil perkalian antara hujan efektif dan hidrograf satuan kemudian ditambah dengan base flow (aliran dasar). Hasil perhitungan hidrograf banjir dalam bentuk grafik
dapat dilihat pada Gambar
8.
Gambar
8. Hidrograf
Banjir Nakayasu
Berdasarkan Gambar 8 dapat dilihat bahwa debit mulai turun pada jam ke 9, sedangkan debit terbesar terdapat pada jam ke 8 yaitu 715,17 m3/d.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
yaitu sebagai berikut; (1) Kondisi aliran Sungai Cemoro saat ini berdasarkan
hasil survei yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kondisi alirannya terdapat banyak sampah dan tanaman liar di tepi sungai, sedangkan
pada hasil wawancara dapat diketahui pernah terjadi banjir di 5 (lima) titik dan upaya mayoritas yang dilakukan pemerintah adalah kerja bakti.
(2) Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Cemoro berdasarkan Software
QGIS 3.10.6 adalah 235,55 km2. (3) Debit banjir rancangan Daerah Aliran Sungai
(DAS) Cemoro menggunakan Metode Nakayasu dengan kala ulang 25 tahun adalah 715,17 m3/d.
BIBLIOGRAFI
Abiel, T. F., Refika, C. D., & Shaskia,
N. (2022). Analisis Debit Banjir Menggunakan Metode Hidrograf Satuan Sintetis
Nakayasu dan Soil Conservation Service (SCS) pada Sungai Krueng Kala Aceh
Besar. Journal of The Civil Engineering Student, 4(2), 169–175.
https://doi.org/10.24815/journalces.v4i2.21351
Alinda, S.,
Meylis Safriani, & Teuku Farizal. (2022). Analisis Debit Banjir Sungai
Krueng Tripa Menggunakan Hidrograf Satuan Sintesis (HSS) Nakayasu. Jurnal
Media Teknik Sipil Samudra, 3(2), 30–41.
https://doi.org/10.55377/jmtss.v3i2.5360
Amiruddin, A.,
Asta, A., & Handayani, R. (2021). Penentuan Batas DAS Tojo Berbasis GIS
Menggunakan Perangkat HEC HMS 4.4 dan QGIS 3.16. Borneo Engineering: Jurnal
Teknik Sipil.
Andayani, R.,
& Umari, Z. F. (2022). Debit Banjir Rancangan DAS Selabung dengan HSS
Nakayasu. Jurnal Deformasi, 7(1), 21.
https://doi.org/10.31851/deformasi.v7i1.7803
Ayuni, T. P.,
Saputra, A. J., & Ginting, J. M. (2023). Analisis Banjir Metode Hidrograf
Satuan Sintetis SCS dan Nakayasu DAS Pesung, Batam. Jurnal Ilmiah Rekayasa
Sipil, 20(2), 146–155. https://doi.org/10.30630/jirs.v20i2.1031
Badan
Standardisasi Nasional. (2016). SNI 2415:2016 Tata Cara Perhitungan Debit
Banjir Rencana.
Balahanti, R.,
Mononimbar, W., & Gosal, P. H. (2023). Analisis Tingkat Kerentanan Banjir
di Kecamatan Singkil Kota Manado. SPASIAL, 11(1), 69–79.
Br, S. H.
(2009). Hidrologi: Teori, Masalah, Penyelesaian. Yogyakarta: Nafiri
Offset.
Caesar, A. J.,
Sunik, S., & Yoedono, B. S. (2023). Analisis Debit Banjir Menggunakan
Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Terhadap DAS Lesti. Jurnal Teknik Sipil,
1(2), 83–101.
Cambodia, M.,
Hasan, M. I., & Novilyansa, E. (2021). Analisis Debit Banjir Rancangan
Menggunakan Metode HSS Nakayasu di Sungai Tulang Bawang Provinsi Lampung. Prosiding
Seminar Nasional Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1),
92–96. https://doi.org/10.24967/psn.v2i1.1489
Damayanti, A.
C., Limantara, L. M., & Haribowo, R. (2022). Analisis Debit Banjir
Rancangan dengan Metode HSS Nakayasu, HSS ITB-1, dan HSS Limantara pada DAS
Manikin di Kabupaten Kupang. Jurnal Teknologi Dan Rekayasa Sumber Daya Air,
2(2), 313.
Fauziyah, S.,
Sobriyah, & Susilowati. (2013). Analisis Karakteristik dan Intensitas Hujan
Kota Surakarta. Matriks Teknik Sipil, 1(2).
Ka’u, A. A.,
Takumansang, E. D., & Sembel, A. (2021). Analisis Tingkat Kerawanan Banjir
di Kecamatan Sangtombolang Kabupaten Bolaang Mongondow. SPASIAL, 8(3),
291–302.
Kementerian PUPR
- Republik Indonesia. (2015). Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis
Sempadan Danau.
Miradj, A.,
& Rahman, S. (2020). Analisis Debit Banjir Sungai Uru Ino, Kabupaten
Halmahera Timur Menggunakan Pendekatan Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Gamma I
dan HSS Nakayasu. Dintek, 13(1), 1–13.
Mulyandari, E.,
& Susila, H. (2020). Validasi Data Curah Hujan Satelit Trmm dan Persiann
dalam Analisis Debit Banjir Rencana di Das Telaga Lebur. Jurnal Teknik Sipil
Dan Arsitektur, 25(2), 16–22.
https://doi.org/10.36728/jtsa.v25i2.1070
Mulyandari, E.,
Wijayanti, P., & Gunarso. (2024). Hidrologi Terapan Prinsip dan Aplikasi
Hidrologi dalam Manajemen Lingkungan dan Infrastruktur. Yogyakarta: Pena
Muda Media.
Nugrahanto, E.
B., Suprayogi, S., Hadi, M. P., & Rahmadwiati, R. (2022). Analisis Debit
Banjir Rancangan dengan Metode Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu di Sub DAS
Keduang. Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of
Watershed Management Research), 6(2), 111–124.
Pemerintah
Republik Indonesia. (2008). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 2008 Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
Saputra, A.,
& Saputri, U. S. (2021). Analisis Debit Banjir Rencana dengan Metode
Hidograf Satuan Sintetis Nakayasu di Daerah Aliran Sungai Cimandiri. Jurnal
TESLINK : Teknik Sipil Dan Lingkungan, 3(1), 01–10.
https://doi.org/10.52005/teslink.v2i1.61
Suripin. (2004).
Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi Offset.
Triatmodjo, B.
(2008). Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Beta Offset.
Copyright holder: Srikanti Mega Dwi Astuti, Erni Mulyandari, Suryo Handoyo (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |