Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 9, September 2024

 

KOMUNIKASI NONVERBAL DAN POLO AIR: PENERAPAN TEORI DAN TEKNIK SEBAGAI STRATEGI PADA TIM

 

Annisa Nadhilah Utoro1, Wibawa Prasetya2

LSPR Institute of Communication & Business, Jakarta, Indonesia1,2

Email: [email protected]1, [email protected]2

 

Abstrak

Komunikasi yang dilakukan oleh para atlet dalam olahraga tim sangat menarik untuk ditelaah melalui perspektif ilmu komunikasi. Polo air hadir sebagai cabang olahraga keras yang mengombinasikan beberapa cabang olahraga, baik bola tangan, gulat, basket, berenang dan sepak bola. sebagai olahraga beregu, penggunaan komunikasi nonverbal sangatlah lazim, mengingat olahraga polo air yang memiliki intensitas tinggi dengan pola permainan yang cepat, sehingga para pemain dapat menghemat tenaga dan waktu dengan menggunakan komunikasi nonverbal saat menerapkan strategi penyerangan dan pertahanan. Untuk itu penelitian ini memiliki tujuan untuk menunjukkan bagaimana komunikasi nonverbal dilakukan di olahraga polo air. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui wawancara mendalam pada atlet polo air. Peneliti menemukan komunikasi nonverbal pada atlter terdiri dari face behavior, tatapan atau gaze, perilaku gerak tubuh atau gestural behavior, dan perilaku spasial atau spatial behavior. Komunikasi tersebut digunakan untuk mencapai dinamika kelompok dengan 2 tujuan kohesi yang berfokus pada pengembangan dan pemeliharaan kelompok, dan penggerak yaitu tindakan yang digunakan kelompok untuk mencapai tujuannya. Pada implementasinya baik Pembina dan pelatih juga atlet tetap menggunakan dinamika ekologi sebagai pengaturan diri dikonseptualisasikan oleh interaksi dan adaptasi bersama.

Kata kunci: Polo Air, Komunikasi Nonverbal, Dinamika Kelompok

 

Abstract

Communication carried out by athletes in team sports is very interesting to study through the perspective of communication science. Water polo is present as a tough sport that combines several sports, including handball, wrestling, basketball, swimming, and soccer. As a team sport, the use of nonverbal communication is very common, considering that water polo has high intensity with a fast game pattern so that players can save energy and time by using nonverbal communication when implementing attack and defense strategies. For this reason, this study aims to show how nonverbal communication is carried out in water polo. This study uses a qualitative method through in-depth interviews with water polo athletes. Researchers found that nonverbal communication in athletes consists of facial behavior, gaze, gestural behavior, and spatial behavior. This communication is used to achieve group dynamics with 2 cohesion goals that focus on group development and maintenance, and drivers, namely actions used by groups to achieve their goals. In its implementation, both coaches and athletes continue to use ecological dynamics as self-regulation conceptualized by interaction and joint adaptation.

Keywords: Water Polo, Nonverbal Communication, Group Dynamics

 

 

 

 

Pendahuluan

Penelitian ini ingin meneliti mengenai komunikasi non-verbal yang dilakukan oleh atlet Polo Air selama di lapangan. Bagaimana atlet polo air berkomunikasi secara non-verbal dengan rekan satu tim, dengan pelatih, maupun dengan lawan sangat menarik untuk diteliti lebih mendalam. Dapat dikatakan bahwa polo air merupakan olahraga keras yang mengombinasikan beberapa cabang olahraga, seperti bola tangan, gulat, basket, berenang dan sepak bola (Utoro, 2016). Polo air adalah olahraga yang sangat kompleks. Para atlet memiliki parameternya masing-masing dalam mengadopsi kemampuan teknik, taktik dan pemahaman bermain (Sarimanah & Mulyana, 2020). Dalam polo air, keterampilan yang sangat teknis sering dilakukan dan keputusan yang kompleks harus dibuat dalam keadaan penuh tekanan/stress, karena polo air merupakan olahraga intermiten yang memiliki intensitas tinggi, kelelahan yang meningkat secara progresif, dan tidak seperti aktivitas dengan durasi lama di mana sub-maksimal intensitas dapat dipertahankan di seluruh permainan.

Sebagai olahraga beregu, komunikasi memegang peranan penting untuk membangun kekompakan tim. Sebagaimana yang dikatakan oleh Athanlios, bahwa komunikasi yang sukses adalah kunci dalam kekompakan dari setiap kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama (Athanasios, 2005). Koordinasi dan komunikasi tim diperlukan, karena konstruksi ini dianggap sebagai aspek penting dari kinerja tim (Eccles & Tenenbaum, 2004), karena adanya hubungan erat antara peningkatan dalam keterampilan komunikasi dengan peningkatan kinerja (individu) (Sullivan & Feltz, 2003). Pada olahraga beregu, para pemain menghadapi kondisi yang menantang baik persepsi dan keterampilan fisik di bawah lingkungan yang dinamis (Royal et al., 2006), sehingga komunikasi yang efektif diperlukan untuk mengatasi tantangan tersebut.

Untuk mencapai tujuan permainan, kerjasama dengan teman satu tim sangat penting. Komunikasi yang efektif merupakan prasyarat untuk koordinasi setiap kelompok; pengembangan hubungan pribadi yang baik dan kepercayaan dalam tim; penciptaan lingkungan positif di dalam dan di sekitar tim, memimpin upaya tim untuk pencapaian tujuan-tujuannya (Athanasios, 2005). Tidak hanya antar pemain, namun para pelatih juga berperan dalam membangun komunikasi dalam tim. Peran pelatih yaitu untuk mendorong anggota tim bekerjasama, mengajarkan keterampilan sosial dan memperkuat semangat tim (Pop & Zamfir, 2020). Tim harus berkomunikasi secara efektif, sedangkan pelatih harus menjadi komunikator yang baik. Namun, apa yang dimaksud dengan komunikasi yang baik masih belum jelas sampai saat ini (Sullivan & Feltz, 2003). Sementara, mempelajari pendekatan sosial suatu tim olahraga itu penting untuk memahami kinerja tim tersebut (Eccles & Tenenbaum, 2004).

Dalam olahraga beregu, termasuk polo air, penggunaan komunikasi nonverbal sangatlah lazim, mengingat olahraga polo air yang memiliki intensitas tinggi dengan pola permainan yang cepat, sehingga para pemain dapat menghemat tenaga dan waktu dengan menggunakan komunikasi nonverbal saat menerapkan strategi penyerangan dan pertahanan. Lebih jauh, Pop dan Zamfir berpendapat, bahwa dalam konteks ini komunikasi nonverbal sangatlah umum, karena selama pertandingan, kecuali waktu istirahat, tidak ada waktu untuk kata-kata. Hubungan antara rekan satu tim sangat berarti dalam pergaulan dan terkadang dalam makna emosional juga. Komunikasi nonverbal biasanya membawa makna yang lebih emosional daripada kata-kata saja (Pop & Zamfir, 2020).

Peneliti menemukan beberapa penelitian yang sudah membahas tentang komunikasi nonverbal dalam komunitas olahraga. Pertama, dilakukan oleh Thrien dan Furley di tahun 2021 dengan judul penelitian “Nonverbal expressions of soccer coaches during the game and their potential effects on observers” penelitian ini menemukan komunikasi non verbal dan menekankan pada ekspresi wajah dan emosi seorang pelatih. Ekspresi tersebut dapat membantu pengamat mengetahui tim bola yang sedang tertinggal skornya dan yang dalam keadaan unggul (Thrien & Furley, 2021). Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Furley, Schweizer dan Laborde dengan judul Emotional intelligence and drawing inferences from nonverbal cues in sports Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa EC intrapersonal dan bukan EC interpersonal dikaitkan dengan kompetensi pengenalan emosi dan menggunakan kompetensi ini untuk menarik kesimpulan ketika mengamati Nonverbal Behaviour  NVB dalam olahraga kompetisi.  Thrien dan Furley di tahun 2021 dengan judul penelitian “Nonverbal expressions of soccer coaches during the game and their potential effects on observers” studi yang dilakukan menekankan pada ekspresi wajah dan emosi seorang pelatih dapat dibaca oleh pengamat sepak bola. Penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa, pengamat yang diperlihatkan ekspresi pelatih sepak bola dapat mengetahui pelatih yang sedang tertinggal skornya dan pelatih yang dalam keadaan unggul.

Penelitian dengan judul Exploring organisational culture, talent development environments and team cohesion of the top six water polo high schools in the Western Cape, peneliti tersebut berfokus pada  dua fase, Fase pertama, Untuk membandingkan Talent development environments (TDE) dan kekompakan tim dari enam sekolah menengah polo air terkemuka di provinsi Western Cape, dan untuk menentukan korelasi antara masing-masing TDE dan variabel kekompakan tim.  Dan ditemukan TDE yang stabil dengan budaya organisasi yang lebih kuat dan proses yang selaras dari kelompok usia u/15 hingga u/18 memiliki kinerja yang lebih baik secara konsisten. (Madi & Science, 2022). Terakhir adalah penelitian dengan judul penelitian “Parent and child car-ride interactions before and after sport competitions and practices: Video analysis of verbal and non-verbal communication” penelitian ini menganalisis video baik komunikasi verbal ataupun nonverbal, dan ditemukan bahwa Perilaku orang tua memiliki implikasi penting bagi pengalaman olahraga atlet muda (Tamminen et al., 2022). Dari penelitian sebelumnya sudah banyak aktivitas olahraga, namun belum ada yang berfokus pada polo air, dan bagaimana penggunaan komunikasi dilakukan antar anggota sebagai proses komunikasi ketika perlombaan berlangsung, untuk itu penelitian ini memiliki kabaruan untuk melihat permasalahan tersebut sebagai topik penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana komunikasi nonverbal dilakukan di olahraga polo air

 

Metode Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif deskriptif yang dimana merupakan suatu pendekatan digunakan untuk meneliti suatu fenomena atau gejala sosial yang bersifat natural (Batubara, 2017). Peneliti kualitatif memiliki asumsi tersendiri yang mengakibatkan inkonsistensi hasil wawancara antarindividu atau antarkelompok walaupun mereka berasal dari satu institusi, karena setiap orang akan mengkonstruksi makna secara berbeda atas atas kejadian yang sama. Penelitian kualitatif menganut pada aliran fenomenologis, yang memfokuskan kegiatan penelitian ilmiahnya dengan jalan penguraian (describing) dan pemahaman (understanding) terhadap gelaja-gelaja sosial yang diamati peneliti . Dalam melakukan penelitiannya, peneliti akan melakukan wawancara dan mengamati komunikasi nonverbal yang dilakukan atlet polo air di lapangan. caption) bukan menjadi bagian dari gambar. Metode-metode yang digunakan dalam penyelesaian penelitian dituliskan di bagian ini.

 

Tabel 1. Framework Theory

Fokus Penelitian

Elemen

Evidensi

Metode Pengambilan Data

Komunikasi Nonverbal

Identifikasi dan manajemen identitas

Faktor budaya

Wawancara

Jenis kelamin

Kepribadian

Pembentukan kesan

Mempengaruhi penilaian tentang orang lain

Seberapa akurat penilaian tentang orang lain

Ekspresi dan manajemen emosional

Memberikan ekspresi positif

Membaca isyarat gerakan teman

Mengetahui kondisi emosional teman

Digunakan secara spontan

Dapat dimengerti semua kalangan

Komunikasi relasional dan manajemen

Membaca isyarat teman

Memahami maksud teman

Mengantisipasi tindakan teman

Memahami strategi permainan

Tipuan/

muslihat

Tetap memberikan kesan positif (yang menunjukkan semangat tim) kepada lawan

Memberikan pesan nonverbal yang dirancang untuk menipu

 

 

Memberikan ekspresi positif saat kondisi permainan memburuk

 

Sumber data olahan peneliti, 2022

 

Hasil dan Pembahasan

Kekompakan, yang didefinisikan sebagai sekelompok orang (atau tim) yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, memerlukan komunikasi yang efektif di antara para peserta. Dalam konteks perlombaan polo air hadir menjadi olahraga dengan kolaborasi antara perenang, bola dan gulat, untuk itu pentingnya bahasa tubuh (secara ilmiah disebut sebagai perilaku nonverbal behavior atau disebut dengan NVB) atau komunikasi nonverbal. Meski Komunikasi nonverbal dalam kehidupan sosial sehari-hari sering disorot seperti sebutan Paul Watzlawick “one cannot not commu nicate” (Watzlawick et al., 2011). Kontra dengan hal tersebut dalam olahraga polo air menjadikan komunikasi nonverbal sebagai komunikasi yang lebih efektif untuk digunakan, dimana antar orang dalam kelompok mengirimkan sinyal nonverbal yang menyampaikan beberapa jenis informasi atau pesan untuk suatu tujuan.

Studi tentang NVB telah menjadi topik utama dalam banyak disiplin ilmu, namun belum banyak yang menunjukkan bagaimana nonverval ini dilakukan dalam olaharaga polo air. Oleh karena itu, penelitian ini akan menunjukkan bagaimana komunikasi nonverbal dilakukan dalam olahraga polo air. Komunikasi nonverbal sering kali dijelaskan secara sehari-hari sebagai bahasa tubuh, secara umum dapat didefinisikan sebagai tindakan komunikatif apa pun yang mencakup semua modalitas yang tidak diungkapkan dengan kata-kata. Pada penelitian ini komunikasi nonverbal dilakukan melalui face behavior, tatapan atau gaze, perilaku gerak tubuh atau gestural behavior, dan perilaku spasial atau spatial behavior.

NVB dilakukan pada atlet, memiliki fungsi yang berbeda antar bagian, baik face, gaze dan gesture. Hubungannya juga beragam, ada yang digunakan secara tujuan teknis tapia ada juga yang mempengaruhi psikologis pemain.  Melalui komunikasi NVB penggunaan face behavior menjadi proses komunikasi nonverbal dilakukan oleh Aldila terutama untuk memahami ekspresi teman timnya dan lawannya. Hal ini sejalan dengan Chales bahwa Melalui penglihatan pada wajah orang lain berarti mengetahui pikiran mereka, juga dapat mengetahui apa yang sebenarnya mereka rasakan, Penggunaan wajah untuk menilai kepribadian sudah ada sejak Yunani kuno, tetapi gagasan bahwa wajah orang mencerminkan emosi mereka yang sebenarnya dipopulerkan oleh Charles LeBrun, pelukis istana Louis XIV (Montagu & Brun, 1994).

            Facial behavior memudahkan untuk diidentifikasi, juka dapat menyalurkan energi positive, seperti Aldila yang dapat merasakan ekspresi Bahagia jika bola berhasil di berikan, dan juga merasakan ekspresi emosi jika sebaliknya. Dengan begitu face behavior dapat menyalurkan antara dua energi sekaligus baik positif maupun negative. Untuk mengartikan ekspresi diperlukan informasi lebih lanjut, yang bisa berasal dari arah tatapannya, postur, orientasi tubuh, jarak interpersonal, dan ada (atau tidaknya) sentuhan; salah satu dari ini, atau kombinasinya (Crivelli & Fridlund, 2019). Penyampaian informasi lebih lanjut dilakukan oleh pemain bola melalui gaze dan tangan.

Glindra tidak hanya menggunakan face behavior tapi juga gaze, terutama membuat mata lebih menonjol sebagai tanda meminta bola dari teman mainnya. Dalam gaze, pengalihan mata juga memiliki arti, hal ini didefinisikan dengan gerakan dan postur tubuh yang berlawanan menunjukkan kejujuran. Sedangkan kurangnya kontak mata dan penghindaran pandangan cenderung menunjukkan penyembunyian informasi (Patterson et al., 2023), Melalui lompa polo air Dimana kepala adalah satu-satunya anggota tubuh yang terlihat sehingga menjadi sangat penting untuk memahami bahasa nonverbal pada setiap anggota.

Selain kepala, tangan juga menjadi kunci teknis dalam perlombaan, selain berfungsi untuk menangkap bola tangan juga digunakan sebagai proses komunikasi nonverbal. Desthia menggunakan tangan yang diangkat sebagai tanda meminta bola, Dimana ia secara siap dengan adanya ruang untuk mendapatkan bola, hal tersebut juga turut dilakukan oleh Glindra bagaimana iya mengarahkan tangan pada sesame pemain untuk mengoper bola pada dirinya. Para pemain secara terstruktur dan terkoordinasi dalam mencapai tujuan tim. Hal ini tidak hanya diwujudkan melalui komunikasi sebagai media tetapi juga pembentukan kelompok yang solid. Hal ini dapat diwujudkan melalui dinamika kelompok.

Dinamika kelompok sendiri, memiliki setidaknya dua proses pertama adalah kohesi yang berfokus pada pengembangan dan pemeliharaan kelompok, dan penggerak yaitu tindakan yang digunakan kelompok untuk mencapai tujuannya (Kurt, 1935). Tim dalam perlombaan polo air, menggunakan efesiensi komunikasi nonverbal untuk realisasi pengembangan dan pemeliharaan kelompok, hingga bersifat menggerakkan. Bagaimana ekspresi wajah yang Bahagia dapat mendorong motivasi tim, hingga Gerakan tangan ke Pundak kepada sesama untuk memberikan motivasi.

Dilain sisi Proses negative dari kekompakan, Ketika sebuah tim sangat bersatu, anggota dalam kelompok tersebut mungkin merasa tertekan untuk tidak mengecam sepatu sosial (Kleinert et al., 2012). Dengan hanya mengabaikan kemalasan sosial dalam tim, dia akan membantu dalam menjaga keharmonisan dan kebersamaan tim. Dalam kelompok yang sangat kohesif, atlet kemungkinan besar akan menyerah pada tekanan kelompok (Rovio et al., 2009). Penemuan penting dari Carron menemukan bahwa menjaga keseimbangan yang harmonis dalam tim mungkin tidak berhasil diinginkan, karena penelitian ini menemukan tanda-tanda pemain merasakan tekanan untuk berperilaku seperti itu diinginkan anggota tim lainnya (Carron, 1982). Untuk itu diperlukan adanya keseimbangan baik dari internal secara individu juga dalam external melalui pelatihan dan pembinaan.

Hambatan lain dalam proses komunikasi nonverbal diantaranya adalah perbedaan umur hingga perbedaan budaya, namun untuk informan yang peneliti temui mereka tidak banyak mendapatkan hambatan dikarenakan tim berasal dari negara yang sama yaitu Indonesia. Sehingga yang perlu dilakukan adalah berfokus pada implikasi baik secara mandiri maupun dari pelatih dan pembinaan. Implementasinya adalah memahami secara ekologis. Dinamika ekologi hadir untuk dapat mendukung atlet sebagai individu dalam tim olahraga untuk secara efektif mengatur diri sendiri di bawah batasan lingkungan kinerja yang kompetitif.

Proses ini dilakukan dengan memahami lapangan dan lawan sebagai competitor, konseptualisasi ekologis persiapan performa ini menandakan pergeseran peran pelatih; berevolusi dari penyedia solusi yang konsisten menjadi perancang lingkungan belajar yang mendorong interaksi atlet-lingkungan lokal (Otte et al., 2020). Dalam kerangka kerja dinamika ekologis mengembangkan konseptualisasi teoritis berbasis bukti tentang perolehan keterampilan, keahlian, dan pengembangan bakat, tantangan yang berkelanjutan berada dalam integrasi praktisnya ke dalam lingkungan olahraga, hal ini dimaksudkan agar para pemain beradaptasi dan melalukan pendekatan yang disesuaikan pada ekosistem yang spesifik diantara mereka.

 

Kesimpulan

Penelitian ini sudah menunjukkan berbagai macam proses komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh atlet sebagai proses untuk komunikasi dalam tim. Pemilihan komunikasi nonverbal menjadi lebih efektiv dikarenakan lomba ini melibatkan banyak fisik, baik renang dan tenaga tangan hingga gulat sehingga mereka membutuhkan komunikasi yang hemat energi. Dalam hal ini komunikasi nonverbal adalah pilihan terbaik dibandingkan dengan verbal. Komunikasi nonverbal yang dilakukan diantara lain adalah, termasuk perilaku wajah atau berkaitan dengan face behavior, tatapan atau gaze, perilaku gerak tubuh atau gestural behavior, dan perilaku spasial atau spatial behavior. Dari ke empat itu proses komunikasi tidak hanya cukup menggunakan satu media saja tetapi juga dapat melibatkan lebih dari satu untuk memperjelas informasi. Proses komunikasi sendiri dilakukan untuk menerima dan menolak datangnya bola, juga memberi rasa semangat antara satu dengan yang lain, hingga implementasi strategi dan juga untuk mengelabuhi lawan.

Proses tersebut kemudian berdampak pada dinamika kelompok, yang setidaknya memiliki dua proses utama yang terjadi baik kohesi yang berfokus pada pengembangan dan pemeliharaan kelompok, dan penggerak yaitu tindakan yang digunakan kelompok untuk mencapai tujuannya. Face behavior banyak digunakan untuk memberikan rasa sasa semangat melalui ekspresi senang, sedangkan tanda kekecewaan dengan muka murung. Kemudian tangan berfokus pada komunikasi teknis terutama dalam Bahasa penerimaan bola dan penolakan atau penggiringan bola kepada yang lain. Selain itu ada mata yang di tonjolkan yang dibarengi dengan ekspresi atau pergerakan pada tangan. Hambatan yang dirasakan oleh pemain ada dua baik dari segi stamina yang dapat turun ataupun dari segi perbedaan umur, tidak dengan latar belakang karena banyak yang berasal dari satu negara. Untuk itu diperlukan Latihan fisik yang rutin selama sebelum perlombaan. Hal ini perlu dilakukan oleh atlet melalui proses pelatihan dan pembinaan. Mereka perlu memahami dinamika ekologi dengan begitu kemudian dapat mendukung atlet individu dalam tim olahraga untuk secara efektif mengatur diri sendiri di bawah batasan lingkungan kinerja yang kompetitif.

 

BIBLIOGRAFI

 

Athanasios, L. (2005). Communication problems in professional sports: the case of Greece. Corporate Communications: An International Journal, 10(3), 252–256.

Batubara, J. (2017). Paradigma Penelitian Kualitatif dan Filsafat Ilmu Pengetahuan dalam Konseling. JURNAL FOKUS KONSELING, 3(2). https://doi.org/10.26638/jfk.387.2099

Carron, A. V. (1982). Cohesiveness in Sport Groups: Interpretations ani Considerations. Journal of Sport Psychology, 4(2), 123–138. https://doi.org/10.1123/jsp.4.2.123

Crivelli, C., & Fridlund, A. J. (2019). Inside-Out: From Basic Emotions Theory to the Behavioral Ecology View. Journal of Nonverbal Behavior, 43(2), 161–194. https://doi.org/10.1007/s10919-019-00294-2

Eccles, D. W., & Tenenbaum, G. (2004). Why an expert team is more than a team of experts: A social-cognitive conceptualization of team coordination and communication in sport. Journal of Sport and Exercise Psychology, 26(4), 542–560.

Kleinert, J., Ohlert, J., Carron, B., Eys, M., Feltz, D., Harwood, C., Linz, L., Seiler, R., & Sulprizio, M. (2012). Group Dynamics in Sports: An Overview and Recommendations on Diagnostic and Intervention. The Sport Psychologist, 26(3), 412–434. https://doi.org/10.1123/tsp.26.3.412

Kurt, L. (1935). A dynamic theory of personality (1st ed.).

Madi, L. N., & Science, S. (2022). MASTERS Exploring organisational culture , talent development environments and team cohesion of the top six water polo high schools in the Western Cape . By Lwazi Nqa Madi Thesis presented in partial fulfilment of the requirements for the degree of Master. April.

Montagu, J., & Brun, C. Le. (1994). The Expression of the Passions. Yale University Press.

Otte, F. W., Rothwell, M., Woods, C., & Davids, K. (2020). Specialist Coaching Integrated into a Department of Methodology in Team Sports Organisations. Sports Medicine - Open, 6(1). https://doi.org/10.1186/s40798-020-00284-5

Patterson, M. L., Fridlund, A. J., & Crivelli, C. (2023). Four Misconceptions About Nonverbal Communication. Perspectives on Psychological Science, 18(6), 1388–1411. https://doi.org/10.1177/17456916221148142

Pop, C. L., & Zamfir, M. V. (2020). Nonverbal communication of young players in team sports. Pedagogy of Physical Culture and Sports, 24(1). https://doi.org/10.15561/18189172.2020.0104

Rovio, E., Eskola, J., Kozub, S. A., Duda, J. L., & Lintunen, T. (2009). Can High Group Cohesion Be Harmful? Small Group Research, 40(4), 421–435. https://doi.org/10.1177/1046496409334359

Royal, K. A., Farrow, D., Mujika, I., Halson, S. L., Pyne, D., & Abernethy, B. (2006). The effects of fatigue on decision making and shooting skill performance in water polo players. Journal of Sports Sciences, 24(8), 807–815.

Sarimanah, U., & Mulyana, D. (2020). Pengaruh latihan shuttle swimming terhadap peningkatan performa permainan polo air. Jurnal Kepelatihan Olahraga, 12(1), 56–61.

Sullivan, P., & Feltz, D. L. (2003). The preliminary development of the Scale for Effective Communication in Team Sports (SECTS). Journal of Applied Social Psychology, 33(8), 1693–1715.

Tamminen, K. A., Bissett, J. E., Azimi, S., & Kim, J. (2022). Parent and child car-ride interactions before and after sport competitions and practices: Video analysis of verbal and non-verbal communication. Psychology of Sport and Exercise, 58, 102095. https://doi.org/10.1016/j.psychsport.2021.102095

Thrien, F., & Furley, P. (2021). Nonverbal expressions of soccer coaches during the game and their potential effects on observers. International Journal of Sports Science and Coaching, 16(5). https://doi.org/10.1177/17479541211028520

Utoro, M. H. (2016). Hubungan Antara Daya Ledak Otot Lengan Dengan Kelentukanpinggang Terhadap Hasil Tembakan Dalam Polo Air Pada Tim Putra DKI Jakarta (Doctoral Dissertation). Universitas Negeri Jakarta.

Watzlawick, P., Bavelas, J. B., & Jackson, D. D. (2011). Pragmatics of Human Communication.

 

Copyright holder:

Annisa Nadhilah Utoro, Wibawa Prasetya (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: