Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 9, September 2024
KOMUNIKASI NONVERBAL DAN
POLO AIR: PENERAPAN TEORI DAN TEKNIK SEBAGAI STRATEGI PADA TIM
Annisa Nadhilah Utoro1, Wibawa Prasetya2
LSPR Institute of Communication & Business, Jakarta, Indonesia1,2
Email: [email protected]1, [email protected]2
Abstrak
Komunikasi yang dilakukan oleh para atlet dalam olahraga tim sangat menarik untuk ditelaah melalui perspektif ilmu komunikasi. Polo air hadir sebagai cabang olahraga keras yang
mengombinasikan beberapa cabang olahraga, baik bola tangan, gulat, basket,
berenang dan sepak bola. sebagai olahraga beregu, penggunaan komunikasi
nonverbal sangatlah lazim, mengingat olahraga polo air yang memiliki intensitas
tinggi dengan pola permainan yang cepat, sehingga para pemain dapat menghemat
tenaga dan waktu dengan menggunakan komunikasi nonverbal saat menerapkan
strategi penyerangan dan pertahanan. Untuk itu penelitian ini memiliki tujuan
untuk menunjukkan bagaimana komunikasi nonverbal dilakukan di olahraga polo
air. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui wawancara mendalam
pada atlet polo air. Peneliti menemukan komunikasi nonverbal pada atlter
terdiri dari face behavior, tatapan atau gaze, perilaku gerak
tubuh atau gestural behavior, dan perilaku spasial atau spatial
behavior. Komunikasi tersebut digunakan untuk mencapai dinamika kelompok
dengan 2 tujuan kohesi yang berfokus pada pengembangan dan pemeliharaan
kelompok, dan penggerak yaitu tindakan yang digunakan kelompok untuk mencapai
tujuannya. Pada implementasinya baik Pembina dan pelatih juga atlet tetap
menggunakan dinamika ekologi sebagai pengaturan diri dikonseptualisasikan oleh
interaksi dan adaptasi bersama.
Kata kunci: Polo Air, Komunikasi Nonverbal, Dinamika Kelompok
Abstract
Communication carried out by athletes in
team sports is very interesting to study through the perspective of
communication science. Water polo is present as a tough sport that combines
several sports, including handball, wrestling, basketball, swimming, and
soccer. As a team sport, the use of nonverbal communication is very common,
considering that water polo has high intensity with a fast game pattern so that
players can save energy and time by using nonverbal communication when
implementing attack and defense strategies. For this reason, this study aims to
show how nonverbal communication is carried out in water polo. This study uses
a qualitative method through in-depth interviews with water polo athletes.
Researchers found that nonverbal communication in athletes consists of facial
behavior, gaze, gestural behavior, and spatial behavior. This communication is
used to achieve group dynamics with 2 cohesion goals that focus on group
development and maintenance, and drivers, namely actions used by groups to achieve
their goals. In its implementation, both coaches and athletes continue to use
ecological dynamics as self-regulation conceptualized by interaction and joint
adaptation.
Keywords: Water Polo, Nonverbal Communication,
Group Dynamics
Pendahuluan
Penelitian ini ingin meneliti
mengenai komunikasi non-verbal yang dilakukan oleh atlet Polo Air selama di
lapangan. Bagaimana atlet polo air berkomunikasi secara non-verbal dengan rekan
satu tim, dengan pelatih, maupun dengan lawan sangat menarik untuk diteliti
lebih mendalam. Dapat dikatakan bahwa polo air merupakan olahraga keras yang
mengombinasikan beberapa cabang olahraga, seperti bola tangan, gulat, basket,
berenang dan sepak bola
Sebagai olahraga beregu, komunikasi
memegang peranan penting untuk membangun kekompakan tim. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Athanlios, bahwa komunikasi yang sukses adalah kunci dalam
kekompakan dari setiap kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama
Untuk mencapai tujuan permainan,
kerjasama dengan teman satu tim sangat penting. Komunikasi yang efektif
merupakan prasyarat untuk koordinasi setiap kelompok; pengembangan hubungan
pribadi yang baik dan kepercayaan dalam tim; penciptaan lingkungan positif di
dalam dan di sekitar tim, memimpin upaya tim untuk pencapaian tujuan-tujuannya
Dalam olahraga beregu, termasuk
polo air, penggunaan komunikasi nonverbal sangatlah lazim, mengingat olahraga
polo air yang memiliki intensitas tinggi dengan pola permainan yang cepat,
sehingga para pemain dapat menghemat tenaga dan waktu dengan menggunakan
komunikasi nonverbal saat menerapkan strategi penyerangan dan pertahanan. Lebih
jauh, Pop dan Zamfir berpendapat, bahwa dalam konteks ini komunikasi nonverbal
sangatlah umum, karena selama pertandingan, kecuali waktu istirahat, tidak ada
waktu untuk kata-kata. Hubungan antara rekan satu tim sangat berarti dalam
pergaulan dan terkadang dalam makna emosional juga. Komunikasi nonverbal
biasanya membawa makna yang lebih emosional daripada kata-kata saja
Peneliti menemukan beberapa
penelitian yang sudah membahas tentang komunikasi nonverbal dalam komunitas
olahraga. Pertama, dilakukan oleh Thrien dan Furley di tahun 2021 dengan judul
penelitian “Nonverbal expressions of
soccer coaches during the game and their potential effects on observers”
penelitian ini menemukan komunikasi non verbal dan menekankan pada ekspresi
wajah dan emosi seorang pelatih. Ekspresi tersebut dapat membantu pengamat
mengetahui tim bola yang sedang tertinggal skornya dan yang dalam keadaan
unggul
Penelitian dengan judul
Exploring organisational culture, talent development environments and team
cohesion of the top six water polo high schools in the Western Cape,
peneliti tersebut berfokus pada dua
fase, Fase pertama, Untuk membandingkan Talent development environments (TDE)
dan kekompakan tim dari enam sekolah menengah polo air terkemuka di provinsi
Western Cape, dan untuk menentukan korelasi antara masing-masing TDE dan
variabel kekompakan tim. Dan ditemukan
TDE yang stabil dengan budaya organisasi yang lebih kuat dan proses yang
selaras dari kelompok usia u/15 hingga u/18 memiliki kinerja yang lebih baik
secara konsisten.
Metode Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan
metode kualitatif deskriptif yang dimana merupakan suatu pendekatan digunakan
untuk meneliti suatu fenomena atau gejala sosial yang bersifat natural
Tabel 1. Framework Theory
Fokus Penelitian |
Elemen |
Evidensi |
Metode Pengambilan Data |
Komunikasi Nonverbal |
Identifikasi
dan manajemen identitas |
Faktor
budaya |
Wawancara |
Jenis
kelamin |
|||
Kepribadian |
|||
Pembentukan
kesan |
Mempengaruhi
penilaian tentang orang lain |
||
Seberapa
akurat penilaian tentang orang lain |
|||
Ekspresi
dan manajemen emosional |
Memberikan
ekspresi positif |
||
Membaca
isyarat gerakan teman |
|||
Mengetahui
kondisi emosional teman |
|||
Digunakan
secara spontan |
|||
Dapat
dimengerti semua kalangan |
|||
Komunikasi
relasional dan manajemen |
Membaca
isyarat teman |
||
Memahami
maksud teman |
|||
Mengantisipasi
tindakan teman |
|||
Memahami
strategi permainan |
|||
Tipuan/ muslihat |
Tetap
memberikan kesan positif (yang menunjukkan semangat tim) kepada lawan |
||
Memberikan
pesan nonverbal yang dirancang untuk menipu |
|||
|
|
Memberikan
ekspresi positif saat kondisi permainan memburuk |
|
Sumber data olahan peneliti, 2022
Hasil
dan Pembahasan
Kekompakan, yang didefinisikan
sebagai sekelompok orang (atau tim) yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama, memerlukan komunikasi yang efektif di antara para peserta. Dalam
konteks perlombaan polo air hadir menjadi olahraga dengan kolaborasi antara
perenang, bola dan gulat, untuk itu pentingnya bahasa tubuh (secara ilmiah
disebut sebagai perilaku nonverbal behavior atau disebut dengan NVB)
atau komunikasi nonverbal. Meski Komunikasi nonverbal dalam kehidupan sosial
sehari-hari sering disorot seperti sebutan Paul Watzlawick “one cannot not
commu nicate”
Studi tentang NVB telah menjadi
topik utama dalam banyak disiplin ilmu, namun belum banyak yang menunjukkan
bagaimana nonverval ini dilakukan dalam olaharaga polo air. Oleh karena itu,
penelitian ini akan menunjukkan bagaimana komunikasi nonverbal dilakukan dalam
olahraga polo air. Komunikasi nonverbal sering kali dijelaskan secara
sehari-hari sebagai bahasa tubuh, secara umum dapat didefinisikan sebagai
tindakan komunikatif apa pun yang mencakup semua modalitas yang tidak
diungkapkan dengan kata-kata. Pada penelitian ini
komunikasi nonverbal dilakukan melalui face behavior, tatapan atau gaze,
perilaku gerak tubuh atau gestural behavior, dan perilaku spasial atau spatial
behavior.
NVB dilakukan pada atlet, memiliki
fungsi yang berbeda antar bagian, baik face, gaze dan gesture. Hubungannya juga
beragam, ada yang digunakan secara tujuan teknis tapia ada juga yang
mempengaruhi psikologis pemain. Melalui
komunikasi NVB penggunaan face behavior menjadi proses komunikasi nonverbal
dilakukan oleh Aldila terutama untuk memahami ekspresi teman timnya dan
lawannya. Hal ini sejalan dengan Chales bahwa Melalui penglihatan pada wajah
orang lain berarti mengetahui pikiran mereka, juga dapat mengetahui apa yang
sebenarnya mereka rasakan, Penggunaan wajah untuk menilai kepribadian sudah ada
sejak Yunani kuno, tetapi gagasan bahwa wajah orang mencerminkan emosi mereka
yang sebenarnya dipopulerkan oleh Charles LeBrun, pelukis istana Louis XIV
Facial
behavior memudahkan untuk diidentifikasi, juka dapat menyalurkan energi
positive, seperti Aldila yang dapat merasakan ekspresi Bahagia jika bola
berhasil di berikan, dan juga merasakan ekspresi emosi jika sebaliknya. Dengan
begitu face behavior dapat menyalurkan antara dua energi sekaligus baik
positif maupun negative. Untuk mengartikan ekspresi diperlukan informasi lebih
lanjut, yang bisa berasal dari arah tatapannya, postur, orientasi tubuh, jarak
interpersonal, dan ada (atau tidaknya) sentuhan; salah satu dari ini, atau
kombinasinya
Glindra tidak hanya menggunakan
face behavior tapi juga gaze, terutama membuat mata lebih menonjol sebagai
tanda meminta bola dari teman mainnya. Dalam gaze, pengalihan mata juga
memiliki arti, hal ini didefinisikan dengan gerakan dan postur tubuh yang berlawanan
menunjukkan kejujuran. Sedangkan kurangnya kontak mata dan penghindaran
pandangan cenderung menunjukkan penyembunyian informasi
Selain kepala, tangan juga menjadi
kunci teknis dalam perlombaan, selain berfungsi untuk menangkap bola tangan
juga digunakan sebagai proses komunikasi nonverbal. Desthia menggunakan tangan
yang diangkat sebagai tanda meminta bola, Dimana ia secara siap dengan adanya
ruang untuk mendapatkan bola, hal tersebut juga turut dilakukan oleh Glindra
bagaimana iya mengarahkan tangan pada sesame pemain untuk mengoper bola pada
dirinya. Para pemain secara terstruktur dan terkoordinasi dalam mencapai tujuan
tim. Hal ini tidak hanya diwujudkan melalui komunikasi sebagai media tetapi juga
pembentukan kelompok yang solid. Hal ini dapat diwujudkan melalui dinamika
kelompok.
Dinamika kelompok sendiri, memiliki
setidaknya dua proses pertama adalah kohesi yang berfokus pada pengembangan dan
pemeliharaan kelompok, dan penggerak yaitu tindakan yang digunakan kelompok
untuk mencapai tujuannya
Dilain
sisi Proses negative dari kekompakan, Ketika sebuah tim sangat bersatu, anggota
dalam kelompok tersebut mungkin merasa tertekan untuk tidak mengecam sepatu
sosial
Hambatan lain dalam proses
komunikasi nonverbal diantaranya adalah perbedaan umur hingga perbedaan budaya,
namun untuk informan yang peneliti temui mereka tidak banyak mendapatkan
hambatan dikarenakan tim berasal dari negara yang sama yaitu Indonesia. Sehingga
yang perlu dilakukan adalah berfokus pada implikasi baik secara mandiri maupun
dari pelatih dan pembinaan. Implementasinya adalah memahami secara ekologis.
Dinamika ekologi hadir untuk dapat mendukung atlet sebagai individu dalam tim
olahraga untuk secara efektif mengatur diri sendiri di bawah batasan lingkungan
kinerja yang kompetitif.
Proses ini dilakukan dengan
memahami lapangan dan lawan sebagai competitor, konseptualisasi ekologis
persiapan performa ini menandakan pergeseran peran pelatih; berevolusi dari
penyedia solusi yang konsisten menjadi perancang lingkungan belajar yang mendorong
interaksi atlet-lingkungan lokal
Kesimpulan
Penelitian ini sudah
menunjukkan berbagai macam proses komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh
atlet sebagai proses untuk komunikasi dalam tim. Pemilihan komunikasi nonverbal
menjadi lebih efektiv dikarenakan lomba ini melibatkan banyak fisik, baik renang
dan tenaga tangan hingga gulat sehingga mereka membutuhkan komunikasi yang
hemat energi. Dalam hal ini komunikasi nonverbal adalah pilihan terbaik
dibandingkan dengan verbal. Komunikasi nonverbal yang dilakukan diantara lain
adalah, termasuk perilaku wajah atau berkaitan dengan face behavior,
tatapan atau gaze, perilaku gerak tubuh atau gestural behavior,
dan perilaku spasial atau spatial behavior. Dari ke empat itu proses
komunikasi tidak hanya cukup menggunakan satu media saja tetapi juga dapat
melibatkan lebih dari satu untuk memperjelas informasi. Proses komunikasi
sendiri dilakukan untuk menerima dan menolak datangnya bola, juga memberi rasa
semangat antara satu dengan yang lain, hingga implementasi strategi dan juga
untuk mengelabuhi lawan.
Proses tersebut kemudian
berdampak pada dinamika kelompok, yang setidaknya memiliki dua proses utama
yang terjadi baik kohesi yang berfokus pada pengembangan dan pemeliharaan
kelompok, dan penggerak yaitu tindakan yang digunakan kelompok untuk mencapai tujuannya.
Face behavior banyak digunakan untuk memberikan rasa sasa semangat
melalui ekspresi senang, sedangkan tanda kekecewaan dengan muka murung.
Kemudian tangan berfokus pada komunikasi teknis terutama dalam Bahasa
penerimaan bola dan penolakan atau penggiringan bola kepada yang lain. Selain
itu ada mata yang di tonjolkan yang dibarengi dengan ekspresi atau pergerakan
pada tangan. Hambatan yang dirasakan oleh pemain ada dua baik dari segi stamina
yang dapat turun ataupun dari segi perbedaan umur, tidak dengan latar belakang
karena banyak yang berasal dari satu negara. Untuk itu diperlukan Latihan fisik
yang rutin selama sebelum perlombaan. Hal ini perlu dilakukan oleh atlet
melalui proses pelatihan dan pembinaan. Mereka perlu memahami dinamika ekologi dengan
begitu kemudian dapat mendukung atlet individu dalam tim olahraga untuk secara
efektif mengatur diri sendiri di bawah batasan lingkungan kinerja yang
kompetitif.
BIBLIOGRAFI
Athanasios, L.
(2005). Communication problems in professional sports: the case of Greece. Corporate
Communications: An International Journal, 10(3), 252–256.
Batubara, J. (2017). Paradigma Penelitian Kualitatif dan Filsafat Ilmu Pengetahuan dalam Konseling. JURNAL FOKUS KONSELING, 3(2). https://doi.org/10.26638/jfk.387.2099
Carron, A. V. (1982). Cohesiveness in Sport Groups: Interpretations ani Considerations. Journal of Sport Psychology, 4(2), 123–138. https://doi.org/10.1123/jsp.4.2.123
Crivelli, C., & Fridlund, A. J. (2019). Inside-Out: From Basic Emotions Theory to the Behavioral Ecology View. Journal of Nonverbal Behavior, 43(2), 161–194. https://doi.org/10.1007/s10919-019-00294-2
Eccles, D. W., & Tenenbaum, G. (2004). Why an expert team is more than a team of experts: A social-cognitive conceptualization of team coordination and communication in sport. Journal of Sport and Exercise Psychology, 26(4), 542–560.
Kleinert, J., Ohlert, J., Carron, B., Eys, M., Feltz, D., Harwood, C., Linz, L., Seiler, R., & Sulprizio, M. (2012). Group Dynamics in Sports: An Overview and Recommendations on Diagnostic and Intervention. The Sport Psychologist, 26(3), 412–434. https://doi.org/10.1123/tsp.26.3.412
Kurt, L. (1935). A dynamic theory of personality (1st ed.).
Madi, L. N., & Science, S. (2022). MASTERS Exploring organisational culture , talent development environments and team cohesion of the top six water polo high schools in the Western Cape . By Lwazi Nqa Madi Thesis presented in partial fulfilment of the requirements for the degree of Master. April.
Montagu, J., & Brun, C. Le. (1994). The Expression of the Passions. Yale University Press.
Otte, F. W., Rothwell, M., Woods, C., & Davids, K. (2020). Specialist Coaching Integrated into a Department of Methodology in Team Sports Organisations. Sports Medicine - Open, 6(1). https://doi.org/10.1186/s40798-020-00284-5
Patterson, M. L., Fridlund, A. J., & Crivelli, C. (2023). Four Misconceptions About Nonverbal Communication. Perspectives on Psychological Science, 18(6), 1388–1411. https://doi.org/10.1177/17456916221148142
Pop, C. L., & Zamfir, M. V. (2020). Nonverbal communication of young players in team sports. Pedagogy of Physical Culture and Sports, 24(1). https://doi.org/10.15561/18189172.2020.0104
Rovio, E., Eskola, J., Kozub, S. A., Duda, J. L., & Lintunen, T. (2009). Can High Group Cohesion Be Harmful? Small Group Research, 40(4), 421–435. https://doi.org/10.1177/1046496409334359
Royal, K. A., Farrow, D., Mujika, I., Halson, S. L., Pyne, D., & Abernethy, B. (2006). The effects of fatigue on decision making and shooting skill performance in water polo players. Journal of Sports Sciences, 24(8), 807–815.
Sarimanah, U., & Mulyana, D. (2020). Pengaruh latihan shuttle swimming terhadap peningkatan performa permainan polo air. Jurnal Kepelatihan Olahraga, 12(1), 56–61.
Sullivan, P., & Feltz, D. L. (2003). The preliminary development of the Scale for Effective Communication in Team Sports (SECTS). Journal of Applied Social Psychology, 33(8), 1693–1715.
Tamminen, K. A., Bissett, J. E., Azimi, S., & Kim, J. (2022). Parent and child car-ride interactions before and after sport competitions and practices: Video analysis of verbal and non-verbal communication. Psychology of Sport and Exercise, 58, 102095. https://doi.org/10.1016/j.psychsport.2021.102095
Thrien, F., & Furley, P. (2021). Nonverbal expressions of soccer coaches during the game and their potential effects on observers. International Journal of Sports Science and Coaching, 16(5). https://doi.org/10.1177/17479541211028520
Utoro, M. H. (2016). Hubungan Antara Daya Ledak Otot Lengan Dengan Kelentukanpinggang Terhadap Hasil Tembakan Dalam Polo Air Pada Tim Putra DKI Jakarta (Doctoral Dissertation). Universitas Negeri Jakarta.
Watzlawick, P., Bavelas, J. B., & Jackson, D. D. (2011). Pragmatics of Human Communication.
Copyright holder: Annisa Nadhilah Utoro, Wibawa Prasetya (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |