Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
12, Desember 2024
EFEKTIVITAS PEMBERIAN INSENTIF TERHADAP KESEJAHTERAAN
PEGAWAI DAN MOTIVASI KERJA (STUDI KASUS PADA RUMAH SAKIT ANGKATAN
LAUT DR. SOEDIBJO SARDADI JAYAPURA)
Muhamad
Sidik1, Farida Yuliaty2, Ayu Laili Rahmiyati3
Universitas Sangga Buana YPKP, Indonesia1,2,3
Email: [email protected]1, [email protected]2, [email protected]3
Insentif adalah setiap kompensasi yang diberikan kepada
karyawan diluar upah dan gaji yang diterimanya karena karyawan bekerja
dengan lebih baik. Pemberian insentif yang tepat dapat
memberikan kesejahteran dan motivasi kerja bagi karyawan karena karyawan merasa dihargai
sesuai dengan kemampuan dan kinerja mereka.Tujuan penelitian ini untuk menganalisis Efektivitas pemberian
insentif terhadap kesejahteraan pegawai dan motivasi
kerja. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Populasi dalam
penelitian ini adalah pegawai militer
Rumah Sakit Angkatan
Laut Dr. Soedibjo Sardadi Jayapura
sebanyak 85 orang. Jumlah responden pada penelitian ini
sejumlah 85 responden, ditentukan dengan total
sampling. Variabel bebas adalah insentif.
Variabel terikat adalah kesejahteraan pegawai dan motivasi kerja. Instrumen
penelitian menggunakan kuesioner. Uji statistik yang digunakan adalah regresi
berganda dengan Uji F dan Uji t. Berdasarkan analisis Uji t nilai signifikansi
0,000 < 0,05 mengindikasikan bahwa H1 diterima. Artinya bahwa pemberian
insentif efektif terhadap peningkatan kesejaaheraan pegawai. Nilai signifikansi 0,000 < 0,05 mengindikasikan bahwa H0 ditolak
dan H2 diterima. Hasil ini mempunyai arti bahwa pemberian
insentif terhadap peningkatan motivasi kerja maka hipotesis kedua diterima.
Hasil uji F menunjukan bahwa nilai signifikansi P value 0,000 yang
lebih kecil dari α = 0,05, ini berarti model yang digunakan pada penelitian ini adalah layak. Hasil ini
memberikan makna bahwa variabel independen mampu
memprediksi atau menjelaskan fenomena kesejahteraan pegawai dan motivasi kerja. Tidak dapat
disangkal bahwa pemberian insentif memiliki dampak yang positif dan signifikan terhadap
kesejahteraan pegawai dan motivasi kerja mereka. Melalui
strategi insentif yang tepat, perusahaan dapat menciptakan lingkungan
kerja yang memotivasi, produktif, dan berorientasi pada prestasi.
Kata kunci : Insentif, Kesejahteraan
Pegawai, Motivasi Kerja
Abstract
Incentives are any compensation given to
employees outside of the wages and salaries they receive because the employee
works better. Providing the right incentives can provide welfare and work
motivation for employees because employees feel appreciated according to their
abilities and performance. The aim of this research is to analyze
the effectiveness of providing incentives on employee welfare and work
motivation. This research uses quantitative research methods. The population in
this study were military employees at Dr. Naval
Hospital. Soedibjo Sardadi
Jayapura as many as 85 people. The number of respondents in this study was 85
respondents, determined by total sampling. The independent variable is
incentives. The dependent variables are employee welfare and work motivation.
The research instrument used a questionnaire. The statistical test used is
multiple regression with the F test and t test. Based on the t test analysis,
it was found that the significance value was 0.000 <0.05, indicating that H1
was accepted. These results mean that providing incentives is effective in
increasing employee welfare. A significance value of 0.000 < 0.05 indicates
that H0 is rejected and H2 is accepted. This result means that by providing
incentives to increase work motivation, the second hypothesis is accepted. The
results of the F test show that the significance value of P value is 0.000
which is smaller than α = 0.05, this means that the model used in this research
is feasible. These results mean that the independent variables are able to
predict or explain the phenomenon of employee well-being and work motivation.
It cannot be denied that providing incentives has a positive and significant
impact on employee welfare and their work motivation. Through the right
incentive strategy, companies can create a work environment that is motivating,
productive and achievement-oriented. Therefore, it is important for companies
to implement thoughtful and sustainable incentive policies to ensure long-term
growth and success for all parties involved.
Keywords: Incentives,
Employee Welfare, Work Motivation
Rumah sakit sebuah organisasi pelayanan kesehatan yang sangat penting
bagi Masyarakat berperan penting dalam
keberhasilan pembangunan kesehatan
di Indonesia (Astuti & Lesmana, 2018). Manajemen rumah sakit adalah
bidang yang berbeda yang secara bersamaan menciptakan teknologi dan perilaku
manusia di tempat kerja karena rumah sakit adalah jenis organisasi khusus yang
menggabungkan kegiatan padat karya, padat modal, dan padat teknologi (Purnamasari
et al., 2018). Keberadaan
rumah sakit sebagai contoh bisnis penyedia
jasa kesehatan bagi Masyarakat, keberhasilan dalam mencapai tujuanya dipengaruhi oleh enam sumber
daya utama yaitu modal, sumber
daya manusia, mesin, bahan,
metode, dan uang (Astuti & Lesmana, 2018). Salah satu sumber daya yang harus dikelola dengan baik adalah sumber daya manusia.
Suatu organisasi harus menyadari bahwa SDM merupakan modal dasar dalam proses pembangunan dan pengembangan serta kemajuan organisasi (Tristanti, 2019). perkembangannya fasilitas kesehatan TNI AL
di Jayapura mengalami beberapa
perubahan dari status Rumah Sakit TNI AL menjadi
BK (Balai Kesehatan) akibat Liquidasi organisasi, dimana Jayapura pada
waktu itu berubah status menjadi Lanal dibawah Komando Lantamal Ambon. Kemudian setelah
perubahan Organisasi kembali
Lanal menjadi Lantamal V yang berdomisilidi Jayapura sehingga dari status BK berubah menjadi
Rumkit Tk. III berdasarkan Surat Keputusan Kasal Nomor : Skep/7107/VII/1996 tanggal
12 Agustus 1996 adalah Rumah Sakit Tk.III. Seiring dengan perkembangan zaman Rumah Sakit harus mempunyai
nama berdasarkan Skep Kasal Nomor : Skep/4832/IX/2005
tanggal 21 September 2005 Rumkital Jayapura berubah nama menjadi Rumkital dr. Soedibjo Sardadi.
Staf
medis dan non-medis merupakan sumber daya manusia rumah sakit. Karena manusia
bertanggung jawab atas semua operasi rumah sakit, sumber daya manusia rumah
sakit adalah aset yang sangat signifikan. Tenaga kesehatan menangani bisnis
utama rumah sakit, yaitu menyediakan layanan kesehatan; tenaga non-kesehatan
melakukan tugas-tugas administrasi dan teknis yang tidak terkait dengan
penyediaan layanan kesehatan (Kadir & Badwi,
2023). Pasien individu dilayani oleh berbagai profesi kesehatan yang membentuk
tenaga kerja kesehatan. Para profesional kesehatan, termasuk dokter, dokter
spesialis, perawat, teknisi laboratorium, ahli gizi, apoteker atau asisten
apoteker, dan lain sebagainya, berkolaborasi dalam tim.
Menurut Muntaha dan Mufrihah (2017),
sumber daya manusia merupakan komponen yang paling penting untuk memastikan
bahwa fungsi-fungsi organisasi dijalankan seefektif mungkin di semua tingkat
manajemen, termasuk menengah dan bawah. Kinerja karyawan (job
performance) memiliki dampak yang signifikan terhadap
keberhasilan organisasi atau perusahaan. Untuk itu, setiap bisnis bertujuan
untuk meningkatkan kinerja karyawan agar dapat memenuhi tujuan organisasi yang
telah ditetapkan (Sugiarto, 2013). Organisasi akan mengadopsi sejumlah strategi
untuk meningkatkan kinerja karyawan, seperti mendorong mereka (Sugiarto, 2013).
Hal
ini terlihat dari data ketidakhadiran karyawan, yang menunjukkan berapa banyak
pekerja yang mengabaikan persyaratan untuk mendokumentasikan ketidakhadiran
dengan menggunakan sidik jari dan berapa banyak yang mengabaikan tenggat waktu
untuk kembali bekerja sesuai dengan hukum yang berlaku. Karyawan yang memiliki
motivasi tinggi dapat memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan, termasuk
peningkatan hasil kerja, penurunan tingkat ketidakhadiran karena kepuasan
kerja, penurunan tingkat keluar masuknya karyawan, hubungan kerja yang lebih
baik dengan serikat pekerja, dan reputasi perusahaan yang positif sehingga
memudahkan perekrutan karyawan terbaik. Selain itu, karyawan yang bermotivasi
tinggi sering kali meningkatkan kualitas produk atau layanan pelanggan yang
terkait (Wilujeng et al.,
2019).
Motivasi
kerja dapat ditingkatkan melalui pemberian penghargaan kepada karyawan atas
kemampuan yang dimiliki, menumbuhkan suasana kerja yang positif, membina
hubungan yang positif dengan rekan kerja, menawarkan keamanan kerja, dan
membina hubungan yang positif antara manajer dengan karyawan melalui pelatihan
dan seminar (Nurmaulani, 2021). Motivasi pegawai dapat timbul dari dalam diri
individu tersebut (motivasi
intrinsik) atau faktor motivasional dan dapat timbul dari luar individu (motivasi ekstrinsik)
(Suharyanto, 2021). Menurut Herzberg faktor motivasional antara
lain keberhasilan, pengakuan atau penghargaan, pekerjaan
itu sendiri, tanggung jawab, dan pengembangan. Sedangkan faktor
ekstrinsik atau hygiene factors meliputi gaji, hubungan antar pribadi, kondisi kerja, kebijan Perusahaan,
dan kualitas pengawasan (Lupita,
2015).
Mengingat peran penting yang dimainkan
oleh pekerja di perusahaan, sangat penting bahwa komponen ini harus
dikendalikan semaksimal mungkin. Memberikan insentif atau imbalan yang cukup
kepada pekerja membutuhkan pertimbangan khusus agar mereka dapat melakukan
pekerjaan mereka, memaksimalkan potensi mereka, dan menjadi lebih termotivasi
(Rahmanda et al., 2015; Riyant et al.,
2014). Insentif adalah imbalan apa pun yang diberikan kepada karyawan di luar
pendapatan dan kompensasi mereka sebagai hasil dari kinerja mereka yang
meningkat. Ada dua jenis insentif yang dapat ditawarkan: materi dan non-materi
(Riyant et al., 2014).
Insentif material dapat berupa uang
seperti seperti kenaikan gaji, bonus dan waktu yang dibayar dengan lunas. dan jaminan sosial (Wilujeng et al., 2019). Insentif non material, jenis motivasi yang bukan merupakan bagian dari gaji pekerja misal
pemberian gelar (title) secara resmi,
pemberian tanda jasa atau medali, pemberian
piagam penghargaan, pemberian
pujian lisan ataupun tertulis, ucapan terima kasih secara formal maupun informal,
pemberian promosi (kenaikan
pangkat ataupun jabatan), pemberian hak untuk menggunakan sesuatu atribut
jabatan, pemberian perlengkapan khsusus pada ruangan kerja (Riyant
et al., 2014; Wilujeng et al., 2019). Jika pegawai merasa puas dengan apa yang didapatkan entu akan berdampak bagi kualitas pelayanan yang diberikan
oleh karyawan, karyawan
juga akan memiliki
ikatan yang kuat terhadap
Perusahaan (Wilujeng et al.,
2019). Pada lokasi penelitian, diperoleh
data pemberian insentif yang diberikan kepada para pegawai berupa insentif material seperti pemberian
bonus dan insentif non material berupa promosi
atau pemberian perlengkapan tambahan di ruang kerja. Berdasarkan jawaban pegawai Rumah Sakit Angkatan Laut
dr. Soedibjo Sardadi
Jayapura saat pengambilan data studi
pendahuluan, pegawai mengatakan insentif yang
diterima oleh pegawai belum sesuai utamanya pada insentif material.
Menurut responden ada perbedaan yang
cukup segnifikan dalam penerimaan insentif pada item yang sama serta bulan yang sama,
namun responden cukup enggan menyampaikan terkait
dengan nominal yang mereka terima.
Selain itu juga ada keluhan keterlambatan pembayaran insentif
serta belum sesuai dengan resiko kerja, beban kerja dan tanggung jawab
terhadap pekerjaan. Responden juga mengatakan
insentif yang diterima, tidak seimbang dengan kebutuhan dan biaya hidup karena harga barang-barang di
Papua mahal. Gaji atau insentif yang
didapatkan saat ini, dinilai sangat dan belum mencukupi kebutuhan. Dalam studi pendahuluan ini tidak
diperoleh data insentif pertahun karena akses ke data tersebut dibatasi. Namun jika dilihat dari hasil wawancara dengan respondendiperoleh hasil bahwa lokasi penelitian belum
memberikan insentif secara maksimal kepada para pegawai.
Ketika
insentif dirancang dengan baik, pekerja dapat menjadi lebih termotivasi dalam
bekerja karena mereka akan merasa bahwa kontribusi dan bakat mereka diakui.
Untuk mencapai kinerja yang optimal, insentif juga dapat meningkatkan
kesejahteraan hidup dan meningkatkan motivasi kerja (Rahmanda et al., 2015). Pendapatan
berperan penting dalam kesejahteran. Pendapatan yang berupa uang yang diterima
oleh seseorang dan perusahaan dalm bentuk gaji, upah, sewa, bunga, dan laba, dan juga
termasuk beragam tunjangan seperti
kesehatan, pension, insentif
Setiap orang
bercita-cita untuk mencapai kesejahteraan, baik untuk diri mereka sendiri
maupun karyawan mereka. Istilah "aman", "sentosa",
"sejahtera", dan "terlindung dari berbagai gangguan"
semuanya tercakup dalam kata tersebut. Seseorang dapat dikatakan hidup
sejahtera jika uang yang dimilikinya dapat memenuhi kebutuhannya (Musdalifa,
2020). Kesejahteraan dapat diberikan dalam bentuk fasilitas dan layanan, serta
ekonomi yang signifikan dan non-finansial. Untuk melengkapi tujuan perusahaan
dan karyawan, bantuan kesejahteraan perlu direncanakan seefektif mungkin
(Purba, 2018). Mayoritas karyawan di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Soedibjo Sardadi Papua percaya
bahwa mereka tidak sejahtera karena insentif material yang sering tidak ada
atau tertunda, menurut investigasi awal dengan menggunakan teknik wawancara.
Penelitian ini melibatkan 15 karyawan. Terkait dengan tingkat kesejahteraan
mereka, setiap karyawan yang diwawancarai memberikan respon
yang berbeda. Namun pada dasarnya, sebagian besar karyawan menyatakan bahwa
kebutuhan mereka tidak terpenuhi.
Kemakmuran
pada dasarnya adalah keadaan dimana semua kebutuhan
material seseorang-pakaian, makanan, tempat tinggal-terpenuhi secara fisik dan
mental. Di masa lalu, seseorang mungkin menganggap dirinya makmur jika dia bisa
makan pagi dan makan malam serta memiliki tempat tinggal dan pakaian yang memadai.
Definisi kemakmuran telah berkembang di zaman modern ini. Lebih dari sekadar
cukup pangan, sandang, dan papan, menurut Nabila Rahma Aulia et al. (2023). Jika sebuah keluarga telah mampu memenuhi
hampir semua kebutuhannya, maka keluarga tersebut adalah keluarga yang makmur.
Hal ini mengindikasikan bahwa setiap keluarga mampu memenuhi kebutuhannya dan
mempertahankan harapan dalam keluarga. Tujuh indikator
kesejahteraan-pendidikan, kesehatan, transportasi, rekreasi, kebutuhan
komunikasi, listrik, dan asuransi-dapat digunakan untuk mengukur tingkat
kesejahteraan seseorang (Agusriana, 2013).
Berdasarkan latar belakang tersebut
maka peneliti berkeinginan melakukan penelitian tentang “Efektivitas Insentif Terhadap Kesejahteraan
Pegawai dan Motivasi Kerja (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Soedibjo Sardadi Jayapura)”. Suatu penelitian dibentuk
karena adanya tujuan-tujuan tertentu untuk dicapai. Adapun yang mejadi tujuan dalam penellitian
ini adalah:
1) Mengetahui Efektivitas insentif, kesejahteraan pegawai, dan
2) Mengetahui Efektivitas insentif terhadap motivasi kerja secara parsial
di Ru
motivasi kerja yang ada pada Rumah Sakit
Angkatan Laut dr. Soedibjo Sardadi
Jayapura
3) Mengetahui Efektivitas insentif terhadap
kesejahteraan pegawai secara parsial di Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Soedibjo Sardadi Jayapura
4) Mengetahui Efektivitas insentif terhadap kesejahteraan pegawai dan motivasi kerja secara simultan di Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Soedibjo Sardadi Jayapura
Metode Penelitian
Metode penelitian
kuantitatif adalah penyelidikan ilmiah yang sistematis terhadap komponen dan fenomena serta interaksinya, dan metode ini digunakan dalam penelitian ini. Mengembangkan dan menerapkan model matematis, teori, dan asumsi-asumsi yang terkait adalah tujuan dari penelitian kuantitatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yang dikumpulkan
langsung dari responden di Rumah Sakit Angkatan
Laut Dr. Soedibjo Sardadi Jayapura dengan menggunakan kuesioner, wawancara, dan analisis literatur observasi. Populasi penelitian ini adalah 85 anggota staf militer yang bekerja di rumah sakit tersebut. Total sampling adalah strategi pengambilan
sampel yang digunakan, yang berarti
bahwa semua 85 anggota staf militer
menjadi sampel penelitian.
Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi beberapa tahap, yaitu editing, coding,
entry data, dan cleaning. Tahap editing
memastikan kelengkapan data
yang dikumpulkan, sedangkan
coding memberikan kode pada variabel penelitian sesuai definisi operasional. Data yang telah dikodekan kemudian dimasukkan ke dalam
program komputer pada tahap entry data, dan diperiksa kembali pada tahap cleaning
untuk memastikan tidak ada kesalahan
atau ketidaklengkapan data.
Analisis data dilakukan melalui beberapa tahap, termasuk uji validitas dan reliabilitas, analisis deskriptif, serta analisis verifikatif menggunakan uji regresi linier berganda dan uji hipotesis. Uji asumsi klasik seperti
uji normalitas, heteroskedastisitas, dan multikolinearitas
juga dilakukan untuk memastikan validitas model regresi yang digunakan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh insentif terhadap kesejahteraan pegawai dan motivasi kerja di rumah sakit tersebut.
Hasil
Uji Kualitas Data
Alat
penelitian berupa kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data. Kuesioner dibagi
menjadi dua bagian: satu bagian menanyakan identitas responden dan bagian
lainnya menyajikan beberapa indikator variabel penelitian dan meminta responden
untuk memberikan pendapat mereka. Setiap indikasi variabel penelitian diberikan
pilihan jawaban tertutup pada skala Likert lima poin,
yang berkisar antara 1 hingga 5. Untuk memastikan bahwa kuesioner tersebut
layak digunakan, data yang diperoleh dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
Uji Validitas
Ketika
koefisien korelasi antara item-item instrumen dengan skor keseluruhan lebih
tinggi dari r tabel 0,196, maka instrumen tersebut dianggap valid. Hasil
rekapitulasi uji validitas untuk penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 1:
Tabel 1. Hasil Uji Validitas Item-Item
Variabel
Variabel |
Indikator |
r hitung |
r tabel |
Keterangan |
Insentif (X) |
X.1 |
0,621 |
0,196 |
Valid |
X.2 |
0,583 |
0,196 |
Valid |
|
X.3 |
0,600 |
0,196 |
Valid |
|
X.4 |
0,647 |
0,196 |
Valid |
|
X.5 |
0,440 |
0,196 |
Valid |
|
X.6 |
0,508 |
0,196 |
Valid |
|
X.7 |
0,745 |
0,196 |
Valid |
|
Kesejateraan Pegawai (Y1) |
Y1.1 |
0,595 |
0,196 |
Valid |
Y1.2 |
0,534 |
0,196 |
Valid |
|
Y1.3 |
0,561 |
0,196 |
Valid |
|
Y1.4 |
0,549 |
0,196 |
Valid |
|
Y1.5 |
0,596 |
0,196 |
Valid |
|
Y1.6 |
0,669 |
0,196 |
Valid |
|
Y1.7 |
0,514 |
0,196 |
Valid |
|
Y1.8 |
0,583 |
0,196 |
Valid |
|
Motivasi Kerja (Y2) |
Y2.1 |
0,708 |
0,196 |
Valid |
Y2.2 |
0,672 |
0,196 |
Valid |
|
Y2.3 |
0,626 |
0,196 |
Valid |
|
Y2.4 |
0,552 |
0,196 |
Valid |
|
Y2.5 |
0,591 |
0,196 |
Valid |
|
Y2.6 |
0,685 |
0,196 |
Valid |
|
Y2.7 |
0,711 |
0,196 |
Valid |
|
Y2.8 |
0,689 |
0,196 |
Valid |
|
Y2.9 |
0,648 |
0,196 |
Valid |
|
Y2.10 |
0,688 |
0,196 |
Valid |
|
Y2.11 |
0,631 |
0,196 |
Valid |
|
Y2.12 |
0,573 |
0,196 |
Valid |
|
Y2.13 |
0,511 |
0,196 |
Valid |
|
Y2.14 |
0,684 |
0,196 |
Valid |
Sumber: Data Primer
Diolah, 2024
Data pada
tabel 1 menunjukkan bahwasanya semua nilai rhitung
yang disajikan pada kolom rhitung hasil perhitungan menggunakan aplikasi SPSS lebih besar dibandingkan nilai rtabel sehingga dapat dikatakan bahwasanya semua item pertanyaan variabel insentif, kesejahteraan pegawai
dan motivasi kerja tersebut valid dan dapat digunakan
untuk uji lebih lanjut.
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan guna mengetahui tahap pengukuran telah terbebas
dari kesalahan (error), sehingga hasil pengukuran
yang didapat lebih konsisten walau
pada kondisi yang berbeda pada setiap butir dalam instrumen. Reliabilitas dapat diukur menggunakan item total correlation serta alfa Cronbach yang dapat dimengerti sebagai bentuk konsisten internal
alat ukur. Dengan kriteria
pengambilan keputusan sebagaimana dinyatakan oleh Ghozali
(2018:46), yaitu jika
koefisien Cronbach Alpha
> 0,70 maka pertanyaan dinyatakan andal atau suatu konstruk maupun variabel
dinyatakan reliabel. Sebaliknya, jika koefisien Cronbach Alpha < 0,70 maka pertanyaan dinyatakan tidak andal.
Tabel 2. Hasil pengujian
reliabilitas terhadap variabel
Insentif
Reliability Statistics |
|
Cronbach's Alpha |
N of Items |
,840 |
7 |
Sumber: data primer diolah
2024
Hasil dari uji reliabilitas pada variabel Insentif
(X) dapat dilihat
bahwa cronbach’s alpha pada variabel ini lebih tinggi dari pada nilai dasar yaitu 0,840
> 0,70 hasil tersebut membuktikan bahwa semua pernyataan dalam kuesioner variabel (X) dinyatakan reliabel.
Tabel 3. Hasil pengujian reliabilitas terhadap variabel kesejahteraan pegawai
Reliability Statistics |
|
Cronbach's Alpha |
N of Items |
,778 |
8 |
Sumber: data primer diolah 2024
Hasil dari
uji reliabilitas pada variabel kedua atau variabel Kesejahteraan pegawai (Y1) dapat dilihat pada tabel,
hasil yang dihasilkan dari variabel ini adalah
0,778 menunjukkan bahwa cronbach’s alpha 0,778
> 0,70. Dari hasil tersebut bisa disimpulkan bahwa semua pernyataan pada variabel ini dinyatakan reliabel
atau bisa dipercaya.
Tabel 4. Hasil pengujian reliabilitas terhadap variabel
motivasi kerja
Reliability Statistics |
|
Cronbach's Alpha |
N
of Items |
,871 |
14 |
Sumber: data primer diolah 2024
Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada variabel Motivasi
kerja (Y2) seperti
tabel diatas bahwa cronbach’salpha sebesar 0,871 > 0,70. Bisa disimpulkan bahwa pernyataan pada variabel
Y2 semuanya bisa dipercaya atau reliabel.
Kondisi berikut ini harus dipenuhi agar model regresi dapat digunakan dan agar perhitungan menjadi lebih akurat. Uji Heteroskedastisitas, Multikolinearitas, dan Normalitas adalah tiga uji asumsi klasik yang harus dipenuhi agar analisis regresi linier dasar dapat dilakukan. Berikut ini adalah hasil temuan dari uji asumsi klasik penelitian ini:
Uji Normalitas Data
Tujuan dari uji normalitas ini adalah untuk memastikan apakah residual dari model regresi yang dibangun memiliki distribusi normal atau tidak. Uji Kolmogorov-Smirnov digunakan dalam uji normalitas penelitian ini untuk mengetahui apakah residual normal. Data dianggap berdistribusi normal jika probabilitas signifikansi nilai residual lebih tinggi dari 0,05. Sebaliknya, data dianggap tidak terdistribusi secara normal jika probabilitas signifikansi residual lebih kecil dari 0,05. Temuan uji normalitas penelitian ini ditampilkan sebagai berikut pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil uji normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
|
Unstandardized Residual |
|
N |
|
85 |
Normal Parametersa |
Mean |
.0000000 |
|
Std. Deviation |
.69121450 |
Most Extreme Differences |
Absolute |
.167 |
|
Positive |
.167 |
|
Negative |
-.079 |
Kolmogorov-Smirnov Z |
|
1.540 |
Asymp. Sig. (2-tailed) |
|
.117 |
a. Test distribution is Normal. |
|
|
|
|
|
Sumber : Data teroleh SPSS tahun 20224
Tabel 5 menyajikan temuan analisis.
Nilai signifikansi sebesar 0,117 menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,05.
Nilai signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov yang lebih
besar dari 0,05 mengindikasikan bahwa model persamaan regresi terdistribusi
secara teratur, yang mengarah pada kesimpulan ini.
Uji Heterokedastitas
Uji heteroskedastisitas ini mencari perbedaan antara residual dari satu pengamatan dengan pengamatan lain dalam model regresi dengan menggunakan uji Glejser. Model regresi yang menunjukkan varians yang homogen dan tidak memiliki heteroskedastisitas dianggap lebih unggul. Jika variabel independen yang diteliti tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap nilai absolut residual atau jika nilai signifikansinya lebih dari 0,05, maka model regresi dianggap bebas dari heteroskedastisitas. Tabel 6 di bawah ini menampilkan hasil uji heteroskedastisitas.
Tabel 6. Uji Heterokedastitas
Model |
|
Unstandardized Coefficients (B) |
Std. Error |
Standardized Coefficients (Beta) |
t |
Sig. |
1 |
(constant) |
1.600 |
.281 |
5.690 |
.000 |
|
Kesejahteraan pegawai |
-.130 |
.071 |
-1.474 |
.071 |
||
Motivasi
kerja |
.052 |
.038 |
1.099 |
1.365 |
.176 |
Coefficientsa
a.
Dependent Variable: ABS_RES
Sumber : Data teroleh SPSS tahun 20224
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai Signifikansi dari variabel kesejahteraan pegawai sebesar 0,071, dan
motivasi kerja sebesar 0,176. Nilai tersebut
lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap absolute residual. Dengan
demikian, model yang dibuat tidak
mengandung gejala heteroskedastisitas.
Uji Multikolinearitas
Uji
multikolinearitas mencari bukti adanya hubungan
antara variabel-variabel independen dalam satu model regresi. Jika tidak ada
hubungan di antara variabel independen, maka model regresi dianggap sangat
baik. Nilai tolerance dan nilai variance
inflation factor (VIF)
dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel
independen. Model dianggap bebas dari multikolinearitas
jika nilai tolerance lebih besar dari 10% atau VIF
lebih kecil dari 10. Tabel 7 di bawah ini menampilkan hasil uji multikolinearitas untuk penelitian ini.
Tabel 7. Hasil Uji Multikolinearitas
Model |
|
Unstandardized Coefficients (B) |
Std. Error |
Standardized Coefficients (Beta) |
t |
Sig. |
Tolerance |
VIF |
1 |
(constant) |
- .447 |
.547 |
.547 |
-.818 |
.416 |
||
Kesejahteraan pegawai |
.197 |
.138 |
1.421 |
.116 |
.159 |
3.707 |
||
Motivasi
kerja |
.407 |
.074 |
5.521 |
.000 |
.109 |
3.512 |
Coefficientsa
a. Dependent Variable: Insentif
Sumber : Data
terolah SPSS 2024
Regresi linear berganda
Sajikan temuan analisis regresi linier berganda setelah memastikan bahwa semua asumsi tradisional telah terpenuhi. Analisis regresi menggunakan SPSS 22 untuk Windows digunakan untuk menghitung koefisien regresi linier berganda; temuan-temuannya ditampilkan pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil analisis regresi linear berganda
Model |
|
Unstandardized Coefficients (B) |
Std. Error |
Standardized Coefficients (Beta) |
t |
Sig. |
1 |
(constant) |
.447 |
.547 |
.218 |
.116 |
|
Kesejahteraan pegawai |
.197 |
.048 |
.603 |
4.421 |
.009 |
|
Motivasi
kerja |
.407 |
.074 |
.786 |
5.521 |
.000 |
Coefficientsa
a.
Dependent
Variable: Insentif
Sumber : Data terolah SPSS tahun 2024
Koefisien regresi pada masing-masing variabel dependen yang diuji memiliki arah koefisien yang positif dan nilai signifikansi yang kurang dari 0,05, sesuai dengan data tabel 8. Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel dependen dalam penelitian ini dipengaruhi secara signifikan dan positif oleh faktor-faktor independen. Berikut ini dapat dijelaskan dengan menggunakan tabel tersebut.
a. Nilai constant sebesar 0,447, artinya apabila insentif tetap atau tidak ada maka kesejahteraan pegawai dan motivasi kerja sebesar 4,47%. Nilai konstan ini memiliki makna bahwa ketika tidak ada persepsi sama sekali terhadap insentiff maka masih ada penilaian positif terhadap kesejahteraan pegawai dan motivasi kerja.
b. Koefisien regresi (b1) pada variabel penerapan kesejahteraan pegawai sebesar 0,197 menunjukkan nilai yang positif artinya apabila pemberian insentif meningkat dengan asumsi variabel lainnya tetap, maka nilai dari kesejahteraan pegawai akan mengalami peningkatan sebesar 0,197 atau sebesar 19,7%.
c. Koefisien regresi (b2) pada variabel motivasi kerja sebesar 0,407 menunjukkan nilai yang positif artinya apabila pemberian insentif meningkat dengan asumsi variabel lainnya tetap, maka nilai motivasi kerja akan mengalami peningkatan sebesar 0,407 atau sebesar 40,7%.
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2 ) digunakan
untuk mengetahui dan mengukur kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel independen. Peneliti menggunakan nilai adjusted R 2 pada saat mengevaluasi
yang mana model regresi terbaik, karena tidak seperti R2 , nilai adjusted R
2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.
Tabel 9. Hasil Uji Koefisien
Determinasi (R2)
Model Summary
Model |
R |
R Square |
Adjusted R
Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
.987a |
.974 |
.973 |
.700 |
a. Predictors: (Constant), Motivasi_Kerja, Kesejahteraan_Pegawai
Sumber : Data terolah tahun 2024
Hasil
uji pada Tabel 9 memberikan hasil dimana diperoleh besarnya
adjusted R2 (koefisien determinasi
yang telah disesuaikan) adalah sebesar 0,973.
Ini berarti variasi kesejahteraag pegawai dan
motivasi kerja dapat dipengaruhi secara signifikan oleh variabel insentif
sebesar 97,3%, sedangkan sisanya sebesar 2,7% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak
dijelaskan dalam model penelitian.
Hasil Uji F
Uji
simultan bertujuan untuk mengetahui apakah variabel
bebas yang diidentifikasi tepat digunakan memprediksi kesejahteraan pegawai dan motivasi kerja secara bersama-sama. Uji ini sering juga disebut
dengan uji F. Hasil uji F dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 10 berikut:
Model |
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
|
1 |
Regression |
1499.114 |
2 |
749.557 |
1.531E3 |
.000a |
|
Residual |
40.133 |
82 |
.489 |
||
|
Total |
1539.247 |
84 |
|
Tabel 10. Hasil Uji F
ANOVAb
a.
Predictors: (Constant), Motivasi_Kerja, Kesejahteraan_Pegawai
b.
Dependent
Variable: Insentif
Sumber : Data terolah tahun 2024
Hasil uji F (Ftest) menunjukkan bahwa nilai signifikansi P value 0,000 yang
lebih kecil dari α = 0,05, ini berarti model yang digunakan pada penelitian ini adalah layak. Hasil ini
memberikan makna bahwa variabel independen mampu
memprediksi atau menjelaskan fenomena kesejahteraan pegawai dan motivasi kerja. Dengan kata
lain ada pengaruh secara simultan dari variabel
insentif terhadap
kesejahteraan pegawai dan motivasi kerja. Hal ini berarti model dapat digunakan
untuk analisa lebih lanjut atau dengan kata
lain model dapat digunakan untuk memproyeksikan karena hasil goodness of fitnya baik dengan nilai signifikansi P value 0,000.
Hasil Uji t
Pengaruh variabel
insentif terhadap kesejahteraan pegawai dan motivasi kerja diuji dengan menggunakan
Uji t. Kriteria pengujian untuk menjelaskan interpretasi pengaruh antar masing-masing variabel yakni apabila
nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
dan H1 diterima. Sebaliknya, jika nilai signifikansi > 0,05 maka
H0 diterima dan H1 ditolak.
a. Efektivitas pemberian insentif terhadap kesejahteraan pegawai.
Berdasarkan hasil analisis Efektivitas pemberian insentif terhadap
kesejahteraan pegawai diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,009 dengan nilai koefisien regresi positif sebesar
0,603 dan t hitung sebesar 4,421. Nilai
Signifikansi 0,000 < 0,05 mengindikasikan bahwa H1 diterima. Hasil ini mempunyai arti bahwa pemberian
insentif efektif terhadap peningkatan kesejaaheraan pegawai.
b. Efektivitas pemberian insentif terhadap motivasi
kerja. Berdasarkan hasil analisis
Efektivitas pemberian insentif terhadap motivasi kerja diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 dengan nilai
koefisien regresi positif sebesar
0,786 dan t hitung 5,521. Nilai Signifikansi 0,000 < 0,05 mengindikasikan bahwa H0 ditolak
dan H2 diterima. Hasil ini mempunyai arti bahwa pemberian
insentif terhadap peningkatan motivasi kerja maka hipotesis kedua diterima.
Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan tanggapan
responden terhadap masing-masing pernyataan. Seluruh variabel
dideskripsikan dengan menggunakan nilai rata-rata. Penilaian
distribusi data setiap variabel menggunakan rentang kriteria yang dihitung dengan
persamaan:
Berdasarkan
hasil interval range maka
dapat disusun kriteria
hasil pengukuran konstruk dalam Tabel
11 sebagai berikut:
Tabel 11. Kriteria Skor Variabel Penelitian
Nilai Skor |
Kriteria Variabel |
1,00 - 1,80 |
Sangat tidak baik
/ Sangat Rendah |
>1,80 - 2,60 |
Tidak baik / Rendah |
>2,60 - 3,40 |
Cukup Baik / Sedang |
>3,40 - 4,20 |
Baik / Tinggi |
>4,20 - 5,00 |
Sangat baik / Sangat Tinggi |
Sumber : Sugiyono (2014:54)
Menurut standar pengukuran ini,
jawaban responden terhadap suatu item atau variabel akan semakin baik jika
semakin tinggi nilai rata-rata yang dicapai. Tabel 12 menyajikan temuan-temuan
statistik deskriptif sebagai berikut:
Tabel 12. Hasil Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Descriptive Statistics |
|||||
|
N |
Minimum |
Maximum |
Mean |
Std. Deviation |
X |
85 |
23 |
35 |
29.51 |
4.281 |
Y1 |
85 |
25 |
37 |
31.19 |
4.404 |
Y2 |
85 |
47 |
70 |
58.53 |
8.266 |
Valid N (listwise) |
85 |
|
|
|
|
Sumber : Data terolah 2024
Berdasarkan
hasil uji statistik deskriptif pada Tabel 12 dapat diketahui bahwa total sampel yang digunakan adalah
orang pegawai Hasil statistik deskriptif dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Insentif (X)
Variabel insentif dapat memiliki nilai serendah 23 atau setinggi 35. Nilai rata-rata dari variabel insentif, yang ditentukan oleh tujuh item pernyataan dalam skala Likert 5 poin, adalah 29,51, dan standar deviasinya adalah 4,281. Hal ini mengindikasikan bahwa sebaran tanggapan responden mengenai insentif terdistribusi secara merata karena nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-ratanya. Nilai rata-rata keseluruhan sebesar 4,2 yang masuk dalam kriteria tinggi/baik ditentukan dengan membagi nilai rata-rata sebesar 29,51 dengan jumlah pertanyaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa insentif pegawai Rumah Sakit Angkatan Laut Dr.
2) Kesejahteraan pegawai (Y1)
Variabel yang mewakili kesejahteraan karyawan berkisar dari minimum 25 hingga maksimum 37. Variabel pengendalian internal memiliki nilai rata-rata 31,19 dan standar deviasi 4,404 ketika diuji dengan menggunakan delapan item pernyataan dan penilaian skala likert 5 poin. Hal ini mengindikasikan bahwa sebaran tanggapan responden mengenai kesejahteraan karyawan tersebar secara merata karena angka standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-ratanya. Nilai rata-rata total sebesar 3,9 yang memenuhi kriteria sangat baik, dihitung dengan membagi nilai rata-rata 31,19 dengan jumlah pertanyaan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Rumah Sakit Angkatan Laut Dr.
3) Motivasi Kerja (Y2)
Variabel yang mewakili motivasi kerja berkisar antara 47 hingga 70 sebagai nilai terendah dan tertinggi. Variabel akuntabilitas dana desa memiliki nilai standar deviasi sebesar 8,266 dan nilai rata-rata sebesar 58,53 untuk variabel motivasi kerja yang diuji dengan menggunakan 14 item pernyataan dengan skala likert 5 poin. Hal ini mengindikasikan bahwa sebaran tanggapan responden terhadap motivasi kerja terdistribusi secara merata karena angka standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-rata. Nilai rata-rata total sebesar 4,2 yang memenuhi kriteria sangat baik, dihitung dengan membagi nilai rata-rata 58,53 dengan jumlah pertanyaan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa motivasi kerja di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Soedibjo Sardadi termasuk dalam rentang yang baik.
Efektivitas Pemberian Insentif
Terhadap Kesejahteraan Pegawai
Hasil analisis menunjukan
bahwa pemberian insentif memiliki Efektivitas yang signifikan terhadap
kesejahteraan pegawai. Hal ini bermakna, semakin baik dan merata insentif maka
kesejahteraan pegawai juga akan semakin baik, sebaliknya semakin kurang dan
tidak merata insentif maka kesejahteraan pegawai juga akan menurun. Hasil tersebut
mengindikasikan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam pemberian insentif
mampu di persepsikan dengan baik dan efektif terhadap peningkatan kesejahteraan
pegawai di Rumkti AL dr, Soedibjo Sardadi. Insentif diukur
berdasarkan indicator insentif material, insentif non
material dan insentif jaminan sosial.
Insentif adalah setiap kompensasi
yang diberikan kepada
karyawan diluar upah dan gaji yang diterimanya karena karyawan bekerja
dengan lebih baik (Riyant et al.,
2014). Pemberian insentif kepada
karyawan bertujuan untuk menghargai suatu prestasi kerja, keadilan terjamin, karyawan dapat
dipertahankan, karyawan bermutu akan
didapat, pengendalian biaya dan memenuhi peraturan sehingga kualitas dan kuantitas hasil kerja
karyawan meningkat (Agusriana, 2013). Dengan adanya pemberian insentif
yang layak dan sesuai pegawai
merasa puas dan kesejahteraan pegawai akan meingkat,
hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh akmal et al
tahun 2021 menjelaskan ada pengaruh
yang signifikan antara pengembangan sumber daya manusia
dan kompensasi/ insentif
dengan kesejahteraan karyawan. Dari hasil perolehan skor tertinggi diketahui insentif material dan non
material memiliki skor tertinggi. Insentif non material berupa
pengembangan diri dan promosi jabatan.
Dengan adanya promosi jabatan maka akan berdampak juga pada kenaikan
insentif mataerial.
Insentif material
maupun insentif non material meruapakan wujud penghargaan atas jasa pegawai
pada perusahaan. Perlu disadari bersama
bahwa insentif dapat menurunkan atau meningkatkan kesejahteraan pegawai, sebab apabila
pegawai memandang insentif dan lingkungan kerja tidak memadai
maka kesejahteraan mereka
akan menurun dan berimplikasi pada penuruan produktivitas kerja.
Dengan demikian berdasarkan
hasil analisis dapat disimpulkan pemberian insentif
efektif terhadap peningkatan kesejahteraan pegawai di Rumkit AL dr. Soedibjo Sardadi.
Efektivitas Pemberian
Insentif Terhadap Motivasi
Kerja
Pada hasil penelitian didapatkan variable insentif memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap motivasi kerja. Hal ini menunjukan bahwa pemberian insentif efektif untuk
meningkatkan motivasi kerja pegawai. Hal ini terbukti dengan nilai Adjust R Square sebesar
93,7% dengan arti bahwa motivasi
kerja mayoritas dipengaruhi oleh insentif. Sugiarto
(2013), Motivasi kerja
merupakan sesuatu yang
menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Dorongan tersebut terdiri dari dua komponen, yaitu: arah perilaku
(kerja untuk mencapai tujuan),
dan kekuatan perilaku
(seberapa kuat usaha individu
dalam bekerja). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Riyant et al. (2014) yang menjelaskan tentang adanya pengaruh
yang positif dan signifikan antara
insentif terhadap motivasi
kerja. Penuruan motivasi
kerja berdampak pada tidak tercapainya misi perusahaan. Sihombing
dan Fitriani (2015) juga mengemukakan penelitianya yang menjelaskan bahwa
isnentif memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap motivasi kerja pegawai yang berimbas pada peningkatan produktivitas.
Pemberian insentif memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
motivasi kerja pegawai.
Hal ini terbukti
dalam berbagai studi
dan praktik di dunia kerja. Ketika perusahaan memberikan insentif kepada
karyawan, baik berupa
bonus, tunjangan, promosi,
atau bentuk penghargaan lainnya, hal itu secara
langsung mempengaruhi tingkat motivasi dan kinerja mereka.
Salah satu dampak
paling nyata dari pemberian insentif adalah peningkatan motivasi
intrinsik dan ekstrinsik (Ramadhan, 2016). Motivasi
intrinsik merujuk pada dorongan
internal seseorang untuk melakukan pekerjaan dengan baik karena kesenangan atau kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan
itu sendiri. Sementara motivasi
ekstrinsik berkaitan dengan dorongan dari luar, seperti hadiah atau penghargaan. Insentif dapat memengaruhi kedua jenis motivasi ini (Lupita, 2015). Ketika karyawan
merasa bahwa usaha dan dedikasi
mereka diakui dan dihargai
melalui insentif, mereka cenderung merasa lebih termotivasi untuk mencapai
tujuan perusahaan. Misalnya,
sebuah program insentif yang
menawarkan bonus berdasarkan pencapaian target
kinerja dapat mendorong karyawan untuk bekerja lebih keras demi mencapai sasaran tersebut.
Selain itu, pemberian insentif
juga dapat meningkatkan rasa kepemilikan dan keterlibatan karyawan
terhadap pekerjaan dan perusahaan secara keseluruhan. Ketika karyawan merasa bahwa mereka memiliki peluang
untuk mendapatkan penghargaan atau insentif atas kontribusi mereka,
mereka akan lebih bersemangat untuk
berpartisipasi dalam mencapai
tujuan organisasi. Hal ini dapat menciptakan
ikatan yang lebih kuat antara karyawan dan perusahaan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan loyalitas
dan retensi karyawan.
Tidak hanya itu, pemberian insentif
juga dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih
kompetitif dan kolaboratif. Ketika karyawan
memiliki insentif untuk bersaing secara
sehat dalam mencapai target
atau pencapaian tertentu, hal itu dapat mendorong pertumbuhan individu dan tim secara keseluruhan. Karyawan
cenderung saling mendukung
dan berkolaborasi untuk mencapai kesuksesan bersama, karena mereka
menyadari bahwa pencapaian individu juga dapat berkontribusi pada kesuksesan tim dan perusahaan.
Efektivitas pemberian insentif terhadap kesejahteraan
pegawai dan motivasi kerja
Hasil analisis
menujukan terdapat pengaruh
yang positif dan signifikan
antara pembersian insentif dengan kesejahteraan
pegawai dan motivasi kerja. Artinya
pemberian insentif efektif
terhadap peningkatan
kesejahteraan pegawai dan motivasi kerja pegawai di Rumkit AL Soedibjo Sardadi.
Pemberian insentif
merupakan salah satu strategi yang telah terbukti
efektif dalam meningkatkan kesejahteraan dan motivasi
kerja pegawai (Agusriana, 2013). Insentif, baik berupa bonus finansial, pengakuan atas prestasi, atau penghargaan non-finansial lainnya, tidak hanya memberikan penghargaan atas pencapaian individu
atau kelompok, tetapi juga memberikan dampak yang positif
dan signifikan dalam konteks lingkungan kerja. Pada penelitian yangdilakukan oleh Yenita Salim Handayani 2016 menjelaskan bahwa pemberian insentif
baik insentif finansial
maupun non finansial
berdapampak baik pada iklim kerja, motivasi
kerja, prestasi kerja, kesejahteraan pegawai
dan produktivitas kerja.
Pemberian insentif
membantu menciptakan iklim kerja yang positif
dan membangun hubungan yang harmonis antara manajemen dan pegawai. Ketika pegawai merasa dihargai dan diperhatikan,
baik secara finansial maupun non-finansial, mereka cenderung lebih berkomitmen
terhadap tujuan perusahaan dan lebih termotivasi untuk memberikan kontribusi terbaik
mereka (Sugiarto 2013). Insentif
yang diberikan secara adil dan transparan juga membantu mengurangi ketegangan di tempat kerja dan meningkatkan kepuasan kerja
secara keseluruhan. Selanjutnya, pemberian insentif juga merangsang motivasi intrinsik dan ekstrinsik pegawai.
Bonus
finansial atau penghargaan atas pencapaian yang luar biasa dapat menjadi dorongan bagi pegawai
untuk meningkatkan kinerja mereka.
Namun demikian, insentif non-finansial seperti pengakuan atas prestasi, kesempatan pengembangan karir, atau fleksibilitas waktu juga berperan penting dalam memelihara motivasi intrinsik pegawai. Insentif semacam ini menciptakan
lingkungan kerja yang memperkuat rasa
memiliki, inisiatif, dan keterlibatan pegawai dalam mencapai tujuan bersama.
Selain itu, pemberian
insentif secara konsisten
dapat meningkatkan loyalitas
pegawai terhadap perusahaan. Pegawai cenderung memilih untuk tetap bekerja di perusahaan
yang memberikan penghargaan atas kontribusi mereka,
dibandingkan dengan mencari
peluang lain. Hal ini mengurangi turnover pegawai dan biaya yang terkait dengan perekrutan
dan pelatihan karyawan baru.
Dengan
demikian, pemberian insentif tidak
hanya menguntungkan pegawai
secara individu, tetapi juga menguntungkan perusahaan dalam
jangka panjang dengan memelihara stabilitas tenaga kerja. Tidak dapat disangkal bahwa pemberian
insentif memiliki dampak yang positif
dan signifikan terhadap
kesejahteraan pegawai dan motivasi kerja mereka. Melalui
strategi insentif yang tepat, perusahaan dapat menciptakan lingkungan
kerja yang memotivasi, produktif, dan berorientasi pada prestasi. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk mengimplementasikan kebijakan
insentif yang bijaksana
dan berkelanjutan guna memastikan pertumbuhan dan kesuksesan jangka
panjang bagi semua pihak yang terlibat.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Pada varibel insentif,
kesejahteraan pegawai dan mtoivasi kerja, penyebaran kuesioner sudah merata serta pelaksannanya sudah ada pada kategori baik. (2) Hasil analisis
menunujukan
pemberian insentif efektif
terhadap kesejahteraan pegawai
secara parsial di Rumkit AL dr. Soedijbjo
Sardadi Jayapura.
(3) Hasil analisis menunjukan pemberian insentif
efektif terhadap motivasi kerja secara parsial
di Rumkit AL dr.
Soedibjo Sardadi Jayapura.
(4) Hasil analisis menunjukan pemberian
insentif efektif terhadap
kesejahteraan pegawai dan motivasi kerja secara simultan di Rumkit AL dr. Soedibjo Sardadi Jayapura
Agusriana, W. (2019). Analisis
Tingkat Kesejahteraan Karyawan
PT Tunggal Perkasa Plantations di Kabupaten
Indragiri Hulu.
Astuti, R., & Lesmana, O. P. A.
(2018). Pengaruh motivasi
dan beban kerja terhadap kinerja perawat pada Rumah Sakit Umum Mitra Medika Medan. Jurnal
Iman: Jurnal Ilmu Manajemen, 6(2), 42–50.
Aulia, N. R., Shodiqoh,
E. L., & Cahyaningrum, S. P. (2023). Analisis kebijakan kesejahteraan guru terhadap peningkatan kualitas pendidikan. BASA Journal of Language & Literature,
3(1), 26–31. https://doi.org/10.33474/basa.v3i1.19706
Kadir, E., & Badwi,
A. (2023). Pengembangan sumber
daya manusia pegawai rumah sakit tahun 2021. Jurnal Kesehatan dan Kedokteran,
4(1), 100–105.
Lupita, R. (2015). Motivasi intrinsik dan ekstrinsik serta pengaruhnya terhadap kinerja karyawan (Studi pada pekerja PT Pertamina
RU V Balikpapan). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, 4(1).
Muntaha, M., & Mufrihah, M. (2017). Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dokter Soedarso Pontianak. Jurnal
Samudra Ekonomi dan Bisnis, 8(1), 602–610. https://doi.org/10.33059/jseb.v8i1.201
Musdalifa. (2020). Pengaruh
pendapatan terhadap kesejahteraan karyawan pada PT Pegadaian (Persero) Cabang Limbung
Kabupaten Giwa [Skripsi,
Universitas Muhammadiyah Makassar].
Nurmaulani. (2021). Gambaran motivasi dan beban kerja perawat terhadap kinerja perawat di ruang rawat inap Rumah
Sakit Syeh Yusuf Gowa tahun 2020 [Skripsi, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar].
Purba, B. (2018). Analisis
pengaruh kesejahteraan karyawan terhadap semangat kerja karyawan pada PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Medan. Jurnal
Manajemen dan Bisnis,
153–165. https://doi.org/10.54367/jmb.v18i2.427
Purnamasari, I., & Kapalawi,
I. (2018). Analysis of human resource management process in Stella Maris
Hospital Makassar. Jurnal MKMI,
120–124.
Rahmanda, F. P., Utami, H., & Utami, H.
N. (2015). Pengaruh insentif
terhadap motivasi dan kinerja karyawan. Jurnal Administrasi
Bisnis, 2(1), 1–10.
Ramadhan, I. (2016). Gambaran motivasi kerja pegawai non medis di Rumah Sakit Umum
Hasanah Graha Afiah. Jurnal Ilmu Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah.
Riyant, G., Al, G. M., & Mukzam, M. M. D. (2014). Pengaruh
insentif terhadap motivasi kerja (Studi pada karyawan PT. AXA
Financial Indonesia Sales Office Cabang Malang). Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB),
8(1), 1–7.
Sihombing, I. K., & Fitriani,
N. (2015). Hubungan insentif
(premi) terhadap motivasi kerja karyawan PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Medan. Jurnal Bisnis Administrasi, 4(1), 8–16.
Sugiarto, I. (2013). Pengaruh
budaya organisasi dan motivasi kerja terhadap kepuasan kerja serta implikasinya
terhadap kinerja karyawan. Banking & Management Review, 2(1),
165–180.
Suharyanto. (2021). Motivasi
dan kemampuan kerja karyawan rumah sakit implikasinya pada prestasi kerja. DIALEKTIKA: Jurnal Ekonomi dan Ilmu Sosial,
6(2), 46–59. https://doi.org/10.36636/dialektika.v6i2.929
Tristanti, S. (2019). Manajemen
sumber daya manusia di bidang pelayanan kesehatan. Wineka Media.
Wulandari, F. (2022). Manajemen
sumber daya manusia (Issue February). CV Gerbang
Media Aksara.
Copyright holder: Muhamad Sidik, Farida Yuliaty, Ayu Laili Rahmiyati (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |