Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 8, Agustus 2024
ANALISA
STRUKTUR BOX UNDERPASS JALAN DANAU BOGOR RAYA (KATULAMPA – KECAMATAN BOGOR TIMUR) KOTA BOGOR
Budiono
Universitas Pakuan, Bogor, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Pengembangan ibu kota
baru Kota Bogor akan berada lokasi Kelurahan Katulampa Kecamatan Bogor Timur,
untuk menuju ke lokasi pusat pemerintahan baru perlu akses ada jalan
menuju kantor pemerintahan baru. Akses jalan ini melewati kawasan Bogor Raya terus
kejalan menuju kantor pemerintahan baru, akses jalan ini akan tersambung oleh
adanya underpass. Perencanaan box
underpass bertujuan untuk merancang box
underpass dan merancang beban jacking
yang digunakan pada proses pemasangan box
underpass. Metode yang digunakan dalam merancang box underpass ini adalah metode LRFD (Load Resistance Factor Design). Box underpass dirancang dengan
tebal pelat dinding 75 cm untuk pelat lantai bawah sebagai lantai pondasi tebal
100 cm. Bahan yang digunakan adalah beton mutu K-350 dan baja tulangan dengan
mutu BjTD 40. Pembebanan yang bekerja pada box underpass, meliputi beban mati,
beban hidup dan beban gempa. Tahap berikutnya menganalisis struktur underpass dilakukan
dengan menggunakan SAP2000 untuk mendaptkan gaya dalam. Gaya dalam yang didapat
digunakan untuk menghitung penulangan dan kontrol serviceability. Pada pelat lantai atas, tulangan pokok yang
digunakan adalah D32 — 200, sedangkan tulangan bagi yang digunakan adalah D22 —200,
Pada pelat lantai pondasi, tulangan pokok yang digunakan adalah D25 — 175,
sedangkan tulangan bagi yang digunakan adalah D22 — 200. Pada pelat dinding,
tulangan pokok yang digunakan adalah D32 — 200, tulangan bagi yang digunakan
adalah D25 — 200, sedangkan tulangan geser yang digunakan adalah D16 — 400.
Kata Kunci: Box
Underpass, Beton, Penulangan, Beban Jacking
Abstract
The development of the new capital city of
Bogor City will be located in Katulampa Village, East Bogor District. To get to
the location of the new government center, you need access to a road to the new
government offices. This access road passes through the Bogor Raya area and
continues towards the new government office. This access road will be connected
by an underpass. Underpass box planning aims to design the underpass box and
design the jacking load used in the underpass box installation process. The method
used in designing this underpass box is the LRFD (Load Resistance Factor
Design) method. The underpass box is designed with a wall plate thickness of 75
cm for the bottom floor plate as a 100 cm thick foundation floor. The materials
used are K-350 quality concrete and BjTD 40 quality reinforcing steel. The
loads acting on the underpass box include dead load, live load and earthquake
load. The next stage of analyzing the underpass structure was carried out using
SAP2000 to obtain internal forces. The internal forces obtained are used to
calculate reinforcement and control serviceability. In the top floor slab, the
principal reinforcement used is D32 — 200, while the reinforcement used is D22
— 200. In the foundation floor slab, the principal reinforcement used is D25 —
175, while the reinforcement used is D22 — 200. In the slab walls, the main
reinforcement used is D32 — 200, the reinforcement used is D25 — 200, while the
shear reinforcement used is D16 — 400.
Keywords: Underpass Box, Concrete, Reinforcement,
Jacking Load
Pendahuluan
Pembangunan pusat pemerintahan baru Kota Bogor di wilayah
Kelurahan Katulampa Kecamatan Bogor Timur diprediksi akan dimulai tahun 2026.
Namun sebelum itu, akan ada pembangunan akses jalan menuju kantor pemerintahan
baru. Perencanaan pembangunan pusat pemerintahan baru Kota Bogor terus
berjalan, dimulai dengan rencana pembangunan akses jalan yang melewati jalan
Danau Bogor Raya. Akses menuju lokasi pusat
pemerintahan baru Kota Bogor harus melewati atau memotong jalan esksiting,
sehingga untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan alternatif jalan penghubung
pada salah satu jalur tersebut. Alternatif dilakukan adalah membangun underpass.
Maksud
dan tujuan dari penelitian ini adalah merancang jalan tembus melewati
jalan melintang dengan menggunakan struktur box
underpass dan metoda analisa LRFD mengacu kepada SNI yang berlaku saat ini.
Pada ini penelitian, pembahasan dibatasi pada; (1) merancang desain box underpass, (2) metode perhitungan yang digunakan
adalah metode LRFD (Load Recistance Factor
Design), dan (3) data yang
digunakan merupakan data sekunder dari perencanaan pembangunan Box Underpass Danau Bogor Raya.
Telah
banyak penelitian yang dilakukan untuk merancang box underpass atau box
culvert. Seperti penelitian yang dilakukan
Untuk itu diperlukan penelitian lanjutan untuk melanjutkan
atau merevisi penelitian yang sudah ada sebelun-inya dengan
standar-standar yang sudah diperbaharui.
Underpass berupa Box Culvert adalah bangunan yang dibangun dibawah jalan atau
jembatan yang dipergunakan sebagai jalur penghubung seperti jalan, saluran air
(drainase), pipa gas, pipa kabel listrik, dan lain sebagainya. Pada dasarnya
box culvert adalah sebuah konstruksi yang menyerupai “pipa” persegi atau
persegi panjang yang terbuat dari beton bertulang guna untuk memperkuat
konstruksi memikul beban yang diatasnya. Pengerjaannya ada berupa cor ditempat
dan banyak juga terbuat dari beton pra cetak (precast)
Pada dasarnya box
culvert adalah sebuah konstruksi yang menyerupai “pipa” persegi atau persegi
panjang yang terbuat dari beton bertulang guna untuk memperkuat konstruksi
memikul beban yang diatasnya
Pembebanan
Suatu struktur bangunan baik itu bangunan tinggi,
jembatan, atau underpass sekalipun harus direncanakan untuk dapat memikal
beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut, diantaranya beban gravitasi
dan beban lateral. Beban gravitasi yang bekerja pada struktur meliputi beban
mati dan beban hidup
Metode Load Resistance
Factor Design(Lrfd)
Perenanaan teknik jembatan di Indonesia saat ini mengikuti pedoman Panduan Praktis Perencanaan Teknis Jembatan, NO. 02 / M / BM / 2021. Pada pedoman tersebut metoda yang digunakan mengikuti metode LRFD (Load Resistance Factored Design) sejak diberlakukannya BMS Peraturan Teknik Jembatan pada tahun 1992. BMS 1992 menamakannya dengan ‘Cara Rencana Keadaan Batas’ atau Limit-states Design Method. Metode LRFD menggunakan beberapa kombinasi beban yang dinamakan keadaan batas (limit states), sehingga nama lain dari metode LRFD adalah Metode Limit-states Design. Metode Rencana Keadaan Batas sudah memperhitungkan variasi dan ketidakpastian pada baik beban maupun kekuatan elemen struktur. Level keamanan yang relatif merata atau seragam bisa dicapai pada struktur atas dan struktur bawah berdasarkan analisis risiko yang didapat dari teori reliabilitas. AASHTO mulai memberlakukan metode LRFD kepada semua jembatan baru di Amerika Serikat sejak tahun 2007 (FHWA-NHI, 2015). Dalam perencanaan setiap elemen dan sambungan pada struktur jembatan harus memenuhi Persamaan 1 untuk setiap keadaan batas.
i.gi.Qin
hi adalah faktor pengubah respon berkaitan dengan daktilitas, redundansi, dan klasifikasi operasional
gi adalah faktor beban ke-i
Qi adalah pengaruh gaya
j adalah factok beban
Rn adalah pengaruh gaya
Faktor beban adalah faktor pengali beban yang didasarkan dari hasil analisis statistik, dan biasanya lebih besar dari 1,0. Nilai faktor beban memperhitungkan kemungkinan variasi beban, akurasi analisis, dan probabilitas terjadinya beban yang berbeda secara bersamaan. Nilai faktor beban juga terkait dengan nilai statistik ketahanan melalui proses kalibrasi.
Analisis Struktur
Analisis
struktur untuk
menentukan gaya dalam pada struktur Box Culvert
menggunakan analisis struktur
dengan bantuan program software
komputer. SAP2000 (Structural Analysis Program 2000)
adalah program komputer untuk menganalisa dan mendesain struktur bangunan, baik
yang berupa struktur bidang 2 dimensi maupun struktur 3 dimensi. Analisa
struktur dapat dilakukan secara statik maupun dinamik, dengan berbagai macam
kombinasi pembebanan. SAP2000 menggunakan Metode Elemen Hingga sebagai dasar
untuk analisis perhitungannya. Penggunaan yang efektif dari suatu program
seperti SAP2000 untuk keperluan analisis struktur, memerlukan pengalaman yang
cukup mengenal pemahaman dari struktur yang akan dianalisis. Tahap yang paling
sulit didalam prosedur analisis adalah pemilihan model struktur yang tepat,
meliputi karakteristik dan prilaku yang mendekati kondisi struktur yang
sebenarnya. Secara
garis besar, metode dalam analisis struktur tersebut melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1. Menentukan geometri model
struktur.
2. Menetapkan beban yang bekerja pada model
struktur box culvert
3. Menginput data material box culvert seperti
modulus elastisitas (E) bahan, mutu
beton, dan mutu tulangan baja.
4. Menentukan gaya dalam
maksimum.
5. Menggambarkan bidang momen, geser dan aksial.
Gorong-Gorong
(Box culvert)
Gorong-gorong merupakan saluran berbentuk bulat ataupun persegi yang ditanam di dalam tanah yang berfungsi untuk saluran air, atau lalu lintas kendaraan, utilitas lainnya dan untuk fasilitas pejalan kaki. Gorong-gorong persegi bisa terbuat dari satu sel ataupun multi sel beton bertulang.
Pembebanan
pada box culvert
Dalam perencanaan box culvert, adapun beban-beban yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
1) Berat sendiri (MS)
Berat sendiri merupakan berat yang berasal dari berat isi material gorong-gorong yang ditentukan berdasarkan lebar strip ekivalen.
2) Beban vertikal
Tinggi beban vertikal diukur dari muka pelat atas box culvert ke atas permukaan perkerasan. Beban vertikal berkenaan dengan beban tanah dan perkerasan serta daerah sekitar box culvert berdasarkan faktor interaksi struktur tanah. Dinding box culvert dianggap tidak ada gesekan, sehingga tidak ada beban vertikal dari beban resultan horizontal yang dipertimbangkan.
3) Beban horizontal
Dalam perencanaan, beban tekanan tanah horizontal sebesar 9,5 kN/m3 diterapkan pada dinding gorong-gorong. Untuk memperoleh pengaruh gaya maksimum, gunakan factor beban 1,35 untuk keadaan batas ultimit dan 1 untuk keadaan batas fatik.
4) Beban tekanan air
Untuk menganalisis beban air pada gorong-gorong, perencana harus mempertimbangkan dua kondisi yaitu kondisi gorong-gorong terisi penuh oleh air dan saat gorong-gorong tidak terisi oleh air.
5) Beban hidup tambahan
Beban hidup tambahan berasal dari beban tekanan tanah di belakang dinding goronggorong saat dibebani beban truk dimana roda truk berjarak setengah tinggi dinding dari sisi luar dinding gorong-gorong. Besarnya beban hidup tambahan ditentukan berdasarkan SNI 1725:2016 Pasal 7.3.
6) Beban lalu lintas
Pada umumnya gorong-gorong direncanakan dengan asumsi lalu lintas sejajar dengan bentang yang dianalisis untuk satu lajur terbebani dengan faktor kepadatan lajur untuk satu lajur.
Pemodelan
Box culvert
Dalam pemodelannya, pada bagian haunch dimodelkan sebagai rigid link. Tumpuan goronggorong dimodelkan sebagai elemen pegas (kN/m) dengan konstanta pegas diperoleh dari hasil perkalian modulus of subgrade dengan luas pelat strip bawah. Jika menggunakan program komputer, tipe elemen pegas yang digunakan adalah compression only. Luas pelat strip bawah diperoleh dari perkalian antara lebar efektif gorong-gorong (E) dengan panjang bentang gorong-gorong. Pemodelan struktur Box culvert seperti pada gambar dibawah ini.
Gambar
1. Pemodelan struktur gorong-gorong. (Sumber: NO. 02 / M / BM / 2021).
Metode Penelitian
Berikut
ini denah lokasi dari Box Underpass berada diperumahan Bogor Raya Kota
Bogor Jawa Barat, dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2. Lokasi Box Underpass
Gambar 3. Lokasi Box
Underpass
Gambar 4. Tampak potongan Box Underpass
Box underpass direncanakan dengan
menggunakan metode faktor beban (LRFD)
Gambar 5.
Diagram alir perencanaan
DIMENSI BOX
Lebar Luar box, L = 9.750 m
Tinggi Luar box, H = 6.175 m
Tebal plat dinding samping, b1 = 0.75 m
Tebal plat lantai, t1 = 0.75 m
Tebal plat fondasi, t2 = 0.80 m
DIMENSI LAINNYA
Pada Lantai Atas
Tebal Timbunan, Sa = 0.90 m
Tebal Lapis Permukaan, ta = 0.10 m
Tinggi genangan air hujan, th = 0.05 m
Pada Lantai Bawah
Tebal Lapis Permukaan, tb = 0.25
Tinggi genangan air hujan, th = 0.05
BAHAN STRUKTUR
Mutu beton : K - 300
Kuat tekan beton
fc' = 0.83 * K / 10 = 24.90 MPa
Modulus elastik
Ec = 0.043 *(Wc)1.5 * √ fc' = 23452.95 Mpa
Angka poisson , x0001_u = 0.20
Modulus geser
G = Ec / [2*(1 + u)] = 9772.063711 Mpa
Koefisien muai panjang untuk beton,
a = 0.00001/ oc
Mutu baja :
Untuk baja tulangan dengan
D > 12 mm : U -40
Tegangan leleh baja,
fy' = U * 10 = 400 Mpa
Untuk baja tulangan dengan
D < 12 mm : U - 40
Tegangan leleh baja,
fy' = U * 10 = 400 Mpa
Specific Gravity
Berat beton bertulang, Wc = 25.00 kN/m3
Berat beton tidak bertulang (beton rabat)
Wc' = 24.00 kN/m3
Berat aspal padat, Wa = 22.00 kN/m3
Berat jenis air, Ww = 10.00
Berat timbunan tanah dipadatkan
Ws = 17.20 kN/m3
Berat timbunan pilihan, Wt = 18.00 kN/m3
Hasil dan Pembahasan
Analisis Beban
a.
Berat Sendiri (MS)
Tabel 1. Faktor beban untuk berat sendiri
Tipe Bahan |
Faktor Beban (gMS) |
||||
Keadaan
batas layan (gSMS) |
Keadaan batas ultimit (gUMS) |
||||
Bahan |
|
Biasa |
Terkurangi |
|
|
Tetap |
Baja |
1,00 |
1,10 |
0,90 |
|
Alumunium |
1,00 |
1,10 |
0,90 |
|
|
Beton
Pracetak |
1,00 |
1,20 |
0,85 |
|
|
Beton
dicor di tempat |
1,00 |
1,30 |
0,80 |
|
|
Kayu |
1,00 |
1,40 |
0,70 |
|
Berat sendiri ( self weight ) adalah berat bahan dan bagian Box Underpass yang merupakan elemen struktural, ditambah dengan elemen non-struktural yang dipikulnya dan bersifa tetap. Berat sendiri Box Underpass dihitung dengan meninjau selebar 1 m (tegak lurus bid.gambar) sebagai berikut:
Berat sendiri plat lantai,
QMS = h1 * wc = 18.75 kN/m
Berat sendiri plat dinding samping,
PMS = H * b1 * wc = 115.78 kN
Gambar 6. Model pembebanan
b. Beban
Mati Tambahan (MA)
Beban mati tambahan (superimposed dead load), adalah berat seluruh bahan yang menimbulkan suatu beban pada Box Underpass yang merupakan elemen non-struktural, dan mungkin besarnya berubah selama umur Box Underpass. Box Underpass dianalisis harus mampu memikul beban tambahan seperti :
1) Timbunan Tanah,
2) Penambahan lapisan aspal (overlay) di kemudian hari,
3) Genangan air hujan jika sistim drainase tidak bekerja dengan baik,
Tabel 2. Faktor beban untuk beban mati tambahan
Tipe Bahan |
Faktor Beban (gMA) |
||||
Keadaan
batas layan (gSMA) |
Keadaan batas ultimit (gUMA) |
||||
Keadaan |
|
Biasa |
Terkurangi |
|
|
Tetap |
Umum |
1,00(1) |
2,00 |
0,70 |
|
khusus
(Terawasi) |
1,00 |
1,40 |
0,80 |
|
|
CATATAN(1) Faktor beban layan sebesar
1,3 digunakan untuk berat ultilitas |
A. Pada Slab Atas
1 Timbunan Tanah tebal 0.90 (m), berat 17.20 (kN/m3) dalam satuan Panjang 15.48 kN/m
2 Lapisan aspal 0.10 m 22.00(kN/m3)
dalam satuan Panjang 2.20 kN/m
3 Air hujan 0.05 m 10.00(kN/m3)
Dalam satuan pajang 0.50 kN/m
Total beban mati tambahan : gMA1 = 18.18 kN/m
c.
Tekanan Tanah (TA)
Pada bagian tanah di belakang dinding yang dibebani lalu-lintas, harus diperhitungkan adanya beban tambahan yg setara dengan tanah setebal 0,70 m yang berupa beban merata ekivalen beban kendaraan pada bagian tersebut. Tekanan tanah lateral dihitung berdasarkan harga nominal dari berat tanah ws, sudut gesek dalam f, dan kohesi c dengan:
Tanah Aktif
f = Sudut geser tanah 30.00 °
q = sudut pada dinding belakang terhadap garis horizontal 0.00 °
d = sudut geser antara urukan dan dinding untuk analisa stabiltas 30.°
untuk analisa struktural 10.°
a = sudut pada urukan terhadap garis Horizontal 0.° untuk analisa stabilitas
Ka = 0.297
Beban tekanan tanah pd plat dinding,
gTA1 = 0,70 * ws * Ka = 3.578 kN/m
gTA2 = gTA1 + H2 * ws * Ka = 198.48 kN/m
untuk analisa struktural Ka' = 0.308
gTA1 = 0,70 * ws * Ka = 3.714 kN/m
gTA2 = gTA1 + H2 * ws * Ka = 206.02 kN/m
1.
Beban Lalu-Lintas
a.
Beban Lajur "D" (TD)
Beban terbagi rata (BTR) mempunyai intensitas q kPa dengan besaran q tergantung pada panjang total yang dibebani L yaitu seperti berikut :
q = 9.0 kPa untuk L ≤ 30 m
q = 9,0 *( 0,5 + 15 / L ) kPa untuk L > 30 m
Beban garis terpusat (BGT) dengan intensitas p kN/m harus ditempatkan tegak lurus terhadap arah lalu lintas pada jembatan. Besarnya intensitas p adalah 49,0 kN/m. Untuk mendapatkan momen lentur negatif maksimum pada jembatan menerus, BGT kedua yang identik harus ditempatkan pada posisi dalam arah melintang jembatan pada bentang lainnya.
Untuk panjang bentang,
L = 9.75 m
q = 9.00 kPa
BGT mempunyai intensitas,
p = 49.00 kN/m
Faktor beban dinamis dalam persen untuk gorong-gorong dan struktur yang terkubur lainny harus diambil sebagai berikut:
Untuk harga, L = 9.75 FBD = 0.4
Beban hidup pada lantai,
BTR = gTD = 9.00 kN/m
BGT = gTD = (1 + FBD) * p = 68.6 kN
b. Beban
Truk "T" (TT)
Beban hidup pada lantai jembatan berupa beban roda ganda oleh Truk (beban T) yang besarnya,T = 112.5 kN
Faktor beban dinamis untuk pembebanan truk diambil,, FBD = 0.4
Beban truk "T" : gTT = ( 1 + FBD ) * T = 157.5 kN
c.
Gaya Rem (TB)
Pengaruh percepatan dan pengereman lalu-lintas diperhitungkan sebagai gaya dalam arah memanjang jembatan dan dianggap bekerja pada permukaan lantai kendaraan. Besar gaya rem diperhitungkan sebesar 5% dari Berat Truk Rencana ditambah Beban Lajur (BTR)
Gaya rem per meter lebar,
gTB = (5% * T) + BTR = 14.63 kN
d. Beban
Angin (EW)
Gaya angin tambahan arah horisontal pada permukaan lantai Box Underpass akibat bebanangin yang meniup kendaraan di atas lantai Box Underpass:
Tabel
3. Beban Angin
Sudut |
Komponen tegak lurus |
Komponen sejajar |
derajat |
N/mm |
N.mm |
0 |
1,46 |
0,00 |
15 |
1,28 |
0,18 |
30 |
1,20 |
0,35 |
45 |
0,96 |
0,47 |
60 |
0,50 |
0,55 |
Beban akibat transfer beban angin ke lantai jembatan, gEW = 1.46 kN/m
e.
Pengaruh Temperatur (ET)
Faktor beban ultimit :
KET =1.20
Untuk
memperhitungkan tegangan maupun deformasi struktur yang timbul akibat
pengaruhtemperatur, diambil perbedaan temperatur yang besarnya setengah dari
selisihantara temperatur maksimum dan temperatur minimum rata-rata pada lantai
jembatan
Temperatur maksimum rata-rata, Tmax = 40 oC
Temperatur minimum rata-rata, Tmin = 15 oC
Koefisien muai panjang untuk beton, α = 1.00E-05/oC
Modulus elastis beton, Ec = 23452.95 kPa
Perbedaan temperatur pada plat lantai, ΔT = ( Tmax - Tmin ) / 2 =12.5 oC
Perhitungan Spring Pada Dasar Box
Kv = 0,422 x 28N x BH-3/4 (Kg/cm3)
Kh = 0,512 x 28N x BH-3/4 (Kg/cm3)
dimana :
Kv = Koefisien Spring tanah dasar
N = Harga SPT
N = 10 (dikonversi dari qc sondir)
BH = Lebar Pembebanan Pondasi (cm)
= 100 cm
Kv = 0,422 x 28N x BH-3/4 (Kg/cm3)
Kv = 3.737 kg/cm3 37365.47283 kN/m3
Kh = 0,512 x 28N x BH-3/4 (Kg/cm3)
Kh = 4.533 kg/cm 345334.41254 kN/m3
2.
Kombinasi Beban Ultimit
Tabel 4. Kombinasi Beban Ultimit
Keadaan Batas |
MS MA TA PR PL SH |
TT TD TB TR TP |
EU |
EWS |
EWL |
BF |
Eun |
TG |
ES |
Gunakan Salah Satu |
||
EQ |
TC |
TV |
||||||||||
Kuat I |
gr |
1,8 |
1,00 |
- |
- |
1,00 |
0,50/1,20 |
gr |
gr |
- |
- |
- |
Kuat II |
gr |
1,4 |
1,00 |
- |
- |
1,00 |
0,50/1,20 |
gr |
gr |
- |
- |
- |
Kuat III |
gr |
- |
1,00 |
1,40 |
- |
1,00 |
0,50/1,20 |
gr |
gr |
- |
- |
- |
Kuat IV |
gr |
- |
1,00 |
- |
- |
1,00 |
0,50/1,20 |
- |
- |
- |
- |
- |
Kuat V |
gr |
- |
1,00 |
0,40 |
1,00 |
1,00 |
0,50/1,20 |
gr |
gr |
- |
- |
- |
Ekstrem I |
gr |
gEQ |
1,00 |
- |
- |
1,00 |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
Ekstrem II |
gr |
0,50 |
1,00 |
- |
- |
1,00 |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
Daya Layan I |
gr |
1,00 |
1,00 |
0,30 |
1,00 |
1,00 |
0,50/1,20 |
gr |
gr |
- |
- |
- |
Daya Layan II |
1,00 |
1,30 |
1,00 |
- |
- |
1,00 |
0,50/1,20 |
- |
- |
1,00 |
- |
- |
Daya Layan III |
1,00 |
0,80 |
1,00 |
- |
- |
1,00 |
0,50/1,20 |
gr |
gr |
- |
1,00 |
1,00 |
Daya Layan IV |
1,00 |
- |
1,00 |
0,70 |
- |
1,00 |
0,50/1,20 |
- |
1,00 |
- |
- |
- |
Fatik (TD dan TR) |
- |
0,75 |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
Catatan: - gr dapat berupa gMS, gMA, gTA, gPR, gPL, gS tergantung beban yang ditinjau
-gEQ adalah factor beban hidup kondisi gempa
PERHITUNGAN SLAB
PEMBESIAN SLAB
TULANGAN LENTUR
Momen rencana tumpuan :
Mu = 758.270 kNm
Kuat Tekan Beton
K-300 Kg/cm2
f'c = 24.9 Mpa
Modulus Elastisitas Beton
= 4700 √f'c = Ec = 23452.95291 Mpa
Angka Poison, u = 0.2
BAJA TULANGAN
Untuk Baja Tulangan dengan D < 12mm : U -39
Tegangan Leleh Baja, fy =390 Mpa
Untuk Baja Tulangan dengan D > 12mm : U - 39
Tegangan Leleh Baja, fy =390 Mpa
Tebal Slab beton, h =750.00 mm
Jarak tulangan terhadap sisi luar beton, d' = 80 mm
Modulus elastis baja, Es = 210000 MPa
Faktor bentuk distribusi tegangan beton, b1 = 0.85
rb=b1*0.85*fc’/fy*600/(600+fy) =
rb=0.027957
Rmax = 0.75 * rb * fy * [1 – ½*0.75* rb * fy / ( 0.85 * fc’ ) ] = 6.5977
Faktor reduksi kekuatan lentur, ϕ = 0.9
Momen rencana ultimit, Mu = 7 58.270 kNm
Tebal efektif slab beton, d = h - d' = 670 mm
Ditinjau slab beton selebar 1 m, b = 1000mm
Momen nominal rencana, Mn = Mu / ϕ = 842.522 kNm
Faktor tahanan momen, Rn = Mn * 10-6 / ( b * d2 ) = 1.8769
Rn < Rmax (OK)
Rasio tulangan yang diperlukan :
ρ = 0.85 * fc / fy * [ 1 - √ * [1 – 2 * Rn / ( 0.85 * fc’ ) ] =0.00505
Rasio tulangan minimum, ρ min = 0,5 / fy =0.00128
Rasio tulangan yang digunakan, ρ = 0.00505
Luas tulangan yang diperlukan, As = ρ* b * d =3381.6 mm2
Diameter tulangan yang digunakan, D 32mm
Jarak tulangan yang diperlukan,
s = π/ 4 * D2 * b / As =237.8307887 mm
Digunakan tulangan, D32 - 200
As = π/ 4 * D2 * b / s=4021.24mm2
Untuk tulangan bagi
As' = 1608.495 mm2
Diameter tulangan yang digunakan, D 22mm
Jarak tulangan yang diperlukan,
s = π/ 4 * D2 * b / As =236.328125 mm
Digunakan tulangan,
D22 - 200
As = π/ 4 * D2 * b / s=1608.50mm2
PEMBESIAN SLAB
TULANGAN LENTUR
Momen rencana lapangan :
Mu = 700.490 kNm
Kuat Tekan Beton K-300 Kg/cm2
f'c =24.9Mpa
Modulus Elastisitas Beton
= 4700 √f'c = Ec =23452.95291Mpa
Angka Poison u = 0.2
BAJA TULANGAN
Untuk Baja Tulangan dengan D < 12mm :
U -39
Tegangan Leleh Baja, fy = 390 Mpa
Untuk Baja Tulangan dengan D > 12mm : U -39
Tegangan Leleh Baja, fy = 390 Mpa
Tebal Slab beton, h = 750.00 mm
Jarak tulangan terhadap sisi luar beton, d' = 80 mm
Modulus elastis baja, Es = 210000 MPa
Faktor bentuk distribusi tegangan beton, b1 = 0.85
rb = b1* 0.85 * fc’/ fy * 600 / ( 600 + fy ) =
rb = 0.027957
Rmax = 0.75 * rb * fy * [1 – ½*0.75* rb * fy / ( 0.85 * fc’ ) ] = 6.5977
Faktor reduksi kekuatan lentur,
ϕ =0.8
Momen rencana ultimit, Mu =700.490 kNm
Tebal efektif slab beton, d = h - d' = 670 mm
Ditinjau slab beton selebar 1 m, b =1000 mm
Momen nominal rencana, Mn = Mu / ϕ = 875.613 kNm
Faktor tahanan momen, Rn = Mn * 10-6 / ( b * d2 ) = .9506
Rn < Rmax (OK)
Rasio tulangan yang diperlukan :
r= 0.85 * fc’ / fy * [ 1 - √ * [1 – 2 * Rn / ( 0.85 * fc’ ) ] =0.00526
Rasio tulangan minimum,
ρ min = 0,5 / fy =0.00128
Rasio tulangan yang digunakan,
ρ = 0.00526
Luas tulangan yang diperlukan,
As = ρ * b * d =3521.52 mm2
Diameter tulangan yang digunakan,
D 32mm
Jarak tulangan yang diperlukan,
s = π/ 4 * D2 * b / As =228.38 mm
Digunakan tulangan,
D32 - 200
As = π/ 4 * D2 * b / s=4021.24 mm2
Untuk tulangan bagi
As' =1809.557 mm2
Diameter tulangan yang digunakan,
D 22mm
Jarak tulangan yang diperlukan,
s = π/ 4 * D2 * b / As =210.06mm
Digunakan tulangan, D22 - 200
As = π/ 4 * D2 * b / s=1809.56 mm2
TULANGAN GESER
Gaya geser ultimit rencana,
Vu = 448.46 kN
Vu = 448460 N
Kuat tekan beton,
fc' = 24.9 MPa
Tebal efektif slab beton,
d = 670 mm
Ditinjau slab selebar,
b = 1000 mm
Vc = (√fc') /6*b*d*10-3 =557215.5 N
f =0.75
f * Vc = 417911.66N
f * Vc <Vu==Perlu Tulangan Geser
Gaya geser yang dipikul oleh tulangan geser :Vs = Vu - f Vc =30548 N
Untuk tulangan geser digunakan besi tulangan :D =13
Jarak tulangan geser arah y,
Sy = 400 mm
Luas tulangan geser,
Asv = p/4*D2*( b / Sy ) =331.831mm2
Jarak tul. geser yang diperlukan,
Sx = Asv * fy * d / (Vs ) =2838mm
Digunakan tulangan geser : D 13
Jarak Arah x, Sx= 400 mm
Jarak Arah y, Sy = 400 mm
PELAT DINDING SAMPING
PEMBESIAN TULANGAN LENTUR
Mutu Beton :K-300
Kuat tekan beton, fc' = 24.9 Mpa
Mutu Baja : U-39
Teganagan leleh baja fy = 390 Mpa
Dimensi Pelat Dinding By= 6.18 m
h= 0.75 m
Ditinjau Pelat Dinding selebar 1 m :
Lebar Pelat Dinding, b= 1000 mm
Tebal Pelat Dinding, h= 750 mm
Luas penampang Pelat Dinding yang ditinjau, Ag = b * h = 750000 mm2
Pu = Gaya aksial ultimit pada Pelat Dinding (kN)
Mu = Momen ultimit pada Pelat Dinding (kNm)
f.Pn = Pu
a = f.Pn / (fc'.Ag) = Pu*103 / (fc' * Ag)
f.Mn = Mu
b = f.Mn / (fc'.Ag.h) = Mu*106 / (fc'*Ag* h)
|
HASIL ANALISA BEBAN |
UNTUK
LEBAR 1M |
||||||||
No |
Kombinasi BEBAN ULTIMIT |
Pu (Kn) |
Mu (Kn-m) |
Pu (Kn) |
Mu (Kn-m) |
a |
b |
|
||
1 |
KOMBINASI
- 1 |
592.95 |
758.27 |
592.95 |
758.27 |
0.032 |
0.0541 |
|
||
2 |
KOMBINASI
- 2 |
551.69 |
685.03 |
551.69 |
685.03 |
0.03 |
0.0489 |
|
||
3 |
KOMBINASI
- 3 |
445.79 |
466.49 |
445.79 |
466.49 |
0.024 |
0.0333 |
|
||
4 |
KOMBINASI
- 4 |
591.92 |
693.31 |
591.92 |
693.31 |
0.032 |
0.0495 |
|
||
5 |
KOMBINASI
- 5 |
442.94 |
463.31 |
442.94 |
463.31 |
0.024 |
0.0331 |
|
||
6 |
KOMBINASI
- 6 |
552.50 |
634.51 |
552.50 |
634.51 |
0.03 |
0.0453 |
|
||
Jarak tulangan terhadap sisi luar beton,
d' = 80mm
h' = h - 2*d' = 590 mm
h' / h = 0.787
Nilai a = f.Pn / (fc'.Ag) dan b = f.Mn / ( fc'.Ag.h ) diplot ke dalam diagram interaksi diperoleh,
Rasio tulangan yang diperlukan,
ρ = 0.500%
Luas tulangan yang diperlukan :
As = ρ * b * h =3750 mm2
Diameter tulangan yang digunakan,
D = 32mm
Tulangan tekan
D = 25mm
Jarak tulangan yang diperlukan,
S = p/4* D2 * b / (1/2 * As) =214.47 mm
Digunakan :
Tulangan tekan, 1 lapis D 32-200 dan ρ = 0.54%
Tulangan tarik, 1 lapis D 25-200 dan ρ = 0.33%
Total = 0.86%
Diagram iteraksi dinding beton pada gamabar dibawah ini.
1. A -1'4 -b
-d
= 1,4 1000.507
392
= 1810,714
mm2
Dari ketiga nilai diatas, dipilih yang terbesar. Maka dipilih nilai luas tulangan sebesar
10048,159 mm2. Karena
tulangan rangkap, maka dipakai luas tulangan 5024,080mm2 Tulangan
pokok yang digunakan adalah tulangan ulir dengan diameter
40. Maka jarak antar tulangannya bisa dihitung sebagai berikut.
Sistem penulangan pada box culvert terlihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 7. Penulangan pada underpass
Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka
didapatkan kesimpulan sebagai berikut (1) Box
underpass dirancang dengan menggunakan beton mutu K - 300, dan baja
tulangan yang digunakan adalah mutu baja BjTD 40. (2) Dimensi box underpass yang
dirancang adalah masing - masing setebal 75 cm untuk pelat lantai atas, pelat
lantai pondasi tebal 100 cm dan pelat dinding tebal 75 cm. (3) Pada pelat lantai atas, tulangan pokok yang
digunakan adalah D32 - 200. Tulangan bagi yang digunakan adalah D22 - 300.
(4) Pada pelat lantai pondasi, tulangan pokok yang digunakan adalah D25 - 175.
Tulangan bagi yang digunakan adalah D22 - 200. (5) Pada pelat dinding, tulangan pokok yang digunakan adalah D32 - 200.
Tulangan bagi yang digunakan adalah D25 - 200. Sedangkan tulangan geser yang
digunakan adalah D16 - 400.
BIBLIOGRAFI
Alamsyah, A. (2022).
Perancangan Struktur Atas Jembatan Sei. Lukut Dengan Struktur Komposit
(Pembebanan Berdasarkan SNI 1725:2016). Jurnal TeKLA, 4(1).
https://doi.org/10.35314/tekla.v4i1.2638
Arifin, Z., Suyadi, & Sebayang, S. (2015). Analisis Struktur Gedung POP Hotel Terhadap Beban Gempa Dengan Metode Pushover Analysis. Jrsdd, 3(3).
Cook, R. A. (2002). Design Live Loads on Box Culvert. University of Florida.
Edward, G. N., & Nawy, P. E. (1998). Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar. Bandung: Refika Aditama.
Hasudungan, H. I., & Nurmaidah, N. (2021). Evaluasi perhitungan bangunan atas jembatan komposit. Journal Of Civil Engineering Building And Transportation, 5(1), 26–36.
Ilham, M. N. (2008). Perhitungan Struktur Box Culvert. Tersedia: Http://Dokumen. Tips/Documents/Desain-Box-Culvertpdf. Html.[22 Oktober 2015].
Kasuma, R. S. (2022). Analisis Perbandingan Volume Antara Metode Konvensional Dengan Aplikasi Revit 3D Pada Pekerjaan Box Culvert. Sondir, 6(2). https://doi.org/10.36040/sondir.v6i2.5551
Manurung, L. D. M., Sarifah, J., & Simbolon, R. H. T. (2022). Evaluasi Kapasitas Daya Dukung Pondasi Bored Pile Tiang Tunggal Dan Kelompok Pada Proyek Pembangunanbox Culvert Bh 14 A, 14 B Lintas Kereta Api Medan-Binjai. Jurnal Teknik Sipil (JTSIP), 1(2), 136–142.
Najoan, G. T., Lalamentik, L. G. J., & Palenewen, S. C. N. (2022). Analisa Uji Laik Fungsi Jalan Secara Teknis Pada Ruas Jalan Nasional Nomor Ruas 017 Batas Kota Manado–Wori Dari KM 3+ 051 Sampai KM 17+ 502 Di Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Media Engineering, 12(3), 225–236.
Pasaribu, B. C. H., Eratodi, I. G. L. B. , Ariawan, P. , & Wismantara, I. G. N. N. (2019). Evaluasi Perencanaan Struktur Jembatan Underpass Simpang Tugu Ngurah Rai, Badung, Bali. Jurnal Ilmiah TELSINAS, 2.
Prakasa, M., & Dwiyanto, A. (2017). Perencanaan Underpass Simpang Mandai Makassar Dengan Metode Jacked Box Tunnel. (Doctoral Dissertation, Institut Teknologi Sepuluh Nopember).
Prastiogo, R. (2023). Studi Perencanaan Underpass JL. S Supriyadi Gang III Klayatan Kecamatan Sukun Kota Malang.
Qosim, M., Priyono, P., & Dewi, I. C. (2016). Perencanaan Struktur Atas Jembatan Jalan Raya Dengan Kontruksi Lengkung Di Sungai Disanah Desa Marparan Kecamatan Sreseh Kabupaten Sampang. Jurnal Rekayasa Infrastruktur Hexagon, 1(1).
Raja, E. L., Endayanti, E., & Hutahean, N. (2022). Analisa Perhitungan Struktur Pondasi Tiang Pancang Abutment Jembatan Underpass Jalan Tol (STA 6+850) Pada Proyek Jalan Tol Langkat Sumatera Utara. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, 11(1). https://doi.org/10.46930/tekniksipil.v11i1.1716
Sulaiman, L., & Suppa, R. (2019). Studi Kuat Tekan Beton Recycle Agregat Terhadap Lingkungan Air Laut. PENA TEKNIK: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Teknik, 4(1). https://doi.org/10.51557/pt_jiit.v4i1.210
Copyright holder: Budiono (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |