Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
11, November 2024
STRATEGI INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION DALAM MEMBENTUK LOYALITAS SAKANA
FROZEN FOOD
Ridwan
Noor Riandi
Universitas Muhammadiyah
Jakarta, Indonesia
Email:
[email protected]
Industri saat ini merupakan
salah satu sektor utama dalam perekonomian Indonesia.
Industri pengolahan ikan merupakan industri yang berkembang dan berperan
sebagai penyumbang terbesar
dalam pembentukan Produk Domestik Bruto
Indonesia. Maka dari itu sebuah perusahaan dalam sektor industri
diharuskan mempunyai daya saing yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan
industri lainnya dan mampu mempertahankan posisinya. Integrated marketing
communication merupakan salah satu strategi atau konsep komunikasi pemasaran
dalam suatu perusahaan. Melalui Integrated
marketing communication, proses
pemasaran suatu produk
dari perusahaan dapat
berjalan dengan efektif sehingga mampu meningkatkan produktivitas, laba,
dan loyalitas dari perusahaan seperti
yang diterapkan pada Sakana Frozen Food. Penelitian ini disusun dengan tujuan untuk menganalisis Strategi Integrated marketing
communication dalam membentuk Loyalitas Sakana Frozen Food. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif Berdasarkan hasil
penelitian bahwa Sakana Frozen Food menerapkan 7 dari 8 langkah Integrated marketing
communication. Sakana Frozen Food tidak melibatkan strategi
Menetapkan bauran promosi total karena untuk
strategi tersebut Perusahaan memiliki
para Distributor serta agen untuk mengembangkan kreativitasnya. Diluar 8
strategi IMC tersebut Sakana Frozen Food menggunakan Maklon Strategi.
Kata Kunci: Sakana Frozen
food, Integrated marketing communication, Loyalitas
Industry is currently one of the main sectors in the
Indonesian economy. The fishing
industry is a growing industry and plays the largest contributor to the formation of Indonesia's Gross Domestic
Product. Therefore, a company in the industrial
sector requires higher competitiveness compared to other industrial companies
and is able to maintain
a position. Integrated marketing communication is one of the strategies or concepts of marketing communication in a company.
Through integrated marketing
communication, the marketing
process of a product from the company can run effectively so as to
increase productivity, profit,
and loyalty of the company as applied to Sakana
Frozen Food. This study was structured with the aim of analyzing
the Integrated marketing communication strategy in
forming Sakana Frozen Food Loyalty. The method
used in this study uses a case study method with an approach approach. Based on the research results that Sakana
Frozen Food applies 7 of 8 steps of Integrated
marketing communication. Sakana Frozen Food does not involve a strategy
to determine the total promotion
mix because for that strategy
the Company has Distributors
and agents to develop its creativity. Outside of these 8 IMC strategies,
Sakana Frozen Food uses the Maklon Strategy.
Keywords: Sakana Frozen food, Integrated marketing
communication, Loyalty
Industri saat ini merupakan
sektor utama dalam perekonomian Indonesia. Industri pengolahan ikan merupakan salah satu industri
yang berkembang dan berperan sebagai
penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Dalam perkembangan
sektor industri juga menimbulkan beragam persaingan yang sangat kompleks pada setiap industri
yang ada, baik secara langsung
ataupun tidak langsung.
Maka dari itu sebuah perusahaan dalam sektor industri diharuskan mempunyai daya saing
yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan industri lainnya dan mampu mempertahankan posisinya (Pratiwi
& Miraza, 2019).
Perkembangan
dunia usaha tidak dapat lepas dari persaingan bisnis yang menuntut banyak perusahaan untuk sangat kreatif dan
berinovasi. Hal ini memacu para
pengusaha untuk hanya dapat mempertahankan atau malah meningkatkan bisnis agar perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan sejenis. Untuk dapat memenangkan hal tersebut, beberapa
perusahaan melakukan usaha seperti memberikan juga menawarkan pelayanan
yang bermutu agar dapat memberikan kenyamanan dan kepuasan
bagi para pelanggan
atau pelanggannya. Selain itu ada salah satu strategi untuk bertahan dari persaingan dalam dunia usaha
saat ini adalah dengan
mempertahankan Loyalitas Pelanggan. Sebab dengan adanya loyalitas pelanggan
terhadap produk ataupun
jasa sebuah perusahaan, maka pelanggan tersebut
merasa puas untuk selalu menggunakan produk ataupun jasa yang
dimiliki perusahaan (Fian, 2016). Untuk itu pimpinan harus mengetahui hal-hal
apa saja yang dimiliki perusahaan dalam berusaha menghasilkan
kinerja sebaik mungkin, sehingga dapat memuaskan pelanggannya.
Menurut Hermanto (2020) loyalitas pelanggan adalah komitmen yang dimiliki pelanggan untuk melakukan pembelian kembali
secara terus menerus di masa mendatang
walaupun terdapat penyedia jasa
sejenis yang lainnya. Menurut Hermawan (2015) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan,
yaitu perhatian, saat penjual mampu melihat dan mengatasi seluruh
kebutuhan serta permasalahan pelanggan dengan cara memperhatikan pelanggan. kepercayaan, saat pelanggan percaya
terhadap kualitas dan pelayanan
yang diberikan oleh penjual maka timbul persepsi
positif dari pelanggan
kepada para penjual.
Perlindungan, yaitu saat penjual menjamin dan memberikan garansi dari produk atau jasa yang dijual. Kepuasan
akumulatif, yaitu saat pelanggan memberikan
penilaian secara keseluruhan terkait barang atau
jasa yang pelanggan beli terdapat
beberapa ciri pelanggan
menjadi loyal terhadap
suatu produk atau jasa, yaitu: melakukan pembelian secara berulang dan teratur, membeli produkatau jasa lain yang ditawarkan, mereferensikan produk atau jasa kepada orang lain, serta menunjukkan ketidaktertarikan produk sejenis yang
ditawarkan oleh pesaing (Abdullah et al.
Dengan
persaingan yang semakin
kompetitif ini, perusahaan harus dapat menunjukkan keunggulannya sehingga
dapat menarik lebih banyak pelanggan. Salah satu faktor penting
yang harus dimiliki organisasi bisnis untuk dapat menarik pelanggannya adalah kemampuan untuk
berkomunikasi dengan para pelangannya.
Secara sadar atau tidak, organisasi bisnis dalam proses bisnisnya
melakukan komunikasi kepada para pelanggannya. Komunikasi dalam organisasi
bisnis memiliki peranan yang penting
untuk terus menjaga
para pelanggan sehingga
melakukan pembelian berulang ke penyedia jasa
(Purwanti, 2020).
Dalam komunikasi, yang diproduksi adalah informasi, sedangkan
dalam bisnis, yang diproduksi adalah barang dan jasa. komunikasi dan bisnis tidak dapat
dipisahkan satu sama lain (Cahyani, et al.,
2021). Dengan adanya komunikasi, maka
barang atau jasa hasil produksi dapat dipasarkan, sehingga bisnis dapat terus berjalan (Sikowai, 2020). Suatu
bisnis hanya mungkin berlangsung jika ada dua orang atau lebih berinteraksi dan berkomunikasi.
Bisnis dapat dilakukan seseorang,
namun demikian pada umumnya bisnis dilakukan oleh suatu badan (organisasi), yakni bentuk kerjasama
dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan tertentu
(Praditya, 2019).
Integrated marketing communication (IMC) dianggap sebagai perapan komunikasi pemasaran yang tepat dapat mempengaruhi para calon pelanggan
untuk membuat suatu keputusan pembelian
sehingga dapat menyebabkan Loyalitas Pelanggan meningkat.
Komunikasi pemasaran yang dimaksud dalam paparan diatas adalah Personal Selling
(Penjualan Perseorangan)
dan Sales Promotion (Promosi
Penjualan) yang dilakukan oleh
karyawan gerai. Meningkatnya Loyalitas Pelanggan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu strategi
komunikasi yang paling efektif dalam mempengaruhi pelanggan
dalam melakukan pembelian
adalah dengan menerapkan promosi terutama Personal Selling.
Untuk
merangsang pembeli mempercepat pembelian adalah Personal Selling. Penjualan
perseorangan diharapkan mampu memberikan respon langsung
terhadap pembelian lebih cepat, karena penjualan perseorangan menghadapkan langsung seorang wiraniaga
kepada calon pembeli. Adanya Personal Selling,
agar dapat berkomunikasi, memberikan presentasi dan pemahaman
tentang produk yang ditawarkan kepada pelanggan, sehingga pelanggan
dapat merasakan pelayanan yang diberikan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tamindael (2021) menyatakan bahwa komunikasi
terhadap memiliki pengaruh positif pada pelanggan
H&M di Jakarta. Hal ini mengindikasikan bahwa komunikasi merupakan
peran penting yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan suatu produk dan diharapkan dapat menciptakan komitmen
pada pelanggan tersebut
yang kemudian akan meneruskan
pembeliannya di masa mendatang karena kesetiann pelanggan
kepada sebuah produk. Hermanto
(2020) juga menyatakan hal yang sama mengenai
komunikasi memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap
loyalitas pelanggan.
Berdasarkan
penjelasan diatas maka dari itu indutri tidak bisa luput dari sebuah komunikasi dan brand yang nantinya akan membuat suatu industri tersebut
menjadi terkenal oleh masyarakat. Fenomena
yang terjadi di Sakana Frozen Food merupakan salah satu sektor industri yang
bergerak dalam bidang produksi makanan
olahan berbasis dasar ikan dan udang. Produk
yang diproduksi tersebut
dikenal dengan label sakana. Produk sakana telah mendapatkan sertifikat halal MUI dan Izin dari Dinas Kesehatan
serta sertifikat Hazzard
Analysis Critical Control
Point (HACCP). Produk olahan
Sakana Frozen Food yang menggunakan
bahan baku ikan nila dengan penjualan
tertinggi adalah siomay dan kekian. Setiap produk memiliki
proses pengolahan dan lama produksi
yang berbeda. Sakana Frozen Food menjadi perusahaan pengolahan ikan dengan skala menengah.
Perusahaan ini berawal
dari usaha jual-beli
ikan segar yang berlokasi
di wilayah Jakarta Utara. Julah ikan tuna yang melimpah membuat pendiri Sakana Frozen Food berpikir
untuk mengembangkan produk ikan tuna segar menjadi suatu produk olahan.
Perkembangan usaha untuk pengolahan
ikan dimulai pada tahun 2009 sejak pabrik Sakana Frozen Food berpindah
lokasi ke daerah
Sawangan Depok dengan
memproduksi bakso ikan. Bakso
ikan tuna sebagai salah satu produk yang dihasilkan Sakana Frozen
Food dan menjadi produk andalan
mereka.
Sakana Frozen Food menerapkan beberapa sistem service delivery
dengan beberapa cara, yaitu; Dengan mengantarkan produk ke agen-agen yang nantnya akan memudahkan pelanggan
untuk membeli produk dan melakukan ecer kepada pelanggan
yang datang secara langsung ke perusahaan untuk membeli produk.
Sistem service delivery pada
CV. Sakana Indo Prima ini juga
diterapkan pada saat pendistribusian produknya, apabila berada pada jarak dekat service delivery akan
dilakukan menggunakan jasa kurir motor,
sedangkan jika berada
dalam jarak yang jauh
tapi masih dapat terjangkau seperti pada wilayah Bogor, Bandung dan Jakarta,
proses distribusi dapat dilakukan dengan menggunakan mobil. Namun,
apabila jarak jauh yang berada diluar jangkauan atau diluar jawa pendistribusian dapat dilakukan dengan menggunakan jasa paket (Nurdiansyah, 2016). Namun dalam setiap adanya industri makanan
biasanya terjadinya masalah
mengenai loyalitas produk akan produk makanan
tersebut, dikarenakan sistem komunikasi pada penjualan masih tergolong
kaku, dimana para pelanggan merasa kurang adanya inovasi komunikasi terakait produk, merk, dari segi produk yang dijual ke pelanggan, jadi pelanggan hanya datang dan beli tidak adanya pemberitahuan mengenai apa saja yang ada
di sakana frozen food untuk menarik
minat pelanggan, hal ini tentu saja akan merusak citra dari sakana frozen food yang sudah lama berdiri serta memiliki pelanggan yang loyal, maka dari itu Dalam Integrated
marketing communication nya
sendiri, Sakana Frozen Food
menerapkan komunikasi verbal dan nonverbal untuk melaksanakan sistem kerja pada perusahaannya agar terus berjalan
dengan baik sesuai dengan aturan,
prosedur dan instruksi
yang diberikan manajemen secara lisan dan tertulis.
Komunikasi ini diikuti oleh karyawan agar dapat berpartisipasi dalam
diskusi dan menyelesaikan masalah yang ada berkaitan
dengan proses penjualan pada Sakana Frozen Food.
Berdasarkan
uraian pada latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
seberapa besar “Strategi Integrated marketing communication dalam
membentuk Loyalitas Sakana Frozen Food”.
Penelitian ini disusun dengan tujuan untuk: “Untuk menganalisis Strategi Integrated
marketing communication dalam membentuk Loyalitas Sakana Frozen Food”
Teknik
yang digunakan peneliti dalam penelitian yang berfokus pada implementasi program pemerintah ini ialah wawancara,
observasi dan dokumentasi. Teknik
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur secara mendalam, dimana sebelum melakukan
wawancara peneliti membuat pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman wawancara berupa pertanyaan-pertanyaan
tertulis yang berkaitan dengan Strategi Integrated marketing
communication dalam mempertahankan loyalitas pelanggan Produk Sakana Frozen Food. Wawancara
dilakukan dengan daftar pertanyaan-pertanyaan open ended questions dan
digunakan untuk menjadi penghubung informan dengan memberi ruang untuk memperluas topik tertentu. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
dirancang untuk memaksimalkan deskripsi informan menceritakan pengalaman mereka saat melakukan segala kegiatan berkaitan
dengan Strategi Integrated marketing
communication dalam mempertahankan loyalitas pelanggan
Produk Sakana Frozen Food.
Analisis data merupakan tahapan
yang penting dalam proses penelitian, karena analisis data merupakan tahapan
untuk memecahan permasalahan yang ada dan untuk mencapai
tujuan akhir dari penelitian dengan
cara membuat kesimpulan yang dapat diceritakan atau dijelaskan kepada orang lain.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan model analisis Miles and Huberman dalam Sugiyono (2012).
Dalam buku mereka terdapat empat alur atau tahapan
kegiatan analisa data yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
1) Pengumpulan Data (Collecting Data)
2) Kondensasi Data (Data Condensation)
3) Penyajian Data (Data Display)
4) Penarikan Kesimpulan (Conclusions Drawing)
Hasil dan Pembahasan
Khalayak sasaran
akan sangat mempengaruhi keputusan dari perusahaan tentang apa yang akan disampaikan, kapan itu disampaikan, dimana itu disampaikan, dan siapa yang menyampaikan dalam penyebaran content
message. Dalam mengidentifikasi khalayak sasaran perusahaan diperlukan analisis segmentasi pasar. Segmentasi
merupakan salah satu strategi untuk memahami
struktur pasar dengan cara menggolongkan consumer yang aktual maupun potensial yang berbeda, yang
mungkin membutuhkan produk dan atau
bauran pemasaran tersendiri. Sakana Frozen Food mengincar segmentasi pasar ibu-ibu berumur 25-45, suka
kepasar dan terlibat dalam perkumpulan seperti ibu-ibu
PKK, atau pengajian.
Gambar 1. Kegiatan
Jual Beli ditoko
Untuk positioning dan differensiasi merupakan
salah satu upaya untuk membentuk citra Sakana Frozen Food yang
kaitannya dengan produk sejenis di pasaran.
Hal ini menjadi strategi yang sangat di pertahankan oleh pihak Sakana Frozen Food, begitu pula dalam menetapkan harga produknya, Sakana Frozen Food memberikan harga yang
terjangkau yang cocok untuk target konsumennya dibandingkan dengan bisnis
yang serupa.
Gambar 2. Produk Sakana dengan
Saos
Dari
percakapan diatas terkait Identifying the target market Sakana Frozen Food mengambil
Segmen ibu rumahan
berusia 25-45 dan aktif dikegiatan keorganisasian. Untuk positioning dan diferensiasi Sakana
mengambil ceruk pasar produk berbahan dasar ikan dan produk yang
sudah include saos didalamnya.
Dalam
menentukan tujuan dari komunikasi ada beberapa hal yang peneliti teliti
dari penerapan IMC pada Sakana Frozen
food diantaranya. Awareness adalah keadaan dimana seorang konsumen untuk
dapat mengenali atau mengingat
Kembali bagian dari suatu merek yang merupakan bagian dari produk tertentu. Jadi awareness adalah Langkah
awal konsumen dalam mengenali sebuah produk.
Gambar 3. Situasi di toko dalam membangun awareness
Terkait Hal apa yang pernah dilakukan
oleh Sakana food untuk membuat
consumer sadar terhadap
Sakana Frozen Food Perusahaan
sepenuhnya menyerahkan kreatifitasnya kepada para distributor atau agen. Hal itu
diamini setelah peneliti mewawancarai Bapak Iyan selaku agen Sakana Frozen Food di wilayah Depok yang
area jangkauannya meliputi Jabodetabek
Gambar 3. Plang Toko
Dalam hal menerima komentar Negatif Produk Sakana atau hal-hal
yang bersifat negatif dari
pelanggan terkait produk yang ada Sakana Frozen
Food menerapkan hotlink pengaduan sebagai sarana komunikasi antara perusahaan
dengan para konsumen. Selanjutnya
Kegiatan yang pernah dilakukan Sakana agar menjadi pilihan pembelian
consumer, Perusahaan menekankan pentingnya penerapan 4P, Price, Place, Product, dan Promotion
Gambar 4. Lokasi Strategis
Distributor Sakana Frozen Food
Terkait promosi
perusahaan memberikan keleluasaan bagi para agen dalam berkreasi
seperti salah satu agen Sakana frozen food
Gambar 5. Produk dan Harga Sakana sebagai media promosi
Wawancara
selanjutnya peneliti menelaah soal Seberapa banyak pelanggan yang pernah membeli
di toko sebanyak
lebih dari 1 kali dan Apa yang akan dilakukan oleh Sakana untuk membuat pelanggan
datang kembali untuk berbelanja kepada
agen.
Gambar 6. Pembelian
Konsumer terhadap produk
Sakana
Hasil dari wawancara diatas tahapan consumer
sehingga membeli produk Sakana Frozen
Food adalah sebagai berikut :
Gambar 7. Kottler : 2020 : 427
Setelah
menentukan respons audiens yang diinginkan, Perusahaan kemudian beralih
ke mengembangkan pesan yang efektif.
Idealnya, pesan harus mendapat perhatian, menimbulkan minat, membangkitkan keinginan consumer untuk membeli, dan mendapatkan Tindakan.
Gambar 8. Design Packaging Sakana
Gambar 9. Struktur Pesan “Maju Bersama
Sakana”
Dari wawancara
diatas Message yang digaungkan oleh Sakana Frozen
Food adalah Mutu Produk dan Regulasi. Mutu Produknya sendiri
indikatornya adalah Sakana Frozen Food tidak memakai bahan pengawet serta memakai bahan ikan diatas standard misalkan
standarnya adalah point 7 kami bahkan ada yang sampai
menyentuh point 10. Yang kedua adalah
soal Regulasi, kenapa regulasi karena konsumen sekarang sudah cerdas dan Jeli, mereka sebelum membeli
sering melihat dulu ada ga label halal,
POM, MD, dan SNI. Lalu untuk struktur pesan Sakana frozen food memakai media Mural untuk para distributor
dan Agen yang berupa “Maju Bersama Sakana”
Jadi Sakana frozen food menggunakan pendekatan Rasional dalam messagenya.
Terkait dengan
kerja sama bisnis dengan para mitra Sakana Frozen Food, ternyata pelanggan yang datang mendapat rekomendasi dari orang
lain atau Word of Mouth, kami mewawancari Bapak Iyan selaku Agen dari Sakana Frozen Food. Terkait Media apa yang
digunakan untuk menjangkau pelanggan, Agen Sakana food menjabarkan ada beberapa
metode yang diterapkan. Dari
hasil wawancara diatas Dalam memilih media komunikasi Sakana Frozen Food memiliki dud saluran
komunikasi, yakni personal communication channel dan nonpersonal.
Sakana Frozen Food dalam hal memilih Message Source ke
consumer memilih pesan yang disampaikan secara Push Strategy
Gambar 10. Penerapan Push Strategy
Dari hasil wawancara
diatas Sakana Frozen Food dalam hal memilih Message
Source ke consumer
memilih pesan yang disampaikan secara Push Strategy.
Dalam
hal anggaran promosi, target dan
kaitannya dengan kompetitor, Sakana memiliki trik khusus seperti hasil wawancara dibawah ini:
“Kami dalam hal promosi ada, tapi terbatas
hanya untuk para distributor saja selanjutnya untuk ke para consumer para distributor ini lah yang memainkan peran. Sebagai contoh
misalkan kami ada selisih antara Harga eceran tertinggi dan harga jual, nah, selisih
itu lah yang bisa dipakai
untuk biaya promosi. Mengenai target kami juga ada karena melihat
keterbatasan dalam Gudang pendingin jadi produksi harus terus berjalan
dan produk harus berputar, sampai
saat ini Alhamdulillah kami berhasil menjual 6 Ton
dalam satu hari, Lalu kaitannya dengan competitor kami lebih memilih
posisi yang cermat misalkan kalau saat ini yang sedang ramai
dikompetitor menggunakan trend open
reseller gede-gedean kami memilih stay dahulu dan mencermati jangan-jangan ini hanya trend sesaat, kalau ini hanya menjadi trend sesaat kan nanti sayang di budgetingnya”
Dalam hal Setting the total promotion mix Sakana
Frozen Food sangat terbatas hanya
sampai di para distributor, selanjutnya
tugas para distributor lah untuk mengembangkan kreatifitasnya.
Penting bagi setiap perusahaan untuk merencanakan sebuah strategi komunikasi pemasaran agar proses
komunikasi dapat berjalan efisien dan efektif.
Terkait dengan itu, bauran strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan
Sakana Frozen Food dalam membangun Loyalitas
produk adalah:
a. Periklanan (Advertising)
Periklanan
adalah salah satu alat komunikasi pemasaran yang bersifat
komersil dan non komersial yang memuat pesan dari sebuah organisasi
kepada khalayak melalui berbagai
media yang sifatnya massal. Hal ini sesuai dengan disampaikan oleh
General Manager Sakana Indo Prima sebagai berikut :
“Kami memakai
advertising yang non komersil seperti
brosur, papan Plang Nama,
dan banner baik itu di Toko Agen maupun di E-Commerce dan di google”
Gambar 11. Brosur Sakana Frozen Food
Pernyataan di
atas menjelaskan bahwa dari awal berdirinya Sakana Frozen Food menggunakan iklan dalam bentuk iklan offline
berbentuk banner, dan brosur serta di
media elektronik yaitu dan secara non komersil.
b. Penjualan perorangan (Personal Selling)
Penjualan
personal melibatkan komunikasi personal dalam kegiatannya. Tujuannya
adalah untuk melakukan
penjualan dengan membangun
hubungan kepada pelanggannya
dan menjaga nama baik dari perusahaan tersebut. Namun, peranan dari penjualan
personal bervariasi antar satu perusahaan dengan perusahaan lainnya.
Karena sifat
dalam Personal Selling ini bervariasi, Sakana Frozen Food adalah
bisnis yang tidak memiliki
banyak tenaga dalam Personal
Selling.
Promosi penjualan
dipraktikkan untuk berbagai produk yang umumnya sudah ada dipasar. Selain itu, melalui promosi penjualan, merek
perusahaan akan semakin kuat hal ini
didasarkan oleh bentuk strategi insentif yang berikan oleh perusahaan dalam transaski produknya.
Promosi penjualan
Sakana Frozen Food melalui berbagai
cara, seperti pemberian diskon kepada para
distributor untuk soal harga, membuat katalog
produk, dan mengikuti
promo shopee dan maklun untuk menarik minat
pelanggan. Kegiatan ini dilakukan berbeda-beda setiap bulannya untuk mengetahui
antusias dari konsumen dalam mengetahui produk yang diciptkana sehingga
lebih banyak diminati oleh konsumen.
Kegiatan Public Relation dapat memberikan pengaruh
kuat terhadap kesadaran
public terhadap Perusahaan. Kegiatan Public Relation
dari Sakana adalah kegiatan yang bersifat social
sesuai yang dikatakan oleh Bapak Santoso selaku General Manager Sakana Frozen food.
Gambar 12. Karyawan
Sakana Frozen Food
Gambar 13. Pengajian Sakana
Frozen Food
Gambar 14. Kegiatan
Sakana Peduli Pendidikan
Gambar 15. Kegiatan
PR event produk perikanan
Dari hasil wawancara ini Sakana mempunyai
agenda dalam Public Relationnya yakni kajian mingguan,
Hiring karyawan perusahaan dari warga sekitar,
event dengan pemerintah dan Program Sakana Peduli Pendidikan. Kegiatan tersebut dilakukan
sebagai bentuk Coorporate Sosial Responsibility, sehingga harus memiliki tanggung jawab
sosial agar citra dan reputasi Sakana Frozen
Food di mata masyarakat bisa terbentuk
dengan baik.
Berbagai pilihan
komunikasi online / daring dapat menawarkan atau mengirim informasi
atau pesan kepada konsumen secara langsung dengan memperhatikan minat khusus
dan perilaku mereka.
Gambar 16. Website Sakana Frozen Food
Gambar 17. Instagram
Sakana Frozen Food
Sejalan dengan
wawancara peneliti dengan Bapak Santoso selaku General Manager Sakana Frozen Food, Bapak Iyan selaku distributor dari
Sakana Frozen food juga menuturkan
hal yang sama :
“Kalau aktivitas
pemasaran dikeagenan sendiri
kami menggunakan media online
kita ada akun instagram Karena kan pengguna
instagram dan facebook itu lumayan banyak kan mas lalu juga bisa dika iklankan disana jadi melalui media sosial
itu kita bisa dengan mudah untuk penjualan
produk, selain mengguankan media sosial itu kami juga menggunakan e- commerse”
Berdasarkan
wawancara diatas, Sakana Frozen Food menggunakan media social dan berbagai
macam platform dalam menyebarkan informasi
kepada khalayak.
Setelah perusahaan mengirim pesan atau konten merek lainnya, Perusahaan harus meneliti efeknya
pada audiens sasaran.
Kali Ini peneliti
melibatkan wawancara kepada consumer mengenai
apakah mereka mengingat
kontennya, bagaimana berkali-kali mereka melihatnya, poin apa yang mereka ingat, bagaimana perasaan mereka
terhadap konten, dan sikap mereka di masa lalu
dan sekarang terhadap Sakana frozen food dan perusahaan. Peneliti juga
ingin mengetahui perilaku yang
dihasilkan dari konten – berapa banyak orang yang membeli produk, berbicara dengan orang lain tentang hal itu,
atau mengunjungi toko.
Sejalan
dengan wawancara kami dengan Bang Zaki selaku Agen Sakana Frozen food yang mengambil produk pada distributor resmi, kami juga mewawancarai
Bapak Rachman Wicaksono selaku consumer dari Sakana Frozen Food.
Gambar 18. Proses Collecting Feedback
Dari
wawacara diatas Feedback dari para agen sampai consumer produk Sakana mendapat respon positif yakni
Message content dari perusahaan terkait mutu
pangan dan regulasinya berjalan. Namun ada masukan soal pengembangan produk
yakni penambahan produk yang berbahan
dasar ayam.
Aktivitas pemasaran dikatakan efektif apabila dalam setiap elemen dalam Integrated marketing communication telah dikerjakan secara terkoordinir dengan baik dan terarah.
Manurut
Kotler (2020) audien ini dapat berupa pengguna media sosial saat ini atau pembeli yang potensial,
mereka yang membuat keputusan pembelian atau
mereka yang mempengaruhinya. Semua khalayak umum mulai dari individu, kelompok,
publik khusus, atau masyarakat umum lainnya dapat menjadi penonton, pendengar, dan pembeli.
Sedangkan keputusan komunikator terkait apa yang harus dikatakan, bagaiamana mengatakannya, kapan dan dimana mengatakannya, dan siap yang mengatakannya akan sangat mempengaruhi target/sasaran yang
dituju.
Identifikasi audiens,
sebagai langkah awal untuk melaksanakan strategi komunikasi
pemasaran adalah menganalisa target
pasar untuk menentukan trik dan
strategi yang diambil oleh pelaku usaha. Dalam hal ini Identifying the target market Sakana Frozen Food mengambil Segmen
ibu rumahan berusia 25-45 dan aktif dikegiatan keorganisasian. Untuk positioning dan diferensiasi Sakana mengambil ceruk pasar produk berbahan
dasar ikan dan rasa yang khas.
Menurut
Kotler (2020) pemasar harus menentukan respons yang diinginkan setelah menentukan target audiens. Tentu saja, mereka
akan sering mencari respons
pembelian. Namun, pembelian
hanya dapat terjadi setelah proses pengambilan keputusan konsumen yang
panjang. Komunikator pemasaran harus memahami di mana
target audiens sekarang dan ke mana harus dipindahkan. Target
audien dapat berada di salah satu dari enam tahap kesiapan pembeli, yang merupakan
tahap yang dilalui
sebagian besar konsumen
sebelum melakukan pembelian. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
kesadaran, pengetahuan, kesukaan,
preferensi, keyakinan, dan pembelian.
Dalam
menentukan tujuan dari komunikasi ada beberapa hal yang peneliti teliti dari penerapan
IMC pada Sakana Frozen food Setelah audiens
target ditentukan, Sakana
Frozen Food menentukan respons yang diinginkan. Tentu saja, dalam
banyak kasus, perusahaan akan mencari respons
pembelian. Tetapi pembelian
produk dapat terjadi
hanya setelah proses pengambilan keputusan
konsumen yang panjang. Pada awalnya Sakana Frozen Food perlu tahu di
mana audiens target sekarang berdiri
dan ke tahap apa itu perlu dipindahkan. Sasaran, tujuan konsumer mungkin
berada di salah satu dari enam tahap kesiapan pembelian, tahap yang biasanya
dilalui konsumen melalui
perjalanan mereka untuk melakukan
pembelian. Tahapan tersebut adalah
Gambar 19. Kottler : 2020 : 427
Pada Tahapan ini Word of Mouth berperan penting seperti
transkip wawancara dengan Bapak
Rachman Wicaksono selaku Konsumer dari Sakana Frozen Food dibawah
ini :
“Sakana tuh saya konsumsi
pertama sekitar tahun 2018an, mas. Awalnya
Cuma makan biasa aja dimsum sama otak-otak di café yang kata temen saya enak, pas saya tanya sama waitersnya mereka
pake merk Sakana,
sampe sekarang ketagihan
mas.”
Dari percakapan diatas
penerapan dalam Determining the communication Object
dari Sakana Frozen Food berhasil dilaksanakan.
Setelah menentukan
respons audiens yang diinginkan. Perusahaan kemudian beralih ke mengembangkan
pesan yang efektif. Menurut Kotler (2020)
Perusahaan harus memutuskan ada dua point dalam Designing Message yaitu apa yang akan disampaikan (Message Content)
dan bagaimana cara
penyampaiannya (Message structure and
format Message) Message Content berisi pesan Emosional, Rasional
dan Moral dan Message
Structure & format message) berisi
Penarikan kesimpulan atau menyerahkan kesimpulan kepada audien, Penyajian
Argument diawal atau diakhir, dan penyajian argument sepihak atau dua pihak.
Dalam
kasus ini yang digaungkan oleh Sakana Frozen Food adalah Pesan Rasional dan argument kedua pihak seperti
Mutu Produk dan Regulasi. Mutu Produknya
sendiri indikatornya adalah Sakana Frozen Food tidak memakai bahan pengawet serta memakai bahan ikan diatas
standard misalkan standarnya adalah point
7 kami bahkan ada yang sampai menyentuh point 10. Yang kedua adalah soal Regulasi, kenapa regulasi karena
konsumen sekarang sudah cerdas dan Jeli, mereka
sebelum membeli sering melihat dulu ada ga label halal, POM, MD, dan SNI.
Dalam memilih media komunikasi Sakana Frozen Food memiliki dua saluran komunikasi, yakni personal communication channel
dan nonpersonal. communication channel Personal communication channel salah
satunya Mempermudah dua atau lebih orang
untuk berkomunikasi face to face atau perusahaan ke konsumernya
Nonpersonal Communication channel adalah saluran komunikasi yang membawa pesan tanpa melibatkan kontak antarpersonal antara pengirim dan penerima. Saluran non-personal meliputi media massa dan media selektif. Sebagian besar pesan non-pribadi dikirim ke banyak individu sekaligus dan melalui media berbayar dalam hal ini Sakana frozen food menggunakan para mitra dari distributor, agen sampai reseller, untuk nonpersonal meliputi sosmed ada IG, FB, Website, Advertising kaya banner dan brosur.
Pesan
yang disampaikan oleh seorang narasumber yang sangat kredibel lebih persuasif untuk di dengar. Dengan
demikian, banyak perusahaan makanan mempromosikan kepada dokter, dokter gigi, dan penyedia layanan
kesehatan lainnya untuk
memotivasi para profesional ini agar merekomendasikan produk mereka kepada pasien. Dan perusahaan
mempekerjakan endorser selebriti untuk menjangkau
lebih luas target marketnya. Sakana Frozen Food dalam hal memilih Message Source ke consumer memilih
pesan yang disampaikan secara Push Strategy
yaitu jaringan komunikasi dari perusahaan ke distributor lalu kea gen berlanjut
ke reseller dan terakhir ke tangan konsumen.
Pesan
yang disampaikan oleh para Distributor mengenai Sakana
Frozen Food akan lebih didengar dengan
para agen, reseller
sampe konsumernya.
Gambar 20. Kottler : 2020 : 435
Dalam menjalankan Setting the total promotion mix ada beberapa tahapan yang bisa dilakukan
1. Metode terjangkau
Beberapa perusahaan menggunakan metode yang terjangkau Mereka menetapkan anggaran promosi pada tingkat yang mereka
inginkan. Karena perusahaan besar mampu menjalankannya. Pelaku UMKM
sering menggunakan metode ini, dengan alasan bahwa perusahaan tidak dapat membelanjakan lebih banyak untuk iklan daripada
yang dimilikinya. Mereka mulai dengan total pendapatan, dikurangi biaya operasional dan pengeluaran modal, dan kemudian mencurahkan sebagian
dari dana yang tersisa untuk iklan. Sayangnya, metode penetapan anggaran
ini sama sekali mengabaikan efek promosi pada penjualan. Ini cenderung menempatkan promosi sebagai yang terakhir
di antara prioritas pengeluaran, bahkan dalam situasi di mana periklanan sangat penting untuk keberhasilan perusahaan. Ini mengarah pada anggaran promosi
tahunan yang tidak pasti, yang membuat perencanaan pasar jangka panjang menjadi sulit. Meskipun metode yang terjangkau dapat menghasilkan dalam pengeluaran yang berlebihan untuk iklan, lebih sering menghasilkan pengeluaran yang
kurang.
2. Metode persentase penjualan
Perusahaan lain menggunakan metode persentase penjualan, menetapkan anggaran
promosi mereka sebesar persentase tertentu dari penjualan saat ini atau yang diperkirakan. Atau mereka
menganggarkan persentase dari penjualan unit
harga. Metode persentase penjualan mudah digunakan dan membantu
manajemen memikirkan tentang
hubungan antara belanja
promosi, harga jual dan laba
per unit. Terlepas dari keuntungan yang diklaim ini, bagaimanapun, metode
persentase penjualan tidak banyak berpengaruh membenarkannya. Ini salah memandang penjualan sebagai penyebab promosi daripada
sebagai hasilnya.
3. Metode paritas kompetitif
Masih perusahaan lain menggunakan metode paritas kompetitif, menetapkan anggaran promosi
mereka untuk menyamai
pengeluaran pesaing. Mereka memantau iklan pesaing atau mendapatkan promosi
industri
perkiraan pengeluaran dari publikasi
atau asosiasi perdagangan dan
kemudian menetapkan anggaran mereka berdasarkan pada rata-rata industri.
Dua argumen yang mendukung
metode ini. Pertama, anggaran pesaing mewakili
kebijaksanaan kolektif dari industri. Kedua, membelanjakan apa yang dibelanjakan pesaing membantu mencegah perang promosi.
Dalam
hal promosi Sakana Frozen Food sangat terbatas hanya sampai di para distributor, selanjutnya tugas para distributor lah untuk mengembangkan kreatifitasnya.
Bauran
dalam strategi Integrated marketing communication yang digunakan oleh Sakana adalah :
Advertising
disini Sakana memakai Plang nama dan branding toko pada setiap mitra, banner dan brosur.
Dalam hal
ini Sakana memakai tenaga personal selling, namun jumlahnya sangat
terbatas yakni hanya dua orang saja
Promosi penjualan
Sakana Frozen Food melalui berbagai
cara, seperti pemberian diskon namun terbatas
hanya untuk para distributor
untuk soal harga, membuat katalog produk, dan mengikuti promo shopee dan
maklun untuk menarik minat pelanggan.
Kegiatan ini dilakukan berbeda-beda setiap bulannya
untuk mengetahui antusias dari konsumen dalam mengetahui produk yang
diciptkana sehingga lebih banyak
diminati oleh konsumen.
Sakana mempunyai
beberapa agenda dalam Public Relationnya yakni kajian mingguan,
Hiring karyawan dari masyarakat sekitar
dan Program Sakana Peduli Pendidikan. Kegiatan tersebut dilakukan
sebagai bentuk Coorporate Sosial Responsibility, sehingga
harus memiliki tanggung jawab sosial
agar citra dan reputasi Sakana Frozen
Food di mata masyarakat bisa terbentuk dengan baik.
Sakana Frozen Food menggunakan media social dan berbagai macam
platform dalam menyebarkan
informasi kepada khalayak.
Feedback dari para agen sampai consumer
produk Sakana mendapat
respon positif yakni Message content dari perusahaan terkait mutu pangan
dan regulasinya berjalan.
Namun ada masukan
soal pengembangan produk yakni penambahan produk yang berbahan dasar ayam.
Dari 8
Strategi Integrated marketing
communication temuan dilapangan adalah
agen serta consumer mendapatkan message content dari strategi Sakana Frozen Food sesuai dengan transkip
wawancara dibawah ini dengan Bapak Iyan selaku distributor Sakana Frozen Food :
“Message Content dari Sakana kan mutu produk serta
regulasinya yang akhirnya membuat
saya selaku distributor bisa nih ngembangin ide mau diapain lah istilahnya dengan produk ini, dan dilain sisi jualnya
juga gampang mas, saya sehari
bisa sampe 1 ton. Dilain sisi menegement issue
nya bagus mas, kaya kalo ada saus yang pecah misalkan pihak pabrik langsung
investigasi biar gak ada lagi hal
serupa terjadi”
Sejalan dengan wawancara diatas,
konsumen memilih produk Sakana Frozen
Food karena terkena message contentnya,
“awalnya
itu saya Cuma iseng buat beli cemilan dirumah, tapi kok ini di packagingnya lengkap banget bang, ad
anomer MD, sampe SNI nya. Kaya gayung
bersambut, rasanya juga enak banget, sampe sekarang saya beli mulu bang”
Dalam
penerapan 8 Strategi Integrated marketing
communication Sakana Frozen Food tidak melibatkan strategi Setting the total promotion mix karena untuk strategi
tersebut Perusahaan membebaskan para Distributor serta agen untuk mengembangkan kreatifitasnya.
Sulvadi Wibowo selaku pakar Marketing dari Paris Baguette Restaurant mengatakan :
“Idealnya Semua itu
menyesuaikan budget, jadi ide marketing komunikasi menyesuaikan budget bukan uncontrolled budget by idea. Namun,
yang dilakukan Sakana ini bisa jadi merupakan
metide baru dalam hal marketing
komunikasi karena membebaskan para distributornya untuk berkreasi bahkan ada yang sampai kerja sama maklon”
Diluar 8
strategi IMC tersebut Sakana Frozen Food menggunakan Maklon Strategi, yakni Pemberian jasa dalam
rangka proses penyelesaian suatu barang tertentu yang proses pengerjaannya dilakukan oleh pihak pemberi jasa (disubkontrakkan),
yang spesifikasi, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau bahan penolong/pembantu yang akan diproses
sebagian atau seluruhnya disediakan oleh pengguna jasa, dan kepemilikan atas barang jadi
berada pada pengguna jasa. Sehingga para distributor atau agen yang menginginkan mempunyai
produk sendiri bisa bekerja
sama dengan Sakana Frozen Food.
Kesimpulan
Integrated marketing communication merupakan strategi atau konsep komunikasi pemasaran
dalam suatu perusahaan. Melalui Integrated
marketing communication,
proses pemasaran suatu produk dari perusahaan dapat berjalan dengan efektif sehingga
mampu meningkatkan produktivitas dan profit dari perusahaan.
Berdasarkan penyajian data yang diuraikan oleh peneliti serta hasil dari analisis data-data
yang telah diperoleh
dari berbagai sumber data, dapat
disimpulkan bahwa Sakana Frozen Food menerapkan 7 dari 8 langkah Integrated
marketing communication Sakana Frozen Food tidak melibatkan strategi
Setting
the total promotion mix karena untuk strategi tersebut Perusahaan
membebaskan para Distributor
serta agen untuk mengembangkan kreatifitasnya. Diluar 8 strategi IMC tersebut
Sakana Frozen Food menggunakan Maklon Strategi
Abdullah, A., Puspitasari, L., & Gemiharto, I.
(2017). Kajian kritis tayangan televisi favorit kelas menengah perkotaan. Jurnal
ProTVF, 1(1).
Ahmad, S. (2016). Pemanfaatan media sosial untuk
efektivitas komunikasi. Jurnal Humaniora Bina Sarana Informatika, 16(2).
Cahyani, Y. I., Sandi, M. A., Saputra, I., &
Savira, C. P. (2021). Makalah komunikasi bisnis skala makro/mikro - Kelompok
1.
Fian, J. (2016). Pengaruh kepuasan dan kepercayaan
pelanggan terhadap loyalitas pelanggan Auto 2000 Sungkono Surabaya. Jurnal
Ilmu dan Riset Manajemen, 5(6), 1–18.
Hermanto, A. P. (2020). Pengaruh komunikasi
interpersonal terhadap tingkat loyalitas pelanggan. Intelektiva: Jurnal
Ekonomi, Sosial & Humaniora, 1(12), 49–59.
Hermawan, H. (2015). Analisis pengaruh bauran
pemasaran terhadap keputusan, kepuasan, dan loyalitas pelanggan dalam
pembelian Roti Ceria di Jember. Jurnal Manajemen dan Bisnis Indonesia, 1(2).
Kotler, P. (2020). Principles of marketing
(8th European ed.). United States: Pearson Education.
Nurdiansyah, F. (2016). Proses produksi dan pemasaran
(Bakso) di CV. Sakana Indo Prima Depok-Jawa Barat. Retrieved from https://prezi.com/
Praditya, A. (2019). Pengaruh media sosial dan
komunikasi bisnis terhadap perkembangan bisnis online shop. Jurnal Semarak,
2(1), 31–43.
Pratiwi, F. D., & Miraza, Z. (2019). Dampak
komunikasi pemasaran terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan pada PT. Cahaya
Alam Sejati. ECOBISMA (Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Manajemen), 6(1),
79–89.
Purwanti, A. (2020). Pengaruh komunikasi
interpersonal terhadap tingkat loyalitas pelanggan. Jurnal Ekonomi, Sosial
& Humaniora, 1(12), 49–59.
Sikowai, D. P. N. (2020). Komunikasi industri CV.
Sakana Indo Prima. Laporan Praktek, Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta.
Sugiyono. (2012). Memahami penelitian kualitatif.
Bandung: Alfabeta.
Tamindael, M., & Ruslim, T. S. (2021). Pengaruh
komunikasi dan citra merek terhadap loyalitas merek dengan kepercayaan sebagai
mediasi. Jurnal Manajerial dan Kewirausahaan, 3(1), 236–244.
Wahyuningsih, S. (2013). Metode penelitian studi
kasus: Konsep, teori, pendekatan psikologi, komunikasi, dan contoh
penelitiannya. Madura: UTM Press.
Copyright
holder: Ridwan
Noor Riandi (2024) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |