Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 9, September 2024
PAKAIAN ADAPTIF:
INTEGRASI WEARABLE TECHNOLOGY SEBAGAI DAILY WEAR UNTUK PENYANDANG TUNA NETRA
Caroline Devina Gunawan1, Talia Nathanael2, Olivia Gondoputranto3
Universitas Ciputra, Surabaya, Indonesia1,2,3
Email:
[email protected]1, [email protected]2,
Abstrak
Inovasi
wearable technology dalam dunia fashion terus berkembang dari
masa ke masa dan semakin banyak fashion designer yang berlomba-lomba
memperkenalkan koleksi terbarunya. Namun sayangnya jika diperhatikan, masih
jarang dijumpai koleksi desain fashion terutama wearable technology
yang dikhususkan untuk tuna netra. Jika dilihat dalam aktivitas sehari-hari,
para penyandang tuna netra menghadapi berbagai keterbatasan dalam aktivitas
sehari-hari, terutama dalam hal mobilitas dan navigasi. Mereka sering kali mengalami
kesulitan dalam mendeteksi rintangan di lingkungan sekitar, seperti orang
ataupun benda di sekitarnya. Keterbatasan ini dapat menyebabkan mereka merasa
tidak aman, terutama di tempat-tempat yang ramai dan tidak dikenal. Melalui
pemikiran ini, dapat dipertimbangkan penggunaan wearable technology pada
fashion untuk para penyandang tuna netra. Sehingga dapat bermanfaat dalam
meningkatkan kemandirian dan rasa percaya diri dalam beraktivitas sehari-hari.
Penelitian ini akan mengambil celah untuk memperkenalkan dan menghasilkan
produk perancangan daily wear dengan implementasi wearable technology
yang dapat membantu penyandang tuna netra dalam aktivitas sehari-hari. Penelitian ini
bertujuan untuk memperkenalkan dan mengembangkan produk perancangan daily wear
yang mengintegrasikan wearable technology khusus untuk penyandang tunanetra. Menggunakan metode penciptaan
yang menggabungkan proses penciptaan kreatif (Creative method) dengan
metode Ilmiah (scientific method). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
wearable technology yang dirancang secara khusus untuk tunanetra dapat
memberikan manfaat signifikan dalam mendeteksi rintangan dan memudahkan
navigasi, sehingga meningkatkan rasa aman dan kenyamanan mereka. Integrasi
teknologi pada fashion untuk tunanetra memiliki potensi besar dalam
meningkatkan kualitas hidup mereka, namun pengembangan lebih lanjut diperlukan
untuk memastikan produk yang dihasilkan dapat diakses dan digunakan dengan
mudah oleh pengguna.
Kata
kunci: Daily
wear, Wearable technology, Fashion, Tuna netra
Abstract
Wearable technology innovation in
fashion continues to grow from time to time and more and more fashion designers
are competing to introduce their latest collections. But unfortunately, if you
pay attention, it is still rare to find fashion design collections, especially
wearable technology specifically for the blind. When seen in their daily
activities, blind people face various limitations in their daily activities,
especially in terms of mobility and navigation. They often have difficulty in
detecting obstacles in the surrounding environment, such as people or objects
around them. This limitation can cause them to feel unsafe, especially in
crowded and unfamiliar places. With this in mind, the use of wearable
technology in fashion for the visually impaired can be considered. So that it
can be useful in increasing independence and self-confidence in daily
activities. This research will take a gap to introduce and produce daily wear
design products with the implementation of wearable technology that can help
blind people in their daily activities. This research aims to introduce and
develop daily wear design products that integrate wearable technology
specifically for blind people. This research uses a creation method that
combines the creative creation process (Creative method) with the Scientific
method (scientific method). The results show that wearable technology designed
specifically for the visually impaired can provide significant benefits in
detecting obstacles and facilitating navigation, thus increasing their sense of
security and comfort. The integration of technology in fashion for the visually
impaired has great potential in improving their quality of life, however
further development is needed to ensure the resulting products can be accessed
and used easily by users.
Keywords: Daily
wear, Wearable technology, Fashion, Visually impaired
Pendahuluan
Tanpa
disadari sangat jarang dijumpai masyarakat tunanetra yang berpergian sendiri
atau berada di keramaian publik. Hal ini dikarenakan masyarakat tunanetra
memiliki beberapa kesulitan ketika berada di tempat keramaian atau aktivitas
tertentu
Tidak
jarang dijumpai perkembangan teknologi setiap zaman yang semakin maju ini juga
turut membantu aktivitas manusia termasuk para penyandang tunanetra. Penyandang
tunanetra juga menghadapi berbagai tantangan dalam pemilihan pakaian khusus
untuk sekedar berinteraksi sosial atau berada di keramaian public
Teknologi
wearable, seperti mikrokontroler yang terintegrasi dalam pakaian, dapat
membantu penyandang tunanetra mendapatkan umpan balik real-time tentang
warna, tekstur, atau perubahan lingkungan sekitarnya. Misalnya, sensor
ultrasonik dapat mendeteksi objek dan jarak mereka, yang kemudian dapat diubah
menjadi informasi auditif atau haptic untuk membantu pemakai menavigasi sekitar
barang-barang dan orang-orang
Meskipun
teknologi wearable seperti mikrokontroler dan sensor ultrasonik telah
menunjukkan potensi besar dalam hal ini, masih diperlukan penelitian lebih
lanjut dan pengembangan teknologi ini agar mereka dapat diintegrasikan dengan
baik dalam pakaian khusus dan benar-benar meningkatkan kualitas hidup
penyandang tunanetra dalam memilih dan mengenakan pakaian untuk sehari-hari
Penelitian
sebelumnya telah menunjukkan perkembangan teknologi yang membantu penyandang
tunanetra dalam meningkatkan kemandirian, terutama dalam mobilitas dan
pemilihan pakaian. Misalnya, penelitian oleh Nasution dan Nasution
Selain
itu, penelitian yang dilakukan oleh Purnomo
Dalam
konteks pemilihan pakaian, teknologi wearable yang lebih maju juga diusulkan.
Putra, Junus, dan Hadiwiyatno
Metode
Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode penciptaan yang menggabungkan proses penciptaan kreatif (Creative
method) dengan metode Ilmiah (scientific method) sehingga
menghasilkan metode penciptaan untuk produk wearable fashion. Penciptaan
kreatif akan dipakai dalam proses penciptaan desain busana daily wear.
Kemudian dalam metode penciptaannya, penelitian ini akan menggunakan Fashion Design Method for Wearable Technology. Metode penciptaan ini akan dimulai dengan menentukan sebuah fenomena ataupun permasalahan yang ada, dilanjutkan dengan riset tren, market dan produk yang sudah ada. Tahap berikutnya adalah mulai menyusun kerangka ide, melakukan evaluasi dan menentukan solusi desain, yang diteruskan dengan proses kreatif selanjutnya yaitu mendesain sketsa produk, hingga proses pembuatan prototipe produk.
Tahapan selanjutnya adalah pendekatan partisipatif dimana expert dan beberapa penyandang tuna netra akan dilibatkan dalam wawancara dan uji coba pemakaian wearable technology. Feedback yang diperoleh dari tahap ini akan digunakan menyempurnakan prototipe yang dihasilkan sebelumnya hingga menjadi sebuah produk daily wear berupa pakaian adaptif untuk penyandang tuna netra yang dilengkapi dengan wearable technology.
Secara
garis besar prosesnya akan terbagi menjadi 3 bagian besar seperti yang
dijelaskan pada gambar di bawah ini:
Gambar 1. Metode Penciptaan Fashion Design (for Wearable
Technology)
Sumber : Tenuta & Testa dalam Gondoputranto (2022)
Fase 1: Pada fase ini dilakukan analisa terhadap permasalahan yang dihadapi oleh penyandang tuna netra dimana mereka mengalami kesulitan dalam beraktivitas sehari-hari. Dilanjutkan dengan mengevaluasi ketersediaan jenis pakaian daily wear yang mungkin masih jarang ditemui di pasaran saat ini, terutama di Indonesia. Jenis busana yang tersedia umumnya tidak memperhitungkan kebutuhan spesifik para tuna netra, seperti kemudahan penggunaan, kenyamanan, dan keamanan. Setelah itu, akan dilakukan visual research dan tren yang ada, sehingga dapat mengidentifikasi pakaian daily wear seperti apa yang fungsional dan juga bisa mencari apa pembeda yang bisa ditawarkan pakaian daily wear ini dibandingkan dengan yang sudah ada di pasaran. Dari situ, timbul gagasan untuk menciptakan pakaian daily wear dengan menggunakan teknologi wearable yang bertujuan untuk mempermudah para penyandang tuna netra dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dimana pakaian ini juga bisa untuk meningkatkan fungsi keamanan penggunanya saat beraktivitas di luar rumah. Hal ini juga sekaligus diharapkan sebagai pembeda dan keunikan dari produk, karena saat ini di Indonesia masih belum banyak ditemukan pakaian daily wear yang mengimplementasikan teknologi pada produknya. Produk ini diharapkan menjadi salah satu solusi bagi penyandang tuna netra untuk dapat mempunyai pakaian adaptif sekaligus fashionable dan nyaman untuk dikenakan pada aktivitas sehari-hari.
Fase 2: Selanjutnya dari data dan observasi didapat maka penciptaan akan difokuskan pada produk daily wear yang berupa set inner dan outer dress yang akan dilengkapi dengan wearable technology berupa Arduino uno dan sensor HCSR. Arduino ini akan dirancang untuk untuk menjalankan 1 program pada suatu waktu. Sedangkan sensor HCSR dapat digunakan untuk mengukur jarak benda dari 2cm - 4m dengan akurasi 3mm dan menjadi penanda bagi penggunanya saat dipakai beraktivitas diluar rumah khususnya pada kondisi yang terdapat banyak benda ataupun orang disekitarnya. Sensor HCSR akan menghasilkan outcome yang sederhana berupa suara sehingga mudah dimengerti oleh pengguna, sekaligus bagi orang lain yang sedang berada disekitarnya akan mudah mendengarnya, dan diharapkan dapat membantu para penyandang tuna netra dalam beraktivitas.
Selanjutnya
bab ini akan membahas secara terperinci bagaimana
perancangan busana daily wear dengan implementasi wearable
technology yang berbasis arduino uno dan sensor HCSR. Untuk metode
pengembangan sistem, akan menggunakan metode prototipe.
Metode Pengembangan Sistem
Prototype
Pada penelitian ini, metode prototype
akan dijadikan sebagai metode pengembangan sistem karena metode ini cocok untuk
pengembangan alat dengan waktu yang cepat.
Bab ini akan menguraikan setiap tahap dari metode tersebut,
antara lain:
1. Tahap Komunikasi
2. Tahap Pengumpulan Kebutuhan
3. Tahap Membangun Sistem
4. Tahap Mengkodekan Sistem
5. Tahap Menguji Sistem
Tahap Komunikasi
Tahapan pertama dalam metode prototype menurut Wahyudi
Device wearable technology yang akan dibuat pada penelitian ini bertujuan untuk membantu para penyandang tuna netra dalam melakukan aktivitas sehari-hari khususnya ketika bepergian. Sensor HCSR akan mendeteksi objek / orang dengan maksimal jarak 30cm dan akan membantu mengeluarkan output berupa suara yang dihasilkan oleh buzzer sehingga pengguna dapat mengetahui rintangan yang ada pada bagian depan ataupun belakang.
Tahap Pengumpulan Kebutuhan
Tahapan selanjutnya dalam metode ini merupakan tahapan pengumpulan kebutuhan. Tahap ini bertujuan untuk mengumpulkan kebutuhan yang diperlukan dalam penelitian ini, diantaranya meliputi observasi, pengumpulan kebutuhan perangkat lunak, perangkat keras, fitur-fitur yang ada pada alat tersebut, dan hasil wawancara.
Analisis Kebutuhan Perangkat Keras
Dalam pembuatan wearable device untuk
diimplementasikan pada daily wear ini diperlukan beberapa perangkat
keras. Pemilihan spesifikasi alat menjadi penting agar alat dapat berjalan
dengan baik sesuai kebutuhan pengguna. Tabel 1 menunjukkan alat dan komponen
apa saja yang dibutuhkan beserta penjelasan singkat mengenai kegunaan komponen
tersebut.
Tabel 1. Kebutuhan Perangkat Keras
No |
Komponen |
Jumlah |
Kegunaan |
1. |
Arduino Uno |
1 |
Menerima input,
mengelola, menyalurkan, dan memberikan output dari komponen yang
terhubung. |
2. |
Sensor HC-SR04 |
2 |
Mendeteksi
posisi pengguna dengan mendeteksi jarak antara pengguna dengan suatu objek. |
3. |
Buzzer |
2 |
Menghasilkan
output berupa suara Ketika pengguna berada pada jarak hingga 30cm dengan
suatu objek. |
4. |
Baterai 9V |
1 |
Menjaga perangkat agar beroperasi dengan efisien
dan efektif. |
5. |
Kabel |
1 paket |
Mengalirkan
daya dari mikrokontroler ke komponen, dan sebaliknya. |
Tahap Membangun Sistem
Prototyping dapat didefinisikan sebagai proses pembuatan model atau
contoh awal dari suatu produk atau sistem yang bertujuan untuk menguji dan
mengevaluasi konsep, fungsi, atau kinerja sebelum produk atau sistem yang final
dibangun. Prototyping sering kali dilakukan dalam pengembangan perangkat lunak.
Hal ini memungkinkan pengembang untuk mengidentifikasi kebutuhan, kelemahan,
dan peluang untuk penyempurnaan.
Arduino Uno merupakan komponen utama dalam pembuatan device
wearable technology dan terdapat modul pendukung diantaranya sensor HC-SR04
dan buzzer. Pada tabel 5 terdapat konfigurasi pin antara modul dan Arduino Uno.
Tabel 2. Konfigurasi Pin Modul dan Pin Arduino
|
Pin Modul |
Pin Arduino |
Sensor Ultrasonik |
VCC |
5V |
Trig |
~D9 |
|
Echo |
D8 |
|
GND |
GND |
|
Buzzer |
+ |
D7 |
- |
GND |
Penjelasan antar hubungan komponen adalah
sebagai berikut :
1)
Ketika pengguna menggunakan
busana daily wear dengan alat yang terpasang, akan membuat fungsi untuk
membantu navigasi para penyandang tuna netra mengenai lingkungan sekitar
mereka.
2)
Sensor HC-SR04 akan berfungsi
untuk mengukur jarak suatu objek dengan jarak maksimal 30cm lalu akan mengirim
dan menyalurkan pada Arduino uno.
3)
Ketika mendekati suatu objek
maka buzzer akan berbunyi sebagai pemberitahuan kepada pengguna untuk
mengambil arah lain antara maju atau mundur. Buzzer akan mengelurakan
perbedaan suara pada bagian depan dan belakang.
4)
Sensor ultrasonik membaca jarak
antara sensor dan pengguna, Ketika jarak maksimal 30cm, buzzer berbunyi
yang menandakan bahwa terdapat objek pada sekitar pengguna.
Tahap Mengkodekan Sistem
Tahap selanjutnya yaitu mengkodekan system, yaitu tahap
menterjemahkan desain sistem kedalam bahasa pemrograman. Mengacu pada desain
system usulan, yang menggunakan beberapa fungsi hardware yang harus deprogram
agar menjadi satu kesatuan sistem dan dapat berjalan sesuai fungsi yang
diinginkan.
Tahap Menguji Sistem
Setelah melakukan perancangan, penulis melakukan
pengujian dan evaluasi pada hasil dari rancangan prototipe tersebut. Hasil
evaluasi dirangkum dalam bentuk table berikut.
Tabel 3. Hasil Pengujian Prototipe
No |
Kebutuhan Sistem |
Hasil Rancangan |
Hasil Uji Coba |
1. |
Mendeteksi objek dari bagian depan |
Sistem mempunyai sensor HC-SR04 untuk
mendeteksi objek yang mendekat dengan pengguna dengan mengukur jarak antara
pengguna dengan suatu objek. |
Berhasil |
2. |
Mendeteksi objek dari bagian belakang |
Sistem mempunyai sensor HC-SR04 untuk
mendeteksi objek yang mendekat dengan pengguna dengan mengukur jarak antara
pengguna dengan suatu objek. |
Berhasil |
3. |
Notifikasi saat ada objek mendekat |
Sistem memiliki buzzer yang akan
menghasilkan bunyi ketika terdapat suatu objek yang mendekat dengan jarak
maksimal 30cm. |
Berhasil |
Hasil
dan Pembahasan
Proses Desain dan Prototype
Konsep pakaian daily
wear merupakan pakaian yang dipakai sehari-hari dalam berbagai aktivitas
rutin, seperti bekerja, berbelanja, bersosialisasi, atau melakukan aktivitas
sehari-hari lainnya. Pakaian ini didesain lebih santai daripada pakaian formal
atau pesta, namun tetap memperhatikan aspek-aspek seperti desain dan bahan,
oleh karena itu diutamakan dengan memakai material yang nyaman saat digunakan
seperti bahan wolfis dan chiffon yang tidak akan terasa berat walaupun di layering. Desain berupa set inner dan outer dress yang befokus pada
kenyamanan dan fungsionalitas.
Gambar 2. Desain set baju daily wear
Busana
ini akan dilengkapi dengan inner dress yang pada bagian tengah depan
pinggang akan terdapat wearable tech berupa sensor HC-SR04, akan
tetapi dapat dilepas saat pakaian akan dicuci, dan dipasang kembali saat akan
dipakai. Pada bagian outer juga terdapat perangkat Arduino yang diletakkan pada
bagian dalam belakang outer dan sensor HC-SR04 yang terletak pada bagian tengah
belakang pinggang. Sensor HCSR yang terpasang di bagian depan dan belakang akan
menghitung jarak antara sensor dengan objek atau orang jika ada yang mendekat
dengan jarak maksimal 30cm. Ketika pengguna melakukan gerakan maju atau mundur
mendekat ke arah orang tersebut, sensor akan mengirimkan sinyal dan sebagai
output, buzzer akan berbunyi menghasilkan suara, Akan tetapi suara buzzer akan
dibedakan antara sensor depan dan belakang untuk memberi pengguna informasi
arah yang harus diambil.
Gambar 3. Diagram Koneksi Antarmuka Perangkat
Berikut adalah visual dari wearable technology yang dipakai dalam penciptaan ini.
Gambar 4. Tampilan device wearable technology
Dalam mengoperasikannya, pengguna bisa mengatur tampilan sesuai kebutuhan menurut petunjuk dibawah ini;
1)
Pertama kali tombol switch
dinyalakan maka akan terdapat suara sensor yang berbunyi untuk menunjukkan
bahwa device mulai aktif dan siap untuk digunakan.
2)
Jika sudah menyala, pengguna dapat mulai
mencoba untuk menggunakannya dengan cara mengarah pada suatu objek terdekat
untuk memastikan bahwa device dapat berfungsi secara keseluruhan.
3)
Saat pengguna hampir menabrak atau
mendekat dengan suatu objek pada jarak depan, maka sensor akan mendeteksi dan
menghasilkan output berupa suara sebagai indikator agar pengguna dapat
berhati-hati.
4)
Saat pengguna hampir menabrak atau
mendekat dengan suatu objek pada jarak belakang, sensor juga akan mendeteksi
dan menghasilkan output berupa suara sebagai indikator.
Berikutnya adalah proses fitting dan pemasangan device, seperti Sensor HCSR yang terhubung dengan mikrokontroler Arduino Uno pada pakaian. Sensor HCSR akan dipasang pada bagian depan dan belakang yang terletak pada tengah pinggang, sementara panel Arduino Uno akan dipasang pada bagian punggung supaya tidak menggangu pengguna pada saat beraktivitas. Switch yang terhubung dengan mikrokontroler akan disambungkan ke saku jaket pada bagian belakang punggung untuk memudahkan akses dan kontrol pengguna.
Gambar 5. Proses pemasangan perangkat wearable tech
pada set busana daily wear
Dari proses pemasangan pada produk menunjukkan bahwa perangkat wearable tech berupa Arduino Uno, Sensor HCSR, dan Buzzer dapat berfungsi dengan baik, hanya saja dalam proses pemasangan sedikit lebih susah dikarenakan terdapat kabel jumper yang tidak boleh tertarik baik saat memasang ataupun saat melepas perangkat.
Fase 3 : Merupakan fase final dalam penciptaan ini, dimana hasil akhirnya adalah bentuk produk jadi yang merupakan hasil penyempurnaan prototipe sebelumnya. Berikut adalah produk final dari penciptaan wearable tech daily wear ini;
Gambar 6. Produk jadi busana daily wear yang
dilengkapi oleh wearable technology
Gambar 7. Penyandang Tuna Netra menggunakan Daily
wear yang dilengkapi oleh wearable technology
Pada gambar 7. menunjukan penyandang tuna netra sedang mengenakan busana daily wear yang sudah dilengkapi oleh wearable technology seperti Arduino Uno dan Sensor HC-SR04.
Selanjutnya
hasil produk ini diujicobakan kepada expert dan extreme user yang
dipilih dengan tujuan untuk mendapatkan masukan serta saran yang berguna bagi
pengembangan produk dan penciptaan selanjutnya agar menjadi lebih baik. Expert
yang dipilih merupakan seorang pembimbing tuna netra dan Extreme user merupakan
penyandang tuna netra, wanita dengan rentang usia 17-30 tahun yang suka
berinteraksi sosial, dan menyukai pakaikan yang fungsional serta mudah
diintegrasikan dalam keseharian mereka. Dari hasil ujicoba dengan para expert
menyatakan bahwa desain yang dihasilkan fungsional dan dapat membantu dalam
aktivitas sehari-hari, pemilihan material sudah baik ditunjang dengan
material yang tidak panas, ringan dan anti alergi. Komponen dan pengaplikasian wearable
technology juga sudah berfungsi dengan baik. Output yang dihasilkan
berupa suara telah dipastikan akan menjadi mudah dimengerti oleh orang
awam sekalipun. Sementara itu hasil ujicoba dengan extreme user mengatakan
bahwa set daily wear yang dilengkapi oleh wearable technology ini
dari segi desain, system dan fungsinya sudah cukup baik, hanya saja
dapat ditambah proses penataan lagi untuk menjadi lebih baik. Busana juga
memiliki kombinasi palet warna yang memberikan kesan fresh serta dinamis.
Material cukup nyaman saat digunakan beraktivitas baik di dalam ataupun luar
ruangan. Mereka juga menyukai busana yang simple dan dinamis seperti
terusan berupa dress sehingga mempermudah para penyandang tuna netra
saat ingin digunakan. Signal penanda yang menghasilkan suara dari wearable technology ini
juga sangat user-friendly. Namun saran yang diberikan adalah untuk
membuat alat ini tahan terhadap hujan, sehingga pengguna tidak perlu khawatir
dan tetap bisa menggunakannya dengan nyaman dalam segala cuaca. Tidak hanya itu, jika produk ini
nantinya akan dipasarkan secara massal, maka perlu untuk menyertakan adanya care
guide yang menunjukkan cara perawatan alat wearable technology tersebut.
Kesimpulan
Peningkatan permasalahan
yang dihadapi oleh penyandang tuna netra dimana mereka mengalami kesulitan
dalam beraktivitas sehari-hari serta mengevaluasi ketersediaan jenis pakaian daily
wear yang mungkin masih jarang ditemui di pasaran saat ini, maka masyarakat
khususnya para penyandang tuna netra membutuhkan pakaian yang fungsional dan
serbaguna.Dengan menggunakan Metode Penciptaan Fashion Design for Wearable
Technology pada prosesnya, produk yang dihasilkan sudah menunjukkan bahwa cara
pengkomunikasian signal yang disampaikan melalui deteksi jarak melalui sensor
HCSR mudah ditangkap dan dipahami maksudnya. Pemilihan material yang
menggunakan kain wolfis dan chiffon yang ringan saat dipakai, serta
dikombinasikan dengan pemilihan warna yang eye catching menjadi salah
satu daya Tarik. Desain dan konsep daily wear pada produk yang
dihasilkan juga sudah merepresentasikan konsep fungsional dan mudah
diintergrasikan dengan gaya hidup masyarakat dinamis.
Untuk penelitian mendatang, produk ini diharapkan dapat disesuaikan
untuk pasar yang lebih luas (mass market) tanpa mengorbankan konsep fungsional
dan estetika yang telah berhasil dicapai pada penelitian ini. Selain itu dengan
hasil penelitian ini, diharapkan desain kami dapat diperbarui dengan sensor
yang lebih modern pada kedepannya seperti accelerometer dan gryroscope
yang dapat membantu keakuratan antara sensor dan penyandang tuna netra.
Pembaruan desain pakaian yang cocok digunakan untuk keperluan yang lebih
spesifik, seperti menghadiri acara penting, dapat dilakukan dengan teknologi
yang serupa dengan penelitian kami.
BIBLIOGRAFI
Fergiyawan, V.
A., Andryana, S., & Darusalam, U. (2018). Alat Pemandu Jalan Untuk
Penyandang Tunanetra Menggunakan Sensor Ultrasonic Berbasis Arduino. Semnasteknomedia
Online, 6(1), 1–10.
Hallahan, D. E., Kauffman, J. M., & Pullen, P. C. (2013). Exceptional Learners: An Introduction to Special Education: Pearson New International Edition. Pearson Higher Ed.
Liandana, M. (2019). Penerapan Teknologi LoRa pada Purwarupa Awal Wearable Device. Res. Comput. Inf. Syst. Technol. Manag, 2(2), 40.
Liandana, M. (2020). Wearable System untuk Mendeteksi Aktivitas Fisik menggunakan Nilai Ambang Batas Akselerasi. JTIM: Jurnal Teknologi Informasi Dan Multimedia, 1(4), 287–293.
Muzawi, R., Imardi, S., & Efendi, Y. (2020). Prototype Kacamata Pemandu Bagi Tunanetra Dengan Keterbatasan Penglihatan. SATIN-Sains Dan Teknologi Informasi, 6(1), 106–113.
Nasution, M. I., & Nasution, S. A. (2020). Perancangan Alat Bantu dan Penentu Lokasi Bagi Tunanetra Menggunakan Sensor Ultrasonic Berbasis Mikrokontroler. Fisitek J. Ilmu Fis. Dan Teknol, 4(1), 49–56.
Nugroho, A. B. (2011). Perancangan tongkat tuna netra menggunakan teknologi sensor ultrasonik untuk membantu kewaspadaan dan mobilitas tuna netra.
Pratama, P. Y. A., Mukhtar, H., & Istiqomah, I. (2024). Implementasi Komunikasi BLE pada Arduino Nano 33 BLE (peripheral) dengan Dongle ESP32 (central) Dalam Sistem Pendeteksian Gerakan Lansia Saat Jatuh Dan Kecenderungan Jatuh. EProceedings of Engineering, 11(1).
Pribadi, O., & Juliyanti, J. (2019). Perancangan Simulasi Sistem Otentikasi Pengguna Menggunakan Perangkat Radio Frequency Identification (RFID) Dengan Konsep Internet Of Things (IOT). Jurnal TIMES, 8(2), 9–23.
Purnomo, B. (2017). Rancang Bangun Tongkat Ultrasonik Untuk Penyandang Tuna Netra Berbasis Arduino Uno. Jurnal Teknik, 6(1).
Putra, D. M., Junus, M., & Hadiwiyatno, H. (2019). Rancang Bangun Pendeteksi Penghalang dan GPS Tracker untuk Penyandang Tunanetra Menggunakan Sarung Tangan Berbasis Microcontroller. Jurnal Jartel: Jurnal Jaringan Telekomunikasi, 9(4), 442–451.
Putra, V. G. V., Purnomosari, E., & Mohamad, J. N. (2020). Developing heat rate and heat capacity measurement instruments of textile waste solution in the textile dyeing process. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 9(2), 323–338.
Ramadhana, R., Nurmantris, D. A., & Haryanti, T. (2020). Rancang bangun sarung tangan sebagai alat bantu tuna netra berbasis sensor ultrasonic dan arduino nano. J. Elektro Dan Telekomun. Terap, 7(2), 877–884.
Viranti, A. S. (2023). 5 Dampak Negatif Media Sosial Terhadap Anak Dan Solusi Yang Disarankan Ahli”." liputan 6. com. mei 29.
Wahyudi, D. T. (2020). Prototype Media Tempat Sampah Dengan Teori P-Process. Jurnal Penelitian Kesehatan" SUARA FORIKES"(Journal of Health Research" Forikes Voice"), 11(4), 411–413.
Widyarini, L. A. (2021). Analisis Pengaruh Value Based Adoption Model Terhadap Niat Konsumen Untuk Menggunakan Wearable Technology-Smart Watch Di Indonesia Pada Masa Pandemi COVID-19. JWM (Jurnal Wawasan Manajemen), 9(2).
Copyright holder: Caroline Devina Gunawan, Talia Nathanael, Olivia Gondoputranto (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |