Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 8, Agustus 2024
POLA KUMAN SERTA KEPEKAAN ANTIBIOTIK PADA
PASIEN SEPSIS DI RUANG RAWAT INAP PENYAKIT DALAM RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
Nabila1,
Bramantono2, Deby Kusumaningrum3,
Agung Dwi Wahyu Widodo4
Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia1,2,3,4
Email: [email protected]1, [email protected]2,
deby-k@ fk.unair.ac.id3, [email protected]4
Abstrak
Latar belakang. Sepsis
adalah disfungsi organ yang
mengancam jiwa yang disebabkan oleh disregulasi respon host terhadap infeksi. Penatalaksanaan sepsis
salah satunya adalah pemberian antibiotik spesifik, namun pengobatan awal adalah pemberian antibiotik spektrum luas sebelum ada
hasil kultur. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat pada pasien septik dapat menyebabkan
resistensi bakteri dan memperburuk kondisi pasien. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pola sensitivitas bakteri dan antibiotik pada pasien sepsis di RSUD Dr. Soetomo
Surabaya Metode. Penelitian
deskriptif retrospektif ini dilakukan di RSUD Dr. Soetomo pada bulan Januari sampai dengan Desember 2019. Sampel penelitian ini adalah seluruh
data rekam medis pasien sepsis yang memiliki hasil kultur darah bakteri positif di Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSUD Dr. Soetomo Surabaya
di Hasil 2019. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari 722 sampel darah, termasuk
124 (17,2%) sampel dengan hasil kultur positif. Pasien termuda berusia 16 tahun dan tertua berusia 97 tahun. Hasil ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar pasien sepsis adalah perempuan. Bakteri yang paling banyak ditemukan adalah Staphylococcus spp. 80,4%. Bakteri
gram positif (Staphylococcus spp.) sensitif terhadap linezolid, vankomisin, teicoplanin Kesimpulan. Bakteri
yang paling banyak ditemukan
adalah Staphylococcus spp, sedangkan antibiotik yang paling sensitif terhadap Staphylococcu spp gram positif adalah antibiotik linezolid, vankomisin,
dan teicoplanin.
Kata kunci:
Sepsis,
Antibiotik, Pola Bakteri
Abstract
Background.
Sepsis is a life-threatening organ dysfunction caused by a dysregulated host
response to infection. One of the sepsis management is
giving the specific antibiotics, but the initial treathment
is giving broad spectrum antibiotics before there are culture results.
Inappropriate use of antibiotics in septic patients can lead to bacterial
resistance and worsen the patient's condition . The
purpose of this study was to study the patterns of bacterial and antibiotics
sensitivity in septic patients in RSUD Dr. Soetomo
Surabaya Method. This descriptive retrospective study was conducted at RSUD Dr.
Soetomo in January to December 2019. The sample of
this study was all the medical record data of sepsis patients that had results
positive bacterial blood culture at the clinical Microbiology Laboratory of
RSUD Dr. Soetomo Surabaya in 2019 Results. The result
showed that of 722 blood samples, including 124 (17.2%) samples with positive
culture results. The youngest patient was 16 years old and the oldest was 97 years
old. This result also shows that most of the septic patients are female. The
most common bacteria found were Staphylococcus spp. 80.4%. Gram-positive
bacteria (Staphylococcus spp.) were sensitive to linezolid, vancomycin,
teicoplanin Conclusion. The most bacteria found were Staphylococcus spp, while the most sensitive antibiotics to gram-positive Staphylococcu spp were linezolid,
vancomycin, and teicoplanin antibiotics.
Keywords: Sepsis, Antibiotics,
Bacterial Patterns
Pendahuluan
Sepsis menurut (World Health Organization, 2018) adalah disfungsi organ yang dapat mengancam jiwa yang disebabkan oleh respon host terhadap infeksi. Apabila tidak segera ditangani
dapat menyebabkan syok septik, kegagalan
organ dan kematian. Resistensi
antimikroba merupakan faktor utama yang dapat menentukan respon klinis terhadap
pengobatan dan evolusi cepat menjadi sepsis serta syok septik.
Sepsis adalah respon inflamasi sistemik terhadap infeksi. Respon inflamasi adalah respon imun
sistemik yang muncul setelah respon imun lokal tidak
berhasil mengeliminasi
antigen mikroba (Wahyuni et al., 2018). Terjadinya inflamasi sistemik yangg melibatkan berbagai mediator inflamasi dapat mendasari patofisiologi sepsis. Gangguan pada koagulasi sangat berperan dalam timbulnya komplikasi yang disebabkan oleh sepsis. Komplikasi
yang ditimbulkan berupa
systemic inflammatory response syndrome (SIRS), disseminated intravascular
coagulation (DIC), renjatan septik
dan gagal multi organ (Kemenkes
RI, 2017). Penyebab paling umum
sepsis adalah bakteri (hasil kultur positif) yang berasal dari bakteri
gram negatif atau bakteri gram positif (Wahyuni et
al., 2018).
Menurut (World Health Organization,
2017) berdasarkan insiden kasar dari data yang dikumpulkan di Amerika Serikat,
15-19 juta setiap tahun kasus sepsis diseluruh dunia, secara global
31-24 juta kasus sepsis dan
syok septik, serta kondisi klinis
yang menyebabkan sepsis terhitung
sekitar 6 juta kematian. Pada tahun 2013 di amerika serikat beban keuangan akibat sepsis telah terhitung US $ 24 milliar 6,2 % mewakili total biaya rumah sakit. Insiden
sepsis pada beberapa rumah sakit rujukan berkisar
sekitar 15 hingga 37,2% dengan tingkat kematian 37 hingga 80. Tingkat kematian terbesar adalah karena penangan
yang terlambat (Wahyuni et al., 2018).
Pola kuman penyebab sepsis bervariasi, penyebab paling sering adalah bakteri,
termasuk bakteri gram negatif dan bakteri gram positif dengan sensitivitas yang beragam (Dewi,
2011). Penyebab terbesar
sepsis adalah bakteri gram negatif (60-70% kasus), Stapylococci, Pneumococci, Streptococci dan bakteri gram positif lain lebih jarang menimbulkan
sepsis (20-40% kasus). Jamur
opportunistik, virus atau
protozoa lebih jarang menimbulkan sepsis (Kemenkes RI,
2017). Pemberian antibiotik
yang tepat sejak dini perlu dilakukan
pada pasien sepsis (Dewi, 2011). Pada tahun 2000 di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo terdapat 135 dari 160 pasien sepsis meninggal dunia (Widodo,
2004). Jumlah pasien dengan diagnosis sepsis di Rumah Sakit Mohammad Hoesin terdapat 321 pasien. Angka kejadian sepsis terbanyak terjadi pada wanita usia 55-59 tahun. Jenis bakteri yang sering di temukan pada kultur pasien sepsis adalah Escherichia coli, Klebsiella
pneumonia, Staphylococcus hominis, Candida albicans dan Candida non-albicans (Pradipta et al., 2013). Disfungsi
organ yang terjadi pada pasien
infeksi pertama kali berhubungan dengan angka mortalitas di rumah sakit sebesar
10% (Singer et al., 2016).
Setelah diagnosis sepsis ditegakkan antibiotik perlu diberikan segera dengan metode deeskalasi, yaitu dimulai dengan
pemberian antibiotik empiris lalu disesuaikan
atau dihentikan sesuai dengan respons
klinis atau hasil kultur. Terapi antibiotik empiris yaitu pemberian antibiotik spektrum luas terhadap berbagai
kemungkinan kuman penyebab berdasarkan sindrom klinis dan pola kuman yang telah dikumpulkan sebelumnya / antibiogram. Contoh antibiotik spektrum luas untuk terapi
empiris adalah golongan karbapem, cepalosporin generasi 4, piperacilin tazobactam (Kemenkes
RI, 2017). Pemakaian antibiotik
yang tidak tepat pada pasien sepsis dapat mengakibatkan resistensi kuman dan memperburuk kondisi pasien (Rasyidah, 2016).
Sehingga diperlukan
deteksi dini serta penanganan yang tepat dalam mengatasi
sepsis. Mengetahui
pola kuman penyebab sepsis dan kepekaan antibiotik dapat membantu penatalaksaan terapi empiris pada pasien sepsis. Sehingga berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian pola kuman serta
kepekaan antibiotik pada pasien sepsis.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, Rancangan penelitian yang dipilih adalah studi restrospektif dengan melihat hasil pemeriksaan kultur darah pasien sepsis di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD DR. SOETOMO tahun 2019 yang terdapat di Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSUD Dr. Soetomo.
Populasi adalah semua hasil pemeriksaan kultur darah pasien sepsis di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Dr. SOETOMO tahun 2019 yang terdapat di Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSUD Dr. Soetomo.
Hasil dan Pembahasan
Dibawah ini merupakan deskripsi data mengenai hasil pemeriksaan kultur darah pasien sepsis di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2019. Berdasarkan hasil pengambilan data penelitian diperoleh total 722 sampel darah diantaranya, 124 (17,2%) sampel dengan hasil kultur positif dan 598 (82,8%) sampel dengan hasil kultur negatif.
Tabel 1. Distribusi
Pasien Sepsis Di Ruang Rawat Inap
Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2019 Umur Dan Jenis Kelamin |
||
Usia |
n |
% |
≤ 20 tahun |
1 |
0,8 |
21-30 tahun |
10 |
8,1 |
31-40 tahun |
11 |
8,9 |
41-50 tahun |
14 |
11,3 |
51-60 tahun |
36 |
29,0 |
61-70 tahun |
37 |
29,8 |
71-80 tahun |
10 |
8,1 |
81-90 tahun |
4 |
3,2 |
91-100 tahun |
1 |
0,8 |
Jenis Kelamin |
|
|
Laki-laki |
49 |
39,5 |
Perempuan |
75 |
60,5 |
Tabel 1 menunjukkan distribusi pasien sepsis diruang rawat inap penyakit dalam RSUD Dr. Soetomo pada tahun 2019, pasien termuda berumur 16 tahun dan tertua 97 tahun. Hasil ini juga menunjukkan pasien sepsis terbanyak berjenis kelamin perempuan.
Tabel 2. Distribusi sampel berdasarkan penyakit penyerta (Komorbid) |
|
Komorbid |
Jumlah Kasus |
Diabetes
Mellitus |
18 |
Chronic
Kidney Disease |
15 |
Acute
Renal Failure |
4 |
Tabel 2 menunjukkan distribusi sampel berdasarkan penyakit penyerta (komorbid). Hasil penelitian menunjukkan penyakit penyerta terbanyak ditemukan adalah Diabetes Mellitus sebanyak 18 kasus atau 14,5% dari total sampel. Hasil terbanyak ditemukan setelah Diabetes Mellitus yaitu Chronic Kidney Disease sebanyak 15 kasus atau 12% dari total sampel.
Tabel 3. Adanya pertumbuhan kuman pada hasil kultur darah pasien sepsis yang terdapat di laboratorium Mikrobiologi klinik RSUD Dr. Soetomo pada tahun 2019
Kelompok |
Mikroorganisme |
|
|
Jumlah spesies |
% |
||
Gram positif |
Staphylococcus spp* |
|
|
74 |
80,4 |
||
|
|
Corynebacterium spp* |
|
6 |
6,5 |
||
Gram Negatif |
Escherichia coli |
|
|
15 |
46,9 |
||
|
|
Klebsiella pneumonia |
|
6 |
18,8 |
||
|
|
Acinobacter baumanii |
|
4 |
12,5 |
||
|
|
Pseudomonas aeruginosa |
|
1 |
3,1 |
||
|
|
Salmonella species |
|
|
1 |
3,1 |
|
*Staphylococcus
spp, include: Stap.
haemolyticus, Stap.
aureus, Stap. hominis, Stap.
epidermis , Stap. cohnii, Stap. xylosus, Stap. capitis, Stap. pasteuri, Stap. pettenkoferi |
|||||||
*Corynebacterium
spp, include: Corynebacterium amyculatum,Corynebacterium bovis, Corynebacterium aquaticum, Corynebacterium jeikeium |
|
||||||
Tabel 3 menunjukkan distribusi hasil kultur darah yang terdapat pertumbuhan kuman pada pasien sepsis di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Dr. Soetomo berdasarkan bakteri gram positif dan gram negatif. Hasil penelitian menunjukkan kelompok bakteri gram positif dengan bakteri terbanyak ditemukan adalah Staphylococcus spp 80,4%. Sementara itu, kelompok bakteri gram negatif dengan bakteri terbanyak ditemukan adalah Escherichia coli 46,9%.
Tabel 4. Pola Sensitifitas
(S) Dan Resistensi (R)Bakteri
Gram Positif Terhadap Antibiotik |
||||
Antibiotik |
Staphylococcus spp (%) |
Corynebacterium spp (%) |
||
|
S* |
R* |
S |
R |
Linezolid |
86,5 |
10,8 |
100 |
0 |
Vancomycin |
73 |
13,5 |
100 |
0 |
Teicoplanin |
71,6 |
20,3 |
0 |
0 |
Penicillin |
1,4 |
93,2 |
0 |
100 |
Ampicillin |
0 |
91,9 |
0 |
16,7 |
Amoxicillin-clavulanic acid |
20,3 |
79,7 |
0 |
16,7 |
Oxacillin |
20,3 |
77 |
0 |
33,3 |
Note: *S= sensitif ,
R = resisten
Tabel 4 menunjukkan pola kuman serta kepekaan antibiotik pada pasien sepsis di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Dr. Soetomo pada tahun 2019. Hasil penelitian menunjukkan kelompok bakteri gram positif (Staphylococcus spp) resisten terhadap antibiotik penicillin (93,2%), ampicillin (91,2%), Amoxicillin-clavulanic acid (79,7%), oxacillin (77%), sedangkan bakteri Corynebacterium spp resiten terhadap antibiotik penicillin (100 %). Bakteri gram positif (Staphylococcus spp) sensitif terhadap antibiotik linezolid (86,5 %), vancomycin (73 %), teicoplanin (71,6 %), sedangkan Corynebacterium spp sensitif terhadap antibiotik Linezolid (100 %) dan Vancomycin (100%).
Tabel 5. Pola Sensitifitas
(S) Dan Resistensi (R)Bakteri
Gram Negatif Terhadap Antibiotik
Antibiotik |
Escherichia Coli |
Klebsiella pneumonia |
Acinobacter baumanii
|
Pseudomonas aeruginosa |
Salmonella sp |
|||||
|
S* (%) |
R* (%) |
S (%) |
R (%) |
S (%) |
R (%) |
S (%) |
R (%) |
S (%) |
R (%) |
Amikacin |
93,3 |
6,7 |
100 |
0 |
25 |
75 |
100 |
0 |
0 |
100 |
Meropenem |
80 |
13,3 |
100 |
0 |
25 |
75 |
0 |
100 |
100 |
0 |
piperacillin-tazobactam |
80 |
20 |
50 |
16,7 |
0 |
75 |
0 |
100 |
100 |
0 |
Imipenem |
73,3 |
13,3 |
100 |
0 |
25 |
75 |
0 |
0 |
100 |
0 |
Fosfomycin |
73,3 |
0 |
33,3 |
16,7 |
0 |
25 |
0 |
100 |
0 |
0 |
Ampicillin |
6,7 |
93,3 |
0 |
100 |
0 |
100 |
0 |
100 |
0 |
100 |
Piperacillin |
0 |
86,7 |
16,7 |
83,3 |
0 |
100 |
0 |
0 |
0 |
100 |
Tetracyclin |
13,3 |
80 |
16,7 |
66,7 |
0 |
0 |
0 |
100 |
100 |
0 |
Thrimetropim-sulfametoxazole |
20 |
80 |
33,3 |
50 |
50 |
50 |
0 |
100 |
100 |
0 |
Note: *S= sensitif , R = resisten
Tabel 5 menunjukkan bakteri Escherichia coli resisten terhadap antibiotik ampicillin (93,3%), piperacilin (86,7 %), tetracyclin dan thrimetropim-sulfametoxazole (80 %), serta sensitif terhadap antibiotik amikacin (93,3%), meropenem dan piperacillin-tazobactam (80%), imipenem dan fosfomycin (73,3%). Klebsiella pneumonia resiten terhadap ampicillin (100%) dan piperacillin (83,3%), serta sensitif tehadap amikacin, meropenem dan imipenem (100%). Acinobacter baumanii resisten terhadap antibiotik ampicilin dan piperacillin (100%), serta sensitif terhadap thrimetropim-sulfametoxazole (50%).
Pembahasan
Berdasarkan tabel 1 kelompok usia pasien sepsis terbanyak pada penelitian ini adalah kelompok
usia 61-70 tahun sebanyak 37 pasien (29,8%). Pada penelitian sebelumnya didapatkan hasil yang beragam. Penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Tambajong
et al., 2016 pada pasien sepsis di ruang ICU, didapatkan kelompok usia terbanyak
adalah 34%. Pada 454 pasien
sepsis di Asia Tenggara (Thailand, Vietnam dan Indonesia) kelompok
usia terbanyak adalah 40-59 tahun sebanyak 37 %
Pada penelitian ini
didapatkan bahwa kejadian sepsis lebih sering pada perempuan 75 orang
(60,5%). Sampel yang didapatkan
pada penelitian ini menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian
yang dilakukan di RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado tahun 2014-2015, yang menyatakan bahwa kejadian sepsis lebih sering terjadi
pada perempuan 19 orang dibandingkan
dengan laki-laki 16 orang
Penyakit penyerta (komorbid) yang terbanyak pada penelitian ini yaitu Diabetes Mellitus sebanyak 18 kasus atau 14,5% dari total sampel. Pada penelitian lain di dapatkan hasil yang sama yaitu 24% kasus sepsis disebabkan oleh diabetes mellitus (Akbar et al, 2018). Mortalitas pasien sepsis dapat di pengaruhi oleh masalah metabolik yang disebabkan karena kondisi hiperglikemi pada pasien sepsis (Sari & Hisyam, 2014). Pada penelitian lain menyebutkan kondisi hiperglikemi kronik dalam waktu yang lama dapat menyebaban kegagalan organ seperti ginjal, jantung, pembuluh darah, saraf, dan resiko mengalami kerusakan organ 17 kali apabila dibandingkan dengan pasien sepsis yang tidak mengalami diabetes (Dabla, 2010).
Pada penelitian ini
kultur darah positif adalah 17,2%, lebih rendah dari penelitian
Wahyudi et al. (2010) di Palembang sebesar 75,4 %.
Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti waktu pengambilan darah yang tidak tepat, volume darah yang tidak adekuat, metode kultur yang digunakan dan sudah diberikan antibiotik sebelumnya dan bakteri dengan pertumbuhan yang lambat atau memiliki kebutuhan
nutrisi atau biakan yang kompleks untuk pertumbuhannya
Pola kuman serta
kepekaan antibiotik pada pasien sepsis di ruang rawat inap penyakit
dalam RSUD Dr. Soetomo pada
tahun 2019 menunjukkan hasil berdasarkan kelompok bakteri gram positif 92 (74,2%) dan bakteri
gram negatif 32 (25,8%). Penelitian
yang dilakukan di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo
menyebutkan bahwa penyebab infeksi terbanyak adalah bakteri gram negatif (90,48%)
Pada penelitian ini
didapatkan bakteri terbanyak penyebab sepsis adalah staphylococcus spp sebanyak 80,4 %. Hasil penelitian
ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa bakteri
gram positif Staphylococcus
spp telah resisten terhadap penicillin,
ampicillin, oxacillin dan amoxicillin-clavulanic acid, sedangkan
antibiotik linezolid, vancomycin dan teicoplanin adalah yang paling sensitif. Bakteri gram negatif Escherichia
Coli telah resiten terhadap ampicillin, piperacilin,
tetracyclin dan trimetrophim-sulfametoxazole
sedangkan antibiotik
amikacin, meropenem, piperacillin-tazobactam, imipenem dan fosfomycin
adalah yang paling sensitif.
Penelitian ini hampir sama dengan
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa Staphylococcus
sp resisten terhadap Benzylpenicillin, oxacillin, penycillin
dan antibiotik betalaktam lainnya. Antibiotik yang paling sensitif adalah Linezolid,
vancomycin dan nitrofurantoin
Penelitian ini juga menunjukkan beberapa antibiotik yang intermediet terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif intermediet terhadap antibiotik Levofloxacin, chloramphenicol, Gentamicin dan
Moxifloxacin, sedangkan bakteri
gram negatif intermediet terhadap antibiotik Cefoperazone-sulbactam, Ampicillin sulbactam dan
Tigecycline. Menurut Mansyoer
dan Widjaja (2017) salah satu
penyebaran infeksi bisa di dapat melalui
transmisi horizontal yaitu penyebaran yang diperoleh dari rumah sakit.
Penggunaan antibioitik yang
rasional dan peresepan obat dengan dosis
yang sesuai serta memperhatikan pola kuman yang didapat dari hasil kultur dapat dilakukan sehingga dapat mencegah terjadinya resitensi antibiotik sehingga dapat mengurangi mortalitas
Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian mengenai pola kuman serta kepekaan antibiotik pada pasien sepsis di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD DR. Soetomo pada tahun 2019 adalah golongan bakteri yang paling banyak ditemukan pada pasien sepsis di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD DR. Soetomo pada tahun 2019 yaitu golongan bakteri gram positif dengan jenis bakteri terbanyak ditemukan adalah Staphylococcus spp. Antibiotik yang paling resisten terhadap bakteri gram positif Staphylococcus spp adalah penicillin, ampicillin, oxacillin dan amoxicillin-clavulanic acid. Antibiotik yang paling sensitif terhadap bakteri gram positif Staphylococcus spp adalah antibiotik linezolid, vancomycin dan teicoplanin.
BIBLIOGRAFI
Ahwini. (2017). Profil Penderita Sepsis
Di Icu Rsup Haji Adam
Malik Medan Pada Tahun 2016.
Akbar I, Widjajanto E and Fathoni M (2018) Faktor Dominan dalam Memprediksi Mortalitas Pasien dengan Sepsis di Unit Gawat Darurat. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 3(2).
Anaizi, N. (2002). Vancomycin . University of Rochester Medica Center,
2, 1–4.
Becker, K., Heilmann, C., & Peters, G. (2014). Coagulase-negative
staphylococci. Clinical Microbiology
Reviews, 27(4),
870–926. https://doi.org/10.1128/CMR.00109-13
Berkowitz, D. M.,
& Martin, G. S. (2007). Sepsis and sex: can we look beyond our hormones? CHEST Journal, 132(6).
Darmawati, S., Batara,
M., & Prastiyanto, M. E. (2018). Keanekaragaman dan Pola Resistensi
Bakteri pada Pasien yang Terdiagnosa Sepsis. Jurnal Labora Medika,
2(2), 1–5.
Dabla, P. K. (2010). Renal Function in Diabetic
Nephropathy. World Journal of Diabetes, 1(12), 48-56
Dewi,
R. (2011) Sepsis pada Anak: Pola Kuman dan Uji Kepekaan.
Majalah Kedokteran
Indonesia, 61(3).
Haryani, S., & Apriyanti, F. (2016). Evaluasi Terapi Obat pada Pasien Sepsis Neonatal
Di Ruang Perinatologi RSUP Fatmawati Januari– Februari Tahun 2016. Journal
of Fatmawati Hospital.
Henriksen, D.
P., Pottegård, A., Laursen,
C. B., Jensen, T. G., Hallas, J., Pedersen, C., & Lassen, A. T. (2015).
Risk factors for hospitalization due to community-acquired sepsis - A
population-based case-control study. PLoS ONE, 10(4).
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0124838
Hilda, & Berliana. (2015). Pola Resistensi Bakteri taphylococus
aureus, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa Terhadap Berbagai Antibiotik Di Laboratorium Kesehatan Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2013. Jurnal Teknologi Laboratoriumi, 4(2).
Ibrahim, N. L.
(2014). TNF: A signaling pathway
related to the activation of NF. Journal of Pharmaceutical and
biosciences.
Jawetz, Ernest, & Levinson. (2002). Medical Microbiology & Immunulogy.
McGraw Hill.
Katzung, & Bertram, G. (2004). Farmakologi
Dasar dan Klinik. Salemba
Medika.
Kemenkes RI (2017). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata laksana Sepsis. Kementerian
Kesehatan RI [Preprint].
Lie, K. C.,
Lau, C. Y., van Vinh Chau, N., West, T. E., Limmathurotsakul,
D., Sudarmono, P., Aman, A. T., Arif, M., Syarif, A.
K., Kosasih, H., Karyana,
M., Chotpitayasunondh, T., Vandepitte,
W. P., Boonyasiri, A., Lapphra,
K., Chokephaibulkit, K., Rattanaumpawan,
P., Thamlikitkul, V., Laongnualpanich,
A., … van Doorn, H. R. (2018). Utility of SOFA
score, management and outcomes of sepsis in Southeast Asia: A multinational
multicenter prospective observational study. Journal of Intensive Care, 6(1). https://doi.org/10.1186/s40560-018-0279-7
Maulida M. (2016). Pola Resistensi Bakteri Terhadap Antibiotik Pada Penderita Sepsis Bayi Di Ruang Picu
dan Nicu Rumah Sakit X Periode Agustus 2013-Agustus 2015. Universitas Muhammadiyah
surakarta.
Mayeti, & Ied, I. (2010). Pola Bakteriologis dan Uji Sensitivitas
PadaSepsis Neomatorum Awitan Dini. Sari
Pediatri, 11(5).
Pradipta, I.S. et al. (2013).
Antibiotic resistance in sepsis patients: Evaluation and recommendation of
antibiotic use. North American Journal of Medical Sciences, 5(6),
344–352. doi:10.4103/1947-2714.114165.
Rasyidah, R. (2016). Pola
Kuman dan Uji Kepekaan Antibiotik
pada Sepsis Neonatorum di Unit Perawatan Neonatus RSUD dr. Pirngadi Kota
Medan. Sari Pediatri,
15(5).
Rhee, C., Dantes, R., Epstein, L., Murphy, D. J., Seymour, C. W., Iwashyna, T. J., Kadri, S. S., Angus, D. C., Danner, R.
L., Fiore, A. E., Jernigan, J. A., Martin, G. S., Septimus,
E., Warren, D. K., Karcz, A., Chan, C., Menchaca, J. T., Wang, R., Gruber, S., & Klompas, M. (2017). Incidence and trends of sepsis in US
hospitals using clinical vs claims data, 2009-2014. JAMA - Journal of the American Medical Association, 318(13), 1241–1249. https://doi.org/10.1001/jama.2017.13836
Sari,
N., & Hisyam, B. (2014). Hubungan
Antara Diabetes Mellitus Tipe II dengan
Kejadian Gagal ginjal Kronik di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Periode Januari
2011-Oktober 2012. Jurnal Kesehatan dan Kedokteran Indonesia, 6(1), 11-18.
Singer,
et al. (2016). The third international consensus definitions for sepsis and
septic shock (sepsis-3). JAMA - Journal of the American Medical
Association. 801–810. doi:10.1001/jama.2016.0287.
Starr, M. E.,
& Saito, H. (2014). Sepsis in old age: Review of human and animal studies.
In Aging and Disease, 5(12), 126–136.
International Society on Aging and Disease.
https://doi.org/10.14336/AD.2014.0500126
Tambajong, R. N., Lalenoh, D. C., & Kumaat, L. (2016). Profil penderita sepsis di ICU RSUP Prof. In Jurnal e-Clinic (eCl), 4(1)
Tillasman, N. S. (2017). Prevalensi Resistensi Antibiotik pada Pasien Sepsis Dewasa Non-Bedah yang Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik pada Tahun
2015.
Wahyudi,
et al. (2010). The clinical, laboratory, and microbiological profile of
patients with sepsis at the Internal Medicine Inpatient Unit of Dr. Cipto Mangunkusumo National
General Hospital, Jakarta.
Wahyuni, W., Nurahmi, N., & Rusli, B. (2018). Pattern of bacteria
and its antibiotic sensitivity in sepsis patients. . . Indonesian Journal of
Clinical Pathology and Medical Laboratory, 23(1), 80–83.
World
Health Organization (2017) “Improving the prevention, diagnosis and clinical
management of sepsis.”
World Health Organization (2018) “Sepsis.”
Nabila, Bramantono, Deby Kusumaningrum, Agung Dwi Wahyu Widodo (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |