Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 12, Desember 2024
PENGARUH PERUBAHAN STRATEGI MANAJEMEN TERHADAP CAPAIAN BED
OCCUPANCY RATE (BOR) DAN PENDAPATAN
RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT LNG BADAK
Indah Puspitasari1, Cicilya Candi2, Adang Bachtiar3
Universitas Indonesia, Indonesia1,2,3
Email: [email protected]1
Abstrak
Capaian
BOR yang rendah di RS LNG Badak sebuah RS tipe D dengan 51 tempat tidur
(11.57%) jauh dibawah nilai ideal menurut Depkes (70-85%) ataupun
Barber-Johnson (75-85%), berimbas kepada pendapatan unit rawat inap yang belum
memuaskan. Perlu dilakukan perubahan Strategi Manajemen RS melalui Foccused
Group Discussion (FGD) dan in-depth interview untuk menggali
penyebab rendahnya BOR RS menggunakan diagram fishbone 5M (Man, Machine,
Method, Money, Material) dan langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kondisi tersebut. Mengetahui pengaruh strategi
manajemen dengan framework 5M (Man, Machine, Method, Money, Material)
terhadap capaian BOR dan pendapatan rawat inap. Analisis dengan menggunakan mix-method
kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif untuk mengetahui strategi manajemen
menggunakan framework 5M yang didapatkan melalui Foccused Group
Discussion. Kuantitatif menggunakan cross-sectional menggunakan data
sekunder dari laporan bulanan bagian rekam medis dan keuangan RS untuk
menganalisis pengaruh strategi manajemen terhadap capaian BOR dan pendapatan
rawat inap. Didapatkan kenaikan capaian BOR sebesar 152% dan peningkatan
capaian pendapatan rawat inap sebesar 28.5 % setelah dilakukan perubahan
strategi pada triwulan pertama. Strategi Manajemen RS dengan framework 5M
memberikan peningkatan terhadap capaian BOR dan pendapatan rawat inap di RS LNG
Badak.
Kata kunci: Bed Occupancy Rate, Strategi Manajemen Rawat Inap, Pendapatan Rawat Inap
Abstract
The low BOR achievement at Badak LNG Hospital, a type D
hospital with 51 beds (11.57%), is far below the ideal value according to the
Ministry of Health (70-85%) or Barber-Johnson (75-85%), resulting in
unsatisfactory inpatient unit revenue. It is necessary to make changes to the
Hospital Management Strategy through Foccused
Group Discussion (FGD) and in-depth
interviews to explore the causes of the low BOR of the hospital using a
5M fishbone diagram (Man, Machine,
Method, Money, Material) and steps that can be taken to overcome these
conditions. Determine the influence of management strategies with the 5M framework (Man, Machine, Method, Money, Material)
on BOR achievement and hospitalization income. Analysis using a mix of qualitative and
quantitative methods. Qualitative to find out management strategies using the 5M
framework obtained through Foccused
Group Discussion. Quantitatively using cross-sectional using secondary data from the monthly report of
the hospital's medical and financial records section to analyze the influence
of management strategies on BOR achievement and inpatient income. There was an
increase in BOR achievement by 152% and an increase in inpatient income
achievement by 28.5% after a strategy change in the first quarter. Hospital
Management Strategy with the 5M framework provides an improvement in BOR
achievement and inpatient income at Badak LNG Hospital.
Keywords: Bed Occupancy Rate, Hospitalization
Management Strategy, Hospitalization Income
Pendahuluan
RS adalah salah
satu unit bisnis yang unik, dikarenakan di satu sisi memiliki harus menjalankan
misi kemanusiaannya, namun disisi lain dituntut dapat tampil prima sebagai
sebuat unit yang profit oriented. Mesin penggerak bisnis di RS, salah satunya
adalah unit rawat inap yang indikator keberhasilannya diukur dari tingkat
hunian rawat inap atau Bed Occupancy Rate (BOR). Menurut Depkes 2015,
BOR RS dikatakan ideal jika berada pada capaian 70-85% atau 75-85% menurut
Barber Johnson. Selain itu terdapat indikator kinerja lainnya seperti angka
rata-rata lama rawat/Average Length of Stays (Avlos) yang idealnya
adalah 6-9 hari, tenggang perputaran bed pasien/Turn Over Internal (TOI)
idealnya setiap 1-3 hari, tingkat perputaran penggunaan Bed/Bed Turn Over
(BTO) sebanyak 40-50 kali per tahun. Lamanya waktu kontak konsumen, dalam hal
ini pasien yang dirawat, berpotensi meningkatkan potensi cost recovery akibat
meningkatnya utilisasi sumber daya RS, terutama di hari-hari awal pasien
dirawat
Rendahnya capaian
BOR RS tentunya membawa dampak negatif terhadap keberlangsungan bisnis RS dan
secara tidak langsung menggambarkan Rendahnya pendapatan RS. Banyak jurnal yang
membahas penyebab rendahnya capaian BOR RS seperti penelitian yang dilakukan di
RS Paru, Jember dan RS Mitra Medika, Kabupaten Bondowoso dimana capaian BOR RS
masih dibawah nilai ideal. Penyebabnya antara lain permasalahan sarana
prasarana yang buruk (toilet kotor, jumlah kursi pasien yang kurang, serta
fasilitas rawat inap tidak memadai), sistem antrian yang buruk, waktu tunggu
hasil laboratorium yang tidak jelas, jumlah, sikap dan skill SDM yang dianggap
tidak mumpuni, serta jenis spesialisasi yang terbatas
Berbagai macam tool
digunakan untuk memetakan penyebab rendahnya capaian BOR dan penyelesaiannya.
Salah satunya adalah menggunakan diagram fishbone untuk memetakan permasalahan
dalam kelompok 5M (Man, Machine, Method, Money, and Material). Kemudian dari masalah
tersebut didiskusikan penatalaksanaannya yang dianggap paling efektif dan
efisien sehingga dianggap mampu mengatasi masalah yang terjadi
RS LNG Badak
sendiri merupakan RS tipe D yang berlokasi di kota Bontang, Kalimantan Timur.
Beroperasi hampir 40 tahun, dan terletak di dalam komplek Migas. Sejak 2012
diputuskan untuk melayani tidak hanya kepada pekerja dan keluarga di Perusahaan
Migas tersebut namun juga Masyarakat luas. Tahun 2017, semakin membuka diri
dengan bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Laporan tahunan RS kepada Stake
Holder menggambarkan bahwa perfoma kinerja RS masih dibawah target yang
ditetapkan seperti rendahnya BOR dan pendapatan rawat inap. Rendahnya kunjungan
baik di rawat jalan maupun Unit Gawat Darurat (UGD) dianggap sebagai penyebab
minimnya capaian BOR RS.
Karenanya,
diperlukan suatu upaya perbaikan berupa strategi manajemen yang dalam hal ini
menggunakan dasar pemetaan masalah 5M untuk mendapatkan penyelesaian atas
masalah kinerja RS sehingga RS LNG Badak memiliki keunggulan dan daya saing
dengan RS sekitar.
Metode Penelitian
Penelitian
ini menggunakan analisis mix-method kualitatif dan kuantitiatif. Kualitatif
untuk mengetahui strategi manajemen menggunakan fishbone framework
5M melalui Foccused Group Discussion (FGD) dan in-depth interview (tabel
1). Kuantitatif dengan cross-sectional menggunakan data sekunder dari
laporan bulanan bagian rawat inap dan keuangan RS, 3 bulan sebelum
(Oktober-Desember 2023) dan 3 bulan sesudah (Januari-Maret 2024) strategi
manajemen dilaksanakan (tabel 2 dan tabel 3).
FGD
dan in-depth interview dilakukan pada bulan Oktober-Desember 2023
dihadiri oleh Direktur RS, para wadir dan kepala unit rawat inap, kepala
penunjang medis dan kepala keuangan. Hasilnya adalah berupa Upaya strategi
manajemen berdasarkan fishbone framework 5M yaitu Man, Money, Method,
Machine and Material. Interview mulai dilaksanakan mulai bulan Desember
2023 untuk kemudian diikuti perubahan yang terjadi terhadap capaian BOR dan
pendapatan rawat inap RS.
Tabel 1. Strategi Manajemen berdasarkan Framework 5M (Man, Money, Method,
Machine, Material)
Strategi Manajemen Rs |
Sebelum |
Sesudah |
MAN |
|
|
1. Jenis Bidang Spesialis |
4 Bidang |
12 Bidang |
2. Jumlah SDMK |
67 tenaga |
81 tenaga |
|
|
|
METHOD |
|
|
1. Lama waktu transfer Pasien IGD ke Rawat Inap (ideal < 6 jam |
6-10 Jam |
2-6 Jam |
2. Kendala Akses Masuk |
Tidak disediakan mobil shuttle antar jemput |
Disediakan shuttle antar jemput 2x sehari |
3. Promosi Layanan RS |
Jadwal kontak 2x/tahun |
Ditingkatkan menjadi 10-12x/tahun |
4. Waktu tanggap komplain (kontak pertama) |
Tidak ditentukan waktu tanggap komplain (kontak pertama) |
Ditargetkan <24 jam pertama sudah mendapatkan respon pertama |
MONEY |
|
|
1. Biaya peningkatan skill human development (sertifikasi dan
re-sertifikasi) |
Dibatasi |
Disesuaikan kebutuhan RS |
MACHINE |
|
|
1. Regenerasi Alat |
Tidak ada regenerasi |
Dilakukan regenerasi alat (7 Jenis alat) |
2. Penambahan Alat Medis Baru |
Tidak ada penambahan alat medis |
Penambahan 5 alat baru (2 alat pemeriksaan Lab, 1 Ergocycle, 1 unit
USG) |
MATERIAL |
|
|
1. Perbaikan Sarpras Rawat Inap |
Tidak ada perbaikan sarpras (mengurangi ketersediaan kamar rawat inap) |
Perbaikan WC, Wastafel, AC, Pemanas Air, Dispenser sebagai fasilitas
kamar rawat inap. |
2. Penyediaan Linen Kamar Rawat Inap |
Sebelumnya tidak disediakan baju pasien dan selimut pasien rawat inap |
Disediakan untuk setiap pasien rawat inap |
Hasil dan Pembahasan
Hasil
laporan capaian BOR dari data dari unit Rawat Inap pada bulan Oktober-Desember
2023 dan Januari-Maret 2024 (sebelum dan sesudah strategi manajemen dijalankan)
mendapatkan data sebagai berikut;
Tabel 2. Laporan Capaian BOR Rumah Sakit
Capaian BOR |
Okt 2023 (a) |
Nov 2023 (b) |
Des 2023 (c) |
Average (a+b+c)/3 |
Jan 2024 (d) |
Feb 2024 (e) |
Mar 2024 (f) |
Average (d+e+f)/3 |
|
9.3% |
8.7% |
6.1% |
8.03% |
18% |
20.7% |
22.2% |
20.3% |
Hasil
telitian menemukan bahwa capaian BOR rata-rata RS LNG Badak dalam 3 bulan
sebelum dilakukan strategi manajemen adalah sebesar 8.03% dan setelah dilakukan
menjadi sebesar 20.3%. Hal ini menandakan bahwa strategi perubahan membawa
dampak positif berupa peningkatan capaian BOR RS dengan nilai kenaikan 152%.
Hasil
Laporan Pendapatan Unit Rawat Inap pada periode bulan Oktober-Desember 2023
(sebelum strategi manejemen 5M dilaksanakan) dan Periode Januari-Maret 2024
(setelah strategi manejemen dilaksanakan) didapatkan data sebagai berikut;
Tabel 3. Laporan Pendapatan Unit Rawat Inap
Pendapatan Rawat Inap |
Total (d)=(a+b+c) |
Rerata/bulan (e)=(d)/3 |
Oktober-Desember
2023 |
Rp 626.568.665 |
Rp 208.856.222 |
Januari-Maret
2024 |
Rp 805.079.952 |
Rp 268.359.984 |
Hasil
telitian mendapatkan bahwa ada peningkatan pendapatan rawat inap sebesar 28.5%
pada triwulan I. Hal ini disebabkan karena peningkatan jumlah kunjungan pasien
yang dirawat di unit rawat inap RS LNG Badak.
Pembahasan
Hasil
FGD dan Interview yang dilakukan di periode Oktober-November 2023 untuk
menggali penyebab rendahnya capaian BOR di RS LNG Badak dengan menganalisis
framework 5M (Man, Money, Method, Machine and Material) menemukan bahwa faktor
Man disebabkan oleh kurangnya bidang spesialis yang tersedia di RS LNG Badak
sehingga kebanyakan pasien yang berobat harus dirujuk kembali ke RS lain. Hal
ini menimbulkan keengganan dari pelanggan untuk berobat di RS LNG Badak. Selain
itu, hasil ‘Man” menemukan jumlah tenaga perawat yang kurang menyebabkan respon
time menjadi kurang, dimana idealnya adalah kurang dari 5 menit. Maka pada
akhir Desember dilakukan penambahan jumlah tenaga perawat dan bidan sehingga
mutu layanan dapat terjaga dan respon time menjadi lebih baik.
Faktor
Method mendapatkan bahwa waktu transfer pasien dari UGD ke rawat inap lebih
dari 6 jam, bahkan tercatat bisa mencapai 8 jam. Hal ini disebabkan oleh karena
kurangnya koordinasi yang efektif antara unit UGD dengan rawat inap sehingga
ditetapkan bahwa untuk menjaga mutu layanan, maka waktu transfer pasien tidak
boleh melebihi 6 jam. Hasil di lapangan selama proses perubahan strategi
dilakukan, didapati waktu transfer pasien mengalami perbaikan signifikan
menjadi 2-6 jam setelah pasien diterima pertama melalui UGD. Kendala akses
masuk juga menjadi salah satu faktor ‘Method” yang harus diselesaikan oleh
karena RS LNG Badak berada dalam komplek Perusahaan migas. Kendala ini diatasi
dengan menyiapkan kendaraan antar jemput (shuttle) yang beroperasi 2x sehari
ini memudahkan akses masuk kepada pasien dan pengunjung RS. Promosi layanan
juga ditingkatkan dengan menambah jadwal promosi dari sebelumnya hanya 2x/tahun
menjadi 10-12x dalam setahun. Promosi dilaksanakan bukan hanya kepada
Masyarakat sekitar, namun juga kepada Perusahaan dana suransi disekitar RS.
Perbaikan waktu tanggap komplain juga diperbaiki dari yang sebelumnya komplain
baru mendapatkan respon pertama setelah 24 jam, maka strategi manajemen yang
baru mewajibkan waktu tanggap komplain pertama adalah kurang dari 24 jam.
Faktor
‘Money’ mendapati permasalahan kurangnya dana untuk peningkatan skill tenaga
medis sehingga skill tenaga medis menjadi di bawah standar. Maka rumah sakit
berupaya mengadakan in house training menyesuaikan kebutuhan tenaga medis untuk
memperbaiki skill terutama perawat dan bidan yang bertugas baik di UGD maupun
rawat inap
Faktor
‘Machine’ berupa perlunya regenerasi alat-alat medis yang sudah rusak ataupun
tidak layak/tidak lolos uji kalibrasi, serta penambahan alat baru yang
dibutuhkan namun belum tersedia di RS LNG Badak seperti 2 jenis alat
laboratorium, 1 alat ergocycle untuk pelaksanaan exercise test dan 1 unit USG
sehingga pasien yang memerlukan pemeriksaan tersebut tidak lagi dirujuk dan
dialihrawat ke RS lain dan bisa dirawat di RS LNG Badak
Faktor
‘Material’ mendapati bahwa diperlukan perbaikan sarana dan prasarana rawat inap
yang mengalami banyak kerusakan akibat usia pemakaian (hampir 40 tahun).
Kerusakan terutama pada WC, wastafel, pemanas air, AC, dispenser dan beberapa
fungsi pendukung lainnya. Hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah kamar rawat
yang dapat digunakan untuk merawat pasien. Karenanya dilakukan perbaikan
bertahap pada bulan Oktober-Desember 2023, sehingga kamar rawat inap dapat
difungsikan kembali di Januari 2024. Ketersediaan baju pasien di kamar rawat
inap dan selimut pasien juga mengalami kekurangan akibat kondisinya yang sudah
kurang layak pakai, untuk itu dilakukan pengadaan dan pembaharuan selimut
pasien dan baju pasien dengan jumlah yang mencukupi
Kesimpulan
Perubahan
strategi manajemen yang dilakukan pada awal tahun 2024 memberikan hasil berupa
peningkatan nilai konversi Rawat Inap dari unit IGD dan rawat jalan sehingga
diikuti dengan peningkatan BOR Rawat inap dan pendapatan rawat inap di RS LNG
Badak. Penelitian ini tentunya akan lebih baik jika dilakukan pengamatan dalam
periode yang lebih lama sehingga dapat diketahui apakah sifat kenaikan kinerja
ini bertahan lama dan stabil. Faktor-faktor strategi manajemen dengan framework
5M yang dilakukan juga perlu dievaluasi lebih lanjut apakah semuanya memberikan
kontribusi positif atau adakah strategi lain yang lebih efektif dalam menaikkan
BOR dan pendapatan rawat inap RS LNG Badak.
BIBLIOGRAFI
Belciug, S., & Gorunescu, F.
(2015). Improving hospital bed occupancy and resource utilization through
queuing modeling and evolutionary computation. Journal of Biomedical
Informatics, 53. https://doi.org/10.1016/j.jbi.2014.11.010
Bosque-Mercader, L., &
Siciliani, L. (2023). The association between bed occupancy rates and hospital
quality in the English National Health Service. European Journal of Health
Economics, 24(2). https://doi.org/10.1007/s10198-022-01464-8
Daldoul, D., Nouaouri, I.,
Bouchriha, H., & Allaoui, H. (2016). Optimization on human and material
resources in Emergency Department. Proceedings of 2015 International
Conference on Industrial Engineering and Systems Management, IEEE IESM 2015.
https://doi.org/10.1109/IESM.2015.7380224
Dini, D. T., Cicilia, W., &
Ahdun, T. (2022). Peningkatan Strategi Bed Occupancy Rate (BOR) Pelayanan
Rawat Inap RS Anggrek Mas Jakarta. Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah
Sakit Indonesia (MARSI), 6(1).
https://doi.org/10.52643/marsi.v6i1.1747
Encep, A. W., Jak, Y., & Alih,
G. K. (2021). Analisis Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Length Of Stay (LOS) Pasien Rawat Inap Di Instalasi Gawat Darurat
RSUD Cibinong. Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia
(MARSI), 5(2). https://doi.org/10.52643/marsi.v5i2.1746
Fox, A., Gardner, G., &
Osborne, S. (2015). A theoretical framework to support research of health
service innovation. Australian Health Review, 39(1).
https://doi.org/10.1071/AH14031
Friebel, R., Fisher, R., Deeny, S.
R., Gardner, T., Molloy, A., & Steventon, A. (2019). The implications of
high bed occupancy rates on readmission rates in England: A longitudinal
study. Health Policy, 123(8).
https://doi.org/10.1016/j.healthpol.2019.06.006
Hayaeian, S., Hesarzadeh, R., &
Abbaszadeh, M. R. (2022). The impact of knowledge management strategies on the
relationship between intellectual capital and innovation: evidence from SMEs. Journal
of Intellectual Capital, 23(4).
https://doi.org/10.1108/JIC-07-2020-0240
Indharwati, R. (2018). Sumber Daya
Terhadap Rendahnya Capaian Bed Occupancy Rate (BOR) Berdasarkan Penilaian
Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Paru Jember Tahun 2017. Digital Repository
Universitas Jember.
Lee, D. (2015). The effect of
operational innovation and QM practices on organizational performance in the
healthcare sector. International Journal of Quality Innovation, 1(1).
https://doi.org/10.1186/s40887-015-0008-4
Listyani, R., & Oktamianti, P.
(2023). Tren Penelitian Manajemen Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Di Indonesia. Jurnal Kesehatan Tambusai, 4(2).
https://doi.org/10.31004/jkt.v4i2.14593
Miraldo, C., Monken, S. F., Motta,
L., & Ribeiro, A. F. (2019). Innovation in health-care companies: a
strategy to increase customer service productivity. Innovation and
Management Review, 16(4). https://doi.org/10.1108/INMR-04-2019-0041
Nurhidayat, N., Firman, F., &
Utarini, A. (2020). Pemborosan (Waste) di Instalasi Gawat Darurat RSI PKU
Muhammadiyah Tegal. The Journal of Hospital Accreditation, 2(02).
https://doi.org/10.35727/jha.v2i02.73
Roberts, J. P., Fisher, T. R.,
Trowbridge, M. J., & Bent, C. (2016). A design thinking framework for
healthcare management and innovation. Healthcare, 4(1).
https://doi.org/10.1016/j.hjdsi.2015.12.002
Sun, Y., Heng, B. H., Tay, S. Y.,
& Tan, K. B. (2015). Unplanned 3-day re-attendance rate at Emergency
Department (ED) and hospital’s bed occupancy rate (BOR). International
Journal of Emergency Medicine, 8(1).
https://doi.org/10.1186/s12245-015-0082-3
Walters, J. K., Sharma, A., Malica,
E., & Harrison, R. (2022). Supporting efficiency improvement in public
health systems: a rapid evidence synthesis. BMC Health Services Research,
22(1). https://doi.org/10.1186/s12913-022-07694-z
Widiyanto, W., & Wijayanti, R.
A. (2020). Analisis Faktor Penyebab Rendahnya Bed Occupancy Rate (BOR) di
Rumah Sakit Mitra Medika Kabupaten Bondowoso. J-REMI :
Jurnal Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan, 1(4).
https://doi.org/10.25047/j-remi.v1i4.2060
Wiwin Dwi Handayani, Tan Suyono,
Sri Lestari Nasution, & Ermi Girsang. (2022). Analysis of Service Factors
that Influence the Bed Occupancy Rate in the Inpatient Room of Royal Prima
Medan General Hospital. International Journal of Health and Pharmaceutical
(IJHP), 2(1). https://doi.org/10.51601/ijhp.v2i1.19
Yeum, M., Wee, K., & Bang, W.
(2020). The effect of internal marketing on competitive advantage as
organizational coaching – the mediating effect of service innovation. Journal
of System and Management Sciences, 10(1).
https://doi.org/10.21742/ijbpsm.2019.6.1.02
Copyright holder: Indah Puspitasari, Cicilya Candi, Adang Bachtiar (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |