Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 11, November 2022
KONVERGENSI MEDIA DAKWAH DI INDONESIA (STUDI KASUS PADA TV9 NUSANTARA)
��������������������������������
Nadya Khennis Rozana
UIN
Sunan Ampel Surabaya
Email : [email protected]
Abstrak
Perkembangan teknologi
internet sudah menyebabkan perubahan dan perkembangan pada global komunikasi
massa. Lantaran internet, muncullah media baru atau new media. Kemunculan media
baru tadi membarui cara rakyat menerima warta melalui media. Awalnya, rakyat
menerima warta dan kabar melalui media konvensional, misalnya surat kabar,
radio, atau televisi. Untuk bisa terus berkompetisi menjadi asal warta yg
diminati rakyat, media televisi pun melakukan penemuan menggunakan cara
berkonvergensi. Konvergensi merupakan penggabungan menurut beberapa jenis media
dan hadir pada bentuk platform digital. Indonesia saat ini sedang mengalami perkembangan teknologi telekomunikasi yang pesat. Internet, yang identik dengan
teknologi komunikasi, sangat meresap
di Indonesia sendiri, yang mempengaruhi
perubahan budaya media. Industri
TV seperti TV9 Nusantara tentu
mengalami dampak tersebut dan
sebagai media dakwah tentunya akan sangat berisiko jika tidak menciptakan
konvergensi media dalam menjaga eksistensi dakwah di era digital. Karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengungkap bagaimana konvergensi media dakwah yang dilakukan TV9
Nusantara dengan menggunakan penelitian kualitatif deskriptif pendekatan studi
kasus dan berlandas pada lima dimensi konvergensi media milik Rich Gordon yakni
dimensi konvergensi kepemilikan, dimensi konvergensi taktik, dimensi
konvergensi struktur, dimensi konvergensi peliputan informasi dan dimensi
konvergensi penyajian
Kata kunci: Konvergensi Media, Media Dakwah, TV9 Nusantara
Abstract
The development of internet
technology has caused changes and developments in global mass communication.
Because of the internet, new media emerged. The emergence of the new media has
changed the way people receive news through the media. Initially, the people received
news and news through conventional media, such as newspapers, radio or
television. To be able to continue to compete to be the source of news that
people are interested in, the television media has also made discoveries using
convergence methods. Convergence is an amalgamation according to several types
of media and is present in the form of a digital platform. Indonesia is
currently experiencing rapid development of telecommunications technology. The
internet, which is synonymous with communication technology, is very pervasive
in Indonesia itself, which influences the change in media culture. The TV
industry, such as TV9 Nusantara, will certainly experience this impact and as a
propaganda medium, it will certainly be very risky if it does not create media
convergence in maintaining the existence of da'wah in the digital era.
Therefore, this study aims to reveal how the propaganda media convergence
conducted by TV9 Nusantara using descriptive qualitative research with a case
study approach and based on Rich Gordon's five dimensions of media convergence,
namely the ownership convergence dimension, the tactical convergence dimension,
the structural convergence dimension, and the coverage convergence dimension.
information and presentation convergence dimensions
Keywords: Media Convergence, Media Da�wah,
TV9 Nusantara
Pendahuluan
Media massa merupakan suatu topik yang selalu menarik untuk dikaji dan didiskusikan, baik dalam kapasitas diskusi ilmiah maupun gaya diskusi ringan, yang biasanya dilakukan sambil lalu minum kopi panas di sela-sela kesibukan kantor (Jalil, Mz, & Ambarita, 2020). Demikian yang selalu saya lakukan bersama rekan-rekan saya. Permasalahan media tidak akan ada habsinya untuk dikupas dari berbagai disiplin ilmu. Dalam mendikusikan media, orang akan berpusat pada pertanyaan Harold Lasswell tentang komunikasi who says what, to whom, with what channel and with what effect.
With What Channel � Media. Tujuan dikembangkannya media adalah untuk memberikan kemudahan bagi manusia, mengingat media massa (khususnya televisi) sebagai sumber informasi sudah merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, dan juga merupakan salah satu alat komunikasi persuasif yang efektif, untuk itu diperlukan perhatian lebih serius terhadap media-media tersebut (Ainiyah, 2018). Maka menjadi hal yang tepat dan merupakan suatu langkah maju jika media massa juga dimanfaatkan sebagai sarana untuk menyiarkan ajaran Islam. Media massa seperti televisi, radio, koran, dan internet merupakan alternatif terbaik media dakwah Islam yang potensial.
Terdapat dua hal yang memiliki pengaruh besar terhadap perjalanan media massa yakni perkembangan teknologi informasi dan regulasi yang mengikat. Jika ditilik dari sejarah perkembangan teknologi informasi, dewasa ini internet menjadi rajanya penyebaran informasi yang menawarkan kecepatan, fleksibel dan ruang waktu tak terbatas (Dewi, 2021). Kehadiran internet selanjutnya mengubah secara drastis dan dramatis perkembangan media massa. Walaupun begitu, nyatanya bisnis pertelevisian masih cukup kokoh. Bukan hanya jumlah, durasi pemirsa menonton pun semakin panjang. Menurut Lembaga Survey AC Nielsen, pemirsa TV meningkat sebanyak 25 persen di sepanjang tahun 2020. Hary Tanoesoedibjo, Founder sekaligus Executive Chaiman MNC Group, dalam acara Hari Pers Nasional (HPN) juga menyebutkan bahwa rata-rata durasi menonton TV meningkat 12 persen dan mencapai 5 jam 46 menit per harinya.
Penyiaran Islam melalui televisi dapat menyatukan persepsi komunitas umat Islam dengan menerima pesan-pesan yang disampaikan secara bersama-sama dan seragam. Di samping juga dapat meminimalisir pengaruh westernisasi yang semakin marak digencarkan oleh media Barat. Televisi juga merupakan aspek penting bagi proses identifikasi nilai-nilai yang diterima oleh masyarakat (khususnya umat Islam) yang terus berubah (Nurliana, 2020). Syekh Ali Mahfuz mengutarakan bahwa maju mundurnya Islam sangat tergantung pada kegiatan dakwah atau penyiaran Islam yang dilakukan oleh umat Islam itu sendiri.
Namun, datangnya pandemi Covid-19 memicu perubahan dalam industri penyiaran televisi di Indonesia. Pandemi menyebabkan dunia usaha berada dalam kondisi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) artinya dunia mengalami perubahan yang cepat, ketidakpastian yang tinggi, kompleksitas dan ketidakjelasan (bias) (Poernomo, 2020). Presiden Joko Widodo pada Agustus 2020 meluncurkan lima langkah percepatan tranformasi digital. Menkominfo, Jhon Plate menegaskan percepatan yang paling mendesak dilakukan negara adalah percepatan digitalisasi penyiaran, terutama digitalisasi televisi.
Televisi, terutama televisi lokal di era digital ini menghadapi tantangan besar. Teknologi komunikasi dan informasi baru (new media) lambat laun mengambil alih hampir semua kemampuan yang dimiliki oleh media konvensional, bahkan pada titik tertentu new media memberikan lebih dari apa yang bisa diberikan oleh media konvensional (Novianti, 2013). Hal ini menjadikan sebuah fenomena di mana teknologi komputer dan internet yang bersifat interaktif membaur dengan teknologi media komunikasi konvensional yang bersifat masif. Digitalisasi merupakan kunci utama dari adanya konvergensi media, adanya media digital memungkinkan media konvensional untuk mulai �berubah�.
Konvergensi merupakan satu bentuk perkembangan teknologi. Konvergensi menjadi istilah� yang populer di kalangan industri media. Konvergensi media sendiri adalah penggabungan atau pengintegrasian media konvensional dengan media online (Trinoviana, 2017). Konvergensi media memungkinkan para profesional di bidang media massa untuk menyampaikan informasi dengan menggunakan berbagai macam media atau multiplatform yang terintegrasi menjadi satu didalam media digital. Konvergensi media pada dasarnya mengakomodasi perkembangan media-media konvensional tersebut, namun tidak secara parsial atau terpisah, melainkan secara terintegrasi dan keseluruhan, dan pada gilirannya melahirkan konsep-konsep baru dalam bidang komunikasi.
Konvergensi media ini juga memaksa media-media konvensional untuk saling terintegrasi agar dapat bertahan di tengah kemajuan teknologi, dan dampak paling besar adalah menyebabkan perkembangan media konvensional ke dalam bentuk digital, kemudian melahirkan apa yang disebut sebagai media sosial (social media) (Sulvinajayanti, 2017). Media massa lokal yang menjadi objek penelitian ini adalah TV9 Nusantara. TV9 Nusantara merupakan televisi swasta lokal yang mendedikasikan diri dalam penyiaran dakwah. Beberapa program acara dakwah yang disiarkan secara on air adalah program acara Kiswah (Kiswah Tokoh, Kiswah Female, Kiswah Interaktif dan Kiswah Event), program acara Hujjah Aswaja, program acara Ihwal Jam�iyah, program Ngaji Bareng dan Shollu Alan Nabi serta beberapa program lain yang bersifat tematik.
Di bawah naungan PT. Dakwah Inti Media, TV9 Nusantara kini sudah mengadopsi berbagai perangkat new media untuk saling berkonvergensi seperti website, aplikasi mobile hingga media sosial. TV9 Nusantara pada awalnya hanya menyiarkan konten dakwah melalui siaran televisi saja. Namun, sekarang telah merambah ke dalam bentuk digital yang beragam melalui infrastruktur komunikasi yang dimilikinya. Bagaimana beragam media tersebut berkonvergensi menjadi menarik dalam penelitian ini yakni terkait pengelolaan konten dakwah, infrastruktur komunikasi dan sumber daya manusia yang butuh penyesuaian dengan tantangan baru yang dihadapi di era digital.
Landasan Teori
Teori Konvergensi
Media
Masyarakat dewasa ini
begitu bergantung pada teknologi yang menggunakan media. Ketertiban sosial
masyarakat pun didasarkan pada kemampuan untuk menghadapi kemajuan teknologi.
Media bertindak secara langsung untuk membentuk suatu budaya. Kemajuan
teknologi mengharuskan masyarakat menyesuaikan diri terhadap lingkungan global
yang membentang luas atau global village.
Konvergensi sendiri berasal dri bahasa Inggris yakni convergence. Kata
konvergensi merujuk kepada 2 hal atau lebih yang bertemu dalam satu titik.
Sedang media adalah sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana penghubung
dalam penyampaian informasi dari pengirim kepada penerima. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa konvergensi media adalah fenomena bergabungnya berbagai media
yang sebelumnya dianggap berbeda dan terpisah yang meliputi media cetak maupun
media elektronik menjadi satu ke dalam sebuah media tunggal.
Definisi lain yang lebih
jelas, konvergensi dikatakan sebagai proses multidimensi teknologi, ekonomi,
sosial, dan budaya global yang tidak berbeda dengan transisi dan tranformasi
periode Renaissance. Konvergensi
ibarat percikan api yang tersebar dan menjangkau semua ranah kehidupan. Burnet
dan Marshall mendefinisikan konvergensi media sebagai penggabungan industri
media, telekomunikasi dan komputer menjadi sebuah bentuk yang bersatu dan
berfungsi sebagai media komunikasi dalam bentuk digital (Harahap, 2019). Secara umum dalam kasus Indonesia, konvergensi
media berangkat dari basis model surat kabar cetak yang berkolaborasi dengan
versi online. (Wilkinson & Grant, 2009)
Dalam bukunya yang
berjudul The Meaning of Convergence, Rich Gordon membagi konvergensi media ke
dalam lima dimensi atau level. (Sulvinajayanti,
Manajemen dan Konvergensi Media Penyiaran, 2018) Pertama, ownership convergence. Konvergensi ini
mengacu pada kepemilikan perusahaan media besar atas beberapa jenis media.
Misalnya sebuah perusahaan media yang menjadi induk dari media cetak, media
online, dan media penyiaran. Kedua, tactical
convergence. Konvergensi ini merupakan bentuk trik atau cara kerjasama
dengan melakukan pertukaran informasi yang diperoleh dari media-media yang
berkonvergen atau bekerja sama.
Ketiga, structural convergence. Konvergensi ini
membutuhkan redesign pembagian kerja dan strukturisasi organisasi di tiap media
yang sudah menjadi bagian dari konvergensi. Struktur organisasi dan job
description yang sudah. Keempat, information
gathering convergence. Jenis konvergensi ini terjadi ketika para karyawan
memiliki keterampilan bekerja di lebih satu jenis media diharapkan dapat
mengumpulkan data, mengolah, dan menyajikan data dalam berbagai platform. Bisa
ke platform cetak, televisi, maupun online. Kelima, storytelling convergence. Bentuk konvergensi ini menuntut
keterampilan karyawan media dalam mengemas informasi sesuai dengan segmen pasar
media yang bersangkutan dan dilengkapi dengan foto, video, maupun grafis.
Beberapa penelitian
terdahulu terkait konvergensi media telah dilakukan sebelumnya, di antaranya :
1.
Penelitian yang dilakukan
oleh Alfi
Rohmatul Hidayah dengan judul �Pengelolaan Kovergensi Media Suara
Surabaya Media Di Era Disrupsi�. Peneltian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dan metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahawa di era
disrupsi SS Media melakukan beragam strategi untuk bertahan. Sedang dalam
penelitian saat ini menggunakan metode studi kasus untuk mengetahui konvergensi
media dakwah di TV9 Nusantara.
2. Penelitian
yang dilakukan oleh Mada Wijaya Kusumah dengan judul �Konvergensi Media Dakwah di Masa Pandemi Covid-19�. Penelitian ini
menggunakan metode campuran, yaitu dengan pendekatan kepustakaan atau studi
literatur juga studi analisa media sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa masa pandemi Covid 19, para ulama, habaib dan kyai menjadikan konvergensi
media dakwah sebagai media dakwah Islam untuk meningkatkan kesadaran umat.
Sedang dalam penelitian saat ini menggunakan metode studi kasus untuk
mengetahui konvergensi media dakwah di TV9 Nusantara.
3. Penelitian
yang dilakukan oleh Miftahul Adib, Togi Prima Hasiholan, Meylda Adheista,
Muhammad Iqbal dengan judul �Konvergensi
Media Industri Televisi Indonesia Pada Program Acara Indonesian Idol X�.
Pada penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dan pendekatan
kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dalam konvergensi media Program acara Indonesian Idol ini,
dari semua platform yang digunakan dapat diketahui terdapat tiga proses.Proses
konvergensi dilihat dari proses Produksi, promosi dan distribusi konten. Sedang
dalam penelitian saat ini menggunakan metode studi kasus untuk mengetahui
konvergensi media dakwah di TV9 Nusantara.
4. Penelitian
yang dilakukan oleh Syamsul Arif Billah dengan judul �Kesiapan Indosiar Dalam Menghadapi Era Multiplatform & Konvergensi
Media�. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan
studi kasus. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kesiapan indosiar dalam
menghadapi konvergensi media dan era multiplatform. Sedang dalam penelitian
saat ini menggunakan metode studi kasus untuk mengetahui konvergensi media
dakwah di TV9 Nusantara.
Sedangkan penelitian
terdahulu terkait TV9 Nusantara yang pernah dilakukan, di antaranya :
1. Penelitian
yang dilakukan oleh Tsalis Fahmi Rahadian yang berjudul �Manajemen Media Televisi TV9 Nusantara : Antara Bisnis dan Dakwah dalam
Prespektif Ekonomi Media�. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
deskriptif yang berfokus pada bagaimana manajemen pengelolaan TV9 Nusantara
sebagai media bisnis dan media dakwah. Sedang dalam penelitian saat ini
menggunakan metode studi kasus untuk mengetahui konvergensi media dakwah di TV9
Nusantara.
2. Penelitian
oleh Abdul Choliq dan Muhammad Dhawud yang berjudul �Manajemen Strategi NU TV9 Nusantara Menghadapi Televisi Swasta Lokal di
Surabaya�. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk mengetahui
strategi TV9 Nusantara dalam menghadapi televisi swasta lokal di Surabaya.
Sedang dalam penelitian saat ini menggunakan metode studi kasus untuk
mengetahui konvergensi media dakwah di TV9 Nusantara
Metode Penelitian
Metode
penelitian� adalah strategi umum yang
dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang diperlukan guna menjawab
persoalan yang sedang diselidiki atau diteliti (Anggito & Setiawan, 2018; Fitrah,
2018). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif pendekatan
studi kasus. Penulis menggunakan paradigma konstruktivisme karena ingin
menyatakan kenyataan tentang konvergensi media massa yang sesuai dengan lima
dimensi konvergensi Rich Gordon melalui konstruksi sosial yang diciptakan oleh
subjek penelitian.
Jenis pendekatan studi kasus ini
merupakan jenis pendekatan yang digunakan untuk menyelidiki dan memahami sebuah kejadian atau masalah
yang telah terjadi dengan mengumpulkan berbagai macam informasi yang kemudian diolah untuk mendapatkan
sebuah solusi agar masalah yang diungkap dapat terselesaikan (Rahayuningsih & Susanto, 2021). Adapun yang membedakan
penelitian dengan pendekatan studi kasus dengan jenis
pendekatan penelitian kualitatif yang lain terdapat
pada kedalaman analisisnya
pada sebuah kasus tertentu yang lebih spesifik. Analisis dan triangulasi data juga digunakan untuk menguji keabsahan
data dan menemukan kebenaran
objektif sesungguhnya. Metode ini dinilai
tepat untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini.���
Hasil dan Pembahasan
TV9 Nusantara sebagai
Media Dakwah
TV9 Nusantara memiliki konsep baru dalam menyajikan tayangan di gerbang era digital dengan sentuhan berbeda yang dimilikinya yakni santun menyejukkan. Bergerak dengan kearifan lokal dan pandangan Islam moderat, Islam Nusantara yang menghargai keberagaman. TV9 Nusantara merupakan televisi lokal yang menggunakan Islam sebagai pedoman penayangannya. Dengan memiliki prinsip dakwah Islam inilah, TV9 Nusantara hadir untuk menyajikan konten yang tidak hanya menghibur namun juga mengedukasi.� Berawal dari muktamar Nahdlatul Ulama Jawa Timur yang akhirnya mencetuskan agar dilahirkan media dakwah berupa media massa televisi. Pada hari lahir ke 86 Nahdlatul Ulama 31 Januari 2010, pertama kalinya TV9 Nusantara melakukan siaran uji coba di kota Surabaya.
Karena telah mendedikasikan diri sebagai media dakwah, TV9 Nusantara bahkan memiliki logo yang maknanya merujuk pada Islam Nusantara. Adapun penjelasan tentang makna logo TV9 Nusantara adalah sebagai berikut : Angka 9 memiliki dua makna, pertama �merujuk pada Wali Songo yang menjadi penyebar agama Islam di tanah Jawa. Kedua, angka 9 adalah angka tertinggi di antara angka tunggal yang menggambarkan ikhtiar manusia menuju kesempurnaan hidup dan penggapaian cita-cita. Angka 9 pun identik dengan Nahdlatul Ulama. Sedang slogan TV9 Nusantara yakni santun menyejukkan memiliki makna santun dalam sajian tayangannya dan memberikan kesejukan bagi pemirsa yang menyaksikan. Kesejukan di sini dapat diartikan sebagai nasihat yang memberi pencerahan. Hal ini sesuai dengan tujuan atau visi mereka untuk menjadi televisi dakwah terbaik di Indonesia.
Sebagai media dakwah, TV9 Nusantara menyediakan program acara dakwah yang dikemas semenarik dan sebaik mungkin agar dapat dinikmati oleh masyarakat semua kalangan dengan menghadirkan isu terkini serta pendakwah yang mumpuni. Program acara dakwah di antaranya : Kiswah Interaktif, Kiswah Female, Kiswah Tokoh, Apa Kata Bu Nyai, Musik Religi, Hujjah Aswaja, Ihwal Jam�iyah dan acara yang bersifat tematik lainnya. Tidak hanya menghadirkan konten dakwah televisi. Kini TV9 Nusantara juga menyajikan konten dakwah yang di media digital agar dapat dinikmati oleh pemirsa tanpa batas ruang dan waktu.
Konvergensi Media Dakwah
di TV9 Nusantara
Konvergensi media digambarkan sebagai proses berkelanjutan di mana konten, teknologi, audiens dan indurstri saling berpotongan. Dari hasil observasi dan wawancara penulis di TV9 Nusantara menunjukkan
adanya keterkaitan erat antara konten,
teknologi dan audiens. TV9
Nusantara melakukan konvergensi
media karena adanya transformasi teknologi yang dapat mnedorong industri media ke ranah digital. TV9 Nusantara telah
membaca apa yang dibutuhkan oleh masyarakat lalu melakukan konvergensi media dengan membentuk tim khusus
yakni Tim New Media untuk mengoptimalkan media digital. Kebutuhan
masyarakat pun menuntut TV9
Nusantara menyajikan konten
dakwah untuk memenuhi media digital berupa foto, video dan juga infografik.
Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa TV9 Nusantara telah menerapkan konvergensi media. Konvergensi media di TV9 Nusantara dapat
dilihat dari lima dimensi yang dipaparkan oleh Rich
Goldon :
1.
Konvergensi Kepemilikan
TV9 Nusantara lahir pada 31 Januari 2010 silam yang diberi
nama PAS TV sebagai bagian dari perayaan ulang tahun ke-84 Nahdlatul Ulama. TV9
Nusantara merupakan satu media televisi yang dikelola oleh PT Dakwah Inti Media
milik KH Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, S.H, MM. Telah memperoleh izin
penyelenggaraan penyiaran prinsip tertanggal 7 Juli 2009 dan izin
penyelenggaraan penyiaran tetap tertanggal pada 23 Juli 2012 dari Menteri
Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia sebagai lembaga penyiaran swasta
lokal untuk kota Surabaya. Media televisi ini mulai mengudara pada tanggal 31
Januari 2010 dan fokus pada program bernuansa Islami.
PT Dakwah Inti Media melanjutkan upaya tranformasi diri dari
entitas bisnis televisi TV9 Nusantara menjadi media multiplatform. Konvergensi
kepemilikan merupakan konvergensi konglomerasi di mana sebuah perusahaan
menjadi induk dari berbagai media. Dalam hal ini, PT Dakwah Inti Media menjadi
induk perusahaan bagi TV9 Nusantara, lalu TV9 Nusantara menjadi induknya
platform media digital yang saling terintegrasi melakukan promosi silang dan
pembagian konten.
Beberapa media digital yang aktif
digunakan TV9 Nusantara saat ini selain TV digital adalah :
Tabel
1 Media Digital TV9 Nusantara
No. |
Media |
Nama |
1. |
Website |
- TV9.co.id - Jurnal9.tv |
2. |
Youtube |
- TV9 Official - TV9 News |
3. |
Instagram |
- TV9 Nusantara - Infonusia |
4. |
Facebook |
- TV9 Nusantara - Jurnal9 |
5. |
Twitter |
- TV9 Nusantara |
6. |
Tik Tok |
- TV9 Nusantara |
Sumber : Hasil
Observasi Penulis di TV9
Nusantara
2.
Konvergensi Taktikal
Dari hasil penelitian dinyatakan
bahwa pertukaran informasi antara media televisi TV9 Nusantara dan media
digital mulai dijalankan serius pada tahun 2019 dengan membentuk tim New Media.
Pendirian tim New Media ini untuk menyasar kepada seluruh audiens dari berbagai
kalangan apalagi di jalan ini yang bergantung pada internet di lini
kehidupan.Hal ini sesuai dengan ciri-ciri media baru (Vera,
2016) yaitu media memiliki
kemampuan untuk mengatasi kurangnya waktu dan ruang meskipun terbatas dengan
ukuran layar, waktu unduh, kapasitas server dan lain � lain. Pertukaran
informasi yang dilakukan masing-masing platform media kemudian dijalankan
dengan pengadaan tim New Media. pertukaran informasinya menggunakan sistem
server di bawah naungan divisi New Media. Server ini digunakan sebagai tempat
disimpannya seluruh konten yang dimiliki, lalu dikelola untuk disajikan pada
setiap platform.
Adanya divisi New Media ini
mempermudah produksi konten di setiap platform. Content creator bertugas untuk menetapkan isu dan mengumpulkan
data dari isu atau informasi yang nantinya akan disajikan pada masing-masing
platform. Pengumpulan data ini dilakukan secara terpisah setiap platform.
Setelah terkumpul data yang lengkap, maka diserahkan kepada editor konten untuk
segera dilakukan eksekusi penyuntingan. Semua konten hasil suntingan editor
akan di-review oleh content creator sebagai uji kelayakan
tayang. Lalu konten diserahkan kepada social
media officer atau admin media sosial untuk dijadwalkan penayangan di
masing-masing platform yang juga berttugas untuk memantau insight konten yang telah ditayangkan.
Konvergensi taktikal ini telah
diterapkan pada TV9 Nusantara. Menurut Rich Gordon, salah satu konsep
konvergensi media adalah konvergensi taktik, dari segi promosi silang dengan
menerapkan sistem bundling pada iklan
dan saling melakukan promosi antar platform. Namun, dalam bidang periklanan ini
belum sepenuhnya berjalan maksimal karena masing-masing platform terkadang
memiliki konsumen yang berbeda.
3.
Konvergensi Struktur
Semakin agresif konvergensi
dilakukan maka semakin besar kemungkinan bahwa deskripsi dan struktur
organisasi akan berubah. Struktur berubah secara jelas karena terdapat
penambahan divisi New Media yang berfungsi sebagai pemegang kendali media
digital di TV9 Nusantara. Struktur dalam divisi New Media terdiri atas:
Tabel
2 Strutur Tim New Media TV9 Nusantara
No. |
Nama |
Jabatan |
1. |
Tony Cahyono |
Manajer Divisi New Media |
2. |
Anita Taqwiniyah |
Social Media Officer |
3. |
Budi Prasetyo |
Content Creator / Editor Grafis |
4. |
Ali Shofi |
Editor Grafis |
Sumber : Hasil Observasi
Penulis di TV9 Nusantara
Penambahan divisi New Media ini
mengubah struktural dalam TV9 Nusantara. Dari nama-nama pada kolom di atas
sebelum bergabung dalam divisi New Media adalah tim dari divisi lain. Namun,
karena mereka dinilai mumpuni dalam bidang media baru, pihak TV9 Nusantara
memutuskan untuk mengoptimalkan mereka menjadi garda depan media digital.
4.
Konvergensi Peliputan
Informasi
Adanya transformasi dari media
konvensional ke digital memberi tuntutan pada karyawan untuk bekerja secara
multitasking, karena masyarakat saat ini menginginkan konten yang cepat diakses
di manapun dan kapan pun. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut, maka
TV9 Nusantara menerapkan kebijakan bagi karyawan yang berada dalam divisi New
Media dapat multitasking menguasai media digital, isu terkini juga fotografi
dan videografi.
Namun, kebijakan ini masih belum
dibarengi dengan edukasi dan pelatihan khusus kepada karyawan yang terlibat.
Mengakibatkan pemanfaatan media baru di TV9 Nusantara kurang maksimal.
Urgensinya pelatihan bagi karyawan adalah ketika kebijakan ini diterapkan,
seiring berjalannya waktu para karyawan New Media dapat menguasai media-media
digital yang dikonvergen.
5.
Konvergensi Penyajian
atau Pengisahan Cerita
Konvergensi penyajian atau
pengisahan cerita ini menekankan pada tugas karyawan untuk menyajikan konten
dakwah di berbagai platform. Rich Gordon menyatakan bahwa hadirnya media baru maka
terjadilah perubahan dalam penyajian informasi. Dalam mempertahankan konten
pada televisi, TV9 Nusantara berusaha untuk mengoptimalkan setiap
program-program on air agar disesuaikan dengan kemajuan teknologi dan keadaan
masyarakat pada masa pandemi, seperti halnya pengubahan tampilan yang lebih
menarik.
Untuk penyajian konten di berbagai platform adalah
tugas karyawan yang berada dalam naungan divisi New Media. Tim New Media
mendapatkan konten dari tim produksi yang disediakan dalam server. Selain
konten berupa video, terdapat konten tulisan yang disajikan dalam portal
online. Serta konten infografik yang disediakan pada media sosial yang dikelola
tim New Media. Namun, untuk saat ini, tim New Media masih membutuhkan sumber
daya manusia yang lebih untuk mengolah permintaan konten media sosial yang
banyak karena SDM yang dimiliki masih terbatas.
Untuk menunjang penyajian informasi di berbagai platform
TV9 Nusantara memfasilitasi karyawan
New Media dengan PC komputer
dan smartphone serta
kamera yang mumpuni untuk digunakan sebagai alatt melaksanakan
pekerjaan. Namun, penerapan konvergensi penyajian konten dakwah ini masih
membutuhkan pengoptimalan terutama pada sisi sumber daya manusia.
Kesimpulan�������������������������������������������������
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa TV9 Nusantara telah
mengaplikasikan seluruh dimensi dari konvergensi media, namun terdapat beberapa
kendala yang masih menghambat kelancaran proses konvergensi. Lima dimensi
konvergensi media yang dilakukan TV9 Nusantara di antaranya :
Pada dimensi konvergensi kepemilikan, TV9 Nusantara berada di bawah
naungan PT. Dakwah Inti Media. Kini TV9 Nusantara tidak hanya bergerak dalam
lingkup media massa televisi, namun telah merambah pada platform digital.
Platform digital di bawah naungan TV9 Nusantara yakni website TV9.co.id, portal
berita online Jurnal9.tv, media sosial dan aplikasi digital. Dalam dimensi
konvergensi taktik, pertukaran informasinya menggunakan sistem server di bawah
naungan divisi New Media. Server ini digunakan sebagai tempat disimpannya
seluruh konten yang dimiliki, lalu dikelola untuk disajikan pada setiap
platform.
Pada dimensi konvergensi struktur dengan menambahkan divisi New Media.
Pada dimensi konvergensi peliputan informasi, karyawan mengalami perubahan cara
kerja dampak dari adanya konvergensi, yaitu dituntut untuk multitasking. Sedang
dalam konvergensi penyajian, karyawan yang berada di tim New Media mulai
diarahkan untuk menyajikan informasi tidak hanya dalam bentuk tulisan namun
juga dalam bentuk foto serta video interaktif.
Ainiyah, Nur. (2018). Remaja Millenial dan
Media Sosial: Media Sosial Sebagai Media Informasi Pendidikan Bagi Remaja
Millenial. Jurnal Pendidikan Islam Indonesia, 2(2), 221�236.
Anggito, Albi,
& Setiawan, Johan. (2018). Metodologi penelitian kualitatif. CV
Jejak (Jejak Publisher).
Dewi, Putri
Aisyiyah Rachma. (2021). INTRODUCTION TO PUBLIC RELATIONS Theories and
Practical Usage. Penerbit Lakeisha.
Fitrah, Muh.
(2018). Metodologi penelitian: penelitian kualitatif, tindakan kelas &
studi kasus. CV Jejak (Jejak Publisher).
Harahap, M.
Alfansyah. (2019). Resensi Buku: Konvergensi Media; Perbauran Ideologi,
Politik, dan Etika Jurnalisme. Communication, 10(1), 116�127.
Jalil, Abdul,
Mz, Ihsan, & Ambarita, Jenri. (2020). Kuat Melawan Corona. Litera.
Novianti, Wiwik.
(2013). Televisi lokal dan konsentrasi kepemilikan media. Observasi, 11(1).
Nurliana,
Nurliana. (2020). Televisi sebagai Media Dakwah Islam dalam Kehidupan
Masyarakat Indonesia. Jurnal Peurawi: Media Kajian Komunikasi Islam, 3(1),
120�135.
Poernomo, Baby.
(2020). Peran Perguruan Tinggi Dalam Menyiapkan Pemimpin Masa Depan menghadapi
Era VUCA. Prosiding Seminar STIAMI, 7(2), 70�80.
Rahayuningsih,
Puji, & Susanto, Susanto. (2021). Daya Tarik Dompet Digital. Jurnal
Riset Manajemen Dan Bisnis, 6(1), 43�50.
Sulvinajayanti,
Sulvinajayanti. (2017). Public Relations dan New Media (Proses Humas dalam
Mengelola Instagram@ Universitaspertamina). KOMUNIDA: Media Komunikasi Dan
Dakwah, 7(2), 154�168.
Trinoviana,
Anindita. (2017). Strategi Konvergensi Radio Sebagai Upaya Perluasan Pasar
Audience dan Iklan (Studi Kasus Pada Swaragama Fm (101.7 Fm), Geronimo Fm
(106.1 Fm), Dan Prambors Radio (102.2 FM/95.8 FM)). Jurnal Komunikasi, 12(1),
35�50.
Vera, Nawiroh.
(2016). Komunikasi Massa, Penerbit Ghalia Indonesia. Bogor.
Wilkinson,
Jeffrey, & Grant, August E. (2009). Understanding Media Convergence: The
State of The Field. Oxford University Press.
�����������
Copyright holder: Nadya Khennis Rozana (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |