Syntax Literate :
Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
��e-ISSN : 2548-1398
Vol.
6, No.
6, Juni 2021
ANALISIS OPTIMASI MODEL BISNIS PERUSAHAAN FINTECH BERBASIS EQUITY
CROWDFUNDING MENGGUNAKAN BUSINESS MODEL CANVAS
Teuku Ghalib Muadzan, Bernardus Yuliarto
Nugroho
Magister Ilmu Administrasi dan Kebijakan Bisnis, Universitas Indonesia (UI) Depok Jawa Barat, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
Abstract
Along with the development of
technology and the internet, the fundraising process becomes more modern with a
larger scope known as crowdfunding. Especially with the emergence of companies
that focus on financial technology and increasing investment interest in
millennials, crowdfunding, especially investment-based, is one of the
attractive investment objectives. Santara as the
first equity crowdfunding company licensed by OJK seeks to create an investment
platform with the aim of developing SMEs in Indonesia. This research aims to
find out the picture of Santara's current business
model with Business Model Canvas and provide recommendations for new Business
Model Canvas to be offered to Santara. This research
method uses mixed methods with concurrent embedded design models. Qualitative
data collection techniques by conducting interviews with 5 sources and
quantitative by disseminating questionnaires to 8 speakers in Santara. Data analysis techniques using reduction, display
data, conclusion as well as SWOT analysis of questionnaire results using The
Likert Scale. The results of this study showed that out of the nine blocks of
Business Model Canvas there are seven blocks of Business Model Canvas, namely
customer segment, value proposition, channel, customer relationship, key
activity, key partnership and cost structure that are added to the building
blocks respectively.
Keywords:� equity crowdfunding; financial technology; model bisnis; business model canvas
Abstrak
Seiring dengan perkembangan
teknologi dan internet, proses pengumpulan
dana menjadi lebih modern dengan ruang lingkup
yang lebih besar yang dikenal dengan istilah crowdfunding.
Terlebih dengan munculnya perusahan-perusahan
yang fokus pada financial
technology dan meningkatnya minat
investasi pada generasi millenial, crowdfunding
khususnya yang berbasis investasi menjadi salah satu tujuan investasi
yang menarik. Santara sebagai perusahaan equity crowdfunding pertama
berizin OJK berusaha membuat platform investasi dengan tujuan pengembangan UKM yang ada di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran model bisnis Santara saat ini dengan
Business Model Canvas dan memberikan rekomendasi Business Model Canvas yang baru untuk ditawarkan
ke Santara. Metode penelitian ini menggunakan mixed methods dengan
model desain concurrent
embedded. Teknik pengumpulan
data kualitatif dengan melakukan wawancara dengan 5 narasumber dan kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner kepada 8 narasumber di Santara. Teknik analisis data menggunakan reduction,
data display, conclusion serta analisis SWOT dari hasil kuesioner dengan menggunakan Skala
Likert. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari sembilan blok Business Model Canvas ada tujuh blok
Business Model Canvas yaitu customer segment, value proposition, channel, customer
relationship, key activity, key partnership dan
cost structure yang ada penambahan pada blok bangunan masing-masing.
Kata Kunci:� equity
crowdfunding; financial technology; model bisnis; business
model canvas
Pendahuluan
Gotong
royong telah menjadi filosofi turun-temurun yang dikenal oleh masyarakat
Indonesia. Salah satu kegiatan yang menganut prinsip tersebut adalah
pengumpulan dana. Pengumpulan dana atau pendanaan menjadi salah satu faktor
penting untuk tercapainya suatu kegiatan komersial maupun sosial. Awalnya
pengumpulan dana dilakukan dengan cara tradisional, di ruang lingkup yang kecil
dan pengelolaannya dijalankan oleh satu atau beberapa orang yang diberikan
tanggung jawab untuk mengelola dana (Tirdanatan, Georgiana, & Sun, 2014).
Namun seiring dengan perkembangan teknologi dan penggunaan internet yang
semakin global, muncul istilah baru dalam pengumpulan dana yang disebut dengan Crowdfunding (Febriani, 2017).
Crowdfunding adalah
kegiatan pengumpulan dana dari individu maupun kelompok dalam jumlah kecil atau
besar untuk pendanaan suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan dengan
menggunakan fasilitas internet (Prasetyawati, 2017). Crowdfunding
memiliki 4 tipe yaitu: a). Lending Based Crowdfunding yang mempunyai
sistem kerja sama dengan pinjam-meminjam pada umumnya dimana seseorang meminjam
dana untuk sebuah kegiatan dengan bermaksud memperoleh dana tersebut kembali
dengan keuntungan tertentu; b). Equity Based Crowdfunding memiliki
kemiripan dengan kegiatan investasi dimana seseorang mendapatkan hak milik dari
satu entitas untuk imbalan atas dana yang diberikan; c). Reward Based
Crowdfunding dilakukan dimana individu akan memperoleh hadiah disesuaikan
dengan kontribusi yang diberikan dan d). Donation Based Crowdfunding
merupakan contoh crowdfunding berbentuk pemberian dana dengan tujuan
berdonasi pada sebuah kegiatan tanpa adanya harapan dana kembali dari donasi
yang telah diberikan (Tirdanatan et al., 2014).
Crowdfunding
memiliki kaitan erat dengan financial technology (fintech) dimana Crowdfunding masuk ke dalam bagian financial
inclusion yang merupakan salah satu dari empat bagian dalam teknologi
finansial dan regulasinya diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan. Menurut (Ansori, 2019),
Financial Technology atau disingkat Fintech adalah penggabungan
antara teknologi serta fitur keuangan atau dapat disebut inovasi dengan
sentuhan teknologi modern pada sektor finansial. Menurut (Ansori, 2019),
fintech memiliki tiga tipe yaitu: 1). Third-party payment systems
atau sistem pembayaran melalui pihak ketiga; 2). Peer-to-Peer (P2P) Lending
sebagai platform yang menghubungkan pemberi pinjaman dan peminjam melalui
internet dan 3). Crowdfunding.
Berbicara
tentang fintech maka tidak akan lepas dari perusahaan startup fintech
yang memberikan kemudahan untuk masyarakat dalam melakukan transaksi keuangan
dengan mudah dimanapun dan kapanpun (Rahayu, 2018)
sehingga industri fintech berkembang pesat selain juga karena faktor
perkembangan teknologi dan segmentasi generasi millenial (DBS, 2018).
Terlebih salah satu dari tipe crowdfunding yaitu Equity Crowdfunding
dinilai sebagai salah satu dari tiga jenis investasi yang paling cocok bagi
generasi millenial selain peer-to-peer lending dan emas (Muamar, 2020). Selain
itu perkembangan fintech saat ini juga membuka peluang bagi startup
dan UKM untuk mendapatkan pendanaan melalui equity crowdfunding sehingga
tidak terbebani kewajiban pembayaran bunga dan pokok pinjaman (Listyorini, 2020).
Sistem Equity
crowdfunding mirip dengan investasi di pasar modal. Ada penerbit (perusahaan
yang menawarkan saham perusahaannya), penyelenggara layanan urun dana, dan
pemodal (investor). Perbedaannya, penawaran saham dengan sistem Equity
crowdfunding dilakukan oleh penerbit untuk menjual saham secara langsung
kepada pemodal melalui sistem elektronik secara online, lalu yang
diberikan kucuran dana atau selanjutnya disebut penerbit adalah perusahaan
rintisan maupun UKM dengan jumlah modal tidak lebih dari Rp 30 miliar dan harus
berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan bukan perusahaan yang dikendalikan baik
langsung maupun tidak langsung oleh suatu kelompok usaha atau
konglomerasi.� Penerbit akan melakukan
penawaran saham perusahaannya melalui penyelenggara layanan urun dana. Setelah
itu pemodal dapat membeli saham perusahaan yang saat itu ditawarkan (Listyorini, 2020).
Peraturan terkait pengaturan platform, investor, hingga besaran uang
yang boleh dikumpulkan dari penawaran saham yang dilakukan ada di POJK Nomor
37/POJK.04/2018 (Ryza, 2020).
Berdasarkan
POJK Nomor 37/POJK.04/2018 tentang Layanan Urun Dana Melalui Penawaran Saham
Berbasis Teknologi Informasi (Equity Crowdfunding), OJK
menyampaikan ada 3 perusahaan penyelenggara yang sudah mendapat
izin OJK per 31 Desember 2019 yaitu Santara, Bizhare dan Crowddana (Ryza, 2020).
Berdasarkan jumlah investasi, total investor yang terdaftar dan bisnis yang
terdanai, perbandingan antara ketiga platform crowdfunding diatas adalah
sebagai berikut:
Tabel 1
Perbandingan
Platform Equity Crowdfunding di Indonesia
Platform |
Asal Kota |
Total Investasi |
Total Investor Terdaftar |
Bisnis Terdanai |
Santara |
Yogyakarta |
67.8 Miliar |
184.201 |
51 |
Bizhare |
Jakarta |
28 Miliar |
42.000 |
31 |
Crowddana |
Jakarta |
21.4 Miliar |
282 |
4 |
Sumber: Olahan Peneliti
per 3 Juli 2020
Berdasarkan
data diatas, Santara memiliki total investasi, investor serta bisnis terdanai
yang lebih besar dibandingkan platform lainnya. Hal ini bisa terjadi karena platform
tersebut telah berdiri pada tahun 2012 dan mendapatkan izin terlebih dahulu
dari OJK per tanggal 6 September 2019. Selain itu Santara
menyediakan layanan urun dana dengan bermacam-macam usaha seperti makanan,
peternakan domba, peternakan bebek, perkebunan papaya, durian dan lain-lain.
Pada
Santara ada tiga pihak yang dilibatkan, yakni pemodal, penerbit atau UKM, dan
penyelenggara. Pemodal memberi investasi ke Santara, lantas Santara akan
mengirimkan uang kepada penerbit untuk mengembangkan usahanya. Namun sebelum
saham sebuah usaha bisa diperdagangkan, Santara telah melakukan seleksi yang meliputi
perhitungan risiko bisnis, reputasi, dan faktor lainnya. Selain itu, UKM yang
ingin menjual saham di Santara harus berbentuk Perusahaan Terbatas (PT) dan total
dana yang dapat dihimpun melalui equity crowdfunding mencapai
Rp 10 miliar. Selain itu Santara memastikan bahwa pemilik UKM
tetap bertindak sebagai pemegang saham mayoritas sehingga jumlah saham maksimal
yang dapat dilepas ke publik maksimal 49 persen (Radar Jogja, 2019).
Dengan adanya aturan POJK Nomor 37/POJK.04/2018, akan muncul pemain
baru dalam pasar ini dikarenakan bisnis ini adalah
bisnis untuk jangka Panjang (Qolbi, 2019).
Oleh karena itu perusahaan fintech seperti
Santara harus memiliki model bisnis yang baik agar mampu bertahan dalam pasar sehingga membantu keberlangsungan banyak bisnis UKM di Indonesia.
Salah satu
model bisnis yang saat ini banyak digunakan
oleh perusahaan-perusahaan adalah
model bisnis
kanvas atau biasa disebut business model canvas. Business Model Canvas yang terdiri oleh sembilan elemen yaitu Customer Segment (Segmentasi Pelanggan), Value
Proposition (Proposisi Nilai), Channel (Saluran),
Customer Relationship (Hubungan Pelanggan), Revenue Streams (Arus
Pendapatan), Key
Resources (Sumber Daya
Utama), Key Activities (Aktivitas Kunci), Key Partnership (Kemitraan
Kunci), dan Cost
Structure (Struktur Biaya)
menunjukkan bagaimana perusahaan mendapatkan hasil yang diinginkan (Bilqis, 2017).
Dengan
semakin berkembangnya teknologi maka tantangan yang dihadapi akan semakin
banyak. Oleh karenanya perlu ada model bisnis yang tepat agar perusahaan tetap
bertahan dan bahkan berkembang. Santara memerlukan evaluasi dari model bisnis
yang ada dan setelahnya menerapkan model bisnis baru yang mampu menjawab
tantangan yang akan dihadapi agar lebih unggul dibandingkan kompetitor. Penelitian ini
sendiri bertujuan untuk menganalisis bagaimana model bisnis perusahaan fintech seperti
Santara menggunakan business
model canvas dan bagaimana evaluasi
dari model bisnis tersebut serta bagaimana rekomendasi model bisnis yang dapat diterapkan oleh Santara pada masa
yang akan datang. Alasan dipilihnya judul dan tema ini adalah karena
pembahasan crowdfunding yang menarik dan sangat cocok untuk dibahas
terutama karena perkembangan teknologi dan munculnya perusahaan berbasis fintech dan Crowdfunding di masa
yang mendatang bisa jadi solusi untuk
permasalahan pendanaan sosial maupun modal komersial.
Sebelumnya telah
ada beberapa penelitian yang terkait dengan penguatan dan inovasi pada Business
Model Canvas yaitu (Noviarto & Sulistijono, 2016)
dan (Putri & Alfanur, 2014).
Dalam (Noviarto & Sulistijono, 2016),
hasil penelitian adalah terkait penguatan model bisnis yang baru, dimana Esgotado
sebagai tempat penelitian disarankan untuk menambah market place baru,
menggunakan teknologi informasi dalam kegiatannya, membuat dan memperbarui database pelanggan, serta melihat nilai
dari para pesaing. Esgotado harus memberikan nilai pada pelanggan, serta menambah channel media online baru.
Selain itu karena adanya penambahan
biaya operasional maka harus ada
penambahan arus pendapatan dari produk baru. Sedangkan
pada (Putri & Alfanur, 2014)
hasil dari penelitian adalah adanya ancaman pada channel yaitu website yang penting bagi Bebek Garang.
Bebek garang harus membuat sistem
pengantaran secara efisien. Bebek garang harus meningkatkan
value propositions kepada pelanggan dengan memberikan kenyamanan supaya pelanggan tidak pindah kepada competitor, karena itu adalah
ancaman yang akan datang bagi bebek
garang. Kedua penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian ini dimana menggunakan
business model canvas untuk melihat sejauh
mana model bisnis dijalankan
dan melakukan optimalisasi
pada model bisnis dengan menggunakan business model
canvas. Namun yang berbeda
pada penelitian ini, peneliti ingin fokus pada perusahaan financial technology berbasis
investment-based crowdfunding. Pada penelitian ini, peneliti ingin melakukan analisa pada model bisnis perusahaan Santara dengan business model canvas, melakukan evaluasi pada model bisnis dengan analisis
SWOT dan memberikan rekomendasi
model bisnis Santara dengan business model
canvas.
Berdasarkan pokok
permasalahan diatas, maka tujuan penelitian
adalah menganalisis model bisnis Santara dengan pendekatan business model canvas; Menganalisis evaluasi model bisnis Santara dengan menggunakan analisis SWOT; Menganalisis rekomendasi model bisnis Santara dengan pendekatan Business
Model Canvas.
Metode Penelitian
Penelitian ini akan
menggabungkan metode penelitian kualitatif sebagai metode primer dan penelitian kuantitatif sebagai penguat data sehingga penelitian ini memakai mixed methods dengan model desain concurrent
embedded dimana bobot kualitatif lebih besar dibandingkan kuantitatif (Sugiyono, 2012). Metode pengambilan
data primer adalah dengan wawancara langsung dan kuesioner yang ditujukan kepada pejabat penting maupun karyawan di Santara. Teknik pengumpulan data untuk penelitian kualitatif peneliti dengan melakukan wawancara dengan 5 narasumber dan penelitian kuantitatif menyebarkan kuesioner kepada 8 narasumber di Santara. Sedangkan data sekunder melalui dokumen atau literatur.
Teknik analisis data menggunakan
reduction, data display, conclusion serta analisis SWOT dari hasil kuesioner dengan menggunakan skala Likert. Untuk analisis SWOT disusun kriteria penilaian untuk setiap kategori
pernyataan berdasarkan nilai kontinum untuk kemudian dibuat garis kontinum.
Hasil dan Pembahasan
A.
Karakteristik Narasumber
Narasumber
ditentukan melalui teknik purposive sampling. Berikut adalah tabel 1.2
yang berisi daftar karakteristik narasumber dalam penelitian ini.
Tabel 2
Karakteristik
Narasumber
No |
Narasumber |
Jabatan |
Wawancara/Kuesioner |
1 |
Krishna Wijaya |
Chief Business Officer |
W&K |
2 |
Kartika Eka Putri |
Partnership Leader |
W&K |
3 |
Ridha |
Customer Support |
W&K |
4 |
Asep Permana |
Head of Digital Marketing |
W&K |
5 |
Aditya Putri |
Human Capital Manager |
W&K |
6 |
Gagas Agung Baskara |
IT Support |
K |
7 |
Hadi Saputra |
Production Support |
K |
8 |
Christella Suryo Kusumastuti |
HC Recruitment |
K |
Narasumber
pada tabel 2 dipilih karena mewakili setiap jabatan yang dianggap memahami
kondisi mengenai Santara yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Narasumber 1
dipilih karena merupakan orang yang mengetahui seluk beluk bisnis dari Santara.
Narasumber 2 dipilih karena mewakili data terkait kemitraan. Narasumber 3
dipilih karena mewakili data terkait pelanggan. Narasumber 4 dipilih karena
mewakili data terkait channel dan salah satu proses marketing di
Santara. Narasumber 5 dipilih karena mewakili data terkait salah satu key
resource yaitu SDM. Setiap narasumber memiliki peran penting bagi Santara. Narasumber 6, 7 dan 8 sebagai tambahan data dengan pengumpulan data memakai kuesioner.
B.
Business Model Canvas Santara Saat Ini
Berdasarkan wawancara dari lima narasumber diperoleh
hasil penelitian terkait business model canvas Santara saat ini yang telah
dirangkum dalam sembilan blok secara berurutan sesuai dengan operasional variabel
yang telah ditentukan.
Tabel 3
Business Model Canvas Santara Saat Ini
Key
Partnership �
�
KSEI �
Bank Kustodian �
Notaris �
OJK �
Bank Indonesia �
Asosiasi Fintech �
Moka Pos �
Komunitas Bisnis �
UKM Indonesia �
Enesia |
Key
Activity Penerbit: �
Kerjasama untuk dapat
list penerbit Pemodal: �
Edukasi �
Interaksi �
Promosi �
Customer Handling |
Value
Proposition Penerbit: �
Tanpa agunan, tanpa denda, tanpa bunga. �
Mendorong perusahaan untuk scale up. �
Kecepatan funding. Pemodal: �
Penerbit yang PAS (Profitable, Accountable,
Sustainable). �
Yield investasi lebih
besar dari instrument investasi lainnya. �
ECF pertama berizin
OJK. �
Kemudahan dalam transaksi. �
Akuntabilitas dalam
laporan. �
Pembagian dividen yang adil. |
Customer
Relationship Penerbit: �
Workshop �
Guideline laporan bisnis Pemodal: �
Edukasi investasi �
FGD �
Kuis berhadiah �
Giveaway �
Update info listing baru via email/whatsapp/aplikasi �
Laporan investasi via
whatsapp |
Customer
Segment Penerbit: �
Pelaku UKM �
Kelompok Usaha Daerah Pemodal: �
Usia produktif
(25-35 tahun) �
Pra pensiun (50 tahun ke atas) �
Investor dalam negeri �
Ekspatriat di luar
negeri |
|
Key
Resource �
�
SDM �
Tools Marketing �
Server �
Tools IT |
Channel Offline: �
Kerjasama third party (Moka Pos) �
Event-event fair �
�
Online: �
Media sosial Facebook Instagram Youtube �
Website dan aplikasi �
Whatsapp dan Telegram |
||||
������������� Cost Structure �
�
Biaya SDM �
Penyediaan Kode, aplikasi
dan pembelian lisensi �
Pengadaan server database dan Maintenance IT �
Biaya Iklan �
Biaya pelaksanaan
forum offline �
Biaya produksi konten dan biaya talent �
Kerjasama pihak ketiga |
���������� Revenue Stream �
�
Service Fee per listing (5-10%) �
Biaya administrasi tahunan �
Withdraw Dividen |
||||
Gambaran Business Model Canvas Santara saat
ini dapat terlihat dengan melihat setiap blok pada gambar 1.1 yang telah
memiliki karakteristik masing-masing, adapun penjelasan dari sembilan blok Business
Model Canvas yaitu customer segment, value proposition, channel,
customer relationship, revenue stream, key resource, key activity, key
partnership, cost structure.
1.
Customer
Segment
Segmen Pelanggan menggambarkan pangsa pasar yang
diambil oleh Santara untuk penerbit adalah pelaku UKM dan kelompok usaha
daerah. Sedangkan untuk pemodal target segmentasi Santara yaitu orang-orang
dengan usia produktif (25-35 tahun) dan pra pensiun (50 tahun ke atas). Selain
itu untuk wilayah yang disasar adalah dalam negeri dan juga sebagian kecil
ekspatriat di luar negeri.
2.
Value
Proposition
Santara memberikan nilai kepada pelanggan
khususnya penerbit adalah kenyamanan menawarkan bisnis tanpa agunan, tanpa
bunga dan tanpa denda dan juga Santara mendorong perusahaan untuk bisa scale
up. Selain itu kecepatan funding menjadi nilai tersendiri untuk penerbit.
Bagi pemodal nilai yang ditawarkan Santara adalah penerbit yang PAS (Profitable,
Accountability, Sustainability) dengan yield investasi yang lebih besar
dari instrumen investasi lainnya. Selain itu kemudahan transaksi, akuntabilitas
dalam laporan serta transparansi dalam listing dan pembagian dividen juga
menjadi nilai demi menjaga kepercayaan pemodal.
3.
Channel
Saluran yang digunakan oleh Santara terbagi ke
dalam saluran offline dan online. Untuk saluran offline
melalui kerjasama dan kolaborasi dengan third party seperti Moka Pos.
Untuk online dengan menggunakan website, aplikasi, media sosial
seperti Facebook, Instagram, Youtube dan Whatsapp dan Telegram.
4.
Customer
Relationship
Hubungan antara Santara dengan penerbit adalah
dengan memberikan guideline terkait laporan keuangan/bisnis dan legal
serta membantu perusahaan untuk scale up dengan mengadakan workshop.
Untuk pemodal adalah dengan memberikan edukasi investasi, informasi penawaran
baru, kegiatan di Santara dan laporan berkala melalui email, website,
aplikasi dan whatsapp. Selain itu ada kuis berhadiah dan give away yang
dilakukan untuk branding Santara.
5.
Revenue
Stream
Arus pendapatan
dari Santara didapat melalui service fee sebesar 5-10% berdasarkan
resiko dari bisnis yang akan dilisting dan biaya administrasi tahunan sebesar
Rp 2 juta rupiah dari penerbit yang listing di Santara. Dari pemodal hanya ada
biaya withdraw dividen sebesar Rp 25.000.
6.
Key
Resource
Sumber daya utama yang dimiliki oleh Santara
adalah SDM yang terbagi di kantor Yogyakarta, Jakarta dan Surabaya. Selain itu
ada sumber daya non fisik seperti tools marketing, server dan tools IT.
7.
Key
Activity
Aktivitas utama yang dilakukan oleh Santara adalah
berperan sebagai two sided platform yaitu mempertemukan pemodal dan
penerbit untuk tujuan investasi. Selain itu Santara memberikan edukasi
investasi kepada pemodal, melakukan interaksi aktif seperti memberitahu
penawaran baru, memberikan update investasi berkala dan juga promosi melalui
iklan atau kegiatan offline seperti forum diskusi dengan investor.
Selain itu kolaborasi dengan pihak ketiga seperti Moka Pos untuk mendapatkan
list penerbit yang PAS (Profitable, Accountability, Sustainability).
8.
Key
Partnership
Mitra utama dari Santara ada KSEI, Bank Kustodian
dan Notaris untuk model bisnis yang dijalankan. Untuk KSEI dan Bank Kustodian
dapat membantu mengatur instrumen pendukung seperti pencatatan saham, peraturan
jual beli hingga frekuensi jual-beli saham sekunder. Selain itu dengan pihak
ketiga ada Moka Pos dan komunitas bisnis seperti UKM Indonesia. Terkait stakeholder
ada OJK sebagai regulator, BI dan asosiasi fintech..
9.
Cost
Structure
Struktur
biaya yang dikeluarkan oleh Santara terdiri dari biaya terkait SDM; biaya
kerjasama dengan pihak ketiga seperti penyediaan kode, penyediaan aplikasi dan
pembelian lisensi sesuai standar ISO; biaya promosi seperti biaya iklan, maintenaince
tools, biaya langganan tools tertentu, biaya produksi seperti alat untuk
membuat konten, membiayai talent dan juga biaya IT seperti pengadaan server
database. Selain itu ada biaya yang diperlukan apabila mengadakan acara
atau forum diskusi untuk menarik penerbit dan pemodal.
C.
Kesimpulan Hasil Kuesioner dengan Analisis
SWOT
Berdasarkan hasil kuesioner diketahui bahwa masing-masing blok memiliki karakteristik berbeda. Di Customer Segment kekuatan
Santara sangat tinggi dan kelemahan tinggi, ini menunjukkan
segmen pelanggan tersegmentasi dengan baik walaupun ada
yang perlu diperbaiki. Peluang sangat tinggi dan ancaman cukup, ancaman khususnya dari pesaing dapat diminimalisir
dengan Santara melayani segmen pelanggan yang baru. Di Value
Proposition kekuatan sangat
tinggi karena Santara memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan pembagian dividen yang adil dan kemudahan bertransaksi. Kelemahan rendah karena Santara
mampu memenuhi permintaan dan keluhan pelanggan. Peluang sangat tinggi karena
Santara mampu meningkatkan nilai yang
ditawarkan kepada pelanggan. Ancaman cukup karena ada
kemungkinan pesaing memiliki nilai yang sama. Di Channel
kekuatan tinggi karena saluran Santara efektif dan efisien dan kelemahan cukup. Peluang tinggi karena ada
peluang Santara dapat mengintegrasikan saluran dengan lebih baik. Ancaman
cukup karena ada kemungkinan pesaing memiliki saluran yang lebih baik. Di Customer Relationship kekuatan
sangat tinggi dan kelemahan cukup dan ini menunjukkan hubungan Santara dengan pelanggan sudah sangat kuat. Peluang
tinggi dan ancaman cukup, ini menunjukkan
bahwa peluang menjadi besar jika Santara dapat
meningkatkan personalisasi dengan pelanggan. Di Revenue Stream kekuatan tinggi, ini mengindikasikan cara yang digunakan untuk meraih pendapatan sudah berjalan dengan lancar. Kelemahan cukup ini menunjukkan bahwa cara Santara
untuk mendapatkan pendapatan sudah dengan mekanisme
yang jelas. Peluang tinggi
dan ancaman cukup, namun Santara harus
tetap meningkatkan sistem arus pendapatan agar tidak terancam oleh pesaing. Di Key Resource kekuatan sangat tinggi dan kelemahan Santara cukup, hal ini menjelaskan bahwa Santara menggunakan sumber daya
utama dalam jumlah yang tepat dan pada saat yang tepat. Peluang
Santara tinggi dan ancaman rendah, karena Santara memiliki sumber daya yang sesuai dengan klasifikasi Santara. Di Key Activity kekuatan Santara tinggi dan kelemahan cukup karena kualitas pelaksanaan Santara sudah bagus dan efisien. Peluang sangat tinggi dan ancaman cukup, hal ini
dilakukan Santara dengan merawat website lebih baik lagi jika model bisnis bekerja
dengan lebih baik. Di Key Partnership kekuatan
sangat tinggi dan kelemahan rendah karena Santara memiliki hubungan yang baik dengan mitra Santara. Peluang
sangat tinggi dan ancaman cukup, hal tersebut menjelaskan
bahwa ada peluang untuk mitra dan Santara saling melengkapi untuk
mencapai proporsi nilai. Di Cost Structure kekuatan
tinggi, hal tersebut mengindikasikan biaya yang dikeluarkan Santara
sudah sistematis. Kelemahan rendah,
hal tersebut menunjukkan bahwa struktur biaya Santara sudah
efisien. Peluang sangat tinggi untuk mengurangi
biaya yang sudah dirasa
tidak dibutuhkan lagi. Ancaman cukup,
mengindikasikan bahwa terdapat biaya yang mengancam dan tidak dapat diprediksi, maka dari itu Santara diharapkan
dapat mengantisipasi dengan memaksimalkan nilai kepada pelanggan.
D.
Business Model Canvas yang ditawarkan ke Santara
Tabel 4
Business Model Canvas yang ditawarkan ke Santara
Key Partnership �
�
KSEI �
Bank Kustodian (KEB Hana Bank) �
Notaris �
OJK �
Bank Indonesia �
Asosiasi
Fintech �
Moka
Pos �
Komunitas Bisnis �
UKM
Indonesia �
Bank Kustodian asing �
Bank BUMN �
Komunitas Pengusaha Muslim |
Key Activity Penerbit: �
Kerjasama
untuk dapat list penerbit �
Kolaborasi untuk edukasi
investasi Pemodal: �
Edukasi �
Interaksi �
Promosi �
Customer
Handling |
Value Proposition Penerbit: �
Tanpa agunan, tanpa denda, tanpa bunga. �
Mendorong perusahaan untuk scale
up. �
Kecepatan funding. �
Fokus membantu UKM Pemodal: �
Penerbit
yang PAS (Profitable, Accountable, Sustainable). �
Yield investasi lebih besar dari instrument investasi lainnya. �
ECF pertama berizin OJK. �
Kemudahan dalam transaksi. �
Akuntabilitas dalam laporan. �
Pembagian dividen yang adil �
Penurunan biaya withdraw deviden |
Customer Relationship Penerbit: �
Workshop �
Guideline
laporan bisnis Pemodal: �
Edukasi
investasi �
FGD �
Kuis berhadiah �
Giveaway �
Update
info listing baru via email/whatsapp/aplikasi �
Laporan
investasi via whatsapp �
Percepatan pelayanan complaint |
Customer Segment Penerbit: �
Pelaku
UKM �
Kelompok
Usaha Daerah Pemodal: �
Usia produktif (25-35 tahun) �
Pra pensiun (50 tahun ke atas) �
Segmen
usia 35-50 �
Investor dalam negeri �
Ekspatriat di luar negeri |
|
Key Resource �
�
SDM �
Tools
Marketing �
Server � Tools IT � Office |
Channel Offline: �
Kerjasama
third party (Moka Pos) �
Event-event
fair �
Talkshow
& Seminar �
�
Online: �
Media sosial (Facebook, Instagram, Youtube) �
Website
dan aplikasi �
Whatsapp
dan Telegram |
||||
������������� Cost Structure �
�
Biaya
SDM �
Penyediaan Kode, aplikasi dan pembelian lisensi �
Pengadaan server database dan Maintenance IT �
Biaya Iklan �
Biaya pelaksanaan forum offline �
Biaya produksi konten dan biaya talent �
Kerjasama
pihak ketiga �
Biaya
maintenance server database tambahan |
���������� Revenue Stream �
�
Service
Fee per listing (5-10%) �
Biaya administrasi tahunan �
Withdraw Dividen |
||||
Pada tabel 4 terdapat rekomendasi Business
Model Canvas Santara yang telah diperbaharui terlihat dengan melihat setiap
blok yang telah memiliki karakteristik masing-masing. Adapun penambahan dari
sembilan blok Business Model Canvas ada pada tujuh blok customer
segment, value proposition, channel, customer relationship, key activity, key
partnership, cost structure.
1.
Customer
Segment
Di segmen pelanggan target segmentasi pemodal Santara
yaitu orang-orang dengan usia produktif (25-35 tahun) dan pra pensiun (50 tahun
ke atas) dan tambahan pada usia antara 35-50 tahun.
2.
Value
Proposition
Santara memberikan nilai kepada pelanggan
khususnya penerbit dengan tambahan fokus membantu Usaha Kecil Menengah (UKM). Bagi
pemodal tambahan nilai yang ditawarkan Santara adalah penurunan pada biaya withdraw
dividen dari sebelumnya Rp 25.000 per withdraw.
3.
Channel
Di Saluran ada tambahan pada saluran offline
yaitu dengan mengadakan talkshow dan seminar untuk kegiatan khususnya
edukasi investasi.
4. Customer Relationship
Pada hubungan antara Santara ada tambahan pada hubungan
dengan pemodal yaitu dengan adanya percepatan pelayanan complaint pelanggan.
E.
Key Activity
Pada aktivitas utama yang dilakukan oleh Santara ada
tambahan terkait penerbit yaitu kolaborasi dengan para penerbit untuk edukasi
investasi kepada pelanggan.
F. Key
Partnership
Pada mitra utama dari Santara ada tambahan seperti
Bank Kustodian asing, Bank BUMN dan Komunitas pengusaha muslim yang bisa
menjadi mitra dan kolaborasi kemitraan dengan Santara.
G.
Cost Structure
Pada struktur biaya yang dikeluarkan oleh Santara ada
tambahan seperti biaya maintenance server database tambahan.
Kesimpulan
Bentuk
model bisnis Santara saat ini dengan menggunakan business model canvas
secara garis besar dikatakan sudah cukup baik. Model bisnis yang sudah berjalan
mampu memenuhi sembilan blok bangunan business model canvas. Hal ini
bisa digambarkan dari business model canvas santara saat ini berdasarkan
hasil wawancara dengan lima narasumber yang memiliki kaitan dengan sembilan
blok bangunan business model canvas. Dari hasil evaluasi analisis SWOT
pada sembilan blok bangunan business model canvas mengenai kekuatan dan
kelemahan, peluang serta ancaman yang dimiliki Santara menghasilkan kesimpulan
optimasi model bisnis yang nantinya menjadi rekomendasi business model
canvas yang ditawarkan ke Santara sehingga lebih optimal memaksimalkan
model bisnis yang telah ada. Dari sembilan elemen blok bangunan pada business
model canvas yang ada, peneliti merekomendasikan adanya penambahan yang
ditujukan pada tujuh elemen yaitu customer segment, value proposition,
channel, customer relationship, key activity, key partnership dan cost
structure.
Untuk
penelitian selanjutnya perlu ada kajian tambahan tentang investasi generasi
millenial, perbandingan antara perusahaan equity
crowdfunding yang telah berizin OJK, peningkatan startup khususnya startup fintech serta optimasi model
bisnis pada keadaan force majeur.
BIBLIOGRAFI
Ansori, Miswan. (2019). Perkembangan dan Dampak
Financial Technology (Fintech) terhadap Industri Keuangan Syariah di Jawa
Tengah. Wahana Islamika: Jurnal Studi Keislaman, 5(1), 31�45. Google Scholar
Bilqis,
Fitriyana. (2017). Model Bisnis Industri Rajut Pada CV Eka Jaya Mandiri
Dengan Pendekatan Business Model Canvas di Binong Jati Bandung.
Perpustakaan. Google Scholar
DBS. (2018). Rahasia
Perkembangan Fintech di Indonesia, Industri Digital yang Berkembang Pesat.
Febriani,
Melisa. (2017). Analisis yuridik terhadap perjanjian baku dalam praktik
crowdfunding berbasis donasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan konsumen. Google Scholar
Listyorini.
(2020). Memahami Equity Crowdfunding.
Muamar, Y.
(2020). Ini Tiga Investasi yang Diprediksi Bakal Diminati Milenial.
Noviarto, Aster
Prima, & Sulistijono, Sulistijono. (2016). Analisis Penguatan Model Bisnis
Dengan Menggunakan Business Model Canvas (studi Kasus Pada Bisnis Tas Esgotado
Tahun 2016). EProceedings of Management, 3(3). Google Scholar
Prasetyawati,
Puji. (2017). Tinjauan hukum crowdfunding syariah sebagai media alternatif
pembiayaan= Legal analysis of sharia crowdfunding as alternative method of
financing. Google Scholar
Putri, Fitri
Fatimah Patmana, & Alfanur, Farah. (2014). Analisis Inovasi Model Bisnis
Menggunakan Pendekatan Business Model Canvas (Studi Pada Bebek Garang Bandung
Tahun 2014). EProceedings of Management, 1(3). Google Scholar
Qolbi, N.
(2019). Ini tantangan fintech equity crowdfunding menurut Aftech.
Radar Jogja.
(2019). Santara, Ini Teknologi Finansial Asli Jogja.
Rahayu, N. (2018).
Beri Kemudahan Finansial, 8 Startup Fintech ini Sukses di Pasaran.
Ryza, P. (2020).
Mengenal Platform �Equity Crowdfunding� di Indonesia.
Sugiyono, P. D.
(2012). Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif Dan R&D (Vol. 8). Alfabeta.
Bandung. Google Scholar
Tirdanatan, Nia
Utami, Georgiana, Vina, & Sun, Yen. (2014). Evaluasi Good Corporate
Governance atas Kebutuhan Donatur pada Penerapan Crowdfunding di Indonesia:
Studi Kuantitatif dan Kualitatif pada Efekrumahkaca. Net, Patungan. Net, dan
Wujudkan. Com. ComTech: Computer, Mathematics and Engineering Applications,
5(1), 123�135. Google Scholar
Copyright
holder: Teuku Ghalib Muadzan, Bernardus Yuliarto
Nugroho (2021) |
First
publication right: |
This
article is licensed under: |