Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, Special Issue No. 1, Januari 2022
HYBRID LEARNING SEBAGAI ALTERNATIF MODEL
PEMBELAJARAN ELEKTRONIKA DASAR DI SMK AL AZHAR AZZAYYADIYAH
Miftahurrohmah, Supari Muslim, Theodorus Wiyanto, Tri Rijanto, Mochamad Cholik
Universitas Negeri
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected], [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Penerapan model pembelajaran
tatap muka merupakan model pembelajaran yang
paling mudah dilakukan oleh
guru. Tetapi, guru juga harus
lebih kreatif mengkolaborasikan model pembelajaran
tatap muka dengan model pembelajaran yang
lain, misalnya dikolaborasikan
dengan model pembelajaran berbasis online atau pembelajaran elektronik
(e-learning). Penerapan e-learning berbasis web ini dapat menjadi lebih
interaktif dalam pembelajaran. Pada sistem
e-learning ini tidak memiliki batasan akses, kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan lebih banyak waktu.
Keluasan dari segi waktu ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memilih waktu belajar sendiri, sehingga siswa mempunyai waktu yang cukup untuk mengembangkan
pengetahuan dan pemikirannya.
Tujuan dari artikel ini yaitu
mengkaji penerapan Hybrid
Learning sebagai alternatif
model pembelajaran elektronika
dasar di SMK Al Azhar Azzayyadiyah. Metode Penelitian dari artikel ini adalah
studi literatur dengan cara mempelajari
dan menelaah jurnal yang berkaitan. Pembelajaran Hybrid
Learning bisa dijadikan
sebagai alternatif model pembelajaran elektronika dasar di SMK Al Azhar Azzayyadiyah.
Kata Kunci: pembelajaran tatap muka, pembelajaran e-learning, Hybrid
Learning
Abstract
The application of face-to-face learning model is the easiest learning
model by teachers. However, teachers must also be more creative in
collaborating face-to-face learning models with other learning models, such as
collaborated with online-based learning models or electronic learning
(e-learning). The application of this web-based e-learning can become more
interactive in learning. In this e-learning system does not have access
restrictions, teaching and learning activities can be done more time. This breadth
of time provides an opportunity for students to choose their own study time, so
that students have enough time to develop their knowledge and thinking. The
purpose of this article is to examine the application of Hybrid Learning as an
alternative to the basic electronic learning model at Al Azhar
Azzayyadiyah Vocational School. The research method
of this article is the study of literature by studying and studying related
journals. Hybrid Learning can be used as an alternative to basic electronic
learning models at Al Azhar Azzayyadiyah
Vocational School.
Keywords: face-to-face learning,
e-learning, Hybrid Learning
Pendahuluan
Di dunia Pendidikan merupakan salah satu
faktor penting dalam upaya pembangunan negara, hal ini sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional yang tertuang pada undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal
3 tentang system pendidikan nasional yakni: Tujuan Pendidikan Nasional adalah
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Sering dengan perkembangan kemajuan
Tekonologi Informasi dan komunikasi sangat pesat, sehingga para ahli menyebut
gejala ini sebagai suatu revolusi. Perrubahan-perubahan yang akan terjadi,
disebabkan oleh potensi dan kemampuan teknologi informasi dan komunikasi yang
memungkinkan manusia untuk saling berhubungan dan memenuhi kebutuhan mereka.
Beberapa keterbatasan yang dulu dialami manusia dalam berhubungan satu sama
lain, seperti faktor jarak, waktu, jumlah, kapasitas, kecepatan dll kini dapat
diatasi dengan dikembangkannya berbagai teknologi informasi dan komunikasi
mutakhir.
Adanya pengaruh teknologi informasi dan
komunikasi dalam dunia Pendidikan semakin terasa sejalan dengan bergesernya
pola pembelajaran dari tatap muka yang konvensional kearah pendidikan yang
lebih terbuka dan bermadia (Mukhopadhyay & Campos, 1995).
Bishop G. dalam (Mukhopadhyay & Campos, 1995)
meramalkan bahwa pendidikan masa mendatang akan bersifat luwes (fleksibel),
terbuka dan dapat diakses oleh siapapun yang memerlukan, tanpa pandang faktor
jenis, usia maupun pengalaman pendidikan sebelumnya. Mason R. (1994)
berpendapat bahwa pendidikan ke depan akan tidak ditentukan oleh pendidikan di
dalam kelas, melainkan lebih ditentukan oleh jaringan informasi yang
memungkinkan interaksi dan kolaborasi satu sama lain. Namun, teknologi akan
menjadi kendala bagi mereka yang tidak mampu untuk menggunakannya. Tony Bates
(1995)� menyatakan bahwa teknologi dapat
meningkatkan kualitas dan jangkauan bila digunakan secara bijak untuk
pendidikan dan latihan, dan mempunyai arti yang sangat penting bagi
kesejahteraan ekonomi.. Teknik pengajaran baru akan bersifat dua arah,
kolaboratif dan interdisipliner. Mason (1996) memprediksi peggunaaan
�Computer-based Multimedia Cummunication (CMC)� akan bersifat sinkron dan
asinkron. Pembelajaran yang sudah tidak terpusat pada guru (Teacher Centered
Learning) menuntut guru untuk lebih kreatif dalam mengembangkan model
pembelajaran yang beragam. Pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student
Centered Learning) menjadikan siswa lebih berani untuk bertanya dan
berdiskusi pada waktu diluar jam pelajaran dari pada di kelas.��
Dengan adanya kemajuan teknologi yang
semakin pesat diharapkan guru untuk dapat memanfaatkan program pembelajaran
yang berbasis elektronik. E-learning sebagai suatu model pembelajaran dalam
proses belajar mengajar dapat dikembangkan oleh guru sebagai media maupun
sistem. Penyajian e-learning berbasis web ini dapat menjadi lebih interaktif
dalam pembelajaran. Sistem e-learning ini tidak memiliki batasan akses,
kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan lebih banyak waktu. Keluasan dari
segi waktu ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih waktu belajar
sendiri, sehingga siswa mempunyai waktu yang cukup untuk mengembangkan
pengetahuan dan pemikirannya. E-learning ini membawa pengaruh terjadinya proses
transformasi model pendidikan tatap muka kedalam bentuk digital, baik secara
isi dan sistemnya. Layaknya pembelajaran biasa, e-learning tidak sepenuhnya
dilakukan tanpa tatap muka, karena tetap saja proses tatap muka masih perlu
dilakukan (Wahono, 2018).
Dalam penerapan
model pembelajaran tatap muka masih tidak bisa lepas dari pelaksanaan
pembelajaran, karena model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang
paling mudah dilakukan oleh seorang guru. Untuk itu, guru juga diharapkan harus
lebih kreatif mengkolaborasikan model pembelajaran tatap muka dengan model
pembelajaran yang lain, misalnya dikolaborasikan dengan model pembelajaran
berbasis online atau model pembelajaran lain yang sifatnya berpusat pada siswa.
Model pembelajaran tersebut biasa dikenal dengan istilah pembelajaran hybrid (Hybrid
Learning), yaitu memadukan model pembelajaran tatap muka dengan model
pembelajaran lain, seperti model pembelajaran online.
1. Model
Pembelajaran Tatap Muka
Model
pembelajaran tatap muka merupakan model yang digunakan guru dalam pembelajaran
sehari-hari dengan menggunakan model yang bersifat umum, bahkan tanpa
menyesuaikan model yang tepat berdasarkan sifat dan karakteristik dari materi
pembelajaran yang dipelajari. Trianto (2007) mengemukakan bahwa pada
pembelajaran tatap muka suasana kelas cenderung berpusat pada guru
(teacher-centered) sehingga siswa menjadi pasif, siswa juga tidak diajarkan
model belajar yang dapat memahami bagaimana belajar yang baik, berfikir dan
memotivasi diri.
Wortham dikutip Wardarita, (2010) (Fauzan, 2017)
mengemukakan bahwa pembelajaran tatap muka memiliki karakteristik tertentu,
yaitu: (1) tidak kontekstual, (2) tidak menantang, (3) pasif, dan (4) bahan
pembelajarannya tidak didiskusikan dengan pembelajar. (Fauzan, 2017) menyimpulkan
bahwa pembelajaran tatap muka, tradisional atau parsial ialah pembelajaran yang
membagi bahan ajar menjadi unit-unit kecil dan penyajian bahan ajar antara
materi yang satu terpisah dengan materi yang lain, antara fonem, morfem, kata,
dan kalimat tidak dikaitkan antara yang satu dengan yang lain tiap materi
pelajaran berdiri sendiri sebagai bidang ilmu, termasuk pula sistem
penilaiannya. Dalam proses belajar mengajar guru lebih mendominasi.
Pembelajaran tatap
muka dapat dipadukan dengan pembelajaran agar pembelajaran lebih kepada student
centered dan siswa lebih aktif dan mandiri dalam pembelajaran yakni dengan
memadukannya dengan pembelajaran elektronik (e-learning). Penggabungan
pembelajaran seperti itu biasa dikenal dengan istilah Hybrid Learning atau
blanded learning yakni penggabungan satu atau lebih model atau pendekatan
pembelajaran.
2. Model
Pembelajaran E-Learning
E-learning
terdiri dari dua bagian yaitu �e� yang merupakan singkatan dari �electronic�
atau elektronik dan �learning� yang berarti belajar. Secara sederhana
e-learning merupakan belajar dengan menggunakan perangkat elektronik. Banyak
sekali definisi dari e-learning, sebelum kata e-learning menjadi populer,
banyak kata-kata pembelajaran yang telah digunakan dan masih tetap digunakan
seperti,pembelajaran jarak jauh (open distance learning), pengajaran
berbasis web (web based training), pengajaran berbantuan komputer (computer
based training), pembelajaran berbasis teknologi (technology based learning)
dan pembelajaran secara online (online learning).
Beragam definisi
yang dapat ditemukan dalam berbagai literature jika membicarakan definisi Electronic
Learning (e-learning), tergantung dari sudut pandang orang yang memberikan
definisi. E-learning juga dapat didefinisikan sebagai penggunaan teknologi
multimedia baru dan internet untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
memfasilitasi akses ke jaringan yang luas serta mengakomodasi pembelajaran
jarak jauh (Alonso, L�pez, Manrique, & Vi�es, 2005).
Teknologi belajar seperti itu dapat juga disebut pembelajaran berbasis web (Web
Based Instruction).
Cisco dalam (Yazdi, Mahdavi, Varastehmoradi, Faramarzi, & Shahverdi, 2012),
menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut: Pertama, e-learning merupakan
penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara online. Kedua,
e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar
secara tatap muka
(model belajar tatap muka, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan
berbasis komputer) sehingga menjawab tantangan perkembangan globalisasi.
Ketiga, e-learning tidak berarti menggantikan model belajar tatap muka dalam
kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan
pengembangan teknologi pendidikan. Keempat, kapasitas siswa amat bervariasi
tegantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar
konten dan alat penyampaiannya dengan gaya belajar, maka akan lebih baik
kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberikan hasil yang baik. Noesgaard
and Rikke dalam (Fauzan, 2017)
mengungkapkan bahwa penelitian efektivitas e-learning telah meningkat dalam
beberapa tahun terakhir. Hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan IT dalam
pembelajaran, meskipun demikian pembelajaran e-learning tidak bisa terlepas
dari pembelajaran tatap muka.
3. Model
Pembelajaran Hybrid Learning
Pemahaman
tentang Hybrid Learning atau yang juga dikenal dengan istilah ��merujuk kepada pengkombinasian metode
pembelajaran berbasis e-learning (electronic learning) dengan metode
pembelajaran tatap muka. Penggunaan metode ini tergolong baru dalam dunia
pendidikan. Berikut ini pembahasan sekilas tentang Hybrid Learning dan
pemanfaatannya dalam dunia pendidikan. Lynn (2014) mendefinisikan Hybrid
Learning atau Blended Learning merujuk kepada pengkombinasian metode
pembelajaran berbasis e-learning (electronic learning) dengan metode
pembelajaran tatap muka.
Ana Sutisna
mengemukakan bahwa Hybrid Learning merupakan metode belajar yang
menggabungkan dua atau lebih metode dan pendekatan dalam pembelajaran untuk
mencapai tujuan proses pembelajaran (Sutisna, 2016).
Menurut Thorne dalam (Sutisna, 2016) bahwa apa yang terjadi
dalam kelas tatap muka dimana pendidik dan peserta didik bertemu langsung,
dengan pembelajaran online yang biasa diakses kapanpun dan dimanapun. Adapun
bentuk lain dari pembelajaran Hybrid Learning adalah pertemuan virtual
antara pendidik dan peserta didik. Dimana mereka memungkinkan berada di tempat
yang berbeda, namun bias saling memberi feedback, bertanya, menjawab,
berinteraksi antara peserta didik dengan pendidik maupun antara peserta didik
dengan peserta didik.
Menurut (Bersin, 2004)
Hybrid Learning is the combination of different training media
(technologies, activities, and type of events) to creat an optimum training
program for a specific audience. The term (Hybrid) mean that traditional
instructured-led training is being supplemented with other electronic formats.
In the context of the book blended learning program use many different form of
e-learning, perhaps complement with instructor-led training in other live
formats.
Dari penjelasan
di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Hybrid adalah kombinasi dari
berbagai media pembelajaran (teknologi, aktivitas, jenis peristiwa) untuk
menciptakan program pembelajaran yang optimal bagi peserta didik secara
spesifik. Istilah perpaduan merupakan model pembelajaran yang memadukan
kekuatan pembelajaran tradisional tatap muka dengan format pembelajaran
elektronik. Dalam konteks buku tersebut, program pembelajaran perpaduan
menggunakan berbagai bentuk e-learning, yang mungkin dilengkapi dengan
instruktur pembelajaran maupun format langsung.
Menurut pendapat
(Mas�ud, 2014)
Hybrid Learning atau blended learning pada prinsipnya sederhana tetapi
masih relative beragam. Hybrid Learning atau blended learning sangat
mudah diterapkan karena merupakan perpaduan pembelajaran tatap muka (sinkron)
dengan memadukan pembelajaran berbasis internet (asynchronous). Hybrid
Learning atau blended learning merupakan sebuah kombinasi dari berbagai
pendekatan di dalam pembelajaran. Sehingga dapat dinyatakan bahwa blended
learning adalah metode belajar yang menggabungkan dua atau lebih metode
pendekatan dalam pembelajaran untuk mencapai tujuandari proses pembelajaran
tersebut. Salah satu contohnya adalah kombinasi penggunaan pembelajaran berbasis
web dan penggunaan metode tatap muka yang dilakukan secara bersamaan didalam
pembelajaran. Istilah blended learning juga dikenal dengan sebutan Hybrid
Learning dan mixed leraning. Selain itu, menurut (Jusoff & Khodabandelou, 2009),
blended learning bukan hanya mengurangi jarak yang selama ini ada
diantara siswa dan guru namun juga meningkatkan interaksi diantara kedua belah
pihak.
Berdasarkan dari
beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa Hybrid Learning atau blanded
learning merupakan pembelajaran yang memadukan antara satu atau lebih model
atau pendekatan pembelajran. Dalam artikel ini dikhususkan bahwa Hybrid
Learning yang dipadukan adalah pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran
online atau pembelajaran elektronik (e-learning).
Menurut pendapat
Garnham dan Kaleta (Yapici & Akbayin, 2012),
Hybrid Learning atau blended learning memiliki kelebihan tertentu seperti
fleksibilitas dan kenyamanan dalam lingkungan belajar, berpengaruh terhadap
peningkatan pembelajaran, mina tbelajar, dan interaksi sosial.
Berdasarkan perspektif penulis, metode ini setidak-tidaknya memiliki beberapa
kelebihan. Diantaranya:
a. Memudahkan
pengajar dalam menyampaikan materi pembelajaran dan memudahkan siswa dalam
mengakses materi pembelajaran.
b. Men �ghemat waktu
4. Penerapan
Pembelajaran Hybrid Learning
Hybrid Learning dikenal
dengan pembelajran yang menggabungkan satu atau lebih model pembelajaran. Hal
ini diperkuat dengan pendapat Heny & Budhi (2015) menyaatakan
bahwa program hybrid yang berkembang adalah penggabungan dari satu atau lebih
dimensi:
a. Pembelajaran
Face-to-face
Pembelajaran
secara tatap muka diselenggarakan dalam bentuk kegiatan pembelajaran di dalam
kelas, kegiatan praktikum di laboratorium, mentoring ataupun on job training.
Kegiatan pembelajaran di dalam kelas meliputi penyampaian materi melalui
pembelajaran tatap muka, diskusi presentasi, Latihan dan ujian.
b. Synchronous
Virtual Collaboration
Synchronous
Virtual Collaboration adalah salah satu format pengajaran
yang bersifat kolaboratif yang melibatkan interaksiantar guru dan siswa yang
disampaikan pada waktu yang sama. Aktivitas kolaborasi ini dilaksanaka ndengan
memanfaatkan Instant Messaging (IM) atau chat. Fasilitas ini akan
digunakan untuk melakukan komunikasi antara guru dan siswa jam pelajaran.
c. Asynchronous
Virtual Collaboration
Asynchronous
Virtual Collaboration adalah salah satu format pengajaran yang
bersifat kolaboratif yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa yang
disampaikan pada waktu yang berbeda. Fasilitas yang digunakan dalam aktivitas
belajar ini adalah online discussion board atau forum diskusi dan E-mail.
d. Self-Pace
Synchronous
Self-Pace
Asynchronous merupakan model belajar mandiri dalam waktu yang berbeda
dimana siswa dapat mempelajari materi yang diberikan guru dalam bentuk modul
bahan ajar ataupun mengerjakan tugas dan latihan secara online. Selain itu self-pace
asynchronous siswa dapat mempelajari materi-materi pelajaran dengan cara
link kesumber-sumber ajar lainnya.
Metode Penelitian
Pada penelitian ini
menggunakan metode penelitian studi literatur dengan cara mempelajari dan menelaah jurnal. Jurnal yang digunakan berkaitan dengan Hybrid
Learning sebagai alternatif
model pembelajaran.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan penelitian studi literatur
dari berbagai jurnal yang berhubungan dengan Hybrid Learning sebagai
alternatif model pembelajaran maka didapatkan hasil penelitian sebagai berikut:
Pada penelitian (Tuapattinaya, 2017) media
pembelajaran Hybrid Learning diujicobakan selama proses pembelajaran.
Pada proses pembelajaran terbagi dalam dua tahap yakni tahap tatap muka (offline)
dan tahap online. Pada tahap offline peneliti memberikan tes awal kepada siswa.
Tes awal berfungsi untuk menguji kemampuan awal siswa. Setelah itu, peneliti menjelaskan
materi sistem peredaran darah secara umum kepada siswa, dilanjutkan dengan
menjelaskan LKS. Tahap online dilakukan dengan bantuan internet. Media
pembelajaran yang siap diunggah kedalam software quipper school. Setelah
melakukan pembelajaran online, siswa dilanjutkan dengan tes online namun tetap
diawasi oleh peneliti. Berdasarkan pembelajaran baik secara offline maupun
online, maka diperoleh presentasi ketuntasan KKM oleh siswa. Hasil presentasi
ketuntasan KKM dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Presentasi Ketuntasan
KKM Oleh Siswa
KKM |
Tes Awal |
Tes Akhir |
||||
Frekuensi |
% |
Ket. |
Frekuensi |
% |
Ket. |
|
�>80 |
5 |
53.13% |
Tuntas |
100 |
100% |
Tuntas |
<80 |
27 |
46.88% |
Belum Tuntas |
0 |
0% |
Belum Tuntas |
Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran berbasis model pembelajaran Hybrid Learning membantu
untuk meningkatkan hasil belajar kognitif
siswa, sehingga siswa dapat mengingat
dan memahami materi biologi yang sulit. Hal ini dapat dipahami,
karena melalui Hybrid
Learning siswa dikondisikan
terlebih dahulu pada pembelajaran offline, setelah itu siswa diajak
untuk belajar secara online.
Hasil penelitian
(Asyrofi & Junaedi, 2016)
menunjukkan bahwa hasil rata-rata skor postes kemampuan representasi matematis mahasiswa kelas eksperimen adalah 84,05, skor terendah 72 dan simpangan baku 5,392. Sedangkan pada kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional rerata skor kemampuan
representasi matematis mahasiswa adalah 67,42 dengan skor tertinggi
78, skor terendah 54, dan simpangan baku a6,769. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan representasi matematis meningkat dan terjadi peningkatan motivasi mahasiswa yang signifikan akibat penerapan Hybrid Learning.
Pada penelitian
(Ramdhani, 2020)
menunjukkan hasil penelitian bahwa adanya peningkatan rata-rata nilai prestasi belajar matematika siswa. terlihat dari hasil post
test kelas kontrol
rata-rata nilai siswa adalah 68,55 sedangkan pada hasil post test kelas Eksperimen rata-rata nilai siswa adalah
82.03.� Berdasarkan
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Hybrid Learning berbantuan
schoology berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa.
Berdasarkan
penelitian (Puspitorini, Indriyanti, Pribadi, & Hardiyanti, 2020)
menunjukkan nilai rata-rata
post test kelas control sebesar 71,61 dan kelas eksperimen sebesar 81,25. Dengan hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran� TPSW (Think-Pair-Share-Write) berbasis Hybrid Learning berpengaruh
positif terhadap hasil belajar kognitif
siswa pada materi sistem sirkulasi.
Hasil penelitian
(Yadiati & Sinaga, n.d.)
menunjukkan terdapat perbedaan tingkat pemahaman yang signifikan antara kelompok mahasiswa dengan pengajaran menggunakan Hybrid
Learning dan mahasiswa dengan
pengajaran tradisional pada
mata kuliah pengantar akuntansi, dimana hasil belajar
partisipan yang menggunakan
metode Hybrid Learning jauh
lebih tinggi daripada hasil belajar dengan menggunakan metode pengajaran tradisional.
Hasil penelitian
(Hidayat & Andira, 2019),
penelitian menunjukkan pembelajaran dengan Hybrid
Learning bahwa kelas eksperimen berada pada kategori tinggi dengan nilai rata-rata peserta didik adalah
sebesar 86,17 sedangkan
pada kelas control berada
pada kategori sedang dengan nilai
rata-rata peserta didik adalah
sebesar 78,06. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Hybrid
Learning berbantuan media schoology
lebih efektif terhadap hasil belajar peserta didik kelas XI MIA MAN Pangkep dibandingkan model konvensional berbantuan powerpoint sehingga dapat meningkatkan kualitas proses dan prestasi belajar.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari kajian
literatur yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum
pembelajaran Hybrid Learning bisa dijadikan sebagai alternatif model
pembelajaran elektronika dasar di SMK Al Azhar Azzayyadiyah. Hal ini bisa
dilihat dari tingginya nilai rata-rata akhir yang diperoleh dari hasil
penerapan modem pembelajaran Hybrid Learning ini.
Alonso, Fernando, L�pez, Genoveva,
Manrique, Daniel, & Vi�es, Jos� M. (2005). An instructional model for web‐based
e‐learning education with a blended learning process approach. British
Journal of Educational Technology, 36(2), 217�235. Google Scholar
Asyrofi, M. Asyrofi M., & Junaedi,
Iwan. (2016). Kemampuan representasi matematis ditinjau dari multiple
intellingence pada pembelajaran hybrid learning berbasis konstruktivisme. Unnes
Journal of Mathematics Education Research, 5(1), 32�39. Google Scholar
Bersin, Josh. (2004). The blended
learning book: Best practices, proven methodologies, and lessons learned.
John Wiley & Sons. Google Scholar
Fauzan, Fatkhul Arifin. (2017). Hybrid
Learning sebagai Alternatif Model Pembelajaran. Google Scholar
Hidayat, Muh Yusuf, & Andira, Ayu.
(2019). Pengaruh Model Pembelajaran Hybrid Learning Berbantuan Media Schoology
Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI MIA MAN Pangkep. Jurnal
Pendidikan Fisika, 7(2), 140�148. Google Scholar
Jusoff, Kamaruzaman, & Khodabandelou,
Rouhollah. (2009). Preliminary study on the role of social presence in blended
learning environment in higher education. International Education Studies,
2(4), 79�83. Google Scholar
Mas�ud, Ali. (2014). Implementasi Konsep
Aqidah Islam Muhammad Bin Yusuf As-Sanusi Dalam Kitab as-Sanusiyah Terhadap
Pendidikan Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Giri Bojonegoro. Google Scholar
Mukhopadhyay, Mahua, & Campos, Ana
Regina. (1995). The larval optic nerve is required for the development of an
identified serotonergic arborization in Drosophila melanogaster. Developmental
Biology, 169(2), 629�643. Google Scholar
Puspitorini, Dyah Ayu, Indriyanti, Dyah
Rini, Pribadi, Tyas Agung, & Hardiyanti, Lutfia Nur. (2020). Peningkatan
hasil belajar kognitif melalui pembelajaran tpsw berbasis hybrid-learning
materi sistem sirkulasi. Bioma: Jurnal Ilmiah Biologi, 9(1), 41�53.
Google Scholar
Ramdhani, Teo. (2020). Pengaruh Model
Pembelajaran Hybrid Learning berbantuan Schoology Untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPS 1 SMAN 2 Singaraja. Jurnal Pendidikan
Matematika Undiksha, 11(2). Google Scholar
Sutisna, Anan. (2016). Pengembangan model
pembelajaran blended learning pada pendidikan kesetaraan program paket c dalam
meningkatkan kemandirian belajar. JTP-Jurnal Teknologi Pendidikan, 18(3),
156�168. Google Scholar
Tuapattinaya, Prelly M. J. (2017).
Pengembangan Media Pembelajaran Biologi Berbasis Hybrid Learning Untuk
Meningatkan Hasil Belajar Siswa Pada SMP Negeri 6 Ambon. Biosel: Biology
Science and Education, 6(2), 186�192. Google Scholar
Wahono, Romi Satria. (2018). Sistem
e-learning berbasis model motivasi komunitas. Jurnal Teknodik, 21(3),
228�248. Google Scholar
Yadiati, Winwin, & Sinaga, Baktiar
Djafar. (n.d.). Implementasi Hybrid-Based Learning Method Pada Mata Kuliah
Pengantar Akuntansi. Jurnal ASET (Akuntansi Riset), 12(1), 94�108.
Google Scholar
Yapici, I. Umit, & Akbayin, Hasan.
(2012). The Effect of Blended Learning Model on High School Students� Biology
Achievement and on Their Attitudes towards the Internet. Turkish Online
Journal of Educational Technology-TOJET, 11(2), 228�237. Google Scholar
Yazdi, Mohammad Hossein, Mahdavi, Mehdi,
Varastehmoradi, Bardia, Faramarzi, Mohammad Ali, & Shahverdi, Ahmad Reza.
(2012). The immunostimulatory effect of biogenic selenium nanoparticles on the
4T1 breast cancer model: an in vivo study. Biological Trace Element Research,
149(1), 22�28. Google Scholar
������������������������������������������������
Copyright holder: Miftahurrohmah, Supari Muslim, Theodorus Wiyanto, Tri Rijanto, Mochamad Cholik (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |