Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN :
2548-1398
Vol.
7, No. 5, Mei 2022
�
PENENTUAN PRIORITAS PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN PADA
ORGANISASI SEKTOR PUBLIK MENGGUNAKAN METODE SERVQUAL DAN IPA
Tri Yuni Antoro,
Achmad Lutfi
Universitas Indonesia,
Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas merupakan tugas dari pemerintah.
Akan tetapi, kondisi sampai saat ini kualitas penyediaan
pelayanan publik masih belum dapat
sesuai dengan harapan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan oleh organisasi sektor publik mayoritas pembiayaannya melalui dana yang bersumber dari masyarakat yang diperoleh melalui pembayaran pajak. Sehingga seluruh kegiatan organisasi sektor publik harus dapat
dipertanggunggjawabkan kepada
masyarakat. Organisasi sektor publik secara
umum memiliki dua jenis layanan
yang harus selalu disediakan dengan baik, yaitu layanan
eksternal kepada publik dan layanan internal kepada para pegawainya. Menurut penelitian, penyediaan layanan internal yang baik untuk pegawai
sangat penting untuk kesuksesan secara keseluruhan sebuah organisasi. Salah satu jenis layanan internal yang ada di Kementerian Sekretariat
Negara yaitu layanan pembayaran penghasilan pegawai. Telah banyak penelitian yang dilakukan tentang metode untuk meningkatkan kualitas layanan internal dengan menggunakan perspektif pengguna layanan dan dianggap efektif dalam meningkatkan
kualitas layanan. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis dengan metode Servqual dan IPA. penelitian ini telah mampu menghasilkan
nilai gap antara persepsi dan harapan penggunan layanan, sehingga dapat diketahui atribut mana saja yang masih lemah. Selain itu
juga dihasilkan data atribut
kualitas layanan pembayaran penghasilan pegawai di Kementerian Sekretariat
Negara yang menjadi prioritas
untuk ditingkatkan.
Kata Kunci: layanan
publik; kualitas layanan; kualitas layanan internal
Abstract
Organizing quality public services is the duty of the government.
However, currently, the quality of public service provision has not been able
to meet the community's expectations. The majority of activities carried out by
public sector organizations are financed through funds sourced from the
community through tax payments and therefore all activities of public sector
organizations must be accountable to the community. Public sector organizations
in general have two types of services that must always be provided properly,
namely external services to the public and internal services to their
employees. According to research, providing good internal services to employees
is critical to the overall success of an organization. One type of internal
service that is available at the Ministry of State Secretariat is the payment
service for employee�s income. There have been many studies conducted on
methods to improve the internal services quality using the service users'
perspective and considered effective in improving service quality. In this
study, analysis will be carried out using the Servqual
and IPA methods. This study has been able to produce a gap value between
service user�s perception and expectation to know which attributes are still
weak. In addition, it also produces attribute data on the quality of employee
income payment services at the Ministry of State Secretariat which is a
priority for improvement.
Keywords: public services; service quality; internal
service quality
Pendahuluan
Menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas merupakan tugas dari pemerintah. Akan tetapi kondisi sampai
dengan saat ini, penyediaan pelayanan publik yang diselenggarakan masih belum
dapat sesuai dengan harapan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh belum
terpenuhinya harapan atau ekspektasi masyarakat terhadap pelayanan publik yang
diberikan. Jika kita perhatikan di berbagai media utamanya media sosial, masih
sering sekali kita temukan adanya keluhan dari pengguna layanan publik.
Berikutnya muncul pertanyaan apakah keluhan pengguna layanan terhadap pelayanan
publik ini selalu benar? Tentu saja jawabannya adalah tidak selalu benar. Oleh
karena itu diperlukan adanya standar pengukuran kualitas baik buruknya kinerja
pelayanan yang diselenggarakan organisasi sektor publik. Selain itu pemerintah
selaku pihak yang menyediakan layanan kepada publik tidak harus kebal dari
tekanan yang mendorong organisasi sektor publik untuk melakukan inovasi dalam
menyediakan layanan berkualitas sehingga dapat memuaskan para pengguna
layanannya atau masyarakat. Layanan publik sangat penting bagi publik, sehingga
perlu bagaimana mengukur kualitas layanan publik (Nulhusna, Sandhyaduhita, Hidayanto, & Phusavat,
2017).
Keberhasilan kinerja pelayanan pada
organisasi sektor publik sangat ditentukan oleh adanya keterlibatan dan sinergi
dari berbagai pihak atau aktor yang terlibat. Dalam penyelenggaraan
pemerintahan khususnya penyelenggaraan pelayanan publik, aparatur pemerintah
merupakan aktor penting yang menjalankan proses pemerintahan dan
penyelenggaraan layanan publik yang baik. Dimana peran aparatur pemerintah
dalam menunjang terciptanya keberhasilan pemerintahan sangat ditentukan oleh
pemahaman konsep pemerintahan yang baik dan pengalaman yang sangat baik dengan
birokrasi dan manajemen birokrasi pemerintahan (Fernandes & Fresly, 2017).
Jika organisasi publik tidak dapat
memenuhi harapan publik dalam menyediakan layanan, maka organisasi publik
tersebut tidak memiliki pilihan selain melakukan perubahan dalam kinerja. Oleh
karena itu, memberikan perubahan positif dan perbaikan layanan secara
berkelanjutan merupakan tantangan terbesar yang dihadapi para pemimpin layanan
publik saat ini. Ini merupakan sebuah panduan baru untuk mengelola perubahan
bagi pimpinan puncak dalam pelayanan publik yang memandang pentingnya
menempatkan kebutuhan pengguna layanan di dalam proses penyelenggaraan layanan
publik (Morris, 2001).
Kegiatan yang dilakukan oleh organisasi
sektor publik mayoritas pembiayaannya melalui dana yang bersumber dari
masyarakat yang diperoleh melalui pembayaran pajak. Sehingga seluruh kegiatan
organisasi sektor publik harus dilakukan secara efektif, efisien, dan
akuntabel, serta dapat dipertanggunggjawabkan kepada masyarakat. selain itu
manajer organisasi sektor publik harus memberikan banyak perhatian pada cara
mereka bekerja karena informasi anggaran mereka dicatat oleh publik dan sering
diawasi oleh media dan masyarakat selaku pembayar pajak (Sreedharan V, Nair, Chakraborty, & Antony, 2018). Hal tersebut
menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah untuk dapat menyelenggarakan
pemerintahan yang berkualitas sesuai harapan masyarakat. Jika pemerintah tidak
dapat memenuhi harapan publik tersebut, maka organisasi publik tersebut tidak
memiliki pilihan selain melakukan perubahan kinerja. Oleh karena itu,
memberikan perubahan positif dan perbaikan layanan secara berkelanjutan
merupakan tantangan terbesar yang dihadapi para pemimpin organisasi sektor
publik saat ini.
Sebuah organisasi sektor publik yang
mempunyai peran penyelenggara layanan publik secara umum biasanya memiliki dua
jenis layanan yang senantiasa harus selalu disediakan dengan baik, yakni
layanan eksternal kepada publik dan layanan internal kepada para pegawainya. (Stauss,
1995)
mengungkapkan bahwa layanan internal adalah layanan yang dikirim oleh satu unit
organisasi ke unit organisasi lain atau pegawai di dalam satu organisasi.
Layanan internal disediakan oleh satu unit organisasi (penyedia layanan
internal) akan digunakan oleh unit organisasi lain atau orang (pelanggan
internal). Pegawai yang berperan pada staf lini depan sebagian besar
mengharapkan untuk menerima layanan internal yang berkualitas tinggi dari unit
organisasi pendukung lainnya, sehingga mereka dapat fokus memenuhi kebutuhan pengguna
layanan eksternal organisasi.
Menurut (George,
1990)
menggambarkan layanan merupakan proses produksi sebagai jaringan sistem yang
dibangun oleh keterkaitan dan saling ketergantungan antara sejumlah sub-proses.
Dia menyatakan bahwa setiap layanan operasi terdiri dari fungsi layanan
internal, yang saling mendukung, dan berpendapat bahwa, jika ada layanan
internal yang buruk maka layanan akhir kepada pelanggan akan rusak. Semakin
banyak peneliti menyarankan bahwa organisasi harus memperlakukan pegawai mereka
sebagai pelanggan eksternal dengan menyediakan layanan internal yang sangat
baik seperti bagaimana mereka memuaskan pengguna layanan mereka (Li, 2011).
Kementerian Sekretariat Negara merupakan
sebuah kementerian yang memiliki tugas menyelenggarakan dukungan teknis dan
administrasi serta analisis urusan pemerintahan di bidang kesekretariatan
negara untuk membantu Presiden dan Wakil Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara. Mengingat peran strategis yang dimiliki oleh Kementerian
Sekretariat Negara tersebut, dan agar kegiatan substansi utamanya (fungsi lini)
dapat berjalan dengan lancar, diperlukan adanya dukungan dari layanan internal
yang berkualitas. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh (Kang,
Jame, & Alexandris, 2002), penyediaan layanan internal yang baik
untuk pegawai sangat penting untuk kesuksesan secara keseluruhan sebuah
organisasi. Pegawai yang puas adalah prasyarat penting untuk kepuasan penggunan
layanan eksternal. Akibatnya, organisasi meningkatkan kemampuannya memenuhi
kebutuhan pengguna layanan eksternal dengan memuaskan kebutuhan pengguna
layanan internal (yaitu pegawai).
Salah satu layanan internal yang
dimiliki oleh Kementerian Sekretariat Negara yaitu layanan untuk pegawai,
berupa layanan pembayaran penghasilan pegawai. Layanan ini memiliki jumlah
pengguna layanan yang cukup banyak yaitu berjumlah hampir 2.000 pegawai yang
tersebar di seluruh unit organisasi di Kementerian Sekretariat Negara termasuk
pegawai pada lembaga presiden lainnya yaitu Sekretariat Dewan Pertimbangan
Presiden dan Kantor Staf Presiden. Banyaknya jumlah pegawai yang harus dilayani
dan mencakup pada lembaga kepresidenan lainnya tersebut, diperlukan adanya
pengelolaan layanan pembayaran penghasilan pegawai yang profesional dan
berkualitas. Hal ini untuk memastikan seluruh pegawai dapat dilayani dengan
baik, sehingga mereka dapat fokus memenuhi kebutuhan pengguna layanan eksternal
organisasi (Stauss, 1995). Sementara (Berry, Parasuraman, & Zeithaml, 1994) mengungkapkan
bahwa pegawai merupakan pelanggan dari layanan internal dan kualitas layanan
internal mempengaruhi kualitas layanan eksternal, sehingga menjadi sangat
penting untuk mengukur kualitas layanan internal. Untuk itu, pada penelitian
ini akan dilakukan penelitian tentang pengukuran kualitas layanan internal di
Kementerian Sekretariat Negara, khususnya pada layanan pembayaran penghasilan
pegawai dengan mengadaptasi metode Servqual. Dilanjutkan dengan analisis
menggunakan Importance Performance Analysis (IPA) untuk menentukan skala
prioritas perbaikan kualitas layanan internal tersebut di Kementerian
Sekretariat Negara.
Metode Penelitian
Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut (Neuman,
Kawachi, Gortmaker, & Subramanian, 2013) pendekatan kuantitatif
mengukur fakta-fakta objektif, berfokus pada variabel serta analisis dilakukan secara statistika. Dalam penelitian ini akan dilakukan
pengukuran terhadap indikator-indikator dalam dimensi kualitas layanan untuk mendapatkan
fakta tentang kualitas layanan. Adapun penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif menurut (Muslim,
2018) memiliki
beberapa ciri khas yaitu: bersandar
pada pengumpulan dan analisis
data kuantitatif (numerik),
menggunakan strategi survei
dan eksperimen, mengadakan pengukuran dan observasi, dan melaksanakan pengujian teori dengan uji statistik.
Adapun teori tentang
kualitas layanan internal
yang akan digunakan untuk mengukur kualitas layanan pembayaran penghasilan pegawai di Kementeran Sekretariat Negara adalah dengan menggunakan metode Servqual (Parasuraman,
Zeithaml, & Berry, 1988) yang di dalamnya terdapat 5 (lima) dimensi yaitu: tangible, empathy, Reliability,
Responsiveness, dan Assurance. Dari hasil
pengukuran kualitas layanan tersebut selanjutnya dilakukan pemeringkatan skala prioritas terhadap atribut-atribut penelitian dengan menggunakan teori Importance Performance Analysis (IPA) untuk menghasilkan atribut-atribut yang perlu ditingkatkan dan urutan prioritas perbaikan layanan pembayaran penghasilan pegawai di Kementeran Sekretariat Negara.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode survei kepada para pegawai di lingkungan Kementerian
Sekretariat Negara dan Diperoleh
sejumlah 351 responden yang
mengisi kuesioner. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kuantitatif yang dilakukan dengan melakukan pengukuran terhadap indikator-indikator dimensi kualitas pelayanan untuk mendapatkan fakta tentang kualitas pelayanan yang diperoleh dari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
kepada responden. Adapun langkahnya dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Pengukuran Kualitas
Layanan Internal
Penelitian yang dilakukan
oleh (Parasuraman
et al., 1988) telah
berhasil mengidentifikasi dimensi-dimensi kualitas layanan berdasarkan penelitian pada jenis layanan yang berbeda. Sampai dengan saat
ini Servqual sangat banyak digunakan sebagai instrumen pengukuran kualitas layanan. (Zeithaml,
Parasuraman, Berry, & Berry, 1990) juga berpendapat bahwa dengan adaptasi
yang sesuai dari metode Servqual akan mampu mengklarifikasi
kualitas layanan internal
yang diberikan antara departemen dan divisi dalam satu organisasi.
Berdasarkan temuan
(Zeithaml
et al., 1990), (Reynoso
& Moores, 1995) menyatakan
bahwa sangat memungkinkan untuk menggunakan metode Servqual sebagai pendekatan pengukuran kualitas layanan internal dalam sebuah studi internal sebuah organisasi. Penggunaan Servqual juga telah diusulkan oleh (Brooks,
Lings, & Botschen, 1999) yang berpendapat bahwa layanan ditransfer
dari penyedia layanan internal ke pelanggan internal dapat diukur dengan adopsi
yang sesuai dari Servqual. (Frost
& Kumar, 2000) mengembangkan
model konseptual khusus untuk kualitas layanan internal yang mereka sebut INTServqual, dengan mengadaptasi model Servqual yang diusulkan oleh (Parasuraman
et al., 1988). Selain
itu berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti, adaptasi metode Servqual terbukti dapat digunakan untuk mengevaluasi kualitas layanan internal (Kuei,
1999), (Frost
& Kumar, 2000), (Kang et al., 2002), (Miguel,
Salomi, & Abackerli, 2006) (Sighamoney,
Kad, & Yeole, 2018), (J�rvi,
2012), (Li,
2011).
Gambar 1
Model Gap Kualitas
Layanan Internal
Sumber: (Frost & Kumar, 2000)
Berdasarkan
Gambar 1 di atas, Gap 5 merupakan
kesenjangan utama, di mana ekspektasi dibandingkan dengan persepsi mereka tentang layanan yang diberikan. Gap 5 berfokus pada staf lini depan (pelanggan
internal). Kesenjangan tersebut
didasarkan pada perbedaan antara harapan staf lini depan
dan persepsi staf pendukung (penyedia layanan internal) kualitas layanan. Untuk menemukan sejauh mana kesenjangan ini digunakan metode Servqual (Frost & Kumar, 2000). Adapun persamaan analisis Servqual sebagai berikut:
Q = P � E
�����������������������������������
Keterangan:
Q
= Quality of services atau kualitas
layanan
P
= Perceived service atau persepsi
terhadap layanan
E
= Expected service atau harapan
terhadap layanan
Analisis
Servqual akan memberikan hasil berupa informasi nilai kualitas layanan dengan mengacu pada gap atau kesenjangan antara nilai persepsi dengan nilai harapan
pengguna layanan.
2. Analisis Importance Performance Analysis
(IPA)
Berdasarkan
identifikasi dari tahap proses analisis Servqual sebelumnya, diperoleh hasil tingkat kepuasan dan tingkat harapan pengguna layanan yang akan dimasukan ke dalam kuadran
kartesius tersebut.
Gambar
2
Importance
Ferformance Analysis
(IPA)
Sumber: (Choong, Wong, & Lau, 2011)
Masing-masing
kuadran memiliki arti sebagai berikut:
a.
Kuadran
I
Faktor-faktor
yang berada pada kuadran ini dianggap sebagai
faktor yang sangat penting
oleh pengguna layanan, akan tetapi kondisi
pada saat ini belum memuaskan pengguna layanan. Faktor-faktor yang berada pada kuadran ini menjadi
prioritas untuk ditingkatkan.�
b.
Kuadran
II
Faktor-faktor
yang terletak dikuadran ini dianggap sebagai
kekuatan atau faktor penunjang bagi kepuasan pengguna
layanan sehingga pihak organisasi berkewajiban untuk dapat terus mempertahankan
kekuatan yang telah dicapai pada kuadran ini.�
c.
Kuadran
III
Faktor-faktor
yang berada pada kuadran ini mempunyai tingkat
kepuasan yang rendah dan tidak terlalu penting
oleh pengguna layanan, sehingga pihak organisasi tidak perlu memprioritaskan.
d.
Kuadran
IV
Faktor-faktor
yang beradapada kuadran ini dianggap tidak
terlalu penting tetapi memiliki kinerja di atas rata-rata.
Hasil dan Pembahasan
Survei dilakukan terhadap pegawai
Kementerian Sekretariat Negara selaku penggunan dari layanan internal
pembayaran penghasilan pegawai. Sebelum dilakukan penyebaran kuesioner,
terlebih dahulu dilakukan survei terhadap 30 pegawai yang telah ditentukan
untuk dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas instrumen penelitian. Dari
hasil pengujian, diperoleh data yang valid dan reliabel yang terdiri dari 22
item pertanyaan dalam skala likert 5. Selanjutnya kuesioner disebar di
lingkungan Kementerian Sekretariat Negara dan diperoleh 351 responden yang
memberikan jawaban.
A. Pengukuran
Kualitas Layanan Internal
Sebuah
organisasi secara umum biasanya memiliki dua jenis pelanggan yang harus selalu
dilayani dengan baik, yaitu pelanggan eksternal dan pelanggan internal.
Pelanggan eksternal merupakan pihak-pihak yang berada di luar suatu organisasi
yang memiliki keterkaitan dengan organisasi tersebut dan biasanya merupakan
pelanggan utama (Ariansyah, 2013). Sedangkan
pelanggan internal tidak lain adalah para pegawai dari internal organisasi itu
sendiri. Menurut (Stauss,
1995) layanan
internal adalah layanan yang dikirim oleh satu departemen ke departemen lain
atau karyawan di dalam organisasi. Layanan internal disediakan oleh satu unit
organisasi (penyedia layanan internal) akan digunakan oleh unit organisasi lain
atau orang (pelanggan internal) untuk membuat pengiriman untuk pelanggan akhir.
Staf lini depan
sebagian besar mengharapkan untuk menerima layanan internal berkualitas tinggi
dari departemen pendukung lainnya, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan
pelanggan eksternal perusahaan. Sebagian besar perusahaan berfokus pada
membangun hubungan dengan pihak pelanggan eksternal dalam hal mengidentifikasi
dan memuaskan kebutuhan dan persyaratan mereka. Sebagaimana diungkapkan oleh (Xie,
2005) bahwa
kualitas layanan internal adalah sebagai perasaan dari karyawan tentang
kualitas layanan yang mereka berikan atau terima dari rekan kerja dalam
organisasi yang sama. Untuk menilai kualitas layanan internal dapat menggunakan
adaptasi metode Servqual.
Berdasarkan
hasil pengolahan data jawabana kuesioner penelitian oleh responden, melalui
perhitungan kesenjangan persepsi dan harapan pada 27 atribut dimensi Servqual.
Diperoleh infomasi sebagaimana disajikan pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 1
Hasil Analisis Gap
No |
Atribut |
Item |
Nilai Rata-Rata |
Gap |
|
Harapan |
Persepsi |
||||
1 |
X1 |
Keandalan dalam menangani permasalahan |
4.38 |
3.94 |
-0.44 |
2 |
X2 |
Pelayanan diberikan sesuai dengan yang dijanjikan |
4.39 |
3.93 |
-0.46 |
3 |
X3 |
Ketepatan waktu penyelesaian pelayanan |
4.37 |
3.52 |
-0.85 |
4 |
X4 |
Ketepatan dalam memberikan
layanan |
4.36 |
3.91 |
-0.44 |
5 |
X5 |
layanan diberikan dengan benar dari awal |
4.41 |
3.99 |
-0.42 |
6 |
X6 |
Kecepatan petugas dalam melayani |
4.38 |
4.07 |
-0.30 |
7 |
X7 |
Kesediaan membantu pengguna layanan |
4.07 |
3.52 |
-0.55 |
8 |
X8 |
Selalu menginformasikan kapan layanan (pembayaran penghasilan pegawai) akan dilakukan |
4.37 |
3.55 |
-0.82 |
9 |
X9 |
Terdapat kontak layanan |
4.37 |
3.30 |
-1.07 |
10 |
X10 |
Ketulusan dan perhatian petugas layanan membantu mengatasi permasalahan |
4.41 |
3.85 |
-0.56 |
11 |
X11 |
Petugas layanan memberikan perhatian secara individual |
4.44 |
3.83 |
-0.60 |
12 |
X12 |
Petugas layanan selalu tersedia pada jam kerja |
4.39 |
3.71 |
-0.69 |
13 |
X13 |
Petugas layanan memiliki kepedulian pada pengguna layanan |
4.44 |
3.93 |
-0.51 |
14 |
X14 |
Petugas layanan paham akan kebutuhan
pengguna layanan |
4.38 |
3.73 |
-0.65 |
15 |
X15 |
Pengetahuan petugas layanan menjawab pertanyaan pengguna layanan |
4.25 |
3.75 |
-0.49 |
16 |
X16 |
Petugas layanan dapat menumbuhkan kepercayaan |
4.28 |
3.65 |
-0.62 |
17 |
X17 |
Kesopanan petugas layanan |
4.39 |
3.90 |
-0.49 |
18 |
X18 |
Kemampuan petugas dalam memberikan rasa aman |
4.23 |
3.86 |
-0.37 |
19 |
X19 |
Kenyamanan ruangan pelayanan |
4.38 |
3.87 |
-0.52 |
20 |
X20 |
Kerapihan penampilan petugas layanan |
4.40 |
3.97 |
-0.44 |
21 |
X21 |
Tersedia peralatan (sistem informasi) penunjang yang modern |
4.37 |
3.72 |
-0.65 |
22 |
X22 |
Kelengkapan fasilitas fitur pada sistem informasi penunjang |
4.38 |
3.78 |
-0.60 |
|
Jumlah |
95.83 |
83.28 |
-12.55 |
|
|
Rata-rata |
4.36 |
3.79 |
-0.57 |
(Sumber:� data diolah, 2021)
Tabel
1 menunjukkan nilai
rata-rata skor harapan dan nilai rata-rata skor persepsi yang diperoleh dengan cara menjumlahkan
kesuluruhan masing-masing nilai
persepsi dan harapan kemudian dibagi dengan jumlah keseluruhan
responden. Untuk nilai gap diperoleh dari pengurangan antara nilai rata-rata skor persepsi dikurangi
nilai skor rata-rata harapan untuk masing-masing item pernyataan. Keseluruhan nilai item bernilai nilai negatif dengan
besaran nilai gap yang bervariasi. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kualitas layanan yang diterima pengguna layanan pembayaran penghasilan pegawai masih belum
sesuai dengan yang diharapkan dari pengguna layanan.
Hasil analisis dengan metode Servqual selain dapat mengetahui
kualitas layanan sebuah instansi teapi juga dapat menunjukkan nilai kepuasan pengguna layanannya pada instansi tersebut. Hasil perhitungan dengan metode Servqual
diperoleh hasil bahwa atribut �Terdapat kontak layanan� menunjukkan skor gap yang paling tinggi yakni sebesar -1,07. Ini menunjukkan bahwa adanya kesenjangan
yang cukup besar antara harapan dan persepsi pengguna layanan pada atribut ini. Dengan kata lain, pengguna layanan memiliki harapan yang cukup tinggi akan
tersedianya kontak layanan ini, tetapi
dari pihak penyedia layanan dianggap belum mampu menyediakan kontak layanan yang sesuai dengan harapan.
Sehingga atribut terdapat kontak layanan ini dianggap
sebagai atribut yang paling
rendah nilai gapnya dan atribut ini menjadi atribut
yang paling tidak dapat memuaskan pengguna layanan.
Sedangkan
atribut yang memperoleh nilai gap paling rendah yaitu sebesar 0,30 adalah atribut �Kecepatan petugas dalam melayani�. Hal Ini menunjukkan bahwa kecepatan pelayanan yang diberikan oleh petugas layanan memiliki nilai kesenjangan yang kecil. Sehingga atribut ini menjadi atribtu
yang paling dapat memuaskan
pengguna layanan jika kita bandingkan
dengan nilai atribut-atribut lainnya.
Sementara
itu berdasarkan hasil perhitungan gap antara skor persepsi
dan skor harapan dimensi Servqual, menunjukkan bahwa nilai kualitas atau gap paling rendah adalah dimensi Responsiveness
(atribut X6-X9) dengan nilai gap sebesar -0,69. Urutan kedua untuk
dimensi yang memiliki nilai rendah adalah
empathy (atribut X10-X14) dengan
nilai gap -0,60 yang kemudian
selanjutnya secara berurutan adalah dimensi tangibles (atribut
X19-X22) dengan nilai gap
-0,55, reliability (atribut X1-X5) dengan nilai gap -0,52 dan terakhir assurance (atribut
X15-X18) dengan nilai gap sebesar -0,50. Sedangkan untuk nilai skor
tunggal Servqual dihitung dengan mengurangkan rata-rata skor persepsi dikurangi dengan skor harapan,
yang berdasarkan hasil analisis nilai skor Servqual adalah
sebesar -0,57.
Secara
umum, nilai kesenjangan antara persepsi dan harapan masih negatif, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara umum
kualitas layanan internal pembayaran penghasilan pegawai di Kemterian Sekretariat Negara belum belum dapat memenuhi
harapan dari pengguna layanannya. Untuk itu perlu
dilakukan upaya untuk meningkatkan kualitas layanannya.
B. Analisis Importance
Performance Analysis-IPA (Martilla & James, 1977)
Agar alokasi resources organisasi yang
dimiliki dapat dimanfaatkan dengan maksimal untuk keperluan peningkatan kualitas layanan, maka perlu dilakukan
penentuan skala prioritas atribut-atribut yang perlu untuk ditingkatkan.
Untuk itu digunakan analisis IPA untuk menentukan prioritas perbaikan. Metode Analisis IPA akan mengolah data hasil analis Servqual
berupa data gap antara persepsi dan harapan pengguna berdasarkan 22 item atribut penelitian dengan meletakkan seluruh atribut ke dalam kuadran
IPA. Dalam penelitian ini, proses pengolahan data analisis IPA menggunakan bantuan software SPSS Statistics 26. Adapun Hasil analisis IPA disajikan dalam diagram kartesius pada
Gambar 2 berikut ini.
Gambar 2
Hasil Analisis IPA
(Sumber:� data diolah, 2021)
Diagram kartesius dibentuk dari perpotongan antara nilai rata rata skor
tingkat kepentingan yang berupa garis horizontal dengan nilai 4,36 yang
berpotongan dengan nilai rata-rata skor tingkat kepuasan yang berupa garis
vertikal dengan nilai skor 3,79. Selanjutnya masing-masing atribut dipetakan
pada kuadran sesuai dengan nilai tingkat kepentingan dan nilai tingkat kepuasan
masing-masing atribut.
1.
Kuadran I
Atribut yang terdapat pada kuadran ini merupakan faktor yang dianggap
sangat penting oleh para pengguna layanan akan tetapi memiliki kinerja yang
belum dapat memenuhi harapan pengguna layanan. Atribut-atribut pada kuadran ini
mewakili bidang-bidang utama yang perlu ditingkatkan dengan prioritas utama.
Berdasarkan hasil analisis IPA terdapat 7 atribut kualitas layanan yang berada
pada kuadran ini, yaitu:
(X3)������ Ketepatan
waktu penyelesaian pelayanan
(X8)������ Selalu
menginformasikan kapan layanan (pembayaran penghasilan pegawai) akan dilakukan
(X9)������ Terdapat
kontak layanan
(X12)���� Petugas
layanan selalu tersedia pada jam kerja
(X14)���� Petugas
layanan paham akan kebutuhan pengguna layanan
(X21)���� Tersedia
peralatan (sistem informasi) penunjang yang modern
(X22)���� Kelengkapan
fasilitas fitur pada sistem informasi penunjang
2.
Kuadran II
Atribut-atribut kualitas layanan yang terletak pada kuadran II ini adalah
atribut yang menurut persepsi para pegawai sangat penting dan penyelenggara
layanan telah dapat memenuhi harapan para pengguna layanannya dengan baik.
Dengan demikian atribut-atribut pada kuadran ini perlu terus dipertahankan.
Berdasarkan hasil analisis IPA terdapat 11 atribut kualitas layanan yang berada
pada kuadran II ini, yaitu:
(X1)������ Keandalan
dalam menangani permasalahan
(X2)������ Pelayanan
diberikan sesuai dengan yang dijanjikan
(X4)������ Ketepatan
dalam memberikan layanan
(X5)������ layanan
diberikan dengan benar dari awal
(X6)������ Kecepatan
petugas dalam melayani
(X10)���� Ketulusan
dan perhatian petugas layanan membantu mengatasi permasalahan
(X11)���� Petugas
layanan memberikan perhatian secara individual
(X13)���� Petugas
layanan memiliki kepedulian pada pengguna layanan
(X17)���� Kesopanan
petugas layanan
(X19)���� Kenyamanan
ruangan pelayanan
(X20)���� Kerapihan
penampilan petugas layanan
3.
Kuadran III
Kuadran III berisi atribut-atribut yang memiliki tingkat kepentingan yang
rendah dan kinerjanya pun rendah. Atribut-atribut pada kuadran III ini tidak
berpengaruh terhadap kepuasan para pengguna layanan, sehingga atribut-atribut
tersebut tidak perlu mendapatkan prioritas untuk diperbaiki. Atribut yang
terdapat pada Kuadran III dalam penelitian ini berjumlah 3 item sebagai
berikut:
(X7)������ Kesediaan
membantu pengguna layanan
(X15)���� Pengetahuan
petugas layanan menjawab pertanyaan pengguna layanan
(X16)���� Petugas
layanan dapat menumbuhkan kepercayaan
4.
Kuadran IV
Atribut yang terletak pada kuadran IV merupakan atribut-atribut yang
menurut persepsi para pengguna layanan memilik tingkat kepentingan yang rendah,
tetapi pemenuhannya tinggi. Dalam penelitian ini terdapat 4 atribut yang
terletaka pada kuadran IV. Adapun indikator yang berada pada kuadran IV yaitu (X18) kemampuan petugas dalam memberikan rasa aman.
Berdasarkan analisis IPA seluruh atribut kualitas layanan telah dipetakan
ke dalam matriks kuadran. Sehingga dapat diketahui letak masing-masing atribut
pada kuadaran IPA. Hal ini sangat penting dalam langkah peningkatan kualitas
layanan, agar penyedia layanan dapat secara tepat menentukan atribut-atribut
mana saja yang perlu untuk ditingkatkan dengan mempertimbangkan letak
masing-masing atribut pada kuadran IPA tersebut. Atribut-atribut kualitas
layanan yang menjadi fokus prioritas utama perbaikan, yaitu atribut yang berada
pada Kuadran I. Penelitian ini merekomendasikan agar memprioritaskan
peningkatan kualitas layanannya dengan cara meningkatkan kinerja
atribut-atribut yang berada pada kuadran I yang berjumlah 7 item. Penyusunan
urutan prioritas perbaikan dengan mengacu pada nilai gap masing-masing atribut.
Atribut yang memiliki nilai gap negatif lebih tinggi, memiliki prioritas yang
lebih tinggi dibandingkan dengan atribut yang memiliki nilai negatif lebih
rendah. Adapun urutan prioritas perbaikan atributnya secara berurutan sebagai
berikut:
1.
Atribut X9,
Terdapat kontak layanan
Atribut ini menjadi prioritas pertama untuk dilakukan perbaikan karena
pengguna layanan memiliki harapan atau tingkat kepentingan yang tinggi terhadap
atribut ini, yaitu sebesar 4,37, sementara atribut ini memiliki nilai persepsi
atau kinerja yang rendah yaitu sebesara 3,30 dengan nilai gap sebesar -1,07.
Hal ini menunjukkan bahwa pengguna layanan memiliki harapan yang sangat tinggi
terkait ketersediaan kontak layanan. Akan tetapi dari pengguna layanan belum
mampu menyediakan kontak layanan yang sesuai dengan harapan dari pengguna layanan.
2.
Atribut X3 Ketepatan waktu penyelesaian pelayanan
Atribut ini menjadi prioritas kedua untuk dilakukan perbaikan karena
pengguna layanan memiliki harapan atau tingkat kepentingan yang tinggi, yaitu
sebesar 4,37, sementara atribut ini memiliki nilai persepsi atau kinerja yang
rendah yaitu sebesar 3,52 dengan nilai gap sebesar -0,85. Ketepatan waktu
merupakan hal yang sangat penting dalam layanan, sehingga dibutukan kejelasan
jadwal dan ketepatan waktu penyelesaian layanan sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan. Pengguna layanan menganggap ketepatan waktu pada layanan ini masih
belum sesuai harapan, hal ini terlihat dari nilai gap yang diperoleh pada
atribut ini masih negatif dan cukup tinggi.
3.
Atribut X8, Selalu menginformasikan kapan layanan (pembayaran
penghasilan pegawai) akan dilaksanakan���������������������������
Atribut ini menjadi prioritas ketiga untuk dilakukan perbaikan karena
sama seperti atribut sebelumnya, pengguna layanan memiliki harapan atau tingkat
kepentingan yang tinggi, yaitu sebesar 4,37 sementara atribut ini memiliki
nilai persepsi atau kinerja yang rendah yaitu sebesara 3,55 dengan nilai gap
sebesar -0,82. Berdasarkan nilai gap dari atribut ini, pengguna layanan
menganggap bahwa pihak penyedia layanan pembayaran penghasilan pegawai belum
mampu memberikan informasi yang jelas mengenai kapan pelayanan pembayaran akan
dilaksanakan. Sehingga atribut ini sangat perlu untuk dilakukan perbaikan.
4.
Atribut A12,
Petugas layanan selalu tersedia setiap saat pada jam kerja
Atribut ini menjadi prioritas keempat untuk dilakukan perbaikan karena
pengguna layanan memiliki harapan atau tingkat kepentingan yang tinggi, yaitu
sebesar 4,39 sementara atribut ini memiliki nilai persepsi atau kinerja yang
rendah yaitu sebesara 3,71 dengan nilai gap sebesar -0,69. Pengguna layanan
menilai bahwa petugas layanan tidak tersedia setiap saat pada jam kerja.
Sementara pengguna layanan mengharapkan petugas layanan dapat memberikan
pelayanan setiap saat pada jam kerja. Sehingga atribut ini memiliki gap antara
persepsi dan harapan yang sangat tinggi dan masuk ke dalam atribut prioritas.
5.
Atribut X14,
Petugas layanan paham akan kebutuhan pengguna layanan
Atribut ini menjadi prioritas kelima untuk dilakukan perbaikan karena
pengguna layanan memiliki harapan atau tingkat kepentingan yang tinggi, yaitu
sebesar 4,38 sementara atribut ini memiliki nilai persepsi atau kinerja yang
rendah yaitu sebesara 3,73 dengan nilai gap sebesar -0,65. Pengguna layanan
menilai bahwa petugas layanan belum mampu memahami kebutuhan pengguna layanan.
Sementara pengguna layanan mengharapkan petugas layanan dapat memahami
kebutuhannya. Sehingga atribut ini memiliki gap antara persepsi dan harapan
yang sangat tinggi dan masuk ke dalam atribut prioritas.
6.
Atribut X21,
Tersedia peralatan (sistem informasi) penunjang yang modern
Atribut ini menjadi prioritas keenam untuk dilakukan
perbaikan karena pengguna layanan memiliki harapan atau tingkat kepentingan
yang tinggi, yaitu sebesar 4,37 sementara atribut ini memiliki nilai persepsi
atau kinerja yang rendah yaitu sebesara 3,72 dengan nilai gap sebesar -0,65.
Kondisi sistem informasi penunjang yang digunakan saat ini dianggap belum
sesuai dengan harapan dan perlu untuk ditingkatkan lagi.
7.
Atribut X22,
Kelengkapan fasilitas fitur pada sistem informasi penunjang
Atribut ini menjadi prioritas ketujuh atau terakhir untuk dilakukan
perbaikan karena pengguna layanan memiliki harapan atau tingkat kepentingan
yang tinggi, yaitu sebesar 4,38 sementara atribut ini memiliki nilai persepsi
atau kinerja yang rendah yaitu sebesara 3,78 dengan nilai gap sebesar -0,60.
Pengguna layanan menilai bahwa fitur-fitur yang saat ini tersedia di sistem
informasi penunjang masih belum lengkap sehingga hal ini menyebabkan nilai gap
atribut ini negatif. Nilai harapan pada atribut ini sangat tinggi, akan tetapi
memiliki nilai persepsi atau tingkat kepuasan yang rendah. Sehingga atribut ini
termasuk dalam prioritas.
Rekomendasi atau usulan prioritas atribut yang perlu diperbaiki yang
dihasilkan dari penelitian ini sebagaimana telah diuraikan di atas, berupa
urutan prioritas dari atibut-atribut yang berada pada kuadran I matrik IPA yang
diurutkan berdasarkan nilai gap tertinggi. Hal ini dikarenakan dari kinerja
atribut-atribut tersebut yang menyebabkan harapan/ekspektasi pengguna layanan
tidak sesuai dengan yang mereka terima.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data
perhitungan gap antara nilai persepsi dan nilai harapan dengan menggunakan
dimensi Servqual pada layanan internal di Kementerian Sekretariat Negara,
khusus pada untuk layanan pembayaran penghasilan pegawai, menunjukkan bahwa
nilai kualitas atau gap paling rendah terdapat pada dimensi responsiveness
dengan nilai gap sebesar -0,69. Urutan kedua untuk dimensi yang memiliki nilai
rendah adalah empathy dengan nilai gap -0,60 yang kemudian selanjutnya secara
berurutan adalah dimensi tangibles, reliability dan terakhir assurance.
Sedangkan untuk nilai skor tunggal Servqual dihitung dengan mengurangkan
rata-rata skor persepsi dikurangi dengan skor harapan, diperoleh nilai skor
Servqual adalah -0,57. Nilai kesenjangan antara persepsi dan harapannya masih
negatif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara umum kualitas layanan
internal pembayaran penghasilan pegawai di Kemterian Sekretariat Negara belum
belum dapat memenuhi harapan dari pengguna layanannya.
Hasil analisis dengan metode IPA
berhasil memetakan 22 attibut penelitian ke dalam matrik kuadran IPA. Terdapat
7 atribut yang terletak pada kuadran I yang menjadi prioritas untuk dilakukan
perbaikan agar mampu meningkatkan kinerja kualitas layanan. Sementara terdapat
11 atribut yang berada pada kuadran II, yang merupakan kekuatan dari organisasi
yang perlu untuk terus dipertahankan. Dari penelitian ini telah memberikan
rekomendasi berupa urutan prioritas perbaikan kualitas layanan pembayaran
penghasilan pegawai di Kementerian Sekretariat Negara.
Penelitian ini telah mampu mengukur
kualitias layanan dan menentukan atribut-atribut yang menjadi prioritas untuk
dilakukan perbaikan. Untuk itu saran bagi penelitian selanjutnya agar dapat
melanjutkan dengan melakukan analisis untuk menyusun solusi-solusi atau respon
teknis, agar atribut-atribut yang lemah tersebut dapat dilakukan perbaikan
untuk meningkatkan kualitas layanan.
BIBLIOGRAFI
Ariansyah, Kasmad. (2013). Kualitas
Pelayanan Internal Direktorat Jenderal Sumber Daya Dan Perangkat Pos Dan
Informatika. Buletin Pos Dan Telekomunikasi, 11(3), 209�222.
Berry, Leonard L., Parasuraman,
Anantharanthan, & Zeithaml, Valerie A. (1994). Improving Service Quality In
America: Lessons Learned. Academy Of Management Perspectives, 8(2),
32�45.
Brooks, Roger F., Lings, Ian N., &
Botschen, Martina A. (1999). Internal Marketing And Customer Driven Wavefronts.
Service Industries Journal, 19(4), 49�67.
Choong, Yuen Onn, Wong, Kee Luen, &
Lau, Teck Chai. (2011). Intrinsic Motivation And Organizational Commitment In
The Malaysian Private Higher Education Institutions: An Empirical Study. Journal
Of Arts, Science & Commerce, 2(4), 91�100.
Fernandes, Adji Achmad Rinaldo, &
Fresly, Jhon. (2017). Modeling Of Role Of Public Leader, Open Government
Information And Public Service Performance In Indonesia. Journal Of
Management Development.
Frost, Frederick A., & Kumar, Mukesh.
(2000). Intservqual�An Internal Adaptation Of The Gap Model In A Large Service
Organisation. Journal Of Services Marketing.
George, William R. (1990). Internal
Marketing And Organizational Behavior: A Partnership In Developing
Customer-Conscious Employees At Every Level. Journal Of Business Research,
20(1), 63�70.
Kang, Gi‐Du, Jame, Jeffrey, &
Alexandris, Kostas. (2002). Measurement Of Internal Service Quality:
Application Of The Servqual Battery To Internal Service Quality. Managing
Service Quality: An International Journal.
Kuei, Chu‐Hua. (1999). Internal
Service Quality�An Empirical Assessment. International Journal Of Quality
& Reliability Management.
Li, Lin. (2011). Internal Quality
Management In Service Organizations: A Theoretical Approach.
Martilla, John A., & James, John C.
(1977). Importance-Performance Analysis. Journal Of Marketing, 41(1),
77�79.
Miguel, P. A., Salomi, Gilberto Eid, &
Abackerli, Alvaro Jos�. (2006). Assessing Internal Service By Measuring Quality
Dimensions In A Manufacturing Company. Third International Conference On
Production Research Americas� Region 2006 (Icpr-Am06). Citeseer.
Morris, Barbara. (2001). Uk Audit
Commission Guide To Change And Improvement In Public Service. International
Journal Of Health Care Quality Assurance, 14(6/7), R5.
Muslim, Muslim. (2018). Varian-Varian
Paradigma, Pendekatan, Metode, Dan Jenis Penelitian Dalam Ilmu Komunikasi. Media
Bahasa, Sastra, Dan Budaya Wahana, 1(10).
Neuman, Melissa, Kawachi, Ichiro,
Gortmaker, Steven, & Subramanian, S. V. (2013). Urban-Rural Differences In
Bmi In Low-And Middle-Income Countries: The Role Of Socioeconomic Status. The
American Journal Of Clinical Nutrition, 97(2), 428�436.
Nulhusna, Rizqa, Sandhyaduhita, Puspa
Indahati, Hidayanto, Achmad Nizar, & Phusavat, Kongkiti. (2017). The
Relation Of E-Government Quality On Public Trust And Its Impact On Public
Participation. Transforming Government: People, Process And Policy.
Parasuraman, A., Zeithaml, Valarie A.,
& Berry, L. (1988). Servqual: A Multiple-Item Scale For Measuring Consumer
Perceptions Of Service Quality. 1988, 64(1), 12�40.
Reynoso, Javier, & Moores, Brian.
(1995). Towards The Measurement Of Internal Service Quality. International
Journal Of Service Industry Management.
Sighamoney, Rajiv, Kad, Raika, & Yeole,
Ujwal L. (2018). Effect Of Core Strengthening On Dynamic Balance And Agility In
Badminton Players. International Journal Of Physical Education, Sports And
Health, 5(1), 86�88.
Sreedharan V, Raja, Nair, Smitha,
Chakraborty, Ayon, & Antony, Jiju. (2018). Assessment Of Critical Failure
Factors (Cffs) Of Lean Six Sigma In Real Life Scenario: Evidence From
Manufacturing And Service Industries. Benchmarking: An International Journal,
25(8), 3320�3336.
Stauss, Bernd. (1995). Internal Services:
Classification And Quality Management. International Journal Of Service
Industry Management.
Xie, Di. (2005). Exploring
Organizational Learning Culture, Job Satisfaction, Motivation To Learn,
Organizational Commitment, And Internal Service Quality In A Sport Organization.
The Ohio State University.
Zeithaml, Valarie A., Parasuraman,
Ananthanarayanan, Berry, Leonard L., & Berry, Leonard L. (1990). Delivering
Quality Service: Balancing Customer Perceptions And Expectations. Simon And
Schuster.
Copyright holder: Tri Yuni
Antoro, Achmad Lutfi (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |