How to cite:
Handoyo, S., & Mulyandari, E. (2021). Analisis Imbangan Air pada Daerah Irigasi Jetu Kabupaten
Karanganyar. Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia 6(8). http://dx.doi.org/10.36418/Syntax-
literate.v6i8.3741
E-ISSN:
2548-1398
Published by:
Ridwan Institute
Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia pISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
ANALISIS IMBANGAN AIR PADA DAERAH IRIGASI JETU KABUPATEN
KARANGANYAR
Suryo Handoyo, Erni Mulyandari
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Tunas Pembangunan
Surakarta, Indonesia
Email: suryo.handoyo@lecture.utp.ac.id, [email protected]
Abstrak
Bendung Jetu merupakan salah satu Bendung di Kabupaten Karanganyar. Bendung
Jetu memiliki luas daerah irigasi sebesar 647 Ha. Umumnya pada musim kemarau
pada daerah irigasi tersebut mengalami kekurangan air. Oleh karena itu diperlukan
analisis lebih lanjut agar kekurangan air bisa ditanggulangi dengan memilih jenis
tanaman yang sesuai dengan ketersediaan air pada bendung tersebut. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui imbangan air di Daerah Irigasi Jetu yaitu perbandingan
dari kebutuhan dan juga ketersediaan air yang ada di Bendung Jetu. Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Tahap analisis
diawali dengan melakukan survei lokasi untuk mengetahui permasalahan yang ada
di lapangan kemudian mencari data sekunder pada lokasi penelitian. Tahap analisis
imbangan air yaitu membandingkan ketersediaan air dengan kebutuhan air irigasi.
Berdasarkan analisis imbangan air di DI Jetu, apabila petani melakukan pola tanam
Padi Padi Padi ataupun Padi Padi Palawija tidak semua luas layan pada
masa tanam III dapat terpenuhi. Luas tanam Padi yang dapat terpenuhi kebutuhan
airnya pada masa tanam III hanya sebesar 21.10% atau sekitar 136.52 Ha
sedangkan untuk Palawija hanya 34.43% atau sekitar 222.79 Ha. Sehingga perlu
adanya sumber air baru agar pola tanam III dapat tercukupi kebutuhan airnya.
Kata Kunci: Imbangan air; kebutuhan air; ketersediaan air
Abstrak
Jetu Weir is one of the weirs in Karanganyar Regency. It has a 647 hectares of
irrigation area. Generally, during the dry season the irrigation area experiences a
water shortage. Therefore, a further analysis is required so the water shortage can
be overcome by selecting the type of plant following the availability of the water in
the weir. This study aims to determine the water balance in the Jetu Irrigation
Area, i.e. the ratio of the water demands and the water availability in the Jetu Weir.
The method used in this research is descriptive quantitative method. The analysis
phase begins firstly begins with conducting a location survey to find out the
problems in the field and then looking for secondary data at the research location.
The water balance analysis stage is to compare the water availability and the
irrigation water demands. Based on the analysis of the water balance in Jetu
Irrigation Area, if the farmers practice the cropping pattern of Paddy - Paddy -
Paddy or Paddy - Paddy - Crops, not all service areas during planting period III
Suryo Handoyo, Erni Mulyandari
4094 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
can be fulfilled. Rice planting area that can be fulfilled by water demands during
planting period III is only 21.10% or about 136.52 hectares, while for secondary
crops only 34.43% or about 222.79 hectares. So it is necessary to have a new water
resources so that the planting period III can be be fulfilled its water demand.
Keywords: water balance; water demand; water availability
Pendahuluan
Bendung Jetu merupakan bendung tetap yang terletak di Desa Jetu, Kelurahan
Tegalgede, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar. Kecamatan Karanganyar
merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten
Karanganyar. Jarak dari ibukota kabupaten 1 km ke arah timur. Luas wilayah
Kecamatan Karanganyar adalah 4.302,55 Ha dengan ketinggian rata-rata 195 m di atas
permukaan laut.
Gambar 1
Bendung Jetu
Bendung Jetu memiliki luas daerah irigasi 647 Ha yang masuk dalam pengelola
wilayah Samin. Bendung Jetu mengambil air dari Sungai Siwaluh, seiring berjalannya
waktu dan perubahan iklim perlu adanya penyegaran dalam hal pemilihan pola tanam
yang sesuai agar antara kebutuhan dan ketersediaan air dapat imbang.
Saat ini air pada Bendung Jetu masih banyak digunakan untuk irigasi khususnya
pada Daerah Irigasi Jetu, sehingga penelitian ini penting dilakukan sebagai dasar dalam
penentuan pola tanam yang harus diambil petani dan instansi terkait agar masalah
kekurangan air dapat diminimalisir.
Penelitian imbangan air telah banyak dilakukan di beberapa daerah irigasi
diantaranya penelitian mengenai imbangan antara ketersediaan dengan kebutuhan air di
DAS Pemali khususnya pada sektor pertanian dan domestik yang dihitung dengan
menggunakan analisis kuantitatif dan hasilnya dapat diketahui untuk sektor pertanian
terjadi defisit air pada bulan Juni sampai periode setengah bulan kesatu Desember dan
sektor domestik mengalami defisit air pada periode kedua Juli sampai akhir September
(Bayuaji, 2015).
Analisis Imbangan Air pada Daerah Irigasi Jetu Kabupaten Karanganyar
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 4095
Studi imbangan air juga dilakukan di Daerah Irigasi Pitap untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan air irigasi akibat adanya Bendung Pitap. Metode yang digunakan
yaitu dengan menghitung kebutuhan air irigasi dimana analisis evapotranspirasi masih
menggunakan metode Penman-Modifikasi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa hanya pada kebutuhan air pada bulan Oktober I ketersediaan airnya tidak
mencukupi yaitu pada tahap penyiapan lahan yang membutuhkan air relatif cukup
banyak (Fitriati, Novitasari, Rusdiansyah, & Rahman, 2015).
Analisis imbangan air dan desain embung pernah dilakukan pada Daerah Irigasi
Banyuasin Kabupaten Bangka dimana memiliki luas potensial persawahan seluas 65
Ha. Analisis ketersediaan air dihitung dengan menggunakan metode NRECA dan untuk
kebutuhan air menggunakan KP-01. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan
air pada lokasi tidak mencukupi kebutuhan air irigasi (Yuliani, 2017).
Kajian potensi ketersediaan air juga pernah diteliti dengan studi kasus yaitu DAS
Catur. Metode yang digunakan yaitu membandingkan ketersediaan air dengan metode
FJ. Mock dengan program Neo Perdas dan diperoleh hasil terdapat selisih 5% dari
perbandingan kedua metode tersebut (Wuryani & Pudjiastuti, 2017).
Analisis besaran komponen imbangan air juga pernah diteliti khususnya pada
lahan irigasi Kelingi Tugumulyo di mana metode yang digunakan dengan membuat
pemodelan imbangan air dan hasil simulasi menunjukkan bahwa kebutuhan air irigasi
dipengaruhi oleh hujan efektif, tinggi genangan di sawah, perkolasi, dan cara pemberian
air yang digunakan (Yendri, Putranto, & Sarino, 2019).
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah disebutkan di atas, maka dapat
diketahui bahwa penelitian mengenai imbangan air di Bendung Jetu merupakan
penelitian terbarukan dimana untuk analisis evapotranspirasi sudah menggunakan
metode terbaru dan sesuai dengan SNI yaitu Metode Penman-Monteith dan untuk
lokasinya belum pernah digunakan untuk penelitian serupa (SNI, 2012).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketersediaan air, kebutuhan air,
dan imbangan air khususnya di Daerah Irigasi Jetu agar nantinya petani dapat
melakukan pemilihan jenis tanaman yang sesuai dengan ketersediaan air dari Bendung
Jetu.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan yaitu
tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Pada tahap perencanaan dimulai
dengan mengidentifikasi permasalahan yang ada pada Daerah Irigasi (DI) Jetu
kemudian dari identifikasi tersebut ditarik suatu rumusan masalah yang nantinya didapat
batasan masalah dalam penelitian ini selain itu dilakukan juga studi pendahuluan. Pada
studi pendahuluan disusun kerangka teoritis bagaimana cara pemecahan masalah yang
ada pada DI Jetu. Berikut lokasi dan daerah irigasi dari Bendung Jetu.
Suryo Handoyo, Erni Mulyandari
4096 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
Gambar 2
Lokasi Bendung Jetu
Gambar 3
Peta Daerah Irigasi Jetu
Tahap pelaksanaan dibagi menjadi dua yaitu pengumpulan data dan analisis data.
Pada tahap pengumpulan data dapat dibagi menjadi dua yaitu pengumpulan data primer
dan pengumpulan data sekunder. Pada pengumpulan data primer dapat dilakukan
dengan menyurvei lokasi DI Jetu sehingga diperoleh data primer diantaranya mulai
awal masa tanam dan jenis tanaman yang umumnya ditanam oleh petani sedangkan
untuk data sekunder dilakukan dengan mencari data hujan, data klimatologi, dan data
debit intake pada Bendung Jetu. Analisis data dibagi menjadi lima tahapan yaitu mulai
dari menganalisis data hujan, data klimatologi, kebutuhan air irigasi, ketersediaan air
irigasi, dan analisis imbangan air irigasi. Pada analisis data hujan yang paling penting
adalah uji konsistensi dimana pada penelitian ini diambil Metode RAPS (Rescaled
Adjusted Partial Sums) sedangkan untuk analisis data klimatologi yang akan dicari
adalah besarnya evapotranspirasi potensial dengan Metode Penman-Monteith. Analisis
Analisis Imbangan Air pada Daerah Irigasi Jetu Kabupaten Karanganyar
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 4097
kebutuhan air irigasi dihitung sesuai dengan Standar Perencanaan Irigasi KP-01
sedangkan untuk ketersediaan diperoleh dari data sekunder dan nantinya akan dibuat
debit rerata bulanan dari beberapa tahun data yang diperoleh. Analisis imbangan air
diperoleh dengan membandingkan besarnya kebutuhan dengan ketersediaan air irigasi.
Tahap akhir yaitu penarikan kesimpulan berdasarkan dari hasil dan pembahasan
pada tahap analisis data. Penarikan kesimpulan harus dilakukan dalam bentuk yang
sistematik karena merupakan tahap akhir dalam sebuah penelitian.
Hasil dan Pembahasan
1. Analisis Data Hujan
Pos hujan yang terdapat di Karanganyar dan termasuk dalam kewenangan
BBWS Bengawan Solo ada 5 yaitu Pos Hujan Jatipuro (2014-2020), Pos Hujan
Karangpandan (2014-2020), Pos Hujan Tawangmangu (1975-2020), Pos Hujan
Tritis (2011-2020), dan Pos Hujan Waduk Delingan (2012-2020). Dari kelima pos
hujan tersebut diambil data hujan dengan panjang data minimal 10 tahun sehingga
hanya 2 pos hujan yang dapat digunakan untuk analisis yaitu Pos Hujan
Tawangmangu dan Pos Hujan Tritis. Selanjutnya dari 2 stasiun hujan tersebut diplot
ke ArcMap dan dilakukan analisis dengan metode Polygon Thiessen (gambar 4)
sehingga diperoleh Pos Hujan yang berpengaruh di DI Jetu adalah Pos Hujan
Tawangmangu.
Gambar 4
Hasil Polygon Thiessen Pos Hujan
Data hujan pada Pos Hujan Tawangmangu untuk selanjutnya akan dilakukan
uji kepanggahan. Apabila data hujan dinyatakan panggah, maka data hujan tersebut
dapat langsung digunakan untuk analisis imbangan air dalam hal ini data hujan
berpengaruh sebagai hujan efektif 80% (padi) dan hujan efektif 50% (palawija).
Adapun hasil uji kepanggahan Data Hujan Tawangmangu adalah seperti pada Tabel
1 dan Tabel 2.
Suryo Handoyo, Erni Mulyandari
4098 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
Tabel 1
Uji Kepanggahan Pos Hujan Tawangmangu
k
Tahun
P
(P- )
2
S
k
*
S
k
**
|S
k
**|
1
1975
4550.00
2000625.75
1414.43
2.17
2.17
2
1976
2448.00
472745.93
726.87
1.11
1.11
3
1977
1789.00
1813237.88
-619.70
-0.95
0.95
4
1978
3257.00
14746.41
-498.26
-0.76
0.76
5
1979
3410.00
75314.45
-223.83
-0.34
0.34
6
1980
2433.00
493597.88
-926.39
-1.42
1.42
7
1981
3157.00
459.45
-904.96
-1.39
1.39
8
1982
2494.00
411605.93
-1546.52
-2.37
2.37
9
1983
3251.00
13325.19
-1431.09
-2.19
2.19
10
1984
3486.00
122804.54
-1080.65
-1.66
1.66
11
1985
3322.00
34757.93
-894.22
-1.37
1.37
12
1986
3403.00
71521.36
-626.78
-0.96
0.96
13
1987
3403.00
71521.36
-359.35
-0.55
0.55
14
1988
3186.00
2543.67
-308.91
-0.47
0.47
15
1989
3180.00
1974.45
-264.48
-0.41
0.41
16
1990
2930.00
42257.06
-470.04
-0.72
0.72
17
1991
2902.00
54552.71
-703.61
-1.08
1.08
18
1992
3781.00
416586.06
-58.17
-0.09
0.09
19
1993
2657.00
229024.67
-536.74
-0.82
0.82
20
1994
2345.00
624993.36
-1327.30
-2.03
2.03
21
1995
3778.00
412722.45
-684.87
-1.05
1.05
22
1996
2909.00
51331.80
-911.43
-1.40
1.40
23
1997
2374.00
579981.58
-1673.00
-2.56
2.56
24
1998
3378.00
58774.62
-1430.57
-2.19
2.19
25
1999
4007.00
759398.58
-559.13
-0.86
0.86
26
2000
3576.00
193982.80
-118.70
-0.18
0.18
27
2001
3355.00
48151.62
100.74
0.15
0.15
28
2002
2646.00
239674.10
-388.83
-0.60
0.60
29
2003
2316.00
671687.15
-1208.39
-1.85
1.85
30
2004
2960.00
30823.15
-1383.96
-2.12
2.12
31
2005
3387.00
63219.45
-1132.52
-1.73
1.73
32
2006
2542.00
352319.67
-1726.09
-2.64
2.64
33
2007
2970.00
27411.84
-1891.65
-2.90
2.90
34
2008
2240.00
802037.06
-2787.22
-4.27
4.27
35
2009
3106.00
874.10
-2816.78
-4.31
4.31
36
2010
4682.00
2391460.54
-1270.35
-1.95
1.95
37
2011
3334.00
39376.36
-1071.91
-1.64
1.64
38
2012
2217.00
843762.06
-1990.48
-3.05
3.05
39
2013
2770.00
133637.93
-2356.04
-3.61
3.61
40
2014
2576.00
313113.23
-2915.61
-4.47
4.47
41
2015
3184.00
2345.93
-2867.17
-4.39
4.39
42
2016
4779.00
2700877.88
-1223.74
-1.87
1.87
43
2017
3916.70
610171.55
-442.60
-0.68
0.68
44
2018
2749.30
149200.82
-828.87
-1.27
1.27
45
2019
2909.00
51331.80
-1055.43
-1.62
1.62
46
2020
4191.00
1113942.58
0.00
0.00
0.00
Rerata ( )
3135.57
Analisis Imbangan Air pada Daerah Irigasi Jetu Kabupaten Karanganyar
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 4099
Tabel 2
Nilai Kritik Q dan R
n
Q/n
R/n
90%
95%
99%
90%
95%
99%
10
1.05
1.14
1.29
1.21
1.28
1.38
20
1.1
1.22
1.42
1.34
1.43
1.6
30
1.12
1.24
1.46
1.40
1.50
1.70
40
1.13
1.26
1.50
1.42
1.53
1.74
50
1.14
1.27
1.52
1.44
1.55
1.78
100
1.17
1.29
1.55
1.50
1.62
1.86
1.22
1.36
1.63
1.62
1.75
2.00
46
1.14
1.27
1.51
1.43
1.54
1.76
Hasil maksimum |S
k
**| dengan Q
kritik
dan nilai maksimum S
k
** dikurangi nilai
minimum S
k
** dengan R
kritik
akan dibandingkan kemudian data hujan tersebut
dikatakan panggah jika hasil yang dibandingkan dengan Q
kritik
dan R
kritik
berada
dibawahnya. Pada data hujan Pos Hujan Tawangmangu diperoleh hasil panggah
karena nilai maksimum |S
k
**| (4.47) lebih kecil dari Q
kritik
(8.59) dan nilai
maksimum S
k
** dikurangi nilai minimum S
k
** (6.63) juga lebih kecil dibandingkan
R
kritik
(10.46) sehingga data hujan Pos Hujan Stasiun Tawangmangu dapat langsung
digunakan untuk analisis hujan efektif. Adapun hasil perhitungan hujan efektif dapat
dilihat pada tabel 3.
Tabel 3
Hujan Efektif Padi dan Palawija
Bulan
Hujan Efektif (mm/hr)
Padi
Palawija
Januari
I
7.43
11.78
II
9.59
13.39
Februari
I
9.31
12.60
II
7.32
9.99
Maret
I
6.73
10.73
II
5.56
8.77
April
I
4.16
8.05
II
3.59
6.21
Mei
I
1.75
3.85
II
0.29
2.19
Juni
I
0.07
1.28
II
0.00
0.58
Juli
I
0.00
0.33
II
0.00
0.19
Agustus
I
0.00
0.14
II
0.00
0.00
September
I
0.00
0.07
II
0.00
0.61
Oktober
I
0.18
1.54
II
0.39
2.61
Suryo Handoyo, Erni Mulyandari
4100 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
Bulan
Hujan Efektif (mm/hr)
November
I
1.60
5.88
II
3.52
7.95
Desember
I
5.28
10.22
II
5.69
9.54
Hujan efektif pada Tabel 3 merupakan hujan andalan yang merupakan bagian
dari keseluruhan data hujan yang dianggap efektif tersedia untuk kebutuhan air
tanaman. Pada tanaman padi diambil besarnya 70% dari curah hujan andalan 80%,
sedangkan untuk tanaman palawija sebesar 70% dari curah hujan andalan 50%.
Metode yang digunakan ini telah sesuai dengan Perencanaan Jaringan Irigasi KP-
01.
2. Analisis Data Klimatologi
Sebaran stasiun klimatologi yang diperoleh ada lima yaitu Stasiun Klimatologi
Waduk Ketro, Stasiun Klimatologi Patihan, Stasiun Klimatologi Waduk Cengklik,
Stasiun Klimatologi Kedung Uling, dan Stasiun Klimatologi Waduk Ngancar.
Analisis stasiun klimatologi yang berpengaruh pada DI Jetu dilakukan dengan
metode Polygon Thiessen. Hasil analisis metode Polygon Thiessen seperti pada
Gambar 5, menunjukkan bahwa stasiun klimatologi yang berpengaruh untuk DI Jetu
adalah Stasiun Klimatologi Patihan.
Gambar 5
Hasil Polygon Thiessen Pos Klimatologi
Data pada Stasiun Klimatologi Patihan akan dianalisis sehingga didapat
besarnya evapotranspirasi potensial yang nantinya digunakan untuk analisis
kebutuhan air irigasi. Analisis evapotranspirasi potensial berdasarkan SNI
7745:2012 tentang Tata Cara Perhitungan Evapotranspirasi Tanaman Acuan dengan
Metode Penman-Monteith. Metode Penman-Monteith dipilih karena merupakan
metode yang telah divalidasi oleh para ahli di banyak negara. Adapun hasil
Evapotranspirasi Potensial dapat dilihat seperti pada tabel 4.
Analisis Imbangan Air pada Daerah Irigasi Jetu Kabupaten Karanganyar
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 4101
Tabel 4
Evapotranspirasi Potensial (ETo) DI Jetu
Bulan
ETo
(mm/hr)
Januari
I
3.56
II
3.24
Februari
I
3.40
II
3.09
Maret
I
3.73
II
3.55
April
I
3.30
II
3.47
Mei
I
3.62
II
3.45
Juni
I
3.16
II
3.38
Juli
I
3.17
II
3.47
Agustus
I
3.90
II
4.14
September
I
4.15
II
4.26
Oktober
I
4.17
II
4.64
November
I
4.17
II
3.59
Desember
I
3.89
II
3.52
3. Analisis Kebutuhan Air Irigasi
Analisis kebutuhan air irigasi disesuaikan dengan data primer yang ada di
lapangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani di DI Jetu, awal tanam
dilakukan pada bulan Desember sedangkan untuk luas layan DI Jetu diambil
berdasarkan Lampiran II Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Republik Indonesia Nomor 14/PRT/M/2015 Tanggal 21 April 2015 yaitu
sebesar 647 Ha dengan pembagian luas layan di Kabupaten Karanganyar adalah 627
Ha dan Kabupaten Sukoharjo adalah 20 Ha. Adapun hasil kebutuhan air irigasi
dengan pola tanam Padi Padi Padi adalah seperti Tabel 5.
Tabel 5
Kebutuhan Air Irigasi DI Jetu
Bulan
KAI
(m
3
/dtk)
Januari
I
0.02
II
0.00
Februari
I
0.00
II
0.00
Suryo Handoyo, Erni Mulyandari
4102 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
Maret
I
0.00
II
0.00
April
I
0.73
II
0.80
Mei
I
0.59
II
0.72
Juni
I
0.69
II
0.72
Juli
I
0.50
II
0.20
Agustus
I
1.18
II
1.20
September
I
0.83
II
0.84
Oktober
I
0.79
II
0.82
November
I
0.44
II
0.00
Desember
I
0.66
II
0.59
Hasil perhitungan kebutuhan air irigasi ini dapat dicek kesesuaiannya dengan
data hujan yang ada di lokasi penelitian. Apabila data hujan tinggi maka kebutuhan
air irigasi menjadi rendah. Sebagai contoh hujan efektif (tabel 4) pada bulan
Desember Maret lebih besar dibandingkan dengan hujan efektif pada bulan
Agustus November maka pada kebutuhan air pada bulan Desember Maret
menjadi lebih kecil jika dibandingkan dengan kebutuhan air pada bulan Agustus
November (tabel 5).
4. Analisis Ketersediaan Air Irigasi
Analisis ketersediaan air irigasi dihitung berdasarkan rerata bulanan
pencatatan debit intake pada Bendung Jetu. Data yang diperoleh adalah pencatatan
debit bulanan mulai dari tahun 2008 2020. Berdasarkan data tersebut maka akan
dicari rerata bulanan yang hasil akhirnya dapat dilihat seperti pada tabel 6.
Tabel 6
Ketersediaan Air Irigasi DI Jetu
Keteranga
n
Jan
Feb
Ma
r
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
No
v
Des
Debit
(m
3
/dtk)
1.0
0
1.1
5
1.03
1.0
2
0.8
4
0.7
6
0.5
2
0.2
5
0.2
2
0.3
9
0.5
4
1.0
5
Perhitungan ketersediaan air ini menggunakan data rerata bulanan. Hal
tersebut dikarenakan pada lokasi Bendung Jetu terdapat data sekunder yang
dianggap lebih valid jika dibandingkan dengan menggunakan metode FJ Mock.
Analisis Imbangan Air pada Daerah Irigasi Jetu Kabupaten Karanganyar
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 4103
5. Analisis Imbangan Air
Analisis imbangan air pada penelitian ini merupakan hasil perbandingan dari
ketersediaan air irigasi dengan kebutuhan air irigasi. Pola tanam yang dipakai adalah
pola tanam eksisting yaitu Padi Padi Padi kemudian dilakukan analisis untuk
mengoptimalisasi ketersediaan air tersebut supaya dapat memenuhi kebutuhan
petani pemakai air di Bendung Jetu. Adapun hasil analisis imbangan air DI Jetu
dapat dilihat seperti pada Gambar 6.
(a) Pola Tanam Padi Padi Padi
(b) Optimasi Pola Tanam Padi Padi Padi
(c) Optimasi Pola Tanam Padi Padi Palawija
(a)
(b)
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov
Debit (m3/dt)
Bulan
Imbangan Air DI Jetu
Ketersediaan Air Irigasi (m3/dt) Kebutuhan Air Irigasi (m3/dt)
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov
Debit (m3/dt)
Bulan
Imbangan Air DI Jetu
Ketersediaan Air Irigasi (m3/dt) Kebutuhan Air Irigasi (m3/dt)
Suryo Handoyo, Erni Mulyandari
4104 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
(c)
Gambar 6
Analisis Imbangan Air
Pada Gambar 6 (a) analisis imbangan air dilakukan sesuai dengan kondisi
eksisting di lapangan yaitu untuk pola tanam Padi Padi Padi, pada kenyataan
terdapat kekurangan air pada bulan Agustus sampai dengan Desember. Oleh karena
itu dibuat dua skema analisis imbangan air yaitu dengan mempertahankan pola
tanam Padi Padi Padi hanya saja tidak semua luas layan DI Jetu bisa terpenuhi.
Berdasarkan Gambar 6 (b) pola tanam tetap Padi Padi Padi hanya saja untuk
masa tanam III luasan DI Jetu yang bisa terpenuhi hanya 21.10% atau sekitar 136.52
Ha. Pada Gambar 6 (c) pola tanam diubah menjadi Padi Padi Palawija dan untuk
masa tanam III luasan DI Jetu yang bisa terpenuhi untuk menanam palawija dalam
hal ini adalah jagung adalah sebesar 34.43 % atau 222.79 Ha.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah jika petani melakukan
pola tanam Padi Padi Padi, maka untuk masa tanam I dan II, air dari Bendung Jetu
masih dapat memenuhi kebutuhan air irigasi petani akan tetapi untuk masa tanam III
tidak semua kebutuhan air irigasi di DI Jetu dapat terpenuhi begitu juga untuk pola
tanam Padi Padi Palawija. Luas tanam Padi yang dapat terpenuhi kebutuhan airnya
pada masa tanam III hanya sebesar 21.10% atau sekitar 136.52 Ha sedangkan untuk
Palawija hanya 34.43% atau sekitar 222.79 Ha.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan adanya penelitian lanjutan yang
mengikutsertakan adanya sumber air baru misal pembuatan sumur pompa agar
kebutuhan air irigasi dapat tercukupi setiap bulannya tanpa memandang pola tanam
yang diaplikasikan oleh petani.
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov
Debit (m3/dt)
Bulan
Imbangan Air DI Jetu
Ketersediaan Air Irigasi (m3/dt) Kebutuhan Air Irigasi (m3/dt)
Analisis Imbangan Air pada Daerah Irigasi Jetu Kabupaten Karanganyar
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 4105
BIBLIOGRAFI
Bayuaji, I. S. (2015). Analisis Imbangan Ketersediaan dan Kebutuhan Air Pertanian
dan Domestik di DAS Pemali. Universitas Padjajaran Bandung. Google Scholar
Fitriati, Ulfa, Novitasari, Novitasari, Rusdiansyah, Achmad, & Rahman, Andi. (2015).
Studi Imbangan Air Pada Daerah Irigasi Pitap. Cantilever, 4(1), 2733.
https://doi.org/10.35139/cantilever.v4i1.9. Google Scholar
Hadryana, I. M. A. D., Arsana, I. G. N. K, & Suryantara, I. P. G. (2015) Analisis
Keseimbangan Air/Water Balance Di DAS Tukad Sungi Kabupaten Tabanan.
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil. Vol. 19 No. 2 .Juli 2015. 99 - 107
Maini, M., & Mashuri, M. (2019). Analisis Imbangan Air Embung Jongkong Kabupaten
Bangka Melalui Kapasitas Tampungan. FROPIL (Forum Profesional Teknik
Sipil), 7(1), 33-46. https://doi.org/10.33019/fropil.v7i1.1402
Prof. Dr. Ir. R. A. Bustomi Rosadi, M.S. (2015). Dasar-dasar Teknik Irigasi (Cet.1).
Yogyakarta: Graha Ilmu.
SNI. (2012). Tata Cara Perhitungan Evapotranspirasi Tanaman Acuan dengan Metode
Penman-Monteith. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional (BSN). Google Scholar
Sabri, F., & Hambali, R. (2018). Kajian Imbangan Air Pulau Bangka. FROPIL (Forum
Profesional Teknik Sipil), 1(2). https://doi.org/10.33019/fropil.v1i2.259
Soewarno. (2015). Analisis Data Hidrologi Menggunakan Metode Statistika dan
Stokastik. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Triatmodjo, Bambang. (2016). Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Beta Offset.
Widiyono MG. 2016. Analisis Neraca Air Metode Thornthwaite Mather Kaitannya
Dalam Pemenuhan Kebutuhan Air Domestik Di Daerah Potensi Rawan
Kekeringan Di Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto. Jurnal Pengairan.
1(1): 14-15.
Wijayanti, P., Noviani, R., & Tjahjono, G.A. (2015). Dampak Perubahan Iklim
Terhadap Imbangan Air Secara Meteorologis Dengan Menggunakan Metode
Thornthwaite Mather Untuk Analisis Kekritisan Air di Karst Wonogiri. Geomedia,
Vol 13, No 1. (2015) https://doi.org/10.21831/gm.v13i1.4475
Wuryani, Tri, & Pudjiastuti, Purwanti Sri. (2017). Kajian Potensi Ketersediaan Air di
DAS Catur (Kabupaten Madiun Provinsi Jawa Timur). Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Google Scholar
Yendri, Okma, Putranto, Dinar D. A., & Sarino, Sarino. (2019). Analisis Besaran
Komponen Imbangan Air pada Lahan Irigasi Kelingi Tugumulyo Kabupaten Musi
Rawas Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Civronlit Unbari, 4(2), 5768. Google
Suryo Handoyo, Erni Mulyandari
4106 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
Scholar
Yuliani, Defi Sri. (2017). Analisis Imbangan Air dan Desain Embung Daerah Irigasi
Banyuasin Kabupaten Bangka. Universitas Bangka Belitung. Google Scholar
Copyright holder:
Suryo Handoyo, Erni Mulyandari (2021)
First publication right:
Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia
This article is licensed under: