Wardah Ardhillah, Armin, Sukri
4140 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
menjadi fenomena menarik untuk dikaji. Dalam periode pemilihan serentaktahun 2015
dan 2017, masalah pencalonan muncul menghiasi halaman media massa dan media
sosial. Bakal pasangan calon dari partai politik yang di calonkan penuh intrik saling
jegal antara kader partai maupun bukan kader partai politik. Demikian pula dengan
proses bakal calon dari perseorangan yang harus merebut simpati masyarakat
(Respationo & Hamzah, 2013).
Dinamika politik dalam pencalonan walikota dan wakil walikota pada Pemilihan
Makassar 2020, bakal maju empat pasangan calon. Mereka tersebut adalah Moh
Ramdhan Pomanto-Fatmawati Rusdi, Syamsu Rizal-Fadli Ananda, Irman Yasin Limpo-
Andi Zunnun Armin NH dan Munafri Arifuddin-Abd Rahman Bando (Rozikin, 2017).
Dari empat pasangan calon tersebut, salah satunya menarik perhatian penulis.
Yaitu pasangan Irman Yasin Limpo-Andi Zunnun Armin NH, pada pasangan tersebut
memiliki latar belakang yang berbeda. Irman merupakan adik dari Menteri Pertanian
Syahrul Yasin Limpo, sedangkan Andi Zunnun merupakan anak dari Politikus Golkar,
Nurdin Halid.
Pada pasangan Irman Yasin Limpo-Andi Zunnun Armin NH, memiliki kerabat
yang kurang harmonis yaitu Syahrul Yasin Limpo dan Nurdin Halid. Tapi tidak ada
musuh abadi dalam politik, dalam Pemilihan Walikota Makassar 2020 berpeluang
menyatukan keduanya. Hal tersebut terjadi setelah Partai Golkar mengusung Irman
Yasin Limpo dan direkomendasikan berpasangan dengan Andi Zunnun Armin NH di
Pemilihan Walikota Makassar 2020 (Syaf, 2017).
Ketidakharmonisan kerabat mereka dapat dilihat dari sejarah pertarungan kedua
kerabat mereka. Syahrul Yasin Limpo dan Nurdin Halid, keduanya nyaris tidak tak
pernah sehaluan, walaupun sama-sama dibesarkan Partai Golkar. Pada suksesi Gubernur
Sulawesi Selatan tahun 2003 merupakan cerita pembuka ketidakharmonisan Nurdin
Halid dan Syahrul Yasin Limpo. Saat Pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan tahun 2003,
Partai Golkar mempasangkan HM Amin Syam-Syahrul Yasin Limpo. Nurdin Halid
yang sejak awal tak respek dengan pasangan ini berbelok haluan. Ia turut mencalonkan
diri dengan menggandeng Iskandar Mandji. Lengkapnya lagi, pria kelahiran Bone ini
merangkul Ilham Arief Sirajuddin, politisi muda partai beringin, untuk mendukungnya
di Pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan pada tahun 2003. Karena ideologi politik yang
sejalan, Ilham Arief Sirajuddin dengan berani turut membangkang pada keputusan
Golkar. Sayang, cerita ini berakhir dengan kekalahan Nurdin. Setelah kalah di suksesi,
Nurdin berlabuh ke kancah politik nasional. Sejak itulah rentetan ketidakharmonisan
dengan Syahrul terus abadi (Lagaligopos, 2017).
Di Pemilihan Walikota Makassar 2013, Nurdin Halid kembali terlibat pertarungan
dengan Syahrul Yasin Limpo. Nurdin Halid menginginkan Supomo Guntur dengan adik
kandungnya (Kadir Halid) menjadi pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota
Makassar 2013. Sementara Syahrul Yasin Limpo menolak keras Kadir Halid sebagai
pasangan calon Supomo, Ia menginginkan mantan Sekretaris Kota Makassar itu
dipasangkan dengan Farouk M Betta. Tapi campur tangan DPP memutuskan
“perkawinan paksa” Supomo-Kadir (Candra, 2014).