How to cite:
Botha, Patricius Marianus (2021) Problematika Keterlibatan Perempuan dalam Organisasi
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Di Desa Rakalaba Kabupaten Ngada. Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia. 6(8). http://dx.doi.org/10.36418/ syntax-literate.v6i8.3877
E-ISSN:
2548-1398
Published by:
Ridwan Institute
Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia pISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2684-883X
Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
PROBLEMATIKA KETERLIBATAN PEREMPUAN DALAM ORGANISASI
PEMBERDAYAAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DI DESA RAKALABA
KABUPATEN NGADA
Patricius Marianus Botha
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat (STPM) ST. Ursula, Nusa Tenggara Timur,
Indonesia
Abstrak
Keterlibatan kaum perempuan dalam organisasi kemasyaraktan terus mendapat
perhatian dan dukungan. Peningkatan peran perempuan yang aktiv tidak serta
memberdayakan mereka akibat masalah dalam organisasi. Tujuan dari penelitian
adalah mengetahui problematika keterlibatan perempuan dalam organisasi
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) studi kasus di Desa Rakalaba
Kecamatan Golewa Barat Kabupaten Ngada. Kajian penelitian terfokus pada
keterlibatan perempuan dalam organisasi Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga (PKK) dalam pemberdayaan perempuan. Keluarga sebagai unit terkecil
dalam masyarakat memiliki peran penting dalam pembangunan yang berjalan
seiring angka kemisikinan yang tinggi, subordinasi, dominasi kekuasaan, akses
pada ruang publik, serta jarak sosial menjadi tekanan masif yang berpotensi pada
timbulnya berbagai masalah sosial. Metode penelitian yang digunakan adalah
konsep pemberdayaan dan dikupas menggunakan teori interaksionisme simbolik.
Hasil penelitian menunjukkan problematika kertelibatan perempuan disebabkan
beberapa faktor seperti rendahnya pendidikan yang berdampak pada pengetahuan
dan pemahaman tentang berorganisasi, bias gender yang menimbulkan disorientasi
dalam berorganisasi, serta peran psikologis seperti rasa malu, minder, takut.
Beberapa faktor penghambat yakni faktor psikologis, faktor situasional dan faktor
sosial budaya yang kemudian menjadi elemen yang ditemukan dalam penelitian ini
sebagai faktor penghambat tambahan keterlibatan perempuan di Desa Rakalaba
dalam berorganisasi.
Kata Kunci: problematika keterlibatan perempuan, organisasi PKK
Abstract
The involvement of women in community organizations continues gained attention
and support. This is This study aims to determine the problems of women's
involvement in the Family Welfare Empowerment Organization (PKK) study in
Rakalaba Village, Golewa Barat District, Ngada Regency. It focuses on women's
involvement in the Family Welfare and Empowerment Organization (PKK) in
women's empowerment. The condition of the family as the smallest unit in society
has a big meaning in the development process that goes hand in hand with high
poverty rates, subordination, domination of power, access to public spaces, and
Problematika Keterlibatan Perempuan dalam Organisasi PKK di Desa Rakalaba
Kabupaten Ngada
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 4001
social distance which become massive pressures that have the potential to cause
various social problems. The analysis use the concept of empowerment and
explored using Blumer's theory of symbolic interaction. Results showed that the
problems of women's involvement in the organization was due to several factors
such as low education level which had an impact on knowledge and understanding
of organization, gender bias that led to disorientation in organization, and
psychological roles such as shame, insecurity, fear. Some of the inhibiting factors,
namely psychological factors, situational factors and socio-cultural factors, later
became elements found in this study as inhibiting factors for women's involvement
in the village of Rakalaba in organizations.
Keywords: problematic involvement of women, PKK organization
Pendahuluan
Analisa tentang peran perempuan yang berfokus pada pengalaman perempuan
beserta masalah-masalah yang dihadapi sudah banyak dilakukan baik yang bersifat
interdisipliner maupun yang orientasinya mengarah kepada kegiatan konkret.
Pengkajian dan evaluasi pada aktivitas perempuan secara harus terus dilakukan untuk
mewujudkan pemberdayaan perempuan dan menjadikannya sebagai mitra sejajar laki-
laki dalam mulai dari unit terkecil keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Selama
lebih dari dua dasawarsa, pemerintah telah melaksanakan pemberdayaan perempuan
yang hasilnya terlihat dari adanya peningkatan peran dan kedudukan perempuan di
berbagai bidang kehidupan. Hal ini terimplementasi dalam sebuah gerakan masif dan
terstruktur sebagai organisasi Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) (Pathony,
2019).
Sebagai gerakan perempuan terbesar di Indonesia, banyak pihak yang menilai
bahwa gerakan PKK merupakan antiklimaks dari konstelasi feminitas di negeri ini
(Wieringa, 1992). Mereka beranggapan, bahwa ideologi gerakan ini merupakan
pengejawantahan dari kondisi kaum perempuan di Indonesia yang relatif ter
subordinasikan terhadap kaum laki-laki. Jawaban atas segala tantangan kehidupan
beserta dimensinya yang dihadapi perempuan dalam keluarga di pedesaan tentunya
dapat diselesaikan dengan pendekatan pemberdayaan. Aslichati menjelaskan
pemberdayaan perempuan adalah upaya pengembangan kapasitas perempuan dalam
pengambilan keputusan, terbukanya akses yang menunjang peningkatan ketrampilan
perempuan. Perempuan dilatih kemampuan analisa kritis terhadap situasi, konstruksi
sosial dan praktek diskriminasi dalam masyrakat serta mampu membedakaan peran
perempuan secara kodrat dan gender. Hal ini diharapkan dapat melahirkan perempuan
yang mengenal jati dirinya, yang percaya diri untuk menyatakan diri, memimpin dan
menjadi agen perubahan (2011).
Kenyataanya, pelaksanaan program PKK di desa Rakalaba, Kecamatan Golewa
belum maksimal. Program kesehatan dan gotong royong adalah dua program yang
paling unggul dan terlihat dibandingkan dengan program-program lainnya. Hal ini tidak
terlepas dari jumlah kaum perempuan yang terlibat dalam program PKK. Program-
program yang diusulkan dalam program PKK dirasa kurang menarik minat kalangan
Patricius Marianus Botha
4002 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
perempuan di desa Rakalaba. Hal inilah yang menjadi objektivitas penelitian untuk
menganalisa relevansi program Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam
hubungannya dengan minat dan keterlibatan para perempuan yang ada di Desa
Rakalaba, Kecamatan Golewa Barat, Kabupaten Ngada.
Masalah yang akan dianalisa adalah keterlibatan perempuan dalam organisasi
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di Desa Rakalaba Kecamatan
Golewa Barat Kabupaten Ngada dan apa saja faktor penghambat keterlibtan perempuan
dalam program Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga di desa Rakalaba. Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah pertama mendeskripsikan problematika keterlibatan
perempuan dalam organisasi Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di desa
dan kedua untuk menemukan faktor penghambat proses Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga di desa Rakalaba Kecamatan Golewa Barat, Kabupaten Ngada.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan maksud
mendeskripsikan problematika keterlibatan perempuan dalam berorganisasi dan
menemukan faktor-faktor penghambat keterlibatan perempuan dalam berorganisasi di
tingkat desa. penelitian ini bersifat deskriptif (Moleong, 2019). Dalam hal ini, penulis
mendeskripsikan masalah-masalah yang ditemukan dengan apa adanya. Penelitian yang
bersifat deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu gejala atau
hubungan antara dua gejala atau lebih (Zellatifanny & Mudjiyanto, 2018). Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data literatur dan lapangan. Sumber data
dalam penelitian ini terdiri dari dua sumber yaitu sumber primer dan sumber sekunder.
Data Primer diambil dari beberapa informan tertentu (Key Informan) sebagai subjek
penelitian yang dianggap mampu mewakili stakeholder yang terlibat dalam
permasalahan yang diteliti (Sugiyono, 2017). Data sekunder merupakan sumber
informasi yang diambil dari dokumentasi yang berkaitan dengan objek penelitian.
Pengumpulan datanya dilakukan dengan wawancara. Pengumpulan data dengan cara
mengajukan pertanyaan secara langsung. Teknik pengumpulan data dengan cara
mengadakan pertanyaan, percakapan dan tanya jawab secara lisan dan langsung dengan
tatap muka pada informan dengan menggunakan interview guide (pedoman wawancara)
(Afrizal, 2014).
Hasil dan Pembahasan
1. Problematika Keterlibatan Perempuan dalam Organisasi Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Rakalaba
Pembahasan mengenai problematika keterlibatan perempuan dalam organisasi
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga di desa Rakalaba akan dianalisis dengan
pendekatan teori interaksionime simbolik. Asumsi dasar dari teori interaksionisme
simbolik adalah asumsi interpretasi makna. Makna-makna tersebut berasal dari
interpretasi dengan orang lain terutama dengan orang yang dianggap cukup berarti.
Artinya tindakan manusia bisa sangat dipengaruhi faktor luar (perspektif teori
Problematika Keterlibatan Perempuan dalam Organisasi PKK di Desa Rakalaba
Kabupaten Ngada
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 4003
fungsionalisme-struktural) dan juga bisa sangat dipengaruhi kekuatan dalam diri
manusia (kondisi psikologis-reduksionime). Pada kondisi ini aktor memilih,
memeriksa, berpikir dan mengelompokkan serta mentransformasikan makna dalam
hubungannya dengan situasi dimana ia ditempatkan dan diarahkan tindakannya.
Interpretasi makna keterlibatan perempuan PPK desa Rakalaba akan dikaji
dalam dalam asumsi interpretasi makna ini yakni dimana keterlibatan perempuan
PKK akan dinilai secara menyeluruh terlebih dalam hubungannya dengan orang lain
yang kemudian mengarahkan perempuan PKK tersebut pada sebuah proses memilih,
memeriksa, berpikir, mengelompokan serta mentransformasikan tindakannya dalam
organisasi PKK di desa Rakalaba.
a. Interpretasi Makna Keterlibatan Perempuan PKK
Tidak dapat dipungkiri bahwa fenomena rendahnya keterlibatan perempuan
diberbagai belahan dunia ketiga khususnya dalam mengenal atau mengidentifikasi
dan mengolah berbagai potensi kehidupan, ditengarai sebagai akibat dari
rendahnya sumber daya manusia. Sementara tinggi rendahnya sumber daya
manusia, secara sederhana dapat diukur dari tingkat pendidikan masyarakat, yang
mana bila berada pada level yang rendah akan menimbulkan multi efek terhadap
kehidupan masyarakat tersebut dan biasanya memberikan dampak lanjutan berupa
terjadinya kemiskinan multidimensional.
Problematika keterlibatan perempuan di desa Rakalaba adalah cerminan dari
fenomena sosial atas interpretasi makna dan simbol tertentu. Makna dan simbol
terhadap tindakan dan interaksi manusia (Nurcholis, 2021), merupakan simbol
yang dimaksudkan oleh Blumer dan kawan-kawan sebagai perilaku tersembunyi
yang merupakan proses berpikir, yang melibatkan simbol dan arti. Sedangkan
perilaku lahiriah merupakan perilaku sebenarnya yang dilakukan oleh aktor dan
sebagian tindakan manusia melibatkan kedua jenis perilaku tersebut. Keterlibatan
perempuan PKK kemudian dilihat sebagai sebuah makna dan simbol yang
didorong oleh sebuah proses berpikir. Kondisi psikologis tersebut tentu berakar
pada sebuah pemahaman yang kemudian membentuk perilaku. Pembentukan
makna pada subjek perempuan PKK di desa Rakalaba memiliki arti yang cukup
penting dalam mengidentifikasi potensi diri. Hal ini dapat diukur dengan self-
Induction dari Blummer yang memiliki pengertian bahwa proses pengenalan yang
sedang berjalan dari individu untuk mengetahui sesuatu, menilainya, memberikan
makna, dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan makna tersebut (Hoppe,
2011). Pada bagian ini akan diuraikan kondisi keterlibatan perempuan sebagai
individu yang menafsir makna dan kemudian mendorong untuk berperilaku sesuai
dengan makna interpretatif tersebut.
Perlu disadari sungguh bahwa munculnya partisipasi ataupun kreatifitas
tidak dapat dipisahkan atau berkaitan dengan seberapa luas wawasan dan
pengetahuan yang dimiliki perempuan PKK desa Rakalaba terutama tentang
potensi diri yang didorong oleh proses berpikir. Dengan kata lain, ketika self-
induction perempuan PKK desa Rakalaba mampu berproses dengan baik maka
Patricius Marianus Botha
4004 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
proses penilaian, proses identifikasi dan proses penentuan sikap yang tercermin
dalam kreativitas dan inovasi, termasuk dalam mengidentifikasi potensi diri
mampu dikembangkan secara lebih lanjut.
Berdasarkan temuan penelitian, baik hasil wawancara dan observasi tak
langsung justru memperlihatkan bahwa keterlibatan perempuan PKK desa
Rakalaba sangat dipengaruhi oleh self-induction yakni sebuah proses penentuan
sikap atau perilaku yang dimulai dengan penilaian akan bermaafaat dari organisasi
tersebut bagi kehidupan mereka. hal ini didorong oleh interpretasi makna dan
simbol keterlibatan tersebut sebagai sebuah perilaku yang menggejala dimana
diproses karena pengetahuan dan pemahaman perempuan PKK terhadap
organisasi PKK tersebut. Hal ini dinilai sebagai sebuah karya interpretasi makna
atas pilihan itu sendiri dimana perempuan PKK mengambil bagian dalam
organisasi dalam pengalaman dan pengetahuan yang tidak memadai, tentu alasan
partisipasi perempuan di desa memiliki rasionalitas tindakan tertentu.
Pengetahuan dan keterampilan dalam suatu organisasi PKK sendiri dituntut
secara tidak langsung dalam program-program pokok pemberdayaan seperti
peningkatan kapasitas baik secara individu maupun lembaga secara mandiri dan
kemudian dengan peningkatan tersebut diharapkan pengetahuan dan keterampilan
tersebut disalurkan pada kelompok yang lain. Hal ini tentu menjadi sebuah
tantangan yang cukup berarti bagi seluruh anggota PKK desa Rakalaba. Pada
dasarnya mereka tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan baik secara
pribadi maupun secara lembaga (Punusingon, Sambiran, & Kairupan, 2018).
Kemampuan mereka dalam mengaplikasikan konsep pemberdayaan secara utuh
kepada keluarga-keluarga di desa dinilai tidak tercapai karena pengaruh
keterampilan dan pengetahuan tersebut. Pengetahuan dan keterampilan yang
dimaksud mencakup seluruh elemen yang bertumbuh dalam diri perempuan PKK
itu sendiri seperti kemampuan intelektual, kemampuan konseptual, kemampuan
manajerial, kemampuan afeksi dan lain sebagainya.
Melihat kondisi yang demikian maka harus diakui bahwa sebagian
masyarakat khususnya perempuan sebagai kader PKK belum mengetahui bahwa
potensi pemberdayaan yang disalurkan lewat organisasi ini tentu membawa
dampak signifikan bagi kemandirian keluarga di desa. Fakta seperti ini justru
menunjukkan bahwa perempuan PKK di desa Rakalaba umumnya belum
menyadari keberadaan organisasi sebagai wadah yang bisa dipakai untuk
pemanfaat kemandirian keluarga yang juga bisa menunjang pertumbuhan
ekonomi hal ini dikarenakan kondisi interpretasi makna dari individu itu sendiri.
Proses ini didorong oleh self-induction dimana subjek menilai, mengidentifikasi,
menentukan perilaku atas dari pemahaman dan pengalaman individu tersebut.
Pada persoalan keterlibatan perempuan PKK di desa Rakalaba boleh dilihat dari
pandangan self-induction yakni perempuan PKK menilai, mengidentifikasi dan
kemudian mengambil keputusan untuk berperilaku sesuai dengan apa yang
dipahami atas makna yang ditemukan tersebut. Pengetahuan dan pemahaman akan
Problematika Keterlibatan Perempuan dalam Organisasi PKK di Desa Rakalaba
Kabupaten Ngada
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 4005
makna keterlibatan tentunya memproduksi sikap ataupun kepedulian perempuan
PKK terhadap masalah di desa menjadi rendah, dalam hal ini termanifestasikan
melalui tindakan sebagai kader yang tidak mau terlibat karena alasan mengurus
rumah, takut suami, tidak berani tampil, pendidikan rendah, minder. Faktor ini
kemudian menjadikan perempuan kader menjadi acuh tak acuh terhadap persoalan
kemiskinan yang ada di desa.
b. Keterlibatan Berasal Dari Interaksi Dengan Orang Lain
Cara memahami manusia perlu dicari sumber pada interaksi sosial manusia.
Pada proses interaksi dengan orang lain yang dimaksudkan oleh Blummer adalah
proses penempatan makna dan simbol yakni proses pembentukan dipengaruhi
secara tegas oleh interaksi subjek yang kemudian memproduksi makna dan
membentuk perilaku. Dalam konteks ini proses penempatan makna dan simbol
yakni keterlibatan yang dilihat sebagai sebuah makna dan simbol tersebut secara
utuh dibentuk oleh proses interaksi antar subjek dalam organisasi PKK dan
kemudian membentuk makna keterlibatannya.
Pada proses inilah menurut Blummer proses mengidentifikasi tersebut
menjadi nyata dimana subjek mengambil peran untuk mengatur dirinya sendiri
dengan pengaruh dari luar. Jika dikondisikan dalam posisi teori reduksionisme
maka akan dilihat bahwa produksi perilaku ditentukan oleh pengetahuan dan
pengalaman subjek dengan kondisi sosial di luar dirinya. Pada situasi keterlibatan
perempuan di desa Rakalaba ini, makna keterlibatan perempuan PKK dibentuk
oleh proses identifikasi nilai-nilai yang ada di dalam organisasi PKK tersebut
yang didalamnya tergambar proses interaksi antar subjek.
Pengakuan dalam wawancara bersama beberapa perempuan PKK
setidaknya bisa digambarkan bahwa pengalaman interaktif bersama dengan orang
lain turut membangun sebuah sikap pada individu tersebut (Kiranantika, 2020).
Kondisi pengetahuan perempuan mengenai organisasi PKK tidak banyak
diketahui tapi perilaku keterlibatannya dibentuk dengan keterlibatannya bersama
orang lain di desa yang memiliki pengalaman dan pengetahuan berbasis ilmu
tertentu seperti bersama bidan desa, kader desa dan sebagainya. Keterlibatan ini
membantu mereka (perempuan) menemukan makna diri sebagai bagian penting
dalam kelompok masyarakatnya. Mereka mampu bersosialisasi dengan orang lain,
mengajak masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan desa walaupun intensitas kehadiran masih menjadi masalah dasar
dari organisasi PKK desa ini. Penemuan makna keterlibatan ini didorong oleh
hubungan interpersonal mereka dengan sesamanya. Komunikasi yang dibangun
didasarkan pada pola hubungan intens dengan masyarakat desa. dengan
komunikasi berbasis keluarga tersebut kemudian memampukan mereka untuk
bersosialisasi dengan baik. Hal ini setidaknya menunjukkan bahwa gejala sosial
yang dialami oleh perempuan di desa sebagai bagian dari gejala tersebut
bersumber dari proses identifikasi makna. Perempuan di desa tersebut memilih
Patricius Marianus Botha
4006 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
untuk bertindak dengan alasan di balik gejala tersebut yang dibentuk oleh proses
pembentukan makna dan simbol keterlibatan.
Data wawancara personal mengidentifikasi bahwa interaksi yang sudah
dibangun didasarkan pada pola hubungan keluarga sehingga makna keterlibatan
didorong oleh hubungan interaksi keluarga. Perilaku mau berbagi dengan pola
hubungan keluarga dinilai sebagai sebuah proses yang tidak serta merta menjadi
akan tetapi dilakukan dengan proses penilaian, idetifikasi dan penentuan sikap.
Pada proses ini, perempuan PKK di desa Rakalaba melakukan identifikasi
penentuan sikap dan perilaku berdasarkan interaksi subjek dengan kondisi
sosialnya. Pada domain ini perempuan memiliki daya cipta dan mengembang
potensi diri dengan mengedepankan makna keterlibatan atas dasar interpretasinya
terhadap keterlibatan tersebut sebagai sebuah makna dan simbol yang menggejala.
2. Faktor Penghambat Keterlibatan Perempuan dalam Organisasi Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Rakalaba.
Faktor penghambat keterlibatan perempuan dalam organisasi PKK desa
Rakalaba dibagi dalam tiga faktor yakni faktor psikologis, faktor situasional dan
faktor sosial-budaya. Pada faktor psikologi akan dianalisis oleh peneliti dengan
menempatkan beberapa kendala psikologis seperti nilai-nilai individual, focus of
control, kepuasan terhadap program yang berakibat pada keikutsertaan dan intensi
turnover, sedangkan pada faktor situasional akan dilihat pada jenis kegiatan atau
program PKK yang mensyaratkan keterlibatan perempuan PKK, organisasi PKK itu
sendiri, persoalan upah atau kontribusi ekonomi terhadap keberlangsungan hidup
perempuan PKK itu sendiri dan kondisi rasa aman bagi perempuan PKK itu sendiri
(Wadu, Ladamay, & Dadi, 2018). Pada faktor sosial budaya dianalisis dengan
memperhatikan data yang diterima yakni persoalan bias gender dan subordinasi laki-
laki terhadap perempuan.
a. Faktor Psikologis
Faktor psikologis pada analisis mengenai hambatan keterlibatan disini
diuraikan dengan pendekatan unsur proses self-indication dari teori
interaksionisme Blummer. Pemahaman terhadap simbol ketika peneliti
menggunakan teori interaksi simbolik. Simbol adalah objek sosial dalam interaksi
yang digunakan sebagai perwakilan dan komunikasi yang ditentukan oleh orang-
orang yang menggunakannya (Rohayati, 2017). Orang-orang kemudian memberi
arti, menciptakan dan mengubah objek di dalam interaksi. Simbol dapat mewujud
dalam bentuk objek fisik (benda kasat mata), kata-kata (untuk mewakili objek
fisik, perasaan, ide dan nilai), dan tindakan nyata.
Pada permasalahan mengenai hambatan keterlibatan dilihat sebagai sebuah
simbol tindakan yakni makna keterlibatan dilakukan untuk memberikan arti dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Pada poin ini tindakan keterlibatan merupakan
sebuah proses reduksitas pikiran subjek terhadap objek tertentu dalam hal ini
keikutsertaannya pada organisasi PKK. reduksi pikiran dalam proses penilaian
Problematika Keterlibatan Perempuan dalam Organisasi PKK di Desa Rakalaba
Kabupaten Ngada
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 4007
dan identifikasi kemudian dianalisis dengan reduksionisme-psikologis dimana
makna tercipta atas dasar pertimbangan individu.
Pertama, persamaan kebutuhan. Pada kondisi psikologis ini menjadi
tantangan tersendiri yang sedang dihadapi oleh perempuan PKK desa Rakalaba.
Hal ini dapat dilihat pada persamaan kebutuhan PKK itu sendiri. Dari hasil
wawancara didapati beberapa kader PKK mengatakan bahwa mereka tidak terlalu
memahami program-program PKK itu sendiri. Mereka menjalankan program
PKK tersebut bukan atas dasar kebutuhan mereka sendiri atau berangkat dari
sebuah proses pemenuhan kebutuhan mereka
Kedua, berkaitan dengan focus of control (fokus pengendalian) yang
dimaksudkan dengan lokus pengendalian disini adalah pengendalian perilaku
keterlibatan sebagai sebuah makna yang berakar pada interaksi manusia.
Perempuan mengendalikan diri mereka atas pekerjaan pokok dan pekerjaan
tambahan, hal ini berkaitan dengan proses kepercayaan mereka terhadap
keberhasilan diri dimana perempuan-perempuan PKK ini kemudian melihat
bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri. Dalam penelitian ini peneliti
kemudian menemukan ada beberapa gejala Psikologis sebagai pengendali yang
terkait penghambat keterlibatan mereka di dalam organisasi PKK yakni salah
satunya adalah menyangkut kepercayaan diri. Bila dilihat pada proses self-
indication Blummer diartikan sebagai sebuah proses penilaian, apakah memiliki
kesamaan atau bertolak belakang.
Ketiga kepuasan terhadap hasil kerja. Penghambat lain yang ditemukan pada
kondisi psikologis perempuan PKK di desa Rakalaba adalah kondisi
ketidakpuasan mereka terhadap hasil kerja yang mereka jalankan. Pada tataran ini
kepuasan hasil kerja yang dimaksudkan adalah problematika kehadiran mereka
dalam organisasi ini, mereka sering kali lebih mementingkan urusan rumah tangga
pribadi daripada mementingkan urusan rumah tangga orang lain.
Uraian kondisi penghambat keterlibatan perempuan PKK desa Rakalaba
dilihat dari aspek psikologis di atas dapat disimpulkan bahwa faktor psikologi
memiliki daya tekan yang cukup berpengaruh pada kondisi keterlibatan seseorang
dalam sebuah organisasi tertentu terlebih dalam konteks ini keterlibatan
perempuan PKK desa Rakalaba. Kondisi kepentingan nilai lokus pengendalian
diri pada kegiatan bersama, kepuasan terhadap hasil kerja menjadi beberapa hal
penting yang harus diperhatikan secara serius dalam pengembangan, peningkatan
dan keberlanjutan organisasi PKK di desa Rakalaba.
b. Faktor Situasional
Selain faktor psikologis yang didominasi oleh beberapa karakter pendukung
seperti yang dianalisis di atas juga terdapat kondisi penghambat lain yang turut
menyumbang hambatan keterlibatan perempuan PKK desa Rakalaba yakni faktor
situasional. Pada faktor situasional ini ditemukan ada beberapa hal yang kemudian
akan diterangkan lebih lanjut.
Patricius Marianus Botha
4008 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
Pertama, berkaitan dengan kepengurusan organisasi PKK. kondisi
organisasi yang dimaksudkan disini adalah kondisi struktur dan sistem
organisasinya. Pada organisasi umumnya selalu mensyaratkan dengan
pengembangan secara tidak langsung menekan anggotanya untuk terus
berkembang. Kondisi pengembangan organisasi PKK desa Rakalaba sendiri
ditentukan langsung oleh perempuan PKK desa Rakalaba sebagai penggerak
organisasi di desa. Organisasi PKK selayaknya menyediakan bantuan sesuai yang
dibutuhkan demi pengembangan organisasi tersebut, artinya organisasi harus
memiliki kepedulian yang serius terhadap pengembangan anggotanya.
Pengembangan yang dimaksud adalah pengembangan sikap dan pengetahuan. Hal
ini yang kemudian dilihat sebagai sebuah tantangan serius bagi pengembangan
psikologis dari perempuan di desa Rakalaba. Banyak dari mereka mengatakan
bahwa organisasi PKK hanya membuang waktu, tidak ada pengaruh terhadap
peningkatan ekonomi mereka sendiri dan keluarga mereka (Afandi, 2013).
Hambatan situasional kedua sebagai sebuah proses terciptanya hambatan
keterlibatan perempuan PKK desa Rakalaba adalah kondisi upah atau kontribusi
ekonomi yang dihasilkan dari kegiatan-kegiatan PKK di desa Kontribusi upah
yang dinyatakan dalam wawancara bersama perempuan PKK desa Rakalaba
setidaknya dilihat sebagai sebuah bangunan perasaan yang kemudian diakui
sebagai sumber-sumber yang mampu memberikan kecukupan fisik personal,
emosional, kognitif dari perempuan di desa Rakalaba. Kontribusi ekonomi
signifikan berpengaruh pada keterlibatan perempuan PKK desa Rakalaba
dikarenakan modal ekonomi inilah sebagai sumber yang dianggap bisa memenuhi
kebutuhan hidup (Suryakusuma, Katjasungkana, Notosusanto, & Chabibah,
2011). Sehingga dalam wawancara ditemukan bahwa mereka lebih dominan untuk
ke kebun untuk kepastian ekonomi mereka daripada menghabiskan waktu
seharian di desa untuk sebuah kegiatan yang tidak berdampak pada kontribusi
ekonomi mereka. Tentunya ini dilihat sebagai sebuah proses penentuan sikap yang
diawali dengan penilaian, identifikasi dan penentuan tindakan seperti yang
dimaksudkan oleh Blummer sehingga berpengaruh pada interpretasi makna dan
simbol keterlibatan.
Ketiga, penghambat keterlibatan dari proses pemasaran hasil kegiatan yang
belum maksimal. Hal ini menjadi kendala untuk PKK dalam mengembangkan
berbagai keterampilan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat. Pemasaran
yang belum optimal menjadi pemicu kurangnya minat belajar dari perempuan
PKK untuk memperoleh pengetahuan tentang keterampilan. Pemasaran dari hasil
kegiatan yang belum maksimal juga mempengaruhi semangat kehadiran untuk
mengikuti kegiatan pelatihan keterampilan. Hal ini ditunjang dengan keterbatasan
dana yang dialami perempuan PKK untuk mengembangkan diri dalam organisasi
PKK. Temuan peneliti bahwasannya perempuan PKK memiliki harapan bahwa
pemerintah sebaiknya memberi bantuan juga untuk mengembangkan keterampilan
yang sudah diprogramkan PKK. Keterbatasan dana yang dialami oleh perempuan
Problematika Keterlibatan Perempuan dalam Organisasi PKK di Desa Rakalaba
Kabupaten Ngada
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 4009
PKK berkontribusi pada rendahnya partisipasi perempuan PKK untuk mengikuti
kegiatan pelatihan keterampilan di desa.
Beberapa uraian mengenai kondisi situasional sebagai kondisi yang
berakibat pada keterlibatan perempuan PKK desa Rakalaba ini kemudian terpaut
dengan gerakan PKK yang adalah peningkatan dan pengembangan kemampuan
dan kepribadian. Oleh karena itu beberapa kondisi yang diangkat dalam faktor
situasional kemudian menjadi salah satu elemen vital yang perlu dipertimbangkan
dalam peningkatan dan pengembangan organisasi PKK desa Rakalaba.
c. Faktor Sosial Budaya
Bagian analisis tentang keterlibatan perempuan dalam kegiatan PKK terkait
faktor sosial budaya dilihat bias gender dan posisi kesejajaran antara perempuan
dan laki-laki. Faktor sosial budaya berupa bias gender dipengaruhi oleh cara pikir
perempuan yang merasa tak mampu secara psikis, mental dan fisik seperti rasa
malu, rasa tidak enak dengan yang lain, anggapan bahwa hanya perempuan, orang
desa serta teman laki-laki. Jika diukur dengan teori interaksionisme simbolik
Blummer maka akan ditemukan bahwa bias gender yang dimaksudkan disini
adalah pemahaman subjek pada makna tertentu yang berproses dalam komunikasi
yang interaktif. Oleh karena itu akan sangat mudah mengatakan bahwa bias
gender yang dimaksudkan pada posisi ini adalah perilaku perempuan yang
dipengaruhi oleh komunikasi mereka dengan kondisi sosial budaya.
Menurut Nugroho dalam (Kusrina, 2017) kenyataan biologis yang membedakan
dua jenis kelamin melahirkan dua teori besar yaitu teori nature dan nurture. Teori
nature melihat perbedaan peran antara perempuan dan laki-laki bersifat kodrati.
Sedangkan, teori nurture meyakini bahwa konstruksi masyarkatlah yang membuat
perbedaan relasi gender antara laki-laki dan perempuan. Dengan model pemberdayaan
demikian setidaknya meningkatkan kualitas dan kuantitas hidup perempuan menjadi
lebih baik. Pemberdayaan setidaknya mengedepankan pertumbuhan hak dan martabat
dari setiap individu dalam suatu masyarakat tertentu. Sehingga memberdayakan
masyarakat bertujuan adalah "mendidik masyarakat agar mampu mendidik diri sendiri"
atau "membantu masyarakat agar mampu membantu diri sendiri" dengan tidak melihat
kekuatan pada versi gender tertentu. Hal ini berarti bahwa di dalam proses
pemberdayaan yang terjadi, masyarakat berperan secara aktif di dalam mendesain dan
merancang bentuk pemberdayaan itu sendiri. Untuk mencapai tujuan ini, faktor
peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan formal dan nonformal perlu mendapat
prioritas (Kusrina, 2017). Dalam konteks problematika keterlibatan perempuan di desa
Rakalaba menyertakan diri dalam kegiatan PKK sedianya dihalangi oleh faktor Kultural
ini yang mana dilandasi oleh ideologi gender. Hal ini tentu memiliki konsekuensi logis
yakni tidak terlibatnya perempuan dalam organisasi apapun pada tingkat desa.
Patricius Marianus Botha
4010 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
Kesimpulan
Keberhasilan dari pelaksanaan program pokok PKK di desa Rakalaba Kecamatan
Golewa Barat Kabupaten Ngada adalah melalui partisipasi masyarakat khususnya kaum
perempuan. Selain partisipasi masyarakat, kerja sama antara masyarakat dan lembaga-
lembaga pemerintahan desa sangat dibutuhkan. Dengan pemberdayaan yang dilakukan
pemerintah melalui PKK dalam ranah Rural Women Empowering diharapkan seluruh
warga desa ikut berpartisipasi untuk menyukseskan kegiatan pemberdayaan tersebut.
Karena tanpa partisipasi dari warga desa, maka seluruh proses yang ditujukan untuk
membantu masyarakat memperoleh daya kuasa dalam hidup berbangsa dan bernegara
khususnya meningkatkan kesejahteraan keluarga di desa serta memajukan
pembangunan desa tidak dapat berjalan. Hal ini sangat didorong oleh sebuah
pemahaman tentang sesuatu. Seturut dengan apa yang dikembangkan oleh pakar
interaksionisme simbolik (Blumer dkk) lebih mengedepankan bagaimana aktor sebagai
agen sosial bertindak sesuai dengan apa yang dipahami. Pada konteks problematika
keterlibatan kaum perempuan di dalam organisasi PKK desa Rakalaba perlu pada
tahapan awal dicari korelasi antara tindakan atau keputusan kaum perempuan terhadap
pemahaman mereka sendiri. Pada tahapan ini ditemukan bahwa kaum perempuan PKK
desa Rakalaba tidak terlibat bukan dikarenakan sebuah proses yang salah melainkan
terletak pada cara mereka memahami kondisi dan dinamika organisasi tersebut. Pada
tahapan ini ditemukan beragam jawaban yang mengedepankan bahwa sesungguhnya
mereka belum dipetakan pada satu frame yang sama yakni pemberdayaan. Kaum
perempuan PKK desa Rakalaba pada umumnya memandang metode pemberdayaan
melalui organisasi PKK tidak cukup membantu mereka keluar dari persoalan kehidupan
harian mereka.
Berangkat dari pemahaman atas sesuatu tersebut, kemudian dilihat faktor-Faktor
penghambatnya. Pemahaman dalam konteks ini lebih dilihat sebagai pengetahuan kaum
perempuan PKK Desa Rakalaba mendapatkan tantangan. Tentunya pada level
organisasinya tidak berjalan sesuai proses pemberdayaan terlebih dalam meningkatkan
keterampilan perempuan di desa Rakalaba. Hambatan ini didominasi oleh dukungan
finansial dari pihak desa yang rendah sehingga menghilangkan motivasi pemberdayaan
tersebut, kesadaran masyarakat yang menyatakan tanggapan bahwa kegiatan ini jauh
dari kata baik dan bagus, tempat pelaksanaan kegiatan, dan dukungan perangkat desa
yang minim. Selain masalah finansial juga kaum perempuan diperhadapkan dengan
masalah psikologis, masalah sosial budaya. Pada tataran psikologis, kaum perempuan
diperhadapkan dengan rasa minder, malu, takut dikecam oleh orang lain, gelisah karena
urusan rumah tangga belum selesai, sikap acuh tak acuh karena tidak ada reward dari
proses pemberdayaan PKK. sedangkan dalam konteks sosial budaya, jelas terlihat pada
dominasi pria terhadap perempuan. Subordinasi yang hidup dalam kebudayaan
matriarkat ini mencaplok konsep pemberdayaan dimana perempuan dalam bawah
sadarnya dikuasai oleh peran pria yang lebih dalam segala aspek kehidupan. Faktor
penghambat ini menjadi evaluasi bagi keberlanjutan PKK dalam meningkatkan mutu
pemberdayaan masyarakat khususnya kader perempuan di Desa Rakalaba. Dengan
Problematika Keterlibatan Perempuan dalam Organisasi PKK di Desa Rakalaba
Kabupaten Ngada
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 4011
adanya evaluasi dalam pelaksanaan kegiatan PKK diharapkan masyarakat dapat
mengembangkannya lagi. Sehingga pemenuhan komponen keterampilan warga negara
khususnya perempuan di desa Rakalaba dalam ranah pemberdayaan keluarga melalui
perempuan dapat terlaksana dengan baik.
Patricius Marianus Botha
4012 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
BIBLIOGRAFI
Afandi, Agus. (2013). dkk. Dasar-dasar pengembangan masyarakat islam. Surabaya:
IAIN Sunan Ampel Press. Google Scholar
Afrizal. (2014). Metode penelitian kualitatif: sebuah upaya mendukung penggunaan
penelitian kualitatif dalam berbagai disiplin ilmu. PT RajaGrafindo Persada.
Google Scholar
Hoppe, Christian. (2011). Preictal, ictal and postictal cognition. Neuropsychology in the
Care of People with Epilepsy. Progress in Epileptic Disorders, 11, 93120. Google
Scholar
Kiranantika, Anggaunita. (2020). Perempuan, Anak dan Keluarga Dalam Arus
Perubahan. Nas Media Pustaka. Google Scholar
Kusrina, Tity. (2017). Pemberdayaan Perempuan Meningkatkan Keterampilan Kegiatan
PKK Di Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal. Cakrawala: Jurnal Pendidikan,
11(1), 5565. Google Scholar
Moleong, Lexy J. (2019). Metodologi penelitian kualitatif. Google Scholar
Nurcholis, Siti Neneng. (2021). Peran Panti Sosial Bina Karya Harapan Jaya
Kabupaten Tangerang dalam Pemberdayaan Warga Binaan Sosial Melalui
Pelatihan Life Skills. UIN SMH Banten. Google Scholar
Pathony, Tony. (2019). Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di Kabupaten Subang.
International Journal of Demos, 1(2), 262289. Google Scholar
Punusingon, Debora Meriska, Sambiran, Sarah, & Kairupan, Josef. (2018). Peran Lurah
Dalam Mengoptimalisasikan Kegiatan PKK di Kelurahan Tingkulu Kecamatan
Wanea Kota Manado. Jurnal EksekutiF, 1(1). Google Scholar
Rohayati, Rohayati. (2017). Proses Komunikasi Masyarakat Cyber Dalam Perspektif
Interaksi Simbolik. Jurnal Dakwah Risalah, 28(1), 4354. Google Scholar
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif. Google Scholar
Suryakusuma, Julia I., Katjasungkana, Nugraha, Notosusanto, Tam, & Chabibah,
Uswatul. (2011). Ibuisme negara: Konstruksi sosial keperempuanan orde baru.
Komunitas Bambu. Google Scholar
Wadu, Ludovikus Bomans, Ladamay, Iskandar, & Dadi, Maria Yosefina. (2018). Faktor
Pendukung dan Penghambat Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Dalam
Meningkatkan Keterampilan Warga Negara Melalui Program Pokok PKK. Jurnal
Inspirasi Pendidikan, 8(1), 6271. Google Scholar
Problematika Keterlibatan Perempuan dalam Organisasi PKK di Desa Rakalaba
Kabupaten Ngada
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 4013
Wieringa, Saskia. (1992). Ibu or the beast: Gender interests in two Indonesian women’s
organizations. Feminist Review, 41(1), 98113. Google Scholar
Zellatifanny, Cut Medika, & Mudjiyanto, Bambang. (2018). Tipe penelitian deskripsi
dalam ilmu komunikasi. Diakom: Jurnal Media Dan Komunikasi, 1(2), 8390.
Google Scholar
Copyright holder:
Patricius Marianus Botha (2021)
First publication right:
Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia
This article is licensed under: