Problematika Keterlibatan Perempuan dalam Organisasi PKK di Desa Rakalaba
Kabupaten Ngada
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 4001
social distance which become massive pressures that have the potential to cause
various social problems. The analysis use the concept of empowerment and
explored using Blumer's theory of symbolic interaction. Results showed that the
problems of women's involvement in the organization was due to several factors
such as low education level which had an impact on knowledge and understanding
of organization, gender bias that led to disorientation in organization, and
psychological roles such as shame, insecurity, fear. Some of the inhibiting factors,
namely psychological factors, situational factors and socio-cultural factors, later
became elements found in this study as inhibiting factors for women's involvement
in the village of Rakalaba in organizations.
Keywords: problematic involvement of women, PKK organization
Pendahuluan
Analisa tentang peran perempuan yang berfokus pada pengalaman perempuan
beserta masalah-masalah yang dihadapi sudah banyak dilakukan baik yang bersifat
interdisipliner maupun yang orientasinya mengarah kepada kegiatan konkret.
Pengkajian dan evaluasi pada aktivitas perempuan secara harus terus dilakukan untuk
mewujudkan pemberdayaan perempuan dan menjadikannya sebagai mitra sejajar laki-
laki dalam mulai dari unit terkecil keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Selama
lebih dari dua dasawarsa, pemerintah telah melaksanakan pemberdayaan perempuan
yang hasilnya terlihat dari adanya peningkatan peran dan kedudukan perempuan di
berbagai bidang kehidupan. Hal ini terimplementasi dalam sebuah gerakan masif dan
terstruktur sebagai organisasi Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) (Pathony,
2019).
Sebagai gerakan perempuan terbesar di Indonesia, banyak pihak yang menilai
bahwa gerakan PKK merupakan antiklimaks dari konstelasi feminitas di negeri ini
(Wieringa, 1992). Mereka beranggapan, bahwa ideologi gerakan ini merupakan
pengejawantahan dari kondisi kaum perempuan di Indonesia yang relatif ter
subordinasikan terhadap kaum laki-laki. Jawaban atas segala tantangan kehidupan
beserta dimensinya yang dihadapi perempuan dalam keluarga di pedesaan tentunya
dapat diselesaikan dengan pendekatan pemberdayaan. Aslichati menjelaskan
pemberdayaan perempuan adalah upaya pengembangan kapasitas perempuan dalam
pengambilan keputusan, terbukanya akses yang menunjang peningkatan ketrampilan
perempuan. Perempuan dilatih kemampuan analisa kritis terhadap situasi, konstruksi
sosial dan praktek diskriminasi dalam masyrakat serta mampu membedakaan peran
perempuan secara kodrat dan gender. Hal ini diharapkan dapat melahirkan perempuan
yang mengenal jati dirinya, yang percaya diri untuk menyatakan diri, memimpin dan
menjadi agen perubahan (2011).
Kenyataanya, pelaksanaan program PKK di desa Rakalaba, Kecamatan Golewa
belum maksimal. Program kesehatan dan gotong royong adalah dua program yang
paling unggul dan terlihat dibandingkan dengan program-program lainnya. Hal ini tidak
terlepas dari jumlah kaum perempuan yang terlibat dalam program PKK. Program-
program yang diusulkan dalam program PKK dirasa kurang menarik minat kalangan