Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN:
2548-1398.
Vol. 6, Special Issue No. 2, Desember 2021
STUDI KEHILANGAN AIR FISIK DAN KEHILANGAN AIR KOMERSIAL
(STUDI KASUS PDAM KOTA MALANG)
Anwar
Romdloni1, Agus Ahyar2, Eddy S. Soedjono1
1Departemen Teknik
Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Email: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
PDAM bertanggung jawab
untuk menyediakan layanan air minum kepada masyarakat. Kehilangan air fisik dan komersial
mengakibatkan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan air minum, pendapatan yang
menurun, biaya operasional yang meningkat, dan infrastruktur yang memburuk.
Salah satu upaya dilakukan PDAM Kota Malang untuk menangani akibat kehilangan
air fisik dan komersial adalah dengan melakukan program pengendalian kehilangan
air. Kehilangan air didefinisikan sebagai selisih antara produksi dan air
tagihan berdasarkan meteran konsumen. Analisa data penelitian ini dengan
mengidentifikasi permasalahan dan selanjutnya upaya yang dilakukan untuk
mengatasinya. Identifikasi dimulai dengan mengidentifikasi wilayah keseluruhan
melalui peta jaringan yang ada dan identifikasi melalui neraca air. Tingkat
kehilangan air yang diperoleh dari neraca air bulan februari 2021 yaitu
kehilangan air fisik sebesar 16,60% dan kehilangan air komersial sebesar 3,16%
dengan total kehilangan air sebesar 19,76% setara 813.522 m3 per bulan
dengan kerugian sebesar Rp. 3.283.138.900,- per bulan.
Kata Kunci: kehilangan air; neraca
air; PDAM Kota Malang
Abstract
PDAM is responsible for providing drinking water services to the
community. Physical and commercial water loss results in inability to meet
drinking water needs, declining revenues, increased operating costs, and
deteriorating infrastructure. One of the efforts made by PDAM Malang City to
deal with the consequences of physical and commercial water loss is to conduct
a water loss control program. Water loss is defined as the difference between
production and water bills based on the consumer meter. Analyze this research
data by identifying the problem and then the efforts made to overcome it.
Identification begins with identifying the overall region through an existing
network map and identification through a water balance. The rate of water loss
obtained from the water balance in february 2021 is physical water loss of 16,60%
and commercial water loss of 3.16% with a total water loss of 19,76% equivalent
to 813.522 m3 per month with a loss of Rp. 3.283.138.900, - per month.
Keywords: water loss; water balance; PDAM Malang City
Received:
2021-12-10; Accepted: 2021-12-25; Published: 2021-12-28
Pendahuluan
Kehilangan air merupakan suatu masalah yang dihadapi oleh
PDAM. Saat ini PDAM Kota Malang mengalami kehilangan air sebesar 19,76% sesuai
data neraca Bulan Februari 2021. Kehilangan air sangat mempengaruhi kemampuan
suplai air bersih PDAM terhadap konsumen. Semakin besar kehilangan air yang
terjadi maka kemampuan suplai air bersih PDAM semakin menurun, karena PDAM akan
terus merugi (Syahputra, 2011).
Kota Malang mengalami pertumbuhan penduduk dari tahun ke
tahun. Secara administratif terdiri dari 5 kecamatan dan 57 kelurahan dengan
jumlah penduduk sebesar 843.810 jiwa ((BPS), 2021).
Pemenuhan air bersih masyarakat Kota Malang dikelola oleh
PDAM Kota Malang. Sebagian besar pelanggan PDAM Kota Malang berada di wilayah
perkotaan. Jumlah pelanggan yang membutuhkan suplai air bersih meningkat setiap
tahunnya. Hal ini tidak bisa dihindari karena jumlah penduduk Kota Malang terus
menerus bertambah dan sektor usaha yang terus berkembang setiap tahunnya (Saparina, 2017).
Program pengendalian kehilangan air di PDAM Kota Malang telah
dimulai sejak tahun 2009 secara bertahap. Pada tahun tersebut angka kehilangan
air adalah sebesar 42% dan setiap tahunnya membaik hingga pada tahun 2019 angka
kehilangan air yaitu 15,93%. Hal tersebut tentunya sudah dibawah target secara
nasional menurut Permen PUPR Nomor 27/PRT/M/2016 tentang Penyelenggaran Sistem
Penyediaan Air Minum yaitu kehilangan air maksimal 20% (Permen PUPR, 2016).
Sebagai penyelenggara Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) maka
pengelolaan SPAM oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) perlu dipantau dan
dievaluasi melalui suatu ukuran tingkat keberhasilan pengelolaan. Tingkat
keberhasilan pengelolaan SPAM oleh PDAM dapat diukur melalui penilaian terhadap
kinerjanya. (Rofiq, 2018).
�Strategi pengendalian
kehilangan air PDAM Kota Malang tergolong berhasil karena saat ini kinerja PDAM
Tirta Kota Malang Tahun 2019 memiliki predikat kinerja sehat dengan nilai 3,51 (Rakyat, 2020).
Neraca Air (Water Balance) merupakan kesetimbangan
antara jumlah air yang disuplai dengan jumlah air yang didistribusikan, atau
juga dapat dimaknai sebagai distribusi atau persebaran air yang disuplai.
Neraca air disusun sebagai instrumen pembantu untuk mempermudah pelaksanaan
audit air (Ditjen Cipta Karya, 2018).
DMA dibentuk dengan tujuan untuk meminimalkan kesulitan
penanganan apabila terjadi gangguan pada sistem pengaliran di jaringan
distribusi serta mempermudah dalam pemeliharaan dan termasuk dalam salah satu
upaya untuk menekan tingkat kebocoran yang terjadi. Pada prinsipnya sebuah DMA
dibentuk adalah untuk dapat mengontrol besaran aliran yang masuk dan keluar
sistem. Sehingga dapat digunakan sebagai kajian untuk mengatur dan
mengendalikan sistem, baik operasi, pemeliharaan dan juga pengendalian air
(Ditjen Cipta Karya, 2018).
Kehilangan air PDAM terbagi menjadi dua
yaitu kehilangan fisik (real losses) dan kehilangan komersial (apparent
losses). Kebocoran air yang sering terjadi dalam sistem PDAM banyak
faktor
penyebabnya. Penyebab utama kehilangan air oleh fisik disebabkan oleh
kebocoran pipa dan limpahan tangki reservoir. Sedangkan kehilangan komersial
disebabkan beberapa faktor diantaranya konsumsi tak resmi, ketidakakuratan
meter pelanggan, dan kesalahan penanganan ((IWA),
2001).
Kehilangan air secara fisik dipahami
sebagai kehilangan air dalam bentuk fisiknya dari sistem bertekanan sampai
titik meter pelanggan (distribusi). Dalam hal ini termasuk kebocoran pada pipa,
joint, fitting, kebocoran pada tangki atau reservoir,
limpahan air yang keluar dari resevoir serta open drain atau sistem
blow-offs yang tidak memadai. Kehilangan air dalam bentuk ini disebut juga real
losses. Kehilangan
air secara non fisik dipahami sebagai kehilangan air tidak dalam bentuk
fisiknya tetapi berakibat sama seperti kehilangan air dalam bentuk teknis,
yaitu hilangnya pendapatan atas pengelolaan air. Oleh karena itu, kehilangan
air dalam bentuk non-teknis disebut pula kehilangan air komersial atau apparent
losses. Kehilangan air komersial termasuk di dalamnya adalah meter air yang
tidak akurat baik di meter air produksi maupun meter air pelanggan, ditambah
konsumsi tidak resmi seperti pencurian atau pemakaian illegal (Thornton,
Sturm, & Kunkel, 2008).
Kehilangan air fisik atau kebocoran,
mengalihkan air yang semestinya terdistribusi sampai ke masyarakat, menjadi
tidak terjangkau oleh karena terjadinya penurunan tekanan pada aliran
distribusi. Hal ini kemudian juga secara langsung akan menyebabkan peningkatan
biaya-biaya operasional sehingga mengakibatkan investasi yang lebih besar dari yang
semestinya untuk
meningkatkan kapasitas jaringan. Selanjutnya, kehilangan air komersial yang disebabkan
ketidakakuratan meter pelanggan, penanganan data yang buruk, dan sambungan illegal
mengakibatkan berkurangnya pendapatan dan secara langsung mengurangi
peningkatan sumber daya keuangan perusahaan (Sya�bani, 2016).
Selain kebocoran fisik terdapat pula kebocoran komersial.
Kebocoran komersial tersebut dapat terjadi karena pembacaan meter yang tidak
sesuai, pencurian air, dan lain-lain. Tentu saja hal itu dapat membuat buruknya
kinerja Perusahaan Daerah Air Minum. Di sejumlah Negara berpenghasilan rendah,
kerugian ini mewakili 50 - 60% dari pelayanan air dengan perkiraan global
sekitar 35% (Farley et al., 2008).
Tindakan yang diperlukan untuk mengurangi tingkat kehilangan
air adalah mengidentifikasi seberapa besar dan dimana kehilangan air terjadi
serta kerugian finansial akibat kehilangan air tersebut. Analisis terhadap
unsur-unsur penyebab kehilangan air komersial perlu dilakukan guna melakukan
pendekatan langkah-langkah pengendalian kehilangan air yang sesuai.
Pengendalian kehilangan air yang sesuai dengan masalah yang dihadapi sangat
diperlukan guna mencapai hasil yang maksimal. (Taini
& Purnomo, 2017).
Pencarian kehilangan air fisik secara aktif adalah salah satu
tindakan dalam rangka untuk mengendalikan kehilangan air fisik. Perlu adanya
metode yang sangat efektif dalam pencarian kehilangan air fisik, salah satu
metode yang cukup terkenal adalah steptest, yaitu teknik untuk mencari lokasi
atau area dengan jumlah kehilangan air terbesar di dalam DMA (Hou, 2018).
Untuk menjalankan steptest dilakukan pada waktu pemakaian minimum antara pukul
24.00 � 02.00. Secara teknis pelaksanaan steptest adalah dengan memasang flow
meter portable (ultrasonic flow meter) di pipa inlet DMA yang akan
dilakukan steptest untuk merekam aliran air, kemudian valve di setiap ruas di
dalam DMA ditutup secara sistematik dan berurutan. Dengan metode ini akan
diketahui ruas yang memiliki indikasi kehilangan air tertinggi.
Berdasarkan SNI 7509:2011, analisis jaringan pipa distribusi
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: Jika jaringan pipa tidak lebih dari 4
(empat) loop, perhitungan dengan metoda hardycross masih
diizinkan secara manual. Jika lebih dari 4 (empat) loop harus dianalisa dengan
bantuan program komputer; Kehilangan tekanan dalam pipa dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan Hazen Williams; dan Perhitungan head pompa dan tenaga
pompa (BSN, 2011)
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh praktik
penyelesaian dari suatu kasus / masalah dalam upaya pengendalian kehilangan air
fisik dan kehilangan air komersial.
Metode Penelitian
Metode penelitian ini dengan mengumpulkan data primer yang dilakukan
ketika kunjungan lapangan dengan pengukuran secara langsung. Data sekunder didapatkan
dari PDAM antara lain peta jaringan, data pemakaian air, dan peta lokasi.
Analisis yang dilakukan dengan mengidentifikasi kondisi eksisting PDAM terkait
permasalahan kehilangan air kemudian melakukan cara mengatasi permasalahanya. Identifikasi
kondisi eksisting PDAM dimulai dengan mengidentifikasi wilayah pelayanan secara
keseluruhan melalui peta jaringan. Kemudian dilakukan identifikasi kondisi
eksisting PDAM melalui data neraca air. Data neraca air dianalis untuk setiap
komponen neraca air sehingga diperoleh kondisi eksisting untuk setiap komponen
baik untuk kehilangan air komersial maupun kehilangan air fisik.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan
mengidentifikasi Neraca Air (Water Balance) merupakan kesetimbangan
antara jumlah air yang disuplai dengan jumlah air yang didistribusikan, atau
juga dapat dimaknai sebagai distribusi atau persebaran air yang disuplai.
Seluruh unsur suplai air dihitung sebagai komponen input sistem dan
didistribusikan ke dalam komponen pemakaian air. Sisa dari perhitungan itu
menjadi komponen kehilangan air. Perhitungan neraca air yang dilakukan PDAM Kota Malang
sesuai dengan standar International Water Association (IWA)
dilakukan setiap bulan, dapat dilihat pada Gambar 1 Laporan Neraca
Air Bulan Februari 2021. Perhitungan neraca air tersebut dilakukan untuk skala
seluruh Kota Malang, sedangkan untuk skala setiap DMA (District Meter Area)
hanya dilakukan pengambilan data volume air yang masuk melalui inlet DMA dan
volume air yang ditagihkan/dibayarkan (billing) atau disebut water
balance. Water balance yang diambil pada setiap DMA dapat
dilihat pada Tabel 1 (Malang, 2021).
Gambar 1
Laporan Neraca Air Bulan
Februari 2021
Tabel 1
Water Balance DMA
No |
Location |
Service DMA |
Diameter |
Q Inlet������� ���(m3) |
Billing |
Customer |
NRW |
||
m3 |
% |
m3/day |
|||||||
ZONA MOJOLANGU |
|||||||||
1 |
Jl. Taman Borobudur |
MOJO 2B (2B1,2B2, 2B3,2B4) |
150 |
59.414 |
35.62 |
2.183 |
23.794 |
40 |
768 |
2 |
Tandon Mojolangu 2 |
MOJO 2 (2A,2B,2C,2D) |
250 |
89.069 |
73.553 |
4.46 |
15.516 |
17 |
501 |
3 |
Jl. Candi Mendut |
MOJO 1F,1F-A, 1F-C |
200 |
31.012 |
18.776 |
1.151 |
12.236 |
39 |
395 |
4 |
Jl. SIMPANG BOROBUDUR (WAING) |
MOJO 2B4 |
100 |
15.578 |
8.642 |
497 |
6.936 |
45 |
224 |
5 |
Jl. TOMBRO LAPANGAN |
MOJO 3E |
100 |
12.172 |
8.32 |
502 |
3.852 |
32 |
124 |
6 |
Jl. Kendalsari |
MOJO 1B |
100 |
21.703 |
18.501 |
1.117 |
3.202 |
15 |
103 |
7 |
Jl. Sukarno Hatta (Tambal ban) |
MOJO 1D |
100 |
11.127 |
8.024 |
360 |
3.103 |
28 |
100 |
8 |
Jl. Simpang Candi mendut |
MOJO 1F |
150 |
19.141 |
16.638 |
1.004 |
2.503 |
13 |
81 |
9 |
Jl. IKAN PAUS (ARAH TIMUR) |
MOJO 2B2 |
150 |
7.450 |
5.662 |
345 |
1.788 |
24 |
58 |
10 |
Jl. Tombro KH Yusuf |
MOJO 3B-1 |
150 |
5.994 |
5.171 |
416 |
823 |
14 |
27 |
11 |
Jl. Candi Sawentar |
MOJO 1C |
100 |
11.048 |
10.35 |
502 |
698 |
6 |
23 |
12 |
Jl. Plaosan Timur |
mojo 4 |
100 |
14.69 |
14.025 |
828 |
665 |
5 |
21 |
13 |
Jl. SUKARNO HATTA (KRIDA BUDAYA) |
MOJO 1E |
100 |
1.038 |
643 |
35 |
395 |
38 |
13 |
14 |
Jl. Tombro Polowijen |
MOJO 3D |
100 |
14.337 |
14.191 |
921 |
146 |
1 |
5 |
Berdasarkan
Tabel 1 di atas,
dapat dilihat DMA dengan nilai NRW > 30% perlu perhatian dan tindakan lebih
lanjut. Data tersebut digunakan sebagai dasar pelaksanaan pencarian kebocoran
aktif (Active Leakage Control / ALC) pada bulan berikutnya.
B. Pembahasan
1. Kehilangan Air Komersial
Commercial
losses /
kehilangan air komersial merupakan air yang hilang dan tidak nampak. Dalam
banyak kasus, air sudah melalui meter namun tidak tercatat dengan
akurat. Mencakup semua jenis ketidakakuratan yang berkaitan dengan meter
pelanggan serta kesalahan-kesalahan penanganan data (pembacaan meter dan penagihan),
serta konsumsi yang tidak resmi (pencurian atau penggunaan ilegal).
Penurunan kehilangan air komersial dapat segera meningkatkan volume yang
ditagihkan dan meningkatkan pendapatan.
Berdasarkan
Gambar 1 tentang
neraca air Bulan Februari 2021, terlihat bahwa kehilangan air komersial adalah
sebesar 129.946 m3 (3,16%) yang terbagi menjadi 2
kelompok, yaitu konsumsi tak resmi 5.387 m3 (0,13%) dan
ketidakakuratan meter / penanganan data sebesar 124.559 m3 (3,03%).
Nilai-nilai tersebut salah satunya didapat dari kegiatan survei kehilangan air komersial yang
dilakukan kepada pelanggan yang memenuhi kriteria permasalahan, yaitu:
a.� Kesalahan pembacaan meter;
b.� Permasalahan meter;
c.� Pelanggaran;
d.� Large / small
meter;
e.� Sambungan Illegal;
f.�� Rekening Tidak Timbul;
g.� Pemakaian Melonjak;
h.� Pemakaian Nol 3 bulan berturut-turut;
i.�� Pemakaian Malam;
j.�� Tutupan (TS�
dan TT);
k.� Pelanggan dengan meter ≥ 1 inch.
Studi kasus kehilangan air komersial di R.S. Lavalette merupakan salah
satu pelanggan PDAM Kota Malang dengan golongan IV C yang termasuk dalam
kategori niaga dengan tarif 15.800 / m3 untuk penggunaan di atas 10 m3.
Pengunaan air rata-rata pelanggan ini berada pada rentang 540 m3
sampai dengan 993 m3 dalam 6 bulan terakhir (September
2020 - Februari 2021).
Identifikasi
penggunaan air pelanggan yang dilakukan setiap bulan oleh PDAM Kota Malang
menunjukkan adanya anomali pada meter air di R.S. Lavalette.
Pada aplikasi Sistem Informasi Pelanggan (SIMAPEL) menunjukkan bahwa penggunaan
air pada bulan Maret 2021 mengalami penurunan yang sangat signifikan Tabel 2
yaitu hanya sebesar 35 m3 yang sebelumnya di bulan Februari 2021 sebesar 545 m3
dengan selisih cukup besar sebesar 510 m3. Data selisih yang cukup besar
ini dapat dijadikan sebagai data anomali yang menunjukkan bahwa ketidaksesuian
debit air pemakaian dibandingkan rata-rata pemakaian air pada bulan-bulan
sebelumnya. Anomali
data pemakaian air di atas dijadikan acuan adanya indikasi kehilangan air
komersial yang
disebabkan oleh ketidakakuratan meter. Indikasi ini selanjutnya direspon dengan
cara melakukan pemeriksaan lapangan di lokasi.
Tabel 2
Penggunaan Air R.S. Lavalette
Periode |
Angka Meter (m3) |
Pemakaian Air (m3) |
Maret 2021 |
32074 |
35 |
Februari 2021 |
32039 |
545 |
Januari 2021 |
31494 |
742 |
Desember 2020 |
30752 |
880 |
November 2020 |
29872 |
993 |
Oktober 2020 |
28879 |
831 |
September 2020 |
28048 |
570 |
Meter air yang
tidak akurat akan membuat pencatatan pemakaian air oleh pelanggan tidak sesuai
dengan debit riil yang dikonsumsi. Oleh karena itu anomali yang ditemukan perlu
dipantau dan diperiksa apakah terdapat masalah yang harus diperbaiki oleh PDAM Kota Malang.
Pemeriksaan meter air di R.S. Lavalette dilakukan pada dua waktu yaitu pada
tanggal 9 Maret 2021 dan 1 April 2021.
Pemeriksaan
pertama yang dilakukan pada 9 Maret 2021, metode yang digunakan adalah
pemasangan meter air baru secara seri untuk menjadi pembanding terhadap
pencatatan pemakaian air pada meter eksisting. Sedangkan pemeriksaan kedua yang
dilakukan pada tanggal 1 April adalah pencatatan debit pada kedua meter
kemudian membandingkan hasilnya.
Hasil
pemeriksaan pada Tabel 3, meter air di R.S. Lavalette
menunjukkan� perbedaan volume debit
pemakaian antara meter baru dan meter eksisting. Hasil yang didapat memberikan
informasi kepada PDAM Kota Malang bahwa meter eksisting dalam keadaan rusak dan
harus dilaksanakan penggantian.
Tabel 3
Hasil pemeriksaan meter air di R.S.
Lavalette
Meter Air |
Pengamatan
1 |
Pengamatan
2 |
Selisih
pemakaian |
Meter Eksiting |
32077 m3 |
32082 m3 |
5 m3 |
Meter Baru |
0 m3 |
46 m3 |
46 m3 |
Volume pemakaian
air tercatat sebesar 46 m3 selama 20 hari pemantauan di meter air
baru masih lebih kecil dibandingkan rata-rata pemakaian air R.S. Lavalette pada
bulan-bulan sebelumnya. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari R.S. Lavalette
pemakaian air menurun dikarenakan ada pemindahan Hemodialisasi (cuci darah) dan
menggunakan substitusi air tanah. Ketidakakuratan meter air bisa disebabkan
karena meter air rusak atau pemakaian di R.S. Lavalette
sangat kecil, sehingga meter air tidak dapat membaca dengan akurat dan diperlukan review perjanjian baru dengan
melakukan resizing meter air yang semula diameter 200 mm menjadi
100 mm agar dapat memaksimalkan aliran air yang masuk.
2. Kehilangan Air Fisik
Kehilangan air
fisik memiliki beberapa kategori kehilangan air, yaitu kebocoran pada pipa dan
peralatannya; kebocoran pipa dinas sampai meter pelanggan; luapan tangki / reservoir.
Kehilangan air total merupakan akumulasi kehilangan air komersial dan
kehilangan air fisik.
Berdasarkan
Gambar 2 tentang
Neraca Air PDAM Kota
Malang Bulan Februari 2021, terlihat bahwa kehilangan air fisik adalah sebesar
683.576 m3 (16,60%). Usaha yang telah dilakukan PDAM adalah dengan
melakukan pencarian kebocoran secara aktif, melalui kegiatan Active Leakage Control (ALC)
baik di jaringan transmisi, distribusi utama, maupun di dalam DMA.
Active Leakage
Control atau lebih tepat disebut sebagai Pengendalian Kebocoran
Secara Aktif merupakan salah satu kegiatan dari 4 pilar strategi penurunan
angka kehilangan air. Kegiatan Active Leakage Control (ALC) adalah
merupakan kegiatan yang sangat penting untuk pengelolaan kebocoran dengan biaya
yang relatif murah, efektif dan efisien, sehingga kegiatan ini bisa disebut
sebagai upaya terpadu menemukan sumber dan lokasi kebocoran melalui perencanaan
yang sistematis dan terintegrasi dengan melibatkan seluruh sumber daya yang
ada.
Untuk pemantapan
dalam usaha penurunan kehilangan air pengendalian kebocoran secara aktif dibagi
dalam 2 (dua wilayah) pengendalian, yaitu :�
a.�������� Active Leakage Control Wilayah
Timur
b.�������� Active Leakage Control Wilayah
Barat�
Berdasarkan dari
hasil laporan Water Balance / Neraca Air setiap bulan untuk setiap DMA akan
diketahui pada DMA mana yang mempunyai angka kehilangan air tertinggi atau
berada pada zona merah yaitu zona peringatan untuk mendapatkan prioritas
kegiatan. Tapi juga tidak menutup kemungkinan kegiatan yang bersifat emergency
karena adanya minimum night flow (MNF) tinggi di daerah pelayanan secara
tiba-tiba saat mendapatkan laporan dari monitoring SCADA, sehingga ini
juga harus diprioritaskan.
Studi Kasus
Pengendalian Kehilangan Air Fisik dengan melakukan pencarian aktif / Active Leakage
Control (ALC) pada DMA Mojo 3E Zona Mojolangu di Jalan Ikan
Tombro, steptest ini terdiri 9 step yang dilakukan dengan menutup valve dari
yang terjauh dengan water meter (inlet). Kegiatan steptest ini
dibagi menjadi 2 (dua) tim yaitu tim pencatatan debit dan tim penutupan valve
dengan berkoordinasi melalui handphone. Kegiatan steptest dimulai dari
identifikasi denah yang akan dilakukan kegiatan steptest, kemudian menyiapkan
blanko isian steptest untuk mencatat hasil debit ketika dilakukan penutupan
valve. Berikut Gambar 4 Denah Kegiatan Steptest DMA Mojo 3E.
Gambar 4
Denah Kegiatan Steptest DMA Mojo 3E
Indikasi
kebocoran pada Gambar 4 didapatkan dari menghitung selisih debit yang cukup
tinggi sebelum dan sesudah penutupan valve yang digambarkan dengan grafik Gambar 5,
didapatkan adanya indikasi kebocoran pada step 5.
Tabel 4
Blanko isian step test DMA Mojo 3E
STEP |
BOCORAN PIPA
YANG DIPANTAU |
WAKTU |
DEBIT (L/dtk) |
KEHILANGAN AIR� (L/dtk) |
dSR |
dQ/dSR |
KELAS BOCOR |
|||||||||
V1 |
V2 |
V3 |
V4 |
V5 |
V6 |
V7 |
V8 |
V8 |
JAM |
Q AVG |
||||||
MULAI |
O |
O |
O |
O |
O |
O |
O |
O |
O |
22.30 |
2.106 |
|||||
STEP 1 |
C |
O |
O |
O |
O |
O |
O |
O |
O |
1 |
22.40 |
2.079 |
0.027 |
4 |
0.0067 |
Sedang |
STEP 2 |
C |
C |
O |
O |
O |
O |
O |
O |
O |
2 |
22.50 |
2.007 |
0.072 |
29 |
0.0025 |
Rendah |
STEP 3 |
C |
C |
C |
O |
O |
O |
O |
O |
O |
3 |
23.00 |
1.942 |
0.065 |
31 |
0.0021 |
Rendah |
STEP 4 |
C |
C |
C |
C |
O |
O |
O |
O |
O |
4 |
23.10 |
1.843 |
0.099 |
75 |
0.0013 |
Rendah |
STEP 5 |
C |
C |
C |
C |
C |
O |
O |
O |
O |
5 |
23.20 |
1.034 |
0.809 |
131 |
0.0062 |
Sedang |
STEP 6 |
C |
C |
C |
C |
C |
C |
O |
O |
O |
6 |
23.30 |
0.932 |
0.102 |
34 |
0.0030 |
Rendah |
STEP 7 |
C |
C |
C |
C |
C |
C |
C |
O |
O |
7 |
23.40 |
0.644 |
0.288 |
37 |
0.0078 |
Sedang |
STEP 8 |
C |
C |
C |
C |
C |
C |
C |
C |
O |
8 |
23.50 |
0.619 |
0.025 |
44 |
0.0006 |
Rendah |
STEP 9 |
C |
C |
C |
C |
C |
C |
C |
C |
C |
9 |
24.00 |
0.000 |
0.619 |
102 |
0.0061 |
Sedang |
SELESAI |
O |
O |
O |
O |
O |
O |
O |
O |
O |
487 |
Ket :���
a. C = Close, yaitu kondisi valve yang harus dilakukan penutupan.
b. O = Open, yaitu kondisi valve yang harus dilakukan pembukaan.
c. Step = Tahapan dilakukannya
buka tutup valve.
d. V1 � Vn adalah valve skenario
yg dilakukan buka tutup.
e. Debit adalah aliran awal
saat dilakukan steptest, kehilangan air adalah selisih antara debit awal saat
penutupan valve dengan penutupan valve step berikutnya.
f.
dSR adalah jumlah pelanggan
dalam ruas steptest.
g. dQ/dSR adalah kehilangan air
dibagi jumlah pelanggan.
h. Kelas bocor adalah
klasifikasi untuk penentuan tingkat kebocoran dengan range 0,001 � 0,0049
rendah, 0,005 � 0,019 sedang dan > 0,02 tinggi.
Gambar 5
Grafik Step Test DMA Mojo 3E
Setelah
didapatkan indikasi kebocoran terjadi di Step 5 dengan debit kehilangan air
sebesar 0,809 liter/detik dan dQ/dSR sebesar 0,0062 dengan kategori kelas bocor
sedang, kemudian menutup valve yang ada di titik 5 dan membuka valve sebelum di
titik 5 untuk mengalirkan air kembali untuk dilakukan penulusuran pencarian
titik kebocoran menggunakan alat deteksi kebocoran. Setelah ditemukan
titik kebocoran petugas menandai lokasi untuk diproses perbaikan kebocoran. Untuk memastikan
kebocoran dilakukan penggalian petugas pada pagi hari dengan meminta ijin
pemilik rumah dikarenakan berada di halaman rumah. Kemudian setelah ditemukan
kebocoran dilakukan pelaporan ke bagian perawatan. Setelah petugas bagian
perawatan melakukan perbaikan dengan memberikan informasi data dan bukti foto
realisasi perbaikan di aplikasi Work Order Android (WONDROID) yang
bertujuan untuk update data pekerjaan perbaikan selesai (tutup kasus).
3. Pelajaran
dari Studi Kasus (Lesson Learned)
Perumda Air Minum Tugu Tirta Kota Malang memiliki baseline untuk penurunan kehilangan air dengan menyusun
neraca air setiap bulan. Pengendalian kehilangan air sudah dilaksanakan secara
aktif dengan pembentukkan DMA-DMA dan hingga saat ini dilakukan evaluasi
penyempurnaan DMA berkelanjutan. Pengendalian kehilangan air fisik juga
dilakukan dengan aktif mencari kebocoran air melalui Active Leakage Control (ALC) yang dibagi wilayah timur dan barat. Kegiatan ALC berdasarkan dari
hasil laporan Water Balance / Neraca Air setiap bulan untuk setiap DMA akan
diketahui pada DMA mana yang mempunyai angka kehilangan air tertinggi. Sedangkan untuk pengendalian kehilangan air komersial dilakukan kegiatan survei dengan
memantau akurasi meter air pelanggan setiap bulannya.
Kesimpulan
PDAM Kota Malang memiliki strategi untuk penurunan
kehilangan air dengan menyusun neraca air setiap bulan. Pengendalian kehilangan
air sudah dilaksanakan secara aktif dengan pembentukan DMA dan hingga saat
ini dilakukan evaluasi penyempurnaan DMA berkelanjutan. Pengendalian kehilangan
air fisik juga dilakukan dengan aktif mencari kebocoran air melalui Active
Leakage Control (ALC) pada jaringan pipa transmisi maupun distribusi.
Pengendalian kehilangan air komersial dilakukan dengan memantau akurasi meter sehingga dapat
mengevaluasi anomali yang terjadi pada meteran seperti di R.S. Lavalette yang
mengalami ketidakakuratan meter.
BIBLIOGRAFI
(BPS), Badan Pusat Statistik. (2021). Kota
Malang Dalam Angka, Malang Municipality in Figures, 2021. Kota Malang: Badan
Pusat Statistik. Google Scholar
(IWA), International Water Association.
(2001). Losses for Water Systems: Standard Terminology and Recommended
Performance Measures Water Balance. IWA Publishing. Google Scholar
Farley, Malcolm, Wyeth, Gary, Ghazali,
Zainuddin Bin Md, Istandar, Arie, Singh, Sher, Dijk, N., Raksakulthai, V.,
& Kirkwood, E. (2008). The manager�s non-revenue water handbook: a guide to
understanding water losses. United States of America: United States Agency
for International Development (USAID), 1�110. Google Scholar
Hou, Yukun. (2018). Water Distribution
System Leakage Control by DMA Management: A Case Study. WDSA/CCWI Joint
Conference Proceedings, 1. Google Scholar
Malang, PDAM Kota. (2021). Laporan Water
Balance Bulanan DMA PDAM Kota Malang. Malang: PDAM Kota Malang. Google Scholar
Rakyat, Direktorat Air Minum Direktorat
Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan. (2020). Buku
Kinerja BUMD Air Minum Tahun 2020. Google Scholar
Rofiq, Rozaq Abdul Ziad and Iqbal. (2018). Optimalisasi
Jaringan Distribusi Air Minum Menggunakan Penerapan District Meter Area (DMA) Pada
Pdam Kabupaten Pasaman Barat Unit Simpang Ampek. Skripsi. Intitut Teknologi
Bandung: Bandung. Google Scholar
Saparina, Widy. (2017). Penurunan
Kehilangan Air di Sistem Distribusi Air Minum PDAM Kota Malang. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. Google Scholar
Sya�bani, Muhammad R. (2016). Penerapan
Jaringan Distribusi Sistem District Meter Area (DMA) dalam Optimalisasi
Penurunan Kehilangan Air Fisik Ditinjau dari Aspek Teknis dan Finansial (Studi
Kasus: Wilayah Layanan IPA Bengkuring PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda). Institut
Teknologi Bandung: Bandung. Google Scholar
Syahputra, Benny. (2011). Penyusunan Neraca
Air sebagai Fungsi Kontrol Laju Kehilangan Air PDAM (Studi Kasus Pdam Kota
Semarang). Prosiding SNST Fakultas Teknik, 1(1). Google Scholar
Taini, Iis Puspitasari, & Purnomo,
Alfan. (2017). Studi Kehilangan Air Komersial (Studi Kasus: PDAM Kota Kendari
Cabang Pohara). Jurnal Teknik ITS, 6(2), F355�F360. Google Scholar
Thornton, Julian, Sturm, Reinhard, &
Kunkel, George. (2008). Water loss control. McGraw-Hill Education. Google Scholar
Copyright holder: Anwar Romdloni, Agus
Ahyar, Eddy Setiadi Soedjono (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed
under: |