�Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
��e-ISSN : 2548-1398
�Vol. 6, Special Issue No. 2, Desember 2021
PRODUCT
PLACEMENT DALAM DRAMA KOREA POPULER �THE WORLD OF MARRIED�
Anisa
Nur Andina, Adipura Arya Kangsadewa,
Zhafira Atika Anggrani
Universitas Amikom Purwokerto, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected], [email protected]
Abstract
Product placement is an advertising technique that
intentionally places a product or brand on an entertainment event, either
through films or television shows. In this study, there are several brands that
are included in the popular Korean drama The World of The Married which have
received attention from consumers so that their sales have increased
dramatically. The research method used is descriptive qualitative with a
phenomenological approach. While the data collection technique used interviews
and observations of fans of the Korean drama The World of The Married. The
results of research on product placement that were carried out showed that
brands that did product placement in popular Korean dramas increased their
profits because consumers were interested in these brands.
Keywords: product placement; advertising; korean
drama
Abstrak
Product placement merupakan salah satu teknik beriklan yang dengan sengaja menempatkan produk atau merek pada acara hiburan baik melalui
film maupun acara televisi.
Pada penelitian ini terdapat beberapa merek yang masuk ke dalam drama Korea populer The World of The Married yang mendapat
perhatian dari konsumen sehingga penjualannya meningkat drastis. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi. Sementara teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi penggemar drama Korea The World of
The Married. Hasil penelitian tentang
product placement yang dilakukan didapatkan bahwa merek yang melakukan penempatan produk pada drama
Korea populer keuntungannya
meningkat karena konsumen tertarik pada merek-merek tersebut.
Kata kunci: product placement,iklan, drama korea
Pendahuluan
Seiring kemajuan
teknologi dalam bidang pertelevisian, pemasar memberikan banyak sekali pilihan
kepada pemirsa daripada sebelumnya, terutama mengenai cara melakukan iklan biasa yang mereka anggap tidak
relevan atau membosankan. (Soba & Aydin, 2013) mengatakan cara beriklan tradisional mulai kehilangan daya tariknya sehingga
pemasar harus lebih jeli melihat
peluang dan mengadopsi cara penempatan produk yang lain. Sudah banyak definisi yang menjelaskan apa itu product placement.
Menurut (Ginosar & Levi-Faur, 2010)
product placement adalah
penggabungan dengan sengaja konten komersial ke dalam
pengaturan non-komersial, yaitu, steker produk
yang dihasilkan melalui penggabungan iklan dan hiburan. Sementara yang terbaru adalah Dewan Media Hongaria� meringkasnya
sebagai bentuk iklan, di mana pengiklan membayar untuk memilikinya produk/layanan/merek ditampilkan
atau disebutkan pada hiburan seperti serial televisi atau film.
Penempatan produk
juga dikenal sebagai merek produk penempatan,
sponsor dalam program, barang
hiburan yang bermerek, atau integrasi produk adalah sejumlah
praktek dalam pemasaran yang mana terkandung di
dalam periklanan dan promosi dimana nama merek, produk,
paket, papan nama, atau lainnya
milik merek dagang dimasukkan ke dalam dan digunakan
secara kontekstual dalam film, televisi, atau media lainnya untuk tujuan komersial.
Dalam penempatan produk, penonton akan melihat bahwasannya
produk tersebut dirasa mewakili film atau drama yang sedang disaksikan.
Penempatan produk
dalam drama populer menjadi sebuah daya tarik tersendiri
yang bisa digunakan oleh pemasar guna memikat
konsumen maupun calon konsumen. (Stephen & Coote, 2005)
mengatakan bahwa penempatan produk memberikan eksposur kepada konsumen potensial dan menunjukkan merek mereka secara
alami, menyatu dengan tayangan. Pada akhirnya, produk dilihat sebagai asosiasi yang berkualitas dengan karakter yang menggunakan produk tersebut.
Daya tarik
yang ditampilkan oleh artis yang menggunakan
produk sponsor pada drama akan
menarik konsumen mencari tahu tentang
produk tersebut. Dengan keinginan untuk tampil menjadi
lebih menawan seperti artis idola mereka, konsumen akan tertarik
menggunakan produk tersebut seperti yang ditampilkan disini lipstick,
wine, furnitur hingga mobil mewah. Kita perlu mencermati adanya keterkaitan produk tersebut pada drama dengan minat penggemar
yang akan membeli apapun yang digunakan oleh artis favorit mereka.�
(Shin,
2002) mengatakan
popularitas drama Korea yang semakin
melesat jauh mendahului serial dan drama dari
negara lain membuat pemasar
berbondong memasang produk mereka. Analisis terhadap peningkatan permintaan yang tiba-tiba untuk drama Korea di
Asia umumnya mengacu pada substansi dan teknik drama serta daya tarik
para pemainnya, yaitu alur cerita yang menarik, struktur drama yang menyegarkan dan dinamis, materi yang sudah familiar dengan kehidupan sehari-hari, keterampilan produksi seperti desain set, musik yang digunakan, kerja kamera yang luar biasa, para pemain yang modis dan memiliki kemampuan akting yang bagus. Perlu digarisbawahi
popularitas drama Korea di Asia banyak
disebabkan oleh keakraban nilai-nilai berbasis Konfusianisme dan orientasi kepada keluarga, preferensi hubungan antara anak dengan
orang tua, hubungan antara suami dengan
istri, hingga hubungan bisnis. Kedekatan budaya telah ditekankan menjadi salah satu faktor penting mengapa drama Korea menjadi lebih populer dibandingkan
lainnya.
(Doobo,
2005) mengatakan
pada tahun-tahun awal, globalisasi budaya mengacu pada penyebaran budaya Barat ke negara-negara
non-Barat tetapi dewasa ini, penyebaran budaya dari Asia, terutama Korea Selatan, mendapatkan
penerimaan yang belum pernah terjadi sebelumnya secara global. Namun, (Jung, 2009) berpendapat bahwa kesuksesan Korean
Wave tidak ada hubungannya dengan itu nilai-nilai tradisional Asia tetapi menghubungkannya dengan meningkatnya aspek transnasional dan hibrida dari yang populer budaya. Banyak budaya populer yang berasal dari Korea Selatan seperti musik pop, serial TV, film, dan mode. Drama Korea cenderung mengusung tema tersebut nilai
kapitalistik dan patriarki
yang kuat (Lin & Tong, 2007) dan (Espiritu, 2011).
Melihat dari
banyaknya manfaat yang bisa didapatkan dari penempatan produk pada drama Korea tentu membuat pemasar menjadi semakin kreatif dalam menyisipkan
produk mereka. Kecenderungan pemasar yang menyisipkan produk mereka pada drama Korea yang sedang
ditayangkan meskipun terkadang tidak terlalu terlihat ini yang menjadi tantangan tersendiri. Bagaimana penonton sebagai pasar sasaran yang dituju dapat melihat
bahwa ada produk-produk tertentu yang mereka masukkan dengan sengaja.
Iklan terselubung
adalah alat komunikasi pemasaran yang memungkinkan pengiklan untuk mengkomunikasikan pesan yang menonjol kepada penonton. Hal itu memberikan kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang berkelanjutan antara konsumen dan merek.
Metode Penelitian
Metode penelitian
yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti dan menelaah permasalahan pada kondisi objek yang lebih alamiah dimana
peneliti menjadi instrumen kunci yang berperan di dalamnya (Sugiyono, 2017).
Metode kualitatif juga dipahami sebagai metode penelitian yang mendeskripsikan fenomena berdasarkan sudut pandang informan, menemukan realita yang ada di dalam penelitian,
selanjutnya mengembangkan pemahaman secara holistik tentang fenomena yang sedang diteliti (Hilal & Alabri, 2013).
Penelitian deskriptif
kualitatif memberikan
tafsir serta mengurakan
data yang ada sesuai dengan kondisi dan situasi yang sedang terjadi di lapangan. Penelitian ini juga memberi gambaran tentang sikap, pertentangan, hubungan dan pandangan yang terjadi pada lingkup informan. Jenis penelitian deskriptif kualitatif memberikan nilai tentang kondisi secara apa adanya,
tanpa memberikan perlakuan atau manipulasi pada variabel yang diteliti.
Pendekatan fenomenologi
muncul akibat hasil pemikiran manusia terhadap subjektivitas. Fenomenologi merupakan pendekatan yang dicetuskan oleh Edmund Husseri lantas dikembangkan oleh Martin
Heidegger untuk mempelajari
pengalaman hidup manusia. Pengalaman ini yang akan menjadi
patokan dalam penelitian ini. pengalaman antara manusia yang satu dan manusia yang lain tentu akan sangat berbeda walaupun drama Korea yang mereka tonton sama, hal
ini dikarenakan latar belakang dan cara tangkap tiap
orang berbeda pula. Fokus umum penelitian ini adalah meneliti
esensi dan pengalaman ke dalam kesadaran
manusia (Tuffour, 2017).
Pengumpulan data dilakukan
dengan observasi dan wawancara informan. Informan pada penelitian ini merupakan penonton
setia drama Korea The World
of The Married yang selalu menyaksikan
setiap minggu. Observasi dilakukan untuk memberikan gambaran secara realistis dan menjawab pertanyaan yang muncul pada saat penelitian sedang berlangsung. Observasi dilakukan secara berkala untuk mendapatkan hasil yang maksimal (Arifin & Latifah, 2009).
Observasi digunakan pada penelitian karena menjadi salah satu pendekatan metode penelitian yang paling mendasar dengan melihat dan mendengarkan secara sistematis yang disampaikan oleh informan (McKechnie, 2008).
Sementara untuk wawancara dilakukan secara mendalam untuk memperoleh keterangan dengan cara bertatap muka
dengan informan supaya mendapatkan hasil yang memuaskan. Teknik triangulasi digunakan untuk memeriksa keabsahan data dengan mengacu pada penerapan berbagai metode atau sumber data untuk mengoptimalkan pemahaman yang komprehensif tentang fenomena (Patton, 1999).
Hasil dan Pembahasan
1. Pengertian dan manfaat
Product Placement
Product
placement atau bisa disebut
sebagai penempatan produk adalah salah satu bentuk iklan
yang di mana barang atau jasa ditampilkan dalam produksi film atau drama yang menargetkan penonton yang lebih besar. Penempatan produk cenderung efektif karena terintegrasi dengan mulus dalam tayangan
televisi kepada konsumen dengan cara yang tidak langsung dan tersembunyi. Beberapa tren yang sudah biasa dilakukan
adalah menjual alur cerita dengan
atau menggunakan produk yang diiklankan secara tersembunyi tersebut.
(Alrasheedi, 2014) mengatakan
bahwa pengiklan menggunakan beberapa teknik untuk menyembunyikan
niat untuk berpromosi secara cerdas. Pengiklam menggunakan teknik komunikasi rahasia sebagai cara yang efektif untuk membujuk
penonton membeli produk mereka. Pada dasarnya penempatan produk disajikan dengan cara yang menimbulkan perasaan positif terhadap merek yang diiklankan melalui tayangan televisi. Penempatan produk bukan merupakan
iklan eksplisit. Penempatan produk efektif karena memungkinkan penonton untuk mengembangkan hubungan yang lebih kuat dengan merek
dengan cara yang lebih alami daripada
melalui pemasaran secara langsung.
Ketika sebuah
merek muncul dalam film, drama atau acara pertunjukan lainnya, kemungkinan besar pemasar membayar hak istimewa tersebut.
Pengiklan dan pemasar menjadi lebih canggih
dalam penempatan produk. Misalnya penampilan sebuah produk bersifat terbuka atau mulus
seperti minuman, kosmetik atau mobil
yang digunakan dalam drama.
Taktik halus lainnya adalah menghindari menampilkan label atau logo tetapi tetap memunculkan warna atau kemasan
khas produk.
Gambar 1
Pelembab bibir keluaran
Siero Cosmetic (dok. Pribadi).
Penempatan pelembab
bibir merek Siero Cosmetic menjadi pembuka kecurigaan seorang istri terhadap
perselingkuhan suaminya. Merek ini berhasil
menempatkan produknya pada
drama yang membuat penonton
bertanya-tanya tentang pemilik pelembab bibir tersebut dikarenakan sang istri tidak menggunakan merek pelembab bibir yang sama. Diceritakan pada drama The World of The Married ini hubungan suami
istri yang harmonis, jauh dari pertengkaran
dengan segala kesempurnaan di dalamnya. Istrinya yang seorang dokter dengan sempurna
memainkan perannya sebagai seorang wanita karir yang tetap bertanggung jawab terhadap keluarganya. Sementara itu sang suami yang berprofesi sebagai sutradara yang memiliki rumah produksi. Mereka hidup bahagia
dengan seorang anak namun tidak
disangka sang suami memiliki hubungan dengan wanita lain yang tidak lain anak seorang pengusaha sukses yang bisa membantu rumah produksi sang suami menjadi lebih sukses.
Gambar 2
Mesin kopi merek Nespresso Vertuo (dok. Pribadi)
Merek lain yang sukses melakukan promosi secara terselubung adalah mesin kopi merek Nespresso Vertuo. Hampir setiap adegan sarapan
mereka minum kopi yang dihasilkan dari mesin kopi ini. Nespresso Vertuo sukses mengambil
peran tanpa terlihat melakukan promosi yang gencar. Merek ini juga berhasil meningkatkan penjualan mesin kopi mereka karena drama yang menampilkan mesin kopi ini menjadi sangat populer.
(Van
Reijmersdal, Smit, & Neijens, 2010) melakukan
studi tentang keterlibatan karakter dalam penempatan produk dan menemukan bahwa penggunaan produk berdasarkan karakter dapat berpengaruh terhadap sikap konsumen. Hal ini tentu saja
menarik perhatian karena penonton biasanya mengikuti apa yang mereka saksikan dalam drama. Penampilan menarik aktor dan aktris menjadi nilai tambah
ketika penonton memutuskan untuk melakukan pembelian merek yang melakukan penempatan produk secara tersembunyi.
Gambar 3
Anggur merek Chateau Maison Blanche (dok. Pribadi)
Salah satu merek yang juga dengan sukses melakukan
promosinya dalam drama ini adalah anggur
keluaran Chateau Maison Blanche. Para pemain dalam drama ini terlihat sering
meminum anggur yang membuat penonton penasaran tentang mereknya. Terbukti penjualan anggur merek Chateau Maison Blanche mengalami
peningkatan yang sangat pesat
hingga menjadi merek anggur yang paling banyak dibeli oleh warga Korea pada saat drama berlangsung.
2. Iklan
Di dunia sekarang,
periklanan memungkinkan untuk menggunakan semua media untuk menyampaikan pesannya. Hal ini dapat dilakukan
melalui televisi, cetak, internet maupun cara populer menggunakan
film dan drama. Industri periklanan
berkembang dengan sangat pesat menyesuaikan perkembangan zaman. Tidak bisa dipungkiri semakin canggih teknologi membawa perubahan yang semakin baik untuk pemasar
melakukan promosinya melalui iklan.
(Wibowo & Karimah, 2012) mengungkapkan
iklan merupakan elemen komunikasi pemasaran yang persuasif,
nonpersonal, dibayar oleh sponsor dan menggunakan saluran komunikasi massa untuk mempromosikan barang atau jasa
yang mereka jual. (Sufa & DWIYANTO, 2012) mengungkapkan daya tarik iklan adalah
seberapa besar iklan mampu memikat
dan menarik perhatian penontonnya. Dalam menyampaikan pesan iklan yang mampu membujuk, mengajak serta memberikan daya tarik sehingga
penonton terbawa dan akhirnya ikut untuk
membeli barang atau jasa yang diiklankan tersebut. Daya tarik iklan
tentu menjadi hal yang sangat penting karena akan meningkatkan
keberhasilan komunikasi dengan penonton sebagai konsumen potensial.
Iklan merupakan
salah satu elemen dalam komunikasi pemasaran. Pada hakikatnya komunikasi pemasaran merujuk kepada cara yang digunakan oleh perusahaan untuk menyampaikan pesan tentang produk dan merek yang mereka jual baik secara
langsung maupun tidak langsung kepada konsumen dengan maksud membujuk
pelanggan untuk membeli. Dalam drama penempatan produk bisa menjadi alternatif
pilihan dalam beriklan secara tersembunyi yang efektif. Menyisipkan pesan bahwa produk yang digunakan oleh pemeran utama dalam drama adalah produk-produk terbaik dan terpilih mampu membuat citra
merek yang dibangun menjadi lebih baik.
Di pasar global yang ditandai dengan dinamika yang tinggi dan persaingan yang ketat, organisasi mencoba untuk menemukan cara yang paling efisien untuk mengeluarkan kata-kata mereka sehingga pelanggan memahami manfaat yang dapat diperoleh dengan konsumsi atau penggunaan
produk atau jasa (Clow, 2013).
3. Drama Korea
Sudah menjadi
rahasia umum bahwa gelombang Korea baik itu melalui
musik maupun drama berkembang jauh semakin pesat dibanding
beberapa tahun lalu. Saat ini
sudah banyak platform yang menyediakan
tayangan drama Korea yang bisa
diakses dengan mudah oleh penonton. Telah terbukti bahwa drama Korea merupakan penggagas gelombang Korea yang signifikan (Ko,
No, Kim, & Sim�es, 2014). Istilah Hallyu yang dicetuskan oleh jurnalis Beijing sejak pertengahan tahun 1999 karena peningkatan popularitas yang sangat luar biasa di industri hiburan Korea di Cina. Hal ini sekarang sudah
umum digunakan untuk menggambarkan fenomena peningkatan yang signifikan dalam proliferasi budaya populer Korea di seluruh dunia (Kim & Ryoo, 2007). Menurut (Briandana & Ibrahim, 2015)
budaya populer Korea telah berhasil memperoleh ketenaran luas dari wilayah Timur hingga Asia Tenggara sejak akhir 1990-an.
Gelombang Korea berhasil
mendapatkan popularitasnya
di Asia Tenggara karena kedekatan
budaya serta relevansi budaya yang mereka miliki dengan
masyarakat Asia Tenggara lainnya.
Fenomena yang akhirnya mendapat dorongan di seluruh Asia bahkan dunia karena dukungan penuh dari media dan Pemerintah Korea. Pendekatan yang
berpusat kepada audiens mendapatkan popularitas yang jauh lebih pesat. (Lewis,
Martin, & Sun, 2012) mengungkapkan bahwa
liberalism di Asia dicirikan oleh konsumen
dan pilihan berbasis genre
TV transnasional, memfasilitasi
penyebaran gelombang Korea.
Hal ini ditandai dengan pertukaran budaya yang kompleks antara Produser konten Korea dan 'Gelombang Korea' Asia Tenggara konsumen,
dan kekuatan gelombang untuk memimpin pembuatan konten untuk produsen budaya populer di Asia Tenggara (Peichi, 2013).
Secara efektif, ia muncul sebagai
�suatu bentuk nasionalisme pop yang memungkinkan
negara-bangsa untuk melibatkan kekuatan globalisasi untuk menghasilkan budaya populer transnasional� (Joo, 2011).
The World of The Married mendapatkan
tempat yang spesial di hati para penggemar drama Korea baik di Korea sendiri maupun secara global. Drama ini sukses mencuri
perhatian karena alur cerita yang menarik terlebih topik tentang hubungan
suami istri serta keluarga lebih mudah diterima
oleh banyak kalangan. Penonton merasa terhanyut dan ikut terbawa pada cerita. Drama yang dirilis bersamaan dengan pandemi Covid-19 ini bisa dibilang
menjadi puncak popularitas karena banyak orang yang membicarakan tentang drama ini.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pembahasan diatas dapat ditarik beberapa
kesimpulan diantaranya adalah:
Pertama, penempatan produk
yang tepat dapat menarik minat penonton
untuk mencari tahu tentang produk
yang diharapkan bisa meningkatkan penjualan produk. Ketika penonton sudah tertarik dan mulai mencari tahu
kemungkinan untuk melakukan pembelian menjadi lebih besar.
Penonton berharap bahwa dengan menggunakan
produk yang sama dengan yang digunakan oleh artis
idola mereka pada drama Korea dapat
meningkatkan kepercayaan diri dan menambah nilai pada penampilan maupun gaya hidup.
Kedua, upaya pemasar dalam menempatkan produk pada drama ini dengan tepat bisa
menjadi contoh bagi pemasar lain,
tanpa mengganggu atau mengubah jalan
cerita produk bisa diterima oleh masyarakat. Terkadang pemasar menempatkan produknya dengan tidak tepat. Saat
hal ini terjadi
yang ada bukannya penonton tertarik dengan merek tersebut
namun malah terganggu karena terjadi perubahan jalan cerita hanya
karena merek tersebut harus muncul pada drama.
Ketiga, popularitas drama Korea seharusnya bisa dicontoh oleh pembuat drama atau series dari negara lain terkhusus Indonesia. Bagaimana menarik perhatian pemirsa untuk menyaksikan
drama yang hanya mempunyai beberapa episode dengan jalan cerita yang menarik dan tidak monoton.
Alrasheedi, Eisa S. (2014). The use of covert
communication, irony and puns in print and online English advertising: A
relevance-theoretic account. International Journal of Humanities and Social
Science, 4(12), 70�79. Google
Scholar
Arifin, Zainal, & Latifah, Pipih.
(2009). Evaluasi pembelajaran: prinsip, teknik, prosedur: standar penilaian
menurut BSNP, model evaluasi, instrumen evaluasi, penilaian berbasis kelas,
penilaian portofolio, analisis kualitas tes refleksi pelaksanaan evaluasi.
Remaja Rosdakarya. Google
Scholar
Briandana, Rizki, & Ibrahim, Intan
Soliha. (2015). Audience interpretation on Korean TV drama series in Jakarta. Jurnal
Komunikasi Borneo, 4(7), 45�55. Google
Scholar
Clow, Kenneth E. (2013). Integrated
advertising, promotion and marketing communications, 4/e. Pearson Education
India. Google
Scholar
Doobo, Shim. (2005). Globalization and
cinema regionalization in East Asia. Korea Journal, 45(4),
233�260. Google
Scholar
Espiritu, Belinda Flores. (2011).
Transnational audience reception as a theater of struggle: young Filipino
women�s reception of Korean television dramas. Asian Journal of
Communication, 21(4), 355�372. Google
Scholar
Ginosar, Avshalom, & Levi-Faur, David.
(2010). Regulating product placement in the European Union and Canada:
Explaining regime change and diversity. Journal of Comparative Policy
Analysis, 12(5), 467�490. Google
Scholar
Hilal, AlYahmady Hamed, & Alabri, Saleh
Said. (2013). Using NVivo for data analysis in qualitative research. International
Interdisciplinary Journal of Education, 2(2), 181�186. Google
Scholar
Joo, Jeongsuk. (2011). Transnationalization
of Korean popular culture and the rise of �pop nationalism� in Korea. The
Journal of Popular Culture, 44(3), 489�504. Google
Scholar
Jung, Eun Young. (2009). Transnational
Korea: A Critical Assessment of the Korean Wave in Asia and the United States. Southeast
Review of Asian Studies, 31. Google Scholar
Kim, Eun Mee, & Ryoo, Jiwon. (2007).
South Korean culture goes global: K-Pop and the Korean wave. Korean Social
Science Journal, 34(1), 117�152. Google
Scholar
Ko, Nusta Carranza, No, Song, Kim, Jeong
Nam, & Sim�es, Ronald Gobbi. (2014). Landing of the wave: Hallyu in Peru
and Brazil. Development and Society, 43(2), 297�350. Google
Scholar
Lewis, Tania, Martin, Fran, & Sun,
Wanning. (2012). Lifestyling Asia? Shaping modernity and selfhood on
life-advice programming. International Journal of Cultural Studies, 15(6),
537�566. Google
Scholar
Lin, Angel M. Y., & Tong, Avin. (2007).
Crossing boundaries: Male consumption of Korean TV dramas and negotiation of
gender relations in modern day Hong Kong. Journal of Gender Studies, 16(3),
217�232. Google
Scholar
McKechnie, Lynne E. F. (2008).
Observational research. The SAGE Encyclopedia of Qualitative Research
Methods, 2, 573�575. Google
Scholar
Patton, Michael Quinn. (1999). Enhancing
the quality and credibility of qualitative analysis. Health Services
Research, 34(5 Pt 2), 1189. Google
Scholar
Peichi, Chung. (2013). Co-creating Korean
wave in Southeast Asia: Digital convergence and Asia�s media regionalization. Journal
of Creative Communications, 8(2�3), 193�208. Google
Scholar
Shin, Yoon Hwan. (2002). Dong asia hallyu
hyeonsangbigyo bunseok-gwa pyeongga. The �Wave of Korean Cultures� in East
Asia: A Comparative Analysis). Donga Yeongu, 5�34. Google
Scholar
Soba, Mustafa, & Aydin, M�fit. (2013).
Product placement efficiency in marketing communication strategy. International
Journal of Business and Management, 8(12), 111�116. Google
Scholar
Stephen, Andrew T., & Coote, Leonard V.
(2005). Brands in action: The role of brand placements in building
consumer-brand identification. American Marketing Association Conference
Proceedings, 16(1), 28. Google
Scholar
Sufa, Faela, & DWIYANTO, Bambang Munas.
(2012). Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, dan
Frekuensi Penayangan Iklan Terhadap Efektivitas Iklan Televisi Mie Sedap
(Survei Pemirsa Iklan Mie Sedap Pada Mahasiswa Kost di sekitar Undip Tembalang,
Semarang). Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Google
Scholar
Sugiyono, P. D. (2017). Metode Penelitian
Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi, dan R&D. Penerbit
CV. Alfabeta: Bandung. Google
Scholar
Tuffour, Isaac. (2017). A critical overview
of interpretative phenomenological analysis: A contemporary qualitative
research approach. Journal of Healthcare Communications, 2(4),
52. Google Scholar
Van Reijmersdal, Eva, Smit, Edith, &
Neijens, Peter. (2010). How media factors affect audience responses to brand
placement. International Journal of Advertising, 29(2), 279�301. Google
Scholar
Wibowo, Setyo Ferry, & Karimah, Maya
Puspita. (2012). Pengaruh iklan televisi dan harga terhadap Keputusan Pembelian
Sabun Lux (survei pada pengunjung Mega Bekasi Hypermall). JRMSI-Jurnal Riset
Manajemen Sains Indonesia, 3(1), 1�15. Google
Scholar
Copyright holder: Anisa Nur Andina, Adipura Arya
Kangsadewa, Zhafira Atika Anggrani (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |