Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, Special Issue, No. 2, Desember 2021
PENGARUH PENGENDALIAN
TEKANAN ALIRAN PADA PENURUNAN KEHILANGAN AIR FISIK
Adrial Munis, Muhammad Sundoro, Eddy Setiadi Soedjono
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya,
Indonesia,
Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) Jakarta, Indonesia,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya,
Indonesia.
Email: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Jalur Baru
Cabang Kedung Halang merupakan salah satu pipa distribusi Perumda Air Minum Tirta Kahuripan
yang memiliki Non-Revenue Water (NRW) 70,42% dengan tingkat kehilangan air fisik rata-rata 19.114 m3/bulan
atau 24,69% dari debit air produksi. Salah satu upaya untuk menurunkan
NRW adalah
dengan mengurangi tingkat kehilangan air fisik. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pengendalian tekanan aliran terhadap penurunan kehilangan air fisik. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan
simulasi hidrolis sistem distribusi menggunakan program software epanet 2.2. Hasil dari
penelitian ini diketahui bahwa dengan mengendalikan tekanan aliran menggunakan Pressure Reducing Valve (PRV) dan mengatur jam operasi pompa berdasarkan
peak hour dan minimum hour dapat menurunkan kehilangan air fisik 4,38% atau terdapat potensi penyelamatan air sebesar 40.656 m3/tahun.
Kata kunci: penurunan kehilangan air fisik; non-revenue
water
Abstract
Jalur Baru Kedung Halang Branch is one of distribution pipeline in Perumda Air Minum Tirta Kahuripan which has 70,42%
of Non-Revenue Water (NRW) value and 24,69% of physical water losses. Reducing
physical water losses was an effort to reduce NRW value. The aim of this
research was to determine the effect of pressure management on physical water
losses. The methode of the analysis in this research was
carry out by simulation using the epanet 2.2. Based
on the results of the analysis, the pressure management using Pressure Reducing
Valve (PRV) and setting the work periode of pumps
based on peak hours and minimum hours could reduce physical water losses by
4,38%, thus 40.656 m3 of water can be saved in a year.
Keywords: reducing physical water losses; non-revenue water
Pendahuluan
Non-Revenue
Water (NRW) menjadi salah satu permasalahan yang
dihadapi oleh Perusahaan Daerah (Perumda) Air Minum yang dapat menyebabkan
kerugian dalam penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Secara
nasional, target penurunan NRW dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024 yaitu 25% (Deputi Bidang Perekonomian Sekretariat
Kabinet, 2020).
Pada tahun 2019, NRW distribusi
Perumda Air Minum Tirta Kahuripan 28,79% yang
mengakibatkan hilangnya potensi pendapatan Rp.139 milyar/tahun. NRW tertinggi terjadi di Cabang Kedung Halang
sebesar 46,95%. Perumda Air Minum dengan NRW
yang tinggi akan memiliki biaya operasional yang semakin tinggi untuk
produksi, melakukan pemeliharaan dan perbaikan (Heston
dan Pasawati, 2016).
NRW merupakan salah satu penyebab
buruknya kinerja perusahaan air
minum (Tommy dan Arya, 2016).
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengendalian tekanan
aliran terhadap penurunan tingkat kehilangan air fisik. Menurut (Farley, Malcolm, 2008)
pengendalian tekanan dapat mengurangi kebocoran dan menstabilkan tekanan sistem yang akan menambah usia
aset. Fluktuasi tekanan akan mempengaruhi
frekuensi semburan melalui titik kebocoran.
Tekanan aliran berkaitan dengan fluktuasi pemakaian air. Pada saat pemakaian air minimum seperti saat malam
hari, maka tekanan akan semakin
tinggi, sedangkan pada saat jam puncak tekanan akan semakin
turun.
Menurut (Sya�bani, 2016)
semakin tinggi tekanan semakin tinggi kebocoran oleh karena itu penting
dilakukan pengendalian tekanan. Pengendalian tekanan terlaksana dengan baik jika
setiap Distrcit
Meter Area (DMA) dilengkapi dengan
Pressure Reducing Valve (PRV). Terdapat perbedaan signifikan antara tekanan dan debit aliran pada DMA
setelah dilakukan pemasangan PRV (Saparina, 2017). Penurunan kehilangan air fisik dapat dilakukan
dengan pembentukan
DMA dan analisis hidrolis, perbaikan
pipa (Sarungallo dan Wardhani, 2016).
Menurut (Peraturan Menteri PUPR
No.27/PRT/M/2016) debit pompa distribusi ditentukan berdasarkan fluktuasi pemakaian air dalam satu hari. Pompa
harus mampu mensuplai debit air saat jam puncak dimana pompa
besar bekerja dan saat pemakaian minimum pompa kecil yang bekerja. Ketentuan syarat minimum tekanan sebesar 5 m. Menurut (Farley dkk, 2008) tekanan maksimum
30 m sudah cukup memenuhi kebutuhan pelanggan. Simulasi tekanan air pada penelitian ini menggunakan software epanet 2.2. Software
epanet
2.2 adalah suatu program yang dapat mensimulasikan distribusi air minum pada
wilayah tertentu untuk dianalisa dan dievaluasi kembali. Data yang dibutuhkan
dalam simulasi software
epanet
2.2 berupa data pipa, data pelanggan, elevasi, debit, dan tekanan. Output
yang dihasilkan antara lain adalah pola sebaran debit dan tekanan yang mengalir
pada pipa (Riduan, Firmansyah, & Fadhilah, 2017).
Penelitian ini dilakukan
di jalur baru yang merupakan salah satu jalur pipa distribusi IPA Kedung Halang yang memiliki dua DMA dan dua blok pelayanan,
tingkat NRW jalur baru 70,42% dengan komponen kehilangan air fisik 24,69%. Berdasarkan latar belakang kehilangan air fisik yang tinggi, sehingga perlu dilakukan upaya penurunan dengan melakukan kajian pengendalian tekanan aliran dan pengaturan jam operasi pompa.
Metode Penelitian
Metode penelitian
ini diawali dengan pengumpulan data primer melalui pengukuran debit air menggunakan data logger pada jalur
baru. Sedangkan data sekunder didapat dari data rekening ditagih (DRD), peta jaringan perpipaan, spesifikasi pompa distribusi, Sistem Laporan Teknik (Silatek) laporan bulan Februari
2021 Cabang Kedung Halang, Kabupaten Bogor dalam Angka 2020,
dan buku kinerja BUMD Air Minum Tahun 2016-2019. Analisis teknis berdasarkan hasil simulasi jaringan distribusi air minum menggunakan program epanet
2.2 dengan parameter hidrolis
tekanan aliran. Analisis hidrolis dilakukan dengan melakukan perbandingan nilai tekanan rata-rata eksisting di wilayah DMA dengan
nilai tekanan rata-rata optimalisasi manajemen tekanan. Manajemen tekanan dilakukan dengan pengaturan jam operasi pompa berdasarkan
fluktuasi pemakaian air pelanggan dan pemasangan PRV. Analisis pengaruh pengendalian tekanan terhadap penurunan tingkat kehilangan air fisik menggunakan metode FAVAD (Fixed and Variable Area Discharge).
Hasil dan Pembahasan
A. Kondisi Eksisting
Wilayah Studi
Hasil pengolahan data laporan bulan Februari,
Data Rekening Ditagih (DRD)
dan data logger air distribusi diketahui data masing-masing DMA sebagaimana
dijabarkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Data Pelanggan dan Konsumsi Air Masing-Masing DMA
DMA/Blok Pelayanan |
Jumlah Pelanggan (SR) |
Q Distribusi (m3/bln) |
Q DRD (m3/bln) |
Q NRW (m3/bln) |
Persentase NRW (%) |
Duta Kencana |
147 |
5.741 |
1.681 |
4.060 |
70,71 |
Budi Agung |
76 |
2.968 |
680 |
2.288 |
77,08 |
Bukit Cimanggu City (DMA) |
1.330 |
51.942 |
16.388 |
35.554 |
68,44 |
Badan Usaha Graha (DMA) |
430 |
16.754 |
4.144 |
12.610 |
75,26 |
Neraca air Februari 2021 jalur
baru, sebagaimana ditampilkan pada tabel 2.
Tabel 2. Neraca
Air Februari 2021
Air Produksi 77.405 m3 |
Konsumsi Resmi 31.859 m3 |
Konsumsi Resmi Berekening 22.893 m3 |
Konsumsi bermeter berekening 22.893 m3 |
Air Berekening 22.893 m3 |
Konsumsi tak bermeter berekening 0 m3 |
||||
Konsumsi Resmi Tak Berekening 8.966 m3 |
Konsumsi bermeter tak berekening 8.950 m3 |
Air Tak Berekening 54.512 m3 |
||
Konsumsi tak bermeter tak berekening 16 m3 |
||||
Kehilangan Air 45.546 m3 |
Kehilangan Air Non Fisik 26.432 m3 |
Konsumsi tak resmi 2.015 m3 |
||
Ketidakakuratan meter dan penanganan data 24.416 m3 |
||||
Kehilangan Air Fisik 19.114 m3 |
Menurut (Pradypna dkk, 2020)
kehilangan air dapat disebabkan oleh faktor teknis seperti kebocoran pipa, pipa tua, meter
air pelanggan rusak yang berumur lebih dari
5 tahun, meter air tertimbun
dan buram yang menyebabkan kesalahan pembacaan dan ketidakakuran meter air.
B. Pembahasan
1. Sistem Distribusi
Air Minum Eksisting
Sistem distribusi
eksisting menggunakan dua pompa bergantian
setiap satu bulan sekali. Dalam
sehari operasi pompa bekerja pada nilai Q 28 l/d dan H 50 m (03:00-22:00), dan Q 25 l/d dan H
45 m (22:00-03:00. Pengaturan Q dan H menggunakan Variable Speed Drive (VSD). Debit air distribusi rata-rata 26,12 l/d, debit air berekening (DRD) 8,55 l/d sehingga
terdapat debit kehilangan
air 17,57 l/d.
DMA
Bukit Cimanggu City Blok
Budi Agung IPA Kedung Halang Blok
Duta Kencana DMA
Badan Usaha Graha
Gambar 1. Peta
Pipa Distribusi Jalur Baru
Perbandingan debit air distribusi, debit air konsumsi,
dan debit kehilangan air sebagaimana
disajikan pada Grafik 1.
Grafik 1. Perbandingan Debit Distribusi, Konsumsi, dan Kehilangan Air
Pada kondisi eksisting
diketahui bahwa terdapat tekanan lebih kecil dari
5 m sebanyak 12,18% atau 68
dari total 558 nodes pada saat
peak hour (06:00) yang tersebar di seluruh wilayah DMA dan blok
pelayanan, sehingga belum memenuhi kriteria tekanan minimum. Sedangkan pada saat minimum
hour (01:00) sebanyak 22,93% nodes memiliki nilai tekanan lebih dari
30 m atau 128 node dari
total 558 nodes. Hasil simulasi hidrolis kondisi eksisting menggunakan epanet 2.2. sebagaimana
disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Tekanan
saat Peak Hour (06:00)
Terdapat perbedaan
nilai tekanan di critical
point yang diukur pada jam 14:00 antara hasil pengukuran
lapangan dan simulasi dengan epanet. Tekanan hasil pengukuran
lapangan lebih rendah jika dibandingkan
dengan hasil simulasi dengan epanet. Penurunan tekanan rata-rata di seluruh DMA
dan blok pelayanan yaitu 9,79%. Menurut (Erianik dkk, 2020)
perbedaan nilai tekanan tersebut dapat dipengaruhi oleh pemakaian air selama jam pengukuran lapangan sehingga mempengaruhi tekanan, perbedaan data input aplikasi atau koefisien
PRV dan setting lapangan, dan indikasi kebocoran di jaringan distribusi. Hasil simulasi selama periode 24 jam diketahui pada setiap jam terdapat tekanan kurang dari 5 m dan tekanan lebih dari 30 m. Nilai tekanan air eksisting sebagaimana dijabarkan pada Tabel 3
Tabel 3. Tekanan di Nodes saat Peak Hour dan Minimum Hour Kondisi Eksisting
Jumlah node |
P (Tekanan)
Hasil Simulasi saat Peak Hour (06:00) |
|||||||
P<0 m |
% |
P<5 m |
% |
P>5 m |
% |
P>30 m |
% |
|
558 |
1 |
0.17 |
71 |
12.72 |
487 |
87.27 |
13 |
2.90 |
Jumlah node |
P (Tekanan)
Hasil Simulasi saat Minimum Hour (01:00) |
|||||||
P>30 m |
% |
P> 50 m |
% |
P>80 m |
% |
P>100 m |
% |
|
558 |
128 |
22.93 |
18 |
3.2 |
0 |
0 |
0 |
0 |
2. Analisis Kebutuhan
Debit dan Head Pompa Distribusi
Untuk memenuhi kriteria tekanan air distribusi 5-30 m di wilayah pelayanan
dilakukan upaya pengendalian tekanan aliran. Menurut (Direktorat PSPAM, 2018)
pengendalian tekanan air distribusi dapat dilakukan dengan mengatur operasi pompa, sesuai kebutuhan
debit dan tekanan di jaringan,
serta penggunaan Variable Speed Drive (VSD), memasang Pressure
Reducing Valve(PRV). Pompa besar bekerja pada saat peak hour
sedangkan pompa kecil bekerja pada saat minimum
hour.
a)
Perhitungan kebutuhan
debit pompa (Q Pompa)
Kebutuhan debit pompa
saat peak hour yaitu
33 l/d, sedangkan pada saat
minimum hour yaitu 25 l/d sebagaimana
dijabarkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Perhitungan Kebutuhan Debit (Q) Pompa
saat Peak Hour dan Minimum Hour
No |
DMA/Blok |
Kebutuhan Debit |
Peak Hour |
Minimum Hour |
||||
Q DRD (l/d) |
Q NRW (l/d) |
Q Total (l/d) |
Peak Factor Terbesar |
Q Pompa (l/d) |
Min Factor Terbesar |
Q Pompa (l/d) |
||
(1) |
(2) |
(3) |
(4) |
(5)=
(3)+(4) |
(6) |
(7)=
(5)*(6) |
(8) |
(9)=(5)*(8) |
1 |
Duta Kencana |
0.63 |
�1.57 |
�1.94 |
1,29 |
2,50 |
0,97 |
1,88 |
2 |
Budi Agung |
0.25 |
�0.88 |
�0.99 |
1,27 |
0,96 |
||
3 |
BCC |
6.12 |
�13.72 |
�17.58 |
22,67 |
17,05 |
||
4 |
BUG |
1.55 |
�4.86 |
�5.61 |
7,23 |
5,44 |
||
Jumlah |
8,55 |
17,57 |
26,12 |
33,67 |
25,33 |
b)
Perhitungan kebutuhan
head pompa (H Pompa)
Pengaturan periode
jam operasi pompa berdasarkan demand pattern sebagaimana
pola fluktuasi pemakaian air pelanggan pada Grafik 1. Kebutuhan head pompa diatur menjadi
2 periode yaitu jam
05:00-18:00 saat peak hour, dan jam
18:00-05:00 saat minimum hour. Konsumsi air terbesar terjadi pada jam 06:00, dan konsumsi
air terendah pada jam 01:00.
Kebutuhan head pompa disimulasikan dengan menggunakan input data
debit 33,67 l/d tanpa menggunakan
pompa distribusi sehingga diketahui pada periode peak hour, headloss
system tertinggi sebesar
44,19 m di node J166 blok Budi Agung. Periode minimum hour menggunakan
input data debit 25,33 l/d diketahui headloss system 43,07 m. Jika syarat minimum tekanan sebesar 5 m di critical point maka
kebutuhan head pompa
saat peak hour adalah
50 m sedangkan pada saat minimum
hour 48 m. Pengaturan debit dan head pompa menggunakan Variable
Speed Drive (VSD) eksisting.
3. Pengendalian Tekanan
Aliran Menggunakan PRV
Alternatif optimalisasi
dilakukan dengan pemasangan PRV di inlet DMA dan jaringan pipa distribusi sekunder DMA BCC yang memiliki
perbedaan elevasi cukup besar antara
hulu dan hilir DMA sebesar 29 m, dan memasang
PRV di pipa JDU yang memiliki tekanan yang tinggi, nilai tekanan output PRV (P2
out) diatur pada nilai
tertentu. Tujuan Pemasangan PRV pada inlet DMA untuk mendapatkan nilai tekanan optimum di setiap antara 5-30 m.
Menurut (Farley, Malcolm, 2008) Pemasangan
PRV merupakan salah satu
pengelolaan tekanan yang lebih baik. Pengendalian
tekanan dilakukan untuk menstabilkan tekanan sistem, menambah usia aset,
PRV dapat mengurangi
tekanan sepanjang hari, menstabilkan fluktuasi tekanan, dan mengurangi stres pada pipa.
Menurut (Samir dkk, 2017) manajemen tekanan dengan menggunakan PRV adalah cara yang efektif untuk mengontrol
jumlah kebocoran dalam sistem distribusi
air minum. Menurut (Monsef, Naghashzadegan, Farmani, &
Jamali, 2018)
penggunaan PRV untuk
manajemen tekanan pada sistem distribusi air dapat mengurangi background
leakage secara signifikan.
Pada malam hari konsumsi air lebih rendah sehingga tekanan tinggi, kebocoran akan meningkat, pemasangan PRV untuk mengurangi tekanan berlebih, pengurangan tekanan berlebih tidak meningkatkan kualitas layanan kepada pelanggan. Rencana pemasangan PRV di 8 titik strategis sebagaimana Gambar 3.
Pengaturan Kerja Pompa 1. Pompa Besar Q 33 l/d, H 50 m Jam Operasional 05:00-18:00 2. Pompa Kecil Q 25 l/d, H 48 m Jam Operasional 18:00-05:00 PRV 7 Double Pilot D 200 mm P1 out 50 m P2 out 43 m PRV 8 Double Pilot D 200 mm P1 out 47 m P2 out 42 m PRV 1 Single Pilot D 100 mm P out 6 m PRV 2 Single Pilot D 150 mm P out 7 m PRV 3 Double Pilot D 150 mm P1 out 7 m P2 out 7 m PRV 4 Single Pilot D 50 mm P out 6 m PRV 5 Double Pilot D 150 mm P1 out 7 m P2 out 5 m PRV 6 Single Pilot D 200 mm P out 14 m
Gambar 3. Rencana
Titik Pemasangan PRV
Tabel 5. Pengaturan Tekanan PRV dengan PRV
Controller
Kode PRV |
D PRV (mm) |
Lokasi |
P PRV (m) (05:00-18:00) |
P PRV (m) (18:00-05:00) |
Penurunan P1 ke P2 (%) |
Setting P1 dan P2 |
|
PRV 1 |
V10 |
100 |
Inlet Blok Duta Kencana |
6 |
6 |
- |
1 kali |
PRV 2 |
V9 |
150 |
Inlet Blok Duta Agung |
7 |
7 |
- |
1 kali |
PRV 3 |
V17 |
150 |
Inlet DMA BCC |
7 |
5 |
28,57 |
2 kali |
PRV 4 |
V12 |
50 |
Pipa Pelayanan
L117 DMA BCC |
6 |
6 |
- |
1 kali |
PRV 5 |
V3 |
150 |
Pipa Sekunder
L615 DMA BCC |
7 |
5 |
28,57 |
2 kali |
PRV 6 |
V14 |
200 |
Inlet DMA BUG |
14 |
14 |
- |
1 kali |
PRV 7 |
V1 |
200 |
Pipa JDU |
50 |
43 |
14,00 |
2 kali |
PRV 8 8 |
V2 |
200 |
Pipa JDU |
47 |
42 |
10,63 |
2 kali |
Berdasarkan Tabel
5, PRV 1 di inlet Blok Duta Kencana,
PRV 2 di inlet Blok Budi Agung, PRV 4 DMA BCC, PRV
6 DMA BUG dilakukan 1 kali pengaturan dengan justifikasi bahwa node di
wilayah pelayanan tersebut memiliki tekanan aliran yang telah stabil, sedangkan PRV 3, PRV
5, PRV 7, PRV 8 memiliki node dengan tekanan tinggi yang memiliki potensi untuk diturunkan
dalam upaya menurunkan tingkat kebocoran pipa. Penurunan tekanan keluar (P2
out) PRV dilakukan pada saat
minimum hour periode jam 18:00-05:00. Simulasi pengaturan tekanan PRV pada epanet
menggunakan simple control editor epanet sebagaimana Gambar 4
Gambar 4. Simulasi
Pengaturan P1 dan P2 PRV
Berdasarkan
hasil simulasi diperoleh nilai tekanan seluruh nodes di telah memenuhi tekanan minimum 5 m pada saat peak
hour. Nilai tekanan hasil
analisis hidrolis sebagaimana dijelaskan pada Tabel 6.
Tabel 6. Tekanan di Nodes saat Peak Hour dan Minimum Hour (Optimalisasi)
Jumlah node |
P (Tekanan)
Hasil Simulasi saat Peak Hour (06:00) |
|||||||
P < 0 m |
% |
P < 5 m |
% |
P > 5 m |
% |
P > 30 m |
% |
|
558 |
0 |
0 |
0 |
0 |
558 |
100 |
15 |
2,68 |
Jumlah node |
P (Tekanan)
Hasil Simulasi saat Minimum Hour (01:00) |
|||||||
P > 30 m |
% |
P > 50 m |
P > 30 m |
P > 80 m |
% |
P > 30 m |
% |
|
558 |
24 |
4,3 |
5 |
0,8 |
0 |
0 |
0 |
0 |
4. Pengaruh Pengendalian Tekanan
Aliran terhadap Kehilangan Air
Pada kondisi eksisting
saat peak hour nilai
tekanan aliran belum memenuhi ketentuan nilai tekanan 5-30 m dan terjadi negative
pressure di 1 node yaitu node J166
di inlet Blok Budi Agung. Saat minimum
hour, pada kondisi eksisting
terjadi over pressure atau
tekanan lebih besar dari 30 m sejumlah 22.93% dari total nodes.
Pengaturan operasi pompa dan pemasangan PRV berpengaruh terhadap stabilitas tekanan di
wilayah pelayanan. Menurut (Farley, Malcolm, 2008), terdapat
hubungan fisik antara laju aliran
kebocoran, tekanan, dan frekuensi semburan baru. Semakin tinggi
tekanan, semakin tinggi kebocoran, sebaliknya apaila semakin rendah tekanan, semakin rendah aliran kebocoran.
Terdapat hubungan linear antara tekanan dan kebocoran dimana tekanan rendah 10% sama dengan kebocoran
10% lebih rendah. Tinggi tekanan dan siklus tekanan sangat mempengaruhi frekuensi semburan. Perbandingan tekanan antara kondisi eksisting dan alternatif optimalisasi sebagaimana ditampilkan pada Grafik 2 dan Grafik 3
Grafik 2. Node dengan
Tekanan > 30 m saat Minimum
Hour
Grafik 3. Node dengan
Tekanan < 5 m saat Peak
Hour
Pada kondisi eksisting
tekanan rata-rata sebesar
15.64 m. Setelah dilakukan pengaturan
periode jam operasi pompa dan pemasangan PRV tekanan rata-rata turun menjadi 13.18 m. Saat minimum
hour tekanan sebesar 22
m pada kondisi eksisting. Sedangkan pada alternatif optimalisasi tekanan turun sebesar 32,81% menjadi 14,78%. Saat peak hour
tekanan rata-rata pada kondisi
eksiting sebesar 9.29 m, tekanan rata-rata yang rendah tersebut dipengaruhi oleh nilai tekanan kurang
dari 5 m pada 12,3% dari
total nodes, Pada alternatif optimalisasi nilai tekanan di seluruh wilayah DMA
rata-rata sebesar 11.57 m dan telah
memenuhi kriteria 5m-30 m.
5. Hubungan antara
Tekanan dan Kebocoran Pipa
Penurunan kehilangan
air dapat dilakukan dengan melakukan perbaikan pipa dan manajemen tekanan (Nugroho dkk, 2018),
pemasangan PRV untuk
penurunan tekanan dalam upaya penurunan
kehilangan air (Fakhirah dan Sururi, 2020).
Menurut (Direktorat
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, 2018),
keuntungan pengelolaan tekanan antara lain:
1.
Pengurangan tekanan
merupakan metode penurunan kehilangan air yang
paling �cost effective�, karena tidak
memerlukan banyak biaya namun mampu
menurunkan kebocoran secara signifikan, mampu mengurangi frekuensi pipa pecah sehingga investasi pipa dapat ditunda atau
dialihkan.
2.
Pengelolaan tekanan
bisa memperpanjang umur pipa, pipa menjadi awet karena kerusakan
pipa akibat tekanan tinggi dapat dicegah.
Hubungan antara
tekanan dan kebocoran menggunakan metode perhitungan FAVAD (Fixed and Variable Area Discharges). Menurut (Thornton, 2003)
manajemen tekanan bertujuan untuk memenuhi standar layanan tekanan, meminimalkan frekuensi kebocoran dan memperpanjang masa kerja infrastruktur, mengurangi tekanan berlebih. Tingkat kebocoran air berubah-ubah sesuai dengan tekanan, secara sederhana kebocoran merupakan aliran dari dalam
pipa melalui lubang kebocoran. Luas lubang kebocoran dan/atau koefisien discharge juga berubah
tergantung tekanan, maka debit aliran yang melalui lubang lebih sensitif terhadap tekanan dibandingkan prediksi hubungan �akar kuadrat�. Untuk keperluan praktis dalam memprediksi hubungan antara debit kebocoran air dan tekanan ditulis dalam persamaan:
Dimana:
P1��� = Tekanan setelah dilakukan perubahan
P0��� = Tekanan sebelum dilakukan perubahan
N1�� = Eksponen kebocoran
Nilai
N1 umumnya berkisar antara 0,5 dan 1,5, namun dapat juga
mencapai 2,5 atau lebih (Thornton dkk, 2008). Umumnya nilai eksponen rata-rata sebesar 1,14 berdasarkan hasil pengujian nilai eksponen kebocoran di lapangan terhadap beberapa jaringan pada negara atau wilayah
yang berbeda. Menggunakan persamaan 1.1. maka diperoleh prediksi nilai kebocoran setelah dilakukan pengendalian tekanan sebagai berikut:
Diketahui:
N1������� = 1,14
Penurunan tekanan sebesar
2,46 m setelah dilakukan pengaturan periode jam operasi pompa dan pemasangan PRV, hasil pengendalian tekanan aliran diketahui debit kebocoran dapat diturunkan menjadi 15.726 m3/bulan, penurunan kehilangan air fisik sebesar 3.386 m3/bulan. Pada
kondisi eksisting debit produksi sebesar 77.405 m3/bulan, dengan kehilangan
air fisik mencapai 19.114 m3/bulan atau 24,69%. Dengan melakukan pengendalian tekanan dan pendekatan pengaruh tekanan terhadap kebocoran pipa menggunakan metode FAVAD maka diperoleh penurunan kehilangan air fisik sebagaimana Tabel 7.
Tabel 7. Penurunan Kehilangan Air Fisik dengan Pengendalian Tekanan
|
|
Kehilangan Air Fisik Eksisting |
KehilanganAir Fisik Optimalisasi |
Debit (m3/bulan) |
19.114 |
15.726 |
|
Penurunan Kehilangan Air Fisik |
- |
3.388 |
|
Tingkat Kehilangan Air Fisik |
24,69% |
20,31% |
Komponen manfaat
yang diperhitungkan pada penelitian
ini yaitu debit air yang bisa diselamatkan dan potensi penambahan pelanggan. Jika tarif air
rata-rata Cabang Kedung Halang
Rp.8.371/m3, maka terdapat
potensi penambahan pendapatan dari air yang diselamatkan dengan proyeksi pendapatan sebagai berikut:
1.
Kondisi Eksisting
Pada kondisi
eksisting, kehilangan air fisik sebesar 19.114 m3/bulan
Pendapatan hilang ��������� = tarif air
x kehilangan air
���������������������������������������� = Rp.8.371/m3 x
19.114 m3/bulan
���������������������������������������� = Rp.160.003.294/bulan
2.
Potensi penambahan pendapatan dari optimalisasi pengendalian tekanan
Debit penyelematan air (water
saving) = 3.388 m3/bulan
Penambahan pendapatan = tarif air x water saving
���������������������������������������� =
Rp.8.371/m3 x 3.388 m3/bulan
���������������������������������������� =
Rp.28.360.948/bulan
3.
Potensi penambahan pelanggan dari debit penyelematan air
Jika
rata-rata kebutuhan pokok
air minum pelanggan kategori kota besar
adalah 150 l/org/hari, maka terdapat potensi
penambahan pelanggan sebagai berikut:
Jumlah orang per SR������������������ = 4,07 (BPS-Kab. Bogor, 2020)
Kebutuhan pokok air minum������ = 150 l/org/hari
Kebutuhan pokok air minum������ = 610,5 l/SR/hari
Potensi penyelamatan air����������� =
40.656 m3/tahun
Potensi penambahan pelanggan� = 182 SR/tahun
Kesimpulan
Pengendalian tekanan
aliran dengan mengatur periode jam operasi pompa sesuai
dengan fluktuasi pemakaian air pelanggan, pemasangan PRV pada 8 titik
strategis, penurunan tekanan aliran pada saat minimum hour berpotensi
untuk menurunkan tingkat kehilangan air fisik sebesar 4,38% dari 24,69% menjadi 20,31%, potensi penyelamatan air 40.656 m3/tahun dengan penambahan
pendapatan Rp.340.331.376/tahun, atau terdapat potensi
penambahan pelanggan 182
SR/tahun.
BIBLIOGRAFI
BPS-Kab. Bogor. (2020). Kabupaten Bogor Dalam Angka.
Google
Scholar
Deputi Bidang Perekonomian Sekretariat
Kabinet. Lampiran I Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024. , (2020). Google
Scholar
Direktorat Pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat. (2018). Modul Air Tak Berekening Tahun 2018. Google
Scholar
Erianik, D., Marsono, B. D., &
Soedjono, E. S. (2020). Evaluation of Zona Air Minum Prima (ZAMP) Program in
Ngagel Tirto Surabaya. IOP Conference Series: Earth and Environmental
Science, 506(1). Google
Scholar
Farley, Malcolm, Wyeth Gary. (2008). Farley
2008 - The Managers Non-Revenue Water Handbook - A Guide to Understanding Water
Losses. Google
Scholar
Heston, Yudha Pracastio, & Pasawati,
Alvira. (2016). Analisis Faktor Penyebab Kehilangan Air PDAM. Temu Ilmiah
IPLBI 2016, (1), 6 hal. Google
Scholar
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.27/PRT/M/2016
tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum, X, (2016). Google
Scholar
Monsef, H., Naghashzadegan, M., Farmani,
R., & Jamali, A. (2018). Pressure management in water distribution systems
in order to reduce energy consumption and background leakage. Journal of
Water Supply: Research and Technology - AQUA, 67(4), 397�403. Google
Scholar
Muhammad Rizky Sya�bani. (2016). Penerapan
Jaringan Distribusi Sistem District Meter Area (DMA) Dalam Optimalisasi
Penurunan Kehilangan Air Fisik Ditinjau Dari Aspek Teknis Dan Finansial (Studi
Kasus: Wilayah Layanan IPA Bengkuring PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda)
(Vol. 25714003). Universitas Teknologi Bandung. Google
Scholar
Nugroho, Searphin, Meicahayanti, Ika, &
Nurdiana, Juli. (2018). Analisa Jaringan Perpipaan Distribusi Air Bersih
Menggunakan EPANET 2.0 (Studi Kasus di Kelurahan Harapan Baru, Kota Samarinda).
E-Journal Universitas Diponegoro, 39(1), 5 hal. Google
Scholar
Pradypna, F. F., Marsono, B. D., &
Soedjono, E. S. (2020). A Study of Drinking Water Supply and Demand in Surabaya
in the Year 2039. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science,
506(1). Google
Scholar
Riduan, Rony, Firmansyah, Muhammad, &
Fadhilah, Shelda. (2017). Evaluasi Tekanan Jaringan Distribusi Zona Air Minum
Prima (Zamp) PDAM Intan Banjar Menggunakan Epanet 2.0. Jukung (Jurnal Teknik
Lingkungan), 3(1), 20 hal. Google
Scholar
Samir, Nourhan, Kansoh, Rawya, Elbarki,
Walid, & Fleifle, Amr. (2017). Pressure control for minimizing leakage in
water distribution systems. Alexandria Engineering Journal, 56(4),
601�612. Google
Scholar
Saparina, Widy. (2017). Penurunan
Kehilangan Air di Sistem Distribusi Air Minum PDAM Kota Malang. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. Google Scholar
Sarungallo, Goberth Atto, & Wardhani,
E. K. A. (2016). Evaluasi Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih di Kecamatan
Pontianak Selatan Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Rekayasa
Lingkungan, Jurnal Online Institut Teknologi Nasional, 4(1), 8 hal. Google
Scholar
Syanocty Putri Farah Fakhirah, Mohammad
Rangga Sururi, Arief Dhany Sutadian. (2020). Evaluasi hidrolis pada jaringan
distribusi PDAM Tirta Jati Kabupaten Cirebon sistem cibodas. Jukung (Jurnal
Teknik Lingkungan), 6(2), 12 hal. Google
Scholar
Thornton, Julian. (2003). Managing Leakage
by Managing Pressure: A Practical Approach. Water 21, October 20,
1�2. Google
Scholar
Thornton, Julian, Sturm, Reinhard, &
Kunkel, George. (2008). Water Loss Control. Google
Scholar
Tommy, Ervando, & Arya, Al hanif.
(2016). Pengendalian Kehilangan Air Jaringan Distribusi Air Bersih PDAM Tirta
Dharma Kota Malang. Jurnal Universitas Diponegoro, 20 hal. Google
Scholar
Copyright holder: Adrial Munis, Eddy Setiadi Soedjono, Muhammad Sundoro (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |