Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 7, Juli 2021
ALTERNATIF PENINGKATAN EFISIENSI ENERGI SISTEM DISTRIBUSI
INSTALASI KOTA WISATA PERUMDA AIR MINUM TIRTA KAHURIPAN
Rizeki Nanda Utama1, Agus Slamet1,
Ade Syaiful Rachman2
1Departemen Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
�2Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]�
Abstrak
Perumda Air Minum Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor tengah berupaya meningkatkan kinerja pelayanan. Upaya yang dilakukan salah satunya adalah peningkatan efisiensi energi. Menurut Penilaian Kinerja BUMD Air Minum tahun 2020, biaya energi Perumda Air Minum Tirta Kahuripan
sebesar Rp 526/m3 yang mana lebih tinggi dari
standar biaya energi nasional yaitu sebesar Rp 352,16/m3.
Instalasi Kota Wisata merupakan salah satu unit yang memiliki penggunaan energi pompa yang cukup besar. Tujuan
penelitian menganalisis peluang peningkatan efisiensi energi di Perumda Air Minum Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan
dengan mengumpulkan data kelistrikan (kualitas daya) pompa. Data-data diolah untuk menentukan
nilai konsumsi energi spesifik dan kajian efisiensi energi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pompa yang memiliki nilai konsumsi energi spesifik sebesar 0,5 kWh/m3
dengan efisiensi pompa sebesar 46,43%. Alternatif peningkatan efisiensi energi dilakukan dengan penggantian pompa dan pemasangan VSD yang diperkirakan dapat menurunkan penggunaan listrik sebesar 522,2 Kw atau dapat menurun biaya
energi dari Rp 419,5/m3
menjadi Rp 370,9/m3.
Kata kunci: efisiensi energi, air minum, konsumsi energi spesifik
Abstract
Perumda Air Minum Tirta Kahuripan
is currently trying to improve service performance. One of the efforts made is
to increase energy efficiency. According to the performance assesment
in 2020, energy cost of Perumda Air Minum Tirta Kahuripan
is Rp 526/m3 which is higher than the national energy cost standard of Rp
352.16/m3. Instalasi Kota Wisata
is one of the units that uses a large energy. The purpose of this research is
to analyze the opportunity to increase energy efficiency in Perumda
Air Minum Tirta Kahuripan. The research was conducted by collecting
electrical data (power quality) of the pump. The data is processed to determine
the value of specific energy consumption and energy efficiency studies. The
results showed that there is a pump that has a specific energy consumption
value of 0.5 kWh/m3 with a pump efficiency of 46.43%. Alternative energy
efficiency improvements are carried out by replacing pumps and installing VSDs
which are estimated to reduce electricity use by 522.2 Kw or reduce energy
costs from Rp. 419,4/m3 to Rp. 370,9/m3.
Keywords: energy saving, drinking water, spesific energy
consumption
Pendahuluan
Perumda Air Minum Tirta
Kahuripan Kabupaten Bogor memiliki 8 cabang yaitu Cabang Cibinong, Cabang Cileungsi,
Cabang Jonggol, Cabang Ciawi,
Cabang Kedung Halang,
Cabang Ciomas, Cabang Leuwiliang
dan Cabang Parung Panjang. Wilayah cakupan pelayanan sebesar 30,56% dan memiliki jumlah pelanggan sebanyak 173.451 pelanggan (Direktorat Air
Minum, 2020).
Perumda Air Minum
Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor memiliki biaya energi
sebesar Rp 526/m3 berdasarkan
Buku Kinerja BUMD Air Minum oleh
Direktorat Air Minum
Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Tahun 2020. Kondisi ini lebih tinggi
dibandingkan dengan dengan rata-rata biaya energi BUMD Air Minum nasional sebesar Rp 352,16/m3
sehingga perlu adanya upaya untuk
meningkatkan efisiensi energi di wilayah Perumda Air Minum
Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor.
Upaya untuk meningkatkan efisiensi energi pernah dilakukan
oleh Perumda Air Minum
Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor tetapi
belum menyeluruh ke semua cabang
pelayanan. Instalasi Kota Wisata adalah salah satu unit pelayanan yang berada dalam wilayah Cabang Cileungsi dan belum pernah dilakukan evaluasi pada sistem distribusi. Pemakaian energi listrik Instalasi Kota Wisata merupakan pemakaian listrik terbesar ke-3 dari total keseluruhan biaya energi listrik
dalam 1 (satu) tahun sebesar 11,93% berdasarkan data pemakaian energi listrik tahun 2018. Instalasi Kota Wisata berfungsi sebagai salah satu penampungan air (reservoir) hasil
produksi Instalasi PengolahanAir (IPA) Gunung Putri
yang selanjutnya didistribusikan
ke daerah pelanggan. Selain itu dalam Instalasi
Kota Wisata terdapat salah satu booster pump yang digunakan
untuk distribusi air ke reservoir Agrowisata.
Pada bulan Januari 2021 biaya energi Instalasi
Kota Wisata sebesar 419,4
Rp/m3 dan bulan Februari
2021 sebesar 415,4 Rp/m3. Data tersebut dapat menunjukkan adanya biaya pemakaian energi masih lebih
besar dibandingkan dengan volume produksi atau yang keluar dari Instalasi Kota Wisata. Energi listrik merupakan salah satu bagian yang paling banyak digunakan dalam biaya operasi sistem
distribusi air (Bene, Selek, &
H�s, 2010). Biaya listrik yang tinggi dapat disebabkan
oleh beberapa hal yaitu penggunaan energi yang bukan peningkatan kapasitas produksi atau distribusi,
umur peralatan dan penggunaan energi yang tidak efisien (Mulyono, 2020).
Penggunaan energi yang tidak efisien dapat
disebabkan oleh efisiensi pompa yang mulai menurun. Selanjutnya efisiensi pompa yang menurun dapat disebabkan
juga karena desain sistem yang tidak optimal, adanya kavitasi dan juga adanya komponen pompa yang aus (Muji, Dan, &
Aziz, 2014). Selain
dari efisiensi, pengukuran konsumsi energi spesifik juga dapat dilakukan untuk melihat indikasi
penggunaan yang tidak efisien pada pompa. Konsumsi energi spesifik adalah jumlah energi yang digunakan untuk menghasilkan satuan produk atau keluaran
(Kementerian
ESDM, 2017).�
Tindakan penghematan energi dalam Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dapat dilakukan dengan antara lain melakukan optimalisasi jaringan
pipa dan aksesoris (Dewi, Koosdaryani,
& Muttaqien, 2015; Mulyono, 2020; Pandey,
Singh, & Mahar, 2020), melakukan penggunaan
sistem otomasi (Saravanan, Anusuya, Kumar, & Son, 2018), meningkatkan efisiensi
operasi pompa (Rizki Syahputra, Budiarto, & Wilopo, 2018), memperbaiki instalasi
listrik (Kementerian PUPR, 2014; Mulyono, 2020). Berdasarkan hal tersebut
perlu dilakukan analisa terhadap pemakaian energi pompa distribusi di Instalasi Kota Wisata ditinjau dari evaluasi
nilai konsumsi energi o, efisiensi total pompa dan efisiensi motor pompa untuk selanjutnya
menentukan alternatif kegiatan peningkatan efisiensi energi yang sesuai dengan kebutuhan.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian yaitu metode kuantitatif.
Metode kuantitatif dilakukan dengan mengumpulkan data kelistrikan (frekuensi, daya aktif, daya semu,
daya reaktif, faktor daya, voltase,
arus) menggunakan power
analyzer. Pengumpulan data dilakukan
dengan melakukan pengukuran selama 12 jam selama 3 hari. Selain itu mengumpulkan
data debit pompa menggunakan
meter air, data tekanan pompa
menggunakan pressure gauge atau
manometer dan data putaran pompa
menggunakan stroboscope di Instalasi
Kota Wisata. Kemudian
data-data tersebut diolah untuk menentukan nilai konsumsi energi spesifik dan efisisiensi.
Data-data yang diperoleh kemudian
diolah dalam nilai konsumsi energi spesifik, efisiensi total sistem pompa, efisiensi motor pompa. Konsumsi Energi spesifik
(KES) adalah nilai perbandingan antara energi listrik yang dipergunakan dengan produk hasil olahan.
Standar konsumsi energi spesifik yaitu 0,4 Kwh/m3 yang mana apabila
di atas standar dapat dikatakan sebuah sistem belum
efisien. Efisiensi pompa dan motor pompa merupakan efisiensi dari sistem pompa.
Hasil olah data ini dapat digunakan untuk menentukan apakah pompa masih
dapat dipergunakan (ƞ
> 60%), perlu perbaikan
mayor (ƞ < 50%) atau perlu
perbaikan minor (50% < ƞ > 60%).
Pengambilan data konsumsi energi spesifik dilakukan pada pompa distribusi yang
beroperasi. Pengambilan data primer dilakukan menggunakan alat power meter
analyzer, tang ampere dan stroboscope. Power meter analyzer
berfungsi untuk mengukur parameter kelistrikan seperti tegangan, arus,
frekuensi, faktor daya dan harmonisa sedangkan stroboscope berfungsi
untuk mengukur putaran motor pompa. Penggunaan power meter analyzer untuk pompa
dengan ampere dibawah 100 ampere dan tang ampere untuk pompa dengan ampere
diatas 100 A.� Dokumentasi saat
pengukuran dapat dilihat pada gambar 1. Pengambilan data dilakukan pada pompa yang
beroperasi pada saat dilakukan pengukuran. Pengukuran dilakukan dalam waktu 12
jam atau menyesuaikan dengan jam operasi pompa selama 3 (tiga) hari (Rizki Syahputra et al., 2018).
Gambar 1. Hasil pengukuran menggunakan power
analyzer salah satu
pompa
Hasil dan Pembahasan
Instalasi Kota Wisata memiliki 14 pompa distribusi yang beroperasi dan memiliki jam operasi yang berbeda-beda. Pompa distribusi adalah pompa yang berfungsi untuk memompa air dari reservoir menuju pelanggan. Wilayah distribusi Instalasi Kota Wisata meliputi Kota Wisata, Legenda Wisata, Limus Nunggal, Perkampungan dan reservoir Agrowisata. Terdapat 9 pompa yang beroperasi dan lainnya berfungsi sebagai cadangan dan ada juga yang mengalami kerusakan. Daftar pompa dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Data pompa distribusi
Instalasi Kota Wisata
Pompa |
Jenis |
Outlet Distribusi |
Keterangan |
Daya |
L/d |
Head (m) |
Pompa 1 |
Centrifugal |
Legenda Wisata |
Operasi |
55 |
70 |
50 |
Pompa 2 |
Centrifugal |
Legenda Wisata |
Operasi |
75 |
70 |
60 |
Pompa 3 |
Centrifugal |
Limus Nunggal dan Kota Wisata |
Rusak |
45 |
45 |
45 |
Pompa 4 |
Centrifugal |
Limus Nunggal dan Kota Wisata |
Operasi |
22 |
20 |
45 |
Pompa 5 |
Centrifugal |
Limus Nunggal dan Kota Wisata |
Operasi |
22 |
20 |
45 |
Pompa 6 |
Centrifugal |
Limus Nunggal dan Kota Wisata |
Rusak |
37 |
50 |
45 |
Pompa 7 |
Centrifugal |
Limus Nunggal dan Kota Wisata |
Operasi |
55 |
70 |
50 |
Pompa 8 |
Multistage Centrifugal |
Perkampungan (Cileungsi) |
Cadangan pompa 10 |
37 |
30 |
100 |
Pompa 9 |
Centrifugal |
Agrowisata |
Cadangan pompa 11 dan 12 |
90 |
50 |
100 |
Pompa 10 |
Multistage Centrifugal |
Perkampungan (Cileungsi) |
Operasi |
37 |
30.5 |
80 |
Pompa 11 |
Multistage Centrifugal |
Agrowisata |
Operasi |
75 |
50 |
100 |
Pompa 12 |
Multistage Centrifugal |
Agrowisata |
Operasi |
75 |
50 |
100 |
Pada tabel
1 dapat dilihat bahwa tidak semua
pompa beroperasi, dari 12 unit pompa
terdapat 8 pompa yang beroperasi. Beberapa pompa beroperasi secara bergantian seperti pompa Legenda Wisata (pompa 1 dan 2), pompa Perkampungan (pompa 10 dan 8) dan sebagian pompa Limus Nunggal
dan Kota Wisata (pompa 7, pompa 4 dan pompa 5). Terdapat pompa yang beroperasi secara paralel yaitu pompa
Limus Nunggal dan Kota Wisata (pompa 4 dan 5) serta pompa Agrowisata
(pompa 11 dan 12). Berdasarkan
data-data tersebut pengukuran
dilakukan pada 8 pompa yang
beroperasi.
Data-data hasil
pengukuran diolah dengan menghitung hasil perbandingan daya listrik yang digunakan dan debit yang dihasilkan
sehingga diperoleh nilai Konsumsi Energi Spesifik (KES) untuk masing-masing pompa yang
mana dapat dilihat pada tabel 2. Nilai KES diperoleh menggunakan persamaan sebagai berikut:
Tabel 2. Data nilai rata-rata harian konsumsi energi spesifik distribusi Instalasi Kota Wisata
Pompa |
Hari ke- |
Debit (m3/jam) |
Daya |
KES/SEC (Kwh/m3) |
Outlet |
Pompa
1 |
1 |
220,73 |
58,42 |
0,26 |
Legenda Wisata |
2 |
236,45 |
59,38 |
0,25 |
||
3 |
279,71 |
60,50 |
0,22 |
||
Rata-rata |
245,63 |
59,43 |
0,24 |
||
Pompa
2 |
1 |
197,07 |
73,67 |
0,37 |
Legenda Wisata |
2 |
212,02 |
72,88 |
0,34 |
||
3 |
195,61 |
73,30 |
0,37 |
||
Rata-rata |
201,57 |
73,28 |
0,36 |
||
Pompa
4 dan Pompa 5 |
1 |
158,21 |
46,03 |
0,32 |
Limus dan Kota Wisata |
2 |
150,09 |
46,08 |
0,33 |
||
3 |
151,99 |
46,03 |
0,33 |
||
Rata-rata |
153,43 |
46,05 |
0,33 |
||
Pompa
7 |
1 |
232,83 |
53,73 |
0,23 |
Limus dan Kota Wisata |
2 |
247,05 |
54,39 |
0,22 |
||
3 |
255,01 |
57,65 |
0,23 |
||
Rata-rata |
244,96 |
55,26 |
0,23 |
||
Pompa
10 |
1 |
65,31 |
21,50 |
0,31 |
Perkampungan |
2 |
68,23 |
21,45 |
0,33 |
||
3 |
74,91 |
21,34 |
0,28 |
||
Rata-rata |
69,48 |
21,43 |
0,31 |
||
Pompa
11 dan Pompa 12 |
1 |
263,39 |
137,97 |
0,52 |
Agrowisata |
2 |
259,85 |
129,33 |
0,50 |
||
3 |
267,29 |
131,43 |
0,49 |
||
Rata-rata |
263,51 |
132,91 |
0,50 |
Dari hasil olah data dapat dilihat bahwa terdapat pompa yang memiliki indikasi tidak efisien karena memiliki nilai KES diatas standar yaitu 0.4 Kwh/m3 (Balai Teknik Air Minum, 2014) yaitu pompa booster Agrowisata 1 (pompa 11) dan Agrowisata 2 (pompa 12) dengan nilai KES sebesar 0,50. Secara operasi kedua pompa booster beroperasi secara paralel selama 24 jam. Susunan paralel dapat digunakan bila diperlukan kapasitas yang besar yang tidak dapat dipenuhi oleh satu pompa saja, atau bila diperlukan pompa cadangan yang akan dipergunakan bila pompa utama rusak/diperbaiki (Tyler G. Hicks, 2008). Berdasarkan dari nilai KES, kedua pompa ini memiliki indikasi adanya inefisiensi dan perlu adanya rencana tindakan peningkatan efisiensi energi pada pompa Agrowisata.
Pompa distribusi Agrowisata berada di rumah pompa 2 Instalasi Kota Wisata dan berjumlah 3 unit dimana terdapat 2 pompa beroperasi (pompa 11 dan 12) dan 1 pompa lainnya sebagai cadangan (pompa 9). Pompa yang digunakan adalah pompa sentrifugal multistage (pompa 11 dan 12) dan pompa sentrifugal (pompa 9). Pompa 11 dan pompa 12 masing-masing memiliki daya sebesar 75 kw dan beroperasi selama 24 jam secara paralel. Kapasitas desain debit ketiga pompa tersebut adalah 50 l/d. Pompa distribusi Agrowisata dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Pompa distribusi
Agrowisata
Untuk mengetahui debit air yang didistribusikan terdapat water meter yang terpasang. Pengukuran dilakukan dalam 3 hari selama 12 jam mulai tanggal 17, 19 dan 21 Agustus 2021. Pengambilan data dilakukan setiap 1 jam dari pukul 09.00 hingga pukul 20.00. Rata -rata hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel�� 4.11.
Tabel 3. Hasil pengukuran debit Agrowisata
Pompa |
Tanggal |
Waktu |
Debit (l/d) |
Debit Desain (l/d) |
Pompa 11 |
17 Agustus 2021 |
09.00 - 20.00 |
37,10 |
50 |
19 Agustus 2021 |
09.00 - 20.00 |
36,60 |
50 |
|
21 Agustus 2021 |
09.00 - 20.00 |
37,65 |
50 |
|
Pompa 12 |
17 Agustus 2021 |
09.00 - 20.00 |
37,10 |
50 |
19 Agustus 2021 |
09.00 - 20.00 |
36,60 |
50 |
|
21 Agustus 2021 |
09.00 - 20.00 |
37,65 |
50 |
Pada tabel 3, debit rata-rata tertinggi sebesar 37,65 l/d dan debit rata-rata terendah sebesar 36,60 l/d. Debit air yang didistribusikan tidak terpengaruh oleh jam puncak atau non puncak karena pompa ini berfungsi mendistribusikan air dari reservoir Istalasi Kota Wisata menuju reservoir Agrowisata. Untuk daya nyata rata-rata pompa 11 sebesar 69,92 Kw dan pompa 12 sebesar 73,28 Kw. Daya rata-rata yang terukur mendekati daya nyata yang tercantum dalam nameplate pompa. Data rata-rata hasil pengukuran parameter kelistrikan pompa 11 dan pompa 12 tersaji dalam tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil pengukuran parameter kelistrikan Agrowisata
Pompa |
Parameter Kelistrikan |
Hasil Pengukuran (rata-rata) |
Pompa 11 |
Tegangan (Voltase) |
394.1 |
Arus (Ampere) |
119.6 |
|
Faktor Daya |
0.86 |
|
Frekuensi |
50,06 |
|
Daya (Kw) |
69,92 |
|
Pompa 12 |
Tegangan (Voltase) |
391,5 |
Arus (Ampere) |
108.7 |
|
Faktor Daya |
0.86 |
|
Frekuensi |
50.09 |
|
Daya (Kw) |
62,99 |
Pada tabel 4 dapat dilihat untuk parameter kelistrikan dari pompa 11 dan pompa 12 seperti parameter tegangan, frekuensi, dan faktor daya masih dalam kondisi normal karena masih dalam batasan kriteria teknik serta arus (ampere) yang masih sesuai nameplate. Batas deviasi parameter tegangan adalah 10% dan hasil pengukuran berada dibawah batas yaitu sebesar 3,71% untuk pompa 11 dan 3,03% untuk pompa 12. Parameter frekuensi memiliki batas deviasi sebesar 5% dan hasil pengukuran menunjukkan deviasi sebesar 0,12% untuk pompa 1 dan 0,18% untuk pompa 12. Faktor daya memiliki standar nilai sebesar 0,85 dan hasil pengukuran menunjukkan nilai faktor daya berada diatas standar yaitu 0,86 untuk kedua pompa.
Hasil pengukuran pada tabel 2 menunjukkan bahwa konsumsi energi untuk pompa 11 dan pompa 12 memiliki indikasi tidak efisien karena berada diatas standar maksimal konsumsi energi spesifik yaitu 0,4 Kwh/m3. Selanjutnya dilakukan perhitungan efisiensi total pompa dan efisiensi motor pompa menggunakan persamaan sebagi berikut:
Dimana
:
PH = daya hidrolis
PS = daya shaft/poros pompa
Daya hidrolis adalah daya yang diperlukan oleh pompa untuk mengangkat sejumlah zat cair
pada ketinggian tertentu. Daya hidrolis dapat
dicari dengan persamaan berikut:
Dimana
:
ρ = Massa jenis, kg/m3
g = Gaya gravitasi
H = Head, m
Q = Debit, m3/s
Efisiensi motor dapat
dihitung dengan menghitung load factor motor pompa
menggunakan teknik Voltage
Compensated Amperage Ratio (Kementerian PUPR, 2014), yaitu:
Dimana:
LF ����� : Faktor beban (Load Factor)
I ukur������ : Ampereterukur prorate dari tiga phasa
Vukur �� : Voltage terukur rata � rata antar phasa
Inp ������ : Arus sesuai name plate
Vnp ����� : Voltage antar phasa sesuai name plate
Setelah faktor beban motor diketahui, maka
efisiensi motor dapat dihitung memakai rumus seperti berikut (Kementerian PUPR, 2014) (Kiplangat,
2012):
Dimana:
Pnp������ = Daya motor sesuai name plate (kW)
Pin������� = Daya terukur (daya aktual)
Untuk efisiensi total pompa diatas 60% masih dapat digunakan, 50%-60% memerlukan perbaikan minor dan jika dibawah 50% membutuhkan perbaikan mayor (Kementerian PUPR, 2014). Pada tabel 5 dapat dilihat efisiensi pompa dari pompa 11 dan pompa 12 berada dibawah kriteria teknik yang dianjurkan yaitu 46,43%. Efisiensi motor menunjukkan masih stabil karena faktor beban diatas 50% yaitu 0,93 untuk pompa 11 dan 0,84 untuk pompa 12.
Selanjutnya untuk rata-rata nilai efisiensi total pompa dan efisiensi motor tersaji dalam tabel 5.
Tabel 5. Nilai efisiensi total pompa dan efisiensi motor Agrowisata
Pompa |
Hari ke- |
Daya hidrolik |
Efisiensi pompa |
Load Factor |
Efisiensi motor pompa |
Outlet |
Pompa 11 |
1 |
61,6 |
44,68 |
0,947 |
100 |
Agrowisata |
2 |
60,8 |
47,02 |
0,899 |
100 |
||
3 |
62,6 |
47,60 |
0,952 |
100 |
||
Rata-rata |
61,7 |
46,43 |
0,933 |
100 |
|
|
Pompa 12 |
1 |
61,6 |
44,68 |
0,826 |
100 |
Agrowisata |
2 |
60,8 |
47,02 |
0,896 |
100 |
||
3 |
62,6 |
47,60 |
0,803 |
100 |
||
Rata-rata |
61,7 |
46,43 |
0,842 |
100 |
|
Efisiensi yang rendah pada pompa dapat disebabkan karena dalam pengoperasian terdapat pengaturan valve pada discharge pompa untuk mengatur debit yang dihasilkan. Kondisi ini dapat menyebabkan performa pompa menjadi tidak maksimal sehingga terlihat dari efisiensi yang berada dibawah kriteria. Pengaturan valve pompa dapat menyebabkan penurunan dalam hal efisiensi, operasi, biaya dan keandalan pompa sehingga perlu mempertimbangkan metode operasi yang digunakan (Wu, Lai, Wu, & Wang, 2015). Selain itu, efisiensi rendah dapat terjadi karena kondisi paralel mengubah kinerja pompa akibat operasi bersamaan dalam satu sistem. Pompa yang beroperasi secara paralel dapat meningkatkan jumlah debit tetapi tidak dengan tekanan pompa. Rendahnya nilai efisiensi kinerja pompa dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti desain sistem yang tidak optimal, adanya kavitasi, instalasi listrik yang tidak tepat, pola pengoperasian tidak tepat, turunnya kinerja peralatan listrik dan pompa, serta pemeliharaan pompa yang tidak sempurna (Muji dkk., 2014).
Berdasarkan hasil pengukuran pompa yang
telah dilakukan energi listrik yang dibutuhkan oleh pompa untuk mendistribusikan air dari
reservoir Instalasi Kota Wisata
menuju reservoir Agrowisata
dapat dihitung. Perhitungan tersebut
dapat dilihat pada tabel 6 dengan mempertimbangkan pemakaian pompa di Waktu Beban
Puncak (WBP) yakni pada pukul 17.00-22.00 dan Luar Waktu Beban Puncak (LWBP)
yakni pukul 23.00-16.00.
Tabel 6. Pemakaian energi
listrik dan biaya listrik pompa Agrowisata
Pompa |
Pemakaian (Kwh) |
Biaya (Rp) |
Total/hari |
Produksi air (m3) |
|||
LWBP |
WBP |
LWBP |
WBP |
Energi (Kwh) |
Biaya (Rp) |
||
Agrowisata |
2.629,6 |
692 |
1.035,78 |
1.553,67 |
3.321,6 |
3.798.827 |
6.665,8 |
Pada tabel 6 dapat
dilihat bahwa biaya listrik yang perlu dikeluarkan oleh Perumda Air Minum Tirta Kahuripan sebanyak Rp 3.798.827,00 per hari
atau Rp 113.964.810,00 per bulan.
Berdasarkan perhitugan nilai konsumsi energi spesifik dan efisiensi total pompa yang tidak masuk dalam
kriteria teknis maka perlu ada
tindakan peningkatan efisiensi energi dengan mengganti pompa eksisting. Selain mengganti pompa ditambahkan juga pemasangan inverter VSD (Variable Speed Drive). Pompa yang akan
digunakan menggunakan spesifikasi dengan debit 90 l/d,
head 100 meter, putaran 1500 rpm dan daya 160 Kw. Pompa baru ini direncanakan
beroperasi secara tunggal dan menggunakan VSD.� Penggunaan VSD dapat menghemat penggunaan energi pada sistem distribusi dengan kondisi operasi yang tinggi (Marchi, Simpson,
& Ertugrul, 2012).
Menurut data pengukuran pompa Agrowisata debit terendah sebesar 68,24 l/d dan
debit tertinggi sebesar
77,15 l/d dengan daya 138,4
Kw sehingga pengaturan frekuensi pompa dapat ditentukan.
Pada pompa
sentrifugal prinsip merubah putaran impeller dapat digunakan untuk mengatur debit dan head. Putaran dapat diatur
menggunakan cara mekanis maupun elektronis. Penggunaan cara elektronis lebih banyak digunakan
karena lebih mudah dalam pengaturan
secara kontinyu. Persamaan yang menunjukkan hubungan antar putaran pompa dengan
kapasitas, head dan daya pompa dapat dinyatakan
hukum kesebangunan pompa (affinity laws) seperti
persamaan berikut (Kementerian PUPR, 2014) (BPMA & Gambica,
2009):
Keterangan:
Q1������� =
Debit saat frekuensi 50 Hz
(l/d)
Q2������� =
Debit sesuai frekuensi yang
diinginkan (l/d)
H1������� =
Head (tekanan) saat frekuensi 50 Hz (l/d)
H2������� =
Head (tekanan) sesuai frekuensi yang diinginkan (l/d)
P1�������� =
Daya saat frekuensi 50 Hz (l/d)
P2�������� =
Daya sesuai frekuensi yang diinginkan (l/d)
n1�������� =
Frekuensi 50 Hz (l/d)
n2�������� =
Frekuensi yang diinginkan
(l/d)
Dimana Q2, H2 dan P2
adalah debit, head dan daya
poros motor pada kecepatan atau frekuensi n2 <
frekuensi maksimal; Q1,
H1 dan P1 adalah debit, head
dan daya poros motor pada kecepatan atau frekuensi n1 = frekuensi
maksimal (Stoffel, 2015.).
Berikut ini gambaran hubungan antar putaran pompa
dengan kapasitas, head dan daya pada pompa baru yang dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut:
Tabel 7 Hubungan antar putaran pompa dengan
kapasitas, head dan daya pompa baru
Frekuensi (Hz) |
Q (l/d) |
H (m) |
P (Kwh) |
ns (rpm) |
nr (rpm) |
50 |
90 |
100 |
160 |
1500 |
1480 |
45 |
81 |
81 |
116,6 |
1350 |
1332,5 |
40 |
72 |
64 |
81,9 |
1200 |
1184,4 |
35 |
63 |
49 |
54,9 |
1050 |
1036,4 |
Pada
tabel 7 dapat dilihat bahwa terdapat
penurunan debit, head dan daya
seiring dengan penurunan frekuensi. Debit air
yang didistribusikan pompa menuju reservoir Agrowisata tidak terpengaruh oleh jam puncak pemakaian air sehingga penggunaan dapat dilakukan selama 24 jam dengan rentang frekuensi 40-50 Hz untuk mengurangi biaya pemakaian listrik. Debit pada frekuensi ini masih diatas
rata-rata debit pengukuran sehingga
diasumsikan masih memnuhi kebutuhan reservoir agrowisata. Berdasarkan perhitungan tabel 7 selanjutnya dapat juga dihitung untuk gambaran pemakaian energi dan biaya listrik. Berikut ini adalah gambaran
perbandingan pemakaian energi sebelum dan sesudah penggantian pompa serta penggunaan
inverter dapat dilihat pada
tabel 8 sebagai berikut:
�Tabel 8. Perbandingan
pemakaian energi sebelum dan sesudah penggantian pompa serta penggunaan inverter
Kondisi |
Pemakaian (Kwh) |
Biaya (Rp) |
Total |
Produksi air (m3) |
|||
LWBP |
WBP |
LWBP |
WBP |
Energi (Kwh) |
Biaya (Rp) |
||
Eksisting |
2.629,6 |
692 |
1.035,78 |
1.553,67 |
3.321,6 |
3.798.827 |
6.665,8 |
Ganti pompa serta pemasangan VSD |
2.216,2 |
583,2 |
1.035,78 |
1.553,67 |
2.799,4 |
3.201.555 |
6.998,4 |
����������� Pada tabel
8 dapat dilihat terdapat penurunan pemakaian energi listrik sebesar 522,2 Kw dan terdapat penurunan biaya listrik sebesar
Rp 597.272,00 dalam 24 jam operasi
dengan adanya penggantian pompa serta pemasangan inverter VSD. Selain itu nilai
konsumsi energi spesifik yang dihasilkan menurun menjadi 0,40 Kwh/m3
dari nilai pengukuran sebesar 0,5 Kwh/m3.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengukuran dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut.
1. Komsumsi energi spesifik rata-rata pompa distribusi Instalasi Kota Wisata masih berada
dalam standar kriteria teknik dan terdapat satu pompa
yang memiliki nilai konsumsi energi spsesifik diatas standar yaitu pompa
agrowisata sebesar 0,5
Kwh/m3 dimana standar
konsumsi energi spesifik adalah 0,4 Kwh/m3.
2. Sistem pompa Agrowisata eksisting membutuhkan perbaikan mayor dikarenakan efisiensi total pompa Agrowisata masih rendah sebesar 46,43%.���
3. Kegiatan peningkatan efisiensi energi yang dapat dilakukan terhadap pompa Agrowisata adalah dengan melakukan penggantian pompa serta pemasangan VSD yang
mana dapat
menghemat energi 522,2 kWh/hari atau menurunkan biaya energi dari dari
Rp 419,4/m3 menjadi Rp 370,9/m3.
Balai Teknik Air Minum. (2014). Efisiensi
Energi. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Google
Scholar
Bene, J�zsef
Gergely, Selek, Istv�n, & H�s, Csaba. (2010). Neutral Search Technique for
Short-Term Pump Schedule Optimization. Journal of Water Resources Planning
and Management, 136(1), 133�137. https://doi.org/10.1061/(asce)0733-9496(2010)136:1(133)
Google
Scholar
BPMA, &
Gambica. (2009). Variable Speed Driven Pumps. 0�47. Google Scholar
Dewi, Kharina
Hardiana, Koosdaryani, & Muttaqien, Adi Yusuf. (2015). Analisis Kehilangan
Air Pada Pipa Jaringan Distribusi Air Bersih PDAMKecamatan Baki , Kabupaten
Sukoharjo. E-Jurnal Matriks Teknik Sipil, 9(1), 16 hal. Google Scholar
Direktorat Air
Minum. (2020). Buku Kinerja BUMD Air Minum 2020. 1�168. Google
Scholar
Kementerian
ESDM. (2017). Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia Nomor 14 TAHUN 2012. BMC Public Health, 5(1), 1�8. Google
Scholar
Kementerian
PUPR. (2014). Pedoman Pelaksanaan Efisiensi Energi di PDAM. 82. Google
Scholar
Kiplangat,
Calvin. (2012). an Energy Assessment of the Water Pumping Systems At the
Gigiri Pumping Station By : Energy Management Department of Mechanical
and Manufacturing Engineering University of Nairobi. (October). Google Scholar
Marchi, A.,
Simpson, A. R., & Ertugrul, N. (2012). Assessing variable speed pump
efficiency in water distribution systems. Drinking Water Engineering and
Science, 5(1), 15�21. https://doi.org/10.5194/dwes-5-15-2012 Google Scholar
Muji, Akhmad,
Dan, Hartono, & Aziz, Amiral. (2014). EVALUASI EFISIENSI POMPA
SENTRIFUGAL PADA UNIT PENGOLAHAN AIR MINUM PUSAT DISTRIBUSI CILINCING
Evaluation of the Centrifugal Pump Efficiency at the Cilincing Distribution
Water Treatment Unit 1) 2). 1�10. Google
Scholar
Mulyono,
Mulyono. (2020). Implementasi Demand Side Management (DSM) Pada Instalasi
Pengolahan Air PDAM Mulia Baru. Energi & Kelistrikan, 12(1),
43�52. https://doi.org/10.33322/energi.v12i1.934 Google Scholar
Pandey, Sonam,
Singh, R. P., & Mahar, P. S. (2020). Optimal Pipe Sizing and Operation of
Multistage Centrifugal Pumps for Water Supply. Journal of Pipeline Systems
Engineering and Practice, 11(2), 04020007.
https://doi.org/10.1061/(asce)ps.1949-1204.0000447 Google
Scholar
Rizki Syahputra,
Luqvi, Budiarto, Rachmawan, & Wilopo, Wahyu. (2018). Energy Saving Potency
and Maintenance Costs Reduction in Water Treatment Plant (WTP) Pengok PDAM
Tirtamarta Yogyakarta. Proceedings - 2018 4th International Conference on
Science and Technology, ICST 2018, 1(February 2019), 1�6.
https://doi.org/10.1109/ICSTC.2018.8528582 v Google Scholar
Saravanan, K.,
Anusuya, E., Kumar, Raghvendra, & Son, Le Hoang. (2018). Real-time water
quality monitoring using Internet of Things in SCADA. Environmental
Monitoring and Assessment, 190(9).
https://doi.org/10.1007/s10661-018-6914-x Google Scholar
Stoffel. (2015).
Assessing the Energy Efficiency of Pumps and Pump Units, 1st ed.; Elsevier:
Darmstadt, Germany, 2015. Google
Scholar
Tyler G. Hicks (2008),
Pump Operational And Maintenance, McGraw-Hill Publishing Company Ltd., New
Delhi. (2021).. Google
Scholar
Wu, Peng, Lai, Zhounian,
Wu, Dazhuan, & Wang, Leqin. (2015). Optimization Research of Parallel Pump
System for Improving Energy Efficiency. Journal of Water Resources Planning
and Management, 141(8), 04014094.
https://doi.org/10.1061/(asce)wr.1943-5452.0000493 Google Scholar
Copyright holder: Rizeki Nanda Utama, Agus Slamet, Ade Syaiful Rachman |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |