Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN
: 2548-1398
Vol. 6,
Special
Issue No. 2, Desember 2021
Julius Heryadi, Muhammad Handry Imansyah, Fifi Swandari
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lambung Mangkurat,
Kalimantan Selatan, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected],
Abstrak
Kalimantan
Selatan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai pintu gerbang Ibukota
Negara dan Penyangga Program Nasional Food Estate di Kalimantan Tengah memiliki
peranan penting terhadap angka laju pertumbuhan ekonomi nasional. Pembangunan ekonomi yang tinggi dan bersifat jangka panjang menjadi target
pembangunan daerah. Peranan sektor pertanian dan pertambangan masih menjadi
unggulan� yang memiliki tingkat kepekaan
yang kuat terhadap permintaan sehingga menjadi penggerak dan pendorong terhadap
angka pertumbuhan sektor yang lain. Tingginya angka ketergantungan terhadap
sektor pertambangan sebagai penyumbang angka terbesar bagi pertumbuhan ekonomi
di Kalimantan Selatan menjadi peluang dan tantangan pemerintah di masa yang
akan datang, hal ini terlihat pada laju pertumbuhan ekonomi berdasarkan PDRB
atas harga konstan yang fluktuatif dan cenderung penurunan (BPS tahun 2020) dibandingkan provinsi lainnya di Kalimantan
akibat turunnya ekspor batubara dan alih fungsi lahan dari daerah produktif
menjadi daerah pertambangan.Oleh karena itu untuk mengantisipasi ketertinggalan
dan ketimpangan pertumbuhan ekonomi dengan provinsi lain di Kalimantan
diperlukan metode dan alat ukur yang tepat sehingga diharapkan menjadi acuan
pemerintah dalam menentukan arah kebijakan pembangunan yang dilaksanakan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor-sektor mana saja yang memiliki tingkat efesiensi dan dampak nilai tambah yang berpengaruh terhadap� laju pertumbuhan ekonomi di Kalimantan
Selatan, dengan menggunakan analisa tabel input �output tahun 2010 dan 2016
ditemukan bahwa terjadi perubahan struktur ekonomi di Kalimantan Selatan.
Pertumbuhan Sektor Peternakan; Industri Pengolahan, Ketenagalistrikan, Jasa
Informasi dan Komunikasi memiliki kemampuan sebagai sektor pendorong dan
penggerak pembangunan selain sektor pertanian dan pertambangan di Kalimantan
Selatan.�
Kata Kunci: pembangunan daerah; laju pertumbuhan ekonomi; arah kebijakan;�� efisiensi dan dampak nilai tambah
South Kalimantan, which is designated by the central government as
the gateway to the State Capital and buffers of the National Food Estate
Program in Central Kalimantan, has an important role to play in the national
economic growth rate. High economic development and long-term is a target for
regional development. The role of the agricultural and mining sectors is still
a superior that has a strong level of sensitivity to demand so that it becomes
a driver and driver of the growth figures of other sectors. The high number of
dependencies on the mining sector as the largest contributor to economic growth
in South Kalimantan becomes opportunities and challenges of the government in
the future, this is seen in the pace of economic growth based on GDP on
constant prices that are fluctuating and tend to decline (BPS, 2020) compared to other provinces in
Kalimantan due to the decline in coal exports and the transfer of land
functions from productive areas to mining areas. Therefore, to anticipate the
lag and inequality of economic growth with other provinces in Kalimantan, the
right methods and measuring instruments are needed so that it is expected to be
a reference for the government in determining the direction of development
policies implemented. This research aims to identify which sectors have
efficiency levels and value-added impacts that affect the rate of economic
growth in South Kalimantan, using an analysis of input -output tables in 2010
and 2016 found that there was a change in economic structure in South
Kalimantan. Growth of the Livestock Sector; Processing Industry, Electricity,
Information and Communication Services has the ability as a driving sector and
driver of development in addition to the agricultural and mining sectors in
South Kalimantan.
Keywords: of regional development; rate
of economic growth; policy direction, efficiency and impact of added value
Pendahuluan
Pembangunan ekonomi
sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor ekonomi setiap daerah merupakan
daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang cenderung fluktuatif. Laju
pertumbuhan ekonomi berdasarkan data pendapatan domestik regional bruto (PDRB)
atas dasar harga konstan� ekonomi pada
tahun 2019 provinsi sebesar 4,08 Persen paling
rendah dibandingkan provinsi lain di pulau. Provinsi utara sebesar 6.90 Persen, provinsi� tengah sebesar
6,12
Persen, provinsi� barat sebesar 5,09 Persen, provinsi timur sebesar 4,74 Persen. Berdasarkan hal tersebut untuk mengantisipasi ketertinggalan dan
ketimpangan terhadap pertumbuhan perekonomian dari provinsi lain di� perlu dilakukan identifikasi terhadap
sektor-sektor penggerak dan pendorong utama perekonomian dengan menggunakan
metode penelitian dan alat ukur yang tepat sehingga perekonomian tumbuh dengan
lebih cepat dan sehingga dapat memeberikan berkontribusi terhadap laju pertumbuhan
ekonomi pada provinsi�� pada khususnya
dan perekonomian nasional pada umumnya.
Pembangunan daerah
berbasis pengembangan wilayah memandang pentingnya keterpaduan sektoral,
spasial serta keterpaduan antar pelaku-pelaku pembangunan di dalam dan antar
wilayah provinsi. Keterpaduan sektoral menuntut adanya keterkaitan fungsional
dan sinergis antar sektor-sektor pembangunan, sehingga setiap program-program
pembangunan di dalam kelembagaan sektoral selalu dilaksanakan dalam kerangka
pembangunan wilayah. Salah satu bentuk dari terjadinya kegagalan pemerintahan
(government failure) di masa lalu adalah kegagalan didalam menciptakan
keterpaduan sektoral yang sinergis di dalam kerangka pembangunan wilayah.
Lembaga-lembaga (instansi) sektoral di tingkat wilayah/daerah sering jadi hanya
berupa perpanjangan dari lembaga-sektoral di tingkat nasional/pusat dengan
sasaran pembangunan, pendekatan dan perilaku yang tidak sinergis dengan lembaga
yang dibutuhkan sektoral di tingkat daerah.
Berdasarkan data Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi��
menurut lapangan usaha pada kurun waktu 2010-2019 sebesar Rp.180,74 triliun. Secara tahunan mengalami kenaikan sebesar Rp.9,05 triliun dibandingkan dengan tahun 2018 yang mencapai R171,69 triliun. Perubahan struktur ekonomi memberikan gambaran
terhadap arah pembangunan yang sedang berlangsung yang biasanya bergantung pada
efesiensi dan ekspolitasi sumberdaya, adanya penggunaan teknologi dalam proses
produksi pada suatu sektor memberikan tingkat efesiensi yang tinggi sehingga
tumbuh lebih cepat sehingga mampu berkinerja lebih efisien.
1.
Analisa Input � output
Merupakan suatu
peralatan analisis keseimbangan umum. Analisis ini di dasarkan suatu situasi
perekonomian, dan bukan pendekatan teoretis ala Walras semata. Keseimbangan
dalam analisis input-output ini adalah pada sisi produksi. Teknologi produksi
yang digunakan oleh perekonomian tersebut memegang peran penting dalam analisis
ini. Lebih spesifik lagi, teknologi yang memegang peranan besar adalah
teknologi dalam kaitan dengan penggunaan input antara. Sampai tahap tertentu,
input primer dianggap sebagai variable eksogen, seperti halnya sisi permintaan
akhir juga kerap dijadikan sebagai variable endogen.
2.
Pembangunan Ekonomi Daerah���������
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah
daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk
suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk
menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan
ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam
pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan- kebijakan
pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang
bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumberdaya
manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini
mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari
daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja
baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi. Pembangunan ekonomi daerah
adalah suatu proses. Yaitu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi
baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga
kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi
pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan pengembangan perusahaan-perusahaan
baru. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk
meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam
upaya untu mencapai tujuan tesebut. Pemerintah daerah dan masyarakatnya harus
secara berama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.
Metode Penelitian
Penelitian
dilakukan di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan , dipilih secara sengaja
(purposive) didasarkan pada beberapa pertimbangan, antara lain yaitu : Provinsi
Kalimantan Selatan memiliki aktivitas sumber daya alam yang berlimpah dan
sektor ekonomi yang kompleks, baik sektor pemerintahan; sektor pertanian,
perkebunan, peternakan hingga maupun sektor jasa sehingga layak untuk menjadi
obyek penelitian ekonomi sektoral. Waktu penelitian/pengumpulan data selama
lima (5) bulan, yaitu periode Januari 2021 � Mei
2021.
Jenis
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif analitis. Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu pemikiran ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang. Metode ini bertujuan membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir,
2013:54). Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang
menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa
yang ingin kita ketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses input
ouput di Provinsi Kalimantan Selatan terhadap pertumbuhan variabel sektor
ekonomi.
Unit
analisis adalah suatu yang berkaitan dengan fokus / komponen yang diteliti.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan
analisis kuantitatif. Analisis deskriptif bertujuan untuk menjelaskan
pertumbuhan sektor produktifitas sektoral di Provinsi Kalimantan Selatan dengan
menggunakan Tabel Input dan Output Tahun 2010 dan 2016. Sedangkan analisis
kuantitatif menggunakan pengukuran dengan metode Total Input Productivity (TFP)
untuk mengetahui pergerakan total produktifitas sektor unggulan apakan
cenderung melambat atau semakin cepat pertumbuhannya.
Penelitian
ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan
dari berbagai sumber lain yang dianggap relevan dengan penelitian. Untuk
keperluan analisis, data yang digunakan adalah data dari Tabel Input Output
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 dan klasifikasi 50x50 sektor. Untuk
kepentingan analisis dan ketersediaan data pendukung lainnya, maka dilakukan
agregasi sektor menjadi 30x30 sektor dengan mengacu pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha (KBLI) tahun 2016 di Update ke Tabel Input Output
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 dan 2016.Selain itu peneliti
mengumpulkan data lain yang akan digunakan dalam penelitian ini yakni berupa
data time series tahunan yaitu PDRB Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010-2016
atas dasar harga produsen.
Hasil dan Pembahasan
1.
Analisia
Indeks Daya Penyebaran (IDP) dan Indeks Daya Kepekaan (IDK)
Suatu sektor
yang memiliki daya penyebaran tinggi diartikan mempunyai daya dorong yang kuat
dibandingkan sektor lainnya sedangkan merupakan ukuran yang menggambarkan
banyaknya output yang harus diproduksi oleh suatu sektor untuk memenuhi
permintaan akhir .
2. Analisia Indeks Daya Penyebaran (IDP)
Tabel 1
Analisis Indeks Daya Penyebaran
(IDP)
Klasifikasi |
Sektor |
2010 |
2016 |
|
ptp |
1 |
0.8800 |
0.8262 |
|
pth |
2 |
0.7841 |
0.7854 |
|
pkst |
3 |
0.9242 |
0.8480 |
|
ptrnkn |
4 |
0.9634 |
1.2035 |
|
kehut |
5 |
0.8138 |
0.8069 |
|
perikn |
6 |
0.8299 |
0.9397 |
|
indsprtmb |
7 |
0.9753 |
0.9790 |
|
indspnglh |
8 |
1.4821 |
1.2859 |
|
indsteks |
9 |
0.9753 |
1.0279 |
|
indskykit |
10 |
1.1096 |
1.1729 |
|
indstkybrr |
11 |
0.9937 |
0.8479 |
|
indskma |
12 |
1.0454 |
0.9708 |
|
indskrt |
13 |
1.2390 |
1.1665 |
|
indsbbg |
14 |
1.0169 |
1.1239 |
|
indslgm |
15 |
0.9556 |
0.8662 |
|
indsbtbr |
16 |
0.7209 |
0.7010 |
|
ktnglstrk |
17 |
1.0688 |
1.2537 |
|
penganair |
18 |
1.1394 |
1.0239 |
|
konsreal |
19 |
1.1269 |
1.0184 |
|
perdmom |
20 |
0.9807 |
0.9216 |
|
jsangkt |
21 |
0.9908 |
0.9711 |
|
jsmamin |
22 |
1.2340 |
1.3056 |
|
jsako |
23 |
1.0728 |
1.1172 |
|
psprgd |
24 |
1.0810 |
1.0360 |
|
jsinfkmks |
25 |
0.8836 |
1.0360 |
|
jslmbkeu |
26 |
0.9655 |
0.8988 |
|
jasdmpem |
27 |
0.7109 |
0.9896 |
|
japenddkn |
28 |
0.9394 |
0.9675 |
|
jskeshtn |
29 |
1.1135 |
1.0307 |
|
jalain |
30 |
1.0109 |
0.8827 |
|
|
Total |
30 |
30 |
|
|
Rata-rata |
1 |
1 |
|
3. Indeks Daya
Kepekaan (IDK)
Tabel 2
Indeks Daya Kepekaan (IDK)
Klasifikasi |
Sektor |
2010 |
2016 |
|
ptp |
1 |
1.1291 |
1.0351 |
|
pth |
2 |
0.8399 |
0.7216 |
|
pkst |
3 |
1.4597 |
1.3246 |
|
ptrnkn |
4 |
0.8126 |
1.0111 |
|
kehut |
5 |
0.8220 |
0.8432 |
|
perikn |
6 |
0.7988 |
0.8946 |
|
indsprtmb |
7 |
1.1850 |
1.0715 |
|
indspnglh |
8 |
1.4407 |
1.6519 |
|
indsteks |
9 |
0.7378 |
0.7529 |
|
indskykit |
10 |
0.8555 |
0.9823 |
|
indstkybrr |
11 |
0.7981 |
0.7425 |
|
indskma |
12 |
1.8148 |
0.9044 |
|
indskrt |
13 |
0.9482 |
0.8753 |
|
indsbbg |
14 |
0.8137 |
0.8954 |
|
indslgm |
15 |
0.7254 |
0.7377 |
|
indsbtbr |
16 |
0.7109 |
0.7010 |
|
ktnglstrk |
17 |
1.0933 |
1.1939 |
|
penganair |
18 |
0.9303 |
0.8183 |
|
konsreal |
19 |
1.0604 |
1.4946 |
|
perdmom |
20 |
1.7302 |
1.6538 |
|
jsangkt |
21 |
1.7627 |
1.4149 |
|
jsmamin |
22 |
0.8428 |
0.7976 |
|
jsako |
23 |
0.7548 |
0.7890 |
|
psprgd |
24 |
0.9101 |
0.8406 |
|
jsinfkmks |
25 |
0.9342 |
1.1765 |
|
jslmbkeu |
26 |
1.9709 |
1.4990 |
|
jasdmpem |
27 |
0.7109 |
0.7465 |
|
japenddkn |
28 |
0.7436 |
0.7341 |
|
jskeshtn |
29 |
0.7347 |
0.7478 |
|
jalain |
30 |
0.9288 |
0.9484 |
|
|
Total |
30 |
30 |
|
|
Rata-rata |
1 |
1 |
|
Keterangan Kode Sektor :
1.��� Pertanian
Tanaman Pangan
2.��� Pertanian
Tanaman Hortikultura Semusim, Hortikultura Tahunan, dan Lainnya
3.��� Perkebunan
Semusim dan Tahunan
4.��� Peternakan
5.��� Kehutanan
dan Penebangan Kayu
6.��� Perikanan
7.��� Pertambangan
8.��� Industri
Pengolahan
9.��� Industri
Tekstil dan Pakaian Jadi
10.� Industri
Kayu,Kulit,Anyaman dan Sejenisnya
11.� Industri
Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan
Sejenisnya
12.� Industri
Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional
13.� Industri
Karet, Barang dari Karet dan Plastik
14.� Industri
Barang Galian bukan Logam
15.� Industry
logam, mesin, alat-alat angkutan dan industry pengolahan lainnya
16.� Industri
Batubara dan Pengilangan Migas
17.� Ketenagalistrikan
18.� Pengadaan
Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang
19.� Kontruksi
dan Real Estate
20.� Perdagangan
Mobil dan Kendaraan Bermotor
21.� Jasa
Angkutan
22.� Jasa
Penyediaan Makan Minum
23.� Jasa
Penyediaan Akomodasi
24.� Jasa
Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan, Pos dan Kurir
25.� Jasa
Informasi dan Komunikasi
26.� Jasa
Lembaga keuangan, usaha persewaan, dan jasa perusahaan
27.� Jasa
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
28.� Jasa
Pendidikan
29.� Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial
30.� Jasa
Lainnya
Berdasarkan indeks daya penyebaran (DP) dan indeks derajat
kepekaan (DK) sektor ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 dan 2016
dapat dikelompokkan ke dalam 4 kelompok dengan menggunakan Analisa Tipologi Klassen
Tabel 3
Hasil
Analisa Tipologi Klasen Indeks Daya Penyebaran (DP) dan Indeks Derajat Kepekaan
(IDK) Berdasarkan Tabel I-O Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010
Analisa IDP
dan IDK Tahun 2010 |
|
Kuadran I IDP Tinggi dan IDK Tinggi ( IDP > 1 , IDK >1 ) -
Industri Pengolahan -
Ketenagalistrikan -
Kontruksi dan Real Estate |
Kuadran II IDP Rendah namun IDK Tinggi ( IDP < 1 , IDK > 1 ) -
Pertanian Tanaman Pangan -
Perkebunan Semusim dan Tahunan -
Industri Pertambangan -
Perdagangangan Mobil dan Kendaraan Bermotor -
Jasa Angkutan |
Kuadran III IDP dan IDK Rendah ( IDP < 1 , IDK <1 ) -
Pertanian Tanaman Hortikultura Semusim,
Hortikultura Tahunan, dan Lainnya -
Peternakan -
Kehutanan dan Penebangan Kayu -
Perikanan -
Industri Tekstil dan Pakaian Jadi -
Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan
Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya -
Industry logam, mesin, alat-alat angkutan dan
industry pengolahan lainnya -
Industri Batubara dan Pengilangan Migas -
Jasa Informasi dan Komunikasi -
Jasa Lembaga keuangan, usaha persewaan, dan jasa
perusahaan -
Jasa Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib -
Jasa Pendidikan |
Kuadran IV IDP Tinggi Namum IDK Rendah ( IDP > 1 , IDK < 1 ) -
Industri Kayu,Kulit,Anyaman dan Sejenisnya -
Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional -
Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik -
Industri Barang Galian bukan Logam -
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan
Daur Ulang -
Jasa Penyediaan Makan Minum -
Jasa Penyediaan Akomodasi -
Jasa Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan, Pos
dan Kurir -
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial -
Jasa Lainnya |
Tabel 4
Hasil
Analisa Tipologi Klasen Indeks Daya Penyebaran (DP) dan Indeks Derajat Kepekaan
(IDK) Berdasarkan Tabel I-O Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016
Analisa IDP
dan IDK Tahun 2016 |
|
Kuadran I IDP Tinggi dan IDK Tinggi ( IDP > 1 , IDK >1 ) -
Peternakan -
Industri Pengolahan -
Ketenagalistrikan -
Jasa Informasi dan Komunikasi |
Kuadran II IDP Rendah namun IDK Tinggi ( IDP < 1 , IDK > 1 ) -
Pertanian Tanaman Pangan -
Industri Pertambangan -
Perdagangangan Mobil dan Kendaraan Bermotor -
Jasa Angkutan -
Jasa Lembaga keuangan, usaha persewaan, dan jasa
perusahaan |
Kuadran III IDP dan IDK Rendah ( IDP < 1 , IDK <1 ) -
Pertanian Tanaman Hortikultura Semusim,
Hortikultura Tahunan, dan Lainnya -
Perkebunan Semusim dan Tahunan -
Kehutanan dan Penebangan Kayu -
Perikanan -
Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan
Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya -
Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional -
Industry logam, mesin, alat-alat angkutan dan
industry pengolahan lainnya -
Industri Batubara dan Pengilangan Migas -
Jasa Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib -
Jasa Pendidikan -
Jasa Lainnya |
Kuadran IV IDP Tinggi Namum IDK Rendah ( IDP > 1 , IDK < 1 ) -
Industri Tekstil dan Pakaian Jadi -
Industri Kayu,Kulit,Anyaman dan Sejenisnya -
Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik -
Industri Barang Galian bukan Logam -
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan
Daur Ulang -
Kontruksi dan Real Estate -
Jasa Penyediaan Makan Minum -
Jasa Penyediaan Akomodasi -
Jasa Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan, Pos
dan Kurir -
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial |
4. Analisa Dampak Nilai Tambah Bruto
Nilai Tambah
Bruto (NTB) adalah input primer yang merupakan bagian dari input secara
keseluruhan. Sesuai dengan asumsi dasar yang digunakan dalam penyusunan tabel
IO, hubungan antara NTB dengan output bersifat linear. Artinya, kenaikan atau
penurunan output akan diikuti secara proporsional. Analisa ini secara baris
bertujuan untuk melihat penciptaan NTB di salah satu sektor yang mempengaruhi
output dan secara kolom menunjukkan pengaruh dari masing- masing komponen
permintaan akhir terhadap proses penciptaan NTB di masing- masing sektor
perekonomian.
5.
Analisa
Dampak Nilai Tambah Bruto Terhadap Konsumsi Rumah Tangga
Klasifikasi |
Sektor |
301 |
Naik/Turun |
||
2010 |
2016 |
||||
ptp |
1 |
1,379,083.42 |
2,846,079.76 |
1,466,996.35 |
|
pth |
2 |
914,392.04 |
315,195.47 |
(599,196.57) |
|
pkst |
3 |
1,138,843.71 |
2,940,311.93 |
1,801,468.22 |
|
ptrnkn |
4 |
905,195.81 |
1,788,178.84 |
882,983.03 |
|
kehut |
5 |
145,139.48 |
202,903.32 |
57,763.84 |
|
perikn |
6 |
2,215,535.17 |
4,289,314.65 |
2,073,779.48 |
|
indsprtmb |
7 |
142,721.05 |
400,876.34 |
258,155.29 |
|
indspnglh |
8 |
1,718,734.81 |
6,783,024.70 |
5,064,289.89 |
|
indsteks |
9 |
54,487.41 |
297,645.60 |
243,158.19 |
|
indskykit |
10 |
301,970.45 |
458,691.36 |
156,830.28 |
|
indstkybrr |
11 |
18,806.39 |
146,060.54 |
127,254.15 |
|
indskma |
12 |
56,011.68 |
458,691.36 |
402,679.68 |
|
indskrt |
13 |
123,305.50 |
766,840.62 |
643,535.12 |
|
indsbbg |
14 |
161,956.41 |
447,838.24 |
285,881.82 |
|
indslgm |
15 |
14,168.33 |
302,212.61 |
288,044.28 |
|
indsbtbr |
16 |
- |
- |
- |
|
ktnglstrk |
17 |
330,909.41 |
596,262.94 |
265,353.53 |
|
penganair |
18 |
110,885.75 |
701,910.57 |
591,024.82 |
|
konsreal |
19 |
116,511.10 |
4,288,097.62 |
4,171,586.52 |
|
perdmom |
20 |
3,112,453.14 |
6,045,723.44 |
2,933,270.30 |
|
jsangkt |
21 |
1,691,789.58 |
2,392,718.62 |
700,929.05 |
|
jsmamin |
22 |
1,098,386.50 |
2,996,382.51 |
1,897,996.01 |
|
jsako |
23 |
132,369.64 |
391,271.49 |
258,901.85 |
|
psprgd |
24 |
213,899.47 |
508,610.13 |
294,710.67 |
|
jsinfkmks |
25 |
572,076.01 |
3,566,052.99 |
2,993,976.99 |
|
jslmbkeu |
26 |
969,244.00 |
2,679,349.54 |
1,710,1105.54 |
|
jasdmpem |
27 |
288,438.44 |
113.020,79 |
39,332.79 |
|
japenddkn |
28 |
124,487.20 |
2,990,927.12 |
2,702,488.68 |
|
jskeshtn |
29 |
215,989.79 |
2,186,449.42 |
2,061,962.22 |
|
Jalain |
30 |
18,341,479.68 |
4,493,042.29 |
4,277,052.49 |
|
|
Jumlah |
18,341,479.68 |
����������������� 56,391,794 |
38,052,114.51 |
|
6.
Analisa
Dampak Nilai Tambah Bruto Terhadap Konsumsi Pemerintah
Klasifikasi |
Sektor |
301 |
Naik/Turun |
||
2010 |
2016 |
||||
ptp |
1 |
61,915.92 |
1119,677.25 |
57,761.33 |
|
pth |
2 |
8,511.65 |
26,805.66 |
18,294.01 |
|
pkst |
3 |
57,444.03 |
137,266.93 |
79,822.90 |
|
ptrnkn |
4 |
6,930.65 |
117,399.56 |
110,468.91 |
|
kehut |
5 |
1,749.20 |
10,144.08 |
8,394.87 |
|
perikn |
6 |
5,973.29 |
64,205.72 |
58,232.43 |
|
indsprtmb |
7 |
16,868.95 |
51,902.56 |
35,033.61 |
|
indspnglh |
8 |
78,260.67 |
290,343.12 |
212,082.45 |
|
indsteks |
9 |
5,691.41 |
21,715.69 |
16,024.27 |
|
indskykit |
10 |
2,318.04 |
44,675.29 |
42,357.25 |
|
indstkybrr |
11 |
34,522.48 |
44,656.24 |
10,133.76 |
|
indskma |
12 |
18,565.23 |
62,166.69 |
42,601.47 |
|
indskrt |
13 |
12,851.42 |
33,792.94 |
20,941.52 |
|
indsbbg |
14 |
2,871.71 |
66,096.21 |
63,224.50 |
|
indslgm |
15 |
1,235.71 |
34,481.95 |
33,246.24 |
|
indsbtbr |
16 |
- |
- |
- |
|
ktnglstrk |
17 |
45,474.53 |
89,243.09 |
43,768.56 |
|
penganair |
18 |
21,705.64 |
46,860.69 |
25,155,05 |
|
konsreal |
19 |
21,470.89 |
364,987.10 |
343,516.21 |
|
perdmom |
20 |
285,680.74 |
525,295.17 |
239,614.43 |
|
jsangkt |
21 |
404,306.32 |
1,003,060.53 |
598,754.21 |
|
jsmamin |
22 |
34,561.20 |
214,963.88 |
180,402.68 |
|
jsako |
23 |
52,027.81 |
295,996.62 |
243,196,80 |
|
psprgd |
24 |
53,058.19 |
81,112.94 |
28,054.75 |
|
jsinfkmks |
25 |
123,279.35 |
349,956.95 |
226,677.60 |
|
jslmbkeu |
26 |
111,548.67 |
792,651.82 |
681,103.15 |
|
jasdmpem |
27 |
6,623,990.00 |
9,506,034.33 |
2,882,044.33 |
|
japenddkn |
28 |
11,435.51 |
3,252,082.98 |
3,240,647.46 |
|
jskeshtn |
29 |
10,269.95 |
1,275,890.62 |
1,265,620.67 |
|
Jalain |
30 |
35,294.40 |
118,052.79 |
82,758.39 |
|
|
Jumlah |
8,149,813.59 |
19,040519.29 |
10,890,705.81 |
|
7.
Analisa
Dampak Nilai Tambah Bruto Terhadap Pembentukan Modal Tetap Bruto
Klasifikasi |
Sektor |
301 |
Naik/Turun |
|
||||
2010 |
2016 |
|
||||||
ptp |
1 |
8,958.32 |
68,937.60 |
59,979.28 |
|
|||
pth |
2 |
6,564.93 |
12,578.59 |
6,013.66 |
|
|||
pkst |
3 |
109,154.51 |
1,350,539.00 |
1,241,384.49 |
|
|||
ptrnkn |
4 |
9,199.01 |
439,932.46 |
430,733.45 |
|
|||
kehut |
5 |
140,034.92 |
130,416.47 |
(9,618.45) |
|
|||
perikn |
6 |
7,891.51 |
27,036.86 |
19,145.35 |
|
|||
indsprtmb |
7 |
455,245.58 |
707,270.88 |
252,025.30 |
|
|||
indspnglh |
8 |
10,750.00 |
147,784.65 |
137,034.65 |
|
|||
indsteks |
9 |
1,155.89 |
11,682.16 |
10,526.27 |
|
|||
indskykit |
10 |
242,958.38 |
643,771.66 |
400,813.28 |
|
|||
indstkybrr |
11 |
5,343.25 |
10,171.93 |
4,828.68 |
|
|||
indskma |
12 |
8,159.59 |
105,745.20 |
97,585.61 |
|
|||
indskrt |
13 |
52,061.68 |
294,097.92 |
242,036.24 |
|
|||
indsbbg |
14 |
416,501.38 |
1,313,639.78 |
897,138.40 |
|
|||
indslgm |
15 |
21,589.16 |
253,056.19 |
231,467.03 |
|
|||
indsbtbr |
16 |
- |
- |
- |
|
|||
ktnglstrk |
17 |
25,911.19 |
47,201.15 |
21,289.96 |
|
|||
penganair |
18 |
4,645.24 |
23,339.65 |
18,694.41 |
|
|||
konsreal |
19 |
3,614,343.38 |
15,526,109.24 |
11,911,765.85 |
|
|||
perdmom |
20 |
767,008.98 |
1,376,380.12 |
609,371.14 |
|
|||
jsangkt |
21 |
334,884.60 |
449,818.98 |
114,934.39 |
|
|||
jsmamin |
22 |
54,723.01 |
85,058.89 |
30,335.88 |
|
|||
jsako |
23 |
20,243.91 |
39,667.09 |
19,423.18 |
|
|||
psprgd |
24 |
44,313.31 |
97,068.61 |
52,755.30 |
|
|||
jsinfkmks |
25 |
77,469.37 |
270,497.45 |
193,028.08 |
|
|||
jslmbkeu |
26 |
668,309.41 |
1,007,711.28 |
339,401.86 |
|
|||
jasdmpem |
27 |
- |
64,879.67 |
64,879.67 |
|
|||
japenddkn |
28 |
4,882.97 |
11,041.08 |
6,158.11 |
|
|||
jskeshtn |
29 |
10,114.83 |
21,174.74 |
11,059.91 |
|
|||
Jalain |
30 |
40,513,92 |
151,540.93 |
111,027.01 |
|
|||
|
Jumlah |
7,162,932.24 |
24,688,150.22 |
17,525,217.98 |
||||
8. Analisa Dampak Nilai Tambah Bruto Terhadap Pembentukan Modal Tetap
Bruto
Klasifikasi |
Sektor |
301 |
Naik/Turun |
||
2010 |
2016 |
||||
ptp |
1 |
2,575,712.10 |
3,496,195.26 |
920,483.15 |
|
pth |
2 |
29,296,275.36 |
22,674.61 |
(273,600.75) |
|
pkst |
3 |
2,519,974.74 |
3,808,025.19 |
1,288,060.45 |
|
ptrnkn |
4 |
133,920.59 |
911,701.54 |
777,780.95 |
|
kehut |
5 |
357,150.41 |
514,521.94 |
157,371.53 |
|
perikn |
6 |
515,140.97 |
1,643,416.48 |
1,128,275.52 |
|
indsprtmb |
7 |
20,373,016.99 |
39,962,034.11 |
19,589,017.12 |
|
indspnglh |
8 |
3,105,643.79 |
7,685,772.45 |
4,580,128.66 |
|
indsteks |
9 |
14,314.50 |
34,075.83 |
19,761.34 |
|
indskykit |
10 |
481,014.99 |
2,064,141.53 |
1,583,126.54 |
|
indstkybrr |
11 |
22,326.53 |
29,890.05 |
7,563.53 |
|
indskma |
12 |
67,484.97 |
315,557.00 |
248,072.04 |
|
indskrt |
13 |
781,113.55 |
1,934,007.13 |
1,152,893.58 |
|
indsbbg |
14 |
845,111.64 |
482,324.72 |
(362,786.92) |
|
indslgm |
15 |
18,226.18 |
124,788.66 |
106,562.48 |
|
indsbtbr |
16 |
- |
- |
- |
|
ktnglstrk |
17 |
155,041.85 |
237,681.01 |
82,639. 17 |
|
penganair |
18 |
18,279.66 |
164,000.48 |
145,720.82 |
|
konsreal |
19 |
511,040.74 |
1,494,855.05 |
983,814.31 |
|
perdmom |
20 |
4,521,800.80 |
9,553,104.32 |
5,031,303.52 |
|
jsangkt |
21 |
2,712,863.37 |
8,672,456.1,65 |
5,959,593.28 |
|
jsmamin |
22 |
150,456.27 |
272,421.45 |
121,965.19 |
|
jsako |
23 |
90,585.32 |
151,985.16 |
61,399.83 |
|
psprgd |
24 |
344,210.36 |
905,870.37 |
561,660.01 |
|
jsinfkmks |
25 |
544,412.28 |
1,288,027.47 |
743,615.19 |
|
jslmbkeu |
26 |
2,570,014.40 |
4,062,848.41 |
1,492,834.01 |
|
jasdmpem |
27 |
- |
259,062.96 |
259,062.96 |
|
japenddkn |
28 |
23,973.94 |
36,519.56 |
12,545.62 |
|
jskeshtn |
29 |
19,664.28 |
176,519.02 |
156,854.74 |
|
Jalain |
30 |
293,349.22 |
802,680.25 |
509,331.03 |
|
|
Jumlah |
44,062,119.79 |
91,107,168.67 |
47,045,048.88 |
|
9. Total Factor Productivity (TFP)
Langkah pertama dalam menghitung TFP adalah
dengan terlebih dahulu mebuat matriks koefesien tekhnis untuk menggambarkan
penggunaan input untuk menciptakan satu satuan moneter ouput di sektor i. Untuk
melihat dari sisi supply maka koefisien yang dibentuk adalah sebagai berikut :
Langkah kedua adalah
mengitung koefesien Nilai Tambah Bruto (NTB) per sektor dengan rumus :
Langkah ketiga
menghitung TFP dengan menggunakan dengan rumus :
Dengan hasil sebagai
berikut :
Kelompok yang memiliki
TFP negatif (-) merupakan sektor- sektor yang lebih efisien karena
merefleksikan penggunaan input antara yang lebih sedikit dibandingkan input
primernya.sedangkan
kelompok yang memiliki TFP Positif (+) merupakan sektor- sektor yang lebih
kurang efesien karena merefleksikan penggunaan input antara yang lebih sedikit
dibandingkan input primernya.
Peringkat Hasil Analisa TFP Provinsi Kalimantan
Selatan Tahun 2010 � 2016
Sektor |
Uraian |
TFP |
Hasil |
27 |
Administrasi
pemerintahan,pertahanan dan jaminan sosial wajib |
-0.25 |
Efisien |
26 |
Jasa
Lembaga keuangan, usaha persewaan, dan jasa perusahaan |
-0.24 |
Efisien |
21 |
Jasa
Angkutan |
-0.12 |
Efisien |
7 |
Industri
pertambangan |
-0.09 |
Efisien |
2 |
Pertanian
Tanaman Hortikultural Semusim, Hortikultural Tahunan dan Hortikultural
lainnya |
-0.08 |
Efisien |
20 |
Perdagangan
mobil dan kendaraan bermotor |
-0.08 |
Efisien |
17 |
Ketenaga
listrikan |
-0.05 |
Efisien |
6 |
Perikanan |
-0.04 |
Efisien |
16 |
Industri
Batubara dan pengilangan migas |
0.00 |
Kurang
efisien |
1 |
Pertanian
tanaman pangan |
0.02 |
Kurang
efisien |
24 |
Jasa
pengundangan dan jasa penunjangan angkutan, pos dan kurir |
0.03 |
Kurang
efisien |
14 |
Industri
barang galian bukan logam |
0.03 |
Kurang
efisien |
22 |
Jasa
penyedia makanan dan minuman |
0.04 |
Kurang
efisien |
5 |
Kehutanan
dan penebangan kayu |
0.06 |
Kurang
efisien |
3 |
Perkebuman
semusim dan tahunan |
0.06 |
Kurang
efisien |
4 |
Perternakan |
0.07 |
Kurang
efisien |
18 |
Pengadaan
air, pengelolan sampah, limbah, dan daur ulang |
0.11 |
Kurang
efisien |
25 |
Jasa
informasi dan komunikasi |
0.12 |
Kurang
efisien |
23 |
Jasa
Penyediaan Akomodasi |
0.13 |
Kurang
efisien |
28 |
Jasa
pendidikan |
0.14 |
Kurang
efisien |
13 |
Industri
karet, Barang dan karet plastik |
0.17 |
Kurang
efisien |
29 |
Jasa kesehatan
dan kegiatan sosial |
0.24 |
Kurang
efisien |
10 |
Industri
kayu, kulit anyaman dan sejenisnya |
0.25 |
Kurang
efisien |
9 |
Industri
tekstil dan pakaian jadi |
0.27 |
Kurang
efisien |
30 |
Jasa
lainnya |
0.36 |
Kurang
efisien |
15 |
Industry
logam, mesin, alat-alat angkutan industry pengolahan lainnya |
0.38 |
Kurang
efisien |
11 |
Industy
logam, mesin, alat-alat angkutan dan industry pengolahan lainnya rotan dan
sejenisnya. |
0.40 |
Kurang
efisien |
8 |
Industy
pengolahan |
0.41 |
Kurang
efisien |
12 |
Industry
kimia, Farmasi dan obat tradisional |
0.45 |
Kurang
efisien |
19 |
Konstruksi
dan real estate |
0.78 |
Kurang
efisien |
Kesimpulan
Sektor
penggerak utama dan pendorong pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan
Selatan adalah Industri Pengolahan, Peternakan, Ketenagalistrikan, Kontruksi
dan Real Estate, Jasa Informasi dan Komunikasi.
Provinsi
Kalimantan Selatan sedang menuju perubahan struktur ekonomi dimana Sektor
Peternakan dan Sektor Jasa Informasi dan Komunikasi adalah sektor yang bias
terus dikembangkan selain munculnya sektor-sektor yang potensial antara lain
sektor Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan Semusim dan Tahunan, Industri
Pertambangan, Perdagangangan Mobil dan Kendaraan Bermotor, Jasa Angkutan, Jasa
Lembaga keuangan, usaha persewaan, dan jasa perusahaan, sektor Industri
Kayu,Kulit,Anyaman dan Sejenisnya, Industri Karet, Barang dari Karet dan
Plastik, Industri Barang Galian bukan Logam, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah, dan Daur Ulang, Jasa Penyediaan Akomodasi, Jasa Pergudangan dan Jasa
Penunjang Angkutan, Pos dan Kurir, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial.
Hasil
analisa TFP menyatakan bahwa terdapat 9 Sektor yang memiliki tingkat efisiensi
yang tinggi yaitu : Pertanian Tanaman Hortikultura Semusim, Hortikultura
Tahunan, dan Lainnya; Perikanan; Pertambangan;Ketenagalistrikan; Perdagangangan�� Mobil��
dan�� Kendaraan�� Bermotor; Jasa Angkutan, sementara 21 sektor
lainnya kurang efisien. Namun jika dilihat dari nilai TFP sektor-sektor
unggulan Provinsi Kalimantan Selatan antara lain sektor industri pengolahan,
konstrusi real estate dan jasa komunikasi dan informatika perlu dilakukannya
peningkatan teknologi terhadap proses produksinya agar input menjadi lebih
efesien, juga menjadi masalah pada sektor ini tingginya penggunaan input antara
untuk tahun berjalan pada sektor- sektor ini perlu menjadi perhatian.
BIBLIOGRAFI
Aroca, P., & Garrido, N. (2018). Sectoral
breakdown of total factor productivity in Chile, 1996-2010. CEPAL Review,
2017(122), 171�188.
BPS Kalsel. (2020). Produk Domestik Regional
Bruto Provinsi Kalimantan Selatan Menurut Lapangan Usaha 2015-2019.
Bruno Hildebrand. (1848). Economics of the
Present and the Future. In Wikipedia contributors. Wikipedia, The Free
Encyclopedia. https://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Bruno_Hildebrand&oldid=1050794123
B�cher, K. (1893). The Rise of the National
Economy. In Wikipedia contributors. Wikipedia, The Free Encyclopedia. https://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Karl_B�cher&oldid=1021371591
Diartho, H. C. (2018). Penentuan Sektor
Ekonomi Unggulan di Kabupaten Banyuwangi. Media Trend, 13(1), 146.
Fajri, N., & Kuncoro, M. (2016).
Perubahan Struktur Ekonomi, Dekomposisi Sumber Pertumbuhan Output, dan
Pertumbuhan Total Factor Productivity (TFP): Analisis Lanjutan Tabel
Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan, 2000-2010. Jurnal Ekonomi Dan Ekonomi
Studi Pembangunan, 8(2), 245�267.
Imansyah, M. H. (2019). Policy Brief :
Produktivitas: Faktor Penting Dalam Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
Jhingan., M. L. (2013). Ekonomi Pembangunan dan
Perencanaan. PT. Rajagrafindo Persada.
Kalsel, B. (2020). Jumlah Penduduk Menurut
Jenis Kelamin, Sex Ratio, dan Kepadatan Penduduk Tahun 2020.
Kuncoro, M. (2010). Dasar-dasar Ekonomika
Pembangunan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Miller, R. E., & Blair, P. D. (2009).
Input � Output Analysis:Foundation and Extensions (Second Edi).
Nazir, M. (2013). Metode Penelitian. Ghalia
Indonesia.
Rostow, W. W. (1960). The Stages of Economic
Growth. In Wikipedia contributors (https://en). Wikipedia, The Free
Encyclopedia.
Sabiroglu, I. M., & Bashirli, S. (2012).
Input-output analysis in an oil-rich economy: The case of Azerbaijan. Resources
Policy, 37(1), 73�80.
Smith, J. A. (1776). The Wealth of Nations. https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Adam_Smith&oldid=19188644
Suhaisil Nazara, P. . (2005). No Title (Edisi
Kedu). Ekonomi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi.
Sukiyono, K., Romdhon, M. M., & Nabiu, M.
(2017). Keterkaitan Sektor Dan Sektor Utama Dalam Perekonomian Propinsi
Bengkulu: Analisa Input- Output. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia, 9(2).
Sulaiman, N. (2012). An input-output analysis
of the total factor productivity growth of the Malaysian manufacturing sector,
1983-2005. Jurnal Ekonomi Malaysia, 46(1), 147�155.
ten Raa, T., & Shestalova, V. (2011).
Alternative Measures of Total Factor Productivity Growth. SSRN Electronic
Journal, June, 1�21.
Triyanta, H. K. D. (2017). Analisis Model Input
Output Pembangunan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara.
http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/23916%0A
.
Copyright holder: Julius Heryadi, Muhammad Handry Imansyah, Fifi Swandari (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |