Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849

e-ISSN : 2548-1398

Vol. 6, Special Issue No. 2, Desember 2021

 

ANALISIS TOTAL FACTOR PRODUCTIVITY (TFP) DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN: ANALISIS INPUT-OUTPUT 2010-2016

 

Julius Heryadi, Muhammad Handry Imansyah, Fifi Swandari

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lambung Mangkurat, Kalimantan Selatan, Indonesia

Email: [email protected], [email protected], [email protected],

 

 

Abstrak

Kalimantan Selatan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai pintu gerbang Ibukota Negara dan Penyangga Program Nasional Food Estate di Kalimantan Tengah memiliki peranan penting terhadap angka laju pertumbuhan ekonomi nasional. Pembangunan ekonomi yang tinggi dan bersifat jangka panjang menjadi target pembangunan daerah. Peranan sektor pertanian dan pertambangan masih menjadi unggulan� yang memiliki tingkat kepekaan yang kuat terhadap permintaan sehingga menjadi penggerak dan pendorong terhadap angka pertumbuhan sektor yang lain. Tingginya angka ketergantungan terhadap sektor pertambangan sebagai penyumbang angka terbesar bagi pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Selatan menjadi peluang dan tantangan pemerintah di masa yang akan datang, hal ini terlihat pada laju pertumbuhan ekonomi berdasarkan PDRB atas harga konstan yang fluktuatif dan cenderung penurunan (BPS tahun 2020) dibandingkan provinsi lainnya di Kalimantan akibat turunnya ekspor batubara dan alih fungsi lahan dari daerah produktif menjadi daerah pertambangan.Oleh karena itu untuk mengantisipasi ketertinggalan dan ketimpangan pertumbuhan ekonomi dengan provinsi lain di Kalimantan diperlukan metode dan alat ukur yang tepat sehingga diharapkan menjadi acuan pemerintah dalam menentukan arah kebijakan pembangunan yang dilaksanakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor-sektor mana saja yang memiliki tingkat efesiensi dan dampak nilai tambah yang berpengaruh terhadap� laju pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Selatan, dengan menggunakan analisa tabel input �output tahun 2010 dan 2016 ditemukan bahwa terjadi perubahan struktur ekonomi di Kalimantan Selatan. Pertumbuhan Sektor Peternakan; Industri Pengolahan, Ketenagalistrikan, Jasa Informasi dan Komunikasi memiliki kemampuan sebagai sektor pendorong dan penggerak pembangunan selain sektor pertanian dan pertambangan di Kalimantan Selatan.�

 

Kata Kuncipembangunan daerah; laju pertumbuhan ekonomi; arah kebijakan;�� efisiensi dan dampak nilai tambah

 

 

 

Abstract

South Kalimantan, which is designated by the central government as the gateway to the State Capital and buffers of the National Food Estate Program in Central Kalimantan, has an important role to play in the national economic growth rate. High economic development and long-term is a target for regional development. The role of the agricultural and mining sectors is still a superior that has a strong level of sensitivity to demand so that it becomes a driver and driver of the growth figures of other sectors. The high number of dependencies on the mining sector as the largest contributor to economic growth in South Kalimantan becomes opportunities and challenges of the government in the future, this is seen in the pace of economic growth based on GDP on constant prices that are fluctuating and tend to decline (BPS, 2020) compared to other provinces in Kalimantan due to the decline in coal exports and the transfer of land functions from productive areas to mining areas. Therefore, to anticipate the lag and inequality of economic growth with other provinces in Kalimantan, the right methods and measuring instruments are needed so that it is expected to be a reference for the government in determining the direction of development policies implemented. This research aims to identify which sectors have efficiency levels and value-added impacts that affect the rate of economic growth in South Kalimantan, using an analysis of input -output tables in 2010 and 2016 found that there was a change in economic structure in South Kalimantan. Growth of the Livestock Sector; Processing Industry, Electricity, Information and Communication Services has the ability as a driving sector and driver of development in addition to the agricultural and mining sectors in South Kalimantan.

 

Keywords: of regional development; rate of economic growth; policy direction, efficiency and impact of added value

 

Pendahuluan

Pembangunan ekonomi sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor ekonomi setiap daerah merupakan daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang cenderung fluktuatif. Laju pertumbuhan ekonomi berdasarkan data pendapatan domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan� ekonomi pada tahun 2019 provinsi sebesar 4,08 Persen paling rendah dibandingkan provinsi lain di pulau. Provinsi utara sebesar 6.90 Persen, provinsi� tengah sebesar 6,12 Persen, provinsi� barat sebesar 5,09 Persen, provinsi timur sebesar 4,74 Persen. Berdasarkan hal tersebut untuk mengantisipasi ketertinggalan dan ketimpangan terhadap pertumbuhan perekonomian dari provinsi lain di� perlu dilakukan identifikasi terhadap sektor-sektor penggerak dan pendorong utama perekonomian dengan menggunakan metode penelitian dan alat ukur yang tepat sehingga perekonomian tumbuh dengan lebih cepat dan sehingga dapat memeberikan berkontribusi terhadap laju pertumbuhan ekonomi pada provinsi�� pada khususnya dan perekonomian nasional pada umumnya.

Pembangunan daerah berbasis pengembangan wilayah memandang pentingnya keterpaduan sektoral, spasial serta keterpaduan antar pelaku-pelaku pembangunan di dalam dan antar wilayah provinsi. Keterpaduan sektoral menuntut adanya keterkaitan fungsional dan sinergis antar sektor-sektor pembangunan, sehingga setiap program-program pembangunan di dalam kelembagaan sektoral selalu dilaksanakan dalam kerangka pembangunan wilayah. Salah satu bentuk dari terjadinya kegagalan pemerintahan (government failure) di masa lalu adalah kegagalan didalam menciptakan keterpaduan sektoral yang sinergis di dalam kerangka pembangunan wilayah. Lembaga-lembaga (instansi) sektoral di tingkat wilayah/daerah sering jadi hanya berupa perpanjangan dari lembaga-sektoral di tingkat nasional/pusat dengan sasaran pembangunan, pendekatan dan perilaku yang tidak sinergis dengan lembaga yang dibutuhkan sektoral di tingkat daerah.

Berdasarkan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi�� menurut lapangan usaha pada kurun waktu 2010-2019 sebesar Rp.180,74 triliun. Secara tahunan mengalami kenaikan sebesar Rp.9,05 triliun dibandingkan dengan tahun 2018 yang mencapai R171,69 triliun. Perubahan struktur ekonomi memberikan gambaran terhadap arah pembangunan yang sedang berlangsung yang biasanya bergantung pada efesiensi dan ekspolitasi sumberdaya, adanya penggunaan teknologi dalam proses produksi pada suatu sektor memberikan tingkat efesiensi yang tinggi sehingga tumbuh lebih cepat sehingga mampu berkinerja lebih efisien.

1.     Analisa Input � output

Merupakan suatu peralatan analisis keseimbangan umum. Analisis ini di dasarkan suatu situasi perekonomian, dan bukan pendekatan teoretis ala Walras semata. Keseimbangan dalam analisis input-output ini adalah pada sisi produksi. Teknologi produksi yang digunakan oleh perekonomian tersebut memegang peran penting dalam analisis ini. Lebih spesifik lagi, teknologi yang memegang peranan besar adalah teknologi dalam kaitan dengan penggunaan input antara. Sampai tahap tertentu, input primer dianggap sebagai variable eksogen, seperti halnya sisi permintaan akhir juga kerap dijadikan sebagai variable endogen.

2.     Pembangunan Ekonomi Daerah���������

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan- kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses. Yaitu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untu mencapai tujuan tesebut. Pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara berama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan , dipilih secara sengaja (purposive) didasarkan pada beberapa pertimbangan, antara lain yaitu : Provinsi Kalimantan Selatan memiliki aktivitas sumber daya alam yang berlimpah dan sektor ekonomi yang kompleks, baik sektor pemerintahan; sektor pertanian, perkebunan, peternakan hingga maupun sektor jasa sehingga layak untuk menjadi obyek penelitian ekonomi sektoral. Waktu penelitian/pengumpulan data selama lima (5) bulan, yaitu periode Januari 2021 � Mei 2021.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Metode ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2013:54). Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses input ouput di Provinsi Kalimantan Selatan terhadap pertumbuhan variabel sektor ekonomi.

Unit analisis adalah suatu yang berkaitan dengan fokus / komponen yang diteliti. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif bertujuan untuk menjelaskan pertumbuhan sektor produktifitas sektoral di Provinsi Kalimantan Selatan dengan menggunakan Tabel Input dan Output Tahun 2010 dan 2016. Sedangkan analisis kuantitatif menggunakan pengukuran dengan metode Total Input Productivity (TFP) untuk mengetahui pergerakan total produktifitas sektor unggulan apakan cenderung melambat atau semakin cepat pertumbuhannya.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan dari berbagai sumber lain yang dianggap relevan dengan penelitian. Untuk keperluan analisis, data yang digunakan adalah data dari Tabel Input Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 dan klasifikasi 50x50 sektor. Untuk kepentingan analisis dan ketersediaan data pendukung lainnya, maka dilakukan agregasi sektor menjadi 30x30 sektor dengan mengacu pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha (KBLI) tahun 2016 di Update ke Tabel Input Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 dan 2016.Selain itu peneliti mengumpulkan data lain yang akan digunakan dalam penelitian ini yakni berupa data time series tahunan yaitu PDRB Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010-2016 atas dasar harga produsen.

 

Hasil dan Pembahasan

1.     Analisia Indeks Daya Penyebaran (IDP) dan Indeks Daya Kepekaan (IDK)

Suatu sektor yang memiliki daya penyebaran tinggi diartikan mempunyai daya dorong yang kuat dibandingkan sektor lainnya sedangkan merupakan ukuran yang menggambarkan banyaknya output yang harus diproduksi oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan akhir .

2.     Analisia Indeks Daya Penyebaran (IDP)

 

Tabel 1

Analisis Indeks Daya Penyebaran (IDP)

Klasifikasi

Sektor

2010

2016

ptp

1

0.8800

0.8262

pth

2

0.7841

0.7854

pkst

3

0.9242

0.8480

ptrnkn

4

0.9634

1.2035

kehut

5

0.8138

0.8069

perikn

6

0.8299

0.9397

indsprtmb

7

0.9753

0.9790

indspnglh

8

1.4821

1.2859

indsteks

9

0.9753

1.0279

indskykit

10

1.1096

1.1729

indstkybrr

11

0.9937

0.8479

indskma

12

1.0454

0.9708

indskrt

13

1.2390

1.1665

indsbbg

14

1.0169

1.1239

indslgm

15

0.9556

0.8662

indsbtbr

16

0.7209

0.7010

ktnglstrk

17

1.0688

1.2537

penganair

18

1.1394

1.0239

konsreal

19

1.1269

1.0184

perdmom

20

0.9807

0.9216

jsangkt

21

0.9908

0.9711

jsmamin

22

1.2340

1.3056

jsako

23

1.0728

1.1172

psprgd

24

1.0810

1.0360

jsinfkmks

25

0.8836

1.0360

jslmbkeu

26

0.9655

0.8988

jasdmpem

27

0.7109

0.9896

japenddkn

28

0.9394

0.9675

jskeshtn

29

1.1135

1.0307

jalain

30

1.0109

0.8827

 

Total

30

30

 

Rata-rata

1

1

 

3.     Indeks Daya Kepekaan (IDK)

Tabel 2

Indeks Daya Kepekaan (IDK)

Klasifikasi

Sektor

2010

2016

ptp

1

1.1291

1.0351

pth

2

0.8399

0.7216

pkst

3

1.4597

1.3246

ptrnkn

4

0.8126

1.0111

kehut

5

0.8220

0.8432

perikn

6

0.7988

0.8946

indsprtmb

7

1.1850

1.0715

indspnglh

8

1.4407

1.6519

indsteks

9

0.7378

0.7529

indskykit

10

0.8555

0.9823

indstkybrr

11

0.7981

0.7425

indskma

12

1.8148

0.9044

indskrt

13

0.9482

0.8753

indsbbg

14

0.8137

0.8954

indslgm

15

0.7254

0.7377

indsbtbr

16

0.7109

0.7010

ktnglstrk

17

1.0933

1.1939

penganair

18

0.9303

0.8183

konsreal

19

1.0604

1.4946

perdmom

20

1.7302

1.6538

jsangkt

21

1.7627

1.4149

jsmamin

22

0.8428

0.7976

jsako

23

0.7548

0.7890

psprgd

24

0.9101

0.8406

jsinfkmks

25

0.9342

1.1765

jslmbkeu

26

1.9709

1.4990

jasdmpem

27

0.7109

0.7465

japenddkn

28

0.7436

0.7341

jskeshtn

29

0.7347

0.7478

jalain

30

0.9288

0.9484

 

Total

30

30

 

Rata-rata

1

1

 

Keterangan Kode Sektor :

1.��� Pertanian Tanaman Pangan

2.��� Pertanian Tanaman Hortikultura Semusim, Hortikultura Tahunan, dan Lainnya

3.��� Perkebunan Semusim dan Tahunan

4.��� Peternakan

5.��� Kehutanan dan Penebangan Kayu

6.��� Perikanan

7.��� Pertambangan

8.��� Industri Pengolahan

9.��� Industri Tekstil dan Pakaian Jadi

10.� Industri Kayu,Kulit,Anyaman dan Sejenisnya

11.� Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya

12.� Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional

13.� Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik

14.� Industri Barang Galian bukan Logam

15.� Industry logam, mesin, alat-alat angkutan dan industry pengolahan lainnya

16.� Industri Batubara dan Pengilangan Migas

17.� Ketenagalistrikan

18.� Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang

19.� Kontruksi dan Real Estate

20.� Perdagangan Mobil dan Kendaraan Bermotor

21.� Jasa Angkutan

22.� Jasa Penyediaan Makan Minum

23.� Jasa Penyediaan Akomodasi

24.� Jasa Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan, Pos dan Kurir

25.� Jasa Informasi dan Komunikasi

26.� Jasa Lembaga keuangan, usaha persewaan, dan jasa perusahaan

27.� Jasa Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

28.� Jasa Pendidikan

29.� Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

30.� Jasa Lainnya

 

Berdasarkan indeks daya penyebaran (DP) dan indeks derajat kepekaan (DK) sektor ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 dan 2016 dapat dikelompokkan ke dalam 4 kelompok dengan menggunakan Analisa Tipologi Klassen

 

Tabel 3

Hasil Analisa Tipologi Klasen Indeks Daya Penyebaran (DP) dan Indeks Derajat Kepekaan (IDK) Berdasarkan Tabel I-O Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010

Analisa IDP dan IDK Tahun 2010

Kuadran I

 

IDP Tinggi dan IDK Tinggi

( IDP > 1 , IDK >1 )

 

-       Industri Pengolahan

-       Ketenagalistrikan

-       Kontruksi dan Real Estate

 

 

Kuadran II

 

IDP Rendah namun IDK Tinggi

( IDP < 1 , IDK > 1 )

 

-     Pertanian Tanaman Pangan

-     Perkebunan Semusim dan Tahunan

-     Industri Pertambangan

-     Perdagangangan Mobil dan Kendaraan Bermotor

-     Jasa Angkutan

Kuadran III

IDP dan IDK Rendah

( IDP < 1 , IDK <1 )

 

-       Pertanian Tanaman Hortikultura Semusim, Hortikultura Tahunan, dan Lainnya

-       Peternakan

-       Kehutanan dan Penebangan Kayu

-       Perikanan

-       Industri Tekstil dan Pakaian Jadi

-       Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya

-       Industry logam, mesin, alat-alat angkutan dan industry pengolahan lainnya

-       Industri Batubara dan Pengilangan Migas

-       Jasa Informasi dan Komunikasi

-       Jasa Lembaga keuangan, usaha persewaan, dan jasa perusahaan

-       Jasa Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

-       Jasa Pendidikan

Kuadran IV

IDP Tinggi Namum IDK Rendah

( IDP > 1 , IDK < 1 )

 

-     Industri Kayu,Kulit,Anyaman dan Sejenisnya

-     Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional

-     Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik

-     Industri Barang Galian bukan Logam

-     Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang

-     Jasa Penyediaan Makan Minum

-     Jasa Penyediaan Akomodasi

-     Jasa Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan, Pos dan Kurir

-     Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

-     Jasa Lainnya

 

 

Tabel 4

Hasil Analisa Tipologi Klasen Indeks Daya Penyebaran (DP) dan Indeks Derajat Kepekaan (IDK) Berdasarkan Tabel I-O Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016

Analisa IDP dan IDK Tahun 2016

Kuadran I

IDP Tinggi dan IDK Tinggi

( IDP > 1 , IDK >1 )

 

-       Peternakan

-       Industri Pengolahan

-       Ketenagalistrikan

-       Jasa Informasi dan Komunikasi

 

 

Kuadran II

IDP Rendah namun IDK Tinggi

( IDP < 1 , IDK > 1 )

 

-       Pertanian Tanaman Pangan

-       Industri Pertambangan

-       Perdagangangan Mobil dan Kendaraan Bermotor

-       Jasa Angkutan

-       Jasa Lembaga keuangan, usaha persewaan, dan jasa perusahaan

Kuadran III

IDP dan IDK Rendah

( IDP < 1 , IDK <1 )

 

-       Pertanian Tanaman Hortikultura Semusim, Hortikultura Tahunan, dan Lainnya

-       Perkebunan Semusim dan Tahunan

-       Kehutanan dan Penebangan Kayu

-       Perikanan

-       Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya

-       Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional

-       Industry logam, mesin, alat-alat angkutan dan industry pengolahan lainnya

-       Industri Batubara dan Pengilangan Migas

-       Jasa Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

-       Jasa Pendidikan

-       Jasa Lainnya

Kuadran IV

IDP Tinggi Namum IDK Rendah

( IDP > 1 , IDK < 1 )

 

-       Industri Tekstil dan Pakaian Jadi

-       Industri Kayu,Kulit,Anyaman dan Sejenisnya

-       Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik

-       Industri Barang Galian bukan Logam

-       Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang

-       Kontruksi dan Real Estate

-       Jasa Penyediaan Makan Minum

-       Jasa Penyediaan Akomodasi

-       Jasa Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan, Pos dan Kurir

-       Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

 

4.     Analisa Dampak Nilai Tambah Bruto

Nilai Tambah Bruto (NTB) adalah input primer yang merupakan bagian dari input secara keseluruhan. Sesuai dengan asumsi dasar yang digunakan dalam penyusunan tabel IO, hubungan antara NTB dengan output bersifat linear. Artinya, kenaikan atau penurunan output akan diikuti secara proporsional. Analisa ini secara baris bertujuan untuk melihat penciptaan NTB di salah satu sektor yang mempengaruhi output dan secara kolom menunjukkan pengaruh dari masing- masing komponen permintaan akhir terhadap proses penciptaan NTB di masing- masing sektor perekonomian.

 

 

 

 

 

 

 

 

5.     Analisa Dampak Nilai Tambah Bruto Terhadap Konsumsi Rumah Tangga

 

Klasifikasi

Sektor

301

Naik/Turun

2010

2016

ptp

1

1,379,083.42

2,846,079.76

1,466,996.35

pth

2

914,392.04

315,195.47

(599,196.57)

pkst

3

1,138,843.71

2,940,311.93

1,801,468.22

ptrnkn

4

905,195.81

1,788,178.84

882,983.03

kehut

5

145,139.48

202,903.32

57,763.84

perikn

6

2,215,535.17

4,289,314.65

2,073,779.48

indsprtmb

7

142,721.05

400,876.34

258,155.29

indspnglh

8

1,718,734.81

6,783,024.70

5,064,289.89

indsteks

9

54,487.41

297,645.60

243,158.19

indskykit

10

301,970.45

458,691.36

156,830.28

indstkybrr

11

18,806.39

146,060.54

127,254.15

indskma

12

56,011.68

458,691.36

402,679.68

indskrt

13

123,305.50

766,840.62

643,535.12

indsbbg

14

161,956.41

447,838.24

285,881.82

indslgm

15

14,168.33

302,212.61

288,044.28

indsbtbr

16

-

-

-

ktnglstrk

17

330,909.41

596,262.94

265,353.53

penganair

18

110,885.75

701,910.57

591,024.82

konsreal

19

116,511.10

4,288,097.62

4,171,586.52

perdmom

20

3,112,453.14

6,045,723.44

2,933,270.30

jsangkt

21

1,691,789.58

2,392,718.62

700,929.05

jsmamin

22

1,098,386.50

2,996,382.51

1,897,996.01

jsako

23

132,369.64

391,271.49

258,901.85

psprgd

24

213,899.47

508,610.13

294,710.67

jsinfkmks

25

572,076.01

3,566,052.99

2,993,976.99

jslmbkeu

26

969,244.00

2,679,349.54

1,710,1105.54

jasdmpem

27

288,438.44

113.020,79

39,332.79

japenddkn

28

124,487.20

2,990,927.12

2,702,488.68

jskeshtn

29

215,989.79

2,186,449.42

2,061,962.22

Jalain

30

18,341,479.68

4,493,042.29

4,277,052.49

 

Jumlah

18,341,479.68

����������������� 56,391,794

38,052,114.51

 

 

 

6.     Analisa Dampak Nilai Tambah Bruto Terhadap Konsumsi Pemerintah

Klasifikasi

Sektor

301

Naik/Turun

2010

2016

ptp

1

61,915.92

1119,677.25

57,761.33

pth

2

8,511.65

26,805.66

18,294.01

pkst

3

57,444.03

137,266.93

79,822.90

ptrnkn

4

6,930.65

117,399.56

110,468.91

kehut

5

1,749.20

10,144.08

8,394.87

perikn

6

5,973.29

64,205.72

58,232.43

indsprtmb

7

16,868.95

51,902.56

35,033.61

indspnglh

8

78,260.67

290,343.12

212,082.45

indsteks

9

5,691.41

21,715.69

16,024.27

indskykit

10

2,318.04

44,675.29

42,357.25

indstkybrr

11

34,522.48

44,656.24

10,133.76

indskma

12

18,565.23

62,166.69

42,601.47

indskrt

13

12,851.42

33,792.94

20,941.52

indsbbg

14

2,871.71

66,096.21

63,224.50

indslgm

15

1,235.71

34,481.95

33,246.24

indsbtbr

16

-

-

-

ktnglstrk

17

45,474.53

89,243.09

43,768.56

penganair

18

21,705.64

46,860.69

25,155,05

konsreal

19

21,470.89

364,987.10

343,516.21

perdmom

20

285,680.74

525,295.17

239,614.43

jsangkt

21

404,306.32

1,003,060.53

598,754.21

jsmamin

22

34,561.20

214,963.88

180,402.68

jsako

23

52,027.81

295,996.62

243,196,80

psprgd

24

53,058.19

81,112.94

28,054.75

jsinfkmks

25

123,279.35

349,956.95

226,677.60

jslmbkeu

26

111,548.67

792,651.82

681,103.15

jasdmpem

27

6,623,990.00

9,506,034.33

2,882,044.33

japenddkn

28

11,435.51

3,252,082.98

3,240,647.46

jskeshtn

29

10,269.95

1,275,890.62

1,265,620.67

Jalain

30

35,294.40

118,052.79

82,758.39

 

Jumlah

8,149,813.59

19,040519.29

10,890,705.81

 

 

7.     Analisa Dampak Nilai Tambah Bruto Terhadap Pembentukan Modal Tetap Bruto

Klasifikasi

Sektor

301

Naik/Turun

 

2010

2016

 

ptp

1

8,958.32

68,937.60

59,979.28

 

pth

2

6,564.93

12,578.59

6,013.66

 

pkst

3

109,154.51

1,350,539.00

1,241,384.49

 

ptrnkn

4

9,199.01

439,932.46

430,733.45

 

kehut

5

140,034.92

130,416.47

(9,618.45)

 

perikn

6

7,891.51

27,036.86

19,145.35

 

indsprtmb

7

455,245.58

707,270.88

252,025.30

 

indspnglh

8

10,750.00

147,784.65

137,034.65

 

indsteks

9

1,155.89

11,682.16

10,526.27

 

indskykit

10

242,958.38

643,771.66

400,813.28

 

indstkybrr

11

5,343.25

10,171.93

4,828.68

 

indskma

12

8,159.59

105,745.20

97,585.61

 

indskrt

13

52,061.68

294,097.92

242,036.24

 

indsbbg

14

416,501.38

1,313,639.78

897,138.40

 

indslgm

15

21,589.16

253,056.19

231,467.03

 

indsbtbr

16

-

-

-

 

ktnglstrk

17

25,911.19

47,201.15

21,289.96

 

penganair

18

4,645.24

23,339.65

18,694.41

 

konsreal

19

3,614,343.38

15,526,109.24

11,911,765.85

 

perdmom

20

767,008.98

1,376,380.12

609,371.14

 

jsangkt

21

334,884.60

449,818.98

114,934.39

 

jsmamin

22

54,723.01

85,058.89

30,335.88

 

jsako

23

20,243.91

39,667.09

19,423.18

 

psprgd

24

44,313.31

97,068.61

52,755.30

 

jsinfkmks

25

77,469.37

270,497.45

193,028.08

 

jslmbkeu

26

668,309.41

1,007,711.28

339,401.86

 

jasdmpem

27

-

64,879.67

64,879.67

 

japenddkn

28

4,882.97

11,041.08

6,158.11

 

jskeshtn

29

10,114.83

21,174.74

11,059.91

 

Jalain

30

40,513,92

151,540.93

111,027.01

 

 

Jumlah

7,162,932.24

24,688,150.22

17,525,217.98

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

8.     Analisa Dampak Nilai Tambah Bruto Terhadap Pembentukan Modal Tetap Bruto

Klasifikasi

Sektor

301

Naik/Turun

2010

2016

ptp

1

2,575,712.10

3,496,195.26

920,483.15

pth

2

29,296,275.36

22,674.61

(273,600.75)

pkst

3

2,519,974.74

3,808,025.19

1,288,060.45

ptrnkn

4

133,920.59

911,701.54

777,780.95

kehut

5

357,150.41

514,521.94

157,371.53

perikn

6

515,140.97

1,643,416.48

1,128,275.52

indsprtmb

7

20,373,016.99

39,962,034.11

19,589,017.12

indspnglh

8

3,105,643.79

7,685,772.45

4,580,128.66

indsteks

9

14,314.50

34,075.83

19,761.34

indskykit

10

481,014.99

2,064,141.53

1,583,126.54

indstkybrr

11

22,326.53

29,890.05

7,563.53

indskma

12

67,484.97

315,557.00

248,072.04

indskrt

13

781,113.55

1,934,007.13

1,152,893.58

indsbbg

14

845,111.64

482,324.72

(362,786.92)

indslgm

15

18,226.18

124,788.66

106,562.48

indsbtbr

16

-

-

-

ktnglstrk

17

155,041.85

237,681.01

82,639. 17

penganair

18

18,279.66

164,000.48

145,720.82

konsreal

19

511,040.74

1,494,855.05

983,814.31

perdmom

20

4,521,800.80

9,553,104.32

5,031,303.52

jsangkt

21

2,712,863.37

8,672,456.1,65

5,959,593.28

jsmamin

22

150,456.27

272,421.45

121,965.19

jsako

23

90,585.32

151,985.16

61,399.83

psprgd

24

344,210.36

905,870.37

561,660.01

jsinfkmks

25

544,412.28

1,288,027.47

743,615.19

jslmbkeu

26

2,570,014.40

4,062,848.41

1,492,834.01

jasdmpem

27

-

259,062.96

259,062.96

japenddkn

28

23,973.94

36,519.56

12,545.62

jskeshtn

29

19,664.28

176,519.02

156,854.74

Jalain

30

293,349.22

802,680.25

509,331.03

 

Jumlah

44,062,119.79

91,107,168.67

47,045,048.88

 

 

9.     Total Factor Productivity (TFP)

Langkah pertama dalam menghitung TFP adalah dengan terlebih dahulu mebuat matriks koefesien tekhnis untuk menggambarkan penggunaan input untuk menciptakan satu satuan moneter ouput di sektor i. Untuk melihat dari sisi supply maka koefisien yang dibentuk adalah sebagai berikut :

Langkah kedua adalah mengitung koefesien Nilai Tambah Bruto (NTB) per sektor dengan rumus :

Langkah ketiga menghitung TFP dengan menggunakan dengan rumus :

Dengan hasil sebagai berikut :

 

Kelompok yang memiliki TFP negatif (-) merupakan sektor- sektor yang lebih efisien karena merefleksikan penggunaan input antara yang lebih sedikit dibandingkan input primernya.sedangkan kelompok yang memiliki TFP Positif (+) merupakan sektor- sektor yang lebih kurang efesien karena merefleksikan penggunaan input antara yang lebih sedikit dibandingkan input primernya.

 

Peringkat Hasil Analisa TFP Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 � 2016

Sektor

Uraian

TFP

Hasil

27

Administrasi pemerintahan,pertahanan dan jaminan sosial wajib

-0.25

Efisien

26

Jasa Lembaga keuangan, usaha persewaan, dan jasa perusahaan

-0.24

Efisien

21

Jasa Angkutan

-0.12

Efisien

7

Industri pertambangan

-0.09

Efisien

2

Pertanian Tanaman Hortikultural Semusim, Hortikultural Tahunan dan Hortikultural lainnya

-0.08

Efisien

20

Perdagangan mobil dan kendaraan bermotor

-0.08

Efisien

17

Ketenaga listrikan

-0.05

Efisien

6

Perikanan

-0.04

Efisien

16

Industri Batubara dan pengilangan migas

0.00

Kurang efisien

1

Pertanian tanaman pangan

0.02

Kurang efisien

24

Jasa pengundangan dan jasa penunjangan angkutan, pos dan kurir

0.03

Kurang efisien

14

Industri barang galian bukan logam

0.03

Kurang efisien

22

Jasa penyedia makanan dan minuman

0.04

Kurang efisien

5

Kehutanan dan penebangan kayu

0.06

Kurang efisien

3

Perkebuman semusim dan tahunan

0.06

Kurang efisien

4

Perternakan

0.07

Kurang efisien

18

Pengadaan air, pengelolan sampah, limbah, dan daur ulang

0.11

Kurang efisien

25

Jasa informasi dan komunikasi

0.12

Kurang efisien

23

Jasa Penyediaan Akomodasi

0.13

Kurang efisien

28

Jasa pendidikan

0.14

Kurang efisien

13

Industri karet, Barang dan karet plastik

0.17

Kurang efisien

29

Jasa kesehatan dan kegiatan sosial

0.24

Kurang efisien

10

Industri kayu, kulit anyaman dan sejenisnya

0.25

Kurang efisien

9

Industri tekstil dan pakaian jadi

0.27

Kurang efisien

30

Jasa lainnya

0.36

Kurang efisien

15

Industry logam, mesin, alat-alat angkutan industry pengolahan lainnya

0.38

Kurang efisien

11

Industy logam, mesin, alat-alat angkutan dan industry pengolahan lainnya rotan dan sejenisnya.

0.40

Kurang efisien

8

Industy pengolahan

0.41

Kurang efisien

12

Industry kimia, Farmasi dan obat tradisional

0.45

Kurang efisien

19

Konstruksi dan real estate

0.78

Kurang efisien

 

Kesimpulan

Sektor penggerak utama dan pendorong pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Selatan adalah Industri Pengolahan, Peternakan, Ketenagalistrikan, Kontruksi dan Real Estate, Jasa Informasi dan Komunikasi.

Provinsi Kalimantan Selatan sedang menuju perubahan struktur ekonomi dimana Sektor Peternakan dan Sektor Jasa Informasi dan Komunikasi adalah sektor yang bias terus dikembangkan selain munculnya sektor-sektor yang potensial antara lain sektor Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan Semusim dan Tahunan, Industri Pertambangan, Perdagangangan Mobil dan Kendaraan Bermotor, Jasa Angkutan, Jasa Lembaga keuangan, usaha persewaan, dan jasa perusahaan, sektor Industri Kayu,Kulit,Anyaman dan Sejenisnya, Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik, Industri Barang Galian bukan Logam, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang, Jasa Penyediaan Akomodasi, Jasa Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan, Pos dan Kurir, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial.

Hasil analisa TFP menyatakan bahwa terdapat 9 Sektor yang memiliki tingkat efisiensi yang tinggi yaitu : Pertanian Tanaman Hortikultura Semusim, Hortikultura Tahunan, dan Lainnya; Perikanan; Pertambangan;Ketenagalistrikan; Perdagangangan�� Mobil�� dan�� Kendaraan�� Bermotor; Jasa Angkutan, sementara 21 sektor lainnya kurang efisien. Namun jika dilihat dari nilai TFP sektor-sektor unggulan Provinsi Kalimantan Selatan antara lain sektor industri pengolahan, konstrusi real estate dan jasa komunikasi dan informatika perlu dilakukannya peningkatan teknologi terhadap proses produksinya agar input menjadi lebih efesien, juga menjadi masalah pada sektor ini tingginya penggunaan input antara untuk tahun berjalan pada sektor- sektor ini perlu menjadi perhatian.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Aroca, P., & Garrido, N. (2018). Sectoral breakdown of total factor productivity in Chile, 1996-2010. CEPAL Review, 2017(122), 171�188.

 

BPS Kalsel. (2020). Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Kalimantan Selatan Menurut Lapangan Usaha 2015-2019.

 

Bruno Hildebrand. (1848). Economics of the Present and the Future. In Wikipedia contributors. Wikipedia, The Free Encyclopedia. https://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Bruno_Hildebrand&oldid=1050794123

 

B�cher, K. (1893). The Rise of the National Economy. In Wikipedia contributors. Wikipedia, The Free Encyclopedia. https://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Karl_B�cher&oldid=1021371591

 

Diartho, H. C. (2018). Penentuan Sektor Ekonomi Unggulan di Kabupaten Banyuwangi. Media Trend, 13(1), 146.

 

Fajri, N., & Kuncoro, M. (2016). Perubahan Struktur Ekonomi, Dekomposisi Sumber Pertumbuhan Output, dan Pertumbuhan Total Factor Productivity (TFP): Analisis Lanjutan Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan, 2000-2010. Jurnal Ekonomi Dan Ekonomi Studi Pembangunan, 8(2), 245�267.

 

Imansyah, M. H. (2019). Policy Brief : Produktivitas: Faktor Penting Dalam Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

 

Jhingan., M. L. (2013). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT. Rajagrafindo Persada.

 

Kalsel, B. (2020). Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Ratio, dan Kepadatan Penduduk Tahun 2020.

 

Kuncoro, M. (2010). Dasar-dasar Ekonomika Pembangunan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

 

Miller, R. E., & Blair, P. D. (2009). Input � Output Analysis:Foundation and Extensions (Second Edi).

 

Nazir, M. (2013). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia.

 

Rostow, W. W. (1960). The Stages of Economic Growth. In Wikipedia contributors (https://en). Wikipedia, The Free Encyclopedia.

 

Sabiroglu, I. M., & Bashirli, S. (2012). Input-output analysis in an oil-rich economy: The case of Azerbaijan. Resources Policy, 37(1), 73�80.

 

Smith, J. A. (1776). The Wealth of Nations. https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Adam_Smith&oldid=19188644

 

Suhaisil Nazara, P. . (2005). No Title (Edisi Kedu). Ekonomi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi.

 

Sukiyono, K., Romdhon, M. M., & Nabiu, M. (2017). Keterkaitan Sektor Dan Sektor Utama Dalam Perekonomian Propinsi Bengkulu: Analisa Input- Output. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia, 9(2).

 

Sulaiman, N. (2012). An input-output analysis of the total factor productivity growth of the Malaysian manufacturing sector, 1983-2005. Jurnal Ekonomi Malaysia, 46(1), 147�155.

 

ten Raa, T., & Shestalova, V. (2011). Alternative Measures of Total Factor Productivity Growth. SSRN Electronic Journal, June, 1�21.

 

Triyanta, H. K. D. (2017). Analisis Model Input Output Pembangunan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara. http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/23916%0A

.

Copyright holder:

Julius Heryadi, Muhammad Handry Imansyah, Fifi Swandari (2021)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: