Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
10, Oktober 2024
REVOLUSI DIGITAL KESEHATAN:
MENINGKATKAN LAYANAN DENGAN KECERDASAN BUATAN
Muhammad Faizi Abdillah
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta III, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini mengkaji
potensi integrasi kecerdasan buatan (AI) dalam meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan kesehatan, dengan fokus khusus
pada konteks Indonesia. Melalui
tinjauan literatur sistematis, studi ini mengeksplorasi perkembangan terkini dalam penerapan AI di berbagai aspek layanan kesehatan, termasuk pemrosesan citra medis, diagnostik,
penemuan obat, dan manajemen rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam penggunaan telehealth di Indonesia, dengan
peningkatan pengguna hingga 900% dari tahun 2019 ke 2020. Layanan seperti Halodoc dan Alodokter menjadi pionir dalam adopsi AI untuk kesehatan. Meskipun AI menunjukkan potensi besar dalam
meningkatkan akurasi
diagnosis dan akses layanan
kesehatan di daerah terpencil, implementasinya menghadapi tantangan seperti kesenjangan digital dan resistensi terhadap teknologi baru. Studi ini menyimpulkan
bahwa keberhasilan integrasi AI dalam layanan kesehatan memerlukan pendekatan holistik yang mempertimbangkan aspek teknologi, sosial, dan kebijakan, serta merekomendasikan peningkatan investasi infrastruktur, edukasi, penelitian lanjutan, dan pengembangan kebijakan yang mendukung adopsi AI dengan memperhatikan etika dan privasi.
Kata kunci: Kecerdasan Buatan (AI) dalam Kesehatan,
Telehealth Indonesia, Layanan Kesehatan Inklusif
Abstract
This research
examines the potential of artificial intelligence (AI) integration in improving
the efficiency and quality of healthcare, with a particular focus on the
Indonesian context. Through a systematic literature review, the study explores
recent developments in the application of AI in various aspects of healthcare,
including medical image processing, diagnostics, drug discovery, and hospital
management. The results show significant growth in the use of telehealth in
Indonesia, with a 900% increase in users from 2019 to 2020. Services such as Halodoc and Alodokter are
pioneering the adoption of AI for healthcare. While AI shows great potential in
improving diagnosis accuracy and healthcare access in remote areas, its
implementation faces challenges such as digital divide and resistance to new
technologies. This study concludes that the successful integration of AI in
healthcare requires a holistic approach that considers technological, social,
and policy aspects, and recommends increased investment in infrastructure,
education, continued research, and the development of policies that support AI
adoption with attention to ethics and privacy.
Keywords: Artificial Intelligence (AI) in Healthcare, Telehealth Indonesia,
Inclusive Healthcare
Pendahuluan
Perkembangan teknologi informasi
dan kecerdasan buatan (AI) telah membuka peluang
baru untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi layanan kesehatan di seluruh dunia
Kajian literatur
terdahulu menunjukkan bahwa AI dapat diterapkan di berbagai
bidang kesehatan, termasuk pemrosesan citra medis, diagnostik, penemuan obat, dan manajemen
rumah sakit. Jaringan syaraf tiruan (JST) dan pembelajaran mendalam telah menunjukkan potensi besar dalam
meningkatkan akurasi diagnosis
Kebaruan ilmiah
dari penelitian ini terletak pada analisis komprehensif tentang integrasi AI dalam layanan kesehatan
di Indonesia, dengan mempertimbangkan aspek teknologi, sosial, dan kebijakan
secara holistik. Berbeda dengan studi sebelumnya
yang cenderung berfokus
pada aspek teknis AI dalam kesehatan, penelitian ini juga mengeksplorasi implikasi sosial dan etika
dari adopsi teknologi ini di
negara berkembang.
Permasalahan penelitian
yang diajukan adalah: Bagaimana integrasi AI dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas
layanan kesehatan di Indonesia, dan
apa saja tantangan serta peluang yang dihadapi dalam proses implementasinya?
Tujuan dari
kajian ini adalah untuk mengeksplorasi
potensi integrasi AI dalam meningkatkan layanan kesehatan di Indonesia, mengidentifikasi
faktor-faktor kunci keberhasilan implementasi AI dalam konteks negara berkembang, dan memberikan rekomendasi kebijakan untuk mendukung adopsi AI dalam sistem kesehatan
nasional. Dengan demikian, studi ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang bermanfaat bagi pembuat kebijakan,
praktisi kesehatan, dan peneliti dalam
upaya mengembangkan layanan kesehatan yang lebih inklusif dan efisien di
Indonesia.
Metode Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode tinjauan literatur sistematis untuk mengkaji penerapan AI dalam layanan kesehatan,
dengan fokus khusus pada konteks Indonesia. Proses
penelitian dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut:
1. Pencarian Literatur
Pencarian literatur dilakukan
menggunakan database elektronik
seperti PubMed, Scopus, dan Google Scholar. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian meliputi "artificial intelligence in healthcare",
"telehealth Indonesia", "AI medical applications", dan
"digital health innovation". Pencarian dibatasi pada publikasi dalam bahasa Inggris
dan Indonesia yang terbit dalam
rentang waktu 2019-2024 untuk memastikan keterbaruan informasi.
2. Seleksi Literatur
Kriteria inklusi mencakup
studi yang membahas penerapan AI dalam layanan kesehatan, terutama di Indonesia atau negara
berkembang lainnya. Abstrak dan judul dari artikel yang ditemukan diperiksa untuk menentukan relevansinya dengan topik penelitian. Artikel yang memenuhi kriteria kemudian dianalisis secara menyeluruh.
3. Ekstraksi Data
Data yang diekstrak dari literatur terpilih meliputi jenis aplikasi AI, bidang penerapan dalam kesehatan, efektivitas, tantangan implementasi, dan implikasi kebijakan. Khusus untuk data statistik tentang penggunaan telehealth di
Indonesia, informasi dikumpulkan
dari laporan industri dan publikasi pemerintah yang tersedia hingga April 2024.
4. Analisis Data
Data yang diekstrak dianalisis secara kualitatif menggunakan metode analisis tematik. Tema-tema utama yang muncul dari literatur diidentifikasi dan dikelompokkan untuk memberikan gambaran komprehensif tentang integrasi AI dalam layanan kesehatan
di Indonesia.
5. Sintesis dan Interpretasi
Hasil analisis kemudian disintesis untuk mengidentifikasi tren, peluang, dan tantangan dalam penerapan AI di sektor kesehatan Indonesia. Interpretasi
dilakukan dengan mempertimbangkan konteks sosial, ekonomi, dan teknologi di Indonesia.
Penelitian ini tidak
melibatkan eksperimen langsung atau pengumpulan
data primer. Semua data yang digunakan
bersumber dari literatur yang telah dipublikasikan dan laporan resmi. Oleh karena itu, tidak diperlukan
peralatan khusus atau prosedur eksperimental.
Analisis statistik deskriptif
sederhana digunakan untuk mengolah data kuantitatif terkait penggunaan telehealth di Indonesia, seperti
persentase pertumbuhan pengguna dan distribusi geografis. Analisis ini dilakukan menggunakan
perangkat lunak Microsoft
Excel.
Validitas penelitian dijaga
melalui triangulasi sumber data, di mana informasi dari berbagai jenis
publikasi (artikel jurnal, laporan industri, dan dokumen kebijakan) dibandingkan dan diintegrasikan untuk memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif.
Keterbatasan metode
ini diakui, terutama dalam hal ketersediaan data terkini untuk konteks
Indonesia. Untuk mengatasi hal ini,
peneliti melakukan upaya ekstra untuk
mencari sumber data lokal yang relevan dan terkini..
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa integrasi AI dalam layanan kesehatan di Indonesia memiliki
potensi besar untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas
pelayanan. Temuan-temuan utama dari
analisis data yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan Signifikan Pengguna Telehealth
Data menunjukkan peningkatan dramatis dalam penggunaan layanan telehealth di
Indonesia, dengan pertumbuhan
pengguna mencapai 900% dari tahun 2019 ke 2020
Fenomena ini
dapat dijelaskan oleh beberapa faktor:
a) Peningkatan penetrasi smartphone dan internet di Indonesia: Menurut laporan We Are Social dan Hootsuite, penetrasi internet di Indonesia mencapai 73,7% dari total populasi pada Januari 2021 (Kemp, 2021).
b) Perubahan perilaku masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan selama pandemi COVID-19: Pembatasan sosial dan kekhawatiran
akan penularan virus di fasilitas kesehatan
mendorong masyarakat untuk mencari alternatif
layanan kesehatan jarak jauh
c) Dukungan regulasi: Kementerian Kesehatan Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Telemedicine antar Fasilitas Pelayanan Kesehatan, yang memberikan landasan hukum bagi perkembangan
telehealth (Kementerian Kesehatan RI, 2019).
Tren ini sejalan
dengan temuan global yang menunjukkan peningkatan adopsi telehealth sebagai respons terhadap pembatasan fisik selama pandemi. Misalnya, di Amerika Serikat, CDC
melaporkan peningkatan 154%
dalam kunjungan telehealth
pada kuartal terakhir Maret
2020 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019
2. Preferensi Layanan Telehealth
Hasil survei
Katadata Insight Center (KIC) menunjukkan
variasi dalam preferensi pengguna terhadap layanan telemedicine di
Indonesia. Berikut adalah rincian lengkap dari temuan tersebut:
a) Halodoc merupakan layanan telemedicine
yang paling banyak digunakan,
dengan persentase 46,5% dari total responden (Katadata Insight Center, 2022).
b) Layanan
telemedicine yang disediakan oleh rumah
sakit atau klinik menempati urutan kedua, digunakan
oleh 41,8% responden.
c) Alodokter berada di posisi ketiga
dengan 35,7% pengguna.
d) Konsultasi
online langsung dengan dokter dipilih oleh 20,3% responden.
e) KlikDokter
digunakan oleh 15,5% responden.
f) Situs Kementerian Kesehatan
(isoman.kemkes.go.id) diakses oleh 10,2% responden.
g) Good Doctor digunakan
oleh 5,4% responden.
h) LinkSehat
dan Lekasehat masing-masing digunakan
oleh 4,4% dan 2% responden.
i) Layanan telemedicine
atau fasilitas kesehatan lainnya digunakan oleh 1,1% responden.
Temuan ini mengindikasikan preferensi pengguna terhadap platform yang menawarkan antarmuka yang mudah digunakan dan beragam layanan kesehatan terintegrasi. Dominasi Halodoc dapat dijelaskan oleh beberapa faktor:
1. Keragaman
layanan: Halodoc menawarkan berbagai layanan termasuk konsultasi dokter, pembelian obat, dan pemesanan tes laboratorium
dalam satu platform (Halodoc, 2023).
2. Kemitraan
strategis: Halodoc telah menjalin kerjasama dengan berbagai rumah sakit dan apotek, memperluas jangkauan layanannya (Tempo.co, 2021).
3. Investasi
dalam teknologi: Halodoc terus meningkatkan
platform mereka dengan fitur-fitur berbasis AI untuk meningkatkan pengalaman pengguna (Halodoc, 2022).
Preferensi terhadap layanan telemedicine yang disediakan
oleh rumah sakit atau klinik (41,8%) menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap institusi kesehatan yang sudah mapan masih
menjadi faktor penting bagi sebagian
besar pengguna. Hal ini sejalan dengan
temuan
Variasi dalam preferensi layanan ini juga mencerminkan keberagaman kebutuhan dan ekspektasi pengguna terhadap layanan kesehatan digital. Sesuai dengan teori difusi
inovasi (Rogers, 2003), adopsi
teknologi baru seperti telehealth dipengaruhi
oleh persepsi keuntungan relatif, kompatibilitas dengan nilai-nilai yang ada, dan kemudahan penggunaan
Tabel 1. Persentase
Penggunaan Layanan
Telemedicine di Indonesia
Layanan Telemedicine |
Persentase Pengguna |
Halodoc |
46,5% |
Rumah Sakit/Klinik |
41,8% |
Alodokter |
35,7% |
Konsultasi Langsung |
20,3% |
KlikDokter |
15,5% |
Isoman.kemkes.go.id |
10,2% |
Good
Doctor |
5,4% |
LinkSehat |
4,4% |
Lekasehat |
2,0% |
Lainnya |
1,1% |
3. Distribusi Geografis dan Akses Layanan
Data menunjukkan bahwa sekitar 60% pengguna telehealth berada di
wilayah perkotaan, terutama
di Pulau Jawa (Kemenkes RI, 2023). Temuan ini menunjukkan
adanya kesenjangan digital antara daerah perkotaan
dan pedesaan di Indonesia. Fenomena
ini dapat dijelaskan oleh beberapa faktor:
a) Infrastruktur Teknologi: Daerah perkotaan, terutama di Pulau
Jawa, memiliki infrastruktur
internet yang lebih baik dibandingkan dengan daerah pedesaan atau pulau-pulau terpencil. Menurut laporan
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), penetrasi internet di Jawa mencapai 56,4%, sementara di luar Jawa hanya
43,6% (APJII, 2022).
b) Literasi Digital: Tingkat literasi digital yang lebih tinggi di daerah
perkotaan memungkinkan adopsi teknologi telehealth yang lebih cepat. Penelitian
c) Ketersediaan
Perangkat: Masyarakat perkotaan umumnya memiliki akses yang lebih baik ke
smartphone dan perangkat
digital lainnya yang diperlukan
untuk mengakses layanan telehealth (We Are Social & Hootsuite,
2023).
d) Kesadaran dan Edukasi:
Masyarakat perkotaan cenderung memiliki paparan yang lebih tinggi terhadap informasi tentang layanan telehealth melalui iklan dan
kampanye edukasi
Kesenjangan ini
memiliki implikasi penting terhadap pemerataan akses layanan kesehatan di Indonesia. Meskipun
telehealth berpotensi untuk menjembatani kesenjangan akses layanan kesehatan antara daerah perkotaan dan pedesaan, pola
adopsi saat ini justru dapat
memperlebar kesenjangan tersebut jika tidak
ditangani dengan tepat.
Untuk mengatasi
kesenjangan ini, beberapa inisiatif telah dilakukan:
1. Program Indonesia
Telemedicine Alliance for Remote Areas (INTARA) yang diluncurkan
oleh Kementerian Kesehatan untuk memperluas
jangkauan telehealth ke daerah terpencil (Kemenkes RI, 2022).
2. Kemitraan public-private antara pemerintah dan penyedia layanan telehealth untuk meningkatkan infrastruktur di daerah pedesaan (Halodoc, 2023).
3. Program literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi
dan Informatika untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengakses layanan digital, termasuk telehealth (Kominfo,
2022).
Namun, tantangan masih
tetap ada. Penelitian
4. Jenis Layanan yang Paling Sering Digunakan
Jenis layanan AI yang paling sering digunakan dalam konteks layanan
kesehatan di Indonesia, berdasarkan
informasi yang tersedia:
a. Sistem Diagnosis Berbasis AI
Salah satu implementasi
AI yang paling menonjol di Indonesia adalah dalam bidang
analisis citra medis, khususnya untuk deteksi tuberkulosis
(TB). Proyek kolaborasi antara Kementerian Kesehatan Indonesia, Stop TB
Partnership, dan Qure.ai telah menerapkan
sistem AI untuk menganalisis X-ray dada guna mendeteksi TB (Stop TB Partnership, 2021). Sistem ini menggunakan
algoritma deep learning yang dilatih
dengan ribuan citra X-ray untuk mengenali pola-pola yang mengindikasikan adanya TB. Implementasi ini bertujuan untuk meningkatkan deteksi dini TB, terutama di daerah-daerah yang kekurangan ahli radiologi. Menurut laporan Stop TB
Partnership (2021), sistem ini
telah diuji coba di beberapa fasilitas kesehatan di Indonesia
dan menunjukkan tingkat akurasi yang menjanjikan.
b. Chatbot dan Asisten
Virtual:
Platform telehealth terkemuka di
Indonesia seperti Halodoc
dan Alodokter telah mengintegrasikan chatbot berbasis
AI ke dalam layanan mereka. Chatbot ini berfungsi sebagai
garis depan dalam interaksi dengan pengguna, memberikan informasi kesehatan dasar, dan melakukan triase awal sebelum
pengguna berkonsultasi dengan dokter manusia.
Halodoc, misalnya, telah mengembangkan asisten virtual bernama "Halodoc Assistant" yang dapat
memahami keluhan pengguna dalam bahasa alami dan memberikan saran awal atau mengarahkan pengguna ke layanan
yang sesuai (Halodoc,
2023). Sistem ini menggunakan teknologi Natural
Language Processing (NLP) untuk memahami
input pengguna dan machine learning untuk terus meningkatkan
akurasi responsnya. Alodokter juga memiliki chatbot serupa yang dapat melakukan skrining gejala dan memberikan rekomendasi tindakan lanjutan (Alodokter, 2022).
Chatbot-chatbot ini tidak hanya meningkatkan efisiensi layanan tetapi juga membantu mengurangi beban kerja tenaga kesehatan
manusia.
c. Sistem Pendukung Keputusan Klinis:
Beberapa rumah sakit
besar di Indonesia telah mulai mengadopsi sistem pendukung keputusan klinis (Clinical
Decision Support Systems/CDSS) berbasis AI. Sistem ini dirancang
untuk membantu dokter dalam proses diagnosis dan
perencanaan pengobatan dengan menganalisis data pasien dan membandingkannya dengan basis pengetahuan medis yang luas. Menurut laporan Kementerian
Kesehatan RI (2023), implementasi CDSS berbasis AI telah dimulai di beberapa rumah sakit rujukan
nasional. Sistem ini membantu dokter
dalam menganalisis data laboratorium, riwayat medis, dan faktor risiko pasien untuk
memberikan rekomendasi
diagnosis dan rencana pengobatan
yang lebih akurat.
d. AI untuk Manajemen Data Kesehatan:
Dengan meningkatnya digitalisasi
rekam medis, penggunaan AI untuk manajemen data kesehatan menjadi semakin penting.
e. Prediksi dan Pencegahan Penyakit:
Meskipun masih dalam
tahap awal, beberapa proyek penelitian di Indonesia telah mulai menggunakan AI untuk memprediksi penyebaran penyakit dan mengidentifikasi faktor risiko kesehatan.
5. Kepuasan Pengguna
Kepuasan pengguna telehealth di Indonesia
menunjukkan tren positif, dengan tingkat kepuasan mencapai sekitar 80%
Meskipun demikian, tantangan
dalam implementasi
telehealth di Indonesia masih ada,
terutama terkait infrastruktur teknologi dan kesenjangan digital antara daerah perkotaan dan pedesaan
Evaluasi program telemedicine nasional
oleh Kementerian Kesehatan Indonesia menunjukkan peningkatan akseptabilitas dan kepuasan pengguna dari tahun ke
tahun, namun masih diperlukan upaya untuk meningkatkan
pemerataan akses dan kualitas layanan di seluruh wilayah Indonesia (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2023).
6. Peran AI dalam Meningkatkan Layanan Kesehatan
Kecerdasan Buatan (AI) menunjukkan
potensi signifikan dalam meningkatkan layanan kesehatan di Indonesia, terutama dalam hal meningkatkan akurasi diagnosis melalui pemrosesan citra medis
Meskipun penelitian
Penggunaan AI dalam layanan
kesehatan di negara berkembang
seperti Indonesia juga menghadapi
tantangan etis dan regulasi, termasuk masalah privasi data pasien dan keamanan informasi kesehatan
Meskipun demikian, potensi
AI untuk mengatasi keterbatasan sumber daya manusia di sektor kesehatan Indonesia sangat
menjanjikan. Dengan pengembangan dan implementasi
yang tepat, AI dapat membantu meningkatkan akses terhadap layanan diagnostik berkualitas tinggi, terutama di daerah-daerah terpencil yang kekurangan tenaga ahli medis
Meskipun implementasi
AI dalam layanan kesehatan di Indonesia
masih dalam tahap awal, beberapa
inisiatif telah dimulai:
1. Sistem AI untuk
deteksi tuberkulosis: Sebuah proyek kolaborasi
antara Kementerian Kesehatan
Indonesia, Stop TB Partnership,
dan perusahaan AI Qure.ai telah mengimplementasikan sistem AI untuk mendeteksi tuberkulosis dari X-ray dada di beberapa fasilitas
kesehatan di Indonesia. Proyek ini bertujuan untuk
meningkatkan deteksi dini dan mengurangi beban penyakit TB di Indonesia (Stop
TB Partnership, 2021)
2. Telemedicine dengan dukungan AI: Beberapa startup kesehatan di Indonesia seperti Halodoc dan Alodokter telah mulai mengintegrasikan
teknologi AI ke dalam platform telemedicine mereka
untuk meningkatkan layanan konsultasi online dan triase awal.
Peningkatan akurasi diagnosis melalui AI dapat berdampak signifikan pada kualitas layanan kesehatan di Indonesia:
1. Mengurangi kesalahan medis: Dengan meningkatnya
akurasi diagnosis, risiko kesalahan medis dapat berkurang, yang pada gilirannya dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas yang tidak perlu.
2. Mengoptimalkan sumber daya: Diagnosis yang lebih cepat dan akurat dapat membantu mengalokasikan sumber daya kesehatan yang terbatas secara lebih efisien, terutama di daerah-daerah yang kekurangan tenaga kesehatan.
3. Meningkatkan akses ke layanan spesialis:
Dengan bantuan AI, fasilitas kesehatan primer di daerah terpencil dapat memberikan layanan diagnostik yang lebih baik, mengurangi
kebutuhan rujukan ke rumah sakit
besar di kota.
4. Mendukung pengambilan keputusan klinis: AI dapat membantu tenaga kesehatan dalam pengambilan keputusan klinis yang lebih baik, terutama
dalam kasus-kasus yang kompleks atau jarang
terjadi.
7. Tantangan Implementasi
Meskipun potensinya
besar, implementasi AI dalam layanan kesehatan
di Indonesia menghadapi beberapa tantangan utama, termasuk kesenjangan digital dan resistensi terhadap teknologi baru. Tantangan ini sejalan dengan temuan penelitian sebelumnya di negara berkembang lainnya
Tantangan Implementasi
AI dalam Layanan Kesehatan di Indonesia
diantaranya adalah:
1.
Infrastruktur Teknologi yang Belum Merata
Indonesia menghadapi
tantangan dalam pemerataan infrastruktur teknologi. Menurut laporan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII, 2020), penetrasi
internet di Indonesia pada tahun 2019-2020 baru mencapai
73,7% dari total populasi.
2.
Kualitas
dan Ketersediaan Data
3.
Regulasi
dan Kebijakan
4.
Sumber
Daya Manusia
5.
Tantangan
Etika dan Privasi
6.
Keterbatasan Anggaran
7.
Resistensi
terhadap Perubahan
8.
Tantangan
Integrasi dengan Sistem
yang Ada
Kesimpulan
Integrasi AI dalam layanan kesehatan di Indonesia menunjukkan perkembangan yang signifikan, terutama terlihat dari pertumbuhan
dramatis penggunaan layanan
telehealth yang mencapai 900% dari
tahun 2019 ke 2020. Dalam lanskap layanan
telehealth, Halodoc muncul sebagai platform yang paling banyak
digunakan, diikuti oleh layanan dari rumah
sakit/klinik dan Alodokter, mencerminkan preferensi pengguna terhadap layanan yang mudah diakses dan terpercaya. Namun, di balik pertumbuhan ini, terungkap adanya kesenjangan digital yang signifikan, dengan mayoritas pengguna telehealth terkonsentrasi di wilayah perkotaan,
terutama di Pulau Jawa. Meskipun
demikian, tingginya tingkat kepuasan pengguna telehealth yang mencapai
sekitar 80% menunjukkan penerimaan yang baik terhadap teknologi ini di kalangan masyarakat Indonesia. Layanan
yang paling sering dimanfaatkan
adalah konsultasi dokter online dan pemesanan obat, mengindikasikan kebutuhan masyarakat akan akses cepat
terhadap layanan kesehatan dasar.
Meskipun menghadapi berbagai
tantangan, integrasi AI dalam layanan kesehatan
tetap dipandang sebagai peluang besar untuk meningkatkan
akses dan kualitas layanan kesehatan di Indonesia, terutama dalam mengatasi keterbatasan sumber daya di daerah terpencil. Namun, untuk mengoptimalkan
potensi ini, diperlukan upaya yang signifikan dan terkoordinasi dari berbagai pemangku
kepentingan untuk mengatasi kesenjangan akses, meningkatkan infrastruktur, mengembangkan regulasi yang tepat, serta membangun kapasitas sumber daya manusia dalam
mengadopsi dan memanfaatkan
teknologi AI secara efektif dalam sistem
kesehatan nasional.
BIBLIOGRAFI
Almathami, H. K. Y., Win, K. T., & Vlahu-Gjorgievska,
E. (2020). Barriers and facilitators that influence telemedicine-based,
real-time, online consultation at patients’ homes: systematic literature
review. Journal of Medical Internet Research, 22(2), e16407.
Alviani, R., Purwandari, B., Eitiveni, I., & Purwaningsih,
M. (2023). Factors affecting adoption of telemedicine for virtual healthcare
services in Indonesia. J. Inf. Syst. Eng. Bus. Intell,
9(1), 4769.
Armanita, R. D., Thaap, J., & Darmi, T. (2023). Tranparansi Pelayanan Karyawan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan
Kantor Cabang Kota Bengkulu. JOPPAS: Journal of Public Policy and
Administration Silampari, 5(1), 49–61.
Esteva, A., Chou, K., Yeung, S., Naik, N., Madani, A., Mottaghi, A., Liu, Y., Topol, E., Dean, J., & Socher, R. (2021). Deep learning-enabled medical computer
vision. NPJ Digital Medicine, 4(1), 5.
Fauzi, M. R., Saimi, S., & Fathoni, F. (2024). Tantangan
dan Solusi Administrasi Kesehatan di Era Digital (Tinjauan Literature Review atas Implementasi Teknologi). AL-MIKRAJ
Jurnal Studi Islam Dan Humaniora (E-ISSN 2745-4584), 5(01), 1093–1103.
Greenhalgh,
T., Shaw, S. E., Nishio, A. A., Byng, R., Clarke, A., Dakin, F., Faulkner, S.,
Hemmings, N., Husain, L., & Kalin, A. (2022). Remote care in UK general
practice: baseline data on 11 case studies. NIHR Open Research, 2.
Handayani, S. (2020). Buku
Ajar Aspek Sosial Kedokteran: Edisi 2. Airlangga University Press.
Hastutiningsih, A. D., Sugiyono, S.,
Suyanto, S., & Wibowo, U. B. (2022). Strategi Jurusan
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Menghadapi Revolusi
Industri 4.0: Studi Kasus
di DIY. Jurnal Pendidikan Teknik Sipil, 4(1), 38–45.
He, T.,
Lamont, B. B., & Pausas, J. G. (2019). Fire as a
key driver of Earth’s biodiversity. Biological Reviews, 94(6),
1983–2010.
Hou, A.,
Chen, P., Tang, H., Meng, H., Cheng, X., Wang, Y., Zhang, Y., & Peng, J.
(2018). Cellular senescence in osteoarthritis and anti-aging strategies. Mechanisms
of Ageing and Development, 175, 83–87.
Ikhyana, F. K., Setyawan, F. E.
B., Pratama, P., & Iswanti,
Y. (2023). Keefektifan Sistem
Pendaftaran dan Antre Online Terhadap
Pelayanan Kesehatan. CoMPHI
Journal: Community Medicine and Public Health of Indonesia Journal, 4(1).
Ismoyowati, T. W., & Sinaga, M. R. E. (2021). Modul Konsep Dasar Keperawatan (KDK) I.
STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta.
Jiang,
X., Xie, H., Tang, R., Du, Y., Li, T., Gao, J., Xu, X., Jiang, S., Zhao, T.,
& Zhao, W. (2021). Characteristics of online health care services from
China’s largest online medical platform: cross-sectional survey study. Journal
of Medical Internet Research, 23(4), e25817.
Koonin, L. M. (2020). Trends in the use of telehealth
during the emergence of the COVID-19 pandemic—United States, January–March
2020. MMWR. Morbidity and Mortality Weekly Report, 69.
Kruse,
C., Betancourt, J., Ortiz, S., Valdes Luna, S. M., Bamrah,
I. K., & Segovia, N. (2019). Barriers to the use of mobile health in
improving health outcomes in developing countries: systematic review. Journal
of Medical Internet Research, 21(10), e13263.
Mardhiah, N. (2018). Pemetaan Media
Lokal Aceh; Kehadiran, Tantangan Sertarelasinya Dengan Politik Lokal. Source: Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(1).
Meiliana, A., Dewi, N. M., & Wijaya, A. (2019).
Artificial intelligent in healthcare. The Indonesian Biomedical Journal,
11(2), 125–135.
Meiriana, A., Trisnantoro, L.,
& Padmawati, R. S. (2019). Implementasi
program pengelolaan penyakit
kronis (PROLANIS) pada penyakit
hipertensi di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta. Jurnal
Kebijakan Kesehatan Indonesia: JKKI, 8(2),
51–58.
Onitsuka,
K., Hidayat, A. R. R. T., & Huang, W. (2018).
Challenges for the next level of digital divide in rural Indonesian
communities. The Electronic Journal of Information Systems in Developing
Countries, 84(2), e12021.
Panch, T., Szolovits, P., & Atun, R. (2018). Artificial intelligence, machine
learning and health systems.
Permoni, N. L. E. A., Trisnadewi,
N. K. A., & Somayasa, K. (2021). Penilaian Struktur Modal Dan Pengelolaan Modal Kerja. JEMBA:
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Manajemen
& Bisnis, Akuntansi,
1(1), 18–28.
Prawiroharjo, P., Pratama, P., & Librianty, N. (2019). Layanan telemedis di Indonesia: Keniscayaan,
risiko, dan batasan etika. Jurnal Etika Kedokteran Indonesia, 3(1), 1–9.
Putra,
K. T., Arrayyan, A. Z., Hayati,
N., Damarjati, C., Bakar, A., & Chen, H.-C.
(2024). A Review on the Application of Internet of Medical Things in Wearable
Personal Health Monitoring: A Cloud-Edge Artificial Intelligence Approach. IEEE
Access.
Rehman,
Z., Tariq, N., Moqurrab, S. A., Yoo, J., &
Srivastava, G. (2024). Machine learning and internet of things applications in
enterprise architectures: Solutions, challenges, and open issues. Expert
Systems, 41(1), e13467.
Schwalbe,
N., & Wahl, B. (2020). Artificial intelligence and the future of global
health. The Lancet, 395(10236), 1579–1586.
Sitompul, P. H. S. (2020). Musik Dalam
Dinamika Pujian Penyembahan. PNEUMATIKOS: Jurnal
Teologi Kependetaan, 10(2),
176–199.
Suwana, F. (2017). Lily.“. Empowering
Indonesian Women Through Building Digital Media Literacy.” Kasetsart:
Journal of Social Sciences, 38.
Tran, B.
X., Hoang, M. T., Vo, L. H., Le, H. T., Nguyen, T. H., Vu, G. T., Latkin, C. A., Ho, C. S. H., & Ho, R. C. M. (2020).
Telemedicine in the COVID-19 pandemic: motivations for integrated,
interconnected, and community-based health delivery in resource-scarce
settings? Frontiers in Psychiatry, 11, 564452.
Widhiarso, A. (2021). Telemedicine dan Telepharmacy:
Tantangan dan Perkembangan
Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
Farmasi Dan Kesehatan Indonesia, 1(1).
Copyright holder: Muhammad Faizi Abdillah
(2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |