Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
10, Oktober 2024
EFEKTIVITAS PROGRAM
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING MELALUI AKSI KONVERGENSI OLEH PEMERINTAH DAERAH
BERSAMA TIM TP PKK DI KABUPATEN BANGKA
Yusmiati1, Kiagus
Muhammad Sobri2, Darol Arkum3
Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Pahlawan 12 Sungailiat, Indonesia1,2,3
Email: [email protected]3
Abstrak
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efektivitas program pemerintah Bersama TP PKK
dalam percepatan penurunan stunting
melalui aksi konvergensi di Kabupaten Bangka dan mengetahui faktor-faktor yang
mendorong atau menghambat tercapainya efektivitas program percepatan penurunan
stunting melalui aksi konvergensi di Kabupaten Bangka. Metode analisis dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer hasil observasi dan wawancara dengan informan
yang berasal dari Organisasi Pemerintah Daerah pelaksana program, Kader TP PKK
serta masyarakat penerima layanan, dan data sekunder periode tahun
2021-2023. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: (1) peran Pemerintah Kabupaten Bangka dan TP PKK dalam percepatan
penurunan stunting melalui aksi konvergensi di Kabupaten Bangka memiliki
tingkat efektivitas yang sangat tinggi (2) faktor-faktor penghambat Pemerintah
bersama TP PKK untuk tercapainya efektivitas program percepatan penurunan
stunting melalui aksi konvergensi di
Kabupaten Bangka adalah terjadi pandemi covid-19 pada periode tahun 2020-2022,
rendahnya kesadaran orang tua akan pentingnya vaksin bagi balita, masih
rendahnya kesadaran masyarakat pentingnya menerapkan pola hidup bersih sehat
(PHBS), adanya stigma dari orang tua yang tidak menerima jika anaknya disebut
stunting sehingga intervensi sulit dilakukan, dan rendahnya akses air bersih
serta kurangnya jamban sehat. (3) faktor-faktor pendorong Pemerintah bersama TP
PKK untuk tercapainya efektivitas program percepatan penurunan stunting melalui
aksi konvergensi di Kabupaten Bangka
adalah komitmen yang tinggi dari pemerintah Kabupaten Bangka bersama TP dalam
melaksanakan program percepatan penurunan stunting di Kabupaten Bangka.
Kata kunci: efektivitas program, stunting, aksi konvergensi, pola bersih hidup
sehat, komitmen pemerintah, deskriptif kualitatif
Abstract
This research aims to determine the effectiveness of the government
program with TP PKK in accelerating stunting reduction through convergence
action in Bangka Regency and to determine the factors that encourage or hinder
the achievement of the effectiveness of the stunting reduction acceleration
program through convergence action in Bangka Regency. This research was
conducted using the qualitative descriptive method. The data used in this
research are primary data from observations and interviews with informants from
the Regional Government Organization implementing the program, TP PKK cadres
and service recipient communities, and secondary data for the 2021-2023 period.
The results finds that (1) The convergence action to accelerate stunting
reduction that implemented by Bangka Regency Government and TP PKK has been
very effective (2) The inhibiting factors of the effectiveness of the stunting
reduction acceleration program through convergence action in Bangka Regency
are: the Covid-19 pandemic in the 2020-2022 period, low parental awareness of
the importance of vaccines for toddlers, low public awareness of the importance
of adopting a clean and healthy lifestyle ( PHBS), there is a stigma from
parents who do not accept that their child is called stunted and there is low
access to clean water and a lack of healthy latrines (3) The encouraging
factors of the effectiveness of the stunting reduction acceleration program
through convergence action in Bangka Regency is the high commitment of the
Bangka Regency government and TP PKK in implementing the stunting reduction
acceleration program in Bangka Regency.
Keywords: accelerate stunting reduction program,
convergence action, clean and healthy lifestyle, government will, qualitative
descriptive method
Pendahuluan
Percepatan penurunan stunting di Indonesia merupakan
salah satu isu prioritas dalam pelaksanaan pembangunan. Stunting merupakan
permasalahan yang serius karena akan memberikan dampak jangka pendek maupun
jangka panjang. Dalam jangka pendek, stunting dapat meningkatkan risiko
kematian bayi dan balita serta meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.
Stunting juga dapat menghambat pertumbuhan kognitif, perkembangan motorik, dan
kemampuan bahasa (WHO, 2013). Secara jangka panjang, stunting akan menimbulkan
stunting lintas generasi serta meningkatkan risiko mengidap penyakit tidak
menular di masa dewasa
Menurut Hoddinott dalam Stewart
Angka prevalensi stunting di Indonesia berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, masih cukup tinggi yaitu sebesar 30,8%
(Balitbang Kemenkes RI, 2018). Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
rata-rata prevalensi stunting di dunia pada tahun yang sama yaitu 21,3%
Dalam RPJMN 2020-2024, pemerintah menargetkan angka prevalensi stunting di Indonesia menurun menjadi 14%. Target tersebut dapat tercapai dengan melibatkan peran multisektor dan memastikan adanya sinkronisasi program dari tingkat nasional hingga ke tingkat desa (Bappenas, 2019). Langkah yang ditempuh untuk mempercepat pencapaian target tersebut adalah dengan menentukan kabupaten/kota dan/atau desa tertentu sebagai fokus. Jumlah kabupaten/kota fokus ini akan diperluas secara bertahap hingga mencakup seluruh kabupaten/ kota di Indonesia. (Bappenas, 2019).
Upaya mendorong sinkronisasi program percepatan penurunan stunting juga diatur dalam permendagri No.31/2019 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2020. Permendagri ini mengamanatkan pemerintah daerah agar memasukkan kegiatan percepatan penurunan stunting ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Pemerintah daerah bertanggung jawab dalam memastikan intervensi lintas sektor untuk percepatan penurunan stunting agar dapat dilaksanakan secara efektif di tingkat provinsi, kabupaten/kota sampai dengan tingkat desa. Oleh karena itu, Kabupaten/kota terutama yang menjadi kabupaten prioritas harus melakukan upaya konvergensi dalam percepatan penurunan stunting. Upaya konvergensi merupakan pendekatan intervensi yang dilakukan secara terkoordinir, terpadu, dan bersama-sama.
Upaya ini harus melibatkan lintas sektor dalam
perencanaan. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga atau yang biasa disebut dengan
kelompok PKK dipahami dengan suatu praktik pembangunan ataupun pemberdayaan
suatu komunitas yakni masyarakat, dimana aktifitas pelaksanaannya dimulai pada
kelompok masyarakat itu sendiri, pengelolaan gerakan tersebut dijalankan oleh,
dari dan untuk masyarakat. Melalui gerakan pemberdayaan masyarakat, masyarakat
diharapkan dapat melihat, mengenali dan mengatasi masalah-masalah yang ada dan
memiliki solusi atas suatu permasalahan yang terjadi. Masyarakat diharapkan
memilik kemampuan untuk berkembang dan meningkatkan keterampilan dalam
mendayagunakan keseluruhan potensi dan peluang yang dimiliki sebagai upaya
mencapai kesejahteraan. Selaras dengan konsep pemberdayaan masyarakat yang
diungkapkan oleh
Kabupaten Bangka merupakan salah satu daerah yang masih
memiliki kasus stunting. Pada periode tahun 2019-2022, prevalensi stunting yang
terjadi pada balita di Kabupaten Bangka memiliki tren yang cenderung menurun.
Pada tahun 2019, angka prevalensi stunting mencapai 5.05, kemudian mengalami
penurunan menjadi 1,96% pada tahun 2020, sebanyak 1,68% pada tahun 2021 dan
hingga Bulan Agustus 2022 turun menjadi 1,34%.
Gambar 1. Data stunting di Kabupaten
Bangka Tahun 2019- 2022
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka, 2022
Pada tanggal 4 Juli 2019, Pemerintah
Kabupaten Bangka menerbitkan rencana aksi daerah penurunan stunting di
Kabupaten Bangka tahun 2019-2023 melalui 8 (delapan) aksi konvergensi, yang
dituangkan dalam Peraturan Bupati Bangka Nomor 38 Tahun 2019 tentang Rencana
Aksi Daerah Penurunan Stunting di Kabupaten Bangka Tahun 2019-2023. Secara
garis besar, pelaksanaan aksi konvergensi dilakukan melalui intervensi gizi
spesifik dan intervensi gizi sensitif. Program intervensi gizi spesifik
merupakan program yang dilaksanakan untuk mengatasi penyebab langsung
terjadinya stunting. Sementara itu, program intervensi gizi sensitif merupakan
program yang dilaksanakan untuk mengatasi penyebab tidak langsung
terjadinya stunting.
Faktor- faktor pendorong dan
penghambat dalam pelaksanaan program percepatan penurunan stunting juga
merupakan informasi yang sangat penting untuk diketahui. Kajian
Sejalan dengan penelitian
tersebut,
Dalam penelitian ini berfokus
pada penilaian komitmen pemerintah dan TP PKK sebagai bagian pelayan
masyarakat untuk memberikan layanan
Kesehatan setempat dengan mengacu pada
Nutrition Commitment Index (NCI) 2018 dan menyimpulkan bahwa Ada 6 indikator
yang tidak mencapai target diantaranya anggaran program gizi (stunting) yang
masih kurang, cakupan Vitamin A, cakupan air bersih cakupan sanitasi, kunjungan
ibu hamil dan tidak ada regulasi/hukum tentang perbaikan gizi.
Merujuk hasil penelitian
terdahulu, kajian yang dilakukan pada umumnya membahas permasalahan yang
dihadapi dalam pelaksanaan aksi konvergensi percepatan penurunan stunting.
Kajian mengenai sejauhmana efektivitas dari program percepatan penurunan
stunting belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, perlu penelitian bagaimana
efektivitas program percepatan penurunan stunting melalui aksi konvergensi di
Kabupaten Bangka, dalam mendorong
pencapaian tujuan untuk mempercepat penurunan angka prevalensi stunting.
Tujuan penelitian ini adalah
Mengetahui efektivitas program pemerintah Bersama TP PKK dalam percepatan penurunan stunting melalui aksi
konvergensi di Kabupaten Bangka. Mengetahui faktor-faktor yang mendorong atau
menghambat tercapainya efektivitas
program percepatan penurunan stunting melalui aksi konvergensi di Kabupaten
Bangka.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif
Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan
adalah teknik analisis deskriptif kualitatif. Untuk analisis data sekunder,
dilakukan tabulasi dan pengelompokan agar lebih mudah dideskripsikan
Periode penelitian yaitu pada Bulan
September—Oktober tahun 2023. Lokasi penelitian difokuskan di Desa Penagan
Kecamatan Mendo Barat. Hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi
penelitian adalah Desa Penagan Kecamatan Mendo Barat adalah salah satu desa
lokus prioritas penurunan stunting di Kabupaten Bangka.
Hasil dan Pembahasan
Efektivitas peran Pemerintah
Kabupaten Bangka dan TP PKK dalam percepatan penurunan stunting melalui aksi
konvergensi di Kabupaten Bangka
Kajian efektivitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kajian efektivitas dengan 3 (tiga)
pendekatan seperti yang diungkapkan oleh
Pendekatan sumber yang
diteliti dalam penelitian ini adalah sumber daya anggaran dan sumber daya
manusia yang digunakan dalam pelaksanaan program dan kegiatan percepatan
penurunan stunting di Kabupaten Bangka. Berdasarkan data dan informasi yang
diperoleh peneliti dapat diketahui bahwa ketersediaan sumber daya anggaran yang
digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Bangka untuk program percepatan penurunan
stunting pada periode penelitian tahun 2021-2022 masih belum mencukupi. Hal ini
disebabkan karena adanya kebijakan refocusing anggaran untuk penanganan
covid-19 sehingga menyebabkan beberapa kegiatan percepatan penurunan stunting
tidak dapat dilaksanakan.
Dilihat dari sumber pendanaan
diketahui bahwa lebih dari 90 persen sumber pendanaan berasal dari Pemerintah
Pusat (APBN). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemandirian keuangan
pemerintah Kabupaten Bangka sangat rendah, atau dengan kata lain Pemerintah
Kabupaten Bangka sangat rentan terhadap sumber pendanaan di luar kendalinya
atau pengaruhnya
Untuk mengurangi resiko
tersebut, Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka dituntut untuk dapat melakukan
inovasi dalam menggali potensi daerah yang dapat dijadikan sumber Pendapatan
Asli Daerah (PAD) sesuai dengan peraturan yang ada. Peningkatan PAD akan meningkatkan
kapasitas pemerintah daerah untuk mendanai program dan kegiatan sehingga
kondisi keuangan daerah menjadi lebih baik dan lebih kuat
Ketersediaan sumber daya
manusia yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Bangka khususnya perencana program
dan kegiatan percepatan penurunan stunting sudah efektif. Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan oleh peneliti menjukkan bahwa semua fungsional perencana
perangkat daerah yang melaksanakan kegiatan terkait stunting dapat menjelaskan
kegiatan yang direncanakan dengan baik. Teori kecocokan person-job dalam
Berdasarkan data yang
diperoleh dari laporan reviu kinerja penurunan stunting Kabupaten Bangka tahun
2021 dan hasil wawancara peneliti dengan informan, dapat disimpulkan bahwa
tahapan pelaksanaan kegiatan percepatan penurunan stunting yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Kabupaten Bangka telah sesuai dengan tahapan pelaksanaan yang
ditetapkan dalam Pedoman Pelaksanaan dan Pedoman Teknis 8 (delapan) aksi
konvergensi penurunan stunting yang dikeluarkan oleh Kementerian Bappenas dan
Kemendagri tahun 2019.
Pada proses perencanaan, tim
percepatan penurunan stunting Kabupaten Bangka telah melaksanakan 3 (tiga) aksi
konvergensi yaitu analisis situasi, penyusunan rencana kegiatan dan rembuk
stunting sebagaimana tertuang dalam Peraturan Bupati Bangka Nomor 38 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi
Daerah Penurunan Stunting di Kabupaten Bangka Tahun 2019-2023. Dari tahapan
perencanaan ini, diperoleh output berupa 11 (sebelas) desa lokus prioritas
stunting di Kabupaten Bangka dan rencana kegiatan serta jenis intervensi yang
sesuai dengan faktor determinan penyebab stunting. Berdasarkan data cakupan
layanan per desa/kelurahan di Kabupaten Bangka (Lampiran II), tim menetapkan
jenis intervensi yang dianggap efektif untuk mengatasi stunting di 11 (sebelas)
desa lokus stunting. Intervensi yang diberikan terdiri dari intervensi gizi
spesifik dan intervensi gizi sensitif dengan sasaran rumah tangga 1.000 HPK.
Pemberian intervensi secara
konvergen terbukti dapat menurunkan angka stunting di Kabupaten Bangka,
khususnya di 11 (sebelas) desa lokus prioritas stunting selama periode tahun
2021-2022 (Gambar 5.2). Jenis intervensi gizi spesifik yang diberikan terdiri
dari dari pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir,
anak 0-5 tahun, dan pelayanan kesehatan pada usia produktif khususnya bagi
remaja putri. Sementara itu, jenis intervensi sensitif yang diberikan berupa
akses pangan yang bergizi dan berimbang, akses air minum aman, akses jamban
yang layak, sanitasi yang sehat serta ketersediaan jaminan kesehatan.
Keberhasilan pelaksanaan aksi
konvergensi penenganan stunting di Kabupaten Bangka sejalan dengan beberapa
temuan sebelumnya. Hasil penelitian tersebut diantaranya oleh Agueyo dan Menon
(2016) dan Akombi et al (2017) yang menemukan bahwa pemberian makanan tambahan
pada anak, peningkatan nutrisi wanita,
dan sanitasi rumah tangga serta pengentasan kemiskinan dapat mencegah stunting
pada anak. Hasil penelitian yang serupa terkait upaya penanganan stunting juga
ditemukan di beberapa Negara, diantara di Bangladesh
Selain pemberian intervensi
gizi spesifik dan sensitif, faktor lain yang mendukung keberhasilan pelaksanaan
program penurunan stunting di Kabupaten Bangka adalah komitmen yang tinggi dari
kepala daerah dan dukungan kepala OPD serta lembaga lainnya seperti media
massa, instansi vertikal, dunia usaha dan akademisi terhadap stunting. Hal ini
sesuai dengan temuan
Upaya pencegahan stunting juga
dapat dilakukan melalui upaya pemberdayaan kader kesehatan sebagaimana yang
diungkapkan oleh
Faktor Pendorong dan
Penghambat Pemerintah Bersama TP PKK Untuk Tercapainya Efektivitas Program
Percepatan Penurunan Stunting Melalui Aksi
Konvergensi di Kabupaten Bangka
Dalam pelaksanaan program dan
kegiatan percepatan penurunan stunting di Kabupaten Bangka selama periode tahun
2021-2022, terdapat beberapa faktor yang menghambat tercapainya sasaran program
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, diantaranya adalah sebagai
berikut.
Pandemi covid-19 pada periode
tahun 2020-2022
Dari sisi perencanaan anggaran
kegiatan, adanya wabah covid-19 menyebabkan kebijakan penganggaran
diprioritaskan bagi penanggulangan bencana wabah covid-19 sehingga beberapa
anggaran untuk pelaksanaan kegiatan yang tidak menjadi prioritas Daerah
mengalami pengurangan ataupun penghapusan. Kegiatan yang terdampak terutama
adalah kegiatan intervensi gisi sensitif yang sumber pendanaannya berasal dari
APBD. Sementara itu, kegiatan yang bersumber dari APBN masih dapat dilakukan
meskipun mengalami pengurangan anggaran.
Dampak lain dari pandemi
covid-19 adalah tidak dapat dilaksanakannya kegiatan intervensi gizi spesifik
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka. Hal disebabkan karena selama pandemi
covid-19, diberlakukan kebijakan jaga jarak (social distancing) yang menyebabkan
beberapa pelayanan kesehatan yang menimbulkan kerumunan massa dihentikan,
termasuk layanan posyandu . Hal ini berimbas pada jumlah kunjungan ibu hamil,
bayi dan balita yang sangat rendah karena adanya ketakutan warga untuk
melakukan aktivitas di luar rumah yang berpotensi terjadinya penularan
covid-19. Begitu juga dengan kegiatan pemberian vitamin penambah darah (Fe)
bagi remaja putri juga tidak dapat dilaksanakan karena diberlakukan kebijakan
sekolah dari rumah. Untuk mengatasi hal tersebut, tenaga kesehatan yang
bertugas menggunakan sistem “jemput bola” dengan mendatangi rumah tangga 1.000
HPK yang menjadi sasaran kegiatan. Meskipun kurang optimal namun kegiatan
intervensi spesifik masih dapat berjalan.
Rendahnya kesadaran orang tua
akan pentingnya vaksin bagi balita
Beberapa kendala yang
menghambat pemberian pelayanan kesehatan diantaranya adalah masih sering
terjadi penolakan oleh orangtua kepada tenaga kesehatan yang ingin melakukan
vaksinasi kepada bayi dan balitanya. Sebagian orang tua menganggap bahwa
imunisasi bukan hal yang wajib dan tidak perlu dilakukan karena jika nanti
anaknya sakit maka orang tua hanya perlu membawanya ke fasilitas kesehatan.
Mereka menganggap bahwa jika terjadi hal yang tidak diinginkan meskipun sudah
berobat, maka itu sudah kehendak dari Tuhan. Bahkan ada orang tua yang menolak
tegas kedatangan petugas kesehatan karena menganggap bahwa yang berhak atas
anak mereka hanyalah orang tuanya.
Masih rendahnya kesadaran
masyarakat pentingnya menerapkan pola hidup PHBS.
Contoh perilaku warga yang
belum menerapkan PHBS yang sering ditemui adalah kebiasaan merokok dan
kebersihan lingkungan rumah yang buruk. Kebiasaan merokok sangat beriko bagi
kesehatan orang disekitarnya terutama ibu hamil, bayi dan balita yang memiliki daya
tahan tubuh yang masih rentan. Keadaan lingkungan rumah yang kurang bersih
seperti kebiasaan buang air sembarangan juga dapat menjadi sumber penyebaran
penyakit yang dapat menyebabkan tertularnya beberapa penyakit pada balita
sehingga menyebabkan stunting.
Adanya stigma dari orang tua
yang tidak menerima jika anaknya disebut stunting sehingga intervensi sulit
dilakukan.
Kendala yang paling sulit
dihadapi oleh petugas dalam upaya pemberian intervensi spesifik adalah adanya
penyangkalan dari orang tua ketika anaknya disebut sebagai penderita stunting.
Status stunting yang diberikan pada anaknya menjadi aib bagi orang tua sehingga
orang tua merasa malu dan menutup diri dari semua bentuk intervensi yang akan
diberikan. Dalam menghadapi kondisi ini, petugas kesehatan bekerja sama dengan
aparat desa dan pemuka agama dan tokoh masyarakat setempat untuk melakukan
pendekatan dengan orang tua tersebut sehingga mereka mau menerima intervensi
yang diberikan petugas.
Rendahnya akses air bersih dan
kurangnya jamban sehat.
Berdasarkan data cakupan
layanan pada Lampiran II, diketahui bahwa terdapat 3 rumah tangga yang belum
bisa mengakses air bersih dan 10 rumah tangga yang belum memiliki jamban sehat.
Hal ini terjadi karena warga tersebut masih menganggap bahwa ketersediaan
jamban belum menjadi prioritas karena masih tersedia lahan kosong yang luas
sehingga mereka masih bisa buang air di sembarangan tempat. Perilaku hidup yang
tidak sehat tersebut akan berdampak pada rendahnya kualitas kesehatan
masyarakat.
Dari beberapa faktor
penghambat tersebut di atas, faktor yang paling dominan adalah rendahnya
kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat, terutama
kebiasaan merokok bagi kaum bapak yang memiliki ibu hamil, bayi dan balita.
Untuk mengubah perilaku membutuhkan waktu yang cukup panjang dengan perlakuan
yang terus menerus. Oleh karena itu, kegiatan sosialisasi dan pendampingan
terkait PHBS perlu dilakukan secara kontinu dengan melibatkan berbagai pihak. Sementara
itu, faktor pendorong yang paling dominan adalah komitmen yang tinggi dari
Pemerintah Kabupaten Bangka beserta dukungan dari para perangkat daerah terkait
dan Tim Penggerak PKK Kabupaten Bangka yang secara bersama-sama melaksanakan
seluruh rangkaian program percepatan penurunan stunting melalui aksi
konvergensi. Ditengah kondisi yang sangat terbatas akibat pandemi covid-19,
Pemerintah Kabupaten Bangka dan TP PKK tetap melaksanakan pelayanan kepada
masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan penurunan angka prevalensi stunting pada
periode tahun 2020-2022.
Kesimpulan
Berdasarkan data dan analisa yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa peran Pemerintah Kabupaten Bangka dan TP PKK
dalam percepatan penurunan stunting melalui aksi konvergensi di Kabupaten
Bangka memiliki tingkat efektivitas yang sangat tinggi. Tingkat efektivitas ini
dapat dilihat dari capaian capaian kinerja intervensi gizi spesifik yang
dilaksanakan oleh Kabupaten Bangka melalui Dinas Kesehatan sebesar 84,86
persen. Capaian kinerja sektor kesehatan Kabupaten Bangka berdasarkan indikator
kinerja stunting tahun 2022 sebesar 75,45 persen. Capaian kinerja kegiatan sektor nonkesehatan
di masing-masing perangkat daerah pada tahun 2021 menunjukkan hasil yang sangat
baik yaitu terealisasi 100 persen. Sementara itu, capaian kinerja program
penurunan stunting sektor nonkesehatan tahun 2022 berdasarkan indikator sesuai
dengan Perpres Nomor 72 tahun 2021 menunjukkan kinerja dengan rata-rata 77,72
persen.
Faktor-faktor penghambat Pemerintah
bersama TP PKK untuk tercapainya efektivitas program percepatan penurunan
stunting melalui aksi konvergensi di
Kabupaten Bangka adalah terjadi pandemi covid-19 pada periode tahun 2020-2022,
rendahnya kesadaran orang tua akan pentingnya vaksin bagi balita, masih
rendahnya kesadaran masyarakat pentingnya menerapkan pola hidup bersih sehat
(PHBS), adanya stigma dari orang tua yang tidak menerima jika anaknya disebut
stunting sehingga intervensi sulit dilakukan, dan rendahnya akses air bersih
serta kurangnya jamban sehat. Faktor pendorong tercapainya efektivitas program
percepatan penurunan stunting melalui aksi
konvergensi di Kabupaten Bangka adalah komitmen Pemerintah Kabupaten
Bangka dan TP PKK yang tinggi terhadap pelaksanaan program percepatan penurunan
stunting.
BIBLIOGRAFI
Assyakurrohim, D., Ikhram, D., Sirodj, R. A., &
Afgani, M. W. (2023). Metode studi kasus dalam penelitian kualitatif. Jurnal
Pendidikan Sains Dan Komputer, 3(01), 1–9.
Bockmann, R., Leone, A., & von Rummel, P. (2020). AFRICA–IFRI-QIYA. Continuity and Change in North Africa from the Byzantine to the Early Islamic Age.
Botero-Tovar, N., Arocha Zuluaga, G. P., & Ramírez Varela, A. (2020). Factors influencing delivery of intersectoral actions to address infant stunting in Bogotá, Colombia–a mixed methods case study. BMC Public Health, 20, 1–12.
Halim, A. Y. (2022). Efektivitas Program Percepatan Penurunan Stunting melalui Aksi Konvergensi di Kabupaten Gowa. Universitas Hasanuddin.
Hendrawati, S., Mardhiyah, A., Mediani, H. S., Nurhidayah, I., Mardiah, W., Adistie, F., & Maryam, N. N. A. (2018). Pemberdayaan Kader Posyandu dalam Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) pada Anak Usia 0–6 Tahun di Desa Cileles Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Media Karya Kesehatan, 1(1), 39–58.
Hikmah, A., Nurdin, M. F., & Resnawaty, R. (2018). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Corporate Social Rensponsibility Pt. Indoneptune Net Manucfacturing Rancaekek. Jurnal KELOLA: Jurnal Ilmu Sosial Vol, 1(2).
Huicho, L., Vidal-Cárdenas, E., Akseer, N., Brar, S., Conway, K., Islam, M., Juarez, E., Rappaport, A. I., Tasic, H., & Vaivada, T. (2020). Drivers of stunting reduction in Peru: a country case study. The American Journal of Clinical Nutrition, 112, 816S-829S.
Kristof‐Brown, A. L., Zimmerman, R. D., & Johnson, E. C. (2005). Consequences OF Individuals’FIT at work: A meta‐analysis OF person–job, person–organization, person–group, and person–supervisor fit. Personnel Psychology, 58(2), 281–342.
Permanasari, Y., Permana, M., Pambudi, J., Rosha, B. C., Susilawati, M. D., Rahajeng, E., Triwinarto, A., & Prasodjo, R. S. (2020). Tantangan Implementasi Konvergensi pada Program Pencegahan Stunting di Kabupaten Prioritas. Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, 30(4).
Ritonga, M. (2014). Pengaruh Financial Leverage Terhadap Profitabilitas (Studi pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2010-2012). Brawijaya University.
Roediger, D. J., Krueger, A. M., de Water, E., Mueller, B. A., Boys, C. A., Hendrickson, T. J., Schumacher, M. J., Mattson, S. N., Jones, K. L., & Lim, K. O. (2021). Hippocampal subfield abnormalities and memory functioning in children with fetal alcohol Spectrum disorders. Neurotoxicology and Teratology, 83, 106944.
Stewart, C. P., Iannotti, L., Dewey, K. G., Michaelsen, K. F., & Onyango, A. W. (2013). Contextualising complementary feeding in a broader framework for stunting prevention. Maternal & Child Nutrition, 9, 27–45.
Sugiyono, S., & Lestari, P. (2021). Metode penelitian komunikasi (Kuantitatif, kualitatif, dan cara mudah menulis artikel pada jurnal internasional). Alvabeta Bandung, CV.
Suleyman, G., Fadel, R. A., Malette, K. M., Hammond, C., Abdulla, H., Entz, A., Demertzis, Z., Hanna, Z., Failla, A., & Dagher, C. (2020). Clinical characteristics and morbidity associated with coronavirus disease 2019 in a series of patients in metropolitan Detroit. JAMA Network Open, 3(6), e2012270–e2012270.
Supriyanto, S., Kusumawardani, D. P., & Subejo, S. (2006). Analisis Isi Struktur Periklanan Pertanian Indonesia Pada Jaringan Internet Indonetwork (Content Analysis Of Advertising Structure Of Indonesian Agriculture On Internet Network Of Indonetwork). Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, 2(2), 15.
Sustiawan, A. (2022). efektivitas program sdgs desa terhadap kesejahteraan masyarakat di desa ngabar ponorogo. IAIN.
Trihono, T., Atmarita, A., Tjandrarini, D. H., Irawati, A., Nurlinawati, I., Utami, N. H., & Tejayanti, T. (2015). Pendek (stunting) di Indonesia, masalah dan solusinya. Lembaga Penerbit Badan Litbangkes.
Vaivada, T., Akseer, N., Akseer, S., Somaskandan, A., Stefopulos, M., & Bhutta, Z. A. (2020). Stunting in childhood: an overview of global burden, trends, determinants, and drivers of decline. The American Journal of Clinical Nutrition, 112, 777S-791S.
Wigle, T. J., Blackwell, D. J., Schenkel, L. B., Ren, Y., Church, W. D., Desai, H. J., Swinger, K. K., Santospago, A. G., Majer, C. R., & Lu, A. Z. (2020). In vitro and cellular probes to study PARP enzyme target engagement. Cell Chemical Biology, 27(7), 877–887.
Copyright holder: Yusmiati, Kiagus Muhammad Sobri, Darol Arkum (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |