Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 10, No. 10, Oktober 2024
MENCEGAH DIPERHAMBA PORNOGRAFI DI ERA SOSIAL MEDIA
Nathanael Yitshak Hadi1, Yanto Paulus Hermanto2
STT Kharisma, Bandung, Indonesia1,2
Email:
[email protected]1, [email protected]2
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk
menolong keluarga, guru juga rohaniawan gereja dalam mencegah anak-anak muda
terpapar kecanduan pornografi. Melalui kajian pustaka dan eksposisi 1 Korintus 6:12-20,
peneliti menemukan jawaban terhadap tujuan penelitian ini. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kontribusi eksposisi 1 Korintus 6:12-20 sangat penting dan
dapat diterapkan untuk mencegah dan mengatasi kecanduan pornografi.
Prinsip-prinsip termuan memberikan panduan yang relevan dan efektif untuk
menjaga kesucian dan integritas tubuh, dengan menekankan pentingnya hidup
sesuai dengan ajaran Alkitab dan memuliakan Tuhan. Pendekatan holistik yang
mengintegrasikan aspek teologis, psikologis, dan praktis ini memberikan solusi
komprehensif bagi umat Kristiani dalam menghadapi tantangan kecanduan
pornografi di era digital.
Kata kunci: Kecanduan Pornografi, 1
Korintus 6:12-20, Pendidikan, Teknologi Pemblokiran
Abstract
The purpose of this study is to help
families, teachers and church clergy in preventing young people from being
exposed to pornography addiction. Through a literature review and exposition of
1 Corinthians 6:12-20, the researcher found the answer to the purpose of this
study. The results of the study indicate that the contribution of the
exposition of 1 Corinthians 6:12-20 is very important and can be applied to
prevent and overcome pornography addiction. The principles found provide
relevant and effective guidance for maintaining the purity and integrity of the
body, emphasizing the importance of living according to the teachings of the
Bible and glorifying God. This holistic approach that integrates theological,
psychological and practical aspects provides a comprehensive solution for
Christians in facing the challenges of pornography addiction in the digital
age.
Keywords: Pornography
Addiction, 1 Corinthians 6:12-20, Education, Content Blocking Technology
Pendahuluan
Pada
masa digital kini, pornografi lebih mudah diakses daripada sebelumnya.
Aksesibilitas ini mengarah pada peningkatan kecanduan pornografi, terutama di
kalangan remaja dan dewasa muda. Dampak dari konsumsi pornografi meluas,
mencakup penurunan harga diri, distorsi pandangan tentang seksualitas, serta
kerusakan hubungan interpersoal
Menurut data
terbaru dari Semrush mengenai lalu lintas situs web berdasarkan negara, pada
bulan Juni 2024, situs porno Pornhub menempati posisi ketujuh dalam hal jumlah
kunjungan global, dengan total pengunjung mencapai 5,2 miliar. Statistik ini
menunjukkan dominasi yang signifikan dari situs tersebut di pasar internet
dunia. Dari total kunjungan ini, hanya 6,88% yang mengakses situs melalui
desktop, sementara mayoritas, yaitu 93,12%, menggunakan perangkat smartphone.
Hal ini mencerminkan pergeseran perilaku pengguna internet, di mana perangkat
mobile semakin mendominasi sebagai alat utama untuk mengakses konten online
yang negative. Pengunjung unik Pornhub, yaitu individu yang mengunjungi situs
tersebut lebih dari sekali, berjumlah 910,7 juta dengan durasi rata-rata
kunjungan 10 menit 15 detik. Durasi yang cukup lama ini menunjukkan
keterlibatan tinggi pengguna dengan konten yang tersedia di situs tersebut,
serta kemungkinan adanya kebiasaan yang konsisten dalam mengakses situs.
Sementara itu, di tingkat nasional, situs porno XNXX berada pada urutan ke-18
dengan jumlah pengunjung kunjungan sebanyak 65,81 juta. Dari jumlah kunjungan
ini, hanya 1,38% yang mengakses melalui desktop, sementara 98,62% menggunakan
perangkat smartphone. Melihat data ini, maka jumlah yang terpapar pornografi
cukup besar.
Mengkonsumsi
pornografi dapat menimbulkan sejumlah konsekuensi negatif, termasuk menurunnya
harga diri, pandangan seksualitas yang menyimpang, dan merusak relasi dengan
sesama dan Tuhan. Pornografi dapat mengontrol seseorang, sehingga mereka
memprioritaskan pornografi di atas segalanya. Hal ini dapat mengakibatkan
pengabaian tanggung jawab, penarikan diri dari hubungan kehidupan nyata, dan
rasa malu dan bersalah yang mendalam
Penelitian ini
mendalami bagaimana ajaran 1 Korintus 6:12-20 dapat diterapkan untuk mencegah
dan mengatasi kecanduan pornografi di era media sosial. Dengan mengupas secara
mendalam ayat-ayat tersebut, penulis berharap dapat memberikan panduan praktis
bagi orang percaya untuk hidup sesuai dengan prinsip-prinsip alkitabiah
sehingga mampu menghindari perbudakan pornografi. Penelitian ini menggabungkan
analisis teologis dari 1 Korintus 6:12-20 dengan pendekatan praktis untuk
mencegah dan mengatasi kecanduan pornografi di era media sosial. Kedua hal
tersebut masih belum banyak dibahas dalam literatur-literatur yang ada.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan
dengan cara pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis melalui
studi pustaka dan eksposisi terhadap 1 Krintus 6:12-20. Adapun penulis
mengumpulkan buku-buku dan jurnal yang membahas berkaitan dengan penyebab,
akibat dan pencegahan pornografi. Langkah-langkah yang dibahas secara
sistematis diawali dari pemahaman godaan dan akibat pronografi, eksegesis dan
eksposisi 1 Korintus 6:12-20, strategi mencegah dan mengatasi kecanduan
pornografi melalui peningkatan pengendalian diri dan disiplin spiritual, pendampingan
dalam menggunakan teknologi anti-pornografi.
Hasil dan Pembahasan
Pemahaman penyebab dan akibat pornografi
Ada beberapa
aspek penting untuk dipahami oleh setiap umat kristen berkaitan dengan
penyebab dan akibat terpaparnya pornografi.
Godaan pornografi melalui media sosial
Salah satu
penyebab utama seseorang tergoda terhadap
konten pornografi melalui media sosial adalah karena mudahnya akses ke berbagai
situs web melalui perangkat digital. Pengguna dapat dengan cepat menemukan
konten pornografi tanpa filter yang memadai. Penyebab terpaparnya remaja muda
oleh pornografi juga disebabkan karena media dan iklan yang menampilkan unsur
sensual atau seksual secara terus menerus. Hal ini menyebabkan konten
pornografi dianggap hal yang normal. Penggunaan citra seksual dalam iklan dan media
mainstream dapat mengaburkan batas antara konten yang informatif dan
eksploitasi seksual.
Paparan
berulang terhadap iklan dan media yang bernuansa seksual dapat membuat individu
lebih mudah terpengaruh dan mencari konten pornografi secara aktif
Pornografi menjadi mekanisme pelarian
Sebuah studi
di Amerika Serikat mengungkap faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
kecanduan, terutama dalam konteks pornografi. Seseorang yang mengalami
kesulitan dalam mengendalikan impuls atau memiliki kecenderungan untuk mencari
kepuasan instan, cenderung lebih rentan mengakses dan terlibat dengan konten
pornografi. Keadaan ini sering diperparah oleh faktor psikologis seperti
kecemasan atau stres, di mana pornografi digunakan sebagai mekanisme pelarian
untuk meredakan emosi negatif sementara, meskipun memiliki dampak negatif
jangka panjang
Pornografi menurunkan produktivitas
Para peneliti
dan ahli menemukan bahwa kecanduan terhadap pornografi menurunkan produktivitas
seseorang yang disebut sebagai Lack of perseverance atau kurangnya
ketekunan adalah ketidakmampuan untuk tetap konsisten dan bertanggungjawab
dalam menjalankan tugas atau menghadapi tantangan. Seseorang dengan sifat ini
cenderung mudah menyerah atau tidak memiliki daya juang ketika menghadapi
kesulitan, yang menyebabkan ketidakmampuan dalam mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang memerlukan usaha yang konsisten dan berkelanjutan. Kurangnya
ketekunan ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk pencapaian
akademik, karier, dan hubungan personal sehingga memiliki kecenderungan untuk
bertindak gegabah dalam kondisi emosi yang ekstrem, baik positif maupun
negatif. Hal ini dapat terjadi melalui peningkatan harapan akan kenikmatan
langsung atau
Kontribusi 1 Korintus 6:12-20
Berkaitan Dengan Penegahan Pornografi
Dalam 1 Korintus 6:12-20, Rasul Paulus memberikan prinsip-prinsip penting
yang relevan untuk masalah pornografi. Hal ini juga mengingatkan bahwa meskipun
seseorang mungkin memiliki hak untuk melakukan sesuatu, mereka tidak boleh
diperbudak oleh hal tersebut.
Pernyataan
tentang kebangkitan dalam ayat 14 sesuai dengan ayat 13b dan berfungsi sebagai
dasar teologis untuk "Tubuh bagi Tuhan dan Tuhan bagi tubuh."
Dengan demikian, hal ini mengantisipasi argumen yang lebih rinci dalam pasal
15, di mana beberapa orang menyangkal kebangkitan masa depan orang percaya
(15:12). Seperti dalam argumen itu, kebangkitan orang percaya didasarkan pada
kebangkitan Kristus: "Allah juga telah membangkitkan Tuhan, dan Dia akan
membangkitkan setiap orang percaya." Keduanya dilakukan "dengan
kuasa-Nya" ( Rm. 1:4). Pernyataan ini sangat kontras dengan pandangan
spiritualitas Korintus, yang mengharapkan keselamatan "spiritual"
yang pada akhirnya akan bebas dari tubuh. Di balik bentuk spiritualitas ini
terdapat pandangan dunia Yunani yang menempatkan sedikit atau tidak ada nilai
pada tatanan material.
Dari pandangan
semacam ini berkembang gagasan "keabadian jiwa," yaitu bahwa roh
entah bagaimana abadi, tetapi tubuh, bersama dengan tatanan material lainnya,
ditakdirkan untuk dibinasakan. Ini adalah pandangan yang sepenuhnya kafir;
kredo Kristen mengatakan sebaliknya: "Saya percaya ... dalam kebangkitan
tubuh." Sangat kontras dengan pandangan Yunani, Perjanjian Lama menyatakan
bahwa pada saat penciptaan, Allah memandang alam semesta yang telah diciptakan
dan menganggapnya baik. Penyelesaian akhir menantikan langit dan bumi baru;
yang dalam tatanan baru itu, tubuh dibangkitkan sehingga umat Allah akan
mengalami kepenuhan akhir yang Allah maksudkan (
Ayat
15, Paulus mengingatkan pentingnya menjaga kesucian tubuh orang percaya karena
tubuh adalah anggota Kristus dan bait Roh Kudus dan ketika seorang percaya
berdosa, terutama tubuhnya kepada percabulan, mereka sebenarnya sedang berdosa
terhadap tubuh Kristus sendiri karena setiap orang percaya adalah bagian dari
Kristus. Paulus menekankan bahwa ini bukan hanya masalah pribadi tetapi juga
masalah spiritual yang dapat merusak persekutuan antara orang percaya dan
Kristus. Oleh karena itu setiap orang percaya yang memberikan tubuhnya untuk
percabulan, tidak memiliki sukacita.
Ayat 16-18,
Paulus menegur jemaat Korintus karena ketidaktahuan mereka terhadap prinsip
teologis yang telah diajarkan sebelumnya. Meskipun dalam argumen pertama Paulus
tidak menyebutkan dosa, dalam argumen kedua dia lebih dalam membahas makna
menjadi anggota dari seorang pelacur yang bertentangan dengan kesatuan dengan
Kristus dalam hubungan dengan Roh. Paulus juga menyoroti fakta dan efek dari
tindakan berdosa dalam prostitusi. Paulus juga menekankan fakta dan dampak dari
tindakan berdosa dalam prostitusi. Di tengah penjelasan ini, Paulus menambahkan
perintah kedua yang lebih kuat, yaitu untuk menjauh dari pelacur. Perubahan
dari aorist optative (μὴ γένοιτο) dalam perintah pertama menjadi present
imperative (φεύγετε) dalam perintah kedua menunjukkan kekuatan
perintah yang lebih besar. Kutipan dari Kejadian 2:24 oleh Paulus dimaksudkan
untuk menunjukkan perbedaan antara kesatuan dua tubuh dalam prostitusi (yang
dijelaskan dengan frasa "adalah satu tubuh" dalam ayat 16) dan
kesatuan dengan Kristus (yang dijelaskan dengan frasa "adalah satu
roh" dalam ayat 17). Kontras ini sangat jelas antara "satu
tubuh" dalam praktik pelacuran dan "satu roh" melalui karya Roh
Kudus. Dengan kontras yang tajam antara tubuh dan roh, orang percaya hanya
memiliki satu pilihan, yaitu Tuhan. Oleh karena itu, perintah Paulus untuk
terus menjauh dari percabulan dalam ayat 18 menjadi sangat penting. Dengan
menggunakan argumen dosa dalam pernyataan sebelumnya (ayat 18b), perintah
Paulus untuk menjauh dari percabulan menjadi lebih mendesak. Berbagai upaya
telah dilakukan untuk memahami frasa "setiap dosa" dan "dalam
tubuhnya sendiri ia terus berdosa". Kunci untuk memahami pernyataan ini
tampaknya terletak pada kekhawatiran Paulus tentang betapa merusaknya dosa percabulan.
Ketika seorang percaya terlibat dalam percabulan, orang tersebut sengaja
memberikan otoritas atas tubuhnya kepada orang lain (bukan istrinya) untuk
dinikmati oleh tubuhnya. Implikasinya adalah bahwa orang percaya tersebut telah
berdosa dalam tubuhnya sendiri karena terlibat dalam hubungan dengan seseorang
yang bukan istrinya. Dosa ini sangat serius karena dua alasan: pertama, orang
percaya menjadi satu tubuh dengan wanita tersebut, yang mengakibatkan rusaknya
kesatuan dengan Kristus. Kedua, orang percaya membiarkan Roh Allah yang ada
dalam dirinya berduka
Ayat 19-20, Paulus menyampaikan kalimat tanya yang tidak memerlukan
jawaban “tidak tahukah bahwa tubuh merupakan bait Roh Allah. Kata bait
dalam terjemahan Yunani yaitu (ναὸς), yang berarti tempat suci, tempat kudus,
tempat di mana dewa berdiam, bukan (Ἱερόν), yang mencakup seluruh lingkungan. Ini
memberikan martabat bagi seluruh kehidupan, yang tidak dapat dilakukan oleh hal
lain. Ke mana pun orang percaya pergi, orang percaya adalah pembawa bait tempat
Roh Kudus berdiam. Dengan demikian bait suci adalah milik Allah dan karena
orang percaya adalah bait suci itu, maka orang percaya adalah milik Allah. Oleh
karena itu suatu kewajiban bagi setiap orang percaya untuk menghormati Allah
dengan mempergunakan tubuh untuk memuliakan Allah. Tubuh harus dihormati dan
dijaga dari dosa, karena tubuh adalah milik Allah dan Roh Allah diam
didalamnya. Paulus menekankan bahwa setiap anggota tubuh Kristus yaitu orang
percaya harus hidup dengan kesadaran akan harga yang telah dibayar oleh Kristus
dan mempergunakan tubuh dengan cara yang memuliakan Allah
Prinsip 1 Korintus 6:12-20 ini penting dalam konteks pornografi. Meskipun
seseorang mungkin merasa memiliki hak untuk mengakses konten dewasa, tidak
berarti hal tersebut akan memberikan
manfaat. Pornografi sering kali memperbudak
individu, mengendalikan tindakan dan pikiran mereka sehingga mereka kehilangan
kebebasan dan kendali atas diri mereka sendiri. Konsumsi pornografi dapat
menyebabkan banyak konsekuensi negatif, seperti penurunan harga diri, pandangan
yang menyimpang tentang seksualitas, dan kerusakan hubungan interpersonal
Rasul
Paulus dalam suratnya menuliskan bahwa meskipun seseorang mempunyai hak untuk
melakukan sesuatu, mereka tidak boleh berada di bawah kekuasaannya. Pornografi
mempunyai potensi untuk mengendalikan individu, menjadikannya prioritas utama
di atas tanggung jawab lain. Ketergantungan ini dapat mengakibatkan pengabaian
tanggung jawab, penarikan diri dari hubungan nyata, serta perasaan malu dan
bersalah yang mendalam. Individu yang diperbudak oleh pornografi kehilangan
kendali atas tindakan dan pikiran mereka, membiarkan keinginan berdosa mendikte
perilakunya.
Pengendalian
diri merupakan bukti buah pertobatan (Galatia 5:22-23), dan pornografi
bertentangan dengan hal ini karena menghambat kemampuan seseorang untuk
mengendalikan hasrat duniawinya. Paulus menekankan bahwa tubuh tidak
dimaksudkan untuk percabulan, tetapi untuk Tuhan. Setiap tubuh orang percaya
adalah digunakan untuk memuliakan Allah karena Roh-Nya diam didalamnya.
Pornografi
memutarbalikkan pandangan ini, menjadikan seksualitas sebagai sesuatu yang
bersifat transaksional dan semata-mata untuk kepuasan pribadi, bukan sebagai
ungkapan cinta dan komitmen dalam pernikahan.
Terlibat
dalam konsumsi pornografi melibatkan suatu bentuk percabulan. Pornografi
merusak kesucian dan integritas tubuh, yang dalam pandangan Firman Tuhan tubuh
adalah bait Roh Kudus.
Strategi Mencegah dan Mengatasi
Kecanduan Pornografi
Menggunakan Cara Jenson dan Gail Poyner
Salah
satu langkah pertama dalam mencegah kecanduan pornografi adalah melalui strategi untuk mencegah dan mengatasinya. Jenson dan Gail Poyner membuat strategi
untuk mencegah dan mengatasi kecanduan pornografi. Beberapa gereja di Amerika
Serikat telah menerapkan strategi ini. Poyner mengajarkan alat yang dapat
digunakan orang tua untuk mengajarkan anak-anak tentang apa itu pornografi,
mengapa pornografi berbahaya, dan bagaimana anak-anak dapat melindungi diri
mereka sendiri jika mereka menemukannya sehingga terhindar dari kecanduan
pornografi. Adapun strategi tersebut meliputi:
Kesatu,
Pengajaran Proaktif: Pentingnya mengajarkan anak-anak tentang pornografi
sebelum mereka secara tidak sengaja menemukannya. Ini memungkinkan anak-anak
untuk mengenali bahaya dan mengembangkan strategi untuk menghadapi situasi
tersebut.
Kedua,
Pendekatan yang Ramah Anak: penggunaan bahasa yang ramah anak dan ilustrasi
yang sederhana untuk menjelaskan konsep yang kompleks. Ini membuat topik
kompleks dapat lebih mudah dipahami anak.
Ketiga, Model
Kanopi Otak: penggunaan konsep kanopi otak yang membantu anak-anak memahami
bagaimana otak mereka bekerja dan mengapa penting untuk melindungi otak mereka
dari gambar-gambar buruk.
Keempat,
Strategi Perlindungan: penggunaan strategi konkret, seperti “Turn, Run, and
Tell” (Berbalik, Lari, dan Beritahu), yang dapat digunakan anak-anak jika
mereka menemukan pornografi. Ini memberikan anak-anak alat praktis untuk
melindungi diri mereka sendiri.
Kelima, Dialog
Terbuka: Pentingnya memiliki dialog terbuka orang tua dan anak tentang
pornografi. Ini membangun kepercayaan dan memastikan anak-anak merasa tenang
ketika mengungkapkan masalah yang mereka hadapi.
Keenam,
Pencegahan Jangka Panjang: Menekankan pentingnya pemantauan berkelanjutan dan
pendidikan berkelanjutan sebagai bagian dari pendekatan jangka panjang untuk
melindungi anak-anak dari bahaya pornografi.
Dengan pendekatan yang ramah
anak dan mengajarkan nilai-nilai Kristiani tentang
tubuh, seksualitas, dan kemurnian sejak dini dapat membantu membentuk pandangan
yang sehat dan sesuai dengan ajaran Alkitab. Program pendidikan di gereja dan
rumah harus mencakup diskusi terbuka tentang bahaya pornografi dan pentingnya
menjaga kesucian tubuh. Edukasi yang aktif dibutuhkan untuk mencakup pemahaman
mendalam tentang dampak negatif dari pornografi, baik secara psikologis maupun
spiritual sehingga anak-anak dan remaja dapat mengerti tentang nilai tubuh
mereka sebagai ciptaan Tuhan dan pentingnya menjaga kekudusan dalam segala
aspek kehidupan.
Meningkatkan
Pengendalian Diri dan Disiplin Spiritual
Mengembangkan
pengendalian diri dan disiplin spiritual adalah kunci dalam mengatasi kecanduan
pornografi tidak hanya untuk remaja dan pemuda melainkan juga untuk orang-orang
dewasa muda. Praktik-praktik seperti berdoa, membaca Alkitab, dan berpuasa
dapat membantu memperkuat iman dan memberikan kekuatan untuk melawan godaan.
Disiplin spiritual ini juga mencakup menjaga pikiran dan hati agar tetap fokus
pada hal-hal yang kudus dan menyenangkan Tuhan. Pengendalian diri adalah aspek
penting dari kehidupan Kristen. Mengendalikan keinginan daging melalui disiplin
spiritual membantu individu untuk hidup dalam Tuhan dan menghindari dosa.
Stephen Arterburn dan Fred
Stoeker, memberikan strategi praktis pengendalian
diri dan disiplin spiritual bagi pria untuk mengatasi godaan seksual,
termasuk pornografi. Berikut adalah beberapa metode utama yang digunakan
Kesatu,
Menjaga Mata (Bouncing the Eyes): Salah satu metode utama adalah menjaga
pandangan. Ketika seorang pria melihat sesuatu yang menggoda secara seksual, ia
diajarkan untuk segera mengalihkan pandangan matanya. Ini membantu menghindari
memulai rangkaian pikiran yang bisa mengarah pada godaan lebih lanjut.
Kedua,
Mengelola Pikiran (Mind Control): Mengendalikan pikiran adalah kunci
lain. Buku ini mengajarkan teknik untuk mengganti pikiran-pikiran yang tidak
murni dengan pikiran yang positif dan sehat. Ini bisa dilakukan melalui doa,
meditasi, dan membaca Alkitab.
Ketiga,
Menjaga Hati (Guarding the Heart): Menjaga hati berarti memelihara
motivasi dan hasrat yang benar. Buku ini mendorong pembaca untuk mengevaluasi
apa yang mereka izinkan masuk ke dalam hati mereka melalui media, percakapan,
dan hubungan.
Keempat, Akuntabilitas
(Accountability): Pentingnya memiliki seseorang atau sekelompok orang
yang bisa diandalkan untuk memantau dan mendukung perjalanan menuju kemurnian
seksual. Ini bisa berupa teman dekat, mentor, atau kelompok pendukung.
Kelima,
Mengembangkan Kebiasaan yang Sehat (Developing Healthy Habits):
Pentingnya membangun kebiasaan hidup yang sehat seperti olahraga, diet yang
baik, dan tidur yang cukup, yang semuanya berkontribusi pada kemampuan untuk
mengatasi godaan seksual.
Keenam,
Mengandalkan Kasih Karunia Tuhan (Relying on God’s Grace): Mengakui
bahwa kekuatan untuk mengatasi godaan datang dari hubungan yang erat dengan
Tuhan dan mengandalkan kasih karunia-Nya. Doa, puasa, dan membaca Alkitab
secara rutin adalah bagian penting dari strategi ini.
Pendampingan dalam
menggunakan teknologi anti-pornografi
Teknologi
yang digunakan untuk mengakses pornografi juga dapat digunakan untuk
memblokirnya. Ada berbagai alat dan aplikasi yang dirancang untuk membantu
mencegah akses konten pornografi, serta memantau aktivitas online untuk
memastikan keamanan digital, terutama bagi anak-anak antara lain:
Kesatu,
Alat memfilterkan internet dibuat untuk memblokir akses situs web yang berisi
konten pornografi atau konten-konten terlarang lainnya.
(a) Net Nanny, yang menggunakan kecerdasan buatan untuk
memantau dan memblokir konten yang tidak pantas secara real-time.
(b) Covenant Eyes yang menawarkan pemfilteran web serta
laporan akuntabilitas yang dikirim ke partner akuntabilitas.
(c) OpenDNS FamilyShield yang menyediakan pemfilteran konten secara
otomatis untuk memblokir situs-situs yang dianggap tidak aman atau tidak
pantas.
Kedua,
perangkat lunak pengawasan orang tua atau administrator jaringan untuk memantau
aktivitas online. Ini termasuk memantau situs yang dikunjungi, aplikasi yang
digunakan, dan waktu yang dihabiskan di setiap situs.
(a)
Qustodio, yang memberikan laporan detail tentang aktivitas online termasuk waktu
layar dan situs yang dikunjungi.
(b)
Bark yang menggunakan analisis teks untuk memantau pesan teks, email, dan
aplikasi sosial untuk konten yang tidak pantas, dan Kaspersky Safe Kids
yang memantau aktivitas anak-anak di internet dan memberikan laporan kepada
orang tua.
Selain
itu, ada aplikasi pemblokir konten dewasa yang secara khusus dirancang untuk
memblokir akses ke konten dewasa di perangkat elektronik seperti ponsel,
tablet, dan komputer. Beberapa aplikasi ini termasuk Fortify, yang tidak
hanya memblokir konten dewasa tetapi juga menyediakan dukungan dan sumber daya
untuk membantu pengguna mengatasi kecanduan pornografi, Porn Blocker
yang memblokir situs pornografi dan aplikasi dewasa serta memberikan laporan
akuntabilitas kepada pengguna yang ditunjuk, dan Accountable2You yang
menggabungkan pemblokiran konten dengan fitur akuntabilitas sehingga pengguna
dapat melaporkan aktivitas mereka kepada mitra akuntabilitas.
Cara
kerja dan implementasi teknologi ini biasanya dimulai dengan pengaturan dan
instalasi, di mana orang tua atau administrator menginstal aplikasi atau
perangkat lunak pada perangkat yang ingin dipantau atau dilindungi. Setelah
diinstal, perangkat lunak biasanya memerlukan konfigurasi untuk mengatur
preferensi pemfilteran dan laporan. Perangkat lunak tersebut secara otomatis
memantau aktivitas online dan memblokir situs atau konten yang sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan, serta pengguna dapat menerima notifikasi atau laporan
reguler mengenai aktivitas yang terdeteksi. Beberapa aplikasi juga menawarkan
fitur laporan akuntabilitas yang mengirim ringkasan aktivitas online ke mitra
akuntabilitas seperti orang tua, mentor, atau seseorang yang dapat dipercaya.
Laporan ini membantu dalam mendeteksi perilaku berisiko sehingga dapat
mengambil tindakan yang tepat.
Dengan
menggunakan teknologi ini, remaja muda serta keluarga dapat mengontrol
penggunaan perangkat digital dari konten-konten terlarang. Dengan demikian
Gereja juga dapat menyelenggarakan seminar atau pelatihan untuk mengajarkan
jemaat terkhusus orang-orang tua dengan mengajarkan bagaimana menggunakan
teknologi ini secara efektif sehingga terhindar dari konten yang tidak pantas
serta memanfaatkan teknologi untuk kebaikan sehingga dapat meminimalisir resiko
terpapar pornografi dan tetap menjaga integritas mereka. Orang tua harus
proaktif dalam mengawasi penggunaan internet anak-anak mereka dengan menginstal
perangkat lunak pemfilteran yang sesuai.
Kesimpulan
Dalam era
digital ini, tantangan untuk menjaga integritas dan kesucian semakin besar,
terutama karena mudahnya akses ke berbagai konten pornografi. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa pencegahan terpapar pornografi dapat diatasi melalui
pemahaman terhadap godaan dan akibat pornografi itu sendiri dan juga pemahaman
yang tepat pada firman Tuhan. Perikop 1 Korintus 6:12-20 memberikan pendekatan praktis yang dapat
membantu umat Kristiani terhindar dari kecanduan pornografi. Strategi yang
diperoleh pada penelitian ini sebaiknya diimplementasikan secara komprehensif
baik oleh orang tua, guru maupun rohaniawan gereja.
BIBLIOGRAFI
Afriliani, C., Azzura, N. A., & Sembiring, J. R. B. (2023).
Faktor Penyebab Dan Dampak Dari Kecanduan Pornografi Di Kalangan Anak Remaja
Terhadap Kehidupan Sosialnya. Harmony: Jurnal Pembelajaran IPS Dan PKN,
8(1), 7–14. https://doi.org/10.15294/harmony.v8i1.61470
Fee, G. D. (1987a). The New international Commentary on the New testament. The First Epistle to the Corinthians. (Vol. 19, Issue 5). Grand rapids: eerdmans.
Fee, G. D. (1987b). The New international Commentary on the New testament. The First Epistle to the Corinthians. (Vol. 19, Issue 5). Grand rapids: eerdmans.
Haidar, G., & Apsari, N. C. (2020). Pornografi pada kalangan remaja. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 7(1), 136.
John H. Gagnon, W. S. (2017). Sexual Conduct. Routledge.
Jonathan, R. R. (2018). Journal for the study of Paul and his letters. The Pennsylvania State University Press, Vol. 8(1–2).
Leon, M. (2008). Tyndale New Testament Commentaries 1 Corinthians (p. 191). Inter-Varsity Press.
Mariyati, N. H. C. D. M. (2017). Menurunkan kecemasan pada remaja yang kecanduan pornografi. Jurnal Ners Widya Husada, 4(3), 78.
Prawitasari, I. (2022). Faktor-Faktor Narkolema (Kecanduan Pornografi) Dan Implikasinya Pada Remaja. Jurnal Guru Indonesia, 2.1, 1–10.
Purwanti, P., Supriyatna, A., & Indiati, I. (2021). Pengaruh Konseling Kelompok REBT Dengan Teknik Journaling Untuk Mengurangi Kecanduan Pornografi. Borobudur Counseling Review, 1(1), 1–11. https://doi.org/10.31603/bcr.4976
Rahmawati, A. S., & Dewi, R. P. (2019). Penyalahgunaan Seks Dikalangan Pemuda Dalam Perspektif Al Kitab Menurut I Korintus 6:12-20. Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia, 4, 274–282.
Ratu Agung Dewangga Arinatha Gunawan, I Nyoman Gede Sugiartha, & Ni Made Sukaryati Karma. (2021). Penyebaran Iklan pada Media Elektronik yang Memuat Konten Pornografi. Jurnal Interpretasi Hukum, 2(2), 261–267. https://doi.org/10.22225/juinhum.2.2.3421.261-267
Rømer Thomsen, K., Buhl Callesen, M., Hesse, M., Lehmann Kvamme, T., Mulbjerg Pedersen, M., Uffe Pedersen, M., & Voon, V. (2018a). Impulsivity traits and addiction-related behaviors in youth. Journal of Behavioral Addictions, 7(2), 317–330. https://doi.org/10.1556/2006.7.2018.22
Rømer Thomsen, K., Buhl Callesen, M., Hesse, M., Lehmann Kvamme, T., Mulbjerg Pedersen, M., Uffe Pedersen, M., & Voon, V. (2018b). Impulsivity traits and addiction-related behaviors in youth. Journal of Behavioral Addictions, 7(2), 317–330. https://doi.org/10.1556/2006.7.2018.22
Setiawan, S., & Sugiono, S. (2023). Mereduksi Percabulan dalam Masyarakat Era Society 5.0: Sebuah Refleksi Teologis 1 Korintus 6: 12-20. RHEMA: Jurnal Teologi Biblika Dan Praktika, 8(1), 10–22.
Stephen Arterburn, Fred Stoeker, M. Y. (2009). Every Man ’ s Battle (Mike Yorkey, Ed.). WaterBrook Press.
Toni, I. (2020). Pornografi Ditinjau Dari Perspektif Etika Kristen. LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta, 6(2). https://doi.org/10.47304/jl.v6i2.54
Widjaya, Y. A. (2021). Glorify God with Your Body: An Exegesis on 1 Corinthians 6:12-20 and Its Implication for the Christian Life during Pandemic Covid-19. Diligentia: Journal of Theology and Christian Education, 3(3), 224. https://doi.org/10.19166/dil.v3i3.4034
Copyright holder: Nathanael Yitshak Hadi, Yanto Paulus Hermanto (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |