Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 10, No. 10, Oktober 2024
UJI EFEKTIFITAS ANTIBAKTERI SABUN CAIR DARI ESTRAK DAUN JARUM TUJUH
BILAH (PERESKIA BLEO) TERHADAP BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
Qonita Hanifa Driantsani1, Qori Fadillah2, Sri Wahyuni3
Universitas Prima Indonesia, Medan, Indonesia1,2,3
Email: [email protected]1
Abstrak
Kebersihan
kulit sangat penting untuk mencegah infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme, terutama bakteri seperti Staphylococcus aureus. Kulit berfungsi
sebagai pelindung tubuh dan dapat menjadi pintu masuk bagi bakteri penyebab
penyakit. Penggunaan sabun, khususnya sabun cair dan sabun antibakteri, semakin
populer di masyarakat karena efektif dalam membersihkan kulit dan mencegah
infeksi. Namun, ada kecenderungan untuk mencari alternatif bahan alami sebagai
pengganti produk berbahan kimia sintetik. Salah satu tanaman yang memiliki
potensi antibakteri adalah Daun Jarum Tujuh Bilah (Pereskia bleo). Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi
manfaat ekstrak etanol dari daun tersebut melalui skrining fitokimia dan uji
aktivitas antibakteri, sejalan dengan tren pengobatan tradisional yang semakin
diminati sebagai solusi alami. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan
wawasan mengenai potensi Daun Jarum Tujuh Bilah (Pereskia bleo) sebagai
antibakteri alami untuk mendukung kesehatan kulit.
Kata kunci: Kebersihan Kulit,
Staphylococcus Aureus, Sabun Antibakteri, Daun Jarum Tujuh Bilah (Pereskia
Bleo), Ekstrak Etanol, Aktivitas Antibakteri, Pengobatan Tradisional.
Abstract
Skin hygiene is essential to prevent infections caused by
microorganisms, particularly bacteria such as Staphylococcus aureus. The skin
acts as a protective barrier for the body and can serve as an entry point for
pathogenic bacteria. The use of soap,
especially liquid soap and antibacterial soap, has become increasingly popular
in society due to its effectiveness in cleansing the skin and preventing
infections. However, there is a growing trend toward seeking natural
alternatives to synthetic chemical products. One plant with potential
antibacterial properties is the Seven-Leaf Needle (Pereskia bleo). This study
aims to explore the benefits of ethanol extract from this leaf through
phytochemical screening and antibacterial activity testing, in line with the
rising interest in traditional medicine as a natural solution. The results of
this research are expected to provide insights into the potential of Pereskia
bleo as a natural antibacterial agent to support skin health.
Keywords: Skin Hygiene, Staphylococcus
Aureus, Antibacterial Soap, Seven-Leaf Needle (Pereskia Bleo), Ethanol Extract,
Antibacterial Activity, Traditional Medicine.
Pendahuluan
Kebersihan sangat penting karena semakin banyak
penyakit yang timbul disebabkan oleh bakteri
Kulit merupakan organ luar tubuh sehingga
menjadi pintu masuknya mikroorganisme atau bakteri penyebab infeksi. Infeksi
tersebut disebabkan oleh mikroorganisme yaitu bakteri Staphylococcus aureus
Salah satu cara termudah dan paling umum untuk
menjaga kebersihan kulit bebas dari bakteri, jamur, dan kuman adalah dengan
mandi menggunakan kosmetika seperti sabun
Sabun bisa berbentuk padat, krim, bubuk,
batangan, dan cair. Sabun mandi ada dua jenis yaitu sabun mandi padat dan sabun
mandi cair. Sabun cair adalah produk kulit berbahan dasar sabun yang telah
ditambahkan bahan-bahan lain yang diijinkan dan dapat digunakan untuk mandi
tanpa menyebabkan iritasi pada kulit
Keunggulan sabun mandi cair dibandingkan sabun
mandi padat antara lain biaya produksi yang relatif murah, proses produksi
sabun mandi cair yang relatif sederhana, mudah dalam penggunaan, dibawa dan
disimpan
Sabun cair merupakan produk yang lebih digemari
dibandingkan sabun padat di masyarakat saat ini, karena lebih higienis dalam
penyimpanannya, bentuknya menarik dibandingkan sabun lain dan praktis untuk
dibawa kemana-mana
Penggunaan sabun antibakteri sangat digemari
masyarakat karena dipercaya dapat membersihkan kulit serta mengobati dan
mencegah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri
flora normal pada kulit dan selaput lendir manusia
Bakteri S. aureus dapat ditemukan pada kulit
hidung, tenggorokan, ketiak, sela-sela jari kaki, dan pada peritoneum
S. aureus dapat menjadi patogen ketika memasuki
jaringan subkutan dan aliran darah, kemudian menyebar ke organ lain dan
menyebabkan infeksi. Infeksi tersebut misalnya keracunan, infeksi yang ditandai
dengan kerusakan jaringan yang diikuti dengan abses bernanah, dan berbagai
kondisi lain seperti abses dan jerawat, impetigo, dan infeksi luka, sampai
infeksi serius seperti meningitis, osteomielitis, pneumonia, dan mastitis
Konsumen menyadari dampak negatif dari produk
yang mengandung bahan kimia sintetik, sehingga memerlukan alternatif yang
menggunakan bahan alami sebagai antibakteri alami. Pemanfaatan tumbuhan sebagai
obat tradisional semakin meningkat karena diyakini secara luas bahwa tumbuhan
obat tidak mempunyai efek samping, sehingga masyarakat memanfaatkan tumbuhan
obat sebagai salah satu alternatif untuk mencegah dan mengobati berbagai
penyakit
Pengobatan tradisional atau obat herbal
merupakan salah satu pengobatan alternatif yang banyak dipelajari di seluruh
dunia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2015, beberapa
negara seperti Afrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan pengobatan
tradisional sebagai tambahan pada pengobatan primer. Saat ini para ilmuwan
sedang gencar mengembangkan budaya “Back to Nature”, khususnya di bidang kimia
bahan alam, untuk menggali potensi berbagai tumbuhan yang belum tereksplorasi
oleh masyarakat luas. Salah satu tanaman herbal yang diyakini memiliki sifat
antibakteri adalah Daun Jarum Tujuh Bilah (Pereskia bleo). Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk mengetahui manfaat ekstrak etanol daun jarum tujuh
bilah dengan melakukan skrining fitokimia dan uji aktivitas antibakteri
Berdasarkan uraian latar belakang diatas,
sehingga dapat dirumuskan permasalah sebagai berikut: “Bagaimanakah efektivitas
sabun cair dari ekstrak daun jarum tujuh bilah (Pereskia bleo) sebagai
antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus Aureus?”
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas antibakteri sabun cair
yang dihasilkan dari ekstrak daun jarum tujuh bilah (Pereskia bleo) terhadap
bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai efektivitas
sabun cair dari ekstrak daun jarum tujuh bilah (Pereskia bleo) sebagai
antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus Aureus.
Memberikan referensi klinisi sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan daun
jarum tujuh bilah (Pereskia bleo) sebagai pengobatan alternatif alami. Menambah
informasi pada masyarakat mengenai kandungan daun jarum tujuh bilah (Pereskia
bleo) sebagai antibakteri, terutama terhadap bakteri Staphylococcus Aureus.
Metode Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode penelitian eksperimental di laboraturium secara in vitro
Populasi penelitian ini adalah bakteri Staphylococcus aureus. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekelompok bakteri Staphylococcus
aureus yang dipilih untuk diuji efektivitas antibakteri sabun cair dari ekstrak
daun jarum tujuh bilah (Pereskia bleo).
Variabel penelitian ada dua yakni Variabel bebas pada penelitian ini
adalah daun jarum tujuh bilah (Pereskia bleo) dengan konsentrasi 0%, 5%, 15%,
25%. Variabel terikat pada
penelitian ini adalah zona hambat bakteri Staphylococcus aureus.
Gambar
1. Kerangka pemikiran
Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu
alat-alat gelas, biosafety cabinet (Astec HLF 1200 L), blender (philips),
desikator, inkubator (memmert), kompor (sharp), lemari pendingin (toshiba),
oven pengering, mikro pipet (Eppendrof), Bunsen, pipet volume 100 ml merek
pyrex, pipet mikro 10 μm, neraca analitik 1000 gr (metler AE 200), autoklaf
(Fison), oven listrik (Fischer scientific), pecadang kertas, penguap putar
(Haake D), tanur (Gallenkomp), vortex (Health H-MV-300), rotary vacum
evaporator
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah ekstrak daun Jarum Tujuh Bilah (Pereskia bleo),
media Nutrien Agar (NA), suspensi Mc.Farland, bakteri Staphylococcus aureus,
akuades, etanol 96%
Pengolahan Tumbuhan Daun
Jarum Tujuh Bilah (Pereskia Bleo)
Bahan baku daun Jarum
Tujuh Bilah (Pereskia bleo) segar dikumpulkan, disortir basah,
dicuci bersih dengan air mengalir, ditiriskan dan ditimbang berat basahnya.
Daun Jarum Tujuh Bilah (Pereskia Bleo) kemudian dikeringkan dalam lemari
pengering dengan suhu 50-60ºC, kemudian disortir selama tiga hari kering dan
ditimbang berat keringnya. Simplisia kering digiling dengan blender hingga
diperoleh serbuk daun Jarum Tujuh Bilah (Pereskia bleo)
Pembuatan Ekstrak Daun
Jarum Tujuh Bilah (Pereskia Bleo) Dilakukan Dengan Ekstraksi Bertingkat
Ekstrak daun Jarum Tujuh Bilah (Pereskia
bleo) dibuat dengan cara maserasi menggunakan n-heksana, etil asetat dan
etanol 96% sebagai pelarut. Ekstrak dibuat dengan cara memasukkan 200 gram
bubuk simplisia ke dalam bejana. Serbuk simplisia di maserasi dalam campuran etanol 96% sebanyak 500 ml,
dibiarkan selama 3 jam pada suhu kamar terlindung dari cahaya sambil sesekali
diaduk. Hasilnya kemudian disaring
dan ditampung dalam botol. Ekstrak cair kemudian dipekatkan menggunakan rotary
vacuum evaporator. Larutan yang dihasilkan diuapkan dalam cawan penguap
selama 2 hari. Tujuan dari proses ini adalah untuk menguapkan etanol sehingga
diperoleh ekstrak kental daun Jarum Tujuh Bilah (Pereskia bleo)
Skrining
Fitokimia
Beberapa skrining fitokimia yang meliputi pemeriksaan senyawa golongan alkaloida, flavonoida,
glikosida, tanin, dan saponin.
Pemeriksaan Alkaloida
Serbuk
simplisia ditimbang hingga 0,5 g, dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan dalam
penangas air selama 2 menit, didinginkan, lalu disaring. Filtrat yang digunakan
dalam percobaan adalah sebagai berikut :
1. 3 tetes filtrat ditambahkan ke dalam 2 tetes larutan Mayer
membentuk endapan warna putih atau kuning
2. 3 tetes filtrat ditambahkan ke dalam 2 tetes larutan Bouchardat
membentuk endapan warna cokelat hitam
3. 3 tetes filtrat ditambahkan ke 2 tetes larutan Dragendorff
membentuk endapan merah atau jingga.
Alkaloid dianggap
positif bila terdapat endapan atau sekurang-kurangnya 2 atau 3
percobaan di atas. Proses yang sama juga dilakukan terhadap daun
Jarum Tujuh Bilah (Pereskia bleo)
Pemeriksaan
Flavonoida
Sebanyak 10gram serbuk simplisia dimasukkan ke
dalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 ml air panas, direbus selama 5 menit dan
disaring selagi panas, dimasukkan ke dalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1 g
serbuk magnesium dan 1ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok
dan dibiarkan terpisah. Flavonoid positif jika lapisan amil alkohol berwarna
merah, kuning, atau jingga. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada serbuk
simplisia daun Jarum Tujuh Bilah (Pereskia bleo)
Pemeriksaan
Glikosida
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 3 gram,
kemudian disaring dengan 30 ml campuran 7 bagian etanol 96% dan 3 bagian volume
air suling, kemudian ditambahkan HCl 2 N sebanyak 10 ml, direfluks selama 10
menit, didinginkan dan disaring. 25 ml air suling dan 25 ml timbal (II) asetat
0,4 M ditambahkan ke 30 ml filtrat, dikocok, didiamkan selama 5 menit dan
disaring. Filtratnya disaring sebanyak 3 kali, masing-masing dengan 20 ml
campuran 3 bagian volume kloroform dan 2 bagian isopropanol. Ambil lapisan air,
lalu tambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi Molish, tambahkan 2 ml asam sulfat
pekat secara hati-hati, akan terbentuk cincin ungu pada batas kedua cairan yang
menunjukkan adanya gula. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada serbuk
simplisia daun Jarum Tujuh Bilah (Pereskia bleo)
Pemeriksaan
Tanin
Sebanyak 0,5 gram serbuk simplisia
disari dengan 10 ml air suling, disaring, kemudian filtratnya diencerkan
dengan air suling hingga tidak berwarna. Ambil 2 ml larutan dan tambahkan
1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1 %. Terbentuknya warna biru atau
hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin. Perlakuan yang sama juga
dilakukan pada serbuk simplisia daun Jarum Tujuh Bilah (Pereskia bleo)
Pemeriksaan
Saponin
Sebanyak 0,5 gram serbuk simplisia dimasukkan
ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 ml air suling panas, didinginkan
dan dikocok kuat-kuat selama 10 detik, terbentuk busa yang stabil dalam waktu
minimal 10 menit hingga ketinggian 1-10 cm. Tambahkan 1 tetes larutan asam
klorida 2N, jika buih tidak hilang berarti adanya saponin. Perlakuan yang
sama juga dilakukan pada serbuk simplisia daun Jarum Tujuh Bilah (Pereskia
bleo)
Pembuatan Sabun Cair
Table 1. Formulasi Sabun Cair Ekstrak
Etanol Daun Jarum Tujuh Bilah
(Pereskia bleo)
Formulasi Sabun Cair Ekstrak Etanol Daun Jarum Tujuh Bilah (Pereskia
Bleo) |
||||
Nama
Bahan |
F0 |
F1 |
F2 |
F3 |
Ekstrak
Daun Jarum Tujuh Bilah (Pereskia bleo) |
0% |
5% (1,25 mg) |
15% (3,75 mg) |
25% (6,25 mg) |
Minyak
Zaitun |
7,5 g |
7,5 g |
7,5 g |
7,5 g |
Kalium
Hidroksida |
4 ml |
4 ml |
4 ml |
4 ml |
CMC |
0,25 g |
0,25 g |
0,25 g |
0,25 g |
Sodium
Lauryl Sulfat |
0,25 g |
0,25 g |
0,25 g |
0,25 g |
Butyl
Hidroksi toluene |
0,25 g |
0,25 g |
0,25 g |
0,25 g |
Asam
Stearat |
0,125 g |
0,125 g |
0,125 g |
0,125 g |
Parfum |
q.s |
q.s |
q.s |
q.s |
Aquadest
ad |
25 ml |
25 ml |
25 ml |
25 ml |
Keterangan
:
F0: Formulasi sabun cair tanpa memiliki ekstrak
F1: Formulasi sabun cair ekstrak daun jarum tujuh bilah (Pereskia
bleo) 5%
F2: Formulasi sabun cair ekstrak daun jarum tujuh bilah (Pereskia
bleo) 15%
F3: Formulasi sabun cair ekstrak daun jarum tujuh bilah (Pereskia
bleo) 25%
Kontrol (+): Sabun cair antibakteri lifebuoy
Kontrol (-): Aquadest
Semua bahan yang digunakan ditimbang terlebih dahulu sesuai takaran yang
dianjurkan. Masukkan 15 ml minyak zaitun ke dalam gelas ukur, kemudian
ditambahkan dengan kalium hidroksida (KOH) 40% sedikit demi sedikit sambil
terus dipanaskan pada suhu 50°C hingga mendapatkan
sabun pasta. Tambahkan 15 ml aquadest ke dalam sabun
pasta. Tuangkan Carboksil Metil Celulosa (CMC) yang telah
dikembangkan dalam aquadest panas. Tambahkan BHT, aduk homogen. Tambahkan asam stearat, aduk hingga
homogen. Tambahkan sodium lauryl sulfate, aduk hingga homogen. Kemudian
tambahkan pengaroma dan aduk hingga homogen. Tambahkan ekstrak daun jarum tujuh
bilah (Pereskia bleo), diaduk hingga homogen. Tambahkan aquadest ke
dalam sabun cair hingga volume 50 ml. Tempatkan dalam wadah bersih yang sudah
disiapkan. Kemudian dilakukan uji organoleptik, uji homogenitas dan uji pH
Uji Fisik Sediaan Sabun Cair
Diambil 1g sediaan yang telah diformulasi, lalu letak pada objek glass.
Lakukan pengamatan dengan melihat tampilan sediaan meliputi bau, warna dan
tekstur sediaan. Menurut SNI, standar sabun cair yang ideal adalah berbentuk
cair serta memiliki bau dan warna yang khas
Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan menimbang 0,1 gram setiap formulasi
sabun cair daun jarum tujuh bilah (Pereskia bleo). Letakkan di atas objek glass,
tutup dengan objek glass. Kemudian amati
Uji
Derajat Keasaman (pH)
Pengukuran
pH sediaan dilakukan dengan pH meter. Pemeriksaan pH dimulai dengan kalibrasi
alat pH meter menggunakan larutan dapar pH 7 dan pH 4. Sebanyak 0,5 g sabun
yang akan diuji diencerkan hingga 50 ml dengan aquades. Masukkan pH meter ke
dalam larutan sabun yang telah disiapkan dan tunggu hingga indikator pH meter
stabil dan menunjukkan nilai pH konstan
Sterilisasi Alat
Peralatan
tahan panas seperti cawan Petri, tabung reaksi, Erlenmeyer, beaker
glass disterilkan dengan cara pemanasan kering dalam oven bersuhu 180°C
selama 1 jam. Ose bulat tersebut dipanaskan dalam lampu spiritus
sampai pijar. Pinset dipijarkan di atas lampu spiritus. Media kultur bakteri NA
(Media Nutrient Agar) disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 15
menit
Pembuatan Media Nutrient Agar (NA)
NA ditimbang dengan banyak 1,4 gram, dimasukkan ke dalam Erlenmayer,
ditambahkan aquades 70 ml, diaduk rata dan dipanaskan hingga larut,
kemudian disterilkan pada suhu 121°C selama 15 menit dan dibiarkan dingin
hingga suhu 45°C. Kemudian bagi menjadi tiga petridis ukuran 20 ml. Tunggu
hingga memadat lalu bungkus dengan kertas ubi dan simpan dalam
kulkas sebelum digunakan
Pembuatan Suspensi Standar Mc Farland 0,5
Untuk menyiapkan suspensi McFarland, 0,05 ml larutan barium klorida
hidrat (BaCl2H2O) 1% dicampur dengan 9,95 ml asam sulfat (H2SO4) 1% ,
kemudian dimasukkan ke dalam tabung tertutup dan ditutup rapat
Pembuatan Kultur Bakteri Staphylococcus aureus
Kultur bakteri Staphylococcus aureus digoreskan secara zigzag
pada media nutrisi agar (NA) sebanyak satu ose. Kemudian diinkubasi dalam
inkubator pada suhu 37°C selama 24 jam
Pembuatan Suspensi
Bakteri Staphylococcus aureus
Bakteri Staphylococcus aureus diambil sedikit demi
sedikit menggunakan ose bulat, kemudian disuspensikan dalam tabung reaksi
steril yang diisi NaCl 0,9%, kemudian dibandingkan kekeruhan suspensi hingga
sama dengan standar Mc.Farland 0,5
Uji Aktivitas Antibakteri
Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak daun jarum tujuh bilah (Pereskia
bleo) terhadap bakteri Staphylococcus aureus yang ditumbuhkan pada
media NA dengan pemberian 4 varian konsentrasi yaitu 0%, 5%, 15%, 25%.
Aktivitas antibakteri ditentukan dengan mengukur zona hambat yang terbentuk di
sekitar kertas cakram. Setelah diperoleh hasil uji aktivitas antibakteri, maka
dipilih ekstrak aktivitas antibakteri terbaik yang mampu menghambat
pertumbuhan bakteri uji, yaitu Staphylococcus aureus
terhadap ekstrak daun jarum tujuh bilah (Pereskia bleo)
Berdasarkan hasil uji efektivitas ekstrak daun
jarum tujuh bilah (Pereskia bleo) terhadap Staphylococcus aureus
dapat dilihat pada uraian berikut:
Hasil ekstraksi daun jarum tujuh
bilah (Pereskia bleo) dengan menggunakan metode maserasi dengan
pelarut etanol 96%. Hasil
yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Table 2. Hasil Ekstraksi
Sampel |
Berat Simplisia |
Berat Ekstrak |
Daun jarum tujuh bilah (Pereskia
bleo) |
6 kilogram |
26 gram |
Hasil
uji fitokimia ekstrak daun jarum tujuh bilah (Pereskia bleo) dapat
dilihat sebagai berikut :
Table 3. Hasil Uji Fitokomia
Uji
Fitokimia |
Pereaksi |
Pengamatan |
Hasil |
Fenol |
FeCl3 |
Terbentuk warna hitam |
+ |
Flavonoid |
Mg + HCL pekat |
Tidak terbentuk endapan
merah muda – merah tua |
- |
|
Pb (CH3COO)2 1-5% |
Terbentuk warna kuning |
+ |
Alkaloid |
Mayer |
Tidak ada endapan |
- |
Saponin |
Uji Busa |
Tidak terbentuk busa |
- |
Tanin |
FeCl3 |
Terbentuk warna hijau
kehitaman |
+ |
Steroid |
Liebermann Burchard’s |
Terbentuk cincin cokelat |
+ |
Keterangan
:
+ =
Menunjukkan reaksi positif
- = Menunjukkan reaksi negatif
Hasil Pengamatan Diameter Zona
Hambat
Hasil pengamatan diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dalam pengamatan 24 jam
dapat dilihat di bawah ini:
Table 4. Pengamatan Diameter Zona Hambat
Konsentrasi |
Pengamatan
24 jam |
Kontrol (+) dan Kontrol (-) |
Gambar
1 Kontrol Negatif dan Kontrol Positif |
0%, 5%, 15%, 25% (Pada Pengulangan I) |
Gambar
2 Konsentrasi 0%, 5%, 15%, 25% (Pengulangan I) |
0%, 5%, 15%, 25% (Pada Pengulangan II) |
Gambar
3 Konsentrasi 0%, 5%, 15%, 25% (Pengulangan II) |
0%, 5%, 15%, 25% (Pada Pengulangan III) |
Gambar
4 Konsentrasi 0%, 5%, 15%, 25% (Pengulangan III) |
Hasil Pengukuran Diameter Zona
Hambat
Hasil pengukuran diameter zona
hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus dalam pengamatan 24 jam dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini:
Table 5. Data hasil pengukuran diameter zona hambat
Pengulangan I |
Pengulangan II |
Pengulangan III |
Rata rata |
|
K (-) |
- |
- |
- |
- |
K (+) |
37,88 |
- |
- |
37,88 |
0% |
8,75 |
11,97 |
12,96 |
11,23 |
5% |
12,21 |
12,11 |
12,98 |
12,43 |
15% |
12,21 |
12,96 |
12,96 |
12,71 |
25% |
- |
- |
- |
- |
Hasil Formulasi Sediaan Sabun Cair
Hasil yang di dapatkan sediaan sabun
cair ekstrak daun jarum tujuh bilah (Pereskia bleo) dengan
masing-masing Formulasi F0: tidak mengandung ekstrak daun jarum tujuh
bilah (Pereskia bleo), F1: mengandung 5% ekstrak daun jarum tujuh
bilah (Pereskia bleo), F2: mengandung 15% ekstrak daun jarum tujuh
bilah (Pereskia bleo), F3: mengandung 25% ekstrak daun jarum tujuh
bilah (Pereskia bleo). Memiliki tekstur, warna dan aroma khas daun
jarum tujuh bilah (Pereskia bleo).
Gambar 2. Sediaan Sabun Cair
Ekstrak Daun Jarum Tujuh Bilah (Pereskia bleo)
Uji Organoleptis
Pengamatan pada sediaan sabun cair
ini dilakukan pada tiga formula F0: tidak mengandung ekstrak daun jarum tujuh
bilah (Pereskia bleo), F1: mengandung 5% ekstrak daun jarum tujuh
bilah (Pereskia bleo), F2: mengandung 15% ekstrak daun jarum tujuh
bilah (Pereskia bleo), F3: mengandung 25% ekstrak daun jarum tujuh
bilah (Pereskia bleo) dengan melihat bentuk, warna dan bau pada
sediaan. Hasil
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Table 7. Hasil Uji
Organoleptis
Formula |
Bentuk |
Warna |
Bau |
F0 |
Kental |
Putih |
khas daun jarum tujuh
bilah (Pereskia bleo) |
F1 |
Kental |
Kuning |
khas daun jarum tujuh
bilah (Pereskia bleo) |
F2 |
Kental |
Cokelat |
khas daun jarum tujuh
bilah (Pereskia bleo) |
F3 |
Kental |
Hijau |
khas daun jarum tujuh
bilah (Pereskia bleo) |
Keterangan :
F0: Formulasi sabun cair tanpa memiliki ekstrak
F1: Formulasi sabun cair ekstrak daun jarum tujuh
bilah (Pereskia bleo) 5%
F2: Formulasi sabun cair ekstrak daun jarum tujuh
bilah (Pereskia bleo) 15%
F3: Formulasi sabun cair ekstrak daun jarum tujuh
bilah (Pereskia bleo) 25%
Uji Homogenitas
Uji homogenitas pada formula sediaan sabun cair bertujuan untuk
mengetahui apakah sediaan yang dibuat mengandung partiketl-partikel kasar. Pada
uji homogenitas ini sediaan sabun cair yang baik harus bebas dari
partikel-partikel atau granul yang yang masih menggumpal.
Table
8. Hasil Uji Homogenitas
Formulasi Sabun Cair |
Uji Homogenitas |
Formula F0 |
Homogen |
Formula F1 |
Homogen |
Formula F2 |
Homogen |
Formula F3 |
Homogen |
Keterangan
:
F0: Formulasi sabun cair tanpa memiliki ekstrak
F1: Formulasi sabun cair ekstrak daun jarum
tujuh bilah (Pereskia bleo) 5%
F2: Formulasi sabun cair ekstrak daun jarum tujuh bilah (Pereskia
bleo) 15%
F3: Formulasi sabun cair ekstrak daun jarum tujuh bilah (Pereskia
bleo) 25%
Dari tabel diatas diperoleh hasil sediaan sabun cair ekstrak daun jarum
tujuh bilah (Pereskia bleo) homogen (tidak terdapat gumpalan atau
butiran pada hasil pengolesan). Strukturnya rata dan warnanya seragam.
Uji Derajat Keasaman (pH)
Hasil uji pH dilakukan dengan
menggunakan pH universal, pada uji pH diperoleh hasil bahwa rata-rata pH
manusia adalah 6-8 untuk formula F0, F1, F2, dan F3.
Table 9. Hasil Uji Derajat
Keasaman (pH)
Formula |
pH |
F0 |
8 |
F1 |
8 |
F2 |
8 |
F3 |
8 |
Berdasarkan
hasil pengukuran pH terhadap sediaan sabun cair pada konsentrasi 0%, 5%, 15%,
dan 25% diperoleh pH 8. Nilai pH yang telah diuji pada sediaan sabun cair sesuai dengan pH kulit
normal. Sehingga aman untuk digunakan.
Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental laboratorium dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan daya
antibakteri ekstrak daun jarum tujuh bilah (Pereskia
bleo) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus.
Hasil perlakuan terbaik dalam uji
efektifitas antibakteri Staphylococcus aureus
oleh ekstrak daun jarum tujuh bilah (Pereskia
bleo) berada pada konsentrasi 15% dengan nilai 12,71. Yang dijadikan
sebagai kontrol positif menghasilkan nilai ukuran 37,88. Nilai daya hambat yang
dimiliki kontrol positif ini tergolong kuat. Hasil ini jika dibandingkan dengan
perlakuan kontrol positif, perlakuan terbaik ekstrak daun jarum tujuh
bilah (Pereskia bleo) masih belum bisa melebihi aktivitas
antibakteri yang dimiliki oleh kontrol positif tetapi dapat menjadi alternatif
untuk pembuatan sabun cair.
Pengujian ekstrak daun jarum tujuh
bilah (Pereskia bleo) terhadap berbagai bakteri juga telah pernah
dilakukan, penelitian
Kesimpulan
Dari hasil penelitian didapati bahwa sabun cair dengan ekstrak daun jarum tujuh bilah (Pereskia bleo) memiliki efektivitas terhadap bakteri Staphylococcus Aureus dengan ditemukannya zona hambat pada formulasi sabun cair F0 (11,23), F2 (12,43), F3 (12,71). Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya dari Johari dan Khong (2019) dan Vicente et al. (2020).
BIBLIOGRAFI
Ariani, N., Febrianti, D. R., & Niah, R. (2020).
Uji Aktivitas Ekstrak Etanolik Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap
Staphylococcus aureus secara In Vitr. Jurnal Pharmascience, 7(1),
107–115.
Azizan, N. A. H., Aris, F., Mat Jalil, M. T., Mohamed Yunus, N., Ab Rashid, S., & Zakaria, N. A. (2024). Traditional uses, phytochemistry profile and biological properties of Jarum Tujuh Bilah, Pereskia bleo: a review. Science Letters (ScL), 18(1), 97–118.
Johari, M. A., & Khong, H. Y. (2019a). Total phenolic content and antioxidant and antibacterial activities of Pereskia bleo. Advances in Pharmacological and Pharmaceutical Sciences, 2019(1), 7428593.
Johari, M. A., & Khong, H. Y. (2019b). Total Phenolic Content and Antioxidant and Antibacterial Activities of Pereskia bleo. Advances in Pharmacological Sciences, 2019. https://doi.org/10.1155/2019/7428593
Kurniawan, S. E., Mahyarudin, M., & Rialita, A. (2021). Aktivitas antibakteri isolat bakteri endofit daun pegagan (Centella asiatica) terhadap Staphylococcus aureus. Bioma: Jurnal Ilmiah Biologi, 10(1), 14–29.
Lailiyah, M., & Rahayu, D. (2019). Formulasi Dan Uji Aktivitas Antibakteri Sabun Cair Dari Ekstrak Daun Kersen (Muntingia Calabura L) Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus. Jurnal Ilmiah: J-HESTECH, 2(1).
Lestari, G., Noptahariza, R., & Rahmadina, N. (2020). Uji aktivitas antibakteri formulasi sabun cair ekstrak kulit buah durian (Durio Zibethinus L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Cendekia Journal of Pharmacy, 4(2), 95–101.
Madhaiyan, M., Wirth, J. S., & Saravanan, V. S. (2020). Phylogenomic analyses of the Staphylococcaceae family suggest the reclassification of five species within the genus Staphylococcus as heterotypic synonyms, the promotion of five subspecies to novel species, the taxonomic reassignment of five Staphylococcus species to Mammaliicoccus gen. nov., and the formal assignment of Nosocomiicoccus to the family Staphylococcaceae. International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology, 70(11), 5926–5936.
Maimunah, S., Pratama, H. A., & Mayasari, U. (2020a). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Sintrong (Crassocephalum crepidiodies) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus. Jurnal Pembelajaran Dan Biologi Nukleus, Volume 6 (1), 103–111. https://doi.org/https://doi.org/10.36987/jpbn.v6i1.1607
Maimunah, S., Pratama, H. A., & Mayasari, U. (2020b). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Sintrong (Crassocephalum crepidiodies) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus|| Antibacterial Activity Assay From Sintrong Leaf (Crassocephalum crepidiodies) Against Staphylococcus aureus Bacteria. Jurnal Pembelajaran Dan Biologi Nukleus (JPBN), 6(1), 103–111.
Pananginan, A. J., Hariyadi, H., Paat, V., & Saroinsong, Y. (2020). Formulasi Dan Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Sabun Cair Ekstrak Daun Jarak Tintir Jatropha Multifidi L. Biofarmasetikal Tropis (The Tropical Journal of Biopharmaceutical), 3(1), 148–158.
Rasyadi, Y., Yenti, R., & Jasril, A. P. (2019). Formulasi dan uji stabilitas fisik sabun mandi cair ekstrak etanol buah kapulaga (Amomum compactum Sol. Ex Maton). PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia), 16(2), 188–198.
Rinaldi, R., Fauziah, F., & Mastura, R. (2021). Formulasi dan Uji Daya Hambat Sabun Cair Ekstrak Etanol Serai Wangi (Cymbopogon nardus L) Terhadap Pertumbuhan Staplylococcus aureus. Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia, 3(1), 45–57.
Sari, M., Septiani Nasution, G., & Kristiani Mendrofa, D. (2022). Uji Antiseptik Sabun Cair Ekstrak Daun Lantana camara L. Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus sp.
Vicente, N. F. de P., Martins, H. H. de A., Campidelli, M. L. L., Silva, D. M. da, Aazza, S., Souza, E. C. de, Bertolucci, S. K. V., & Piccoli, R. H. (2020). Determination of the phenolic, antioxidant and antimicrobial potential of leaf extracts of Pereskia grandifolia Haw. Research, Society and Development, 9(10), e2979108483. https://doi.org/10.33448/rsd-v9i10.8483
Vijayablan, S., Chigurupati, S., Alhowail, A., & Das, S. (2021). A Retrospective Review of Pereskia Bleo (Kunth) DC on its Properties and Preclinical Insights for Future Drug Discovery Trends. Annals of the Romanian Society for Cell Biology, 2123–2132.
Widayanti, N. P. (2022). Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Jarum Tujuh Bilah Pereskia Bleo K. Secara in Vitro. BIOMA: Jurnal Biologi Makassar, 7(1), 86–94.
Zeniusa, P. (2017). Uji daya hambat ekstrak etanol teh hijau terhadap Escherichia coli secara in vitro. Fakultas Kedokteran.
Copyright holder: Qonita Hanifa Driantsani, Qori
Fadillah, Sri Wahyuni (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |