Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, Special Issue No. 2, Desember 2021
STRATEGI COPING DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PSYCHOLOGICAL DISTRESS
PADA FAMILY CAREGIVER CANCER
Muhammd Rizky Fananni, Herlan Pratikto
Universitas 17 Agustus
1945 Surabaya, Jawa Timur Indonesia.
Email: �[email protected]� [email protected]
Abstrak
Kanker merupakan salah satu penyakit yang
menjadi momok bagi masyarakat. Hal ini di karenakankan kanker merupakan salah
satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Individu yang mendapatkan
diagnosa kanker akan mengalami keadaan shock dan perasaan sedih. Namun hal ini
juga di alami keluarga pasien. Keluarga juga termasuk bagian terpenting dalam
proses penyembuhan pasien kanker. Hal ini dikarenakan keluarga menjadi
pendamping dalam pengobatan pasien. Family caregiver juga mengalami perasaan
sedih, khawatir dan kecemasan. Distress yang dialami family caregiver akan
memberikan hambatan pada keluarga. Sehingga dalam menangani hambatan distress,
maka perlu adanya strategi coping dan dukungan sosial untuk membantu
menyelesaikan permasalahan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara strategi coping dan dukungan social terhadap
distress pada family caregiver cancer. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kuantitatif, dengan menggunakan skala Kesler psychological distress
K10, skala dukungan social Multidimensional Scale of Perceived Social Support
(MSPSS), dan skala� strategi coping The
Frech Ways of Coping Cheklist (WCCR). Subjek dalam penelitian ini berjumlah 63
subyek dengan melakukan teknik pengambilan data menggunakan teknik sampling
insidental. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji instrument, uji
prasyarat analisis meliputi uji normalitas dan uji linieritas hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat. Hasil Penelitian menunjukan terdapat
hubungan positif antara strategi coping, dukungan sosial dan psychological
distress pada family caregiver kanker. �
Kata kunci : Strategi Coping,
Distress, Dukungan Sosial, Pendamping Kanker, Kanker.
Abstract
Cancer is one of the disease that has been haunting society. This is due to
cancer being one of the most lethal disease.
Individuals who are diagnosed with cancer will be shocked by the news and may
feel depressed. However, this condition is also suffered by the family
caregivers. This occurs because family or relatives assist in cancer patients'
medication. Family caregivers also experience the feeling of sadness, worried,
and anxiety. These distress in family caregivers will give obstacles and become
challenge for the family. In an effort to handle the distress, coping strategy
and social support is needed to help solving the problem. The purpose of this
research is to discover the correlation between coping strategy and social
support with distress in cancer family caregivers. This research used
quantitative research methods, with the use of Kesler psychological distress
scale K10, The Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) as
the social support, and The Frech Ways of Coping
Checklist (WCCR) as the coping strategy scale. The subject of this research is
63 participants in total with incidental sampling technique as the data
collection technique. Data analysis in this research used analysis of
prerequisite tests, such as instrument test, normality test and linearity test
of the correlation between the independent variable with the dependent one. The
result of this research shows that there is positive correlation between coping
strategy, social support and psychological distress in cancer family caregivers.
Keywords: Coping
Strategy, Distress, Social Support, Cancer Family Caregivers, Cancer.
Pendahuluan
Kanker merupakan salah
satu penyakit yang menjadi momok bagi masyarakat. Kanker juga merupakan salah
satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Terdapat berbagai jenis Kanker
antara lain, kanker darah, kanker kulit, kanker payudara, kanker prostat,
kanker lambung, hati dll. Kematian yang di sebabkan oleh kanker selain dari
penyakitnya sendiri yaitu bisa juga dari proses pengobatannya. Proses
pengobatan pasien kanker dapat mempengaruhi prognosis pasien. Menurut data
Rikesdas tahun 2013 -2018 (dalam Infodatin 2019) menunjukan adanya peningkatan
prevelensi kanker di Indonesia dari 1,4% menjadi 1,49%.� Meningkatnya prevelensi perlu menjadi sebuah
perhatian terutama dari masyarakat.
�� Masyarakat yang mendapatkan diagnose kanker akan mengalami keadaan
shock yang luar biasa. Hal ini di karenakan rasa khawatir akan penyakitnya dan
kecemasan akan kematian. Rasa khawatir dan cemas ini juga tidak hanya di alami
oleh pasien yang terdiagnosa kanker. Pada kenyatannya dilapangan banyak sekali
keluarga yang memilki anggota keluarga dengan penyakit kanker merasa khawatir,
sedih dan cemas. Dengan keadaan khawatir, sedih dan cemas, anggota keluarga
pasien tetap harus mendampingi pasien dalam pengobatan. Keluarga yang
mendampingi pasien dalam pengobatan ini disebut family caregiver. Menurut
Alliance dalam (Nuraini & Hartini, 2021) family caregiver
merupakan sesorang yang memberikan perawatan secara sukarela dan biasa bukan
tenaga professional.
�� Dalam (Nuraini & Hartini, 2021) Family caregiver memiliki
peran penting dalam manajemen pasien kanker untuk mencapai kesembuhan. Family
caregiver bekerja sama dengan tenaga kesehatan berupaya untuk meningkatkan
kesehatan dan kualitas hidup pasien. Family caregiver membantu tenaga Kesehatan
mengawasi perubahan kondisi Kesehatan pasien dan membuat keputusan terkait
rencana tindakan perawatan dan pengobatan pasien. Hal ini juga terbukti dari
hasil wawancara dari salah satu keluarga pasien. Mengatakan bahwa keluarga
memiliki peran penting dalam mengawasi kondisi anggota keluarganya terutama
tidak dalam pengawasan tenaga medis. Keluarga yang mendampingi dan melakukan
pengawasan akan meluangkan waktunya untuk tidur, makan, olah raga hingga
bekerja untuk pasien.
�� Bagi family caregiver yang mendampingi pasien juga dapat
mempengaruhi kehidupannya. Hal ini karena family caregiver juga ikut sedih
melihat pengobatan pasien terutama ketika masuk obat. Dalam wawancara keluarga
ikut sedih ketika anggota keluarganya masuk obat dalam tubuh mereka. Hal ini
karena obat yang di masukan yaitu merupakan obat keras. Sehingga dapat membuat
pasien kesakitan hingga terkadang menangis. Family caregiver juga merasa
bingung terkait kondisi keuangan. Dalam pengobatan kanker biaya yang dapat di
keluarkan bisa berpuluh juta hingga ratusan juta tergantung lama pengobatan.
Biaya pengobatan yang banyak ini membuat beban bagi family caregiver. Beberapa
keluarga juga dapat menggadaikan asetnya untuk kebutuhan berobat.
�� Selain sedih dan khawatir akan keuangan, keluarga juga merasa
cemas akan kesehatan pasien. Keluarga cemas akan penyakit pasien yang dapat
menyebabkan kematian. Kecemasan akan makin bertambah ketika keluarga mendengar
pasien kanker yang lain meninggal. Kondisi yang di alami family caregiver ini
disebut sebagai psychological distress. Menurut �(Drapeau, Marchand, & Beaulieu-Pr�vost, 2012)
Psychological
distress merupakan keadaan penderitaan emosional yang ditandai dengan gejala
depresi (misal; kehilangan minat, kesedihan, keputusasaan) dan kecemasan
(misal; gelisah, perasaan tegang). Menurut Nevid, Rathus, & Greene, dalam (Hendarto & Ambarwati, 2020).
Distres ini ditandai dengan atribut-atribut berikut: perasaan tidak mampu untuk
mengatasi secara efektif, perubahan emosi, ketidaknyamanan, ketidaknyamanan
komunikasi dan berakibat bahaya sementara atau permanen bagi individu.
Menurut Caron dan Liu
dalam Mahmood dan Ghaffar dalam (Azzahra, 2016)
distres
psikologis adalah keadaan negatif kesehatan mental yang dapat mempengaruhi
individu secara langsung atau tidak langsung sepanjang masa dan koneksi dengan
kondisi kesehatan fisik dan mental lainnya. Dalam penelitian , mengenai distress pada
fenomena kanker sebanyak 5 orang berada pada kategori tinggi (3,5%), 36 subjek
berada pada kategori sedang (24,8%), dan 102 lainnya berada pada kategori
rendah (71,7%). Dalam upaya menangani psychological distress, terdapat aspek
yang lain yang mempengaruhi tinggi rendah distress pada individu. Yaitu dengan
cara strategi coping,
Menurut Lazarus &
Folkman dalam (Rubbyana, 2012)
Strategi koping merupakan upaya kognitif dan perilaku untuk mengatasi situasi
stres. Dan menurut Reber & Reber dalam (Mafazi, 2017)
Strategi
coping strategis sebuah cara yang disadari dan rasional untuk menghadapi dan
mengatasi kecemasan hidup. Istilah ini digunakan bagi strategi-strategi yang
dirancang menanggulangi sumber kecemasan. Dalam penelitian (Rubbyana, 2012) terdapat hubungan antara
strategi coping dengan psychological distress. Strategi coping dapat membantu
dalam mengelola stress sehari-hari, sehingga dapat menurunkan psychological
distress. Strategi coping juga dapat membuat individu merasa tenang saat menghadapi
kesulitan dalam hidup. . Dan dalam penelitian Morris dkk, 2017 terdapat bukti
bahwa ada hubungan dari strategi coping terhadap psychological distress. Dalam
penelitian (Cahyono, 2013) menghubungkan bahwa
kemampuan strategi coping dengang melakukan pengubahan, pengelolaan atau
penyesuaian diri dikaitkan dengan psychological distress individu.
�� Selain strategi coping terdapat faktor lain yang dapat
mempengaruhi psychological distress. Menurut Matthews dalam (Maryanti & Herani, 2020) terdapat faktor sosial
yang dapat mempengaruhi distress. Faktor sosial yang dapat mempengaruhi distress
yaitu dukungan sosial. Menurut Zimet, Dahlem, Zimet dan Farley dalam (Aliyah & Kusdiyati, 2021)
dukungan sosial merupakan cara individu mengartikan ketersediaan sumber dukungan
yang berasal dari orang terdekat yaitu keluarga (family), teman (friends)
dan orang penting lainnya (significant other) yang dapat meningkatkan
kemampuan individu dalam menghadapi kesulitan yang dialami termasuk gejala dan
peristiwa stres. Dukungan sosial membantu meringankan tekanan yang di alami
individu. Caregiver cancer memiliki distress sehingga membutuhkan teman
bercerita dan support untuk menangani masalah yang di alami. Menurut Nurjanah
& Fourianalistyawati dalam� (Maryanti & Herani, 2020)
dukungan
sosial dapat membantu untuk tetap berpikir positif akan keadaannya. Sehingga
mampu menurunkan kecemasan, depresi dan ketidakberdayaan.
Sumber dari dukungan
sosial bisa didapatkan dari dukungan dari keluarga, teman dan orang spesial.
Dari hasil wawancara dengan pendamping pasien kanker, dukungan sosial yang
sering didapatkan dari teman senasib dan keluarga. Keluarga seperti saudara
anak atau pasangan, menjadi tempat cerita ketika memiliki masalah. Bagitupun
dengan teman senasib (sesama pendamping), teman senasib dapat saling memberikan
support, tempat berbagi cerita dan membantu menyelesaikan masalah yang
dimiliki. Menurut (Aliyah & Kusdiyati, 2021),
meneliti mengenai pengaruh dukungan sosial terhadap psychological distress,
ditemukan bahwa terdapat pengaruh dukungan sosial yang bersumber dari keluarga
dalam menurunkan distres psikologis. Dukungan sosial yang dirasakan dari
keluarga memiliki pengaruh yang lebih besar dalam menurunkan distres
psikologis.
Melihat pentingnya
penanganan psychological distress pada family caregiver pasien kanker. Hal ini
membuat pentingnya di lakukan penanganan pada family caregiver. Sehingga family
caregiver tetap bisa memiliki ketenangan dalam membantu pasien untuk sembuh.
Dalam penelitian ini karakteristik subjek yang digunakan yaitu keluarga dari
pasien kanker dan keluarga yang melakukan pendampingan pasien yang mengalami
pengobatan jangka panjang. Kebanyakan penelitian mengenai distress pada
penyakit kanker, biasanya di lakukan pada pasien. Namun faktanya keluarga juga
memiliki dampak dari penyakit kanker. Hal ini karena keluarga merupakan
individu yang berperan penting dalam kesembuhan pasien selain tenaga medis.
Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul � Hubungan Antara
Strategi Coping dan Dukungan Sosial Terhadap Pychological Distress Pada Family
Caregiver Pasien Cancer�.
Metode Penelitian
�� Metode
penelitian dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, dengan
tujuan mengetahui hubungan antara variable bebas (variable independent) dan
variable terikat (variable dependent). Variable terikat dalam penelitian ini
merupakan psychological distress. Sedangkan variable bebas dalam penelitian ini
merupakan strategi coping dan dukungan sosial. Metode kuantitati merupakan
metode yang di gunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu (Sugiyono, 2013)
. Penelitian
ini dilaksanakan pada tanggal 9 Oktober � 29 November 2021. Subjek dalam� penelitian ini menggunakan pendamping kanker
yang berada di populasi Yayasan Kanker Indonesia (YKI Wilayah Surabaya) ,
Yayasan Ruang Pasien dan Yayasan Peduli Kanker Anak Indonesi (YPKAI Wilayah
Surabaya). Kriteria subjek yang digunakan yaitu merupakan subjek yang memiliki
pasien kanker, sedang menjalani pengobatan di Surabaya (RS.DR Soetomo) dan
merupakan anggota keluarga pasien.�
Sehingga ditemukan sampel sebanyak 63 Subjek.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini, menggunakan sampling insidental. Menurut (Sugiyono, 2016) Sampling incidental
merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan. Peneliti dapat
mengambil subyek yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti. Dan subyek
dipandang cocok sebagai sumber data. Teknik pengambilan data dalam penelitian
ini menggunakan kuisioner dengan Skala Psychological distress dari Kessler
Psychological distress Scale (K10). Skala ini telah diterjemahkan kedalam
bahasa Indonesia dan sudah pernah di adaptasi di Indonesia oleh Fatimah
Azzahra, 2017. Tes Reliabilitas pada K10 ini telah dilakukan dengan menggunkan
nilai kappa dan skor kappa yang berkisar dari 0.42 hingga 0.74 yang menandakan
bahwa K10 merupakan instrumen yang reliable (The Kessler Psychological distress
Scale (K10), (Azzahra, 2016) Teori
psychological distress menggunakan dua aspek psychological distress yaitu
depresi dan kecemasan. Dengan total item yang di gunakan sebanyak 10 item
pernyataan favorabel.
Sedangkan untuk skala strategi coping,
peneliti menggunakan Skala Ways of coping yang disusun oleh Folkman, S.,
Lazarus, R. S., Dunkel-Schetter, C., DeLongis, A., & Gruen, R. dalam �(Mafazi, 2017).
Peneliti menggunakan skala yang telah di adaptasi oleh Naufal Mafazi, 2017. Tes
Realibiltas dalam skala ini memiliki nilai 0,837 yang artinya item skala
penelitian ini reliabel. Teori strategi coping terdiri dari dua jenis, yaitu
problem focused coping dan emotion focused coping. Instrumen ini terdiri dari
dua dimensi dan delapan indikator dan diturunkan menjadi 26 item pernyataan
favorabel dan unfavorabel. Dan untuk skala dukungan sosial peneliti menggunakan
skala yang telah diadaptasi dari (Juniastira, 2018). Skala
yang di gunakan yaitu skala Multidimensional Scale of Perceived Social Support
(MSPSS). MSPSS merupakan alat ukur yang dikembangkan oleh Zimet dkk (1986) dalam (Juniastira, 2018)
yang meliputi dukungan dari keluarga (family support), dukungan dari
teman (friend support), dan dukungan dari orang terdekat (significant others
support). Reliabilitas dari skala MSPSS memiliki realibilitas yang sangat
realiabel dengan skor 0,941 dan indek daya beda aitem bergerak antara
0,660-0,800. Jumlah aitem pada skala ini terdiri dari 12 aitem pertanyaan yang
semuanya bersifat favorable.
Teknik analisis data dalam penelitian
ini menggunakan uji prasyarat dan uji hiptesis. Uji prasyarat diperlukan guna mengetahui
apakah analisis data untuk pengujian hipotesis dapat dilakukan atau tidak (Noor, 2012).
Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu perlu dilakukan uji prasyarat
meliputi uji normalitas sebaran dan uji linieritas hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat.. Setelah uji prasyarat dilakukan, selanjutnya
dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui hubungan
antar variabel. Perhitungan uji prasyarat dan uji hipotesis dalam penelitian
ini dilakukan dengan bantuan program Statistical Program for Sosial Science
(SPSS) Versi 25.
�����������
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitain
Hasil penelitian ini didapatkan melalui uji instrument, uji prasyarat dan
uji hipotesis. Dari sebaran skala kuisioner Kessler Psychological distress
Scale (K10), Skala Ways of coping dan Multidimensional Scale of Perceived
Social Support (MSPSS) pada 63 subjek. Didapatkan hasil uji instrumen
(validitas dan linieritas realibilitas) sebagai berikut :
Tabel 1
Hasil Uji Reliabilitas
Skala Intensi Perilaku Keselamatan
Cronbach's Alpha |
N of Items |
.868 |
10 |
Dari hasil analisis uji validitas dan realibilitas
skala Kessler Psychological distress Scale (K10) dari 10 aitem tidak ditemukan
aitem yang gugur. Dengan nilai koefisien bergerak dari 0,4126-0,750. Dan nilai
Realibilitas 0,868 (sangat reliabel).
Tabel 2
Hasil
Uji Reliabilitas Skala Strategi� Coping
Cronbach's Alpha |
N of Items |
.858 |
19 |
Dari hasil analisis
uji validitas dan realibilitas Skala Ways of dari 26
aitem ditemukan aitem yang gugur yaitu aitem no 10, 12, 14, 20, 21 dan 25.
Sehingga total aitem yang sahih berjumlah 20 . Dengan nilai koefisien bergerak
dari 0,314-0,620. Dan nilai Realibilitas 0,858�
(sangat reliabel).
Tabel 3
Hasil
Uji Reliabilitas Skala Dukungan Sosial
Cronbach's Alpha |
N of Items |
.868 |
11 |
Dari hasil analisis
uji validitas dan realibilitas skala Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) dari 12 aitem
ditemukan aitem yang gugur yaitu aitem no 5. Sehingga total aitem yang sahih
berjumlah 11 . Dengan nilai koefisien bergerak dari 0,378-0,732. Dan nilai
Realibilitas 0,868 (sangat reliabel)
Sedangkan untuk uji prasyarat didapatkan hasil uji
prasyarat (normalitas dan linieritas) sebagai berikut :
Tabel 4
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
Tests of Normality |
||||||
|
Kolmogorov-Smirnova |
Shapiro-Wilk |
||||
Statistic |
df |
Sig. |
Statistic |
df |
Sig. |
|
Psychological_Distress |
.070 |
63 |
.200* |
.987 |
63 |
.721 |
Berdasarkan hasil uji normalitas sebaran pada tabel
4.32 diketahui bahwa nilai (sig) Kolmogorov-Smirnov adalah 0,200 > 0,05
sehingga data penelitian memiliki distribusi normal. Hal ini juga menjelaskan
bahwa skala dari Kessler Psychological distress Scale (K10) memiliki distribusi
normal.
Tabel 5
Hasil Uji Linieritas Psychological Distress (Y) dan Strategi
Coping (X1)
|
Sig. |
||
Psychological_Distress * Strategi_Coping |
Between Groups |
(Combined) |
.086 |
Linearity |
.000 |
||
Deviation from Linearity |
.993 |
||
Within Groups |
|
||
Total |
|
Berdasarkan hasil uji linieritas pada variabel
Psychological Distress dengan variabel Strategi Coping diperoleh nilai
signifikansi (sig) linierity = 0,000 yang berarti nilai signifikansi lebih
kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Hal ini menunjukan bahwa hubungan antara
Strategi Coping dengan Psychological Distress adalah linier.
Tabel� 6
Hasil
Uji Linieritas Psychological Distress (Y) dan Dukungan Sosial (X2)
|
Sig. |
||
Psychological_Distress * Dukungan_Sosial |
Between Groups |
(Combined) |
.000 |
Linearity |
.000 |
||
Deviation from Linearity |
.721 |
||
Within Groups |
|
||
Total |
|
Dukungan Sosial diperoleh nilai signifikansi (sig)
linierity = 0,000 yang berarti nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000
< 0,05). Hal ini menunjukan bahwa hubungan antara Dukungan Sosial dengan
Psychological Distress adalah linier. Sehingga data penelitian telah memenuhi
uji prasyarat untuk dilakukan uji hipotesis.
Dalam uji hipotesis teknik yang dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
mencari hipotesis mayor dan hiptesis minor. Untuk uji hipotesis didapatkan
hasil uji hipotesis (mayor dan minor) sebagai berikut :
Tabel 7
Hasil
Uji Hipotesis Mayor Strategi Coping (X1), Dukungan Sosial (X2), dan Psychological
Distress (Y)
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
Change Statistics |
|
|
||
R Square Change |
F Change |
df1 |
df2 |
Sig. F Change |
|||||
1 |
.826a |
.682 |
.671 |
4.568 |
.682 |
64.303 |
2 |
60 |
.000 |
Berdasarkan hasil uji hipotesis
mayor pada tabel 1.6 diperoleh
hasil nilai koefisien korelasi 0,682 yang berarti lebih besar
dari� rtabel
pada N = 63 dengan taraf
signifikansi 5% yaitu 0,244
(0,682 > 0,244), dan dari hasil
perhitungan analisis data
di atas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari
sig < 0,05 (0,000 < 0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif dan signifikan antara Strategi Coping dan Dukungan Sosial dengan Psychological Distress di terima.
Artinya, semakin tinggi Strategi� Coping
dan semakin tinggi Dukungan Sosial
maka semakin rendah Psychological Distress, demikian
juga sebaliknya, semakin rendah Strategi� Coping dan semakin
rendah Dukungan
Sosial maka semakin tinggi Psychological Distress.
Temuan
lain dalam penelitian ini yaitu berdasarkan
perhitungan dengan menggunakan Adjusted R Square diketahui
bahwa sumbangan efektif dari variable Strategi Coping (X1) dan Dukungan Sosial (X2) terhadap
variable Psychological Distress (Y) sebesar 0,671. Artinya sumbangan efektif Strategi Coping dan Dukungan Sosial dengan Psychological Distress sebesar
67.1% dalam penelitian ini dan 32,9% terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi family caregiver mengalami
psychological distress.
Tabel 8
Hasil Uji Hipotesis Minor Antara Strategi Coping (X1)
dengan
Psychological Distress (Y)
|
Psychological_Distress |
Strategi_Coping |
|
Psychological_Distress |
Pearson Correlation |
1 |
.714** |
Sig. (2-tailed) |
|
.000 |
|
N |
63 |
63 |
|
Strategi_Coping |
Pearson Correlation |
.714** |
1 |
Sig. (2-tailed) |
.000 |
|
|
N |
63 |
63 |
Berdasarkan hasil uji hipotesis
minor pada table 1.7, diperoleh hasil
taraf signifikansi = 0,000,
sig < 0,05 yang artinya adalah
terdapat hubungan yang signifikan antara Strategi� Coping dengan Psychological Distress.
Nilai koefisien korelasi sebesar 0,333 yang berarti lebih besar dari
rtabel� pada N =
63 dengan taraf signifikansi 5% yakni 0,244
(0,714>0,244). Berarti hipotesis
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara
Strategi� Coping
dengan Psychological Distress yang memiliki arah positif
diterima. Artinya, semakin tinggi Strategi� Coping maka semakin rendah Psychological
Distress.
Adapun
besar sumbangan efektif variabel strategi coping terhadap psychological distress dapat
di lihat pada tabel 9 berikut:
Tabel 9
Hasil Analisis Koefisien Determinasi Strategi� Coping (X1) dengan Psychological Distress (Y)
Model Summaryb |
|
||||
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
|
1 |
.714a |
.510 |
.502 |
5.620 |
|
���������
Berdasarkan tabel 1.8 di atas menunjukan sumbangan efektif variabel Strategi� Coping (X1)
dengan Psychological Distress (Y) yang dilihat dari R Square adalah sebesar
0.510. Artinya sumbangan efektif variabel Strategi� Coping dengan Psychological Distress sebesar
51%� dalam penelitian ini dan 49% terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi Psychological
Distress.
Tabel 10
Hasil Uji Hipotesis Minor Antara Dukungan Sosial (X2)
dengan Psychological Distress (Y)
Correlations |
|||
|
Psychological_Distress |
Dukungan_Sosial |
|
Psychological_Distress |
Pearson Correlation |
1 |
.764** |
Sig. (2-tailed) |
|
.000 |
|
N |
63 |
63 |
|
Dukungan_Sosial |
Pearson Correlation |
.764** |
1 |
Sig. (2-tailed) |
.000 |
|
|
N |
63 |
63 |
Berdasarkan hasil uji korelasi
pada tabel 1.9, diperoleh hasil taraf signifikansi
= 0,000, sig < 0,05 yang artinya adalah terdapat hubungan yang signifikan antara Dukungan Sosial dengan Psychological
Distress. Nilai koefisien korelasi
sebesar 0,764 yang berarti lebih besar dari
rtabel pada N = 63 dengan taraf signifikansi
5% yakni 0,244 (0,764 >0,244). Berarti
hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan
antara Dukungan Sosial dengan Psychological
Distress yang memiliki arah
positif diterima. Artinya, semakin tinggi Dukungan Sosial maka semakin
rendah pula Psychological Distress.
Adapun
besar sumbangan efektif variabel Dukungan Sosial terhadap Psychological Distress dapat
di lihat pada tabel 11 berikut:
Tabel 10
Hasil Analisis Koefisien Determinasi Dukungan Sosial� (X2)
dengan Psychological Distress (Y)
Model Summaryb |
|
||||
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
|
1 |
.764a |
.584 |
.578 |
5.178 |
|
���������
Berdasarkan tabel 4.39 di atas menunjukan sumbangan efektif variabel Dukungan Sosial (X2) dengan Psychological Distress (Y) yang dilihat
dari R Square adalah sebesar 0.578. Artinya sumbangan efektif variabel Dukungan Sosial dengan Psychological Distress sebesar
57.8%� dalam penelitian ini dan 42.2% terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi Psychological Distress.
Berdasarkan hasil penyebaran angket yang telah dilakuan, dapat di ketahui bahwa kondisi psychological
distress yang dialami oleh family caregiver
berada pada kategori sedang (dalam gambar
Grafik 1). Hal itu di karenakan nilai hasil angket yang di peroleh sebanyak 54% berada pada kondisi sedang (sebanyak 34 orang). Kategori dalam psychological
distress sebagai berikut :
Rendah : 10-23= 32%
Sedang��������� : 23-36 = 54%
Tinggi���������� : 37-50 = 14%
Gambar
1
Kategori Psychological Distress
Sedangkan untuk kondisi strategi coping yang dialami
oleh family caregiver berada pada kategori sedang (dalam Grafik 1.2). Hal itu di karenakan nilai hasil angket
yang di peroleh sebanyak 56%
berada pada kondisi sedang (sebanyak 35 orang). Kategori dalam strategi coping
sebagai berikut :
Rendah : 19-38 = 9%
Sedang��������� : 39-58 = 56%
Tinggi���������� : 59-78 = 35%
Gambar
2
Kategori Strategi Coping
Sedangkan untuk kondisi dukungan sosial yang dialami oleh family
caregiver berada pada kategori
tinggi (dalam Grafik 1.3). Hal itu di karenakan nilai hasil angket yang di peroleh sebanyak 68% berada pada kondisi tinggi (sebanyak 43 orang). Kategori dalam dukungan sosial sebagai berikut :
Rendah : 11-25 = 2%
Sedang��������� : 26-40 = 30%
Tinggi���������� : 41-55 = 68%
Gambar
3
Kategori Dukungan Sosial
Ditinjau dari hubungan antar strategi coping
dan psychological distress. Sesuai dengan teori faktor
yang mempengaruhi dari Woodward, Cunningham, Shannon, McIntosh,
Brown, Lendrum, & Rosenbloom, �dalam (Azzahra, 2016). Bahwa strategi coping memiliki peran dalam terjadinya
atau tinggi dan rendahnya psychological distress. Di dukung dengan penelitian dari (Ramadhanti, 2017)
menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara strategi coping dengan psychological
distress. Strategi coping dapat membantu dalam mengelola stress sehari-hari, sehingga dapat menurunkan psychological distress.
Strategi coping
juga dapat membuat individu merasa tenang saat menghadapi
kesulitan dalam hidup. Hal ini juga dapat diartikan bahwa kemampuan dalam strategi coping individu dapat mempengaruhi tinggi dan rendah psychological
distress yang di alami. Dalam
penelitian ini strategi
coping yang dilakukan family caregiver meliputi strategi yang berfokus
pada masalah (plainful
problem solving dan confrontative strategi coping) dan strategi yang
berfokus pada emosi. ( distacing, self control, seeking social support, accepting
responsibility, escape avoidance, dan positif
reappraisal). Hal ini juga didukung dengan hasil wawancara
pada family caregiver yang menyatakan bahwa para family caregiver sangat terbantu akan dukungan
dari keluarga, teman seperjuangan dan pengurus yayasan. Selain itu family caregiver
juga memiliki perencanaan dalam menghadapi permasalahan yang di alami. Family
caregiver juga memiliki beberapa
strategi dalam menangani kondisi distress seperti mengikuti kegiatan keagamaan untuk menenangkan pikiran. Dan juga melakukan curhat pada orang terdekat untuk meluapkan emosinya.
Dalam penelitian (Risky, 2021) terdapat bukti bahwa ada hubungan dari strategi coping terhadap psychological distress. Dalam penelitian �(Siregar & Nurhayati, 2018) menghubungkan bahwa kemampuan strategi coping dengan melakukan pengubahan, pengelolaan atau penyesuaian diri dikaitkan dengan psychological distress individu. Selain itu dukungan sosial juga memberikan peran yang sangat penting dalam menangani psychological distress. Menurut (Aliyah & Kusdiyati, 2021), meneliti mengenai pengaruh dukungan sosial terhadap psychological distress, ditemukan bahwa terdapat pengaruh dukungan sosial yang bersumber dari keluarga dalam menurunkan distres psikologis. Dukungan sosial yang dirasakan dari keluarga memiliki pengaruh yang lebih besar dalam menurunkan distres psikologis.
Hal ini didukung dengan penelitian ini bahwa family caregiver yang memiliki dukungan social yang tinggi. Sehingga kondisi psychological distress yang di alami family caregiver berada pada kategori sedang dan rendah. Kondisi dukungan social yang didapatkan family caregiver meliputi dukungan dari teman, dukungan dari keluarga dan dukungan dari orang terdekat Hal ini juga didukung dengan hasil wawancara pada family caregiver yang menyatakan bahwa para family caregiver sangat terbantu akan dukungan dari keluarga, teman seperjuangan dan pengurus yayasan. Para family caregiver juga mendapatkan dukungan dari pihak keluarga dan orang terdekat seperti suami.. Family caregiver mendapatkan dukungan berupa dukungan support, tempat curhat dan dukungan berupa materi untuk membantu meringankan biaya.
Dari strategi coping yang bagus dan dukungan sosial yang dimiliki berada pada kategori tinggi. Hal ini dapat menghasilkan
kondisi psychological distress yang di alami family caregiver yaitu
sedang. Kondisi distress
yang dialami meliputi : depresi (Peraasa
sedih yang mendalam dan disertai dengan perasaan menyalahkan diri sendiri) dan kecemasan (Keadaan emosional yang memiliki ciri keterangsangan secara fisiologis, perasaan menegangnkan yang tidak menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi).
Hal ini juga didukung dengan hasil wawancara
pada family caregiver yang menyatakan kondisi distress yang umum dialami biasanya sulit tidur. rasa cemas, takut, dan gugup.
Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini
menunjukan bahwa terdapat hubungan antara strategi coping terhadap
psychological distress pada family caregiver kanker.� Hal ini juga menjelaskan bahwa pada family
caregiver yang berada pada Yayasan Kanker Indonesia (YKI Wilayah Surabaya),
Yayasan Ruang Pasien dan Yayasan Peduli Kanker Anak Indonesi (YPKAI Wilayah
Surabaya) memiliki strategi coping dalam menangani permasalahan. Psychological
distress yang dialami meliputi aspek depresi dan kecemasan. Sedangkan strategi
coping yang dilakukan family caregiver meliputi strategi yang berfokus pada
masalah (plainful problem solving dan confrontative strategi coping) dan emosi.
(distacing, self control, seeking social support, accepting responsibility,
escape avoidance, dan positif reappraisal). Dan selain itu family caregiver
juga memiliki dukungan social yang didapatkan dari dukungan teman, dukungan
keluarga dan dukungan orang terdekat.
Adapun kelebihan dalam penelitian ini
dapat memberikan sumbangsih dalam penelitian psikologi berupa wawasan/ilmu
terkait psychological distress pada family caregiver. Yang biasanya pada
fenomena kanker dilakukan pada pasien. Sedangkan kelemahan dalam penelitian
yaitu terdapat kendala dalam pencarian subjek. Hal ini dikarenakan kondisi
pandemi yang mempengaruhi pasien dan pendamping untuk melakukan pengobatan.
Beberapa pasien dalam kondisi pandemi, tidak kembali kedaerah tempat berobat
seperti di Surabaya. Selain subjek yang berkurang, beberapa institusi melarang
adanya dilakukan penelitian dikarenakan dalam rangka memutuskan penyebaran
virus Covid 19. Selain itu perlu diperhatikan juga bagi peneliti selanjutnya
untuk menggunakan variable lain yang memungkin dapat memberikan sumbangan dalam
psychological distress pada family caregiver.
Aliyah, Putri Nurul, & Kusdiyati, Sulisworo.
(2021). Pengaruh Perceived Social Support terhadap Psychological Distress pada
Remaja SMA di Masa Pandemi COVID-19. Jurnal Riset Psikologi, 1(1),
59�68.Google Scholar
Azzahra, Fatimah. (2016). Pengaruh
resiliensi terhadap distres psikologis pada mahasiswa. University of
Muhammadiyah Malang. Google Scholar
Cahyono, J. B. Suharjo B. (2013). Meraih
kekuatan penyembuhan diri yang tak terbatas. Gramedia Pustaka Utama. Google Scholar
Drapeau, Aline, Marchand, Alain, &
Beaulieu-Pr�vost, Dominic. (2012). Epidemiology of psychological distress. Mental
Illnesses-Understanding, Prediction and Control, 69(2), 105�106. Google Scholar
Hendarto, William Theoderic, &
Ambarwati, Krismi Diah. (2020). Perfeksionisme dan Distres Psikologis pada
Mahasiswa. Jurnal Ilmiah Bimbingan Konseling Undiksha, 11(2). Google Scholar
Juniastira, Savira. (2018). Hubungan
antara Dukungan Sosial dan Kualitas Hidup pada Pasien Stroke. Google Scholar
Mafazi, Naufal. (2017). Pengaruh
strategi coping dan harga diri terhadap pengungkapan diri remaja di jejaring sosial
online. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Google Scholar
Maryanti, Windi, & Herani, Ika. (2020).
Perceived social support dan psychological distress pada penderita penyakit
kanker. Jurnal Psikologi, 16(1), 91�100. Google Scholar
Noor, Juliansyah. (2012). Metodologi
Penelitian Skripsi, Tesis dan Disertasi Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana
Prenada Media. Google Scholar
Nuraini, Afifah, & Hartini, Nurul. (2021).
Peran Acceptance And Commitment Therapy (Act) Untuk Menurunkan Stres Pada
Family Caregiver Pasien Kanker Payudara. Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen,
14(1), 27�39. Google Scholar
Ramadhanti, Hertie Febrian. (2017). Hubungan
Antara Strategi Coping Dengan Psychological Distress Pada Perawat ICU.
Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Google Scholar
Risky, Dhea Erlinda Ayu. (2021). Hubungan
Strategi Koping dengan Kecemasan pada Ibu Hamil Preeklampsi di Rumah Sakit Ibu
dan Anak Srikandi IBI Jember. FAKULTAS KEPERAWATAN. Google Scholar
Rubbyana, Urifah. (2012). Hubungan
antara strategi koping dengan kualitas hidup pada penderita skizofrenia remisi
simptom. UNIVERSITAS AIRLANGGA. Google Scholar
Siregar, Suci Rahmadani, & Nurhayati,
Nurhayati. (2018). Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit PNS Dengan
Metode AHP DAN TOPSIS (Studi Kasus: PT. Bank Sumut Cabang Binjai). JTIK
(Jurnal Teknik Informatika Kaputama), 2(1), 35�45. Google Scholar
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta CV. Google Scholar
Sugiyono, Dr. (2013). Metode penelitian
pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D. Google Scholar
Copyright holder: Muhammd Rizky Fananni, Herlan Pratikto (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |