Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 12, Desember 2024
KEPEMIMPINAN
BLUSUKAN PERSPEKTIF HADIS
Pipin Yufitasari1, Muhajirin2,
Sulaiman Muhammad Nur3
UIN Raden Fatah Fatah
Palembang, Indonesia1,2,3
Email: [email protected]1,
[email protected]2, [email protected]3
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pola kepemimpinan blusukan dalam perspektif hadis, dengan menyoroti
relevansi historisnya dan penerapannya dalam konteks sosial-politik di
Indonesia. Blusukan, yang merujuk
pada praktik pemimpin terjun langsung ke masyarakat untuk
memahami kebutuhan mereka, telah menjadi
fenomena menarik dalam politik modern. Artikel ini berupaya menggali
pemahaman tentang blusukan dengan metode ma’anil hadis, yaitu pendekatan untuk memahami makna hadis dalam konteks
sosial dan historis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa blusukan sejalan dengan prinsip kepemimpinan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat, yang menekankan interaksi langsung dengan masyarakat untuk memahami dan menyelesaikan permasalahan mereka. Praktik ini tidak hanya
memiliki dampak positif, seperti meningkatkan kepercayaan masyarakat dan menghasilkan kebijakan yang lebih efektif, tetapi juga menghadapi kritik, terutama jika dipersepsikan
sebagai alat politik. Faktor budaya dan sosial memainkan peran penting dalam menentukan
efektivitas blusukan
sebagai pola kepemimpinan. Kesimpulan penelitian
ini adalah bahwa blusukan dapat menjadi pola
kepemimpinan yang tidak hanya efektif secara
politik tetapi juga relevan secara sosial, jika dilakukan
dengan niat tulus untuk melayani
masyarakat. Implikasi dari penelitian ini adalah perlunya
penerapan blusukan
yang didasarkan pada nilai-nilai
etis dan ajaran Islam, sehingga dapat memperkuat hubungan antara pemimpin dan masyarakat serta memberikan kontribusi positif terhadap dinamika sosial-politik di
Indonesia.
Kata kunci: Hadis; Perspektif;
Kepemimpinan
Abstract
This study aims to analyze
the leadership pattern of blusukan from the
perspective of hadith, highlighting its historical relevance and application in
Indonesia's socio-political context. Blusukan,
which involves leaders directly engaging with communities to understand their
needs, has emerged as a notable phenomenon in modern politics. The article
explores blusukan using the ma’anil hadith method, an approach to
interpreting hadith in their social and historical context. The results of the
study show that blusukan aligns with the
leadership principles exemplified by Prophet Muhammad (PBUH) and his
companions, emphasizing direct interaction with the people to address their
issues. This practice offers positive impacts, such as increased public trust
and more effective policymaking, while also receiving criticism, particularly
when perceived as a political tool. Cultural and social factors are pivotal in
determining the effectiveness of blusukan as a
leadership approach. The study concludes that blusukan
can be an effective leadership style, both politically and socially, if
conducted sincerely to serve the public. The study implies that blusukan should be implemented based on ethical
values and Islamic teachings to strengthen the relationship between leaders and
communities, contributing positively to Indonesia's socio-political dynamics.
Keywords: Hadith; Perspective; Leadership
Pendahuluan
Bangsa
Indonesia di era reformasi ini berada
dalam proses belajar demokrasi. Secara umum masyarakat, bahkan organisasi kemasyarakat khusunya, membutuhkan pemimpin yang memahami fungsi serta peranya
Perjalanan
roda pemerintahan sekarang banyak dibicarakan mengeni kalangan elit politik,
dan bagi rakyat ini merupakan subuah kebiasaan yang wajib di konsumsi oleh seluruh lapisan
Saat ini tidak ditemukannya
sistem pemerintahan islam sebelumnya yang ada di sistem demokrasi.
Tidak bisa di pungkiri bahwa Abu bakar ash-Shiddiq sebagai pemimpin. Dilaksanakan pemilihan oleh golongan yang mendiskusikan siapa yang sesuai dan tepat menjadi pemimpin.
Namun akhirnya mereka semua menerima
yang paling baik sebagai pemimpin bahkan seluru rakyat ikut dalam baiat khalifah, jika dilihat dari
pandangan ulama, ada pembedaan hukum untuk memilih. Golongan pertama yakni yang mengharamkan pemilihan umum dipraktikan saat ini. Berdasarkan golongan ini, pemilu
saat ini telah tidak sesuai
dengan syariah, ini sebab pemilhan ukum tidak boleh
atau haram, sehingga tidak boleh mempraktikan
pemilu secara wujud semacam. Dilakukan pemilihan oleh kelompok yang memperdebatkan siapa yang dipraktikan tertentu.
Pada pembahasan
masalah yang ingin diteliti terdapat sebagian kajian karya ilmiah yang sejalan mengenai dalam kajain ini,
dimana terdapat kesamaan dalam pemabahasan akan tetapi pada penelitian peneliti ini memiliki
perbedaan, yang pastinya menjadi pembahsan yang baru.
Sebagian kajian
yang hampir serupa dengan pembahasan ini pertama, kajian
dari Muksin
Kedua, kajian yang dijalankan oleh Nasution
Ketiga, penelitian tentang “Memimpin dengan blusukan”. Penelitian ini memberikan kesimpulan yakni seseorang pemimpin akan dapat mengetahui
kondisi dari permasalahan sesungguhnya dilapangan. Dengan turun langsung seorang pemimpin akan dapat mendengarkan
secara langsung berbagai aspirasi dan saran dari khalayak. Pemimpin ini dengan
metode kualitatif. Pengumpulan data yang dijalankan menggunakan skala wawancara menyangkut motif atau tujuan dibalik
gaya blusukan tersebut
Dari penelitian
diatas, penelitian yang dibahas oleh penulis berbeda dari beberapa
penelitian diatas. Didalam penelitian ini peneliti lebih
memfokuskan kajian terhadap Kepemimpinan Blusukan Perspektif Hadis. Terlebih pada zaman sekarang pemerintahan terutama dalam pemimpin dengan cara melakukan
blusukan agar terjun kedalam kelingkungan masyarakat guna untuk mengetahui keadaan permasalahan dilapangan. Tetapi bukan hanya sekedar
blusukan akan namun lebih. Maka, peneliti ini sangat menarik untuk dikaji
sehingga menghadirkan pemikiran baru dalam kehidupan masyarakat. Peneliti ini dengan desain
penelitian kualitatif dengan jenis data library
research (kepustakaan).
Metode Penelitian
Untuk memecahkan permasalahan kajian ini dengan
jenis metode kualitatif dengan menggunakan data skunder data data primer termasuk diantaranya wawancara
Hasil dan Pembahasan
Pengertian Kepemimpinan
Secara etomologi kepeimpinan ini tercipa dari
kata “pemimpin”. Secara awalanya “me” menjadi “memimpin”, yang artinya menutun, menuntukan jalan atau mengarahkan
Kepemimpinan
(leadership) dikelompokkan kedalam
3 yakni: (1) Self Leadership; (2) Team Leadership: serta (3) Organization Leadership
Pada dasarnya
kepemimpinan bisa dijabarkan kedalam sebuah keterampilan serta kesiapan yang memiliki oleh individu agar bisa mempengaruhi, menggerakan, bahkan membimbing supaya menerima pengaruh itu bahkan berikutnya
bertindak sesuatu yang bisa mendukung terwujudnya visi yang sudah ditentukan.
Kepemimpinan
merupakan keterampilan mempengaruhi anggota bahkan tim agae
bekerjasama meraih suatu goals. Kepemimpinan dapat berlangsung kapan saka, asal
seseorang menunjukan kapasitasnya dalam mempengaruhi tindakan individu lain kearah terwujudnya suatu tujuan. Setiap orang adalah pemimpin untuk dirinya sendiri
begitu pula dengan adanya pola kepemimpinan.
Bagaimana dalam hadis yang disebutkan tentang kepemimpinan dalam Riwayat al-Bukhari yaitu sebagai berikut:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ
بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا كُلُّكُمْ
رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ
رَاعٍ عَلَيْهِمْ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ
بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا
وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ
وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Artinya : “Setiap kalian merupakan pemimpin bahkan tiap pemimpin
nantinya diminta pertanggungjawaban atas apa yang telah diperbuat, imam ialah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas arakyat, suami
merupakan pemimpin dalam masaah rumah
tangga” Aku menduga Ibnu
‘Umar menyebutkan: “Dan seorang
laiki-laki yakni pemimpin atasnya. Tiap kalian yakni pemimpin serta pemimpin nantinya diminta pertanggungjawaban atas yang dipimpin” (H.R
Bukhari).
Arti kepemimpinan
sangat penting dalam mengartikan seorang peimpinan. Pemikiran mengenai pemimpin memanglah sangat terbatas cukup bagi seseorang
yang mempunyai jabatan dalam organisasi atau perusahaan tertentu. Maka, pemimpin dapat dimaknai kedalam orang yang diber amanah oleh Allah swt untuk menjalankan tugasnya untuk mengabdi kepada masyarakat untuk menciptakan sebuah kepercayaan terhadap masyarakat dan akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah Swt.
Sejarah Gaya Kepemimpinan Blusukan
Sejarah awal
munculnya gaya kepemimpinan blusukan sebenarnya sudah ada sejak kepemiminan
Ir. Soekarno sampai presiden
Joko Widodo bagaiman tidak beliau gemar berdekatan
dengan rakyat. Kepemimpinan
blusukan tersebut merupakan gaya dari pemimpin yang pro rakyatnya .
Blusukan di populerkan oleh
Joko Widodo sejak menjabat
Wali Kota Solo hingga menjadi
Gubernur DKI Jakarta. Joko Widodo melaksanakan
aktivitas tersebut yakni karena untuk
semata-mata ingin mengetahuo keadaan dan kondisi di lingkungan masyarakat, baik untuk mengetahui masalah di dilingkungan masyarakat dalam masukan program pembangunan yang ingin dijalankan. Kunjungan Jokowi Dodo diartikan kedalam cara pempimpin
bahkan menjadi tanda kegiatan kepada warga sebab
didalamnya ada interkasi langsung.
Gaya kepemimpinan
blusukkan memiliki sejarah, terutama dalam konteks kepemimpinan
politik dan social. Peristiwa
ini di Indonesia utamnya di
Ibu Kota saat ini sudah menjadi trend yang marak didiskusikan oleh banyak orang, joko widodo wali kota
solo saat pergi ke kota jakarta
sebagai bakal calon gubenur DKI jakarta, kerap mengaplikasikan langsung ke masyarakat. Di mana ini dijalankan supaya seluruh masalah, aspirasi bahkan fenomena yang ada di masyarakat bisa dirasakan langsung oleh pemimpinan tersebut. Istilah “blusukan” secara merujuk pada tindakan seseorang pemimpin yang secara langsung mengunjungi dan berinteraksi dengan masyarakat atau lingkungan kerja mereka. Fenomena ini tidak hanya
terbatas pada satu budaya atau periode
waktu tertentu, tetapi telah ada
dalam berbagai bentuk dikalangan pejabat lainnya.
Pola kepemimpinan
blusukan yang dimakani menjaid proses dimana pemimpin dengan lansung datang ditengah masyarakat yang tidak sekadar di kota, namun hingga
kepelosok desa, hal tersebut menjadi
metode agar jarak diangara peimpin dan rakyat menjadi semakin dekat
Gaya kepemimpinan
blusukan ini tentunya tidak bisa membuka pintu
untuk melihat langsung kehidupan rakyat yang sebenarnya, bahkan ini menjadi wujud
kepemimpinan yang partisipatif
dengan melayani pada rakyatnya. Keadaan semacam ini pasti
menjadikan warga makin dekar dengan
pemimpin mereka. Sebab kanjeng nabi sudah
mengajarkan mengenai bagaimana membentuk kondisi batin yang nyaman diantara peimpinan dengan rakyat melalui hidup bersama
dengan rasa cinta, bahkan becengrama tanpa ada sekat.
Sebagaimana
yang dikisahkan dari sahabat Nabi yaitu Umar bin khatab bersama Aslam untuk menulusuri plosok dengan cara
blusukan di kampung. Salah satu
yang dilakukan oleh Umar belum
satupun yang pernah dilakukan oleh penguasa lainnya pada zamannya, Khalifah
Umar bin Khatab setiap malam hari selalu
melakukan perjalanan keliling ke kampung desa untuk menyelidiki
dan mengetahui bagaimana kehidupan rakyatnya. Sehingga menemukan wanita bersama kedua anak yang menangis karena kelaparan sementara ibu memas sesuatu
untuk anak mereka. ketika beliau menetahui bahwa yang direbus oleh ibu adalah batu karena untuk bermaksud
menenagkan anakanya yang kelaparan, dan Umar terkejut dan berfikir bahwa semuanya adalah tanggung jawab sebagai pemimpin untuk rakyat. Kemudian Umar mengajak Aslam untuk mengikutinya kesuatu tempat untuk mengambil
gandum dan minyak akan di berikan kepada seorang ibu dan anak yang sedang kelaparan. Umar merupakhormat, demokratis, bahkan peduli pada wargnya. Gaya pemimpin yang
sangat handal dan satu-satunya
pemimpin yang hebat dimasanya dan beliau menjadikan kerja sebagai ibadah yang tinggi.
Kepemimpinan dalam Hadis Nabi
Kepemimpinan
dalam Islam sangat ditekankan
melalui beberapa hadis yang memberikan pedoman bagaimana seorang pemimpin yang seharusnya bertindak dan memimpin rakyatnya. Islam juga mengajarkan bahwa kepemimpinan bukan hanya tentang kekuasaan
atau otoritas semata, tetapi lebih kepada tanggung
jawab yang besar atas rakyat yang dipimpin. Pemimnggungjawab terhadap anamah yang diberikannya untuk rakyatnya. Berikut ini adalah
beberapa hadis yang berkaitkan dengan kepemimpinan:
a.
Tanggung Jawab Sebagai
Pemimpin
Rasulullah mengatakan
bahwasannya setiap pemimpin bertanggung jawab atas pemimpinnya,
sebagaiman yang sudah dijelaskan dalam sebuah hadis Nabi sebagai berukut:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ
مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Artinya : “Setiap kalian merupakan pemimpin bahkan tiap pemimpin nantinya
dimintai pertanggungjawaban
atas apa yang dipimpinya” (H.R Bukhari ).
Hadis diatas
menekan bahwa setiap pemimpin memiliki tanggung jawab atas kepemimpiananya,
baik dalam lingkup keluarga, masyaraakat, dan organisasi
b.
Keadilan Dalam Pemimpin
Salah satu
kemuliaan yang ada dari pemimpin kata Nabi yakni saat mereka
memimpin dengan rasa taat, sehari saja
mendapatkan ibadah 60 tahun,
termasuk saat mereka menegakan hukum dengan baik
bahkan profesionel akan sangat mulia daripada hujan selama 40 tahu. Di mana sebutan pemimpin yang adil bisa dilihat
di riwayat Bukhari dan Muslim. Adaalah
imam ataau pemimpin yang adil dipanggil pertama kedalam golongan yang mendapatkan naungan Allah di hari kiamat. Seabagaimana yang sudah dijelaskan dalam hadis sebagai
berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ
لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ الْإِمَامُ الْعَادِلُ
Artinya : “Seorang pemimpin adalah pengurus dan dia akan dimintai
pertanggung jawaban atas pengurus” (H.R Bukhari dan
Muslim).
Berdasarkan
pada hadis diatas bisa dimengerti orang yang sangay disenangi, sangat mulia, bahkan diberi
naungan oleh Allah dihari nantinya yakni pemimpin yang adil. Dan pemimpin harus adil dalam pengurusan
dan kebijakan yang dia lakukan, karena dia akan dimintai
pertanggung jawaban atas amanah tersebut.
Sebaliknya orang yang paling benci
oleh Allah yakni pemimpin
yang curang.
c.
Kepemimpinan Yang Amanah
Pemimpin wajib sikap amanah
bahkan tidak boleh curang. Pada sebuah hadis, Rasulullah Saw menerangkan pemimpin yang curang tidak dimasukan
kedalam Surganya Allah Swt. Sebagaimana yang sudah dijelaskan dalam Hadis Nabi Saw sebagai berikut:
ماَ مِنْ عَبْدٍ
يَسْتَرْعِيْهِ اللَّهُ رَعِيَّةً، يَمُوْتُ يَوْمَ يَمُوْتُ، وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ،
إِلاَّ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
Artinya : “Tidaklah seorang hamba yang diserahi Allah untuk memimpin rakyat, kemudian dirinya meninggal dunia dalam kondisi yang curang pada rakyat, kecuali Allah
mengharamkan masuk surga”. (H.R Bukhari).
Hadis Nabi yang diatas
menerangkan seorang pemimpin harus memiliki kewajiban atas amanah dari
rakyatnya dengan atas pemimpinnya yang secara adil dan tanggung jawab.
d.
Kepemimpinan Dengan Ahli dan
Cerdas
Pemimpin wajib yang ahli bahkan pitar. Kemampuan
ini mencangkup semua hal, tergolong
menata kewarganegaraan yang
nantinya mmebawa negara kepada kesimbangan diberbagai sektor, baik keamanan, politik, bahkan yang lainnya.
Pemimpin
yang memberikan kepercayaanya
yang bukan ahli adalah awal kerusakan
bahkan membuat
rakyat sengsara. Sebagaimana
Rasulullah Saw pernah bersabda:
فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ
فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ، قَالَ: كَيْفَ إِضَاعَتُهَا؟
قَالَ: إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ
فَانْتَظَرْ السَّاعَةَ. رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ
Artinya : “Apabila sifat amanah
telah hancur, maka tunggu adanya
hari kiamat”. Orang itu bertanya, Bagaimana
hancurnya amanah itu?” Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab “bila msalah diberikan kepada bukan pakarnya,
maka tunggu adanya kiamat”. (H.R Bukhari).
Hadis diatas
menjelaskan bahwa kepemimpinan sebaiknya diberikan kepada mereka yang memiliki ahli dan cerdas dalam memimpin atau pemahaman yang baik tentang tugas
yang dilaksanakan.
Dari keseluruhannya,
hadis-hadis tentang kepemimpinan adalah mengajarkan bahwa kepemimpinan dalam Islam melibatkan sebuah tanggungjawab besar yang wajib dilakukan dengan keadilan, pengetahuan, dan kecerdasan. Pemimpin harus memiliki kualitas pribadi yang baik dalam memegang amanah dengan penuh
teguh tanggung jawab. Pemilihan pemimpin harus mempertimbangkan keahlian dan integritas untuk memastikan kepemimpinan yang efektif dan bermanfaat bagi masyarakat.
Kesimpulan
Sesuai penjelasan tersebut kajian ini bisa
memberikan kesimpulan bahwa dari perspektif
hadis kepemimpinan blusukan dapat dianggap sebagai pendekatan yang positif kepada masyarakat jika dilakukan dengan niat baik,
tulus dan sesuai dengan prinsip-prinsip kepemimpinan dalam Islam. Pola kepemimpinan ini mencerminkan pemimpin yang berusaha untuk mendekatkan diri dengan rakyatnya, memahami dan menyelesaikan masalah rakyat, serta menunjukan kepedulian dan tanggung jawab yang tinggi. Pola kepemimpinan blusukan juga sejalan dengan prinsip keadilan, tanggung jawab sebagai pemimpin,
dan kepedulian yang ditekankan
dalam hadis-hadis Rasulluloh SAW tentang sebuah kepemimpinan.
BIBLIOGRAFI
Abnisa, A. P. (2016). Leadership Dalam
Pendidikan. Jurnal Asy-Syukriyyah,
17(1), 32–53.
Arifin, M., & Nurjaman, U. (2022). Model Kepemimpinan
Pendidikan Masa Depan Berbasis
Agama, Filsafat, Psikologi
dan Sosiologi. Al Qalam: Jurnal
Ilmiah Keagamaan Dan Kemasyarakatan, 16(1), 208–223.
Dila, A. N., & Rochmah, T. N. (2015). Analysis of Effect Communication,
Leadership and Team Work for Employee Discipline of X Hospital Surabaya. Jurnal Administrasi
Kesehatan Indonesia, 3(2), 129–138.
Fazillah, N. (2023). Konsep Kepemimpinan dalam Perspektif Islam. Intelektualita,
12(1).
Irawan, Y. (2017). Persepsi
Masyarakat Mengenai Gaya Kepemimpinan
Presiden Joko Widodo (studi
di kelurahan kampung baru,
kecamatan labuhan ratu,
Bandar lampung).
Kariyadi, D. (2017). Membangun
Kepemimpinan Berbasis
Nilai-Nilai Pancasila Dalam Perspektif
Masyarakat Multikultural. Citizenship Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan,
5(2), 86–96.
Luthfi, K. (2018). Masyarakat Indonesia dan Tanggung Jawab Moralitas. Guepedia.
Muksin, L. S. (2017). Blusukan Dan Penanganan Krisis Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam. Jurnal Ilmiah Edukasi Dan Sosial, 130.
Munthe, A. K., Dalimunthe,
A. K., Falah, A. S., Sulastri, T., Purba, G. R., khairunisa Sembiring, R., Sihotang, A. S., Khairiyah, A., Rezeki, S. A., & Amalia, D. R. (2023). Perjalanan dan Problematika Konstitusi di Indonesia. Educandumedia:
Jurnal Ilmu Pendidikan Dan
Kependidikan, 2(1), 33–47.
Muthmainna, S., & Asykur,
M. (2023). Kepemimpinan dalam
Pendidikan Islam. Juara SD: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran
Sekolah Dasar, 2(3), 355–360.
Nasution, S. (2014). BLUSUKAN: Menelisik
Gaya Kepemimpinan Nizam al-Muluk.
Jurnal Miqot,
38(1).
Pattiasina, H. Y. (2015). Strategi Komunikasi
Politik PDI Perjuangan Kabupaten Maluku Tengah pada Pemilu
2014. Jurnal Penelitian
Komunikasi Dan Opini
Publik, 19(1).
Porawouw, R. (2016). Peran Tokoh
Masyarakat dalam Meningkatkan
Partisipasi Pembangunan (Studi
di Kelurahan Duasudara Kecamatan Ranowulu Kota Bitung). Politico: Jurnal Ilmu Politik, 3(1),
1154.
Rinardi, H. (2017). Proklamasi
17 Agustus 1945: Revolusi Politik Bangsa Indonesia. Jurnal Sejarah Citra Lekha, 2(2),
143–150.
Ritonga, A. R., & Regif,
S. Y. (2024). Mengkaji “Blusukan”
Sebagai Strategi dan Gaya Komunikasi
Dalam Kampanye Politik. Jurnal Ilmu Politik Dan Pemerintahan, 10(1).
Rohman, F. (2018). Konsep Kholifatullah Sebagai Model
Ideal Kepemimpinan Organisasi
Sosial. Ulumuna:
Jurnal Studi Keislaman, 4(1), 1–28.
Sugiyono. (2023). Metode Penelitian Kualitatif (Untuk penelitian yang bersifat: eksploratif, enterpretif, interaktif dan konstruktif). CV. Alfabeta.
Wahyuni, H. I. (2018). Kebijakan Media Baru Di Indonesia:(Harapan Dinamika Dan Capaian Kebijakan Media Baru Di Indonesia). Ugm Press.
Copyright holder: Pipin Yufitasari,
Muhajirin, Sulaiman Muhammad Nur (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |