Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 12, Desember 2024

 

KEPEMIMPINAN BLUSUKAN PERSPEKTIF HADIS

 

Pipin Yufitasari1, Muhajirin2, Sulaiman Muhammad Nur3

UIN Raden Fatah Fatah Palembang, Indonesia1,2,3

Email: [email protected]1, [email protected]2, [email protected]3

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola kepemimpinan blusukan dalam perspektif hadis, dengan menyoroti relevansi historisnya dan penerapannya dalam konteks sosial-politik di Indonesia. Blusukan, yang merujuk pada praktik pemimpin terjun langsung ke masyarakat untuk memahami kebutuhan mereka, telah menjadi fenomena menarik dalam politik modern. Artikel ini berupaya menggali pemahaman tentang blusukan dengan metode ma’anil hadis, yaitu pendekatan untuk memahami makna hadis dalam konteks sosial dan historis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa blusukan sejalan dengan prinsip kepemimpinan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat, yang menekankan interaksi langsung dengan masyarakat untuk memahami dan menyelesaikan permasalahan mereka. Praktik ini tidak hanya memiliki dampak positif, seperti meningkatkan kepercayaan masyarakat dan menghasilkan kebijakan yang lebih efektif, tetapi juga menghadapi kritik, terutama jika dipersepsikan sebagai alat politik. Faktor budaya dan sosial memainkan peran penting dalam menentukan efektivitas blusukan sebagai pola kepemimpinan. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa blusukan dapat menjadi pola kepemimpinan yang tidak hanya efektif secara politik tetapi juga relevan secara sosial, jika dilakukan dengan niat tulus untuk melayani masyarakat. Implikasi dari penelitian ini adalah perlunya penerapan blusukan yang didasarkan pada nilai-nilai etis dan ajaran Islam, sehingga dapat memperkuat hubungan antara pemimpin dan masyarakat serta memberikan kontribusi positif terhadap dinamika sosial-politik di Indonesia.

Kata kunci: Hadis; Perspektif; Kepemimpinan

 

Abstract

This study aims to analyze the leadership pattern of blusukan from the perspective of hadith, highlighting its historical relevance and application in Indonesia's socio-political context. Blusukan, which involves leaders directly engaging with communities to understand their needs, has emerged as a notable phenomenon in modern politics. The article explores blusukan using the ma’anil hadith method, an approach to interpreting hadith in their social and historical context. The results of the study show that blusukan aligns with the leadership principles exemplified by Prophet Muhammad (PBUH) and his companions, emphasizing direct interaction with the people to address their issues. This practice offers positive impacts, such as increased public trust and more effective policymaking, while also receiving criticism, particularly when perceived as a political tool. Cultural and social factors are pivotal in determining the effectiveness of blusukan as a leadership approach. The study concludes that blusukan can be an effective leadership style, both politically and socially, if conducted sincerely to serve the public. The study implies that blusukan should be implemented based on ethical values and Islamic teachings to strengthen the relationship between leaders and communities, contributing positively to Indonesia's socio-political dynamics.

Keywords: Hadith; Perspective; Leadership

Pendahuluan

            Bangsa Indonesia di era reformasi ini berada dalam proses belajar demokrasi. Secara umum masyarakat, bahkan organisasi kemasyarakat khusunya, membutuhkan pemimpin yang memahami fungsi serta peranya (Arifin & Nurjaman, 2022; Kariyadi, 2017; Porawouw, 2016). Jika masyarkat serta organisasi dipimpin oleh pemimpin yang demokratis, maka terdapat harapan bangsa ini nantinya sukses melakukan proses demokratisasi bahkan dapat meraih cita-cita kehidupan yang adil dan sejahtera.  Indonesia merupakan negara berdaulat yang sudah melalui perjalanan sejarah yang panjang dalam kepemimpinan nasional mulai kemerdekaan Indonesia di tanggal 17 Agutus 1945 (Munthe et al., 2023; Rinardi, 2017).  Sepuluh tahun memasuki abad ke-21 bangsa Indonesia terjadi krisis kepemimpinan. Warga Indonesia tidak memiliki keyakinan kepada beberapa pemimpin, seperti pemimpin ekonomi, politik, sosial bahkan agama. mengalami krisis kepemimpinan. Rakyat indonesia kehilangan pada sektor politik, seluruh pemimpin Orde Baru membangun kesetabilan politik serta kemajuan perekonomian semua.

            Perjalanan roda pemerintahan sekarang banyak dibicarakan mengeni kalangan elit politik, dan bagi rakyat ini merupakan subuah kebiasaan yang wajib di konsumsi oleh seluruh lapisan (Luthfi, 2018; Wahyuni, 2018). Apalagi mulai majunya medsos yang sangat cepat ini, yang mana memberikan kemudahan seluruh lapisan masyarakat dalam memperoleh info bahkan mengetahui permasalahan dalam politk dan biasanya banyak menuai banyak polemik yang membuat masyarakat bingung sehingga masyarakat berasumsi itu hanyalah sebuah pencitraan belaka dengan kepemimpinan pola blusukan yang terjadi seperti Joko Widodo, Basuki Tjahaja Purnama dan Tri Rismaharanidi satu sisi, masyarakat lebih yakin namun disisi lain sekadar menjadi alat untuk hingga pada visi elit direncanakan. Kenyataan ini butuh menjawab bahan penelitian terhadap ini, untuk merancang dunia pemerintah supaya tertata secara baik maka tidak menjadi bumerang bagi rakyat yang bisa menyalahkan diri di esok hari. Pada penentuan pemimpin, pemerintah sudah menyusun sistem penyelenggaraan dengan proses pemilihan umum. Politik kerapa kali sekadar disibukan dimasa pemilu yang waktunya sangat terbatas meskipun menjadi bagian dari proses demokrasi. Namun di tahun sebelum adanya pemilu, banyak yang lupa dalam memberikan pemahaman yang dipilih, dimana masyarakat seharusnya mencapai pemahaman dari bagian ciri pemimpin yang baik.

            Saat ini tidak ditemukannya sistem pemerintahan islam sebelumnya yang ada di sistem demokrasi. Tidak bisa di pungkiri bahwa Abu bakar ash-Shiddiq sebagai pemimpin. Dilaksanakan pemilihan oleh golongan yang mendiskusikan siapa yang sesuai dan tepat menjadi pemimpin. Namun akhirnya mereka semua menerima yang paling baik sebagai pemimpin bahkan seluru rakyat ikut dalam baiat khalifah, jika dilihat dari pandangan ulama, ada pembedaan hukum untuk memilih. Golongan pertama yakni yang mengharamkan pemilihan umum dipraktikan saat ini. Berdasarkan golongan ini, pemilu saat ini telah tidak sesuai dengan syariah, ini sebab pemilhan ukum tidak boleh atau haram, sehingga tidak boleh mempraktikan pemilu secara wujud semacam. Dilakukan pemilihan oleh kelompok yang memperdebatkan siapa yang dipraktikan tertentu.

            Pada pembahasan masalah yang ingin diteliti terdapat sebagian kajian karya ilmiah yang sejalan mengenai dalam kajain ini, dimana terdapat kesamaan dalam pemabahasan akan tetapi pada penelitian peneliti ini memiliki perbedaan, yang pastinya menjadi pembahsan yang baru.

            Sebagian kajian yang hampir serupa dengan pembahasan ini pertama, kajian dari Muksin (2017) yang memangkat permasalahan terkaitBlusukan dan Penanganan Krisis Kepimpinan Dalam Perspektif Islam” Pada penelitian yang memberikan kesimpulan bahwa : blusukan merupakan sebuah perilaku kepemimpinan yang telah di teladankan oleh Rasulullah SAW dan para pemimpin Islam dimasa klasik. Blusukan berfungsi pada media diplomasi, atensi, sosialisasi, dan supervisi seseorang pemimpin terhadap masyarakat. Dengan melakukan Blusukan, seseorang pemimpin telah mengamalkan empat sifat ideal pemimpin dalam islam yaitu al-shidiq, al-amanah, at-tabligh, dan al-fathanah. Selain itu, blusukan juga meningkatkan moralitas pemimpin dengan menjadi lebih sadar diri, sederhana, penuh cinta kasih, dan patriotik terhadap masyarakat yang dipimpin.

            Kedua, kajian yang dijalankan oleh Nasution (2014) yang menelitiKepemimpinan blusukan Nizam al-Mulk”. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa bentuk blusukan Nizam al-Mulk kira-kira bisa ditunjukan kedalam pemerintahan dari blusukan yang dijalankan beberapa pemimpin di masa ssat ini, baik yang lokal internasional. Tujuan supaya bisa melaksanakan amanah dengan baik. Karena, blusukan ini terbukti bisa memberikan kepuasan warga sebab dirasa bisa memecahkan problem bahkan bisa memenuhi keperluan rakyat.

            Ketiga, penelitian tentangMemimpin dengan blusukan”. Penelitian ini memberikan kesimpulan yakni seseorang pemimpin akan dapat mengetahui kondisi dari permasalahan sesungguhnya dilapangan. Dengan turun langsung seorang pemimpin akan dapat mendengarkan secara langsung berbagai aspirasi dan saran dari khalayak. Pemimpin ini dengan metode kualitatif. Pengumpulan data yang dijalankan menggunakan skala wawancara menyangkut motif atau tujuan dibalik gaya blusukan tersebut (Pattiasina, 2015).

            Dari penelitian diatas, penelitian yang dibahas oleh penulis berbeda dari beberapa penelitian diatas. Didalam penelitian ini peneliti lebih memfokuskan kajian terhadap Kepemimpinan Blusukan Perspektif Hadis. Terlebih pada zaman sekarang pemerintahan terutama dalam pemimpin dengan cara melakukan blusukan agar terjun kedalam kelingkungan masyarakat guna untuk mengetahui keadaan permasalahan dilapangan. Tetapi bukan hanya sekedar blusukan akan namun lebih. Maka, peneliti ini sangat menarik untuk dikaji sehingga menghadirkan pemikiran baru dalam kehidupan masyarakat. Peneliti ini dengan desain penelitian kualitatif dengan jenis data library research (kepustakaan).

 

Metode Penelitian

            Untuk memecahkan permasalahan kajian ini dengan jenis metode kualitatif dengan menggunakan data skunder data data primer termasuk diantaranya wawancara (Sugiyono, 2023). Kajian ini menggunakan metode kepustakaan. Dalam menguatkan metode diatas peneliti juga dapat melihat fenomena yang terjadi dikalangan masyarakat sosial sekitarnaya dengan objek penelitian.

 

Hasil dan Pembahasan

Pengertian Kepemimpinan

            Secara etomologi kepeimpinan ini tercipa dari kata “pemimpin”. Secara awalanya “me” menjadimemimpin”, yang artinya menutun, menuntukan jalan atau mengarahkan (Abnisa, 2016; Fazillah, 2023; Muthmainna & Asykur, 2023). Kata lainnya yang disaamakan artinya yakni mengepalai, menunjukan secara arti mengajar bahkan mendidik agar bisa melakukan sendiri. Perkataanmemimpinmemiliki arti kedalam aktivitas, sedangkan melakukan dinamakan pemimpin. Bertolak dari kata pemimpin kemudian maju ke kata kepemimpinan, semacam tambahan awalankebahkan akhiran “an” di katab pemimpin. Ucapan pemimpin memperlihatkan kepada seluruh hal dalam memimpin, utamanya juga aktivitasnya. Kepeimpinan secara bahasa arab dinamakan “al-Imamah”. Ilmu fiqih, Imamah dimaknai kepeimpinan dalam hal sebagai ketua bahkan yang lain. Baik dari mengarahkan bahkan menyesatkan (Abnisa, 2016; Fazillah, 2023).

            Kepemimpinan (leadership) dikelompokkan kedalam 3 yakni: (1) Self Leadership; (2) Team Leadership: serta (3) Organization Leadership (Dila & Rochmah, 2015; Rohman, 2018). Tujuan dari self leadership yakni memimpin diri pribadi supaya tidak boleh gagal melakukan kehidupan. Kemudian Team Leadership dimaknai memimpin orang lain. Pemimpinya disebut kedalam ketua tim yang mengerti apa yang menjadi kewajibannya, kesedianya dalam meleburkan diri pada dorongan serta konsekuensi dari kewajiban yang ditanggungnya, dan mempunyai keseriusan dalam membawa tiap bawahanya menjelajahi kemampuan dirinya sampai menciptakan hasil paling tinggi. Sementara pemimpin perusahaan yang bisa mengerti nafas usaha yang dipimpinya, mewujudkan visi serta misi pengebangan tanggungjawab sosial, dan komit yang besar untuk membuatkan perusahaan yang dippimpin menjadi pembawa kebaikan bagi kelompok ditingkat lokal, sampai international (Dila & Rochmah, 2015; Rohman, 2018).

            Pada dasarnya kepemimpinan bisa dijabarkan kedalam sebuah keterampilan serta kesiapan yang memiliki oleh individu agar bisa mempengaruhi, menggerakan, bahkan membimbing supaya menerima pengaruh itu bahkan berikutnya bertindak sesuatu yang bisa mendukung terwujudnya visi yang sudah ditentukan.

            Kepemimpinan merupakan keterampilan mempengaruhi anggota bahkan tim agae bekerjasama meraih suatu goals. Kepemimpinan dapat berlangsung kapan saka, asal seseorang menunjukan kapasitasnya dalam mempengaruhi tindakan individu lain kearah terwujudnya suatu tujuan. Setiap orang adalah pemimpin untuk dirinya sendiri begitu pula dengan adanya pola kepemimpinan. Bagaimana dalam hadis yang disebutkan tentang kepemimpinan dalam Riwayat al-Bukhari yaitu sebagai berikut:

 

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ عَلَيْهِمْ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

           

Artinya :Setiap kalian merupakan pemimpin bahkan tiap pemimpin nantinya diminta pertanggungjawaban atas apa yang telah diperbuat, imam ialah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas arakyat, suami merupakan pemimpin dalam masaah rumah tangga” Aku menduga Ibnu ‘Umar menyebutkan: “Dan seorang laiki-laki yakni pemimpin atasnya. Tiap kalian yakni pemimpin serta pemimpin nantinya diminta pertanggungjawaban atas yang dipimpin” (H.R Bukhari).

            Arti kepemimpinan sangat penting dalam mengartikan seorang peimpinan. Pemikiran mengenai pemimpin memanglah sangat terbatas cukup bagi seseorang yang mempunyai jabatan dalam organisasi atau perusahaan tertentu. Maka, pemimpin dapat dimaknai kedalam orang yang diber amanah oleh Allah swt untuk menjalankan tugasnya untuk mengabdi kepada masyarakat untuk menciptakan sebuah kepercayaan terhadap masyarakat dan akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah Swt.

 

Sejarah Gaya Kepemimpinan Blusukan

            Sejarah awal munculnya gaya kepemimpinan blusukan sebenarnya sudah ada sejak kepemiminan Ir. Soekarno sampai presiden Joko Widodo bagaiman tidak beliau gemar berdekatan dengan rakyat. Kepemimpinan blusukan tersebut merupakan gaya dari pemimpin yang pro rakyatnya . Blusukan di populerkan oleh Joko Widodo sejak menjabat Wali Kota Solo hingga menjadi Gubernur DKI Jakarta. Joko Widodo melaksanakan aktivitas tersebut yakni karena untuk semata-mata ingin mengetahuo keadaan dan kondisi di lingkungan masyarakat, baik untuk mengetahui masalah di dilingkungan masyarakat dalam masukan program pembangunan yang ingin dijalankan. Kunjungan Jokowi Dodo diartikan kedalam cara pempimpin bahkan menjadi tanda kegiatan kepada warga sebab didalamnya ada interkasi langsung.

            Gaya kepemimpinan blusukkan memiliki sejarah, terutama dalam konteks kepemimpinan politik dan social. Peristiwa ini di Indonesia utamnya di Ibu Kota saat ini sudah menjadi trend yang marak didiskusikan oleh banyak orang, joko widodo wali kota solo saat pergi ke kota jakarta sebagai bakal calon gubenur DKI jakarta, kerap mengaplikasikan langsung ke masyarakat.  Di mana ini dijalankan supaya seluruh masalah, aspirasi bahkan fenomena yang ada di masyarakat bisa dirasakan langsung oleh pemimpinan tersebut. Istilahblusukansecara merujuk pada tindakan seseorang pemimpin yang secara langsung mengunjungi dan berinteraksi dengan masyarakat atau lingkungan kerja mereka. Fenomena ini tidak hanya terbatas pada satu budaya atau periode waktu tertentu, tetapi telah ada dalam berbagai bentuk dikalangan pejabat lainnya.

            Pola kepemimpinan blusukan yang dimakani menjaid proses dimana pemimpin dengan lansung datang ditengah masyarakat yang tidak sekadar di kota, namun hingga kepelosok desa, hal tersebut menjadi metode agar jarak diangara peimpin dan rakyat menjadi semakin dekat (Irawan, 2017; Ritonga & Regif, 2024). Melalui metode ini pasti pemimpin nantinya bisa lebih paham mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Tujuan kunjungan yang dijalankannya berhubungan dengan pengeloahan pemerintah yakni untuk mendengarkan masalah yang ada di rakyat bahkan mengusai medan permasalahan uang di lingkungan masyarakat. Di mana masyarakat nantiya melihat tujuan kunjungan sebenarnya yakni agar melaksanakan interkasi dengan warganya. Pemimpin dengan pola blusukan akan banyak mendengar masalah rakyat bahkan rakyat tidak akan ragu menjelaskan langsung problem mereka sebab telah percaya bahwa mereka dekat secara personal.

            Gaya kepemimpinan blusukan ini tentunya tidak bisa membuka pintu untuk melihat langsung kehidupan rakyat yang sebenarnya, bahkan ini menjadi wujud kepemimpinan yang partisipatif dengan melayani pada rakyatnya. Keadaan semacam ini pasti menjadikan warga makin dekar dengan pemimpin mereka.  Sebab kanjeng nabi sudah mengajarkan mengenai bagaimana membentuk kondisi batin yang nyaman diantara peimpinan dengan rakyat melalui hidup bersama dengan rasa cinta, bahkan becengrama tanpa ada sekat.

            Sebagaimana yang dikisahkan dari sahabat Nabi yaitu Umar bin khatab bersama Aslam untuk menulusuri plosok dengan cara blusukan di kampung. Salah satu yang dilakukan oleh Umar belum satupun yang pernah dilakukan oleh penguasa lainnya pada zamannya, Khalifah Umar bin Khatab setiap malam hari selalu melakukan perjalanan keliling ke kampung desa untuk menyelidiki dan mengetahui bagaimana kehidupan rakyatnya. Sehingga menemukan wanita bersama kedua anak yang menangis karena kelaparan sementara ibu memas sesuatu untuk anak mereka. ketika beliau menetahui bahwa yang direbus oleh ibu adalah batu karena untuk bermaksud menenagkan anakanya yang kelaparan, dan Umar terkejut dan berfikir bahwa semuanya adalah tanggung jawab sebagai pemimpin untuk rakyat. Kemudian Umar mengajak Aslam untuk mengikutinya kesuatu tempat untuk mengambil gandum dan minyak akan di berikan kepada seorang ibu dan anak yang sedang kelaparan. Umar merupakhormat, demokratis, bahkan peduli pada wargnya. Gaya pemimpin yang sangat handal dan satu-satunya pemimpin yang hebat dimasanya dan beliau menjadikan kerja sebagai ibadah yang tinggi.

 

Kepemimpinan dalam Hadis Nabi

            Kepemimpinan dalam Islam sangat ditekankan melalui beberapa hadis yang memberikan pedoman bagaimana seorang pemimpin yang seharusnya bertindak dan memimpin rakyatnya. Islam juga mengajarkan bahwa kepemimpinan bukan hanya tentang kekuasaan atau otoritas semata, tetapi lebih kepada tanggung jawab yang besar atas rakyat yang dipimpin. Pemimnggungjawab terhadap anamah yang diberikannya untuk rakyatnya. Berikut ini  adalah beberapa hadis yang berkaitkan dengan kepemimpinan:

 

a.     Tanggung Jawab Sebagai Pemimpin

            Rasulullah mengatakan bahwasannya setiap pemimpin bertanggung jawab atas pemimpinnya, sebagaiman yang sudah dijelaskan dalam sebuah hadis Nabi sebagai berukut:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

            Artinya :Setiap kalian merupakan pemimpin bahkan tiap pemimpin nantinya dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinya” (H.R Bukhari ).

            Hadis diatas menekan bahwa setiap pemimpin memiliki tanggung jawab atas kepemimpiananya, baik dalam lingkup keluarga, masyaraakat, dan organisasi

 

b.    Keadilan Dalam Pemimpin

            Salah satu kemuliaan yang ada dari pemimpin kata Nabi yakni saat mereka memimpin dengan rasa taat, sehari saja mendapatkan ibadah 60 tahun, termasuk saat mereka menegakan hukum dengan baik bahkan profesionel akan sangat mulia daripada hujan selama 40 tahu. Di mana sebutan pemimpin yang adil bisa dilihat di riwayat Bukhari dan Muslim. Adaalah imam ataau pemimpin yang adil dipanggil pertama kedalam golongan yang mendapatkan naungan Allah di hari kiamat. Seabagaimana yang sudah dijelaskan dalam hadis sebagai berikut:

 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ الْإِمَامُ الْعَادِلُ

            Artinya :Seorang pemimpin adalah pengurus dan dia akan dimintai pertanggung jawaban atas pengurus” (H.R Bukhari dan Muslim).

            Berdasarkan pada hadis diatas bisa dimengerti orang yang sangay disenangi, sangat mulia, bahkan diberi naungan oleh Allah dihari nantinya yakni pemimpin yang adil. Dan pemimpin harus adil dalam pengurusan dan kebijakan yang dia lakukan, karena dia akan dimintai pertanggung jawaban atas amanah tersebut. Sebaliknya orang yang paling benci oleh Allah yakni pemimpin yang curang.

 

c.     Kepemimpinan Yang Amanah

            Pemimpin wajib sikap amanah bahkan tidak boleh curang. Pada sebuah hadis, Rasulullah Saw menerangkan pemimpin yang curang tidak dimasukan kedalam Surganya Allah Swt. Sebagaimana yang sudah dijelaskan dalam Hadis Nabi Saw sebagai berikut:

 

ماَ مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيْهِ اللَّهُ رَعِيَّةً، يَمُوْتُ يَوْمَ يَمُوْتُ، وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ، إِلاَّ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ

            Artinya :Tidaklah seorang hamba yang diserahi Allah untuk memimpin rakyat, kemudian dirinya meninggal dunia dalam kondisi yang curang pada rakyat, kecuali Allah mengharamkan masuk surga”. (H.R Bukhari).

            Hadis Nabi yang diatas menerangkan seorang pemimpin harus memiliki kewajiban atas amanah dari rakyatnya dengan atas pemimpinnya yang secara adil dan tanggung jawab.

 

d.    Kepemimpinan Dengan Ahli dan Cerdas

            Pemimpin wajib yang ahli bahkan pitar. Kemampuan ini mencangkup semua hal, tergolong menata kewarganegaraan yang nantinya mmebawa negara kepada kesimbangan diberbagai sektor, baik keamanan, politik, bahkan yang lainnya.

            Pemimpin yang memberikan kepercayaanya yang bukan ahli adalah awal kerusakan bahkan  membuat rakyat sengsara. Sebagaimana Rasulullah Saw pernah bersabda:

فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ، قَالَ: كَيْفَ إِضَاعَتُهَا؟ قَالَ: إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظَرْ السَّاعَةَ. رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ

            Artinya :Apabila sifat amanah telah hancur, maka tunggu adanya hari kiamat”. Orang itu bertanya, Bagaimana hancurnya amanah itu?” Nabi Shalallahualaihi wasallam menjawabbila msalah diberikan kepada bukan pakarnya, maka tunggu adanya kiamat”. (H.R Bukhari).

            Hadis diatas menjelaskan bahwa kepemimpinan sebaiknya diberikan kepada mereka yang memiliki ahli dan cerdas dalam memimpin atau pemahaman yang baik tentang tugas yang dilaksanakan.

            Dari keseluruhannya, hadis-hadis tentang kepemimpinan adalah mengajarkan bahwa kepemimpinan dalam Islam melibatkan sebuah tanggungjawab besar yang wajib dilakukan dengan keadilan, pengetahuan, dan kecerdasan. Pemimpin harus memiliki kualitas pribadi yang baik dalam memegang amanah dengan penuh teguh tanggung jawab. Pemilihan pemimpin harus mempertimbangkan keahlian dan integritas untuk memastikan kepemimpinan yang efektif dan bermanfaat bagi masyarakat.

 

Kesimpulan

            Sesuai penjelasan tersebut kajian ini bisa memberikan kesimpulan bahwa dari perspektif hadis kepemimpinan blusukan dapat dianggap sebagai pendekatan yang positif kepada masyarakat jika dilakukan dengan niat baik, tulus dan sesuai dengan prinsip-prinsip kepemimpinan dalam Islam. Pola kepemimpinan ini mencerminkan pemimpin yang berusaha untuk mendekatkan diri dengan rakyatnya, memahami dan menyelesaikan masalah rakyat, serta menunjukan kepedulian dan tanggung jawab yang tinggi. Pola kepemimpinan blusukan juga sejalan dengan prinsip keadilan, tanggung jawab sebagai pemimpin, dan kepedulian yang ditekankan dalam hadis-hadis Rasulluloh SAW tentang sebuah kepemimpinan.

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Abnisa, A. P. (2016). Leadership Dalam Pendidikan. Jurnal Asy-Syukriyyah, 17(1), 32–53.

Arifin, M., & Nurjaman, U. (2022). Model Kepemimpinan Pendidikan Masa Depan Berbasis Agama, Filsafat, Psikologi dan Sosiologi. Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan Dan Kemasyarakatan, 16(1), 208–223.

Dila, A. N., & Rochmah, T. N. (2015). Analysis of Effect Communication, Leadership and Team Work for Employee Discipline of X Hospital Surabaya. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, 3(2), 129–138.

Fazillah, N. (2023). Konsep Kepemimpinan dalam Perspektif Islam. Intelektualita, 12(1).

Irawan, Y. (2017). Persepsi Masyarakat Mengenai Gaya Kepemimpinan Presiden Joko Widodo (studi di kelurahan kampung baru, kecamatan labuhan ratu, Bandar lampung).

Kariyadi, D. (2017). Membangun Kepemimpinan Berbasis Nilai-Nilai Pancasila Dalam Perspektif Masyarakat Multikultural. Citizenship Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan, 5(2), 86–96.

Luthfi, K. (2018). Masyarakat Indonesia dan Tanggung Jawab Moralitas. Guepedia.

Muksin, L. S. (2017). Blusukan Dan Penanganan Krisis Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam. Jurnal Ilmiah Edukasi Dan Sosial, 130.

Munthe, A. K., Dalimunthe, A. K., Falah, A. S., Sulastri, T., Purba, G. R., khairunisa Sembiring, R., Sihotang, A. S., Khairiyah, A., Rezeki, S. A., & Amalia, D. R. (2023). Perjalanan dan Problematika Konstitusi di Indonesia. Educandumedia: Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Kependidikan, 2(1), 33–47.

Muthmainna, S., & Asykur, M. (2023). Kepemimpinan dalam Pendidikan Islam. Juara SD: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Sekolah Dasar, 2(3), 355–360.

Nasution, S. (2014). BLUSUKAN: Menelisik Gaya Kepemimpinan Nizam al-Muluk. Jurnal Miqot, 38(1).

Pattiasina, H. Y. (2015). Strategi Komunikasi Politik PDI Perjuangan Kabupaten Maluku Tengah pada Pemilu 2014. Jurnal Penelitian Komunikasi Dan Opini Publik, 19(1).

Porawouw, R. (2016). Peran Tokoh Masyarakat dalam Meningkatkan Partisipasi Pembangunan (Studi di Kelurahan Duasudara Kecamatan Ranowulu Kota Bitung). Politico: Jurnal Ilmu Politik, 3(1), 1154.

Rinardi, H. (2017). Proklamasi 17 Agustus 1945: Revolusi Politik Bangsa Indonesia. Jurnal Sejarah Citra Lekha, 2(2), 143–150.

Ritonga, A. R., & Regif, S. Y. (2024). MengkajiBlusukanSebagai Strategi dan Gaya Komunikasi Dalam Kampanye Politik. Jurnal Ilmu Politik Dan Pemerintahan, 10(1).

Rohman, F. (2018). Konsep Kholifatullah Sebagai Model Ideal Kepemimpinan Organisasi Sosial. Ulumuna: Jurnal Studi Keislaman, 4(1), 1–28.

Sugiyono. (2023). Metode Penelitian Kualitatif (Untuk penelitian yang bersifat: eksploratif, enterpretif, interaktif dan konstruktif). CV. Alfabeta.

Wahyuni, H. I. (2018). Kebijakan Media Baru Di Indonesia:(Harapan Dinamika Dan Capaian Kebijakan Media Baru Di Indonesia). Ugm Press.

 

 

 

Copyright holder:

Pipin Yufitasari, Muhajirin, Sulaiman Muhammad Nur (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: